• Tidak ada hasil yang ditemukan

INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BARKAH ILHAM PURNAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BARKAH ILHAM PURNAWAN"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN JENIS

TUMBUHAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE

PANGRANGO

BARKAH ILHAM PURNAWAN

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

(2)

Ku persembahkan untuk orang-orang yang selalu

mencintaiku….

Ibuku… dalam kesendirianmu, cinta dan kasih yang tak

terbalaskan…

Tersenyumlah ibu……..

Walau aku tak bisa melihat senyummu…

Ya Allah.... limpahkanlah kasih -Mu padanya...

Bapakku… mata air kasihmu yang terus mengalir…..

Brothers and sisters tersayang…

(3)

Judul

:

Nama Mahasiswa

:

Nomor Pokok

:

Departemen/Fakultas

:

Menyetujui:

Pembimbing I

Pembimbing II

Ir. Siswoyo, MSi

Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS.

Tanggal:

Tanggal:

Mengetahui:

Dekan Fakultas Kehutanan IPB

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS.

Tanggal:

Tanggal lulus :

INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN JENIS

TUMBUHAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE

PANGRANGO

Barkah Ilham Purnawan

E 34101045

(4)

INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN JENIS

TUMBUHAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE

PANGRANGO

BARKAH ILHAM PURNAWAN

E 34101045

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kehutanan pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

(5)

RINGKASAN

Barkah Ilham Purnawan. E34101045. Inventarisasi Keanekaragaman Jenis

Tumbuhan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Dibawah bimbingan : Ir.

Siswoyo, M.Si. dan Ir. Ervizal A. M . Zuhud, M.S.

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) ditetapkan sebagai taman

nasional melalui SK Menteri No. 736/36/Menteri/X/82 dengan luas kawasan saat ini

21.975 ha. Kawasan ini memiliki potensi sumberdaya alam hayati yang besar. Tingginya

keane karagaman hayati yang dimiliki TNGP ini mendorong UNESCO untuk

menetapkannya sebagai cagar biosfer.

Keberadaan TNGP menjadi sangat penting dan memiliki nilai strategis bagi

kehidupan manusia. Kawasan ini dapat menunjang pembangunan ekonomi daerah maupun

nasional. Oleh karena itu pengelolaan taman nasional yang terpadu dan terencana dengan

baik menjadi suatu hal yang mutlak, termasuk didalamnya upaya pengelolaan dan

pelestarian serta pemanfaatan sumberdaya alam hayati yang menjadi bagian dari sistem

penge lolaan taman nasional secara keseluruhan.

Di sekitar kawasan TNGP terdapat desa-desa yang berbatasan langsung dengan

kawasan. Desa- desa tersebut yaitu; Ciputri, Sindangjaya, Sukatani, Kebon Peuteuy

Mekarwangi, Tegallega, Padaluyu, Bunikasih, Karawang, Langensari, Gegbrong, Cipetir,

Sudajaya Girang, Gegbrong, Sukangalih, Citapen, Citeko, Citeko, Nangerang, dan

Cilengsi. Keberadaan kawasan memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak

langsung bagi masyarakat desa-desa tersebut. Secara khusus manfaat yang diperoleh dari

tumbuhan baik berupa kayu maupun non kayu dan spesies -spesiesnya yang sangat

potensial, antara lain: tumbuhan obat, hias, aromatik, penghasil pangan, penghasil pakan

ternak/satwaliar, penghasil pestisida nabati, penghasil bahan pewarna, penghasil tanin,

penghasil minuman, tolak bala, penghasil kayu bakar, penghasil bahan bangunan serta

penghasil tali, anyaman dan kerajinan.

Berkaitan dengan potensi yang ada di TNGP dan kondisi sosial ekonomi

masyarakat sekitar maka pemanfaatan tumbuhan berguna dapat dijadikan altenatif untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Akan tetapi data dan informasi tentang

tumbuhan berguna di TNGP belum tersedia secara memadai, sehingga perlu dilakukan

penelitian mengenai inventarisasi keanekaragaman jenis tumbuhan di TNGP.

Metode penelitian ini dilakukan melalui 3 (tiga) tahapan besar , yaitu: (1)

Pengumpulan data yang diperoleh malalui studi literatur, wawancara dan survey lapangan;

(2) Pengolahan dan analisis data yang dilakukan secara manual dan komputerisasi; dan (3)

Pengklasifikasian kelompok kegunaan yang dilakukan dengan mengklasifikasikan spesies

berdasarkan kelompok kegunaan seperti kelompok tumbuhan obat, hias, aromatik,

penghasil pangan, pakan ternak/satwaliar, pestisida nabati, pewarna dan tanin, minuman,

untuk tolak bala, kayu bakar, bahan bangunan dan tumbuhan penghasil tali anyaman dan

kerajinan.

Jumlah spesies tumbuhan yang teridentifikasi di kawasan TNGP sebanyak 762

jenis. Dari hasil verifikasi diperoleh sebanyak 461 jenis dari 111 famili diantaranya

merupakan tumbuhan yang memiliki potensi kegunaan. Berdasarkan potensi kegunaannya,

spesies-spesies tumbuhan berguna dibag i ke dalam 12 kelompok kegunaan, yaitu

Tumbuhan obat (210 jenis), tumbuhan hias ( 154 jenis), penghasil bahan bangunan (54

jenis), penghasil pangan (38 jenis), penghasil serat (4 jenis), penghasil tanin (4 jenis),

penghasil warna (19 jenis), penghasil pestisida nabati (2 jenis), aromatik (4 jenis),

penghasil tali, kerajinan, anyaman (3 jenis), penghasil pakan ternak (14 jenis ), penghasil

kayu bakar (10 jenis) dan penghasil lainnya (8 jenis).

Terdapat 246 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar TNGP

yang terbag i kedalam 12 kelompok kegunaan, yaitu tumbuhan obat (69 jenis),

(6)

tumbuhan hias (66 jenis), penghasil bahan bangunan (17 jenis), penghasil pangan (32

jenis), penghasil bahan pewarna (12 jenis), penghasil pestisida nabati (1 jenis), tumbuhan

aromatik/minyak atsiri (26 jenis), penghasil tali, kerajinan dan anyaman (7 jenis),

penghasil pakan ternak (22 jenis), penghasil kayu bakar (14 jenis), dan penghasil tolak bala

(6 jenis).

Spesies-spesies tumbuhan berguna potensial di kawasan TNGP, antara lain: sintok

(Cinnamomum sinto c BI.), suren (Toona sureni BI.), antanan (Centella asiatica (L.) Urb.)

dan jukut hareuga (Bidens pilosa L.).

Secara umum, masyarakat sekitar kawasan TNGP memahami bahwa kawasan

TNGP merupakan kawasan yang tidak boleh mendapatkan gangguan. Terlepas apakah

mereka paham TNGP sebagai kawasan konservasi atau tidak. Oleh karena itu

penyuluhan-penyuluhan konservasi perlu ditingkatkan supaya masyarakat memahami dengan baik

tentang kawasan TNGP sebagai kawasan konservasi. Ber kaitan dengan pemanfaatan

tumbuhan oleh masyarakat yang berada dalam kawasan, mereka memahami bahwa hal itu

merupakan tindakan yang tidak diperbolehkan oleh pengelola TNGP. Walaupun ada

beberapa yang secara tradisional masih memanfaatkan jenis tumbuhan tertentu.

Jenis tanaman kumis kucing merupakan jenis terbanyak yang dipakai oleh

masyarakat. Jenis ini ditemukan di luar kawas an TNGP, tepatnya di areal daerah

penyangga. Di beberapa tempat di sekitar kawasan bahkan ada yang sudah memanfaatkan

jenis tanaman ini untuk dikembangkan secara komersil. Hal ini terlihat dari ditemukannya

kebun-kebun kumis kucing hasil pengembangan masyarakat walaupun masih dalam skala

kecil. Tanaman ini digunakan untuk mengobati penyakit liver, sakit pinggang dan lemah

lesu.

Hal penting dari kajian etnobotani ini adalah bagaimana pengetahuan tradisional

masyarakat mengenai pemanfaatan tumbuhan dapat diselamatkan dan terdokumentasikan

dengan baik. Pengetahuan tersebut sangat berharga sebagai sebuah kekayaan ilmiah

tradisional yang bisa memperkaya pengetahuan ilmiah modern nantinya.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, yang telah memberikan

karunia rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi berjudul “Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango ”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Ir. Siswoyo, MSi selaku dosen pembimbing pertama, atas segala bimbingan dan

arahannya,

2. Bapak Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS selaku dosen pembimbing kedua, atas segala

bimbingan dan arahannya,

3. Bapak Ir. Novianto Bambang W., MS.i, selaku Kepala Balai Taman Nasional Gunung

Gede Pangrango, atas bimbingan, arahan dan fasilitas yang telah diberikan selama

praktek berlangsung,

4. Ir. Didi Subandidinata, selaku Kepala Seksi Konsevasi Wilayah I Selabintana, Ir.

Memen Suparman, MM selaku Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Bogor, dan Ir.

Supratman Tonny, selaku Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Cianjur,

5. Seluruh staf dan pegawai serta petugas lapangan Balai Taman Nasional Gunung Gede

Pangrango, atas pelayanan yang diberikan selama praktek berlangsung,

6. Seluruh volunteer di tiga gerbang masuk Taman Nasional Gunung Gede Pangrango,

Montana, Eagle, dan Panthera atas pelayanan akomodasi dan tempat tinggal.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidaklah sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun guna perbaikan sangat penulis harapkan.

Semoga dengan penulisan skripsi ini memberikan manfaat kepada pembaca terlebih

kepada penulis betapa sesungguhnya maha sempurna ilmu Allah.

Bogor, Maret 2006

Penulis

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ngawi pada tanggal 2 Maret 1982 sebagai anak kelima dari

enam bersaudara dari ayahanda Sugoto dan ibunda Suharti.

Penulis memasuki Sekolah Dasar Negeri III Sumberbening pada tahun 1989 dan

lulus pada tahun 1995. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama pada tahun

1995 di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Ngawi dan lulus pada tahun 1998.

Pendidikan menengah atas penulis jalani di Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Ngawi

pada tahun 1998 sampai 2001. Pada tahun 2001 itu pula penulis diterima di Institut

Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen

Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.

Pada tahun 2003 penulis mengikuti Praktek Inventarisasi Hutan di Hutan

Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi. Tahun 2004 melaksanakan Praktek Pengenalan dan

Pengelolaan Hutan Jati di Jawa Timur. Pada tahun 2005 penulis menyelesaikan Praktek

Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Propinsi Jawa

Barat.

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, pada tahun 2005

penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul ”Inventarisasi

Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango”

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN

...

vi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 1

C. Manfaat Penelitian ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Keanekaragaman Sumberdaya Alam Hayati Indonesia... 3

B. Etnobotani ... 3

C. Potensi Tumbuhan Berguna Indonesia ... 4

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Kawasan ... 9

B. Letak dan Luas... 9

C. Topografi... 9

D. Iklim ... 10

E. Potensi Flora dan Fauna... 10

F. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar ... 11

IV. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian... 13

B. Bahan dan Alat ... 13

C. Metode... 13

1. Pengumpulan Data ... 13

2. Identif ikasi Jenis Tumbuhan Berguna ... 15

3. Pengolahan dan Analisis Data ... 16

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan ... 19

1.

Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Berguna Berdasarkan Familinya... 19

2.

Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Berguna Berdasarkan Habitusnya ... 19

B. Kegunaan Tumbuhan ... 20

1.

Tumbuhan Obat ... 21

2.

Tumbuhan Hias... 24

3.

Tumbuhan Penghasil Kayu Bangunan ... 25

4.

Tumbuhan Penghasil Pangan ... 26

5.

Tumbuhan Penghasil Serat ... 29

6.

Tumbuhan Penghasil Tanin ... 30

7.

Tumbuhan Penghasil Pewarna ... 31

8.

Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati ... 32

9.

Tumbuhan Aromatik ... 33

10. Tumbuhan Penghasil Tali, Anyaman, Kerajinan... 34

11. Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak/Satwa... 35

(10)

13. Tumbuhan Tolak Bala ... 38

14. Tumbuhan Penghasil Lain- lain... 39

C. Tumbuhan Berguna Potensial ... 39

D. Pemanfaatan Tumbuhan Berguna oleh Masyarakat di Sekitar Kawasan ... 41

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

(11)

DAFTAR TABEL

No.

Teks Halaman

1. Jumlah Penduduk Desa Penyangga Menurut Jenis Kelamin dan Umur ... 11

2. Jumlah Penduduk Desa Penyangga Berdasarkan Mata Pencaharian... 11

3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data dan Informasi dalam Penelitian

Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango ... 13

4. Klasifikasi Kelompok Kegunaan Sumberdaya Alam Hayati Berupa

Tumbuhan... 16

5. Klasifikasi Kelompok Penyakit/Penggunaan dan Macam

Penyakit/Penggunaannya ... 16

6. Rekapitulasi Jumlah Spesies Tumbuhan Berguna TNGP

Berdasarkan Habitusnya... 19

7. Rekapitulasi Jumlah Spesies Tumbuhan di TNGP Berdasarkan

Kelompok Kegunaannya ... 20

8. Rekapitulasi Jumlah Jenis Tumbuhan Obat di TNGP Berdasarkan

Kelompok Penyakit/Penggunaan... 22

9. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Kayu Bangunan yang Dimanfaatkan

Masyarakat Berdasar Hasil Wawancara dengan Masyarakat Desa Penyangga ... 26

10. Daftar Spesies Tumbuhan Kelompok Kegunaan Penghasil Pangan di TNGP... 27

11. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Pangan yang Dimanfaatkan oleh

Masyarakat Sekitar TNGP Hasil Wawancara dengan Masyarakat Desa Penyangga. 29

12. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Serat di TNGP ... 30

13. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Tanin di TNGP ... 31

14. Daftar spesies tumbuhan kelompok kegunaan Penghasil Pewarna di TNGP ... 31

15. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Pewarna Hasil Wawancara

dengan Masyarakat Desa Penyangga ... 32

16. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati di TNGP... 32

17. Daftar Spesies Tumbuhan Aromatik di TNGP... 33

18. Daftar Spesies Tumbuhan Aromatik Hasil Wawancara dengan Masyarakat

Desa Penyangga ... 34

19. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Tali, Anyaman dan Kerajinan di TNGP ... 35

20. Daftar Spesies Tumbuhan Tali, Anyaman, Kerajinan Hasil Wawancara

dengan Masyarakat Desa Penyangga ... 35

21. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak di TNGP ... 36

22. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak Hasil Wawancara

dengan Masyarakat Desa Penyangga ... 37

23. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar TNGP... 38

(12)

24. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar Hasil Wawancara

dengan Masyarakat ... 38

25. Daftar Spesies TumbuhanTolak balak Hasil Wawancara dengan Masyarakat ... 39

26. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Lain- lain di TNGP ... 39

(13)

DAFTAR GAMBAR

No.

Teks Halaman

1. Spesies Tumbuhan Obat TNGP... 24

2. Koleksi Tumbuhan Hias Resort Cibodas... 25

3. Spesies Tumbuhan Pangan TNGP ... 28

4. Spesies Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak... 36

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Teks Halaman

1. Peta TNGP Beserta Perluasannya... 47

2. Peta Aksesibilitas TNGP ... 48

3. Peta Lokasi Penelitian ... 49

4. Rekapitulasi Daftar Responden yang Diwawancarai dalam Penelitian

Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango ... 50

5. Daftar Spesies Tumbuhan yang Ditemukan di TNGP Disusun

Berdasar Nama Lokal... 52

6. Daftar Spesies Tumbuhan Berguna yang Terdapat di TNGP

Disusun Berdasar Nama Lokal... 69

7. Daftar Spesies Tumbuhan Berguna yang Terdapat di TNGP Disusun

Berdasar Nama Ilmiah... 80

8. Rekapitulasi Nama Famili dan Jumlah Spesies Tumbuhan Berguna di TNGP

Berdasar Nama Familinya... 91

9. Daftar Spesies Tumbuhan Kelompok Kegunaan Obat di TNGP ... 94

10. Daftar Spesies Tumbuhan Kelompok Kegunaan Hias di TNGP...102

11. Daftar Spesies Tumbuhan Kelompok Kegunaan Penghasil Bahan Bangunan

di TNGP ... 106

12. Daftar Spesies Tumbuhan Kelompok Kegunaan Penghasil Obat Hasil Wawancara

Masyarakat Desa Penyangga ...108

13. Daftar Spes ies Tumbuhan Hias Hasil Wawancara dengan Masyarakat

(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) ditetapka n sebagai taman

nasional melalui SK Menteri No. 736/36/Menteri/X/82, dengan luas kawasan saat ini

21.975 ha. Kawasan ini memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tinggi, sehingga

mendorong UNESCO untuk menetapkannya sebagai cagar biosfer.

Keberadaan TNGP mempunyai peranan yang sangat penting dan memiliki nilai

strategis bagi kehidupan manusia. Kawasan ini dapat menunjang pembangunan ekonomi

daerah maupun nasional. Oleh karena itu pengelolaan taman nasional yang terpadu dan

terencana dengan baik menjadi suatu hal yang mutlak, termasuk didalamnya upaya

pengelolaan dan pelestarian serta pemanfaatan sumberdaya alam hayati yang menjadi

bagian dari sistem pengelolaan taman nasional secara keseluruhan.

Di sekitar kawasan TNGP terdapat desa-desa yang berbatasan langsung dengan

kawasan, yaitu Ciputri, Sindangjaya, Sukatani, Kebon Peuteuy Mekarwangi, Tegallega,

Padaluyu, Bunikasih, Karawang,

Langensari, Gegbrong, Cipetir , Sudajaya girang,

Gegbrong, Sukangalih, Citapen, Citeko, Nangerang, dan Cilengsi. Keberadaan kawasan

memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat

desa-desa tersebut. Secara khusus manfaat yang diperoleh dari tumbuhan baik berupa kayu

maupun non kayu dan spesies-spesiesnya yang sangat potensial, antara lain: tumbuhan

obat, hias, aromatik, penghasil pangan, penghasil pakan ternak/satwaliar, penghasil

pestisida nabati, penghasil bahan pewarna, penghasil tanin, penghasil minuman, tolak bala,

penghasil kayu bakar, penghasil bahan bangunan, serta penghasil tali, anyaman dan

kerajinan.

Berkaitan dengan potensi yang ada di TNGP dan kondisi sosial ekonomi

masyarakat sekitar , maka pemanfaatan tumbuhan berguna dapat dijadikan altenatif untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Akan tetapi data dan informasi tentang

tumbuhan berguna di TNGP belum tersedia secara memadai, sehingga perlu dilakukan

penelitian mengenai inventarisasi keanekaragaman jenis tumbuhan di TNGP.

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji potensi sumberdaya alam hayati

berupa tumbuhan di TNGP.

(16)

C. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan data dasar untuk

bahan masukan bagi kebijakan kegiatan pengelolaan, pelestarian dan pemanfaatan

keanekaragaman sumberdaya alam hayati berupa tumbuhan yang ada di kawasan TNGP.

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Keanekaragaman Sumberdaya Alam Hayati Indonesia

Indonesia, seperti juga halnya dengan banyak negara yang terletak di kawasan

tropika basah, memiliki sumberdaya alam hayati yang sangat beranekaragam dan banyak

diantaranya yang mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi sumberdaya ekonomi

(Sastrapradja, Brotonegoro, Adisoemarto, Kadarsan, Kartawinata, Rifai, Saono,

Sastrapradja dan Soenarko, 1977).

Indonesia juga dikenal sebagai pusat keanakeragaman hayati dunia dan tergolong

negara yang memiliki tingkat endemisme tertinggi di dunia. Sepuluh persen dari seluruh

spesies tumbuhan berbunga di dunia terdapat di Indonesia, meskipun luas daratan

Indonesia hanya 1,3% dari total luas daratan dunia. Selain itu di Indonesia hidup 12%

spesies mamalia, 16% spesies reptilia dan amphibia, dan 17% spesies burung. Perairan

Indonesia menyimpan kekayaan spesies terbesar, yaitu sebesar 25% dari total spesies ikan

yang ada di seluruh dunia. Dari hasil kajian sekuens 16S rRNA gen beberapa bakteri asal

Indonesia, di Indonesia diduga terdapat lebih dari 25% spesies mikroba dunia (ICBB,

1999 *).

Lebih lanjut Sastrapradja et al. (1977) mengemukakan bahwa sumberdaya hayati

Indonesia dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu (1) Sumberdaya Hayati berupa tumbuhan,

(2) Sumberdaya Hayati berupa hewan, dan (3) Sumberdaya Hayati berupa jasad renik.

Bila dibandingkan dengan daerah-daerah tropik lainnya yang terletak terutama di kawasan

Amerika dan Afrika, keanekaragaman hayati yang terdapat di Indonesia jauh lebih tinggi,

terlebih lagi bila dibandingkan dengan daerah beriklim dingin dan sedang.

Pentingnya peranan sumberdaya keanekaragaman hayati telah dikenal secara luas

saat ini. Sumberdaya keanekaragaman hayati, khususnya keanekaragaman hayati yang

telah dimanfaatkan oleh manusia selama berabad-abad lamanya adalah sebuah bukti

bahwa keanekaragaman hayati merupakan komponen vital kelangsungan hidup manusia

(Muhtaman, 1997).

B. Etnobotani

Menurut Martin (1995), etnobotani merupakan kajian interaksi antara manusia

dengan tumbuhan. Hasairin (1994) menambahkan bahwa di Indonesia istilah etnobotani

ini belum begitu populer, meskipun dalam prakteknya sudah mulai banyak dilakukan oleh

ahli botani dan antropologi, umumnya hanya sekedar penelitian sampingan saja. Hal ini

menyebabkan data dan informasi mengenai etnobotani tersebar dalam berbagai publikasi

dan berbagai disiplin ilmu.

(18)

Studi etnobotani dapat memberi kontribusi yang besar dalam proses pengenalan tumbuhan

yang ada di suatu wilayah melalui kegiatan pengumpulan kearifan lokal dari dan bersama

masyarakat setempat. Istilah etnobotani digunakan untuk menjelaskan interaksi masyarakat

setempat (etno atau etnis) dengan lingkungan hidupnya, khususnya dengan

tumbuh-tumbuhan. Studi etnobotani ini dapat membantu masyarakat dalam mencatat atau merekam

kearifan lokal yang mereka miliki selama ini, untuk masa mendatang (Leisa, 2006 *).

C. Potensi Tumbuhan Berguna Indonesia

Hutan tropika Indonesia diakui sebagai komunitas yang paling kaya akan

keanekaragaman spesies tumbuhan di dunia. Diakui pula bahwa hutan tropika, khususnya

hutan hujan tropika merupakan salah satu bagian dunia yang masih menyisakan kehidupan

liar, yang masih membangkitkan keajaiban dan kekaguman manusia (Zuhud, Ekarelawan

dan Riswan, 1994).

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan jenis tumbuhan maupun

hewan. Walaupun luasnya hanya 1,3% dari luas daratan dunia, Indonesia memiliki sekitar

17% jumlah jenis tumbuhan dan hewan di dunia. Jumlah total jenis tumbuhan di Indonesia

memang belum pasti diketahui, tetapi diperkirakan memiliki 11% jenis tumbuhan

berbunga (27.500 jenis) yang ada di dunia, 9% jenis lumut (1.500 jenis), 13% jenis

tumbuhan paku (1.500 jenis) dan 19% tumbuhan gymnospermae (Anonim, 1994 dalam

Witono, 2003).

Keanekaragaman flora Indonesia tercermin pada kekayaan jenis hutan-hutan tropik

basah, baik yang terdapat di dataran rendah maupun dataran tinggi, yang menutupi kurang

lebih 63% luas daratan Indonesia. Di hutan-hutan seperti inilah sebagian besar jenis -jenis

tersebut dapat dijumpai, baik yang merambat, berbentuk perdu, pohon dengan segala

ukuran, maupun yang berbentuk renik, seperti ganggang, lumut dan jamur (Sastrapradja et

al., 1977).

Lebih lanjut Sastrapradja et al. (1977) mengemukakan bahwa di kawasan

Indonesia terdapat sejumlah 30.000 jenis tumbuhan. Jumlah tersebut menjadi lebih besar

lagi, bila jenis- jenis lumut dan ganggang diperhitungkan.

PROSEA (1999) dalam Kartikawati (2004) membagi jenis pemanfaatan tumbuhan

berdasarkan komoditas untuk berbagai keperluan yang meliputi pemanfaatan secara primer

(primary use), dan sekunder (secondary use), seperti kacang- kacangan, buah-buahan,

pewarna, pakan, kayu, rotan, bambu, sayur-sayuran, sumber karbohidrat, sereal, tumbuhan

obat, dan tanaman hias.

(19)

Menurut Zuhud, Ekarelawan, dan Riswan. (1994), tumbuhan obat adalah seluruh

spesies tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat, yang

dikelompokkan menjadi : (1) tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang

diketahui atau dipercayai masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai

bahan baku obat tradisional; (2) tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang

secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat

dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis; dan (3) tumbuhan obat

potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa/bahan bioaktif yang

berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah medis atau penggunaannya sebagai

bahan obat tradisional sulit ditelusuri.

Jumlah tumbuhan obat yang tercatat di Indonesia cukup banyak, dari jumlah yang

banyak tersebut sebagian telah dimanfaatkan untuk obat tradisional dan jamu, namun

bagian yang terbesar masih tersimpan secara in-situ di kawasan hutan (Siswoyo, Zuhud,

dan Sitepu, 1994).

Menurut Heyne (1987), tidak kurang dari 1.100 spesies tumbuhan yang dapat

digunakan sebagai bahan baku obat.

2. Tumbuhan Hias

Menurut Nurhayati (1983) dalam Ramadhani (1994), tanamam hias yaitu tanaman

apapun yang mempunyai nilai hias, baik hias bunga dan tajuk, cabang, batang, buah

maupun hias aroma.

Tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang telah dikembangkan sebagai tanaman hias

baru sedikit, padahal jumlah kekayaan jenis yang ada cukuplah besar (Sastrapradja et al.,

1977).

3. Tumbuhan Aromatik (Minyak Atsiri)

Anonimous (1991) dalam Kartikawati (2004) memberikan pengertian minyak

atsiri merupakan minyak yang diperoleh dengan cara ekstraksi atau penyulingan dari daun,

akar, batang, kulit, getah dan bunga tumbuhan.

Tumbuhan pe nghasil minyak atsiri mempunyai ciri bau dan aroma, karena fungsi

minyak atsiri yang paling luas dan paling umum diminati adalah sebagai pengharum, baik

itu parfum, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada

makanan, maupun produk rumah tangga lainnya. Setiap jenis tumbuhan yang memiliki sel

glandula saja yang bisa menghasilkan minyak atsiri dan sifatnya yang mudah menguap

(Agusta, 2000 dalam Kartikawati, 2004).

(20)

Menurut Heyne (1987), tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri diantaranya

adalah dari famili Poaceae, misalnya akar wangi (Andropogon zizinoides Urban.);

lauraceae, misalnya kulit kayu manis (Cinnamomum burmanii Ness. ex. Bl.);

zingiberaceae, misalnya jahe (Zingiber officinale Rosc.); piperaceae, misalnya sirih (Piper

betle L.); santalaceae, misalnya cendana (Santalum album L.); annonaceae, misalnya

kenanga (Canangium odoratum Aill.) dan sebagainya.

4. Tumbuhan Penghasil Pangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Idonesia (1989), tumbuhan pangan adalah sesuatu

yang tumbuh dan menghasilkan pangan. Sastrapradja et al. (1977) membagi tumbuhan

pangan berdasarkan kandungannya : (1) tumbuhan mengandung karbohidrat, (2) tumbuhan

mengandung protein, (3) tumbuhan mengandung vitamin, dan (4) tumbuhan mengandung

lemak.

5. Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak

Umumnya pakan yang diberikan kepada ternak berkaki empat terdiri atas

macam-macam jenis rumput dan daun-daunan yang lain (Sastrapradja, Afriastini dan Sutarno,

1983). Lebih lanjut Sastrapradja et al. (1983) mengemukakan bahwa dari berbagai

tumbuhan semak dan perdu yang banyak digunakan untuk pakan adalah yang tergolong

suku kacang-kacangan. Ada beberapa jenis tumbuhan yang tidak termasuk rumput maupun

kacang-kacangan, tetapi dapat digunakan untuk pakan ternak walaupun jumlah jenis yang

termasuk golongan ini tidak banyak.

6. Tumbuhan Penghasil Bahan Pewarna

Menurut Lemmens, Soetjipto, Van der Zwan dan Parren (1999), pewarna nabati

adalah bahan pewarna yang berasal dari tumbuhan. Bahan ini diekstrak dengan jalan

fermentasi, direbus, atau secara kimiawi, dari sejumlah kecil zat kimia tertentu yang

terkandung di dalam jaringan tumbuhan. Pewarna dapat diperoleh dari berbagai tumbuhan,

antara lain : akar (misalnya pewarna merah dari Rubia cordifolia L.), rimpang (pewarna

kuning-jingga dari Curcuma longa L.), pepagan (bahan pewarna hitam dari Terminalia

catappa L.), resin- gom pada pepagan (pewarna kuning dari Garcinia hanburyi Hook.F.),

kayu (kayu secang, kayu gelondongan), daun (tarum), buah (pewarna hitam- lembayung

dari Terminalia bellirica (Gaertner.) Roxb.), biji (kesumba), bunga (‘saftflower’), dan

kepala putik (sapran).

Di Indonesia orang telah banyak menggunakan tumbuhan sebagai bahan pewarna

nabati dan sudah lama mengenal pewarna alami tetumbuhan untuk makanan, seperti daun

(21)

suji (Pleomele angustifolia N.E.Brown.) untuk warna hijau, rimpang kunir atau kunyit

(Curcuma domestica Valeton.) untuk warna kuning, daun Iresine herbstii Hook. untuk

mewarnai merah pada agar-agar, kulit kayu soga (Peltophorum pterocarpum Backer.)

sebagai bahan pewarna coklat yang penting untuk pewarna batik (Heyne, 1987).

7. Tumbuhan Penghasil Tanin

Tanin nabati merupakan bahan dari tumbuhan, rasanya pahit dan kelat, seringkali

berupa ekstrak dari pepagan atau bagian lain (terutama daun, buah dan puru). Tanin dapat

dimanfaatkan secara luas untuk keperluan pengobatan. Dapat dimanfaatkan untuk obat

penyakit gula, untuk pengaturan keseimbangan hormon yang dikeluarkan pankreas,

sebagai obat cacing dan obat antibiotik (Lemmens et al., 1999).

Lebih lanjut Lemmens et al. (1999) menguraikan bahwa umumnya tanin dijumpai

pada dikotil dan keberadaannya tersebar pada berbagai suku, antara lain suku

rhizophoraceae, combretaceae. Pada skala dunia, jenis - jenis terpenting untuk produksi

tannin termasuk suku Fabaceae (akasia hitam (Acacia mearnsii de Wild.)), anacardiaceae

(‘quebracho’ (Schinopsis spp.)), rhizophoraceae (jenis-jenis dari berbagai marga),

combretaceae (‘myrobalans’ dari Terminalia spp.).

8. Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati

Kardinan (2002) mengartikan pestisida nabati sebagai suatu pestisida yang bahan

dasarnya berasal dari tumbuhan. Tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai

alat pertahanan dari serangan organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan

bahan bioaktif. Lebih dari 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk dalam 235 famili

dilaporkan mengandung bahan pestisida.

Menurut Syahputra (2005), bahwa salah satu pengusahaan hutan non-kayu yang

dapat dikembangkan selain sebagai sumber bahan bangunan dan bahan obat-obatan

tradisional juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber insektisida. Insektisida botani

memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh insektisida sintetik. Lebih lanjut

Syahputra (2005) menjelaskan bahwa beberapa spesies tanaman famili annonaceae

ternyata cukup berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai insektisida nabati.

9. Tumbuhan Penghasil Serat

Menurut Haygreen dan Bowyer (1989), produk-produk serat kayu, meliputi :

kertas, papan isolasi dan papan serat kerapatan sedang. Semua produk-produk ini dibuat

dari kayu yang telah dipecah menjadi serat-serat individual, berkas-berkas serat kecil atau

bagian-bagian serat.

(22)

Menurut Heyne (1987), bahan serat meliputi ; bahan pembungkus, penutup atap,

bagian-bagian tanaman serat kulit batang dan serat daun, bulu buah dan bulu biji serta

kertas.

10. Tumbuhan Penghasil Bahan Tali, Kerajinan, Anyaman

Widjaya, Mahyar dan Utama (1989) mengemukakan bahwa diantara jenis-jenis

tumbuhan kerajinan, rotan merupakan bahan baku utama kerajinan anyaman di Indonesia.

Hasil kerajinan tangan yang terbuat dari rotan banyak dijumpai di daerah Sumatera,

Kalimantan dan Sulawesi, karena memang di sanalah pusat tempat rotan tumbuh.

Tumbuhan kedua yang berpotensi tinggi adalah bambu. Hasil kerajinan bambu umumnya

berasal dari Bali, Jawa dan Sulawesi, sedangkan dari Sumatera dan Kalimantan lebih

sedikit. Selanjutnya pandan merupakan bahan baku yang berpotensi juga. Hanya saja hasil

kerajinannya tidak begitu banyak karena biasanya dibuat di dataran-dataran rendah dimana

banyak tumbuhan pandan yang cocok untuk bahan baku anyaman. Lontar merupakan

bahan baku yang cukup mendapat perhatian, walaupun terdapat hanya di bagian timur

Indonesia. Teki, sagu, gebang, genjer, batang anggrek dan aren juga mempunyai potensi

sebagai bahan baku kerajinan walaupun dalam jumlah sedikit.

11. Tumbuhan Penghasil Kayu Bangunan

Menurut Haygreen dan Bowyer (1989), bahan bangunan kayu adalah salah satu

produk yang paling sederhana, paling mudah digunakan, kayu dapat dipotong dan dibentuk

dengan mudah, digunakan dan mudah dipasang. Pada saat yang sama kayu adalah salah

satu bahan yang paling kompleks. Kayu tersusun atas sel-sel yang mungil, masing-masing

memilki struktur lubang-lubang kecil, selaput dan dinding- dinding yang berlapis-lapis

rumit. Unsur-unsur penyusunan kayu tergabung dalam sejumlah senyawa organik :

selulosa, hemiselulosa dan lignin.

12. Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar

Kepentingan internasional kayu sebagai pemanas rumah dan bahan bakar untuk

memasak harus diakui. Secara menyeluruh di dunia, penggunaan kayu untuk bahan bakar

telah selalu merupakan penggunaan tunggal terbesar dari kayu dan masih tetap demikian

sekarang. Diperkirakan bahwa kira-kira 45% kayu yang dikonsumsi di dunia digunakan

untuk pemanasan rumah dan memasak (Haygreen dan Bowyer, 1989).

(23)

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Kawasan

Hutan Hujan Pegunungan Gunung Gede Pangrango telah dikukuhkan sebagai

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) sejak tahun 1982 berdasarkan SK

Menteri No. 736/36/Menteri/X/82, yang memiliki luas kawasan sekitar 15.196 ha. Saat ini

sesua i SK Menhut No 174/Kpts-II/tanggal 10 Juni 2003 diperluas menjadi 21.975 ha.

Hutan Gunung Gede Pangrango ini menjadi salah satu wakil dari ekosistem hutan hujan

pegunungan yang ada di Indonesia yang memiliki struktur dan komposisi yang spesifik

bagi ekosistem tersebut. Taman nasional ini termasuk salah satu Cagar Biosfer yang

ditetapkan UNESCO sejak tahun 1977 dengan nama Cagar Biosfer Taman Nasional

Gunung Gunung Gede Pangrango (Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gede

Pangrango, Balai Taman Naional Gede P angrango, 1995).

Pada tanggal 6 Maret 1980, Menteri Pertanian menetapkan kawasan, meliputi

Cagar Alam Cibodas, Cagar Alam Cimungkat, Cagar Alam Gunung Gede Pangrango,

Taman Wisata Situgunung dan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

B. Letak dan Luas

TNGP yang luasnya 21.975 ha, secara geografis terletak antara 106

o

50´-106°56´

BT dan 6°32´-6°34´LS, termasuk dalam wilayah administrasi pemerintah Kabupaten

Bogor, Cianjur dan Sukabumi (Jawa Barat). Kawasan ini dibatasi oleh hutan lindung atau

hutan produksi, perkebunan dan tanah milik dan permukiman.

Secara administratif kawasan TNGP berbatasan dengan :

Sebelah Utara

: Wilayah Kabupaten DATI II Cianjur dan Wilayah Kabupaten

DATI II Bogor.

Sebelah Selatan

: Wilayah Kabupaten DATI II Sukabumi.

Sebelah Barat

: Wilayah Kabupaten DATI II Sukabumi dan Wilayah Kabupaten

DATI II Bogor.

Sebelah Timur

: Wilayah Kabupaten DATI II Cianjur.

C. Topografi

Gunung Gede dan Pangrango dihubungkan oleh bukit yang bertemu di daerah

kandang badak pada ketinggian tempat sekitar 2.400 m dpl. Wilayahnya sangat curam dan

banyak terdapat punggung bukit yang dibentuk oleh celah-celah aliran sungai yang

(24)

mengalir ke arah Bogor, Sukabumi dan Cianjur (Direktorat Aneka Usaha Kehutanan dan

Fakultas Kehutanan IPB, 2000)

TNGP merupakan dataran tinggi yang terdiri dari rangkaian gunung berapi

terutama yaitu Gunung Gede (±2.958 m dpl) dan gunung Pangrango ( ±3.019 m dpl), serta

beberapa gunung lainnya. Gunung Gede dan Gunung Pangrango ini dihubungkan oleh

punggung bukit sepanjang ± 2.500 m dengan sisinya membentuk lereng curam berlembah

kearah bawah menuju ke dataran Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Bentuk lapangan

berbukit-bukit dan bergunung-gunung dengan kelerengan lapangan antara 25 - 45%, serta variasi

ketinggian tempat antara 1.000 - 3.019 m dpl.

D. Iklim

TNGP merupakan salah satu daerah terbasah di Pulau Jawa dengan curah hujan

rata-rata antara 3.000-4.200 mm/tahun. Musim hujan berlangsung dari Oktober -Mei dan

antara Desember-Maret curah hujannya melebihi 400 mm/bulan. Seringkali puncak dan

punggung gunung diselimuti awan dan kabut tebal.

Suhu kawasan ini berkisar antara 10-18°C, semakin keatas suhu makin menurun

hingga mencapai kurang dari 10°C di puncak Gunung Pangrango dengan kelembaban

udara antara 80- 90%. Kecepatan angin yang cukup tinggi di puncak gunung menyebabkan

suhu bertambah rendah.

Pada musim penghujan berhembus angin muson barat daya. Pada bulan

Februari-Maret, angin berhembus cukup luas dan sering mengakibatkan robohnya pohon-pohon.

Pada musim kemarau berhembus angin muson timur laut dengan kecepatan rendah.

E. Potensi Flora dan Fauna

1.

Flora

Di kawasan TNGP terdapat dua buah alun-alun padang rumput. Di sepanjang tepi

alun-alun tersebut didominir oleh tumbuhan bunga Edelweiss (Anaphalis javanica), yang

sering disebut bunga abadi karena tidak pernah layu. Di kawasan air terjun Cibeureum

terdapat anggrek (Liparis muconatus) yaitu anggrek asli dari Gunung Gede dan bersifat

endemik (tidak ditemukan di daerah lain). Terdapat tiga jenis flora yang termasuk

unggulan di TNGP, yaitu edelweis (Anaphalis javanica), kantong semar (Nepenthes

gymnamphora), dan raflesia (Raflesia rochusseni) ( Rencana Pengelolaan Taman Naional

Gede Pangrango, Balai Taman Naional Gede Pangrango, 1995).

(25)

Terdapat tiga jenis satwa yang termasuk unggulan di TNGP, yaitu; Spizaetus

bartelsii (elang jawa), Hylobates moloch (owa jawa), Panthera pardus (macan tutul)

(Rencana Pengelolaan Taman Naional Gede Pangrango, Balai Taman Naional Gede

Pangrango, 1995). Jenis lainnya adalah Kera (Macaca fascicularis) dan Lutung (Presbytis

cristata); sedangkan satwa lainnya adalah anjing hutan, babi hutan dan golongan mamalia

kecil serta sejumlah jenis burung.

F. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar

Berdasarkan data potensi desa tahun 2001 jumlah penduduk dari tiga desa

penyangga yang terdapat di TNGP resort Cibodas (Cimacan, Ciloto dan Sindangjaya)

adalah 33.853 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 16.538 orang, perempuan 17.315

orang yang menempati areal seluas 1.116,693 ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Penyangga Menurut Jenis Kelamin dan Umur

Desa Cimacan (Jiwa) Ciloto (Jiwa) Sindangjaya (Jiwa) Jumlah (Jiwa) % Umur Tahun % % % < 14 6.866 43,35 2.789 35,65 3.438 33,74 13.093 38,68 15-54 6.133 38,72 3.962 50,64 5.868 57,58 15.963 47,15 > 55 2.840 17,93 1.073 13,71 884 8,68 4.797 14,17 Jumlah 15.839 100 7.824 100 10.190 100 33.853 100

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk usia muda (0 sampai dengan 14

tahun) adalah 13.093 orang atau sebesar 38,68%. Jumlah penduduk usia kerja (15 sampai

dengan 54 tahun) cukup tinggi yaitu sebesar 15.963 orang atau 47,15%.

Sebagian besar penduduk Desa Cimacan, Ciloto dan Sindangjaya hidup dengan

matapencaharian pokok usahatani, baik sebagai petani pemilik, penggarap ataupun buruh

tani. Sedangkan sebagian lagi mempunyai mata pencaharian sebagai PNS/ABRI/Polisi,

Pedagang dan usaha lainnya. Daerah di sekitar Resort Cibodas merupakan daerah wisata

sehingga berdagang sangat membantu sebagai sumber mata pencaharian tambahan bagi

masyarakat sekitar Resort Cibodas terutama masyarakat desa Cimacan. Informasi lebih

lengkap mengenai karakteristik penduduk desa penyangga berdasarkan mata pencaharian

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Penyangga Berdasarkan Mata Pencaharian

Desa

Cimacan Ciloto Sindangjaya Jenis Mata Pencahrian

Jumlah (Jiwa) % Jumlah (Jiwa) % Jumlah (Jiwa) % Jumlah (Jiwa) % Petani Pemilik 4.310 67,64 427 9,01 0 0 4.737 42,07 Petani Penggarap 0 0 214 4,51 0 0 214 1,90

(26)

Buruh Tani 0 0 683 14,41 0 0 683 6,07 PNS/ABRI/Polisi 1.012 15,88 3.036 64,05 98 66,67 4.146 36,82 Tukang Kayu/Jahit 708 11,11 262 5,53 49 33,33 1.019 9,05

Pedagang 342 5,37 118 2,49 0 0 460 4,09

Jumlah 6.372 100 4.740 100 147 100 11.259 100

Desa- desa yang letaknya berbatasan dengan kawasan TNGP lainnya adalah Desa

Sukatani dan Sindangjaya. Desa Sukatani dan Sindangjaya merupakan desa-desa yang

secara administratif termasuk dalam kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Desa Sukatani

seluas 419,665 ha, di sebelah selatannya berbatasan dengan TNGP, sedangkan Desa

Sindangjaya seluas 489,618 ha, di sebelah selatannya berbatasan dengan TNGP.

(27)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

selama 2 (dua) bulan, yaitu bulan April-Mei 2005.

B. Bahan dan Peralatan

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain : publikasi dan

laporan penelitian dan survey vegetasi maupun tumbuhan yang telah dilakukan oleh

berbagai instansi dan lembaga di kawasan TNGP, kompas brunton, pita ukur, kamera dan

film, tambang plastik, kantong plastik, tally sheet, alat tulis- menulis, komputer dan

perlengkapannya.

C. Metode

1. Pengumpulan Data

a. Jenis data yang dikumpulkan

Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data

sekunder dan data primer. Data sekunder yang dikumpulkan, antara lain: kondisi umum

lokasi TNGP, jenis- jenis tumbuhan yang terdapat di TNGP, dan jenis-jenis tumbuhan

berguna yang terdapat di TNGP. Data primer yang dikumpulkan, antara lain:

pemanfaatan tumbuhan berguna oleh masyarakat sekitar TNGP, dan foto

spesies-spesies tumbuhan berguna. Jenis dan teknik pengumpulan data dan informasi dalam

penelitian ini secara rinci disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data dan Informasi dalam Penelitian Inventarisasi

Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Kawasan TNGP,

No. Jenis Data Data dan Informasi yang Dikumpulkan

Metode Pengumpulan

Data Sekunder

1. Kondisi umum lokasi TNGP:

a. Letak geografis

b. Luas areal

c. Batas wilayah

d. Topografi

e. Iklim

f. Keadaan penduduk sekitar kawasan

1

(28)

g. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar

kawasan

No. Jenis Data Data dan Informasi yang Dikumpulkan

Metode Pengumpulan Data Sekunder 2.

Jenis-jenis tumbuhan di TNGP:

a. Nama Lokal

b. Nama ilmiah

c. Nama famili

d. Habitus

3.

Jenis-jenis tumbuhan berguna di TNGP:

a. Jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan

b. Habitus

c. Habitat

d. Status

e. Kegunaan

f. Bagian tumbuhan yang digunaka n

g. Cara penggunaan

Studi Literatur

Primer

1. Tumbuhan obat oleh masyarakat sekitar

TNGP:

a. Jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan

b. Habitus

c. Habitat

d. Status

e. Kegunaan

f. Bagian tumbuhan yang digunakan

g. Cara penggunaan

2. Pemanfaatan tumbuhan hias; aromatik;

pangan; pakan ternak/satwaliar; pestisida

nabati; pewarna dan tanin; minuman; tolak

bala; kayu bakar; bahan bangunan; tali,

anyaman dan kerajinan oleh masyarakat

sekitar TNGP:

a. Jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan

b. Habitus

c. Habitat

1. Survei lapang 2.Wawancara dengan masyarakat

2

(29)

d. Status

e. Kegunaan

f. Bagian tumbuhan yang digunakan

g. Cara penggunaan

3. Foto jenis-jenis tumbuhan berguna TNGP

b. Teknik Pengumpulan Data

1). Pengumpulan data sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan melalui studi literatur, meliputi: kondisi umum

lokasi TNGP, jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di TNGP, dan jenis-jenis tumbuhan

berguna yang terdapat di TNGP dari berbagai laporan survey dan penelitian yang pernah

dilakukan oleh berbagai instansi di kawasan TNGP.

2). Pengumpulan data primer

a). Pemanfaatan tumbuhan berguna oleh masyarakat sekitar TNGP

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan masyarakat, baik

secara perseorangan maupun kelompok. Wawancara dilakukan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan yang ada di kawasan TNGP.

Penentuan responden diambil dari kelompok masyarakat yang mengetahui tentang

pemanfaatan tumbuhan yang ada di TNGP.

Dalam hal ini kajian melalui wawancara langsung diarahkan terhadap kelompok

masyarakat yang mengerti tentang pemanfaatan tumbuhan yang berada di beberapa desa di

kawasan TNGP.

Wawancara dilakukan di 5 desa, meliputi ; Desa Cimacan (14 responden),

Nangerang (5 responden), Ciloto (4 responden), Ciputri (10 responden), dan Karawang (1

responden). Total responden yang berhasil diwawancarai ada 34 responden. Informasi

mengenai data responden disajikan pada Lampiran 4.

Data yang diperlukan untuk pengkajian aspek ini, meliputi : macam penggunaan, jenis

tumbuhan yang digunakan, habitus, bagian yang digunakan, proses pembuatan, dan cara

penggunaannya.

b). Pengambilan foto atau gambar

Pengambilan foto atau gambar dilakukan untuk mendapatkan gambar spesies

tumbuhan yang nantinya akan diidentifikasi lebih lanjut. Data hasil identifikasi ini

dimaksudkan untuk melengkapi data yang ada.

(30)

Identifikasi jenis-jenis tumbuhan berguna dilakukan dengan melakukan cek silang

dengan berbagai buku/literatur tentang tumbuhan berguna yang ada, meliputi; nama lokal,

nama botani, nama famili, habitus, kegunaan, dan bagian yang digunakan.

3. Pengolahan dan Analisis Data

Data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan kemudian diolah, baik secara

manual maupun dengan komputerisasi untuk memperoleh data tentang: nama jenis, famili,

habitus, bagian tumbuhan yang digunakan, manfaat/kegunaan, data atau informasi lainnya

tentang tumbuhan serta kemungkinan pengelolaannya untuk dikembangkan lebih lanjut.

a. Pengolahan Data

1). Penyuntingan data

Kegiatan penyuntingan data bertujuan untuk meneliti kembali catatan untuk

mengetahui apakah catatan tersebut sudah cukup baik untuk keperluan proses berikutnya

dalam arti penyuntingan dilakukan terhadap data- dat a yang telah diperoleh.

2). Pengkodean data

Pengkodean data dilakukan untuk mengadakan klasifikasi terhadap data-data yang

diperoleh menurut macamnya dengan memberi kode tertentu pada catatan atau

mempertegas jawaban terhadap informasi tertentu.

b. Analisis Data

Hasil identifikasi jenis tumbuhan disusun berdasarkan famili dan jenis untuk

dianalisa secara deskriptif kualitatif. Setiap jenis tumbuhan dianalisis mengenai potensi,

bentuk hidup dan manfaatnya untuk apa saja serta bagian apa yang digunakan.

1). Pengklasifikasian kelompok kegunaan

Pengklasifikasian dilakukan dengan cara melakukan penyaringan (screening)

terhadap kegunaan masing-masing jenis tumbuhan berguna berdasarkan kelompok

kegunaannya, seperti tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4.

Klasifikasi Kelompok Kegunaan Sumberdaya Alam Hayati berupa Tumbuhan

No

.

Kelompok Kegunaan

1.

Tumbuhan obat

2.

Tumbuhan aromatik/minyak atsiri

3.

Tumbuhan pangan

4.

Tumbuhan penghasil bahan pewarna

5.

Tumbuhan penghasil pestisida nabati

6.

Tumbuhan hias

(31)

No

.

Kelompok Kegunaan

1.

Tumbuhan obat

8.

Tumbuhan penghasil tanin

9.

Tumbuhan penghasil bahan tali, anyaman, dan kerajinan

10. Tumbuhan penghasil kayu bakar

11. Tumbuhan penghasil serat

12. Tumbuhan penghasil bahan bangunan

13

Tumbuhan sebagai tolak balak

14

Lainnya

2) Pengklasifikasian kelompok penyakit/penggunaan tumbuhan obat

Khusus untuk tumbuhan obat, dilakukan pengklasifikasian lebih lanjut berdasarkan

kelompok penyakit/kegunaannya, seperti tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5.

Klasifikasi Kelompok Penyakit/Pengg unaan dan macam Penyakit/

Penggunaannya

No.

Kelompok

Penyakit/Penggunaa

n

Macam Penyakit/penggunaan

1

Gangguan Peredaran

Darah

Darah kotor, kanker darah, kurang darah,

pembersih darah, penasak, dan penyakit lainnya

yang berhubungan dengan darah

2

Keluarga Berencana

(KB)

Keluarga berencana (KB), membatasi kelahiran,

menjarangi kehamilan, pencegah kehamilan, dan

penggunaan lainnya yang berhubungan dengan

KB

3

Penawar Racun

Digigit lipan, digigit serangga, keracunan jengkol,

keracunan makanan, penawar racun, dan

penggunaan lainnya yang berhubungan dengan

keracunan

4

Pengobatan Luka

Luka, luka bakar, luka baru, luka memar, luka

bernanah, infeksi luka, dan penggunaan lainnya

yang berhubungan dengan luka

5

Penyakit Diabetes

Kencing manis (diabetes), menurunkan kadar gula

darah, sakit gula, dan penyakit lainnya yang

berhubungan dengan penyakit diabetes

6

Penyakit Gangguan

urat syaraf

Lemah urat syaraf, susah tidur (insomnia), dan

penggunaan lainnya yang berhubungan dengan

gangguan urat syaraf

7

Penyakit Gigi

Gigi rusak, penguat gigi, sakit gigi, dan

penggunaan lainnya yang berhubungan dengan

gigi

8

Penyakit Ginjal

Ginjal, sakit ginjal, gagal ginjal, batu ginjal,

kencing batu, dan penggunaan lainnya yang

berhubungan dengan ginjal

(32)

No.

Kelompok

Penyakit/Penggunaa

n

Macam Penyakit/penggunaan

tekanan darah tinggi (hipertensi), tekanan darah

tinggi, dan penggunaan lainnya yang

berhubungan dengan jantung.

10

Penyakit kanker/tumor Kanker rahim, kanker payudara, tumor rahim,

tumor payudara, dan penggunaan lainnya yang

berhubungan dengan tumor dan kanker.

11

Penyakit Kelamin

Beser mani (spermatorea), gatal di sekitar alat

kelamin, impoten, infeksi kelamin, kencing

nanah, lemah syahwat (psikoneurosis),

rajasinga/sifilis, sakit kelamin, dan penggunaan

lainnya yang berhubungan dengan kelamin.

12

Penyakit Khusus

Wanita

Keputihan, terlambat haid, haid terlalu banyak,

tidak datang haid, dan penggunaan lainnya yang

berhubungan dengan penyakit khusus wanita.

13

Penyakit Kulit

Koreng, bisul, panu, kadas, kurap, eksim, cacar,

campak, borok, gatal, bengkak, luka bernanah,

kudis, kutu air, dan penggunaan lainnya yang

berhubungan dengan kulit.

14

Penyakit Kuning

Liver, sakit kuning, heoatitis, penyakit hati, hati

bengkak, dan penggunaan lainnya yang

berhubungan dengan penyakit kuning.

15

Penyakit Malaria

Malaria, demam malaria, dan penggunaan lainnya

yang berhubungan dengan penyakit malaria.

16

Penyakit Mata

Radang mata, sakit mata, trakoma, rabun senja,

dan penggunaan lainnya yang berhubungan

dengan penyakit mata.

17

Penyakit Mulut

Gusi bengkak, gusi berdarah, mulut bau dan

mengelupas, sariawan, dan penggunaan lainnya

yang berhubungan dengan penyakit mulut

18

Penyakit Otot dan

Persendian

Asam urat, bengkak kelenjar, kejang perut,

kejang-kejang, keseleo, nyeri otot, rematik, sakit

otot, sakit persendian, sakit pinggang, terkilir, dan

penggunaan lainnya yang berhubungan dengan

otot dan persendian.

19

Penyakit telinga

Congek, radang anak telinga, radang telinga,

radang telinga tengah (otitis media), sakit telinga,

telinga berair, telinga berdenging, telinga merasa

gatal, dan penggunaan lainnya yang berhubungan

dengan telinga.

20

Penyakit Tulang

Patah tulang, sakit tulang, dan penggunaan

lainnya yang berhubungan dengan tulang.

21

Penyakit Saluran

Pembuangan

Ambeien, gangguan prostat, kencing darah,

keringat malam, peluruh kencing, peluruh

keringat, sakit saluran kemih, sembelit, susah

kencing, wasir, wasir berdarah, dan penggunaan

(33)

No.

Kelompok

Penyakit/Penggunaa

n

Macam Penyakit/penggunaan

lainnya yang berhubungan dengan penyakit

saluran pembuangan.

22

Penyakit Saluran

Pencernaan

Maag, kembung, masuk angin, sakit perut,

cacingan, mules, murus, peluruh kentut,

karminatif, muntah, diare, mencret, disentri, sakit

usus, kolera, muntaber, berak darah, berak lendir,

usus buntu, dan penggunaan lainnya yang

berhubungan dengan saluran pencernaan.

23

Penyakit Saluran

Pernafasan/THT

Asma, batuk, flu, influensa, pilek, pilek, sesak

nafas, Sakit tenggorokan, TBC, TBC paru, dan

penggunaan lainnya yang berhubungan dengan

saluran pernafasan/THT.

24

Perawatan Kehamilan

dan Persalinan

Keguguran, perawatan sebelum/sesudah

melahirkan/persalinan, uterine tonic, penyubur

kandungan, susu bengkak, ASI, dan penggunaan

lainnya yang berhubungan dengan kehamilan dan

melahirkan

25

Perawatan Organ Tubuh Wanita

Kegemukan, perawatan organ kewanitaan,

pelangsing, peluruh lemak, dan penggunaan

lainnya yang berhubungan dengan perawatan

organ tubuh wanita.

26

Perawatan Rambut,

Muka, Kulit

Penyubur rambut, penghalus kulit,

menghilangkan ketombe, perawatan muka, dan

penggunaan lainnya yang berhubungan dengan

rambut, muka dan kulit.

27

Sakit Kepala dan

Demam

Sakit kepala, pusing, pening, demam, demam

pada anak-anak, demam pada orang dewasa,

demam menggigil, penurun panas, dan

penggunaan lainnya yang berhubungan dengan

sakit kepala dan demam.

28 Tonikum Obat kuat, tonik, tonikum, penambah nafsu makan, kurang nafsu makan, meningkatkan enzim pencernaan, patah selera, astringen/pengelat, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tonikum.

29 Lain-lain Limpa bengkak, beri-beri, sakit kuku, sakit sabun, obat tidur, obat gosok, penenang, dan penggunaan lainnya yang tidak tercantum di atas.

(34)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Keanekaragaman Jenis Tumbuhan

Dari pengumpulan data- data vegetasi baik data sekunder maupun data primer

didapatkan daftar tumbuhan berdasarkan nama ilmiah, nama lokal, habitus dan nama

familinya. Hasil pengumpulan data tersebut kemudian dilakukan cek silang dengan

literatur-literatur yang ada, sehingga data yang dihasilkan merupakan data akurat sesuai

dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku.

Dari hasil penelitian didapatkan data total tumbuhan sebanyak 762 jenis. Dari

jumlah tersebut, 461 jenis diantaranya telah diketahui manfaatnya. Daftar total jenis

tumbuhan yang teridentifikasi secara rinci disajikan pada Lampiran 5, sedangkan daftar

tumbuhan berguna yang terdapat di kawasan TNGP secara rinci disajikan pada Lampiran

6.

a. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Berguna Berdasarkan Familinya

Berdasarkan familinya, jenis-jenis tumbuhan berguna TNGP dapat dikelompokkan

kedalam 111 famili. Jenis yang paling banyak ditemukan adalah dari famili orchidaceae,

yaitu sebanyak 147 jenis. Hal ini menunjukkan bahwa famili orchidaceae memiliki

keanekaragaman spesies yang tertinggi dibandingkan famili lainnya. Famili yang

ditemukan terbanyak kedua dan ketiga adalah asteraceae (24 jenis) dan lauraceae (20

jenis). Daftar rekapitulasi nama famili dan jumlah spesies tumbuhan berguna di TNGP

berdasar nama familinya secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 8.

b. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Berguna Berdasarkan Habitusnya

Keanekaragaman jenis tumbuhan berdasarkan habitusnya dapat dikelompokkan

kedalam 6 jenis, yaitu; epifit, herba, liana, perdu, pohon dan semak. Rekapitulasi jumlah

spesies tumbuhan berguna berdasarkan habitusnya tersaji pada Tabel 6.

Tabel 6. Rekapitulasi Jumlah Spesies Tumbuhan Berguna di TNGP Berdasarkan

Habitusnya

No Habitus Jumlah Jenis

1 Epifit 146 2 Herba 95 3 Liana 15 4 Perdu 44 5 Pohon 140 6 Semak 21 Jumlah Total 461

(35)

Dari Tabel 6 terlihat bahwa jumlah spesies terbanyak yang ditemukan terdapat

pada kelompok habitus epifit (146 jenis) dan kelompok habitus pohon (140 jenis),

sedangkan jumlah spesies terkecil terdapat pada kelompok liana (15 jenis). Dengan

demikian kelompok habitus pohon merupakan kelompok dengan keanekaragama n spesies

tertinggi sedangkan liana merupakan kelompok dengan keanekaragaman spesies yang

paling rendah. Informasi mengenai habitus masing- masing spesies tumbuhan berguna

secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 6.

B.

Kegunaan Tumbuhan

Data tumbuhan yang berhasil diidentifikasi tersebut kemudian dilakukan cek

silang dengan berbagai literatur, buku serta laporan untuk didapatkan data tumbuhan

berdasarkan klasifikasi kegunaannya. Dari hasil cek silang studi literatur didapatkan data

tumbuhan yang berhasil diidentifikasi kegunaannya sebanyak 461 jenis tumbuhan. Dari

jumlah tersebut, kemudian dilakukan pengklasifikasian berdasarkan kelompok

kegunaannya. Berdasarkan kelompok kegunaannya, spesies-spesies tumbuhan TNGP dapat

dikelompokkan kedalam 13 kelompok kegun aan. Rekapitulasi jumlah spesies tumbuhan

berdasarkan kelompok kegunaannya disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7. Rekapitulasi Jumlah Spesies Tumbuhan di TNGP Berdasarkan Kelompok

Kegunaannya

No Kelompok Kegunaan Jumlah Spesies

Di TNGP

Dimanfaatkan Masyarakat

1 Tumbuhan Obat 210 69

2 Tumbuhan Aromatik/Minyak Atsiri 4 26

3 Tumbuhan Pangan 37 32

4 Tumbuhan Penghasil Bahan Pewarna 19 12 5 Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati 2 1

6 Tumbuhan Hias 154 66

7 Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak 14 22

8 Tumb uhan Penghasil Tanin 4 0

9

Tumbuhan Penghasil Bahan Tali,

Anyaman, dan Kerajinan 3 7

10 Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar 10 14

11 Tumbuhan Penghasil Serat 4 0

12 Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan 54 17

13 Tumbuhan Tolak balak 0 6

14 Lainnya 8 0

Ju mlah 461* 246**

Keterangan : * Jumlah total tumbuhan berguna di TNGP

** Jumlah total tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat

Dari Tabel 7 terlihat bahwa jumlah jenis tumbuhan terbanyak terdapat pada

kelompok tumbuhan obat yaitu sebanyak 21 0 jenis, sedangkan jumlah jenis terendah

(36)

terdapat pada kelompok penghasil pestisida nabati serta penghasil tali, anyaman dan

kerajinan yaitu sebanyak 3 jenis. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, jumlah

jenis tumbuhan tertinggi terdapat pada kelompok tumbuhan obat (69 jenis) dan jumlah

jenis terendah terdapat pada kelompok pestisida nabati (1 jenis). Untuk kategori penghasil

tanin dan penghasil serat tidak teridentifikasi jumlahnya karena masyarakat tidak pernah

atau jarang menggunakan jenis-jenis tumbuhan untuk kategori ini.

Untuk data klasifikasi tumbuhan disajikan secara deskriptif dan tabulatif

berdasarkan potensi kegunaannya.

1. Tumbuhan obat

Menurut Zuhud et al. (1994), tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat

yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan menjadi : (1)

tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai

masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat

tradisional, (2) tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah

dibuktikan mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya

dapat dipertanggungjawabkan secara medis, dan (3) tumbuhan obat potensial, yaitu spesies

tumbuhan yang diduga mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi

belum dibuktikan secara ilmiah medis atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional

sulit ditelusuri.

Tumbuhan yang teridentifikasi memiliki kegunaan sebagai penghasil obat

merupakan kategori dengan kuantitas terbanyak yang berhasil ditemukan. Jumlah spesies

tumbuhan obat yang berhasil teridentifikasi sebanyak 210 jenis. Ini berarti hampir

sepertiga dari total tumbuhan TNGP yang berhasil diidentifikasi memiliki kegunaan

sebagai tumbuhan obat.

Untuk kategori tumbuhan obat ini dilakukan identifikasi lebih lanjut mengenai

bagian tumbuhan yang digunakan serta identifikasi kegunaan lanjutannya dalam

menyembuhkan penyakit -penyakit yang ada. Berdasarkan kelompok

penyakit/penggunaannya, spesies-spesies tumbuhan obat TNGP dapat dikelompokkan

kedalam 26 kelompok penyakit/penggunaan. Daftar jenis-jenis tumbuhan obat di TNGP

beserta kegunaannya disajikan pada Lampiran 9, sedangkan rekapitulasi klasifikasi

tumbuhan obat berdasarkankan kelompok penyakit/kegunaannya tersaji pada Tabel 8.

(37)

Tabel 8.

Rekapitulasi Jumlah Jenis Tumbuhan Obat di TNGP Berdasarkan Kelompok

Penyakit/Penggunaan

No. Kelompok Penyakit/Penggunaan Jumlah Jenis

1 Gangguan Peredaran Darah 2

2 Keluarga Berencana (KB) 2

3 Penawar Racun 4

4 Pengobatan Luka 12

5 Penyakit Diabetes 1

6 Penyakit Gangguan urat syaraf 1

7 Penyakit Gigi 5

8 Penyakit Ginjal 2

9 Penyakit Jantung 2

10 Penyakit Kelamin 6

11 Penyakit Khusus Wanita 4

12 Penyakit Kulit 22

13 Penyakit Kuning 1

14 Penyakit Malaria 3

15 Penyakit Mata 7

16 Penyakit Mulut 12

17 Penyakit Otot dan Persendian 20

18 Penyakit telinga 1

19 Penyakit Tulang 2

20 Penyakit Saluran Pembuangan 22

21 Penyakit Saluran Pencernaan 42

22 Penyakit Saluran Pernafasan/THT 2

23 Perawatan Kehamilan dan Persalinan 8

24 Perawatan Organ Tubuh Wanita 2

25 Sakit Kepala dan Demam 51

26 Tonikum 4

27 Lain-lain 18

Jenis penggunaan terbanyak dari tumbuhan obat TNGP adalah pertama sebagai

obat sakit kepala dan demam (51 jenis), kedua sebagai obat penyakit saluran pencernaan

(42 jenis), dan ketiga sebagai obat penyakit saluran pembuangan (22 jenis), sedangkan

sisanya terbagi kedalam berbagai kelompok penyakit yang ada seperti dalam Tabel 8.

Yang perlu mendapatkan perhatian adalah terdapatnya jenis-jen is yang memiliki

lebih dari satu kegunaan dalam menyembuhkan penyakit. Hal ini bisa dijadikan sebagai

dasar untuk pemilihan jenis potensial yang bisa dikembangkan oleh masyarakat. Sebagai

contoh jenis seperti Cinnamomum sintoc BI yang dapat digunakan seba gai obat cacingan,

encok, disentri dan sariawan. Jenis Toona sureni (BI.) Merr. juga memiliki lebih dari satu

kegunaan yaitu sebagai obat astringen, demam dan ginjal membesar. Dan juga jenis-jenis

yang lain seperti Cassia florida Vahl., Bidens pilosa L., A maranthus spinosus L.,

Ageratum conyzoides L. yang masing- masing memiliki lebih dari satu kegunaan.

Gambar

Tabel 3.  Jenis dan Teknik Pengumpulan Data dan Informasi dalam Penelitian Inventarisasi  Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Kawasan TNGP,
Tabel 5.   Klasifikasi Kelompok Penyakit/Pengg unaan dan macam Penyakit/
Tabel 7. Rekapitulasi Jumlah Spesies Tumbuhan di TNGP Berdasarkan Kelompok   Kegunaannya
Tabel 8.   Rekapitulasi Jumlah Jenis Tumbuhan Obat di TNGP Berdasarkan Kelompok  Penyakit/Penggunaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan ekstrak daun babadotan dan jahe didalam ransum sapi perah yang diamati dari fermentabilitas rumen secara in vitro..

Orang yang berstatus lajang lebih mampu bersosialisasi dengan baik terhadap teman, tetangga, orangtua, dan saudara kandung ketimbang orang seusianya yang telah

Hal ini dapat terjadi karena apabila PDN meningkat berarti peningkatan aktiva valas yang diberikan dengan persentase yang lebih besar dari peningkatan pasiva valas,

Pada kesempatan kali ini, saya mohon Bapak/Ibu untuk berkenan memberikan penilaian/ evaluasi terhadap media CD interaktif bimbingan pribadi sosial tentang penyesuaian diri yang

Secara hukum, peralihan tersebut (Juridische levering) baru ada atau dapat dilaksanakan sesudah pembayaran terakhir atau pelunasan harga barang yang sudah

Ketentuan tersebut jika dibandingkan dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1) huruf c Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M.09-HT.05.10 Tahun 1998 Tentang

kurangnya kelengkapan sarana dan prasrana yang dimiliki SMA 17 Pagelaran dikarenakan minimnya dana yang dimiliki sekolah untuk memenuhi standar kelengkapan sarana