INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN JENIS
TUMBUHAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE
PANGRANGO
BARKAH ILHAM PURNAWAN
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
Ku persembahkan untuk orang-orang yang selalu
mencintaiku….
Ibuku… dalam kesendirianmu, cinta dan kasih yang tak
terbalaskan…
Tersenyumlah ibu……..
Walau aku tak bisa melihat senyummu…
Ya Allah.... limpahkanlah kasih -Mu padanya...
Bapakku… mata air kasihmu yang terus mengalir…..
Brothers and sisters tersayang…
Judul
:
Nama Mahasiswa
:
Nomor Pokok
:
Departemen/Fakultas
:
Menyetujui:
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Siswoyo, MSi
Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS.
Tanggal:
Tanggal:
Mengetahui:
Dekan Fakultas Kehutanan IPB
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS.
Tanggal:
Tanggal lulus :
INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN JENIS
TUMBUHAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE
PANGRANGO
Barkah Ilham Purnawan
E 34101045
INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN JENIS
TUMBUHAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE
PANGRANGO
BARKAH ILHAM PURNAWAN
E 34101045
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kehutanan pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
RINGKASAN
Barkah Ilham Purnawan. E34101045. Inventarisasi Keanekaragaman Jenis
Tumbuhan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Dibawah bimbingan : Ir.
Siswoyo, M.Si. dan Ir. Ervizal A. M . Zuhud, M.S.
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) ditetapkan sebagai taman
nasional melalui SK Menteri No. 736/36/Menteri/X/82 dengan luas kawasan saat ini
21.975 ha. Kawasan ini memiliki potensi sumberdaya alam hayati yang besar. Tingginya
keane karagaman hayati yang dimiliki TNGP ini mendorong UNESCO untuk
menetapkannya sebagai cagar biosfer.
Keberadaan TNGP menjadi sangat penting dan memiliki nilai strategis bagi
kehidupan manusia. Kawasan ini dapat menunjang pembangunan ekonomi daerah maupun
nasional. Oleh karena itu pengelolaan taman nasional yang terpadu dan terencana dengan
baik menjadi suatu hal yang mutlak, termasuk didalamnya upaya pengelolaan dan
pelestarian serta pemanfaatan sumberdaya alam hayati yang menjadi bagian dari sistem
penge lolaan taman nasional secara keseluruhan.
Di sekitar kawasan TNGP terdapat desa-desa yang berbatasan langsung dengan
kawasan. Desa- desa tersebut yaitu; Ciputri, Sindangjaya, Sukatani, Kebon Peuteuy
Mekarwangi, Tegallega, Padaluyu, Bunikasih, Karawang, Langensari, Gegbrong, Cipetir,
Sudajaya Girang, Gegbrong, Sukangalih, Citapen, Citeko, Citeko, Nangerang, dan
Cilengsi. Keberadaan kawasan memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak
langsung bagi masyarakat desa-desa tersebut. Secara khusus manfaat yang diperoleh dari
tumbuhan baik berupa kayu maupun non kayu dan spesies -spesiesnya yang sangat
potensial, antara lain: tumbuhan obat, hias, aromatik, penghasil pangan, penghasil pakan
ternak/satwaliar, penghasil pestisida nabati, penghasil bahan pewarna, penghasil tanin,
penghasil minuman, tolak bala, penghasil kayu bakar, penghasil bahan bangunan serta
penghasil tali, anyaman dan kerajinan.
Berkaitan dengan potensi yang ada di TNGP dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat sekitar maka pemanfaatan tumbuhan berguna dapat dijadikan altenatif untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Akan tetapi data dan informasi tentang
tumbuhan berguna di TNGP belum tersedia secara memadai, sehingga perlu dilakukan
penelitian mengenai inventarisasi keanekaragaman jenis tumbuhan di TNGP.
Metode penelitian ini dilakukan melalui 3 (tiga) tahapan besar , yaitu: (1)
Pengumpulan data yang diperoleh malalui studi literatur, wawancara dan survey lapangan;
(2) Pengolahan dan analisis data yang dilakukan secara manual dan komputerisasi; dan (3)
Pengklasifikasian kelompok kegunaan yang dilakukan dengan mengklasifikasikan spesies
berdasarkan kelompok kegunaan seperti kelompok tumbuhan obat, hias, aromatik,
penghasil pangan, pakan ternak/satwaliar, pestisida nabati, pewarna dan tanin, minuman,
untuk tolak bala, kayu bakar, bahan bangunan dan tumbuhan penghasil tali anyaman dan
kerajinan.
Jumlah spesies tumbuhan yang teridentifikasi di kawasan TNGP sebanyak 762
jenis. Dari hasil verifikasi diperoleh sebanyak 461 jenis dari 111 famili diantaranya
merupakan tumbuhan yang memiliki potensi kegunaan. Berdasarkan potensi kegunaannya,
spesies-spesies tumbuhan berguna dibag i ke dalam 12 kelompok kegunaan, yaitu
Tumbuhan obat (210 jenis), tumbuhan hias ( 154 jenis), penghasil bahan bangunan (54
jenis), penghasil pangan (38 jenis), penghasil serat (4 jenis), penghasil tanin (4 jenis),
penghasil warna (19 jenis), penghasil pestisida nabati (2 jenis), aromatik (4 jenis),
penghasil tali, kerajinan, anyaman (3 jenis), penghasil pakan ternak (14 jenis ), penghasil
kayu bakar (10 jenis) dan penghasil lainnya (8 jenis).
Terdapat 246 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar TNGP
yang terbag i kedalam 12 kelompok kegunaan, yaitu tumbuhan obat (69 jenis),
tumbuhan hias (66 jenis), penghasil bahan bangunan (17 jenis), penghasil pangan (32
jenis), penghasil bahan pewarna (12 jenis), penghasil pestisida nabati (1 jenis), tumbuhan
aromatik/minyak atsiri (26 jenis), penghasil tali, kerajinan dan anyaman (7 jenis),
penghasil pakan ternak (22 jenis), penghasil kayu bakar (14 jenis), dan penghasil tolak bala
(6 jenis).
Spesies-spesies tumbuhan berguna potensial di kawasan TNGP, antara lain: sintok
(Cinnamomum sinto c BI.), suren (Toona sureni BI.), antanan (Centella asiatica (L.) Urb.)
dan jukut hareuga (Bidens pilosa L.).
Secara umum, masyarakat sekitar kawasan TNGP memahami bahwa kawasan
TNGP merupakan kawasan yang tidak boleh mendapatkan gangguan. Terlepas apakah
mereka paham TNGP sebagai kawasan konservasi atau tidak. Oleh karena itu
penyuluhan-penyuluhan konservasi perlu ditingkatkan supaya masyarakat memahami dengan baik
tentang kawasan TNGP sebagai kawasan konservasi. Ber kaitan dengan pemanfaatan
tumbuhan oleh masyarakat yang berada dalam kawasan, mereka memahami bahwa hal itu
merupakan tindakan yang tidak diperbolehkan oleh pengelola TNGP. Walaupun ada
beberapa yang secara tradisional masih memanfaatkan jenis tumbuhan tertentu.
Jenis tanaman kumis kucing merupakan jenis terbanyak yang dipakai oleh
masyarakat. Jenis ini ditemukan di luar kawas an TNGP, tepatnya di areal daerah
penyangga. Di beberapa tempat di sekitar kawasan bahkan ada yang sudah memanfaatkan
jenis tanaman ini untuk dikembangkan secara komersil. Hal ini terlihat dari ditemukannya
kebun-kebun kumis kucing hasil pengembangan masyarakat walaupun masih dalam skala
kecil. Tanaman ini digunakan untuk mengobati penyakit liver, sakit pinggang dan lemah
lesu.
Hal penting dari kajian etnobotani ini adalah bagaimana pengetahuan tradisional
masyarakat mengenai pemanfaatan tumbuhan dapat diselamatkan dan terdokumentasikan
dengan baik. Pengetahuan tersebut sangat berharga sebagai sebuah kekayaan ilmiah
tradisional yang bisa memperkaya pengetahuan ilmiah modern nantinya.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, yang telah memberikan
karunia rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi berjudul “Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango ”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Ir. Siswoyo, MSi selaku dosen pembimbing pertama, atas segala bimbingan dan
arahannya,
2. Bapak Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS selaku dosen pembimbing kedua, atas segala
bimbingan dan arahannya,
3. Bapak Ir. Novianto Bambang W., MS.i, selaku Kepala Balai Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango, atas bimbingan, arahan dan fasilitas yang telah diberikan selama
praktek berlangsung,
4. Ir. Didi Subandidinata, selaku Kepala Seksi Konsevasi Wilayah I Selabintana, Ir.
Memen Suparman, MM selaku Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Bogor, dan Ir.
Supratman Tonny, selaku Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Cianjur,
5. Seluruh staf dan pegawai serta petugas lapangan Balai Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango, atas pelayanan yang diberikan selama praktek berlangsung,
6. Seluruh volunteer di tiga gerbang masuk Taman Nasional Gunung Gede Pangrango,
Montana, Eagle, dan Panthera atas pelayanan akomodasi dan tempat tinggal.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidaklah sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun guna perbaikan sangat penulis harapkan.
Semoga dengan penulisan skripsi ini memberikan manfaat kepada pembaca terlebih
kepada penulis betapa sesungguhnya maha sempurna ilmu Allah.
Bogor, Maret 2006
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ngawi pada tanggal 2 Maret 1982 sebagai anak kelima dari
enam bersaudara dari ayahanda Sugoto dan ibunda Suharti.
Penulis memasuki Sekolah Dasar Negeri III Sumberbening pada tahun 1989 dan
lulus pada tahun 1995. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama pada tahun
1995 di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Ngawi dan lulus pada tahun 1998.
Pendidikan menengah atas penulis jalani di Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Ngawi
pada tahun 1998 sampai 2001. Pada tahun 2001 itu pula penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.
Pada tahun 2003 penulis mengikuti Praktek Inventarisasi Hutan di Hutan
Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi. Tahun 2004 melaksanakan Praktek Pengenalan dan
Pengelolaan Hutan Jati di Jawa Timur. Pada tahun 2005 penulis menyelesaikan Praktek
Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Propinsi Jawa
Barat.
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, pada tahun 2005
penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul ”Inventarisasi
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango”
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN
...vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan Penelitian ... 1
C. Manfaat Penelitian ... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Keanekaragaman Sumberdaya Alam Hayati Indonesia... 3
B. Etnobotani ... 3
C. Potensi Tumbuhan Berguna Indonesia ... 4
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Kawasan ... 9
B. Letak dan Luas... 9
C. Topografi... 9
D. Iklim ... 10
E. Potensi Flora dan Fauna... 10
F. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar ... 11
IV. METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian... 13
B. Bahan dan Alat ... 13
C. Metode... 13
1. Pengumpulan Data ... 13
2. Identif ikasi Jenis Tumbuhan Berguna ... 15
3. Pengolahan dan Analisis Data ... 16
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan ... 19
1.
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Berguna Berdasarkan Familinya... 19
2.
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Berguna Berdasarkan Habitusnya ... 19
B. Kegunaan Tumbuhan ... 20
1.
Tumbuhan Obat ... 21
2.
Tumbuhan Hias... 24
3.
Tumbuhan Penghasil Kayu Bangunan ... 25
4.
Tumbuhan Penghasil Pangan ... 26
5.
Tumbuhan Penghasil Serat ... 29
6.
Tumbuhan Penghasil Tanin ... 30
7.
Tumbuhan Penghasil Pewarna ... 31
8.
Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati ... 32
9.
Tumbuhan Aromatik ... 33
10. Tumbuhan Penghasil Tali, Anyaman, Kerajinan... 34
11. Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak/Satwa... 35
13. Tumbuhan Tolak Bala ... 38
14. Tumbuhan Penghasil Lain- lain... 39
C. Tumbuhan Berguna Potensial ... 39
D. Pemanfaatan Tumbuhan Berguna oleh Masyarakat di Sekitar Kawasan ... 41
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 43
B. Saran ... 43
DAFTAR PUSTAKA ... 44
DAFTAR TABEL
No.
Teks Halaman
1. Jumlah Penduduk Desa Penyangga Menurut Jenis Kelamin dan Umur ... 11
2. Jumlah Penduduk Desa Penyangga Berdasarkan Mata Pencaharian... 11
3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data dan Informasi dalam Penelitian
Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango ... 13
4. Klasifikasi Kelompok Kegunaan Sumberdaya Alam Hayati Berupa
Tumbuhan... 16
5. Klasifikasi Kelompok Penyakit/Penggunaan dan Macam
Penyakit/Penggunaannya ... 16
6. Rekapitulasi Jumlah Spesies Tumbuhan Berguna TNGP
Berdasarkan Habitusnya... 19
7. Rekapitulasi Jumlah Spesies Tumbuhan di TNGP Berdasarkan
Kelompok Kegunaannya ... 20
8. Rekapitulasi Jumlah Jenis Tumbuhan Obat di TNGP Berdasarkan
Kelompok Penyakit/Penggunaan... 22
9. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Kayu Bangunan yang Dimanfaatkan
Masyarakat Berdasar Hasil Wawancara dengan Masyarakat Desa Penyangga ... 26
10. Daftar Spesies Tumbuhan Kelompok Kegunaan Penghasil Pangan di TNGP... 27
11. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Pangan yang Dimanfaatkan oleh
Masyarakat Sekitar TNGP Hasil Wawancara dengan Masyarakat Desa Penyangga. 29
12. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Serat di TNGP ... 30
13. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Tanin di TNGP ... 31
14. Daftar spesies tumbuhan kelompok kegunaan Penghasil Pewarna di TNGP ... 31
15. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Pewarna Hasil Wawancara
dengan Masyarakat Desa Penyangga ... 32
16. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati di TNGP... 32
17. Daftar Spesies Tumbuhan Aromatik di TNGP... 33
18. Daftar Spesies Tumbuhan Aromatik Hasil Wawancara dengan Masyarakat
Desa Penyangga ... 34
19. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Tali, Anyaman dan Kerajinan di TNGP ... 35
20. Daftar Spesies Tumbuhan Tali, Anyaman, Kerajinan Hasil Wawancara
dengan Masyarakat Desa Penyangga ... 35
21. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak di TNGP ... 36
22. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak Hasil Wawancara
dengan Masyarakat Desa Penyangga ... 37
23. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar TNGP... 38
24. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar Hasil Wawancara
dengan Masyarakat ... 38
25. Daftar Spesies TumbuhanTolak balak Hasil Wawancara dengan Masyarakat ... 39
26. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Lain- lain di TNGP ... 39
DAFTAR GAMBAR
No.
Teks Halaman
1. Spesies Tumbuhan Obat TNGP... 24
2. Koleksi Tumbuhan Hias Resort Cibodas... 25
3. Spesies Tumbuhan Pangan TNGP ... 28
4. Spesies Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak... 36
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Teks Halaman
1. Peta TNGP Beserta Perluasannya... 47
2. Peta Aksesibilitas TNGP ... 48
3. Peta Lokasi Penelitian ... 49
4. Rekapitulasi Daftar Responden yang Diwawancarai dalam Penelitian
Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango ... 50
5. Daftar Spesies Tumbuhan yang Ditemukan di TNGP Disusun
Berdasar Nama Lokal... 52
6. Daftar Spesies Tumbuhan Berguna yang Terdapat di TNGP
Disusun Berdasar Nama Lokal... 69
7. Daftar Spesies Tumbuhan Berguna yang Terdapat di TNGP Disusun
Berdasar Nama Ilmiah... 80
8. Rekapitulasi Nama Famili dan Jumlah Spesies Tumbuhan Berguna di TNGP
Berdasar Nama Familinya... 91
9. Daftar Spesies Tumbuhan Kelompok Kegunaan Obat di TNGP ... 94
10. Daftar Spesies Tumbuhan Kelompok Kegunaan Hias di TNGP...102
11. Daftar Spesies Tumbuhan Kelompok Kegunaan Penghasil Bahan Bangunan
di TNGP ... 106
12. Daftar Spesies Tumbuhan Kelompok Kegunaan Penghasil Obat Hasil Wawancara
Masyarakat Desa Penyangga ...108
13. Daftar Spes ies Tumbuhan Hias Hasil Wawancara dengan Masyarakat
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) ditetapka n sebagai taman
nasional melalui SK Menteri No. 736/36/Menteri/X/82, dengan luas kawasan saat ini
21.975 ha. Kawasan ini memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tinggi, sehingga
mendorong UNESCO untuk menetapkannya sebagai cagar biosfer.
Keberadaan TNGP mempunyai peranan yang sangat penting dan memiliki nilai
strategis bagi kehidupan manusia. Kawasan ini dapat menunjang pembangunan ekonomi
daerah maupun nasional. Oleh karena itu pengelolaan taman nasional yang terpadu dan
terencana dengan baik menjadi suatu hal yang mutlak, termasuk didalamnya upaya
pengelolaan dan pelestarian serta pemanfaatan sumberdaya alam hayati yang menjadi
bagian dari sistem pengelolaan taman nasional secara keseluruhan.
Di sekitar kawasan TNGP terdapat desa-desa yang berbatasan langsung dengan
kawasan, yaitu Ciputri, Sindangjaya, Sukatani, Kebon Peuteuy Mekarwangi, Tegallega,
Padaluyu, Bunikasih, Karawang,
Langensari, Gegbrong, Cipetir , Sudajaya girang,
Gegbrong, Sukangalih, Citapen, Citeko, Nangerang, dan Cilengsi. Keberadaan kawasan
memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat
desa-desa tersebut. Secara khusus manfaat yang diperoleh dari tumbuhan baik berupa kayu
maupun non kayu dan spesies-spesiesnya yang sangat potensial, antara lain: tumbuhan
obat, hias, aromatik, penghasil pangan, penghasil pakan ternak/satwaliar, penghasil
pestisida nabati, penghasil bahan pewarna, penghasil tanin, penghasil minuman, tolak bala,
penghasil kayu bakar, penghasil bahan bangunan, serta penghasil tali, anyaman dan
kerajinan.
Berkaitan dengan potensi yang ada di TNGP dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat sekitar , maka pemanfaatan tumbuhan berguna dapat dijadikan altenatif untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Akan tetapi data dan informasi tentang
tumbuhan berguna di TNGP belum tersedia secara memadai, sehingga perlu dilakukan
penelitian mengenai inventarisasi keanekaragaman jenis tumbuhan di TNGP.
B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji potensi sumberdaya alam hayati
berupa tumbuhan di TNGP.
C. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan data dasar untuk
bahan masukan bagi kebijakan kegiatan pengelolaan, pelestarian dan pemanfaatan
keanekaragaman sumberdaya alam hayati berupa tumbuhan yang ada di kawasan TNGP.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Keanekaragaman Sumberdaya Alam Hayati Indonesia
Indonesia, seperti juga halnya dengan banyak negara yang terletak di kawasan
tropika basah, memiliki sumberdaya alam hayati yang sangat beranekaragam dan banyak
diantaranya yang mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi sumberdaya ekonomi
(Sastrapradja, Brotonegoro, Adisoemarto, Kadarsan, Kartawinata, Rifai, Saono,
Sastrapradja dan Soenarko, 1977).
Indonesia juga dikenal sebagai pusat keanakeragaman hayati dunia dan tergolong
negara yang memiliki tingkat endemisme tertinggi di dunia. Sepuluh persen dari seluruh
spesies tumbuhan berbunga di dunia terdapat di Indonesia, meskipun luas daratan
Indonesia hanya 1,3% dari total luas daratan dunia. Selain itu di Indonesia hidup 12%
spesies mamalia, 16% spesies reptilia dan amphibia, dan 17% spesies burung. Perairan
Indonesia menyimpan kekayaan spesies terbesar, yaitu sebesar 25% dari total spesies ikan
yang ada di seluruh dunia. Dari hasil kajian sekuens 16S rRNA gen beberapa bakteri asal
Indonesia, di Indonesia diduga terdapat lebih dari 25% spesies mikroba dunia (ICBB,
1999 *).
Lebih lanjut Sastrapradja et al. (1977) mengemukakan bahwa sumberdaya hayati
Indonesia dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu (1) Sumberdaya Hayati berupa tumbuhan,
(2) Sumberdaya Hayati berupa hewan, dan (3) Sumberdaya Hayati berupa jasad renik.
Bila dibandingkan dengan daerah-daerah tropik lainnya yang terletak terutama di kawasan
Amerika dan Afrika, keanekaragaman hayati yang terdapat di Indonesia jauh lebih tinggi,
terlebih lagi bila dibandingkan dengan daerah beriklim dingin dan sedang.
Pentingnya peranan sumberdaya keanekaragaman hayati telah dikenal secara luas
saat ini. Sumberdaya keanekaragaman hayati, khususnya keanekaragaman hayati yang
telah dimanfaatkan oleh manusia selama berabad-abad lamanya adalah sebuah bukti
bahwa keanekaragaman hayati merupakan komponen vital kelangsungan hidup manusia
(Muhtaman, 1997).
B. Etnobotani
Menurut Martin (1995), etnobotani merupakan kajian interaksi antara manusia
dengan tumbuhan. Hasairin (1994) menambahkan bahwa di Indonesia istilah etnobotani
ini belum begitu populer, meskipun dalam prakteknya sudah mulai banyak dilakukan oleh
ahli botani dan antropologi, umumnya hanya sekedar penelitian sampingan saja. Hal ini
menyebabkan data dan informasi mengenai etnobotani tersebar dalam berbagai publikasi
dan berbagai disiplin ilmu.
Studi etnobotani dapat memberi kontribusi yang besar dalam proses pengenalan tumbuhan
yang ada di suatu wilayah melalui kegiatan pengumpulan kearifan lokal dari dan bersama
masyarakat setempat. Istilah etnobotani digunakan untuk menjelaskan interaksi masyarakat
setempat (etno atau etnis) dengan lingkungan hidupnya, khususnya dengan
tumbuh-tumbuhan. Studi etnobotani ini dapat membantu masyarakat dalam mencatat atau merekam
kearifan lokal yang mereka miliki selama ini, untuk masa mendatang (Leisa, 2006 *).
C. Potensi Tumbuhan Berguna Indonesia
Hutan tropika Indonesia diakui sebagai komunitas yang paling kaya akan
keanekaragaman spesies tumbuhan di dunia. Diakui pula bahwa hutan tropika, khususnya
hutan hujan tropika merupakan salah satu bagian dunia yang masih menyisakan kehidupan
liar, yang masih membangkitkan keajaiban dan kekaguman manusia (Zuhud, Ekarelawan
dan Riswan, 1994).
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan jenis tumbuhan maupun
hewan. Walaupun luasnya hanya 1,3% dari luas daratan dunia, Indonesia memiliki sekitar
17% jumlah jenis tumbuhan dan hewan di dunia. Jumlah total jenis tumbuhan di Indonesia
memang belum pasti diketahui, tetapi diperkirakan memiliki 11% jenis tumbuhan
berbunga (27.500 jenis) yang ada di dunia, 9% jenis lumut (1.500 jenis), 13% jenis
tumbuhan paku (1.500 jenis) dan 19% tumbuhan gymnospermae (Anonim, 1994 dalam
Witono, 2003).
Keanekaragaman flora Indonesia tercermin pada kekayaan jenis hutan-hutan tropik
basah, baik yang terdapat di dataran rendah maupun dataran tinggi, yang menutupi kurang
lebih 63% luas daratan Indonesia. Di hutan-hutan seperti inilah sebagian besar jenis -jenis
tersebut dapat dijumpai, baik yang merambat, berbentuk perdu, pohon dengan segala
ukuran, maupun yang berbentuk renik, seperti ganggang, lumut dan jamur (Sastrapradja et
al., 1977).
Lebih lanjut Sastrapradja et al. (1977) mengemukakan bahwa di kawasan
Indonesia terdapat sejumlah 30.000 jenis tumbuhan. Jumlah tersebut menjadi lebih besar
lagi, bila jenis- jenis lumut dan ganggang diperhitungkan.
PROSEA (1999) dalam Kartikawati (2004) membagi jenis pemanfaatan tumbuhan
berdasarkan komoditas untuk berbagai keperluan yang meliputi pemanfaatan secara primer
(primary use), dan sekunder (secondary use), seperti kacang- kacangan, buah-buahan,
pewarna, pakan, kayu, rotan, bambu, sayur-sayuran, sumber karbohidrat, sereal, tumbuhan
obat, dan tanaman hias.
Menurut Zuhud, Ekarelawan, dan Riswan. (1994), tumbuhan obat adalah seluruh
spesies tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat, yang
dikelompokkan menjadi : (1) tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang
diketahui atau dipercayai masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai
bahan baku obat tradisional; (2) tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang
secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat
dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis; dan (3) tumbuhan obat
potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa/bahan bioaktif yang
berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah medis atau penggunaannya sebagai
bahan obat tradisional sulit ditelusuri.
Jumlah tumbuhan obat yang tercatat di Indonesia cukup banyak, dari jumlah yang
banyak tersebut sebagian telah dimanfaatkan untuk obat tradisional dan jamu, namun
bagian yang terbesar masih tersimpan secara in-situ di kawasan hutan (Siswoyo, Zuhud,
dan Sitepu, 1994).
Menurut Heyne (1987), tidak kurang dari 1.100 spesies tumbuhan yang dapat
digunakan sebagai bahan baku obat.
2. Tumbuhan Hias
Menurut Nurhayati (1983) dalam Ramadhani (1994), tanamam hias yaitu tanaman
apapun yang mempunyai nilai hias, baik hias bunga dan tajuk, cabang, batang, buah
maupun hias aroma.
Tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang telah dikembangkan sebagai tanaman hias
baru sedikit, padahal jumlah kekayaan jenis yang ada cukuplah besar (Sastrapradja et al.,
1977).
3. Tumbuhan Aromatik (Minyak Atsiri)
Anonimous (1991) dalam Kartikawati (2004) memberikan pengertian minyak
atsiri merupakan minyak yang diperoleh dengan cara ekstraksi atau penyulingan dari daun,
akar, batang, kulit, getah dan bunga tumbuhan.
Tumbuhan pe nghasil minyak atsiri mempunyai ciri bau dan aroma, karena fungsi
minyak atsiri yang paling luas dan paling umum diminati adalah sebagai pengharum, baik
itu parfum, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada
makanan, maupun produk rumah tangga lainnya. Setiap jenis tumbuhan yang memiliki sel
glandula saja yang bisa menghasilkan minyak atsiri dan sifatnya yang mudah menguap
(Agusta, 2000 dalam Kartikawati, 2004).
Menurut Heyne (1987), tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri diantaranya
adalah dari famili Poaceae, misalnya akar wangi (Andropogon zizinoides Urban.);
lauraceae, misalnya kulit kayu manis (Cinnamomum burmanii Ness. ex. Bl.);
zingiberaceae, misalnya jahe (Zingiber officinale Rosc.); piperaceae, misalnya sirih (Piper
betle L.); santalaceae, misalnya cendana (Santalum album L.); annonaceae, misalnya
kenanga (Canangium odoratum Aill.) dan sebagainya.
4. Tumbuhan Penghasil Pangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Idonesia (1989), tumbuhan pangan adalah sesuatu
yang tumbuh dan menghasilkan pangan. Sastrapradja et al. (1977) membagi tumbuhan
pangan berdasarkan kandungannya : (1) tumbuhan mengandung karbohidrat, (2) tumbuhan
mengandung protein, (3) tumbuhan mengandung vitamin, dan (4) tumbuhan mengandung
lemak.
5. Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak
Umumnya pakan yang diberikan kepada ternak berkaki empat terdiri atas
macam-macam jenis rumput dan daun-daunan yang lain (Sastrapradja, Afriastini dan Sutarno,
1983). Lebih lanjut Sastrapradja et al. (1983) mengemukakan bahwa dari berbagai
tumbuhan semak dan perdu yang banyak digunakan untuk pakan adalah yang tergolong
suku kacang-kacangan. Ada beberapa jenis tumbuhan yang tidak termasuk rumput maupun
kacang-kacangan, tetapi dapat digunakan untuk pakan ternak walaupun jumlah jenis yang
termasuk golongan ini tidak banyak.
6. Tumbuhan Penghasil Bahan Pewarna
Menurut Lemmens, Soetjipto, Van der Zwan dan Parren (1999), pewarna nabati
adalah bahan pewarna yang berasal dari tumbuhan. Bahan ini diekstrak dengan jalan
fermentasi, direbus, atau secara kimiawi, dari sejumlah kecil zat kimia tertentu yang
terkandung di dalam jaringan tumbuhan. Pewarna dapat diperoleh dari berbagai tumbuhan,
antara lain : akar (misalnya pewarna merah dari Rubia cordifolia L.), rimpang (pewarna
kuning-jingga dari Curcuma longa L.), pepagan (bahan pewarna hitam dari Terminalia
catappa L.), resin- gom pada pepagan (pewarna kuning dari Garcinia hanburyi Hook.F.),
kayu (kayu secang, kayu gelondongan), daun (tarum), buah (pewarna hitam- lembayung
dari Terminalia bellirica (Gaertner.) Roxb.), biji (kesumba), bunga (‘saftflower’), dan
kepala putik (sapran).
Di Indonesia orang telah banyak menggunakan tumbuhan sebagai bahan pewarna
nabati dan sudah lama mengenal pewarna alami tetumbuhan untuk makanan, seperti daun
suji (Pleomele angustifolia N.E.Brown.) untuk warna hijau, rimpang kunir atau kunyit
(Curcuma domestica Valeton.) untuk warna kuning, daun Iresine herbstii Hook. untuk
mewarnai merah pada agar-agar, kulit kayu soga (Peltophorum pterocarpum Backer.)
sebagai bahan pewarna coklat yang penting untuk pewarna batik (Heyne, 1987).
7. Tumbuhan Penghasil Tanin
Tanin nabati merupakan bahan dari tumbuhan, rasanya pahit dan kelat, seringkali
berupa ekstrak dari pepagan atau bagian lain (terutama daun, buah dan puru). Tanin dapat
dimanfaatkan secara luas untuk keperluan pengobatan. Dapat dimanfaatkan untuk obat
penyakit gula, untuk pengaturan keseimbangan hormon yang dikeluarkan pankreas,
sebagai obat cacing dan obat antibiotik (Lemmens et al., 1999).
Lebih lanjut Lemmens et al. (1999) menguraikan bahwa umumnya tanin dijumpai
pada dikotil dan keberadaannya tersebar pada berbagai suku, antara lain suku
rhizophoraceae, combretaceae. Pada skala dunia, jenis - jenis terpenting untuk produksi
tannin termasuk suku Fabaceae (akasia hitam (Acacia mearnsii de Wild.)), anacardiaceae
(‘quebracho’ (Schinopsis spp.)), rhizophoraceae (jenis-jenis dari berbagai marga),
combretaceae (‘myrobalans’ dari Terminalia spp.).
8. Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati
Kardinan (2002) mengartikan pestisida nabati sebagai suatu pestisida yang bahan
dasarnya berasal dari tumbuhan. Tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai
alat pertahanan dari serangan organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan
bahan bioaktif. Lebih dari 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk dalam 235 famili
dilaporkan mengandung bahan pestisida.
Menurut Syahputra (2005), bahwa salah satu pengusahaan hutan non-kayu yang
dapat dikembangkan selain sebagai sumber bahan bangunan dan bahan obat-obatan
tradisional juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber insektisida. Insektisida botani
memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh insektisida sintetik. Lebih lanjut
Syahputra (2005) menjelaskan bahwa beberapa spesies tanaman famili annonaceae
ternyata cukup berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai insektisida nabati.
9. Tumbuhan Penghasil Serat
Menurut Haygreen dan Bowyer (1989), produk-produk serat kayu, meliputi :
kertas, papan isolasi dan papan serat kerapatan sedang. Semua produk-produk ini dibuat
dari kayu yang telah dipecah menjadi serat-serat individual, berkas-berkas serat kecil atau
bagian-bagian serat.
Menurut Heyne (1987), bahan serat meliputi ; bahan pembungkus, penutup atap,
bagian-bagian tanaman serat kulit batang dan serat daun, bulu buah dan bulu biji serta
kertas.
10. Tumbuhan Penghasil Bahan Tali, Kerajinan, Anyaman
Widjaya, Mahyar dan Utama (1989) mengemukakan bahwa diantara jenis-jenis
tumbuhan kerajinan, rotan merupakan bahan baku utama kerajinan anyaman di Indonesia.
Hasil kerajinan tangan yang terbuat dari rotan banyak dijumpai di daerah Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi, karena memang di sanalah pusat tempat rotan tumbuh.
Tumbuhan kedua yang berpotensi tinggi adalah bambu. Hasil kerajinan bambu umumnya
berasal dari Bali, Jawa dan Sulawesi, sedangkan dari Sumatera dan Kalimantan lebih
sedikit. Selanjutnya pandan merupakan bahan baku yang berpotensi juga. Hanya saja hasil
kerajinannya tidak begitu banyak karena biasanya dibuat di dataran-dataran rendah dimana
banyak tumbuhan pandan yang cocok untuk bahan baku anyaman. Lontar merupakan
bahan baku yang cukup mendapat perhatian, walaupun terdapat hanya di bagian timur
Indonesia. Teki, sagu, gebang, genjer, batang anggrek dan aren juga mempunyai potensi
sebagai bahan baku kerajinan walaupun dalam jumlah sedikit.
11. Tumbuhan Penghasil Kayu Bangunan
Menurut Haygreen dan Bowyer (1989), bahan bangunan kayu adalah salah satu
produk yang paling sederhana, paling mudah digunakan, kayu dapat dipotong dan dibentuk
dengan mudah, digunakan dan mudah dipasang. Pada saat yang sama kayu adalah salah
satu bahan yang paling kompleks. Kayu tersusun atas sel-sel yang mungil, masing-masing
memilki struktur lubang-lubang kecil, selaput dan dinding- dinding yang berlapis-lapis
rumit. Unsur-unsur penyusunan kayu tergabung dalam sejumlah senyawa organik :
selulosa, hemiselulosa dan lignin.
12. Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar
Kepentingan internasional kayu sebagai pemanas rumah dan bahan bakar untuk
memasak harus diakui. Secara menyeluruh di dunia, penggunaan kayu untuk bahan bakar
telah selalu merupakan penggunaan tunggal terbesar dari kayu dan masih tetap demikian
sekarang. Diperkirakan bahwa kira-kira 45% kayu yang dikonsumsi di dunia digunakan
untuk pemanasan rumah dan memasak (Haygreen dan Bowyer, 1989).
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Kawasan
Hutan Hujan Pegunungan Gunung Gede Pangrango telah dikukuhkan sebagai
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) sejak tahun 1982 berdasarkan SK
Menteri No. 736/36/Menteri/X/82, yang memiliki luas kawasan sekitar 15.196 ha. Saat ini
sesua i SK Menhut No 174/Kpts-II/tanggal 10 Juni 2003 diperluas menjadi 21.975 ha.
Hutan Gunung Gede Pangrango ini menjadi salah satu wakil dari ekosistem hutan hujan
pegunungan yang ada di Indonesia yang memiliki struktur dan komposisi yang spesifik
bagi ekosistem tersebut. Taman nasional ini termasuk salah satu Cagar Biosfer yang
ditetapkan UNESCO sejak tahun 1977 dengan nama Cagar Biosfer Taman Nasional
Gunung Gunung Gede Pangrango (Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gede
Pangrango, Balai Taman Naional Gede P angrango, 1995).
Pada tanggal 6 Maret 1980, Menteri Pertanian menetapkan kawasan, meliputi
Cagar Alam Cibodas, Cagar Alam Cimungkat, Cagar Alam Gunung Gede Pangrango,
Taman Wisata Situgunung dan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
B. Letak dan Luas
TNGP yang luasnya 21.975 ha, secara geografis terletak antara 106
o50´-106°56´
BT dan 6°32´-6°34´LS, termasuk dalam wilayah administrasi pemerintah Kabupaten
Bogor, Cianjur dan Sukabumi (Jawa Barat). Kawasan ini dibatasi oleh hutan lindung atau
hutan produksi, perkebunan dan tanah milik dan permukiman.
Secara administratif kawasan TNGP berbatasan dengan :
Sebelah Utara
: Wilayah Kabupaten DATI II Cianjur dan Wilayah Kabupaten
DATI II Bogor.
Sebelah Selatan
: Wilayah Kabupaten DATI II Sukabumi.
Sebelah Barat
: Wilayah Kabupaten DATI II Sukabumi dan Wilayah Kabupaten
DATI II Bogor.
Sebelah Timur
: Wilayah Kabupaten DATI II Cianjur.
C. Topografi
Gunung Gede dan Pangrango dihubungkan oleh bukit yang bertemu di daerah
kandang badak pada ketinggian tempat sekitar 2.400 m dpl. Wilayahnya sangat curam dan
banyak terdapat punggung bukit yang dibentuk oleh celah-celah aliran sungai yang
mengalir ke arah Bogor, Sukabumi dan Cianjur (Direktorat Aneka Usaha Kehutanan dan
Fakultas Kehutanan IPB, 2000)
TNGP merupakan dataran tinggi yang terdiri dari rangkaian gunung berapi
terutama yaitu Gunung Gede (±2.958 m dpl) dan gunung Pangrango ( ±3.019 m dpl), serta
beberapa gunung lainnya. Gunung Gede dan Gunung Pangrango ini dihubungkan oleh
punggung bukit sepanjang ± 2.500 m dengan sisinya membentuk lereng curam berlembah
kearah bawah menuju ke dataran Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Bentuk lapangan
berbukit-bukit dan bergunung-gunung dengan kelerengan lapangan antara 25 - 45%, serta variasi
ketinggian tempat antara 1.000 - 3.019 m dpl.
D. Iklim
TNGP merupakan salah satu daerah terbasah di Pulau Jawa dengan curah hujan
rata-rata antara 3.000-4.200 mm/tahun. Musim hujan berlangsung dari Oktober -Mei dan
antara Desember-Maret curah hujannya melebihi 400 mm/bulan. Seringkali puncak dan
punggung gunung diselimuti awan dan kabut tebal.
Suhu kawasan ini berkisar antara 10-18°C, semakin keatas suhu makin menurun
hingga mencapai kurang dari 10°C di puncak Gunung Pangrango dengan kelembaban
udara antara 80- 90%. Kecepatan angin yang cukup tinggi di puncak gunung menyebabkan
suhu bertambah rendah.
Pada musim penghujan berhembus angin muson barat daya. Pada bulan
Februari-Maret, angin berhembus cukup luas dan sering mengakibatkan robohnya pohon-pohon.
Pada musim kemarau berhembus angin muson timur laut dengan kecepatan rendah.
E. Potensi Flora dan Fauna
1.
Flora
Di kawasan TNGP terdapat dua buah alun-alun padang rumput. Di sepanjang tepi
alun-alun tersebut didominir oleh tumbuhan bunga Edelweiss (Anaphalis javanica), yang
sering disebut bunga abadi karena tidak pernah layu. Di kawasan air terjun Cibeureum
terdapat anggrek (Liparis muconatus) yaitu anggrek asli dari Gunung Gede dan bersifat
endemik (tidak ditemukan di daerah lain). Terdapat tiga jenis flora yang termasuk
unggulan di TNGP, yaitu edelweis (Anaphalis javanica), kantong semar (Nepenthes
gymnamphora), dan raflesia (Raflesia rochusseni) ( Rencana Pengelolaan Taman Naional
Gede Pangrango, Balai Taman Naional Gede Pangrango, 1995).
Terdapat tiga jenis satwa yang termasuk unggulan di TNGP, yaitu; Spizaetus
bartelsii (elang jawa), Hylobates moloch (owa jawa), Panthera pardus (macan tutul)
(Rencana Pengelolaan Taman Naional Gede Pangrango, Balai Taman Naional Gede
Pangrango, 1995). Jenis lainnya adalah Kera (Macaca fascicularis) dan Lutung (Presbytis
cristata); sedangkan satwa lainnya adalah anjing hutan, babi hutan dan golongan mamalia
kecil serta sejumlah jenis burung.
F. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar
Berdasarkan data potensi desa tahun 2001 jumlah penduduk dari tiga desa
penyangga yang terdapat di TNGP resort Cibodas (Cimacan, Ciloto dan Sindangjaya)
adalah 33.853 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 16.538 orang, perempuan 17.315
orang yang menempati areal seluas 1.116,693 ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Penyangga Menurut Jenis Kelamin dan Umur
Desa Cimacan (Jiwa) Ciloto (Jiwa) Sindangjaya (Jiwa) Jumlah (Jiwa) % Umur Tahun % % % < 14 6.866 43,35 2.789 35,65 3.438 33,74 13.093 38,68 15-54 6.133 38,72 3.962 50,64 5.868 57,58 15.963 47,15 > 55 2.840 17,93 1.073 13,71 884 8,68 4.797 14,17 Jumlah 15.839 100 7.824 100 10.190 100 33.853 100Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk usia muda (0 sampai dengan 14
tahun) adalah 13.093 orang atau sebesar 38,68%. Jumlah penduduk usia kerja (15 sampai
dengan 54 tahun) cukup tinggi yaitu sebesar 15.963 orang atau 47,15%.
Sebagian besar penduduk Desa Cimacan, Ciloto dan Sindangjaya hidup dengan
matapencaharian pokok usahatani, baik sebagai petani pemilik, penggarap ataupun buruh
tani. Sedangkan sebagian lagi mempunyai mata pencaharian sebagai PNS/ABRI/Polisi,
Pedagang dan usaha lainnya. Daerah di sekitar Resort Cibodas merupakan daerah wisata
sehingga berdagang sangat membantu sebagai sumber mata pencaharian tambahan bagi
masyarakat sekitar Resort Cibodas terutama masyarakat desa Cimacan. Informasi lebih
lengkap mengenai karakteristik penduduk desa penyangga berdasarkan mata pencaharian
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Penyangga Berdasarkan Mata Pencaharian
DesaCimacan Ciloto Sindangjaya Jenis Mata Pencahrian
Jumlah (Jiwa) % Jumlah (Jiwa) % Jumlah (Jiwa) % Jumlah (Jiwa) % Petani Pemilik 4.310 67,64 427 9,01 0 0 4.737 42,07 Petani Penggarap 0 0 214 4,51 0 0 214 1,90
Buruh Tani 0 0 683 14,41 0 0 683 6,07 PNS/ABRI/Polisi 1.012 15,88 3.036 64,05 98 66,67 4.146 36,82 Tukang Kayu/Jahit 708 11,11 262 5,53 49 33,33 1.019 9,05
Pedagang 342 5,37 118 2,49 0 0 460 4,09
Jumlah 6.372 100 4.740 100 147 100 11.259 100
Desa- desa yang letaknya berbatasan dengan kawasan TNGP lainnya adalah Desa
Sukatani dan Sindangjaya. Desa Sukatani dan Sindangjaya merupakan desa-desa yang
secara administratif termasuk dalam kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Desa Sukatani
seluas 419,665 ha, di sebelah selatannya berbatasan dengan TNGP, sedangkan Desa
Sindangjaya seluas 489,618 ha, di sebelah selatannya berbatasan dengan TNGP.
IV. METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
selama 2 (dua) bulan, yaitu bulan April-Mei 2005.
B. Bahan dan Peralatan
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain : publikasi dan
laporan penelitian dan survey vegetasi maupun tumbuhan yang telah dilakukan oleh
berbagai instansi dan lembaga di kawasan TNGP, kompas brunton, pita ukur, kamera dan
film, tambang plastik, kantong plastik, tally sheet, alat tulis- menulis, komputer dan
perlengkapannya.
C. Metode
1. Pengumpulan Data
a. Jenis data yang dikumpulkan
Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data
sekunder dan data primer. Data sekunder yang dikumpulkan, antara lain: kondisi umum
lokasi TNGP, jenis- jenis tumbuhan yang terdapat di TNGP, dan jenis-jenis tumbuhan
berguna yang terdapat di TNGP. Data primer yang dikumpulkan, antara lain:
pemanfaatan tumbuhan berguna oleh masyarakat sekitar TNGP, dan foto
spesies-spesies tumbuhan berguna. Jenis dan teknik pengumpulan data dan informasi dalam
penelitian ini secara rinci disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data dan Informasi dalam Penelitian Inventarisasi
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Kawasan TNGP,
No. Jenis Data Data dan Informasi yang Dikumpulkan
Metode Pengumpulan
Data Sekunder
1. Kondisi umum lokasi TNGP:
a. Letak geografis
b. Luas areal
c. Batas wilayah
d. Topografi
e. Iklim
f. Keadaan penduduk sekitar kawasan
1
g. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar
kawasan
No. Jenis Data Data dan Informasi yang Dikumpulkan
Metode Pengumpulan Data Sekunder 2.
Jenis-jenis tumbuhan di TNGP:
a. Nama Lokal
b. Nama ilmiah
c. Nama famili
d. Habitus
3.
Jenis-jenis tumbuhan berguna di TNGP:
a. Jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan
b. Habitus
c. Habitat
d. Status
e. Kegunaan
f. Bagian tumbuhan yang digunaka n
g. Cara penggunaan
Studi Literatur
Primer
1. Tumbuhan obat oleh masyarakat sekitar
TNGP:
a. Jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan
b. Habitus
c. Habitat
d. Status
e. Kegunaan
f. Bagian tumbuhan yang digunakan
g. Cara penggunaan
2. Pemanfaatan tumbuhan hias; aromatik;
pangan; pakan ternak/satwaliar; pestisida
nabati; pewarna dan tanin; minuman; tolak
bala; kayu bakar; bahan bangunan; tali,
anyaman dan kerajinan oleh masyarakat
sekitar TNGP:
a. Jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan
b. Habitus
c. Habitat
1. Survei lapang 2.Wawancara dengan masyarakat2
d. Status
e. Kegunaan
f. Bagian tumbuhan yang digunakan
g. Cara penggunaan
3. Foto jenis-jenis tumbuhan berguna TNGP
b. Teknik Pengumpulan Data
1). Pengumpulan data sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan melalui studi literatur, meliputi: kondisi umum
lokasi TNGP, jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di TNGP, dan jenis-jenis tumbuhan
berguna yang terdapat di TNGP dari berbagai laporan survey dan penelitian yang pernah
dilakukan oleh berbagai instansi di kawasan TNGP.
2). Pengumpulan data primer
a). Pemanfaatan tumbuhan berguna oleh masyarakat sekitar TNGP
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan masyarakat, baik
secara perseorangan maupun kelompok. Wawancara dilakukan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan yang ada di kawasan TNGP.
Penentuan responden diambil dari kelompok masyarakat yang mengetahui tentang
pemanfaatan tumbuhan yang ada di TNGP.
Dalam hal ini kajian melalui wawancara langsung diarahkan terhadap kelompok
masyarakat yang mengerti tentang pemanfaatan tumbuhan yang berada di beberapa desa di
kawasan TNGP.
Wawancara dilakukan di 5 desa, meliputi ; Desa Cimacan (14 responden),
Nangerang (5 responden), Ciloto (4 responden), Ciputri (10 responden), dan Karawang (1
responden). Total responden yang berhasil diwawancarai ada 34 responden. Informasi
mengenai data responden disajikan pada Lampiran 4.
Data yang diperlukan untuk pengkajian aspek ini, meliputi : macam penggunaan, jenis
tumbuhan yang digunakan, habitus, bagian yang digunakan, proses pembuatan, dan cara
penggunaannya.
b). Pengambilan foto atau gambar
Pengambilan foto atau gambar dilakukan untuk mendapatkan gambar spesies
tumbuhan yang nantinya akan diidentifikasi lebih lanjut. Data hasil identifikasi ini
dimaksudkan untuk melengkapi data yang ada.
Identifikasi jenis-jenis tumbuhan berguna dilakukan dengan melakukan cek silang
dengan berbagai buku/literatur tentang tumbuhan berguna yang ada, meliputi; nama lokal,
nama botani, nama famili, habitus, kegunaan, dan bagian yang digunakan.
3. Pengolahan dan Analisis Data
Data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan kemudian diolah, baik secara
manual maupun dengan komputerisasi untuk memperoleh data tentang: nama jenis, famili,
habitus, bagian tumbuhan yang digunakan, manfaat/kegunaan, data atau informasi lainnya
tentang tumbuhan serta kemungkinan pengelolaannya untuk dikembangkan lebih lanjut.
a. Pengolahan Data
1). Penyuntingan data
Kegiatan penyuntingan data bertujuan untuk meneliti kembali catatan untuk
mengetahui apakah catatan tersebut sudah cukup baik untuk keperluan proses berikutnya
dalam arti penyuntingan dilakukan terhadap data- dat a yang telah diperoleh.
2). Pengkodean data
Pengkodean data dilakukan untuk mengadakan klasifikasi terhadap data-data yang
diperoleh menurut macamnya dengan memberi kode tertentu pada catatan atau
mempertegas jawaban terhadap informasi tertentu.
b. Analisis Data
Hasil identifikasi jenis tumbuhan disusun berdasarkan famili dan jenis untuk
dianalisa secara deskriptif kualitatif. Setiap jenis tumbuhan dianalisis mengenai potensi,
bentuk hidup dan manfaatnya untuk apa saja serta bagian apa yang digunakan.
1). Pengklasifikasian kelompok kegunaan
Pengklasifikasian dilakukan dengan cara melakukan penyaringan (screening)
terhadap kegunaan masing-masing jenis tumbuhan berguna berdasarkan kelompok
kegunaannya, seperti tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4.
Klasifikasi Kelompok Kegunaan Sumberdaya Alam Hayati berupa Tumbuhan
No
.
Kelompok Kegunaan
1.
Tumbuhan obat
2.
Tumbuhan aromatik/minyak atsiri
3.
Tumbuhan pangan
4.
Tumbuhan penghasil bahan pewarna
5.
Tumbuhan penghasil pestisida nabati
6.
Tumbuhan hias
No
.
Kelompok Kegunaan
1.
Tumbuhan obat
8.
Tumbuhan penghasil tanin
9.
Tumbuhan penghasil bahan tali, anyaman, dan kerajinan
10. Tumbuhan penghasil kayu bakar
11. Tumbuhan penghasil serat
12. Tumbuhan penghasil bahan bangunan
13
Tumbuhan sebagai tolak balak
14
Lainnya
2) Pengklasifikasian kelompok penyakit/penggunaan tumbuhan obat
Khusus untuk tumbuhan obat, dilakukan pengklasifikasian lebih lanjut berdasarkan
kelompok penyakit/kegunaannya, seperti tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5.
Klasifikasi Kelompok Penyakit/Pengg unaan dan macam Penyakit/
Penggunaannya
No.
Kelompok
Penyakit/Penggunaa
n
Macam Penyakit/penggunaan
1
Gangguan Peredaran
Darah
Darah kotor, kanker darah, kurang darah,
pembersih darah, penasak, dan penyakit lainnya
yang berhubungan dengan darah
2
Keluarga Berencana
(KB)
Keluarga berencana (KB), membatasi kelahiran,
menjarangi kehamilan, pencegah kehamilan, dan
penggunaan lainnya yang berhubungan dengan
KB
3
Penawar Racun
Digigit lipan, digigit serangga, keracunan jengkol,
keracunan makanan, penawar racun, dan
penggunaan lainnya yang berhubungan dengan
keracunan
4
Pengobatan Luka
Luka, luka bakar, luka baru, luka memar, luka
bernanah, infeksi luka, dan penggunaan lainnya
yang berhubungan dengan luka
5
Penyakit Diabetes
Kencing manis (diabetes), menurunkan kadar gula
darah, sakit gula, dan penyakit lainnya yang
berhubungan dengan penyakit diabetes
6
Penyakit Gangguan
urat syaraf
Lemah urat syaraf, susah tidur (insomnia), dan
penggunaan lainnya yang berhubungan dengan
gangguan urat syaraf
7
Penyakit Gigi
Gigi rusak, penguat gigi, sakit gigi, dan
penggunaan lainnya yang berhubungan dengan
gigi
8
Penyakit Ginjal
Ginjal, sakit ginjal, gagal ginjal, batu ginjal,
kencing batu, dan penggunaan lainnya yang
berhubungan dengan ginjal
No.
Kelompok
Penyakit/Penggunaa
n
Macam Penyakit/penggunaan
tekanan darah tinggi (hipertensi), tekanan darah
tinggi, dan penggunaan lainnya yang
berhubungan dengan jantung.
10
Penyakit kanker/tumor Kanker rahim, kanker payudara, tumor rahim,
tumor payudara, dan penggunaan lainnya yang
berhubungan dengan tumor dan kanker.
11
Penyakit Kelamin
Beser mani (spermatorea), gatal di sekitar alat
kelamin, impoten, infeksi kelamin, kencing
nanah, lemah syahwat (psikoneurosis),
rajasinga/sifilis, sakit kelamin, dan penggunaan
lainnya yang berhubungan dengan kelamin.
12
Penyakit Khusus
Wanita
Keputihan, terlambat haid, haid terlalu banyak,
tidak datang haid, dan penggunaan lainnya yang
berhubungan dengan penyakit khusus wanita.
13
Penyakit Kulit
Koreng, bisul, panu, kadas, kurap, eksim, cacar,
campak, borok, gatal, bengkak, luka bernanah,
kudis, kutu air, dan penggunaan lainnya yang
berhubungan dengan kulit.
14
Penyakit Kuning
Liver, sakit kuning, heoatitis, penyakit hati, hati
bengkak, dan penggunaan lainnya yang
berhubungan dengan penyakit kuning.
15
Penyakit Malaria
Malaria, demam malaria, dan penggunaan lainnya
yang berhubungan dengan penyakit malaria.
16
Penyakit Mata
Radang mata, sakit mata, trakoma, rabun senja,
dan penggunaan lainnya yang berhubungan
dengan penyakit mata.
17
Penyakit Mulut
Gusi bengkak, gusi berdarah, mulut bau dan
mengelupas, sariawan, dan penggunaan lainnya
yang berhubungan dengan penyakit mulut
18
Penyakit Otot dan
Persendian
Asam urat, bengkak kelenjar, kejang perut,
kejang-kejang, keseleo, nyeri otot, rematik, sakit
otot, sakit persendian, sakit pinggang, terkilir, dan
penggunaan lainnya yang berhubungan dengan
otot dan persendian.
19
Penyakit telinga
Congek, radang anak telinga, radang telinga,
radang telinga tengah (otitis media), sakit telinga,
telinga berair, telinga berdenging, telinga merasa
gatal, dan penggunaan lainnya yang berhubungan
dengan telinga.
20
Penyakit Tulang
Patah tulang, sakit tulang, dan penggunaan
lainnya yang berhubungan dengan tulang.
21
Penyakit Saluran
Pembuangan
Ambeien, gangguan prostat, kencing darah,
keringat malam, peluruh kencing, peluruh
keringat, sakit saluran kemih, sembelit, susah
kencing, wasir, wasir berdarah, dan penggunaan
No.
Kelompok
Penyakit/Penggunaa
n
Macam Penyakit/penggunaan
lainnya yang berhubungan dengan penyakit
saluran pembuangan.
22
Penyakit Saluran
Pencernaan
Maag, kembung, masuk angin, sakit perut,
cacingan, mules, murus, peluruh kentut,
karminatif, muntah, diare, mencret, disentri, sakit
usus, kolera, muntaber, berak darah, berak lendir,
usus buntu, dan penggunaan lainnya yang
berhubungan dengan saluran pencernaan.
23
Penyakit Saluran
Pernafasan/THT
Asma, batuk, flu, influensa, pilek, pilek, sesak
nafas, Sakit tenggorokan, TBC, TBC paru, dan
penggunaan lainnya yang berhubungan dengan
saluran pernafasan/THT.
24
Perawatan Kehamilan
dan Persalinan
Keguguran, perawatan sebelum/sesudah
melahirkan/persalinan, uterine tonic, penyubur
kandungan, susu bengkak, ASI, dan penggunaan
lainnya yang berhubungan dengan kehamilan dan
melahirkan
25
Perawatan Organ Tubuh WanitaKegemukan, perawatan organ kewanitaan,
pelangsing, peluruh lemak, dan penggunaan
lainnya yang berhubungan dengan perawatan
organ tubuh wanita.
26
Perawatan Rambut,
Muka, Kulit
Penyubur rambut, penghalus kulit,
menghilangkan ketombe, perawatan muka, dan
penggunaan lainnya yang berhubungan dengan
rambut, muka dan kulit.
27
Sakit Kepala dan
Demam
Sakit kepala, pusing, pening, demam, demam
pada anak-anak, demam pada orang dewasa,
demam menggigil, penurun panas, dan
penggunaan lainnya yang berhubungan dengan
sakit kepala dan demam.
28 Tonikum Obat kuat, tonik, tonikum, penambah nafsu makan, kurang nafsu makan, meningkatkan enzim pencernaan, patah selera, astringen/pengelat, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tonikum.
29 Lain-lain Limpa bengkak, beri-beri, sakit kuku, sakit sabun, obat tidur, obat gosok, penenang, dan penggunaan lainnya yang tidak tercantum di atas.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan
Dari pengumpulan data- data vegetasi baik data sekunder maupun data primer
didapatkan daftar tumbuhan berdasarkan nama ilmiah, nama lokal, habitus dan nama
familinya. Hasil pengumpulan data tersebut kemudian dilakukan cek silang dengan
literatur-literatur yang ada, sehingga data yang dihasilkan merupakan data akurat sesuai
dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku.
Dari hasil penelitian didapatkan data total tumbuhan sebanyak 762 jenis. Dari
jumlah tersebut, 461 jenis diantaranya telah diketahui manfaatnya. Daftar total jenis
tumbuhan yang teridentifikasi secara rinci disajikan pada Lampiran 5, sedangkan daftar
tumbuhan berguna yang terdapat di kawasan TNGP secara rinci disajikan pada Lampiran
6.
a. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Berguna Berdasarkan Familinya
Berdasarkan familinya, jenis-jenis tumbuhan berguna TNGP dapat dikelompokkan
kedalam 111 famili. Jenis yang paling banyak ditemukan adalah dari famili orchidaceae,
yaitu sebanyak 147 jenis. Hal ini menunjukkan bahwa famili orchidaceae memiliki
keanekaragaman spesies yang tertinggi dibandingkan famili lainnya. Famili yang
ditemukan terbanyak kedua dan ketiga adalah asteraceae (24 jenis) dan lauraceae (20
jenis). Daftar rekapitulasi nama famili dan jumlah spesies tumbuhan berguna di TNGP
berdasar nama familinya secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 8.
b. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Berguna Berdasarkan Habitusnya
Keanekaragaman jenis tumbuhan berdasarkan habitusnya dapat dikelompokkan
kedalam 6 jenis, yaitu; epifit, herba, liana, perdu, pohon dan semak. Rekapitulasi jumlah
spesies tumbuhan berguna berdasarkan habitusnya tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6. Rekapitulasi Jumlah Spesies Tumbuhan Berguna di TNGP Berdasarkan
Habitusnya
No Habitus Jumlah Jenis
1 Epifit 146 2 Herba 95 3 Liana 15 4 Perdu 44 5 Pohon 140 6 Semak 21 Jumlah Total 461
Dari Tabel 6 terlihat bahwa jumlah spesies terbanyak yang ditemukan terdapat
pada kelompok habitus epifit (146 jenis) dan kelompok habitus pohon (140 jenis),
sedangkan jumlah spesies terkecil terdapat pada kelompok liana (15 jenis). Dengan
demikian kelompok habitus pohon merupakan kelompok dengan keanekaragama n spesies
tertinggi sedangkan liana merupakan kelompok dengan keanekaragaman spesies yang
paling rendah. Informasi mengenai habitus masing- masing spesies tumbuhan berguna
secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 6.
B.
Kegunaan Tumbuhan
Data tumbuhan yang berhasil diidentifikasi tersebut kemudian dilakukan cek
silang dengan berbagai literatur, buku serta laporan untuk didapatkan data tumbuhan
berdasarkan klasifikasi kegunaannya. Dari hasil cek silang studi literatur didapatkan data
tumbuhan yang berhasil diidentifikasi kegunaannya sebanyak 461 jenis tumbuhan. Dari
jumlah tersebut, kemudian dilakukan pengklasifikasian berdasarkan kelompok
kegunaannya. Berdasarkan kelompok kegunaannya, spesies-spesies tumbuhan TNGP dapat
dikelompokkan kedalam 13 kelompok kegun aan. Rekapitulasi jumlah spesies tumbuhan
berdasarkan kelompok kegunaannya disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Rekapitulasi Jumlah Spesies Tumbuhan di TNGP Berdasarkan Kelompok
Kegunaannya
No Kelompok Kegunaan Jumlah Spesies
Di TNGP
Dimanfaatkan Masyarakat
1 Tumbuhan Obat 210 69
2 Tumbuhan Aromatik/Minyak Atsiri 4 26
3 Tumbuhan Pangan 37 32
4 Tumbuhan Penghasil Bahan Pewarna 19 12 5 Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati 2 1
6 Tumbuhan Hias 154 66
7 Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak 14 22
8 Tumb uhan Penghasil Tanin 4 0
9
Tumbuhan Penghasil Bahan Tali,
Anyaman, dan Kerajinan 3 7
10 Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar 10 14
11 Tumbuhan Penghasil Serat 4 0
12 Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan 54 17
13 Tumbuhan Tolak balak 0 6
14 Lainnya 8 0
Ju mlah 461* 246**
Keterangan : * Jumlah total tumbuhan berguna di TNGP
** Jumlah total tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Dari Tabel 7 terlihat bahwa jumlah jenis tumbuhan terbanyak terdapat pada
kelompok tumbuhan obat yaitu sebanyak 21 0 jenis, sedangkan jumlah jenis terendah
terdapat pada kelompok penghasil pestisida nabati serta penghasil tali, anyaman dan
kerajinan yaitu sebanyak 3 jenis. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, jumlah
jenis tumbuhan tertinggi terdapat pada kelompok tumbuhan obat (69 jenis) dan jumlah
jenis terendah terdapat pada kelompok pestisida nabati (1 jenis). Untuk kategori penghasil
tanin dan penghasil serat tidak teridentifikasi jumlahnya karena masyarakat tidak pernah
atau jarang menggunakan jenis-jenis tumbuhan untuk kategori ini.
Untuk data klasifikasi tumbuhan disajikan secara deskriptif dan tabulatif
berdasarkan potensi kegunaannya.
1. Tumbuhan obat
Menurut Zuhud et al. (1994), tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat
yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan menjadi : (1)
tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai
masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat
tradisional, (2) tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah
dibuktikan mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya
dapat dipertanggungjawabkan secara medis, dan (3) tumbuhan obat potensial, yaitu spesies
tumbuhan yang diduga mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi
belum dibuktikan secara ilmiah medis atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional
sulit ditelusuri.
Tumbuhan yang teridentifikasi memiliki kegunaan sebagai penghasil obat
merupakan kategori dengan kuantitas terbanyak yang berhasil ditemukan. Jumlah spesies
tumbuhan obat yang berhasil teridentifikasi sebanyak 210 jenis. Ini berarti hampir
sepertiga dari total tumbuhan TNGP yang berhasil diidentifikasi memiliki kegunaan
sebagai tumbuhan obat.
Untuk kategori tumbuhan obat ini dilakukan identifikasi lebih lanjut mengenai
bagian tumbuhan yang digunakan serta identifikasi kegunaan lanjutannya dalam
menyembuhkan penyakit -penyakit yang ada. Berdasarkan kelompok
penyakit/penggunaannya, spesies-spesies tumbuhan obat TNGP dapat dikelompokkan
kedalam 26 kelompok penyakit/penggunaan. Daftar jenis-jenis tumbuhan obat di TNGP
beserta kegunaannya disajikan pada Lampiran 9, sedangkan rekapitulasi klasifikasi
tumbuhan obat berdasarkankan kelompok penyakit/kegunaannya tersaji pada Tabel 8.
Tabel 8.
Rekapitulasi Jumlah Jenis Tumbuhan Obat di TNGP Berdasarkan Kelompok
Penyakit/Penggunaan
No. Kelompok Penyakit/Penggunaan Jumlah Jenis
1 Gangguan Peredaran Darah 2
2 Keluarga Berencana (KB) 2
3 Penawar Racun 4
4 Pengobatan Luka 12
5 Penyakit Diabetes 1
6 Penyakit Gangguan urat syaraf 1
7 Penyakit Gigi 5
8 Penyakit Ginjal 2
9 Penyakit Jantung 2
10 Penyakit Kelamin 6
11 Penyakit Khusus Wanita 4
12 Penyakit Kulit 22
13 Penyakit Kuning 1
14 Penyakit Malaria 3
15 Penyakit Mata 7
16 Penyakit Mulut 12
17 Penyakit Otot dan Persendian 20
18 Penyakit telinga 1
19 Penyakit Tulang 2
20 Penyakit Saluran Pembuangan 22
21 Penyakit Saluran Pencernaan 42
22 Penyakit Saluran Pernafasan/THT 2
23 Perawatan Kehamilan dan Persalinan 8
24 Perawatan Organ Tubuh Wanita 2
25 Sakit Kepala dan Demam 51
26 Tonikum 4
27 Lain-lain 18