• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman penghasil minyak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman penghasil minyak"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan di masa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber devisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105 808 ha dengan produksi 167 669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO (Ditjenbun, 2008).

Minyak nabati adalah salah satu produk yang dihasilkan oleh tanaman ini dengan kandungan rendah kolesterol sehingga aman untuk dikonsumsi. Minyak nabati yang dihasilkan kelapa sawit terdiri dari dua jenis, yaitu Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). CPO ini memiliki ciri minyak yang berwarna kuning, sedangkan PKO mempunyai karakteristik minyak yang tidak berwarna. Tanaman kelapa sawit ini memiliki banyak kegunaan. Hasil tanaman ini dapat digunakan pada industri baja (bahan pelumas), industri tekstil, dan kosmetik. Tandan kosong dapat digunakan sebagai pupuk dan bahan bakar alternatif (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Minyak kelapa sawit (MKS) merupakan komuditas yang mempunyai nilai strategis karena merupakan bahan baku utama pembuatan minyak makan. Permintaan akan minyak makan di dalam dan luar negeri yang kuat merupakan indikasi pentingnya peranan komoditas kelapa sawit dalam perekonomian bangsa (Pahan, 2008).

(2)

Tjitrosoedirdjo (1984) menyatakan bahwa gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki oleh manusia atau tumbuhan yang kegunaannya belum diketahui. Menurut Pahan (2008) kehadiran gulma di perkebunan kelapa sawit dapat menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan air, hara, sinar matahari, dan ruang hidup. Gulma juga dapat menurunkan mutu produksi akibat terkontaminasi oleh bagian gulma, mengganggu pertumbuhan tanaman, menjadi inang bagi hama, mengganggu tata guna air, dan meningkatkan biaya pemeliharaan. Selanjutnya Hakim (2007) menambahkan, kelapa sawit mempunyai masalah gulma yang tinggi sebab salah satu faktornya adalah jarak tanam tanaman ini lebih lebar, sehingga penutupan tanah oleh kanopi lambat membuat cahaya matahari leluasa mencapai permukaan tanah yang kaya dengan potensi gulma. Pahan (2008) menyatakan terdapat tiga jenis gulma yang harus dikendalikan, yaitu ilalang di piringan dan gawangan, rumput di piringan, dan anak kayu di gawangan. Ilalang di gawangan dan piringan efektif dikendalikan secara kimia dengan teknik sesuai dengan populasi ilalang yang ada. Gulma rumput di piringan dapat dikendalikan baik secara manual maupun kimia. Gulma berkayu dapat dikendalikan dengan metode dongkel anak kayu.

Kegiatan pemeliharaan berperan penting dalam upaya peningkatan produksi kelapa sawit. Salah satu kegiatan utama dalam pemeliharaan tanaman kelapa sawit adalah pengendalian gulma. Oleh karena itu, Pada penelitian ini akan dilakukan Analisa Biaya Pengendalian Gulma Kelapa Sawit Pada Piringan dan Pasar Pikul secara khemis dan manual.

B. Perumusan Masalah

Dalam bisnis perkebunan khususnya kelapa sawit maka dibutuhkan cara pengendalian gulma yang efektif dan effisien. Salah satu tujuan pengendalian gulma adalah untuk

(3)

menghindarkan persaingan antara tanaman utama dengan gulma dalam hal zat hara, air dan ruang tumbuh yang terdapat pada piringan pokok, pasar panen dan gawangan.

Pertimbangan untuk melakukan pengendalian gulma secara khemis dengan herbisida ini antara lain karena penggunaan tenaga kerja yang relatif kecil dibandingkan dengan cara manual, menghindarkan kerusakan struktur tanah dan perakaran serta membutuhkan waktu yang relatif singkat. Kelebihan melakukan pengendalian gulma secara khemis, gulma relatif lebih lama tumbuh kembali dibandingkan dengan cara manual.

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui analisa biaya pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit pada peringan secara khemis dan manual.

2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan biaya pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit secara khemis dan manual.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam menganalisa biaya pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit pada piringan secara khemis dan manual.

(4)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Piringan Kelapa Sawit

Piringan merupakan daerah yang berada di sekitar pokok kelapa sawit yang berbentuk lingkaran dengan diameter ± 4 m. Pada setiap pokok kelapa sawit harus di beri piringan dengan Tujuan :

1) Memudahkan dalam proses pemanenan.

2) Memudahkan dalam pengutipan brondolan & perawatan tanaman.

3) Mencegah terjadinya Hama & Penyakit pada tanaman.Khususnya hama yang menyerang buah yaitu: Ulat Terataba

Dalam pembuatan piringan biasanya dilakukan secara manual terlebih dahulu setelah itu dilakukan secara chemis. Dengan manual biasanya untuk membentuk piringan pada pokok sesuai dengan diameter yang di tentukan,dengan membabat gulma yang tumbuh di sekitar piringan.

Setelah piringan pada setiap pokok sudah mulai terbentuk kemudian dilakukan secara chemis dengan menyemprot gulma yang tumbuh dengan larutan herbisida. Apabila pada setiap pokok sawit sudah di beri piringan dapat memudahkan pemanenan & sekitar pokok sawit tidak terlihat gulma yang tumbuh sehingga pokok sawit dapat mampu menyerap berbagai unsur hara di sekitar piringan. Lebar piringan menurut umur sawit :

1) Tanaman umur 2-6 bulan lebar piringan jari jari 60 cm, 2) Tanaman umur 6-12 bulan lebar piringan jari jari 75 cm, 3) Tanaman umur 12-24 bulan lebar piringan jari jari 100 cm, 4) Tanaman umur 24-36 bulan lebar piringan jari jari 100-125 cm, 5) Tanaman umur lebih dari 24 bulan laebar piringan jari jari 200 cm. 1. Pemeliharaan Piringan di Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

(5)

Pemeliharaan TBM pada kelapa sawit dapat berupa pengendalian gulma. Pengendalian gulma diterapkan pada 3 area pada kelapa sawit, yaitu area piringan, area gawangan (inter-row), dan area pasar. Piringan kelapa sawit berupa area radius tertentu dari batang kelapa sawit. Area piringan yang bebas gulma memudahkan pengamatan brondolan buah masak yang jatuh dan efektivitas pemupukan. Area pasar yang bebas gulma memudahkan untuk pengangkutan pupuk (pasar pikul) dan pengangkutan buah. Pasar hitam adalah jalur yang yang bersih gulma yang telah diaspal. Pasar rintis adalah jalur sempit pada perkebunan sawit yang tidak diaspal.

Gambar 1. Piringan kelapa sawit

Kegiatan pengendalian gulma di piringan kelapa sawit dilakukan dengan tidak mencangkul dalam ke dalam piringan untuk menjaga akar sawit yang dangkal tidak rusak. Gulma maupun LCC (legume cover crop) yang terdapat di dalam piringan ditarik keluar dari piringan. Pengendalian gulma di piringan dapat dipadukan dengan aplikasi herbisida terlebih dahulu kemudian dibersihkan dengan cara manual.

(6)

Radius (jari-jari) dari piringan bebas gulma tergantung perkembangan tanaman kelapa sawit. Tingkat kebersihan gulma pada piringan bervariasi sesuai tujuan perawatan (Cikabayan, 2011).

2. Pengendalian Gulma Di Tanaman Menghasilkan (TM)

Pada bokoran dengan jari-jari 2 m, dilakukan clean weeding (Wo) dengan glifosat atau paraquat 0.4-0.6 %, volume semprot 400-600 /ha, rotasi 4 kali/tahun. Pada pasar pikul/jalan buah dan TPH (Tempat Pengungutan Hasil) dapat dilakukan secara manual atau kimia. Pengendalian secara kimia biasa dilakukan dengan kombinasi glifisat 0,4 % + metil-metsulfuron 0,005 %, rotasi 3 kali/tahun atau penggunaan paracol 2,0-2,5 l/ha.

B. Jenis – Jenis Gulma

1. Penggolongan Berdasarkan Bentuk Daun

Penggolongan berdasarkan bentuk daun ini berpatokan atas lebar atau sempitnya daun. gulma berdaun lebar yaitu apabila lebar dari helaian daunnya lebih dari setengah ukuran panjangnya. Helaian daun tersebut dapat berbentuk oval, bulat, segita, lonjong, membulat atau seperti bentuk ginjal. Pertulangan daun (nervatio) dari golongan ini umumnya bentuk menyirip. Golongan gulma berdaun lebar ini umumnya didominasi oleh kelompok tumbuhan dari klas Dicotyledoneae (Anonim, 2011).

Sedangkan gulma berdaun sempit yaitu apabila helaian daun atau laminanya berbentuk memanjang dan ukuran lebarnya helaian daun kecil atau sempit. Helaian daun dari golongan ini umumnya terdiri dari kelampok daun yang berbentuk pita, linearis, jarum dan yang berbentuk panjang-panjang. Pertulangan daun dari golongan ini umumnya berbentuk lurus-lurus atau linearis yang umumnya didominasi oleh kelompok tumbuhan dari klas Monocotyledoneae.

(7)

Dengan demikian berdasarkan bentuk daun ini maka gulma dapat dibagi dua yaitu gulma berdaun lebar dan gulma berdaun sempit.

a. Gulma berdaun lebar

Tumbuhan ini mempunyai bentuk daun yang lebar dan luas dan umumnya: 1. Mempunyai lintasan C3

2. Nervatio (pertulangan daun) menyirip 3. Kelompok Dicotyledoneae

4. Bentuk helaian membulat, bulat, oval, lonjong, segitiga, bentuk ginjal, dll. Contoh:

1. Amaranthus spinosus L.

2. Ageratum conyzoides (bandotan) 3. Portulaca oleracea

4. Melastoma malabathricum 5. Eupatorium odoratum 6. Euphorbia hirta 7. Centella asiatica b. Gulma berdaun sempit

Tumbuhan ini mempunyai bentuk daun sempit dan memanjang: 1. Mempunyai lintasan C4

2. Nervatio (pertulangan daun) linearis atau garis-garis memanjang. 3. Kelompok monocotyledoneae

4. Bentuk daun memanjang seperti pita, jarum, garis dll contoh:

1. Leersea hexandra 2. Sprobolus poiretii

(8)

3. Cyperus rotundus 4. Imperata cylindrica

2. Penggolongan Berdasarkan Siklus Hidup

Menurut Barus (2003), berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma semusim (annual weeds), gulma dua musim (biannual weed), dan gulma tahunan (perennial weeds).

a. Gulma Semusim (Annual Weeds)

Siklus hidup gulma semusim mulai dari berkecambah, berproduksi, sampai akhirnya mati berlangsung selama satu tahun. Pada umumnya, gulma semusim mudah dikendalikan, namun pertumbuhannya sangat cepatkarena produksi biji sangat banyak. Oleh karena itu, pengendalian gulma semusim memerlukan biaya yang lebih besar. Contoh – contoh gulma semusim adalah sebagai berikut.

1. Amaranthus sp. 2. Digitaria sp. 3. Eleusine indica 4. Ipomoea purpurra 5. Setaria sp.

b. Gulma Dua Musim (Biannual Weeds)

Siklus hidup gulma dua musim lebih dari satu tahun, namun tidak lebih dari dua tahun. Pada tahun pertama gulma ini menghasilkan bentuk roset, pada tahun kedua berbunga, menghasilkan biji, dan akhirnya mati. Pada periode roset, gulma pada jenis ini umumnya sensitif terhadap herbisida. Contoh-contoh gulma dua musim sebagai berikut.

1. Aretium sp. 2. Circium vulgare 3. Verbascum thapsus

(9)

c. Gulma Tahunan (Perrennial Weeds)

Siklus hidup gulma tahunan lebih dari dua tahun dan mungkin tidak terbatas (menahun). Jenis gulma ini kebanyakan berkembang biak dengan biji, meskipun ada juga yang berkembang biak dengan cara vegetatif. Gulma tahunan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Misalnya, pada musim kemarau jenis gulma ini seolah-olah mati karena ada bagian yang mengering, namun bila ketersediaan air cukup, gulma akan segera bersemi kembali. Contoh-cntoh gulma tahunan adalah sebagai berikut.

1. Cynodon dactylon 2. Cyperus rotundus 3. Imperata cylindrica

3. Penggolongan Berdasarkan Habitat Tumbuh Gulma

Berdasarkan habitatnya gulma dapat dibedakan menjadi gulma air (Aquatic weeds) dan gulma daratan (Terestrial weeds).

a. Gulma Air (Aquatic Weeds)

Pada umumnya, gulma air tumbuh di air, baik mengapung, tenggelam, ataupun setengah tenggelam. Gulma air dapat berupa gulma berdaun sempit, berdaun lebar, ataupun teki-tekian. Contoh-contoh gulma air adalah sebagai berikut.

1. Cyperus difformis 2. Cyperus iria 3. Echinochloa colonum 4. Echinochloa crus-galli 5. Eichornia grassipes 6. Leersia hexandra

(10)

Gulma daratan tumbuh di darat, antara lain di perkebunan. Jenis gulma daratan yang tumbuh di perkebunan sangat tergantung pada jenis tanaman utama, jenis tanah, iklim, dan pola tanam. Contoh-contoh jenis gulma daratan adalah sebagai berikut.

1. Ageratum conyzoides 2. Axonopus compressus 3. Chromolaaena odorata 4. Mikania micrantha

5. Panicium repens (Barus, 2003).

C. Metode Pengendalian Gulma Secara Khemis

Pengendalian gulma secara khemis atau kimiawi adalah pengendalian gulma dengan pemberian zat-zat kimia tertentu pada gulma yang dimana zat-zat tersebut bersifat racun/toxin yang data merusak jaringan tanaman/gulma. Bahan kimiawi yang digunakan untuk mengendalikan gulma sering disebut dengan istilah herbisida. Herbisida berasal dari kata herba (gulma) dan sida (membunuh), jadi dapat disimpulkan bahwa herbisida tersebut adalah bahan kimia yang diberikan dengan tujuan untuk membunuh gulma atau herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil yang disebabkan oleh gulma (Suhardi, 2007).

1. Penggolongan Herbisida

Herbisida berdasarkan cara kerjanya digolongkan menjadi 2, yaitu : a. Herbisida Kontak

Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida ini, terutama bagian gulma yang berwarna hijau.

(11)

Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih hijau, serta gulma yang masih memiliki sistem perakaran tidak meluas.

Di dalam jaringan tumbuhan, bahan aktif herbisida kontak hampir tidak ada yang ditranslokasikan. Jika ada, bahan tersebut ditranslokasikan melalui phloem. Karena hanya mematikan bagian gulma yang terkena, pertumbuhan gulma dapat terjadi sangat cepat. Dengan demikian, rotasi pengendalian menjadi singkat.

Herbisida kontak memerlukan dosis dan air pelarut yang lebih besar agar bahan aktifnya merata ke seluruh permukaan gulma dan diperoleh efek pengendalian aktifnya yang lebih baik (Barus, 2003).

Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja, terutama bagian yang berhijau daun dan aktif berfotosintesis. Keistimewaannya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati. Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan. Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu kemudian dan bila herbisida ini tidak menyentuh akar maka proses kerjanya tidak berpengaruh pada gulma. Contoh herbisida kontak adalah paraquat.

Ada jenis-jenis herbisida kontak berdasarkan bentuk, waktu penggunaan, dan jenis tanaman yang baik untuk dikendalikan gulmanya yaitu salah satunya adalah herbisida purna tumbuh yang bersifat kontak, berbentuk larutan dalam air berwarna hijau tua, untuk mengendalikan gulma pada pertanaman kelapa sawit (TM). Contoh-contoh herbisida kontak pada umumnya yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Gramoxon 2. Herbatop 3. Paracol

(12)

Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya. Cara kerja herbisida ini membutuhkan waktu 1-2 hari untuk membunuh tanaman pengganggu tanaman budidaya (gulma) karena tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara menganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik

tumbuh, tunas sampai ke perakarannya.

Keistimewaan dari herbisida sistemik ini yaitu dapat mematikan tunas - tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Efek terjadinya hampir sama merata ke seluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun sampai perakaran. Dengan demikian, proses pertumbuhan kembali juga terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama (panjang). Penggunaan herbisida sistemik ini secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya aplikasi. Herbisida sistemik dapat digunakan pada semua jenis alat semprot, termasuk sistem Ultra Low Volume (ULV) Micron Herbi, karena penyebaran bahan aktif ke seluruh gulma memerlukan sedikit pelarut.

Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas herbisida sistemik, yaitu: 1. Keadaan gulma dalam masa tumbuh aktif

2. Cuaca yang cerah serta tidak berangin pada saat penyemprotan. 3. Tidak melakukan penyemprotan pada saat menjelang hujan 4. Areal yang akan disemprot dikeringkan terlebih dahulu. 5. Gunakan air bersih sebagai bahan pelarut.

Ada beberapa jenis herbisida sistemik berdasarkan waktu penggunaannya, bentuknya, dan baik digunakan buat tanaman yaitu:

(13)

a) Herbisida sistemik purna tumbuh berbentuk larutan dalam air berwarna hijau, untuk mengendalikan gulma berdaun lebar dan gulma berdaun sempit pada pertanaman kelapa sawit (TBM).

b) Herbisida sistemik purna tumbuh berbentuk larutan dalam air berwarna merah, untuk mengendalikan gulma pada tanaman jagung dan kakao (TBM).

c) Herbisida sistemik purna tumbuh berbentuk larutan dalam air berwarna coklat tua untuk mngendalikan gulma berdaun lebar pada tanaman karet (TM) dan tanaman padi.

Contoh herbisida sistemik adalah : 1. Round up

2. Touch Down 3. Sun up 4. dll.

Selain dari cara kerjanya herbisida juga digolongkan berdasarkan toksisitasnya. Tingkat toksisitas pada herbisida ada 2 yaitu tingkat toksisitas akut dan toksisitas kronik. Herbisida pada golongan toksisitas akut dapat dideskripsikan sebagai suatu zat yang masuk secara intensif kedalam jaringan tubuh gulma, apabila tidak langsung mati, kadangkala gulma hanya menderita sejenak. Sedangkan pada golongan herbisida toksisitas kronik masuk kedalam jaringan tubuh gulma dalam waktu yang relatif lebih lama sehingga cara kerjanya cenderung lambat (Purba, 2009).

D. Metode Pengendalian Gulma Secara Manual

Metode pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara mencabut tumbuh-tumbuhan liar terutama gulma berkayu dengan tangan, menggunakan alat, dan tenaga secara langsung, atau mempergunakan alat pertanian. Alat yang digunakan antara lain sabit, cangkul garu, dan parang babat. Pemberantasan mekanis dapat dilakukan dengan cara clean weeding

(14)

atau penyiangan bersih pada daerah piringan dan selective weeding yaitu penyiangan untuk jenis rumput tertentu, seperti alang-alang, krisan, dan teki. Pemberantasan gulma dengan cara ini dapat dilakukan 5-6 kali pada tahun pertama atau tergantung pada perkebunan (Fauzi,2006).

1. Mencabut dengan tangan atau membersihkan dengan mamakai garuk, semua gulma yang tumbuh diantara penutup tanah dengan rotasi teratur.

2. Membersihkan dengan memakai kored/garuk gulma pada areal bokoran (piringan), harus dipelihara agar selalu bebas gulma.

3. Membalik dengan tangan atau memotong alur-alur kacangan yang masuk kebokoran atau yang membelit daun dan pohon kelapa sawit.

Gulma seperti paspalum conjugatum, Ottocholoa nodosa (berdaun sempit), dan Borreria alata (daun lebar) sering melihat menutup tanah pada bagian yang terbuka. Gulma ini termasuk gulma lunak yang pengendaliannya relatif mudah (Hakim,2007).

(15)

III. METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PTP. Nusantara III Kebun Sei Silau, Afdeling V, yang berlokasi di Kisaran Provinsi Sumatera Utara. Penelitian berlangsung pada bulan Juni - Juli 2013.

B. Metode Penelitian

Penelitian meliputi pengambilan data sekunder yaitu data biaya pengendalian gulma di piringan dan pasar pikul secara khemis dan manual selama periode dua tahun yaitu tahun 2011 dan 2012. Analisis statistik dengan mempergunakan analisis deskriptif.

C. Pengamatan / Analisa

Pengamatan dilakukan di kantor Afdeling dengan membandingkan biaya pengendalian gulma di piringan dan pasar pikul secara khemis dan manual pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM) selama 2 tahun yaitu pada tahun 2011 dan 2012.

Komponen – komponen biaya yang dianalisa meliputi : 1. Luas Areal Kebun

2. Pemakain bahan. 3. Curah Hujan

4. Kebutuhan Tenaga Kerja.

1. Pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 2. Pada Tanaman Menghasilkan (TM).

Gambar

Gambar 1. Piringan kelapa sawit

Referensi

Dokumen terkait

 testiranje za otkrivanje šećerne bolesti tipa 2 i predijabetesa u asimptomatskih osoba treba uzeti u obzir kod odraslih osoba bilo koje dobi koje su prekomjerne

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah berhasil peneliti lakukan, maka kesimpulan yang bisa diambil peneliti dari penelitian ini adalah

Hasil Nilai R 2 (R Square ) menunjukkan pengaruh tokoh agama dan politik uang sebesar 28,3% terhadap kontribusi perolehan suara H. Amin SH, dengan perincian

[r]

Hasil penelitian mengenai proses komunikasi antara Sparkle Organizer dengan Klien adalah dari pihak SO harus memposisikan tugas dan fungsi dari setiap devisi dalam

Gambar 4.5.2 Sketch Karya 5 Desain X-Banner Profil Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2016 Sketsa desain Banner penjurian sebagai konsultasi atau gambaran awal media promosi acara

Contoh permukiman yang padat dengan sedikit vegetasi akan mempunyai indeks jasa ekosistem (Seperti: pemeliharaan kualiatas udara) lebih rendah dibandingkan dengan permukiman

Belum adanya regulasi daerah yang mengatur tentang pengembangan e-government membuat kerancuan dan ketakutan aparat untuk melangkah pasti dalam pengembangan e-government di