• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSENTRASI ISOLAT PIPERIN DALAM MEDIUM DISOLUSI TERHADAP PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM DISPERSI PADAT EKSTRAK KUNYIT-PVP K30 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KONSENTRASI ISOLAT PIPERIN DALAM MEDIUM DISOLUSI TERHADAP PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM DISPERSI PADAT EKSTRAK KUNYIT-PVP K30 SKRIPSI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH KONSENTRASI ISOLAT PIPERIN DALAM MEDIUM DISOLUSI TERHADAP PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM

DISPERSI PADAT EKSTRAK KUNYIT-PVP K30

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Chelsea Celine NIM : 168114086

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini secara tulus dan sepenuh hati saya persembahkan kepada Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus, keluarga saya, beserta semua orang yang saya kasihi.

(3)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA ... vii DAFTAR ISI ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi ABSTRAK ... xii ABSTRACT ... xiii PENDAHULUAN ... 1 METODE PENELITIAN ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8

KESIMPULAN ... 11

SARAN ... 11

DAFTAR PUSTAKA ... 12

LAMPIRAN ... 16

(4)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Kurkumin ... 2 Gambar 2. Struktur Piperin ... 2 Gambar 3. Struktur PVP ... 3

(5)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Penimbangan Dispersi Padat Uji Drugload ... 16 Lampiran 2. Data isi kapsul dispersi padat ekstrak kunyit – PVP K30 ... 16 Lampiran 3. Dokumentasi ... 16

(6)

xii ABSTRAK

Kurkumin adalah metabolit tanaman kunyit yang memiliki beragam efek farmakologis. Namun, kurkumin tergolong BCS kelas II yang memiliki tingkat disolusinya buruk, sehingga menyebabkan bioavaliabilitasnya menjadi rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan BA kurkumin adalah dengan penambahan

bioenhancher, seperti piperin. Akan tetapi, piperin juga tergolong ke dalam BCS

kelas II sehingga profil disolusinya juga buruk. Pemberian dua atau lebih obat secara bersamaan berpengaruh terhadap profil disolusinya, terlebih untuk obat dengan kelarutan yang buruk.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh konsentrasi piperin terhadap profil disolusi kurkumin agar dapat menjadi dasar formulasi sediaan kombinasi kurkumin-piperin. Pengujian dilakukan dengan melakukan uji disolusi terhadap dispersi padat ekstrak kunyit-PVP K30 mengandung kurkumin. Kelompok uji terbagi menjadi empat, yakni kontrol, Low Concentration Piperin,

Medium Concentration Piperin, dan High Concentration Piperin. Medium disolusi

yang digunakan adalah dapar fosfat pH 6,0 0,5% b/v SLS, dengan volume 900 mL. Pengujian dilakukan sesuai dengan uji disolusi USP Tipe 2. Analisa dilakukan dengan Spektrofotometri UV-Vis pada lambda 344,4 nm dan 430,5 nm yang dikombinasikan dengan Vierordt’s Method.

Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa tingkat konsentrasi piperin dalam medium disolusi mempengaruhi kadar kurkumin yang terdisolusi.

(7)

xiii ABSTRACT

Curcumin is a metabolite of turmeric that has a variety of pharmacological effects. However, curcumin is classified as BCS class II which has a poor dissolution profile, which causes its bioavaliability to be low. Addition of bioenhanchers, such as piperine can help to increase the BA of curcumin. However, piperine is also classified into BCS class II so its dissolution profile is also poor. There’s a theory about administration of two or more drugs simultaneously affects the dissolution profile, especially for drugs with poor solubility.

This study aims to determine the effect of piperine concentration on the dissolution profile of curcumin to be a fundamental aspect for curcumin-piperine combination formulation. Capsules of solid dispersion of turmeric extract-PVP K30 that containing curcumin was the sample for dissolution test. The test group was divided into four, Control, Low Concentration Piperine, Medium Concentration Piperine, and High Concentration Piperine. The dissolution medium used was phosphate buffer pH 6.0 with 0.5% w / v SLS, with a volume of 900 mL. The test was done based on USP Type 2 dissolution testing. The analysis was performed using UV-Vis Spectrophotometry at 344,4 nm and 430,5 nm combined with Vierordt’s Method.

Based on the test results, it is known that there is the level of piperine concentration in the dissolution medium is affecting the amount of dissoluted curcumin.

Keywords : Curcumin, Piperine, Dissolution, Spectophotometric, Vierordt’s Method

(8)

1 PENDAHULUAN

Kunyit (Curcuma longa L.) diketahui sebagai salah satu tanaman yang secara empiris telah digunakan sebagai bahan dasar pembuatan jamu dan obat herbal. Ekstrak kunyit memiliki efek farmakologis antidiabetes, antiinflamasi, antimikroba, hepatoprotektor, antihipertensi, serta mengatasi anoreksia dan

rheumatoid arthritis (Alok et al., 2015; Daily et al., 2016; Her et al., 2018; Lee et al., 2016).

Kurkuminoid adalah salah satu metabolit kunyit yang terdiri atas kurkumin, demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin (Ayabe et al., 2010). Kurkuminoid mengandung kurkumin, demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin dengan perbandingan 77:17:3 (Kocaadam and Şanlier, 2017).

Kurkumin memiliki efek antioksidan, antiinflamasi, antimikroba, antikanker, analgesik, antiplatelet dan sebagainya (Alok et al., 2015). Kurkumin (C21H20O6) merupakan senyawa polifenol yang fotosensitif. Kurkumin larut dalam metanol, etanol dan DMSO. Kurkumin secara fisik berwarna kuning, berbentuk serbuk kristal. Senyawa ini terdeteksi pada panjang gelombang 350-450 nm dengan detektor absorpsi, serta pada 250-470 nm di daerah daerah sinar UV. Kurkumin termetabolisme secara cepat di hati oleh enzim UDP-glukoroniltransferase. Oleh karena itu, bioavailabilitas oralnya rendah (Kocaadam and Şanlier, 2017; Priyadarsini, 2014; Siviero et al., 2015).

Kurkumin bersifat hidrofobik dan kecepatan metabolisme yang tinggi, sehingga tergolong ke dalam BCS kelas II yang bioavailabilitasnya cenderung rendah. Oleh karena itu, beberapa metode telah dikembangkan untuk meningkatkan bioavailabilitas kurkumin, contohnya bioenhancer (Murti et al., 2018; Siviero et al., 2015).

(9)

Gambar 1. Struktur Kurkumin (Siviero et al., 2015)

Piperin (C17H19NO3) disebut juga piperidin merupakan senyawa alkaloid metabolit utama dari kelompok tanaman lada telah dikenal sebagai bioehancer kurkumin. Piper nigrum L. mengandung sekitar 9% piperin. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Shoba et al. (1998) piperin dapat meningkatkan bioavailabilitas kurkumin pada manusia hingga 20 kali lipat dengan bioavailabilitas relatif senilai 2000%.

Gambar 2. Struktur Piperin (Chopra et al., 2017)

Kelarutan piperin dan kurkumin dalam air dapat ditingkatkan dengan membentuk sistem dispersi padat. Dispersi padat adalah metode formulasi yang mendipsersikan satu atau lebih obat ke dalam matriks pembawa untuk kemudian dibentuk kembali dalam wujud padatan, baik dalam bentuk amorf maupun kristalin (Allawadi et al., 2014). Pembuatan dispersi padat kurkumin dalam usaha meningkatkan disolusinya dapat dilakukan dengan mendispersikan kurkumin dalam matriks pembawa yang bersifat larut air, seperti Polivinilpireolidon (PVP), Polivinilalkohol (PVA) atau Hidroksipropilmetil Selulosa (HPMC). Sebelumnya, Paradkar et al., (2004) menemukan bahwa dispersi padat kurkumin : PVP terdisolusi seluruhnya dalam 30 menit dibandingkan campuran fisiknya yang membutuhkan waktu 90 menit. Selain itu, Murti et al., (2018, 2016) juga tengah

(10)

mengembangkan formulasi ini. Oleh karena itu dipilih PVP K30 sebagai matriks pembawa.

Gambar 3. Struktur PVP (Kariduraganavar et al., 2014)

PVP K30 merupakan polimer hidrofil polivinilpirrolidon yang tersusun atas 30 monomer vinilpirrolidon. Sifatnya yang hidrofil menjadi kan polimer ini memiliki kelarutan dalam air yang baik, sehingga sering dipilih sebagai carrier atau matriks pembawa obat-obat yang tidak larut dalam air (Kariduraganavar et al., 2014).

Sebuah studi menemukan bahwa jika dua atau lebih obat diberikan secara simultan, maka ada resiko penurunan kecepatan disolusi. Kondisi ini terkhusus bagi obat-obat yang cenderung bermasalah pada profil disolusi. Penurunan konsentrasi terdisolusi ini dapat terjadi karena penurunan tingkat supersaturasi (Trasi and Taylor, 2015a, 2015b).

Vierordt’s Method merupakan suatu metode perhitungan yang dapat

digunakan untuk menghitung kadar dua senyawa secara simultan. Penggunaan metode perhitungan ini sebagai kombinasi metode spektrofotometri, memungkinkan untuk dilakukan analisis senyawa campuran menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Vierordt’s Method didasarkan pada fakta bahwa tiap-tiap senyawa terdeteksi pada panjang gelombang yang berbeda. Metode ini telah divalidasi oleh Murti et al., (2018) dan Chavan et al., (2018) untuk analisa senyawa campuran menggunakan spektrofotometri.

Piperin merupakan bioenhancer yang potensial untuk kurkumin. Saat ini tengah dikembangkan formulasi kombinasi kurkumin dan piperin untuk

(11)

meningkatkan bioavaliabilitasnya dalam tubuh. Namun karena adanya risiko piperin menyebabkan penurunan kadar kurkumin terdisolusi, dikhawatirkan kadar kurkumin yang diharapkan tidak tercapai. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk melihat pengaruh konsentrasi isolat piperin dalam medium disolusi terhadap profil disolusi kurkumin dalam dispersi padat ekstrak kunyit-PVP K30. Hasil dari penelitian ini akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan perbandingan komposisi yang sesuai antara piperin terhadap kurkumin dalam sediaan yang akan diformulasikan.

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat uji disolusi USP Tipe 2 (Sotax), spektrofotometer UV-Visibel (Shimadzu UV-800), desikator, ultrasonikator (Elmasonic S 10H), spray dryer (Buchi B-290), hotplate (Wilten & Co), vortex (Scientific, Inc G-56E), syringe mikroliter, mikropipet (Socorex), makropipet (Socorex), alat-alat gelas (Pyrex Iwaki), tabung effendorf, timbangan analitik (Mettler Toledo), magnetic stirrer, pH meter (SI Analytics Lab 850), dry

box (DB 38-28).

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baku kurkumin (Nacalay, Jepang), baku piperin (Sigma), ekstrak kunyit (PT. Phytochemindo Reksa), isolat piperin, PVP K30 (PT. Konimex), sodium lauril sulfat (Merck), sodium dihidrogen fosfat (Merck), metanol p.a (Merck), air terdeionisasi (Laboratorium Farmasi Universitas Sanata Dharma), etanol 96% (Merck).

Pembuatan Larutan Baku Kurkumin dan Piperin

Larutan baku kurkumin dan piperin dibuat dengan menimbang seksama lebih kurang baku kurkumin dan piperin masing-masing dibuat dalam konsentrasi 1000 ppm dalam pelarut metanol dan medium disolusi dapar fosfat pH 6,0 dengan 0,5% (b/v) sodium lauril sulfat (SLS) .

Pembuatan Medium Disolusi

(12)

0,5% (b/v) sodium lauril sulfat (SLS).

Pembuatan dispersi padat ekstrak kunyit-PVP K30 dengan spray drying Serbuk ekstrak kunyit dan matriks PVP K30 ditimbang masing-masing (30%:70%). Serbuk ekstrak kunyit dan PVP K30 dilarutkan dengan etanol 96%. Larutan ekstrak kunyit ditambahkan ke dalam larutan PVP K30. Proses spray

drying dilakukan dengan suhu inlet 120oC, suhu outlet 49-55oC, aspirator 100%,

pump rate 20% dan aliran atomizing air 600 Ln/h.

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Larutan baku kurkumin (2 µg/mL) dan piperin (1 µg/mL) disiapkan. Larutan diamati dengan spektrofotometer UV-Vis pada kisaran panjang gelombang 200-500 nm (Murti et al., 2018).

Penentuan Kurva Baku Kalibrasi

Kurva baku kalibrasi dibuat dengan menyiapkan seri konsentrasi larutan baku 0,005-5,00 (μg/mL) masing-masing. Larutan diencerkan hingga tanda batas menggunakan metanol p.a. atau medium disolusi. Absorbansi larutan dianalisa dengan spektrofotometer UV-Vis pada λmaximum. Replikasi dilakukan masing-masing sebanyak tiga kali

Akurasi dan Presisi

Akurasi ditentukan menggunakan metode Spiked Placebo, dengan menjadikan medium disolusi sebagai placebo. Uji %Recovery dilakukan terhadap campuran baku kurkumin : piperin dengan konsentrasi yakni 1 : 0,5 ; 2 : 1 dan 4 : 2 µg/mL lalu dianalisa pada panjang gelombang maksimum.

Presisitas ditentukan dengan metode Spiked Placebo. Campuran baku kurkumin : piperin dengan konsentrasi yakni 1 : 0,5 ; 2 : 1 dan 4 : 2 µg/mL disiapkan dalam medium disolusi. Medium disolusi kemudian digunakan sebagai placebo. Nilai koefisien variasi (CV) dari data kadar dihitung.

Uji Kelarutan

(13)

erlenmeyer. Dapar fosfat pH 6,0 ditambahkan sebanyak 20 mL. Pengadukan dilakukan dengan shaker selama 48 jam dengan kecepatan 75 rpm, lalu disentrifugasi. Absorbansi supernatan dianalisa dengan spektrofotometri. Kadar kurkumin dihitung menggunakan persamaan regresi linear kurva baku kurkumin dalam medium disolusi. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali.

Uji Drugload

Dispersi padat ditimbang seksama lebih kurang 10mg dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL dan dilarutkan dengan metanol p.a hingga tanda batas. Larutan diaduk dengan magnetic strirrer lalu disentrifugasi pada 6000 rpm selama 5 menit. Supernatan diambil dan dilakukan analisa menggunakan spektrofotometri. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali. Kadar kurkumin dihitung menggunakan persamaan regresi linear dari data kurva baku kurkumin dan piperin dalam metanol. Uji Disolusi Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-PVP K30

Uji disolusi ini dilakukan dengan alat uji disolusi USP Tipe 2. Sejumlah isolat piperin (25 mg, 75 mg dan 100 mg) ditimbang dan dilarutkan ke dalam 900mL medium disolusi kelompok uji. Kapsul (No. 00) berisi ± 400mg dispersi padat ekstrak kunyit-PVPK30 dimasukkan ke dalam chamber berisi 900 mL medium disolusi. Pengadukan dilakukan dengan kecepatan 75 rpm dan suhu 37oC ± 0,5oC. Sampel dicuplik pada waktu 10; 15; 30; 45; 60; 90; dan 120 menit, sebanyak 5mL/pencuplikan. Pada setiap pencuplikan, ditambahkan medium sejumlah 5mL agar volume tetap konstan. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali. Penetapan Kadar Kurkumin Terdisolusi

Cuplikan sampel yang telah diambil disentrifugasi dengan kecepatan 6000 RPM selama 5 menit. Supernatan diambil dan diencerkan sesuai kebutuhan analisa di dalam labu takar yang sesuai. Absorbansi sampel dibaca pada panjang gelombang maksimum dengan spektrofotometer UV-Vis.

Kadar kurkumin terdisolusi dihitung dengan Vierordt’s Method : Absorbansi kurkumin (A) dihitung dengan rumus sebagai berikut :

(14)

A2 = ax2 b Cx + ay2 b Cy pada λ2 (2) Tebal sel cairan atau b = 1 (cm), maka konsentrasi sampel (C) dihitung dengan rumus : 𝐶𝑥 = 𝐴2𝑎𝑦1–𝐴1𝑎𝑦2 𝑎𝑥2𝑎𝑦1–𝑎𝑥1𝑎𝑦2 (3) 𝐶𝑦 = 𝐴1𝑎𝑥2–𝐴2𝑎𝑥1 𝑎𝑥2𝑎𝑦1–𝑎𝑥1𝑎𝑦2 (4) Keterangan :

A1 : Absorbansi total sampel pada λ1 A2 : Absorbansi total satmpel pada λ2 ax1 : Absortivitas senyawa x pada λ1 ax2 : Absortivitas senyawa x pada λ2 ay1 : Absortivitas senyawa y pada λ1 ay2 : Absortivitas senyawa y pada λ2 Cx : Konsentrasi senyawa x dalam sampel Cy : Konsentrasi senyawa y dalam sampel

(Chaudhary et al., 2011; Chavan et al., 2018) Analisa Statistik

Profil disolusi kurkumin ditentukan dengan menghitung Dissolution

Efficiency kurkumin selama 120 menit (DE120). Uji statistik dilakukan untuk mengamati hubungan atau pengaruh konsentrasi isolat piperin dalam medium disolusi terhadap profil disolusi kurkumin. Uji statistik dilakukan dengan fitur analisis real statistic dan regresi linear pada aplikasi Microsoft Excel terhadap DE120. Taraf kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Derajat korelasi digunakan untuk menyatakan kekuatan pengaruh konsentrasi isolat piperin dalam medium disolusi terhadap profil disolusi kurkumin.

Persamaan DE :

Dissolution efficiency (DE) ditentukan dengan rumus :

𝐷𝐸 =∫ 𝑦 .𝑑𝑡

𝑡2 𝑡1

(15)

Keterangan :

m : Massa atau berat solut (kg) t : waktu (s)

A : Luas area permukaan partikel (m2) D : Koefisien difusi (m/s)

d : Ketebalan gradien konsentrasi (m)

Cs : Konsentrasi saturasi partikel (kg/L atau mol/L) Cb : Konsentrasi bulk pelarut/larutan (kg/L atau mol/L) y : AUC obat terdisolusi pada waktu samadengan t

y100 x t : Area persegi dimana 100% obat terdisolusi pada waktu tersebut (Smith, 2016) HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh konsentrasi piperin terhadap tingkat disolusi kurkumin yang terkandung dalam dispersi padat ekstrak kunyit–PVP K30. Hasil dari penelitian ini kemudian akan digunakan sebagai dasar penentuan formula sediaan kombinasi kurkumin-piperin. Dispersi padat ekstrak kunyit-PVP K30 dibuat dengan melarutkan masing-masing bahan ke dalam pelarut yang sesuai lalu kemudian dikeringkan menggunakan spray dryer. Pelarut yang digunakan adalah etanol 96%. Dispersi padat ekstrak kunyit-PVP K30 dibuat dengan drugload 30%. Konfigurasi pengeringan yang digunakan adalah suhu inlet 120oC dengan pump rate 20%. Sediaan yang dihasilkan berbentuk serbuk ringan, berwarna kuning pekat dan bersifat tidak free-flowing.

Penentuan Panjang Gelombang

Penentuan panjang gelombang dilakukan untuk menentukan panjang gelombang yang dapat memberikan serapan maksimum. Pada preparasi baku dalam pelarut metanol diperoleh panjang gelombang 420,5 nm untuk kurkumin dan 341 nm untuk piperin. Sedangkan pada preparasi dalam pelarut medium disolusi diperoleh panjang gelombang kurkumin 430,5 nm dan piperin 344,4 nm. Panjang gelombang maksimum kedua senyawa tersebut dalam pelarut medium disolusi

(16)

telah mengalami pergeseran batokromik yang disebabkan adanya perbedaan pelarut (Murti et al., 2018).

Linearitas

Linearitas merupakan salah satu parameter untuk menentukan validitas suatu metode analisis. Lineratas data digambarkan dalam koefisien determinasi (R2) dan koefisien korelasi (R). Jika nilai R2 dan R mendekati 1 maka metode yang digunakan dapat dinyatakan valid (Aparasu and Bentley, 2014). Seri kurva baku piperin dan kurkumin disiapkan dalam pelarut metanol dan medium. Seri tersebut kemudian di analisa dengan spektrofotometer UV-Vis pada lamda maksimum kedua senyawa secara simultan. Data-data pengujian menunjukkan bahwa metode analisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis yang dikombinasikan dengan metode panjang gelombang berganda mampu memberikan hasil yang linear. Akurasi

Akurasi dan presisi metode diuji dengan menyiapkan campuran baku kurkumin dan piperin pada 3 tingkat konsentrasi lalu dianalisa menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang yang sesuai.

Tingkat akurasi dinyatakan dalam %Recovery dengan nilai referensi 80%-110% untuk sampel dengan konsentrasi berkisar 0,01-10 µg/mL (AOAC, 2016). Hasil pengujian menunjukkan nilai %Recovery kurkumin yang telah memenuhi persyaratan, sehingga dapat disimpulkan metode yang digunakan teruji akurat. Presisi

Presisitas suatu metode diukur berdasarkan nilai simpangan baku relatif (CV). Suatu metode dikatakan presisi apabila nilai CV yang diperoleh adalah <11% untuk ukuran sampel 1 µg/mL (AOAC, 2016). Metode penelitian yang digunakan dapat dikatakan presisi karena nilai CV yang diperoleh untuk kurkumin telah memenuhi persyaratan.

(17)

Uji Drugload

Uji drugload bertujuan untuk melihat jumlah melihat kandungan kurkumin yang terdapat dalam dispersi padat ekstrak kunyit-PVP K30. Selain itu, uji ini juga dilakukan untuk mengetahui kemungkinan kehilangan bahan saat proses preparasi sampel. Uji ini dilakukan dengan melarutkan serbuk dispersi padat ke dalam metanol dengan konsentrasi 1 µg/mL lalu dianalisa pada panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh.

Berdasarkan hasil pengujian nilai rata-rata drugload kurkumin dalam dispersi padat ekstrak kunyit-PVP K30 menunjukkan bahwa kadar kurkumin dalam dispersi padat tersebar secara homogen. Akan tetapi drugload yang diperoleh lebih tinggi dari nilai yang dikehendaki, yakni 30% dengan rata-rata %Recovery Hal ini dapat terjadi karena adanya kehilangan bahan pada saat proses pengeringan.

Uji Kelarutan

Uji kelarutan bertujuan untuk melihat kelarutan jenuh dispersi padat ekstrak kunyit-PVP K30 dalam medium disolusi dapar fosfat pH 6,0 mengandung 0,5% b/v SLS. Uji ini dapat menunjukkan jumlah maksimal dispersi padat yang mampu dilarutkan oleh medium disolusi sebelum tercapai kondisi saturasi.

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh rata-rata kelarutan dispersi padat ekstrak kunyit-PVP K30 yang lebih besar daripada campuran fisik ekstrak kunit-PVP K30. Hal ini telah sesuai dengan teori bahwa modifikasi bentuk sediaan menjadi dispersi padat dapat meningkatkan kelarutan obat yang buruk dalam air (Li

et al., 2017; Wang et al., 2019).

Uji Disolusi

Secara umum uji disolusi bertujuan untuk melihat pelepasan kurkumin dalam uji in vitro sebagai salah satu parameter kontrol kualitas sediaan (Chen et al., 2017). Konsentrasi piperin dalam medium disolusi sebagai variabel bebas untuk melihat pengaruhnya terhadap profil disolusi kurkumin dalam dispersi padat ekstrak kunyit – PVP K30. SLS digunakan sebagai surfaktan sesuai dengan anjuran dalam WHO The International Pharamacopeia (WHO, 2019) bahwa untuk uji

(18)

disolusi senyawa golongan BCS kelas II sebaiknya ditambahkan surfaktan. Konsentrasi SLS 0,5% b/v dipilih karena mampu meningkatkan disolusi sediaan komersil kurkumin (Rahman et al., 2009).

Hasil uji disolusi menunjukkan kadar kurkumin terdisolusi pada kelompok kontrol > kelompok Low Piperin > kelompok Medium Piperin > High Piperin.

Berdasarkan hasil analisa statistik terhadap DE120 dapat dinyatakan bahwa tingkat konsentrasi piperin dalam medium disolusi mempengaruhi %DE120 disolusi kurkumin dalam dispersi padat ekstrak kunyit-PVP. Hubungan kedua variabel ini bersifat berbanding terbalik, yakni semakin tinggi konsentrasi piperin dalam medium disolusi, maka semakin rendah kadar kurkumin yang terdisolusi. Melihat dari hasil uji disolusi yang telah dilakukan, diketahui bahwa pada tingkat perbandingan konsentrasi 1 bagian piperin berbanding 5 bagian kurkumin (kelompok Low Concentration Piperin 25 mg) memberikan profil disolusi kurkumin yang mendekati kelompok kontrol dan lebih baik dibanding kelompok uji yang lain.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa tingkat konsentrasi piperin mempengaruhi %DE120 kurkumin dalam dispersi padat ekstrak kunyit-PVP K30. Semakin tinggi konsentrasi piperin maka kadar kurkumin terdisolusi akan semakin rendah

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui karakteristik sediaan dispersi padat seperti uji PSA (Particle Size Analysis), X-Ray Diffraction, FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy), dan SEM (Scanning Electron

Microscopy). Selain itu, disarankan untuk melakukan pengujian in vivo dan uji

hewan tentang pengaruh konsentrasi piperin terhadap profil disolusi kurkumin dalam dispersi padat ekstrak kunyit-PVP K30. Pengujian tersebut perlu dilakukan untuk melihat korelasi in vitro – in vivo concentration (IVIVC) serta pengaruh fisiologis tubuh. Disarankan untuk membuat formulasi sediaan kombinasi piperin-kurkumin dengan perbandingan 1:5 (piperin:piperin-kurkumin).

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Allawadi, D., Singh, N., Singh, S., Arora, S., 2014. ChemInform Abstract: Solid Dispersions: A Review on Drug Delivery System and Solubility Enhancement.

ChemInform, 45(18).

Alok, A., Singh, I.D., Singh, S., Kishore, M., Jha, P.C., 2015. Curcumin – Pharmacological actions and its role in oral submucous fibrosis: A review.

Journal of Clinical and Diagnostic Research, 9(10), ZE01–ZE03.

AOAC, 2016. The Offcial Methods of Analysis of AOAC International.

Aparasu, R.R., Bentley, J.P., 2014. Principles of Research Design and Drug Literature Evaluation. Jones & Bartlett Learning LLC, Burlington.

Ayabe, S.I., Uchiyama, H., Aoki, T., Akashi, T., 2010. Plant phenolics: Phenylpropanoids. Comprehensive Natural Products II: Chemistry and

Biology, 1, 929–976.

Chaudhary, J., Jain, A., Saini, V., 2011. Simultaneous Estimation of Multicomponent Formulations By Uv-Visible Spectroscopy: an Overview.

International Research Journal of Pharmacy, 2(12), 81–83.

Chavan, R.R., Somnath, D.B., Bhutkarn, M.A., Randive, D.S., 2018. Development and validation of spectrophotometric methods for simultaneous estimation of furosemide and spironolactone in combined tablet dosage form. International

Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 26(1), 74–90.

Chen, Y., Gao, Z., Duan, J.Z., 2017. Dissolution testing of solid products, Developing Solid Oral Dosage Forms: Pharmaceutical Theory and Practice: Second Edition. Elsevier Inc.

Daily, J.W., Yang, M., Park, S., 2016. Efficacy of Turmeric Extracts and Curcumin for Alleviating the Symptoms of Joint Arthritis: A Systematic Review and Meta-Analysis of Randomized Clinical Trials. Journal of Medicinal Food, 19(8), 717–729.

Damanhouri, Z.A., 2014. A Review on Therapeutic Potential of Piper nigrum L. (Black Pepper): The King of Spices. Medicinal & Aromatic Plants, 03(03). He, Y., Liu, H., Bian, W., Liu, Y., Liu, X., Ma, S., Zheng, X., Du, Z., Zhang, K.,

(20)

Ouyang, D., 2019. Molecular interactions for the curcumin-polymer complex with enhanced anti-inflammatory effects. Pharmaceutics, 11(9).

Her, C., Venier-Julienne, M.-C., Roger, E., 2018. Improvement of Curcumin Bioavailability for Medical Applications. Medicinal & Aromatic Plants, 07(06).

Kariduraganavar, M.Y., Kittur, A.A., Kamble, R.R., 2014. Polymer Synthesis and Processing, 1st ed, Natural and Synthetic Biomedical Polymers. Elsevier Inc. Khan, K.A., 1975. The concept of dissolution efficiency. Journal of Pharmacy and

Pharmacology, 27(1), 48–49.

Kocaadam, B., Şanlier, N., 2017. Curcumin, an active component of turmeric (Curcuma longa), and its effects on health. Critical Reviews in Food Science

and Nutrition, 57(13), 2889–2895.

Lee, H.Y., Kim, S.W., Lee, G.H., Choi, M.K., Jung, H.W., Kim, Y.J., Kwon, H.J., Chae, H.J., 2016. Turmeric extract and its active compound, curcumin, protect against chronic CCl 4 -induced liver damage by enhancing antioxidation. BMC

Complementary and Alternative Medicine, 16(1), 1–9.

Li, J., Wang, X., Li, C., Fan, N., Wang, J., He, Z., Sun, J., 2017. Viewing Molecular and Interface Interactions of Curcumin Amorphous Solid Dispersions for Comprehending Dissolution Mechanisms. Molecular Pharmaceutics, 14(8), 2781–2792.

Murti, Y.B., Fudholi, A., Hinrichs, W.L.J., Mudjahid, R., Martono, S., Hertiani, T., 2016. Validated TLC Method for Determination of Curcumin Concentrations in Dissolution Samples Containing Curcuma longa Extract. Jurnal Ilmu

Kefarmasian Indonesia, 14(2), 147–157.

Murti, Y.B., Hartini, Y.S., Hinrichs, W.L.J., Frijlink, H.W., Setyaningsih, D., 2018. UV-Vis Spectroscopy to Enable Determination of the Dissolution Behavior of Solid Dispersions Containing Curcumin and Piperine. Journal of Young

Pharmacists, 11(1), 26–30.

Paradkar, A., Ambike, A.A., Jadhav, B.K., Mahadik, K.R., 2004. Characterization of curcumin-PVP solid dispersion obtained by spray drying. International

(21)

Patil, V.M., Das, S., Balasubramanian, K., 2016. Quantum Chemical and Docking Insights into Bioavailability Enhancement of Curcumin by Piperine in Pepper.

Journal of Physical Chemistry A, 120(20), 3643–3653.

Priyadarsini, K.I., 2014. The chemistry of curcumin: From extraction to therapeutic agent. Molecules, 19(12), 20091–20112.

Rahman, S.M.H., Telny, T.C., Ravi, T.K., Kuppusamy, S., 2009. Role of surfactant and pH in dissolution of curcumin. Indian Journal of Pharmaceutical Sciences, 71(2), 139–142.

Shah, R., Patel, S., Patel, H., Pandey, S., Shah, S., Dinesh, S., 2011. Development and validation of new discriminative dissolution method for carvedilol tablets.

Indian Journal of Pharmaceutical Sciences, 73(5), 527–536.

Shoba, G., Joy, D., Joseph, T., Majeed, M., Rajendran, R., Srinivas, P.S.S.R., 1998. Influence of piperine on the pharmacokinetics of curcumin in animals and human volunteers. Planta Medica, 64(4), 353–356.

Siviero, A., Gallo, E., Maggini, V., Gori, L., Mugelli, A., Firenzuoli, F., Vannacci, A., 2015. Curcumin, a golden spice with a low bioavailability. Journal of

Herbal Medicine, 5(2), 57–70.

Smith, B.T., 2016. Remington Education: Physical Pharmacy. Physical Pharmacy, 31–50.

Trasi, N.S., Bhujbal, S., Zhou, Q.T., Taylor, L.S., 2019. Amorphous solid dispersion formation via solvent granulation – A case study with ritonavir and lopinavir. International Journal of Pharmaceutics: X, 1, 100035.

Trasi, N.S., Taylor, L.S., 2015a. Thermodynamics of Highly Supersaturated Aqueous Solutions of Poorly Water-Soluble Drugs - Impact of a Second Drug on the Solution Phase Behavior and Implications for Combination Products.

Journal of Pharmaceutical Sciences, 104(8), 2583–2593.

Trasi, N.S., Taylor, L.S., 2015b. Dissolution performance of binary amorphous drug combinations - Impact of a second drug on the maximum achievable supersaturation. International Journal of Pharmaceutics, 496(2), 282–290. Wang, R., Han, J., Jiang, A., Huang, R., Fu, T., Wang, L., Zheng, Q., Li, W., Li, J.,

(22)

bioavailability of curcumin in excipient-free solid dispersions co-formed with piperine. International Journal of Pharmaceutics, 561(November 2018), 9–18. WHO, 2019. The International Pharmacopeia.

Yasir, M., Asif, M., Kumar, A., Aggarval, A., 2010. Biopharmaceutical classification system: An account. International Journal of PharmTech

(23)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Penimbangan Dispersi Padat Uji Drugload Keterangan Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Wadah (g) 0,25103 0,23671 0,25568 Wadah+Isi

(g) 0,26102 0,2467 0,26569 Isi (g) 0,00999 0,00999 0,01001 Isi (mcg) 9,99 9,99 10,01

Lampiran 2. Data isi kapsul dispersi padat ekstrak kunyit – PVP K30 Kelompok Uji KAPSUL Isi (mg)

Kontrol R1 386,374 Mean (mg) 385,373 R2 390,319 SD (mg) 4,503026 R3 379,426 CV (%) 1,168485 Low Piperin 25 R1 376,081 Mean (mg) 384,102 R2 385,017 SD (mg) 6,209372 R3 391,208 CV (%) 1,616595 Medium Piperin 75 R1 384,115 Mean (mg) 385,4343 R2 392,007 SD (mg) 4,917252 R3 380,181 CV (%) 1,275769 High Piperin 100 R1 383,356 Mean (mg) 378,9503 R2 377,416 SD (mg) 3,162733 R3 376,079 CV (%) 0,834603 Mean (mg) 383,4649 SD (mg) 5,507325 CV (%) 1,4362 Lampiran 3. Dokumentasi

Alat Uji Disolusi dan larutan medium disolusi mengandung sampel terdisolusi

(24)

17

BIOGRAFI PENULIS

Chelsea Celine lahir pada 04 Februari 1999 di Sayung, Kecamatan Teriak, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dan satu-satunya putri dari pasangan Agustinus dan Awik. Penulis merupakan alumni dari SD N 14 Bengkayang (2004-2010), SMP N 01 Bengkayang (2010-2013) dan SMA N 01 Bengkayang (2013-2016). Setelah kelulusan SMA penulis mendaftarkan diri untuk menjadi mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma angkatan 2016. Penulis menutup masa studi S1 dengan menyelesaikan tugas akhir berjudul : “Pengaruh Konsentrasi Piperin dalam Medium Disolusi terhadap Profil Disolusi Kurkumin dalam Dispersi Padat Ekstrak Kunyit – PVP K30”. Penulis merupakan Ketua Angkatan 2016 (2016-2020), ketua Patient Counseling Club (2018). Penulis terlibat dalam kepanitiaan seperti Future Pharmacist in Action (#1 2016, #2 2017, #3 2018), Forum Mahasiswa Farmasi (2017), Inisiasi Sanata Dharma (2018) dan masih banyak lagi. Penulis juga pernah turut serta dalam bakti sosial WALUBI di Borobudur (2018). Selain kegiatan kepanitiaan dan organisasi, penulis pernah mengampu tugas sebagai Asisten Laboratorium untuk praktikum matakuliah Formulasi dan Teknologi Sediaan Farmasi (2019), Kimia Analisis Instrumental (2020) dan Pharmaceutical Care 2 (2020).

Gambar

Gambar 1. Struktur Kurkumin ...............................................................................
Gambar 1. Struktur Kurkumin (Siviero et al., 2015)
Gambar 3. Struktur PVP (Kariduraganavar et al., 2014)

Referensi

Dokumen terkait

Uji laju disolusi dilakukan terhadap dispersi padat tersebut dengan menggunakan metode dayung, dalam 900 ml medium lambung buatan pH 1,2, kecepatan putar 50 rpm pada

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh rasio ekstrak temulawak dan PEG 6000 dalam sistem dispersi padat terhadap disolusi kurkumin.Metode

Hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran Poloxamer 407/kitosan dalam dispersi padat dapat meningkatkan disolusi kurkumin dibandingkan campuran fisik dan terdapat

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh proporsi drug load pada dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak ( Curcuma xanthorriza Roxb.) dalam polimer

Penelitian ini dilakukan sebagai upaya peningkatan laju disolusi parasetamol yang rendah sehingga dilakukan analisa pengaruh dispersi padat parasetamol-PVP K30 1:2 terhadap

Dari dispersi padat parasetamol-PVP K-30 1:3, campuran fisis parasetamol-PVP K-30 1:3, dan parasetamol, hasil parameter disolusi %Q menunjukkan adanya perbedaan laju pelarutan,

PENINGKATAN LAJU DISOLUSI DIPIRIDAMOL DENGAN VARIASI POLIVINIL PIROLIDON (PVP) MELALUI.. PEMBENTUKAN

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh proporsi drug load pada dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak ( Curcuma xanthorriza Roxb.) dalam polimer