• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kelinci merupakan salah satu komoditas ternak yang mempunyai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kelinci merupakan salah satu komoditas ternak yang mempunyai"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelinci merupakan salah satu komoditas ternak yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan, baik sebagai usaha sambilan untuk menambah penghasilan, maupun sebagai usaha komersial. Menurut Sarwono (2010), Kelinci dapat melahirkan empat kali dalam setahun, sebanyak 6 sampai 12 ekor anak setiap melahirkan. Kelinci mampu mengkonsumsi pakan hijauan dan limbah sisa pertanian, mampu tumbuh dengan cepat, dan dapat menghasilkan karkas 50-60% per kg berat badan. Kartadisastra (1999) menambahkan bahwa daging kelinci dinilai lebih baik karena kandungan protein lebih tinggi dari daging lainnya, kadar protein daging kelinci 21%, sapi 20%, domba atau kambing 18% dan ayam 19,5%. Selain struktur serat dagingnya lebih halus juga warna dan bentuk fisik menyerupai daging ayam.

Salah satu wilayah di Yogyakarta yang mempunyai kelinci dalam jumlah banyak adalah Kaliurang. Wilayah ini potensial untuk pengembangan kelinci karena merupakan obyek wisata. Bangsa kelinci yang banyak dipelihara peternak di Kaliurang adalah kelinci Flemish Giant (FG). Kaliurang merupakan kawasan wisata yang berada di bagian utara propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berlokasi di lereng Gunung Merapi sehingga Kaliurang mempunyai iklim yang sejuk dan bahkan cenderung dingin. Di kawasan wisata ini banyak sekali penjual sate kelinci. Menurut

(2)

2

Nugroho (1982), Flemish Giant adalah jenis kelinci yang paling besar. Berat yang jantan mencapai 6,3 kg atau lebih, dan yang betina 6,8 kg atau lebih.

Kelinci Flemish Giant mempunyai tingkat pertumbuhan yang bagus. Ozimba dan Lukefahr (1991) menerangkan bahwa Kelinci Flemish Giant merupakan kelinci pedaging dengan pertumbuhan yang cepat, bobot karkas yang tinggi serta persentase lemak abdomen yang rendah.

Pertumbuhan kelinci dipengaruhi jenis kelamin. Pertumbuhan ternak jantan biasanya lebih cepat dibanding ternak betina. Hal ini dikarenakan pada ternak jantan terdapat hormon pertumbuhan yang dinamakan hormon Androgen. Menurut Soeparno (2005), Sekresi hormone kelamin jantan (testosteron) yang tinggi menyebabkan sekresi androgen yang tinggi pula, sehingga mengakibatkan pertumbuhan yang lebih cepat pada ternak jantan dibandingkan dengan ternak betina. Perbedaan laju pertumbuhan antara dua jenis kelamin tersebut dapat menjadi lebih besar sesuai dengan bertambahnya umur.

Sejauh ini belum banyak penelitian mengenai pengaruh jenis kelamin terhadap pertumbuhan kelinci Flemish Giant lepas sapih di Kaliurang. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan.

(3)

3 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap pertumbuhan kelinci Flemish Giant lepas sapih di Kaliurang.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam manajemen pemeliharaan kelinci dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

(4)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Kelinci

Oryctolagus cuniculus adalah spesies kelinci yang jinak, yang dapat dipelihara dengan cara yang sangat sederhana dan memberi kemungkinan yang cukup baik sebagai kelengkapan perumahtanggaan masyarakat umumnya dan keluarga tani khususnya (Poespo, 1986).

Sistematika kelinci menurut Reksohadiprojo (1984) adalah sebagai berikut ;

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata Class : Mammalia Family : Leporidae Genus : Oryctolagus

Species : Oryctolagus cuniculus

Semua bangsa kelinci domestikasi bernenek moyang kelinci liar dari Eropa yang berordo Logomorpha, famili Leporidae, genus Oryctolagus, spesies Oryctologus Cuniculus. Genus Oryctolagus ini mempunyai 22 pasang kromosom. Awalnya kelinci diklasifikasikan ke dalam ordo Rodensia (binatang pengerat) yang bergigi seri empat, namun sekarang digolongkan ke dalam ordo tersendiri yaitu ordo Logomorpha karena bergigi seri enam (Cheeke et al, 1987).

(5)

5

Kelinci sudah dijinakkan pada abad pertama sebelum masehi dan peternakan kelinci dimulai pada abad enam belas di Perancis. Dari kawasan Eropa kelinci menyebar ke Amerika, Australia dan Selandia Baru (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Kelinci Flemish Giant diduga merupakan keturunan dari kelinci Patagonian di Argentina. Kelinci Patagonian ini dibawa ke Eropa pada abad ke-16 dan 17 oleh pedagang dari Belanda dan dikembangkan sebagai penghasil daging. Pertama kali tercatat mengenai Flemish Giant sekitar tahun 1860, pada waktu itu petualang dari Inggris kembali dari Flanders membawa data karakteristik kelinci yang dikembangkan disana. Kelinci Flemish Giant diimport ke Amerika pada awal tahun 1880. Kelinci ini merupakan kelinci terbesar yang diperkenalkan oleh American Rabbit Breeders Association dengan bobot senior (umur lebih dari 8 bulan) untuk betina sebesar 14 lbs dan 13 lbs untuk jantan (Horn Rapids Rabbitry, 2004).

Salah satu bangsa kelinci yang banyak dipelihara adalah Flemish Giant. Menurut Sarwono (2010), Flemish Giant di Indonesia dikenal sebagai Vlaamse Reus, kelinci raksasa dari Vlaam. Termasuk kelinci besar di Inggris dengan ukurannya yang besar dan bagus. Bobot jantan rata-rata 6,3 kg dan betina 6,8 kg. Namun ada yang mencapai 10 sampai 12 kg. Variasi warna rambutnya banyak dan paling sering dijumpai adalah steel grey (abu-abu besi), dan sandy (seperti pasir). Warna lain seperti hitam, putih, light grey (abu-abu muda), biru dan fawn (coklat kuning

(6)

6

muda) dapat ditemukan pula. Dewasa kelaminnya lambat dan umur 10-12 bulan baru mau kawin Nugroho (1982) menambahkan bahwa kelinci Flemish Giant (Vlaamse Reus) umumnya berwarna seperti warna pasir (sandy).

Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang mencakup perubahan berat terhadap bentuk, dimensi linier, dan komposisi tubuh termasuk pula di dalamnya perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot, tulang, lemak, protein serta abu (Soeparno, 2005). Menurut Anggorodi (1980), pertumbuhan adalah peningkatan jumlah sel (hyperplasia) maupun bertambahnya ukuran sel (hypertrophy). Pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan, kemudian berlangsung cepat, selanjutnya berangsur-angsur menurun atau melambat dan berhenti setelah mencapai dewasa tubuh. Menurut Williamson dan Payne (1993), pertumbuhan berat badan dan ukuran badan sesuai dengan umur dan dapat dilukiskan sebagai kurva sigmoid.

Ukuran pertumbuhan dapat dilihat berdasarkan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) dan konversi pakan. Pertumbuhan dinyatakan dengan pengukuran kenaikan berat badan yaitu penimbangan secara berulang sehingga diperoleh bobot badan tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu lainnya (Tillman et al., 1998). PBBH diperoleh dengan menghitung selisih bobot badan awal dan akhir dibagi dengan jarak (hari) antara penimbangan awal dan penimbangan akhir (Sidiq et al., 2012).

(7)

7

Konversi Pakan

Konversi pakan adalah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg bobot badan. Menurut Reksohadiprojo (1994), Konversi pakan adalah besarnya perubahan dari pakan yang dikonsumsi menjadi gain. Konversi pakan menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan pakan oleh ternak. Dalam perhitungannya konversi pakan merupakan hasil pembagian FI (feed intake) dengan gain pada lama waktu yang sama. Menurut Sidiq et al. (2012), Konversi pakan didapat dengan cara menghitung konsumsi pakan dibagi dengan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH).

Konsumsi pakan adalah total jumlah yang dimakan ternak atau kelompok ternak dalam periode waktu tertentu, biasanya dalam satuan waktu per hari (Forbes,1986).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak meliputi faktor internal dan eksternal.

Faktor Internal

Faktor Internal yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain adalah bangsa, spesies, individu, jenis kelamin dan umur.

Spesies. Menurut Basuki et al. (1998), laju pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh perbedaan spesies. Sarwono (2010) menambahkan kelinci tergolong fauna dalam kelas Mamalia (binatang menyusui).

(8)

8

Dikatakan orang bahwa kelinci berasal dari Eropa. Tapi sebenarnya ada 2 macam kelinci yang hidup bebas merdeka di sana. Yakni kelinci tegalan (Lepus europaeuns) an kelinci liar (Oryctolopus cuniculus). Kelinci tegalan mempunyai laju pertumbuhan yang lebih baik daripada kelinci liar.

Bangsa. Bangsa kelinci merupakan sekelompok kelinci yang memiliki karakteristik eksternal yang dapat didefinisikan dan dapat dikenali yang memungkinkan kelompok tersebut dapat dibedakan secara visual dari kelompok lain di dalam spesies yang sama (Dirjen Peternakan, 1991). Pada kondisi daerah yang sama dan dalam manajemen yang sama, perbedaan bangsa merupakan faktor yang berpengaruh dalam kinerja induk kelinci. Menurut Soeparno (2005), Bangsa ternak yang besar akan lahir lebih berat, tumbuh lebih cepat dan lebih berat pada saat kedewasaan daripada bangsa ternak kecil.

Individu. Kelinci yang dipelihara peternak terdapat ketidakseragaman yang tinggi di dalam galur yang sama pada daerah sentra yang berbeda. Perbedaan ini diduga karena kelinci yang dipelihara peternak telah beradaptasi terhadap lingkungan baik suhu dan ketersediaan pakan (Brahmantiyo et al., 2007).

Jenis kelamin. Jenis kelamin jantan memiliki performa produksi (pertambahan bobot badan, konsumsi bahan kering dan efisiensi penggunaan pakan) yang lebih baik dibanding ternak betina (Padang, 2005). Menurut Soeparno (2005), jenis kelamin dapat menyebabkan perbedaan laju pertumbuhan dimana ternak jantan biasanya tumbuh lebih

(9)

9

cepat dibanding dengan ternak betina pada umur yang sama, karena adanya androgen yaitu suatu hormon kelamin yang termasuk sebagian hormon pengatur atau stimulan pertumbuhan. Androgen dihasilkan oleh sel-sel intertestial dan kelenjar adrenal dan salah satu dari steroid androgen adalah testosteron yang dihasilkan oleh testes. Sekresi testosteron yang tinggi menyebabkan sekresi androgen yang tinggi pula. Hormon kelamin jantan ini mengakibatkan pertumbuhan yang lebih cepat pada ternak jantan dibandingkan dengan ternak betina, terutama setelah muncul sifat-sifat kelamin sekunder pada ternak jantan.

Umur. Pertumbuhan kelinci dibagi menjadi lima fase sesuai umurnya. Fase pertama adalah pada saat penyapihan umur 40 hari, fase kedua pada saat disapih, fase ketiga pada masa remaja umur 100 hari, fase keempat pada umur 140 hari kelinci mencapai keseimbangan hormonal, dan fase kelima pada umur 200 hari kelinci mancapai dewasa tubuh (Brahmantiyo et al., 2008).

Faktor Eksternal

Faktor Eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain adalah pakan, cuaca, dan penyakit.

Pakan. Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh seekor ternak yang mampu menyediakan nutrien yang penting untuk hidup pokok, pertumbuhan, penggemukan, reproduksi dan produksi susu (Blakely and Bade, 1991). Arora (1989), menyatakan bahwa konsumsi

(10)

10

pakan merupakan hal yang mendasar yang akan menentukan level nutrien, fungsi dan respon ternak serta penggunaan nutrien dalam pakan.

Cuaca. Suhu yang tinggi dan musim panas yang panjang mempengaruhi pertumbuhan. Salah satu penghalang bagi produksi daging di daerah tropis ialah suhu tinggi dan musim panas yang panjang. Sebab suhu udara yang tinggi akan memperlambat proses metabolisme di dalam tubuh sehingga mengganggu pertambahan berat badan atau pertumbuhan (Sugeng, 1992). Menurut Williamson dan Payne (1993), suhu lingkungan mempunyai pengaruh terhadap nafsu makan dan jumlah pakan yang dikonsumsi. Batas suhu yang paling ideal untuk kehidupan terbaik ternak di daerah tropis adalah 10oC sampai 27oC. Suhu lingkungan yang tinggi dapat menghambat laju pertumbuhan dan menurunkan reproduksi ternak. Hal ini dikarenkan nafsu makan ternak akan berkurang dan dapat menghambat pertumbuhan embrio pada induk ternak (Purnomoadi et al., 2003). Menurut Toelihere (1981), suhu lingkungan berpengaruh terhadap aktivitas organ-organ, kegiatan merumput, pertumbuhan, dan reproduksi pada ternak.

Penyakit. Sebagaimana makhluk hidup lainnya, kelinci tak luput dari penyakit. Penyakit pada kelinci banyak menimbulkan kerugian bagi peternak kelinci. Penyakit dapat disebabkan karena kekurangan nutrisi dan kebersihan lingkungan kandang yang tidak dijaga oleh peternak. Salah satu contoh penyakit yang sering menimbulkan kematian adalah penyakit mencret (BPTP, 2007). Menurut Basuki (1998), pada umumnya

(11)

11

pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan kandang, pemberian pakan yang sesuai dan memenuhi gizi dan penyingkiran sesegera mungkin ternak yang sakit.

(12)

12

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

Landasan Teori

Kelinci bangsa Flemish Giant merupakan kelinci besar sehingga dan mempunyai pertumbuhan yang bagus. Pertumbuhan dapat dilihat PBBH dan FCR.

Pertumbuhan dipengaruhi oleh jenis kelamin. Perbedaan jenis kelamin dapat menyebabkan perbedaan laju pertumbuhan ternak pada umur yang sama. Hormon kelamin jantan mengakibatkan pertumbuhan yang lebih cepat pada ternak jantan dibandingkan dengan ternak betina.

Hipotesis

Pertumbuhan lepas sapih kelinci Flemish Giant jantan lebih baik daripada pertumbuhan betina. Kelinci jantan mempunyai PBBH lebih besar dan FCR lebih kecil daripada betina.

(13)

13

MATERI DAN METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai Maret 2014 di Kelompok Tani Ternak Marmut dan Kelinci (KTT Markel), Padukuhan Kaliurang, Hargobinangun, Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Materi

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 ekor kelinci Flemish Giant yang terdiri atas 10 ekor jantan dan 10 ekor betina. Bangsa kelinci ditentukan berdasarkan kriteria warna bulu coklat, bentuk kepala besar atau persegi, telinga besar dan tebal dengan ujung lancip, dan memiliki gelambir. Kelinci tersebut berumur 2 bulan dengan bobot pada jantan 707±107.7 gram dan bobot betina 599±95.27 gram.

Kandang yang digunakan dalam peneltian adalah kandang individu bertingkat yang terbuat dari kayu dan bambu. Kandang mempunyai ukuran panjang 120 cm, lebar 60 cm, dan tinggi 60 cm.

Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang diberikan berupa rumput lapangan. Konsentrat yang diberikan berupa BR2 dari pabrik pakan. Kandungan nutrien bahan pakan dapat dilihat pada Tabel 1.

(14)

14

Tabel 1. Kandungan nutrient rumput lapangan dan konsentrat yang digunakan dalam penelitian

Bahan pakan BK (%) PK (%BK) SK (% BK) LK (% BK) Abu (% BK) BETN (% BK) Konsentrat 88,26 19,24 4,75 4,89 5,62 65,5 Rumput lapangan 14,08 17,95 22,42 5,78 17,96 35,89

Tabel 2. Kebutuhan nutrient kelinci

Nutrient Kebutuhan Nutrient Kelinci

Pertumbuhan Hidup Pokok Bunting Laktasi Digestible Energy (kcal/kg) 2500 2100 2500 2500 TDN (%) 65 55 58 70 Serat Kasar (%) 10-12 14 10-12 10-12 Protein Kasar (%) 16 12 15 17 Lemak (%) 2 2 2 2 Ca (%) 0,45 - 0,40 0,75 P (%) 0,55 - - 0,5 Metionin + Cystine 0,6 - - 0,6 Lysin 0,65 - - 0,75 Sumber: NRC (1977)

Tabel 3. Kebutuhan bahan kering kelinci Status Bobot Badan

(BB)

Kebutuhan Bahan Kering (kg) (%BB) (g/ekor/hari)

Muda 1,8-3,2 6,2-5,4 112-173

Dewasa 2,3-6,8 4,0-3,0 92-204

Bunting 2,3-6,8 5,0-3,7 115-251

Menyusui dengan anak 7 ekor

4,5 11,5 520

Sumber: NRC (1977)

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan gantung digital merk hd kapasitas 40 kg dengan ketelitian 10 gram yang digunakan untuk menimbang kelinci dan bahan pakan.

(15)

15 Metode

Kelinci lepas sapih dipelihara secara individu di dalam kandang yang telah disiapkan. Pakan diberikan dua kali sehari pada pagi (07.00 WIB) dan sore (17.00 WIB). Bahan pakan yang diberikan pada pagi dan sore hari berupa konsentrat dan hijauan. Pakan konsentrat diberikan dalam bentuk kering dan hijauan diberikan setelah dilayukan. Konsentrat dan hijauan diberikan secara ad libitum. Kelinci dipelihara dengan menggunakan kandang.

Data yang diamati meliputi konsumsi pakan, bobot badan, PBBH, konversi pakan, dan mortalitas. Konsumsi pakan diukur dengan menimbang bahan pakan sebelum diberikan dan pakan yang tersisa pada hari berikutnya. Penimbangan pakan dilakukan selama 7 hari berturut-turut pada minggu ke-10 dan 14 pemeliharaan.

Bobot badan diketahui dengan melakukan penimbangan dilakukan yaitu menggunakan timbangan dengan cara kelinci dimasukkan ke dalam ember plastik yang sudah digantungkan pada timbangan kemudian dicatat bobot badannya. Penimbangan kelinci dilakukan pada saat kelinci berumur 8, 10, 12, 14 dan 16 minggu.

PBBH diperoleh dengan menghitung selisih bobot badan awal dan akhir dibagi dengan jarak (hari) antara penimbangan awal dan penimbangan akhir. Konversi pakan didapat dengan cara menghitung konsumsi pakan dibagi dengan pertambahan berat badan harian. Feed cost per gain (FCG) adalah biaya pakan untuk setiap penambahan bobot

(16)

16

badan dan didapat dengan cara menghitung konsumsi pakan dikalikan dengan harga pakan dibagi dengan PBBH. Mortalitas dihitung berdasarkan jumlah kelinci yang mati dibagi jumlah awal pemeliharaan dikali 100% untuk masing-masing kelompok pakan. Harga konsentrat adalah Rp 8000/kg dan hijauan Rp 500/kg, sedangkan harga jual kelinci Rp 50.000/ekor.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Independent Sample t-test. Khusus untuk PBBH di analisis dengan analisis kovariansi dengan bobot awal sebagai kovariat. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program statistical package for the social sciences (SPSS) seri 22.0.

(17)

17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Bahan Kering

Konsumsi pakan kelinci selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 2. Konsumsi BK kelinci jantan dan betina berbeda tidak nyata. Hasil ini menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering (BK). Hal ini sesuai dengan penelitian Handana (2012) yang menyatakan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi konsumsi BK.

Tabel 4. Konsumsi pakan kelinci Flemish Giant jantan dan betina umur 8-16 minggu

Variabel Jantan Betina

Konsumsi konsentrat As fed (g/hari) 55,50±9,60 50,87±4,22 BK (g/hari) 48,98±8,47 44,90±3,72 Konsumsi Hijauan As fed (g/hari) 129,71±8,52 105±12,69 BK (g/hari) 18,26±1,20 14,78±1,79

Konsumsi Bahan Kering (g/hari) 67,25±8,88 59,68±5,04

Bakan Kering terhadap BB (%) 7,13±1,34 7,13±0,56

Bahan Organik (g/hari) 60,49±7,99 53,69±4,53 Protein Kasar (g/hari) 34,27±1,6 28,66±2,84

Konsumsi BK pada penelitian ini lebih rendah daripada penelitian sebelumnya. Rataan konsumsi BK kelinci FG jantan sebesar 119,91 g/hari (Yulianto, 2010), dan rataan kelinci FG betina sebesar 95,17 g/hari (Tarsono, 2009). Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan kandungan nutrien pakan yang digunakan. Pakan yang digunakan Yulianto (2010) dan Tarsono (2009) secara berturut-turut mengandung PK 14,44% dan TDN 60,37%, dan PK 17.06% dan TDN 63,5%. Konsumsi BK pada penelitian ini belum mencukupi kebutuhan kelinci. Kebutuhan bahan

(18)

18

kering kelinci muda adalah 112-173 g/ekor/hari (NRC,1977). Menurut Parakkasi (1995) kandungan PK dan TDN pakan menentukan konsumsi BK.

Konsumsi Bahan Organik

Konsumsi Bahan Organik (BO) kelinci jantan dan betina berbeda tidak nyata (Tabel 2). Hal ini disebabkan karena konsumsi BK kelinci berbeda tidak nyata. Menurut Kamal (1994) konsumsi BO dipengaruhi oleh total konsumsi BK, sehingga dapat dikatakan konsumsi BO berbanding lurus dengan konsumsi BK maka konsumsi BO juga akan meningkat begitu juga sebaliknya (Kamal,1994).

Konsumsi BO pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Yulianto (2010) bahwa Rata-rata konsumsi bahan organik kelinci FG sebesar 109,36 g/ekor dan pakan yang digunakan mengandung kandungan PK 14,44% dan TDN 60,37%. Perbedaan ini disebabkan komposisi bahan penyusun ransum. Menurut Tillman et .al., (1998) zat-zat yang terkandung dalam bahan organik merupakan komponen penyusun bahan kering. Sehingga jumlah konsumsi bahan kering akan berpengaruh terhadap konsumsi bahan organik.

Konsumsi Protein Kasar

Konsumsi PK kelinci jantan dan betina menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (Tabel 2). Hal ini disebabkan karena konsumsi BK kelinci berbeda tidak nyata. Seperti yang diungkapkan oleh Mathius et al. (2002)

(19)

19

bahwa perbedaan jumlah konsumsi BK berakibat terhadap jumlah konsumsi nutrien lainnya.

Konsumsi PK kelinci pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan penelitian sebelumnya. Konsumsi PK kelinci pada penelitian ini belum sesuai dengan kebutuhan kelinci. Konsumsi PK yang diperoleh Sidiq et al.(2012) adalah 26,49±2,83 g/hari. Hal dipengaruhi komposisi bahan penyusun ransum dan konsumsi bahan kering. Menurut Handayanta (2004) menyatakan bahwa secara kuantitatif terdapat kecenderungan semakin tinggi kandungan PK dalam ransum, maka semakin tinggi konsumsi PK.

Pertumbuhan

Kinerja pertumbuhan kelinci dapat dilihat pada Tabel 3. PBBH kelinci FG jantan lebih tinggi (P<0,05) daripada betina (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap PBBH. Pertumbuhan dipengaruhi oleh jenis kelamin (Handana, 2012). Sekresi hormon kelamin jantan (testosteron) yang tinggi menyebabkan sekresi androgen yang tinggi pula. Sehingga mengakibatkan pertumbuhan yang lebih cepat pada ternak jantan dibandingkan dengan ternak betina (Soeparno, 2005).

PBBH kelinci FG jantan dan betina masih dalam kisaran normal. Pertambahan bobot badan kelinci lokal umumnya berkisar antara 10 hingga 20 g/hari (Basuki, 1980). Kelinci muda yang baru mulai makan

(20)

20

ransum bentuk padat dan masih menyusui memiliki laju pertumbuhan 10-20 g/hari. Sementara setelah umur 3- 8 minggu dapat mencapai 30-50 g/hari. Pada saat ini input pakan berkualitas baik akan sangat menunjang pertumbuhan maksimal. Setelah umur 8 minggu pertambahan bobot hidup mulai menurun hingga umur 10-12 minggu, yang selanjutnya mencapai kurva pertumbuhan yang relatif datar (Aritonang, 2003).

Tabel 5. Kinerja pertumbuhan anak kelinci Flemish Giant lepas sapih sampai umur 16 minggu

Variabel Jantan Betina

PBBH (g/hari) 11,75±2,21a 9,76±1,06b

Konversi pakan 6,07±0,91 5,95±0,75

FCG (Rp/g) 46,50±9,77 45,55±8,79

Profit (Rp) 3503,34±9768,60 4448,37±8791,03

Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Konversi Pakan

Konversi pakan kelinci jantan dan betina menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi konversi pakan (Tabel 3). Hal ini sesuai dengan penelitian Sartika (2005), jenis kelamin tidak mempengaruhi konversi pakan. Karena konversi pakan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi.

Nilai konversi pakan ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya. Konversi pakan kelinci berkisar antara 4,11-7,11 (Aritonang, 2003). Ratio konversi pakan kelinci setelah umur delapan sebesar 4:1 (Chen et al., 1987).

(21)

21 Mortalitas

Selama penelitian, kelinci jantan tidak ada yang mati sedangkan kelinci betina ada yang mati satu (10%). Mortalitas kelinci FG jantan lebih rendah daripada betina. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap mortalitas. Hal ini dikarenakan kelinci FG jantan lebih cepat besar daripada betina sehingga kelinci FG jantan lebih cepat melewati masa kritis pemeliharaan. Masa paling kritis pemeliharaan anak kelinci adalah pada periode umur 0-1 minggu, dimana angka mortalitas yang paling tinggi ditemukan dibandingkan pada umur 0-3 minggu (Gultom dan Aritonang, 1988).

Jumlah kematian kelinci Flemish Giant lepas sapih pada penelitian ini sebesar 0% untuk jantan dan 10% untuk betina. Rataan mortalitas kelinci FG lepas sapih sebesar 38% (Abidin, 2013). Perbedaan ini disebabkan oleh suhu, kebersihan kandang, dan penyaktit. Menurut Brahmantiyo (2008), tingginya mortalitas pada kelinci lepas sapih disebabkan karena pengaruh lingkungan (iklim, angin, dan suhu), aerasi dan kebersihan (di dalam dan sekitar kandang) yang dapat menimbulkan cekaman pada anak kelinci. Pemeliharaan kelinci sangat membutuhkan sanitasi yang bersih, sirkulasi udara yang lancar serta penanganan pengobatan yang cepat.

Referensi

Dokumen terkait

UNIVERSITAS MERCUBUANA Page 16 Bahan plastik yang ada didalam barrel meleleh dengan dengan sendirinya kerena panas yang sangat tinggi, bahan terus ditarik oleh ulir screw

Setelah sampai di pelabuhan, semua unit kendaraan yang ada di car carrier akan dilakukan proses unloading atau diturunkan dari car carrier dan dilakukan proses scanning scan-

Signage yang memiliki tingkat signifikan terendah diantara dua variabel Display dan In-Store Media perlu memperoleh perhatian khusus dari pihak ritailer karena akan

Pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan dasar adalah prosedur utama yang harus dimiliki oleh mahasiswa sebagai calon dokter dengan standar mampu melakukan dengan

Gambaran persepsi konsumen apotek terhadap apoteker farmasi komunitas yang terdiri dari lima bagian, yaitu pengenalan masyarakat terhadap apoteker, tingkat kepercayaan

Pada tahun 2015, penelitian yang dilakukan oleh Amalia dalam mengidenifikasi dan merumuskan strategi pengembangan usaha pada UKM Batik Semarangan yang meliputi

Mikroba antagonis ini dapat menghasilkan zat-zat atau mengubah keadaan sedemikian rupa, sehingga spesies organisme lainnya dapat terhambat / terhenti pertumbuhannya (Bukle,

Seseorang yang tidak mempunyai pengetahuan tentang Kompilasi Hukum Islam maupun wasiat wajibah tidak akan melakukan perbuatan yang sesuai dengannya, meskipun pada