• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN. masyarakat, akan tetapi kebijakan politik serta kebijakan penyeragaman institusi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN. masyarakat, akan tetapi kebijakan politik serta kebijakan penyeragaman institusi"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tesis ini membahas mengenai Strategi Matoa untuk kembali memperkuat pengaruh dan kekuasaannya yang teredusir oleh institusi modern. Matoa merupakan elit lokal dalam konteks adat yang mempunyai peranan sangat penting dalam masyarakat, akan tetapi kebijakan politik serta kebijakan penyeragaman institusi sangat berefek dalam berbagai dimensi kekuasaan, sejak era reformasi, desentralisasi menjadi semangat baru yang mewarnai kebijakan system pemerintahan dimana kebijakan tersebut berpengaruh pada konteks masyarakat adat yang ada di daerah.

Dalam konteks lokal semangat untuk menggali nilai-nilai lokal yang selama ini ada ditengah masyarakat adat di Sigeri, pada umumnya terkait dengan isu tradisi maupun isu kebudayaan. Oleh karena itu, kondisi tersebut berpotensi untuk mendorong terjadinya semangat kebangkitan tradisi yang terjadi di tingkat lokal. Semangat untuk kembali bangkit saat ini merupakan peluang diera otonomi daerah dimana kebangkitan elit lokal yang selama ini seakan mati suri akibat system dan kekerasan yang dialami oleh elit lokal dimasa orde baru dimana pahamnya dan ideologinya dianggap membahayakan Negara sehingga pada saat itu kekuasaanya semakin melemah.

Kebijakan pemerintah terkait penyeragaman institusi sistem pemerintahan diseluruh wilayah Indonesia menyebabkan keberadaan institusi adat yang selama ini menguat dimasyarakat lokal dalam hal ini kerajaan mengalami pergeseran mendasar didalam kehidupan masyarakat teruma masyarakat adat, kebijakan tersebut secara

(2)

2 tidak sengaja meredusir peran dan eksistensi elit lokal terutama pada adat. Dengan hal tersebut keberadaan elit lokal di daerah semakin teredusir kehadiran institusi modern dalam hal ini negara yang bersifat sentralistik, dengan demikian secara tidak langsung telah melemahkan nilai-nilai kebudayaan lokal yang dianut oleh masyarakat adat terutaman terkait keagamaan, tradisi adat.

Kehadiran undang-undang tentang pemerintahan daerah dan semangat nasionalisme serta cara pandang modern masyarakat adat didaerah menyebabkan eksistensi kekuasaan elit lokal semakin terpojok dan melemah begitupun dengan kekerasan fisik yang dialami pada masa orde baru yang membuat keberadaannya semakin sulit, hal tersebut berimplikasi dimana matoa yang dulunya mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang sangat luas, namun kini hanya ditempatkan sebagai penjaga nilai-nilai tradisi dan sejarah semata. Matoa hanya menjadi pemimpin komunitas dan penjaga arajang tidak lagi sebagai orang penting dalam konteks kerajaan seperti sedia kala. Berbagai urusan masyarakat adat kini kurang melibatkan adat akan tetapi tergantikan oleh institusi modern (Negara) seperti kepala desa, lurah, camat, bahkan tugas matowa yang dulunya sangat vital dalam masalah pertanian kini digantikan oleh dinas pertanian, hal ini berimplikasi terhadap kepercayaan dan ketaatan masyarakat terhadap matoa yang ada di sigeri yang semakin melemah.

Dalam konteks lokal khususnya di kabupaten Pangkep Sulawesi-selatan dimana terdapat elit lokal yang memiliki pengaruh besar dan mempunyai peran penting dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Oleh masyarakat mereka disebut Matowa. Matowa merupakan elit yang sangat dihormati karena Matowa adalah orang

(3)

3 penting pada masa kerajaan bahkan posisinya lebih penting dari raja. Yang oleh kerajaan ditempatkan sebagai penasehat dan penentu segala pertimbangan raja serta mempunyai tugas untuk melayani masyarakat adat. Oleh karena itu Matowa dekat dengan masyarakatnya, kekuasaan Dia memiliki tipe legitimasi tradisional1.

Matowa adalah pemimpin yang dituakan adat. Dia legitimate untuk memerintah berdasarkan kedudukannya dalam kerajaan serta karena kepercayaan masyarakat pada tradisi lama yang ada dan masih berlaku di masyarakat. Dalam struktur adat, Matowa adalah tokoh sentral/penting sebagai pengayom dan pelindung dari berbagai matowa juga ditempatkan sebagai orang suci keturunan dewata. Apa yang dikatakan Matowa adalah perintah yang harus dipatuhi. Matowa bahkan diyakini mempunyai kedudukan lebih tinggi dibanding raja. Matowa merupakan tokoh sentral penjaga nilai-nilai tradisi lokal terdapat nilai dan norma yang dianggap dapat memelihara harmoni, akan tetapi secara perlahan kini keberadaan Matowa cenderung semakin meredup.

Matowa yang dahulu memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam kerajaan karena dalam kewenangan yang dimiliki sesuai dengan sistem, nilai, norma dan keyakinan yang dianutnya. Matowa dapat juga disebut sebagai elit kultural. Dia menguasai sumber-sumber daya dan harta-harta bernilai dalam masyarakat yang menjadi alat pengikat sekaligus alat pengabsahan kekuasaan. Keberadaan Matowa

1

Menurut Charles F. Andrain, legitimasi elit berkaitan dengan tipe-tipe legitimasi yang berangkat dari kewenangan yang ada. Penjustifikasian elit untuk memerintah dibedakan menjadi lima tipe legitimasi, antara lain tipe tradisional, tipe ideologis, tipe personal, tipe prosedural dan tipe instrumental. Penjelasan ini dilihat pada Haryanto, “Kekuasaan dan Elit”, 2005 JIP Fisipol UGM Yogyakarta, hal.154

(4)

4 kini sedikit mengalami perubahan hal ini dikarenakan perubahan cara pandang masyarakat modern dan kekuasaan Negara melalui institusi-institusinya serta anggapan ideology telah meredusir pengaruh dan kekuasaannya.

Namun masa kejayaan Matoa mengalami perubahan yang sangat tajam pada masa Orde Baru kekuasaan Matoa sebagai elit yang mempunyai peran dan posisi sangat penting dalam masa kerajaan perlahan meredup dikarenakan institusi modern yang telah meredusir kekuasaannya, begitupun dengan hadirnya kebijakan tentang agama yang secara tidak langsung telah menganggap bahwa paham yang dianutnya adalah paham kuno bahkan dianggap sebagai ajaran komunis sehingga kekuasaanya semakin meredup karena Negara melalui kebijakan agama membuat keberadaanya tidak dianggap penting oleh pemerintah bahkan dicap memiliki paham yang membahayakan pancasila sehingga mereka diseingkirkan. Anggapan sebagai penganut ideologi komunis yang bertentangan dengan kebijakan Negara membuat keluarga dan keturunan Matoa tidak mendapatkan akses yang besar dalam pemerintahan, namun bagi masyarakat adat yang memegang tradisi ia begitu dihormati.

Kini, eksistensi keberadaan Matowa mengalami pro kontra dalam masyarakat. Bagi masyarakat yang masih memegang nilai tradisi kehadiran matoa sangat dibutukan oleh masyarakat untuk melakukan berbagai ritual dan dimintai petunjuk, ritual yang dilakukan matoa diyakini oleh masyarakat akan mensejahterakan masyarakat dan akan memberikan rasa aman bagi masyarakat serta menjalankan tradisi lokal. Sedangkan masyarakat yang menolaknya umumnya pemuka agama

(5)

5 memandang bahwa mereka cenderung tidak modern dan melenceng dari nilai-nilai islam dan masih memegang nilai nilai tradisi yang dianggap kuno bahkan melenceng dari paham kebanyakan masyarakat dan dianggap tidak lagi penting.

Pada reformasi kebijakan otonomi daerah dimana kebijakan penyerahan kewenangan pusat kepada daerah adalah peluang untuk kembali memperkuat eksistensi keberadaan elit lokal yang ada di daerah. Kebijakan pemberian kewenangan tersebut kepada pemerintah daerah merupakan peluang bagi lembaga adat untuk kembali mengambil peluang dalam mengembalikan kejayaan nilai-nilai tradisi lokal untuk dikembangkan oleh pemerintah sebagai suatu tradisi dan potensi daerah.

Peluang ini merupakan kesempatan bagi matoa untuk kembali berusaha memperkuat eksistensi pengaruh dan kekuasaan serta kelestarian tradisi adat. Akan tetapi tentu keberadaan lembaga adat ini harus bisa bersinergi dengan semangat pemerintahan agar supaya masyarakat adat yang masih memegang tradisi juga taat sebagai warga Negara dan mampu bersinergi antara pemerintah dan nilai tradisi kebudayaan.

Dengan adanya otonomi daerah telah membuka ruang bagi lembaga adat dan elit dimana selama ini perubahan system pemerintahan yang terpusat menjadi desentralisasi atau dengan kata lain kewenangan adalah merupakan perwujudan otonomi daerah yang merupakan proses demokrasi di tingkat lokal. Dengan kenyataan tersebut hal ini direspon baik oleh matoa maupun segenap elit dalam masyarakat untuk mengambil peran sekaligus sebagai ruang untuk kembali

(6)

6 memperkuat eksistensi pengaruh dan kekuasaan sebagai elit yang dihormati dan berpengaruh.

Dengan peluang tersebut maka Matowa ingin kembali memperkuat eksistensi dengan menggunakan sumberdaya yang dimiliki untuk memperkuat posisi mereka seperti sediakala. Dengan sumberdaya yang mereka miliki mereka mencoba meraih simpati publik dan pemerintah, pemerhati budaya dan LSM, sekaligus memperlihatkan pengaruh dan kekuasaan Matowa. Dengan demikian, Matowa mencoba memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki yang dipahami sebagai upaya untuk melestarikan adat sekaligus kembali memperlihatkan pengaruh dan eksistensi mereka. Hal ini dapat dilihat dengan tampilnya sebagai tokoh utama dalam pementasan ilagaligo, ritual maggiri, mappalili, maccori wanua dan berbagai kegaiatan-kegiatan dalam masyarakat yang melibatkan dirinya, pemerintah yang melibatkan matowa bahkan berelasi dengan elit politik dan masyarakat, hal ini terjadi karena Matoa menggunakan sumberdaya yang dimiliki sebagai strategi mereka.

Keberadaan matoa dalam kajian kekuasaan adalah sebagai elit yang memiliki kharisma dan pembawaan personal yang ada pada diri elit seperti kekuasaan yang mampu mempengaruhi perilaku orang lain untuk tunduk patuh akan kehendaknya. Hal ini oleh Max Weber merupakan wewenang karismatik yaitu otoritas yang didasarkan pada kepercayaan masyarakat pada kesaktian dan kekuatan gaib mistik atau relegius seseorang yang merupakan anugerah dari Tuhan.2 Dari permasalahan

2

(7)

7 tersebut, penulis bermaksud melakukan analisis tentang Sumberdaya yang digunakan sebagai strategi pertukaran Matoa untuk mempertahankan eksistensi pengaruhnya.

B. Perumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Sumberdaya apa yang dimiliki Matoa untuk tetap menjaga pengaruh dan kekuasaanya ?

2. Bagaimana Sumberdaya tersebut digunakan sebagai strategi untuk meraih kembali dan memperkuat pengaruhnya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian C.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan Sumberdaya dan strategi yang digunakan Matoa sehingga keberadaannya hingga kini masih diakui. Adapun tujuan penelitian, secara spesifik dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi sumberdaya yang dimiliki Matoa.

2. Menemukan strategi apa yang digunakan Matoa untuk memperkuat pengaruh dan kekuasaannya ditingkat lokal, serta bagaimana ia menggunakan sumberdayanya yang dimilikinya.

(8)

8 3. Menemukan motif di balik penggunaan strategi serta bagaimana efek

dari sumberdaya tersebut.

C. 2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Penelitian sumberdaya dan strategi matoa untuk memperkuat eksistensi pengaruh dan kekuasaannya diharapkan dapat memberikan konstribusi teoritis dan pemahaman politik pada ditingkat lokal. Dengan pendekatan studi kasus ini, diharapkan menjadi temuan konseptual hasil kajian yang lebih mendalam untuk memperkuat dan menambah pengetahuan terkait elit dan strategi.

Melalui penelitian ini, diharapkan adanya temuan tentang strategi elit lokal yang menagalami tekanan pada masa orde baru untuk kembali tampil dan dan berpengaruh. Hal ini menjelaskan bahwa kemunculan elite adalah hasil dari permainan strategi. Secara praksis, hasil penelitian diharapkan bisa memberikan manfaat pengetahuan khususnya di Sulawesi-Selatan. Setidaknya menjadi referensi bagi elit dalam konteks politik lokal.

D. Literatur Review: Strategi Elit Lokal

Berbagai penelitian terkait strategi elit lokal dalam mempertahankan kekuasaan tidak lepas dari penelitian terdahulu, berikut ini beberapa studi yang berkaitan dengan elit. Hal ini bertujuan untuk menjelaskan posisidan perbedaan tulisan ini dengan studi-studi sebelumnya.

(9)

9 Beberapa karya akademis yang secara tidak langsung membahas strategi dan survivalitas elit di beberapa didaerah pasca reformasi. Pertama studi yang dilakukan Ari Dwipayana pada tahun 20043 menjelaskan bangsawan dan kuasa di Surakarta dan Denpasar. Studi ini menjelaskan tentang survivalitas para nigrat bangsawan pasca kemerdekaan. Dengan menggunakan kekuatan ekonomi, kultural dan partai sebagai strategi para ningrat ini untuk meraih kedudukan dalam ranah politik. Kesimpulan studi ini adanya kekuasaan ganda baik dalam kultural maupun dalam kekuatan birokrasi institusi Negara dengan memainkan peranan kultural maupun negara. penelitian ini berkesimpulan bahwa para bangsawan mampu memainkan peranan penting setelah masa kemerdekaan hingga saat ini, dimana para bangsawan dari dulu mampu merapat dalam Negara sehingga mampu berkuasa hingga kini.

Kedua mengenai strategi elit lokal dalam ranah politik tentang strategi kembalinya kesultanan Ternate dalam politik lokal pasca Orde Baru’ yang ditulis oleh Muhdar Abdullah 20064 dalam Studi ini menjelaskan tentang strategi Sultan dalam kontestasi pemilukada lokal dengan memainkan isu identitas primordial, serta memainkan dukungan adat untuk mendukung sultan yang ingin kepentingan politik dalam ranah pemerintahan, dengan demikian mencapai suatu kekuasaan yang lebih besar sultan memilih untuk terlibat langsung dan mencalonkan diri dalam pemilukada. Studi ini berkesimpulan bahwa elit lokal telah lama mempersiapkan diri

3 Ari Dwipayana, Bangsawan dan Kuasa kembalinya para ningrat di dua kota. IRE Press, Yogyakarta 4

Muhdar Abdullah, Tesis Pascasarjana: “kesultanan ternate dalam ranah politik lokal” Tesis Tidak

Dipublikasikan (Tesis Pascasarjana, Jurusan Politikdan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan

(10)

10 bahkan mampu menyesuaikan diri sehingga mampu menjaga kelestarian kekuasaanya hingga mampu menjadi aktor utama dalam pemilukada.

Ketiga studi yang dilakukan oleh R Agung Pambudi 20045 tentang kyai dan kekuasaan peran dan strategi politik kyai di Kebumen penelitian ini menjelaskan peranan kiai dalam politik serta bagaimana para kyai ini menggunakan strategi baik secara institusi dan perorangan dalam melihat kondisi politik di Kabupaten Kebumen. Peran politik kiai dapat dilihat dengan kharisma kyai dan keterlibatan kyai dalam organisasi jihad. Dalam penelitian ini pilihan strategi kyai menunjukkan bahwa, keberadaan kyai dalam ranah politik di Kabupaten Kebumen telah mengalami pasang surut. studi ini berkesimpulan bagaimana para elit ini hanya berperan dan mampu membangkitkan serta mampu merapat dan mempunyai peran dalam Negara sehingga mampu berpengaruh hingga kini.

Keempat, studi yang dilakukan oleh Fandi Umasugi 20116 tentang raja dalam mempertahankan kekuasaan” umasugi dalam kajiannya menjelaskan bagaimana para raja meraih kembali hak hak tanah ulayat mereka akibat perubahan rezim. Dimana penelitaian ini lebih melihat bagaimana raja melakukan penguatan ekonomi pada level lokal dengan mengkonversikan kepemilikan modal yang lebih besar sehingga ia memiliki kekuatan modal yang kuat. Penelitian ini juga menitik beratkan strategi pada kemampuan raja menggunakan modal di masyarakat mempertahankan

5

Agung Pambudi Tesis Pascasarjana”kyai dan kekuasaan “(Tesis Pascasarjana, Jurusan Politikdan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gajah Mada, Yogyakarta,2004

6

Fandi Umasugi, Tesis Pascasarjana: Raja dan kekusaannya dalam politk lokal 2011” Tesis Pascasarjana, Jurusan Politik dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gajah Mada, Yogyakarta,2011

(11)

11 kekuasaannya. Sehingga para Raja kembali memperoleh pengakuan setelah melakukan konversi modal yang lebih besar dari sebelumnya. dalam penelitian ini para raja mampu survive dikarenakan mampu memperkuat kekuatan ekonominya sehingga mampu bertahan melalui kekuatan ekonominya.

Lima penelitian yang dilakukan oleh Hasse J 20117 terkait keberadaan Towuni tolotang dalam mempertahankan agama mereka” studi ini menjelaskan konstruksi Negara terhadap agama di Indonesia” penelitian yang dilakukan oleh Hasse menjelaskan keberadaan agama lokal di Indonesia yang mengalami tekanan termasuk mengenai keberlangsungannya. Penelitian ini melihat bagaimana strategi dan upaya komunitas agama lokal ini untuk mempertahankan keyakinannya. Penelitian ini melihat keberadaan agama lokal yang mengalami berbagai permasalahan. Dalam hal ini Towani Tolotang merupakan agama lokal yang terus mendapat tekanan yang berdampak pada keberadaan Towani Tolotang.

Penelitian ini menyimpulkan upaya dan strategi para penganut agama dalam mempertahankan keyakinannya dan bagaimana mengelola hubungannya dengan Negara. Adapun bentuk bentuk strategi yang dilakukan oleh komunitas towuni antara lain dengan melakukan afiliasi dengan agama Hindu Towani Tolotang secara struktural telah menjadi bagian dari agama Hindu. Studi ini menunjukkan dampak yang ditimbulkan kebijakan penyeragaman dan kebijakan agama oleh negara

7

Hasse J 2004 desertasi “ Diskriminasi terhadap agama minoritas” eksistensi tolotang di amparita Sulawesi Selatan” (deseretasi Pascasarjana, Jurusan ilmu budaya Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2004)

(12)

12 sehingga melahirkan perlawanan yang dilakukan oleh agama lokal seperti Towani Tolotang.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Patta Hindi Azis8 tentang Dominasi simbolik karaeng di Jeneponto, penelitian ini melihat bagaimana para karaeng memanfaatkan statusnya untuk terus mendominasi dalam pemerintahan, dalam hal ini para karaeng mampu terus mendominasi dikarenakan ia memiliki banyak modal semata akan tetapi kedudukannya sebagai karaeng senantiasa dijaga sehingga dalam setiap pemilukada hanya para karaeng semata yang mampu tampil dan berkontestasi dalam pemilukada. Para karaeng senantiasa berkuasa dikarenakan dari dulu keluarga para karaeng ini memiliki posisi dalam Negara sehingga mudah baginya untuk mengakses dan menempatkan keluarganya dalam berebagai posisi strategis dalam pemerintahan hingga tingkat desa.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Narwis9terkait dominasi politik oleh klan di Mandar. Dalam kajian ini menfokuskan bagaimana elit lokal elit lokal begitu kuat mampu secara bergantian menjadi pemimpin di Mandar, penelitian ini melihat bagaimana para elit yang mempunyai lapisan tertinggi dalam masyarakat yang mempunyai garis keturunan bangsawan mampu saling mendorong untuk

8Patta Hindi Azis: Dominasi Simbolik Karaeng (Interaksi kuasa bangsawan dalam

perubahans sosial dijeneponto Sulawesi-selatan) Tesis Pascasarjana, Jurusan Politik dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gajah Mada, Yogyakarta,2012

9

Muhammad Narwis.: Dominasi Politik di Mandar (studi tentang dominasi klan di Mandar) 2013” Tesis Pascasarjana, Jurusan Politik dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gajah Mada, Yogyakarta,2013

(13)

13 menguasai pemerintahan di tanah Mandar. Dalam penjelasannya elit akan kuat apabila ia memiliki sumberdaya dan menjadi elit dalam berbagai hal seperti menjadi elit pengusaha, elit purnawirawan, dan elit agama penelitian ini melihat bagaimana elit mampu terus mendominasi karena ia mampu menjadi elit dalam banyak hal sehingga ia memiliki posisi yang sangat kuat untuk terus mendominasi dalam pemerintahan melalui kontestasi pemilukada dengan menjadi kandidat.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka penulis memberikan alasan penelitian mengapa penelitian dirasa perlu. Pertama, kajian tentang bertahannya kekuasaan elit selama ini dikarenakan elit tersebut mampu tetap memainkan peran dalam pemerintahan dan menjadi elit-elit dalam bidang lain seperti elit intelektual, elit dari pemerintahan dan elit ekonomi yang senantiasa dilakukan oleh keluarga para elit tradisional. Kajian elit sebelumnya mampu bertahan dikarenakan dari dulu sejak orde baru elit tersebut telah melakukan perapatan dengan Negara sehingga kekuasaannya mampu eksis hingga kini.

Kedua study tentang eksistensi lokal selama ini hanya fokus pada meraih jabatan bukan pada bagaimana strategi elit lokal memperkuat pengaruhnya dalam konteks adat. Oleh karena itu penulis mencoba melihat dan mengkaji bagaimana strategi mereka untuk tetap memperkuat posisi sebagai elit yang sangat dihormati dan berpengaruh.

Ketiga studi tentang elit lokal selama ini mampu mendominasi dikarenakan dari dulu mereka sudah memasuki ranah politik, dan mampu segera bersinergi dengan institusi Negara pada era transisi system pemerintahan. Selain itu kajian selama ini

(14)

14 menfokuskan kajiannya pada bagaimana elit mampu mendominasi dan memenangkan kontestasi dalam pemilukada dengan menggunakan kekuataan Negara.

Oleh karena itu studi ini ingin menunjukkan ruang kosong terkait bagaimana penggunaan sumberdaya normative dan keahlian/kesaktian sebagai salah satu kekuatan yang dapat digunakan untuk membanguan kepercayaan masyarakat sekaligus membangun relasi kepada elit dan memanfaatkan patron untuk memperjuangkan keberadaan mereka serta strategi berpengaruh dengan melakukan simbiosis mutulalisme dengan elit modern, oleh karena itu penelitian ini lebih melihat bagaimana kekuatan sumberdaya keahlian kesaktian digunakan untuk berelasi dengan elit untuk diprtukarkan sekaligus mendapatkan posisi strategis dimana ia mampu tampil memperlihatkan keberadaannya bahwa ia mampu mendapatkan pengakuan dari elit modern sehingga pengakuan masyarakat semakin kuat terhadap penagruh dan kekuasaanya.

Studi ini menunjukkan bahwa elit lokal yang teredusir dan pengaruhnya meredup akibat kebijakan Negara mencoba memanfaatkan kelebihan yang dimilikinya berupa sumber daya keahlian dan kedudukannya mampu menarik elit modern untuk saling memberikan keuntungan dengan demikian keduanya melakukan pertukaran sumberdaya untuk mendapatkan posisi sekaligus memperlihatkan pada orang banyak bahwa keberadaannya sebagai elit masih sangat berpengaruh. Hal ini dapat dilihat dimana ia mendapatkan posisi strategis dan posisi sangat penting dari hasil pertukarannya dengan elit modern.

(15)

15 Penelitian ini lebih melihat bagaimana elit tradisional yang pernah mengalami masa kejaayan dimasa kerajaan kemudian semakin disingkirkan dikarenakan paham yang dianutnya dianggap sebagai ideologi yang membahayakan Negara sehingga ia mendapatkan anggapan sebagai komunis pada masa orde baru sehingga eksistensi kekuasaanya melemah hingga masa orde baru. Karena adanya anggapan mempunyai ideology dan kelompok yang keras sehingga keberadaan Matoa terus disingkirkan bahkan diperangi oleh laskar islam karena ideologinya dianggap membahayakan paham Negara oleh sebab itu keberadaanya sebagai elit lokal dan penguasa seakan mati suri dikarenakan ia tidak mendapatkan akses merapat kedalam institusi Negara pada saat orde baru. Namun peluang untuk kembali memperkuat posisi dan kekuasaannya kembali terbuka di era sekarang ini dimana elit lokal kembali mendapatkan ruang dalam demokrasi untuk kembali mendapatkan posisi penting dalam Negara.

E. Kerangka Teori 1. Teori Elite

Untuk melihat strategi Matoa dalam memperkuat pengaruh dan kekuasaanya dalam konteks masyarakat adat sekaligus menelusuri sumberdaya apa saja yang dimiliki dan digunakan sebagai cara atau strategi yang digunakan untuk dipertukarkan dengan tujuan mempertahankan pengaruh dan kekuasaanya, maka penulis menggunakan teori elit untuk melihat matoa dan menggunakan teori

(16)

16 sumberdaya politik serta menggunakan konsep startegi sebagai kerangka teori dalam melihat strategi yang digunakan oleh Matoa.

Dalam studi ini Matoa ditempatkan sebagai elit tradisional yang mempunyai banyak peranan dalam masayarakat, elit keagamaan, dan fungsi pelindung serta penasehat baik dalam kerajaan maupun dalam masyarakat. Matoa mempunyai pengaruh dan kewenangan pada beberapa aspek kehidupan masayarakat adat. Matoa merupakan orang pilihan atau terpilih dari titisan dewata, oleh karenanya kedudukan sebagai matoa merupakan kedudukan tertinggi dalam konteks adat. Matoa mempunyai posisi dan kewenangan memberikan kekuasaan pada raja yang akan dipilih, matoa juga mempunyai wewenang menetukan dalam suatu proses pengambilan keputusan dalam system kepercayaan adat.

Pareto10 dalam pandangannya memberikan gagasan terkait konsep elit yang ada dalam masyarakat dimana masyarakat yang berada pada lapisan atas yang terbagi menjadi elit yang memerintah yangs disebut governing elite atau yang memerintah non governing elite, sedangkan dalam masyarakat juga terdapat lapisan terendah non elite. Sedangkan pandangan Mosca menjelaskan bahwa didalam masyarakat ada kelas yang memerintah dengan jumlah relatif lebih kecil namun memiliki fungsi politik untuk memerintah kelas yang lebih kecil.

Dalam konteks ini Matoa merupakan elit lokal yang masih mempunyai peranan dan fungsi yang sangat penting dalam masyarakat adat. Dimana posisi

10

Haryanto, Kekuasaan Elite: Suatu Bahasan Pengantar, Yogyakarta, Program Pascasarjana Politik lokal dan otonomi daerah Universeitas Gajah Mada, 2005, Hal 74

(17)

17 mereka sebagai pemimpin adat sekaligus pemimpin spiritual yang sangat dihormati dalam konteks adat. Akan tetapi pengaruh dan kekuasaan mereka yang dahulu sangat berpengaruh kini cenderung meredup hal ini dikarenakan perubahan system pemerintahan, serta adanya cara berpikir modern masyarakat sehingga posisi Matoa semakin meredup dan terpinggirkan. Akan tetapi di era reformasi kebangkitan adat memberikan ruang dan harapan bagi elit lokal untuk tetap survive dan sekaligus memberi ruang untuk mengembangkan kembali tradisi lokal.

Sebagai elit dalam masyarakat adat, Matoa memiliki sumberdaya kekuasaan potensial yang berbeda-beda yang digunakan dan dalam studi ini mencoba melihat stategi atau cara Matoa menggunakan sumberdaya yang dimilikinya. Sumberdaya yang dimiliki oleh Matoa merupakan kekuatan untuk membangun interaksi dengan masyarakat adat, elit maupun sebaliknya. Ketika perubahan system pemerintahan yang secara tidak langsung meredusir kekuasaan dan pengaruhnya membuat membangun jalinan interaksi dengan elit pemerintah, pemerhati budaya dan aktor politik dalam arena politik sebagai ruang interaksinya sekaligus untuk memperlihatkan keberadaan mereka sebagai elit yang masih mempunyai pengaruh yang besar.

Sebagai elit lokal tradisional yang teredusir oleh system dan cara pandang modern masyarakat menyebabkan pengaruhnya sebagai orang penting melemah oleh sebab itu dalam konteks penelitian ini elit yang melemah mencoba untuk menjaga eksistensinya dengan mencoba untuk terus ada ditengah-tengah lingkungan

(18)

18 masyarakat. Untuk melihat hal tersebut maka penelitian ini akan menjelaskan berbagai kondisi yang terjadi dalam diri elit tersebut seperti

Dalam konteks penelitian ini dimana mengurai strategi pertukaran matoa dalam mempertahankan eksistensinya dari berbagai permasalahan yang selama ini melemahkan ruang geraknya sebagai elit tradisional sekaligus bagaimana ia mencoba untuk terus ada eksis dan dipandang sebagai entitas penting yang harus dipertahankan sebagai sebuah ikon tradisi masyarakat adat. dengan menggunakan sumberdaya sebagai sebuah strategi untuk meraih kembali pengaruhnya sebagai elit lokal.

2. Konsep Kekuasaan

Ada beberapa penjelasan berbeda terkait dengan konsep kekuasaan, tetapi pada dasarnya mereka merujuk pada suatu kesimpulan mendasar bahwa kekuasaan dianggap sebagai kemampuan pelaku untuk mempengaruhi tingkah laku pelaku lain sedemikian rupa, sehingga tingkah laku pelaku terakhir menjadi sesuai dengan keinginan dari pelaku yang mempunyai kekuasaan11. Dalam hal ini pelaku bisa berupa seseorang atau kelompok dan pada dasarnya ingin menjelaskan bahwa kekuasaan dapat dilihat sebagai jalinan interaksi atau relasi antara satu kelompok masyarakat dan kelompok elite lit lainnya.

11

Lihat Harold D. Laswell dan Abraham Kaplan, Power and Society (New Haven, Yall University Press, 1950, hal. 74 dan Robert A. Dahl, Modern Political Analyisis, hal. 47) dalam Miriam Budiardjo, 1983 “Konsep Kekuasaan :Tinjauan Kepustakaan, Sinar harapan Jakarta, hal. 9

(19)

19 Untuk memperoleh kekuasaan bisa dengan cara mencari dukungan dari kelompok masyarakat seperti masyarakat adat, bisa juga dengan cara pewarisan12 cara pewarisan ini menunjukkan kedudukan yang dimiliki oleh seseorang dari berupa pemberian dari pemegang kekuasaan sebelumnya. Pewarisan kekuasaan atau kedudukan dapat dipahami bahwa orang yang telah diberikan kekuasaan tersebut secara otomatis memperoleh kedudukan tersebut. Hal ini dapat dilihat pada konteks kerajaan maupun adat istiadat yang memang menyepakati bahwa kedudukan dapat diberikan atau diwariskan. Dalam konteks ini matoa melalui berbagai ritual adat dan melalui syarat seperti memiliki keahlian dan melewati proses dan lain sebagainya.

Kekuasaan dapat pula bersumber pada kedudukan, kekayaan dan pada keyakinan kepercayaan13. kedudukan dapat memberikan kekuasaan pada seseorang karena mereka memiliki atau menduduki posisi seperti kekayaan dan kepercayaan. Hal ini menyebabkan seseorang otomatis menduduki posisi sebagai elit dari sumber kekuasaan yang melekat pada dirinya. Selain kekayaan tersebut kekuasaan juga bersumber pada kepercayaan seperti agama, tradisi yang diyakini secara turun temurun oleh masyarakat adat sekaligus memberikan keabsahan atau legitimasi kekuasaan seseorang. Dalam berbagai penjelasan cara pandang masyarakat yang percaya bahwa kekuasaan seseorang dapat dipercaya memiliki kekuasaan karena yang bersangkutan diyakini telah menerima wahyu dari dewata untuk berkuasa.

12

Uraian tentang sumber kekuasaan yang berasal dari kedudukan didasarkan pada pendapat Miriam Budiardjo, yang di kutip oleh Haryanto dalam ”Kekuasaan Elit” hal 23

13

Miriam Budiardjo, “Konsep Kekuasaan Tinjauan Kepustakaan” dalam Aneka Pemikiran tentang

(20)

20 Selain itu disebabkan kepercayaan masyarakat bahwa yang bersangkutan memiliki kesaktian dan ilmu tertentu untuk dapat berkuasa14.

Kedudukan elit dapat dicapai melalui permainan strategi untuk mencapai tujuannya, atau kedudukan dalam masyarakat sebagai orang penting dalam masyarakat adat. Berbicara tentang kepemilikan sumberdaya kekuasaan pandangan ini menitikberatkan pada kemampuan elit untuk menciptakan kekuasaan yang menyebabkan ia diakui dan dihargai oleh masyarakat dimana ia berada. Dengan demikian semakin banyak sumberdaya yang dimiliki dan sumberdaya potensial maka ia mempunyai kedudukan yang tinggi pula dalam masyarakat dimana elit berada.

Dalam konteks masyarakat adat Matoa dipandang sebagai elit lokal yang memiliki pengaruh dan kekuasaan karena Matoa dianggap memiliki kedudukan, kesaktian, keahlian dan posisi sebagai imam sebagai perantara manusia dan dewata dan sebagai penasehat raja pada masa lalu. Dalam kondisinya kini yang cenderung meredup Matoa kemudian menggunakan sumberdaya potensial yang dimilikinya untuk kembali memperkuat pengaruh sekaligus kembali memperkuat eksitensinya sebagai elit yang berpengaruh.

Dalam pembahasan kekuasaan ini, peneliti menggunakan teori sumberdaya kekuasaan Charles F Andrain untuk melihat dan menganilasa serta menjelaskan pilihan strategi untuk memperkuat eksitensi pengaruh dan kekuaasannya di tingkat adat lokal.

(21)

21

3. Sumber Daya Kekuasaan

Dalam menjelaskan strategi Matoa dalam memperkuat eksistensi pengaruh dan kekuasaannya, digunakan konsep sumberdaya yang dijelaskan oleh Andrain. Dimana strategi dapat diperoleh dengan adanya kepemilikan sumberdaya. Andrain menjelaskan pandangannya terkait kekuasaan sebagai penggunaan sejumlah sumber daya aset, kemampuan untuk membuat kepatuhan dan memperoleh kepatuhan dari orang lain.15 Dan untuk memperoleh kepatuhan para elit harus memperluas sumberdaya yang dimilikinya dan menggunakan sumberdaya secara efisien16 dari penjelasan tersebut kekuasaan dimaknai sebagai kepemilikan sumberdaya untuk digunakan sebagai alat untuk meciptakan kekuasaan.

Menurut Andrain kekuasaan bersumber pada lima tipe sumber daya diantaranya: fisik, ekonomi, normatif, personal, dan ahli.17 Menurutnya sumberdaya tersebut sebagai cara untuk mendapatkan kepatuhan18 dari orang lain.

Tabel 1. Sumberdaya Kekuasaan Tipe

Sumber Daya

Contoh Sumber Daya Motivasi Untuk

Mematuhi

15

Andrain F Charles, 1992 Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana,) h.132. 16 Ibid, Hal. 132 17 Ibid., hlm. 15h.132. 18

Kepatuhan (tingkah laku menyesuaikan) bagi andrain dimaknai sebagai kekuasaan,apabila orang A patuh terhadap orang B maka orang B tersebut memiliki kekuasaanterhadap orang .

(22)

22

Fisik Senjata: Senapan, Bom,

Rudal

B “berusaha menghindari cidera fisik” yang dapat disebabkan oleh A

Ekonomi Kekayaan, Pendapatan,

Kontrol

Atas Barang dan Jasa,

B berusaha memperoleh kekayaan dari A

Normatif Moralitas, Kebenaran,

Tradisi

Relijius, Legitimasi, Wewenang

B mengakui bahwa A mempunyai hak moral untuk mengatur perilaku B

Personal Kharisma Pribadi, Daya

Tarik,

Persahabatan, Kasih Sayang,

Popularitas

B mengidentifikasi diri merasa tertarik‐ dengan A

Ahli Informasi, Pengetahuan,

Intelijensi Keahlian Teknis

B merasa bahwa A mempunyai

Pengetahuan dan keahlian yang lebih

(23)

23 Tipe Kekuasaan fisik menunjukkan bahwa kekuasaan dikaitkan dengan kekuatan fisik. Semakin besar kekuatan fisik yang dimiliki seseorang ataupun sekelompok orang, berarti yang bersangkutan memiliki sumber daya yang semakin besar. Dan hal tersebut berpotensi akan lebih mudah memndapatkan kepatuhan dari pihak-pihak lain. begitupun sebaliknya, semakin sedikit kekuatan dimiliki oleh seseorang berarti yang bersangkutan juga memiliki sumberdaya yang juga relatif lebih sedikit dan hal tersebut berarti pemilik kekuasaan akan sulit untuk memperoleh kepatuhan dari pihak lain.19

Sumber daya fisik dalam pandangan Charles F Andrain, dikategorikan sebagai senjata, seperti senapan, bom dan rudal. Merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh adan merebut kekuasaan dari para saingan mereka. Misalnya yang terjadi di Cina, ketua partai komunis Mao Ze Dong suatu ketika menjelaskan kepada pengikut pengikutnya “setiap orang komunis harus memegang kebenaran ini: kekuasaan politik timbul dari laras senapan”.20 Namun apapun tipe senjata yang dimiliki, mereka yang patuh terhadap penguasa dengan sumber daya fisik lebih dikawatirkan akan menderita cedera fisik apabila menunjukkan ketidak patuhan.21

Selanjutnya kepemilikan sumberdaya ekonomi seperti yang dijelaskan oleh Andrain dapat dilihat pada kepemilikan sumberdaya potensial yang dimiliki oleh matoa seperti keahlian, tanah kerajaan dan sumberdaya ekonomi lainnya seperti jasa yang digunakan untuk mendapatkan sumber ekonomi untuk mendukung aktifitasnya

19

Haryanto. 2005. Kekuasaan Elit Suatu Bahasa Pengatar. Yogyakarta : JPP Press.

20 Charles f andrain kehidupan politik…op.cit 21

(24)

24 dalam berinteraksi dengan masyarakat dan berbagai kalangan yang mempunyai pengaruh seperti pemerhari budaya, LSM, elit partai, dan pemerintah setempat. Kepemilikan sumberdaya ekonomi potensial membuat ia dibutuhkan sekaligus membuatnya lebih muda untuk mendapatkan kepatuhan dari masyarakat. Seperti jasa dalam setiap pesta yang dilakukan oleh masyarakat atau event yang dilakukan oleh pemerintah.

Sumberdaya selanjutnya yang harus dimiliki agar seseorang mendominasi dalam konteks politik adalah kekuasaan sumberdaya normatif. Dalam pandangan Andrain orang yang menggunakan kekuasaan normatif memiliki kualitas pribadi seperti kebijakan dan nilai religius, kebenaran moral, dan wewenang sah; sumberdaya ini memberi mereka hak moral untuk menjalankan kekuasaan.22 Kekuasaan normative ini menggambarkan bahwa kekuasaan atau kedudukan dapat diperoleh dari kepatuhan masyarakat adat seperti yang ada di tingkat daerah. Dimana kekuasaan normative ini karena yang bersangkutan mempunyai kelebihan dan kapasitas seperti keahlian, sifat malebbi dan bijaksana dalam hal ini bijak menurut pemahaman agama ataupun memiliki wewenang yang sah menurut norma yang berlaku.23

Sedangkan sumberdaya personal dapat dilihat pada seorang elit dimana ia memiliki suatu kharisma yang ada dalam dirinya, seperti pesona, sikap, pembawaan dan popularitasnya ditengah masyarakat. Elit yang memiliki sumberdaya personal yang menarik dapat menimbulkan ketaatan dan kepatuhan dari masyarakat. Hal ini

22

Charles f andrain kehidupan politik…op.cit

(25)

25 dikarenakan kekuasaan yang dimiliki dan elit tersebut mempunyai kualitas personal seperti daya tarik, penampilan yang menawan, mempunyai pembawaan kharismatik, dibutuhkan oleh masyarakat dan mempunyai kedekatan dengan masyarakat adat sehingga masyarakat merasa tertarik dengannya.24

Kekuasaan sumberdaya personal Matoa ini bersumber dari dewata dan kepercayaan tradisi masyakat bugis kuno namun hal ini tentu saja tidak lepas dari peran dan kedudukan mereka sebagai elit yang selama ini mempunyai kedudukan tertentu dalam konteks adat di sigeri. Konsepsi tentang Matoa dapat menjadi landasan sumber daya personal dari garis pemberian kekuasaan dari raja kepada matowa sebagai penasehat kerajaan.

Berdasarkan fungsi sumberdaya. Matoa menggunakan sumberdaya tersebut dalam membangun kedekatan relasi dengan elit maupun dengan masyarakat untuk meraih pengaruhnya dengan menggunakan sumberdaya secara tepat. Dalam penjelasannya Andrain memberikan indikator berkaitan dengan sumberdaya dinaratanya jumlah sumberdaya yang dimiliki, motivasi menggunakan sumberdaya yang dimiliki untuk kepentingan politik, dan ketrampilan serta kejelian menggunakan sumberdaya supaya efektif.

Namun untuk mencapai tujuan dan menggunakan sumberdaya tentu tidak terlepas dari motivasi dari elit tersebut antara lain; nilai yang berkaitan dengan tujuannya, perasaan bahwa hal itu diinginkan; pengetahuan tentang sarana untuk mencapai tujuannya, kesemua ini tergantung pada strategi untuk mencapai suatu

(26)

26 tujuan yang selanjutnya keberhasilan apa yang diharapkan dalam mewujudkan tujuan tersebut, seperti kompetensi politik, dan pandangan tentang biaya dan keuntungan yang diperoleh dari hal tersebut.25

Untuk menjaga eksistensinya kekuasaan Matoa dan menjaga keberlangusngan tradisi tentunya Matoa harus memiliki sejumlah sumberdaya dan menggunakan sumberdaya yang dimilikinya sebagai strategi untuk mencapai tujuannya, di samping itu dengan memanfaatkan kemampuan personalnya merupakan strategi sumberdaya Matoa untuk membangun pengakuan. Dengan menggunakan sumberdaya tersebut dalam berintrekasi dan juga memanfaatkan kemapuan personalnya merupakan suatu strategi Matoa untuk terus menjaga eksistensi sekaligus memperlihatkan pengaruh dan kekuasaannya dalam masyarakat adat.

Matoa yang ditempatkan sebagai elit harus memiliki dalam mencapai tujuannya, dalam hal ini Andrain memberikan pilihan motivasi dengan kemungkinan penggunaan sumberdaya mereka menjadi kekuasaan dan pengaruh. Sehingga dalam kondisi memungkinkan sumberdaya tersebut ditransformasikan menjadi kekuatan politik yang efektif.26

4. Konsep Strategi

Dalam konsep strategi sumberdaya dan kemampuan menggunakan sumberdaya merupakan strategi Matoa untuk meraih dan memperkuat eksitensinya,

25

Charles F. Andrain: Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial, Tiara Wacana , Yogyakarta. hal. 146.‐147.

26

(27)

27 strategi pewacanaan dan pertukaran sumberdaya merupakan strategi penting untuk menggunakan sumberdaya dan untuk mendapatkan sumberdaya yang lain seperti kedudukan pengaruh dan kekuasaan. Dalam menjelaskan strategi penggunaan sumberdaya ini, maka yang menjadi hal penting dalam strategi reproduksi sumberdaya adalah bagaiamana sumberdaya yang dimiliki dicawanakan bahwa sumberdaya tersebut dianggap penting sehingga pilihan strategi efektif untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh elit.

Berbicara tentang peluang Matoa tergantung pula tentang budaya politik masyarakat, yang dapat mendukung atau justru malah menekan.27 Dalam pandangan Kitschelt yang menjelaskan tentang strategi gerakan dalam menganalisis struktur dan peluang dan budaya politik dalam masyarakat sehingga elit politik mampu belajar dan memanfaatkan peluang dan juga meminamalisir hambatanya.28dan dalam memanfaatkan peluang tentu dibutuhkan keahlian dalam menggunakan strategi, hal ini penting dalam menggunakan sumberdaya secara efektif dan mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam pandangan Andrain keterampilan adalah hal yang sangat penting untuk dimiliki seperti watak dan energi yang dimiliki oleh elit, watak pribadi seperti pengetahuan, keberanian, kepercayaan, kecerdikan dapat menyempurnakan

27Herbert Kitschelt, “Political Opportunity Structur and Political Protest: Anti‐Nuclear Movement in

Four Democraties” Structur and Political Protest: Anti‐Nuclear Movement in Four Democraties”, British Journal of Political Science, 1986, seperti dikutip oleh Robert Mirsel, Teori Gerakan Sosial (Yogyakarta: Resistbook, 2006), h. 68.

28

(28)

28 keterampilan dalam menggunakan strategi. Keterampilan menjadi sangat penting dalam menggunakan sumberdaya sebagai suatu strategi29

Dalam konsep strategi sumberdaya dengan strategi pewacanaan dengan bertujuan untuk mencapai tujuan, pandangan ini merupakan elemen kunci dari hal ini adalah kelompok penggerak buka pada individu30 Pewacanaan dan pertukaran sumberdaya yang dilakukan oleh Matoa dengan memanfaatkan elit-elit, pemerhati budaya, sebagai penggunaan strategi untuk mencapai apa yang diinginkan. Strategi penggunaan sumberdaya yang digunakan Matoa dalam memperkuat eksistensinya antara lain dengan berinteraksi pada partai politik, elit birokrat, pemerhati budaya, LSM.

Hal ini merupakan salah satu strategi yang sangat penting dilakukan oleh elit dalam rangka memperkuat pengaruh dan kekuasaannya. Dalam istilah elit yang sering didefinisikan sebagai kelompok kecil dalam masyarakat yang disegani dan dihormati, serta memiliki kuasa dan mempunyai pengaruh terhadap pengambilan keputusan yang terkait dengan kepentingan masyarakat adat. Untuk memperkuat posisinya, terkadang kelompok elit tersebut menciptakan organisasi, atau aturan dan peranan yang didukung oleh sistem tradisi untuk memenuhi kebutuhannya.31 Dalam penelitian ini penggunaan sumberdaya akan dianalisis dengan strategi reproduksi dan strategi pertukaran untuk membagun saling ketergantungan dengan elit sebagai jalan untuk mendapatkan kekuasaan.

29Charles F. Andrain: Kehidupan Politik..op.cit 30

Mirsel Robert, Teori Gerakan Sosial (Yogyakarta: Resistbook, 2006), hal. 63

31

(29)

29

5 .Konsep Strategi Reproduksi

Konsep reproduksi digunakan sebagai sebuah strategi oleh elit untuk mempertahankan kekuasaan dan menggunakan sumberdaya sebagai sebuah strategi dalam membangun interaksi dan relasi dengan berbagai kalangan. Kepemilikan sejumlah sumberdaya menjadi hal yang sangat penting untuk membuat elit berbeda dengan elit lainnya yang tidak memiliki sumberdaya seperti yang dimilikinya kepemilikan sumberdaya ini adalah kekuaatan sebagai basis kekuasaan untuk digunakan sebagai strategi. Efektifitas suatu strategi akan sangat ditentukan oleh jumlah sumberdaya yang dimiliki dan bagaimana sumberdaya tersebut dapat dioptimalkan secara efektif.

Strategi reproduksi sumberdaya senantiasa diwacanakan sedemikian rupa oleh elit sehingga sumberdaya tersebut dinilai penting dan senantiasa dibudayakan, dari pembudayaan pewacanaan tersebut kemudian proses reproduksi kekuasaan bisa memberikan efek dan penilaian dan diyakini sebagai sesuatu yang penting oleh masyarakat, proses reproduski dapat dilihat dari kelebihan yang dimiliki dan tidak dimiliki oleh masyarakat lainnya serta atribut yang digunakan, begitupun dengan reproduksi manfaat yang bisa diberikan oleh elit tersebut hal ini menjadi penting untuk membedakan diri dengan kelompok lainnya kelebihan inilah yang senantiasa direproduksi bahwa kehadirannya sangat penting.

Strategi reproduksi akan sangat optimal apabila apa sumberdaya yang direproduksi diterima sebagai sesuatu yang penting oleh masyarakat kemudian

(30)

30 menjadi sesuatu yang senantiasa dibutuhkan oleh masyarakat. dengan demikian efektifitas reproduksi akan sangat dilihat dari bagaimana elit mampu merekonstruksi yang dimilikinya sebagai sesuatu yang penting dan menimbulkan kepatuhan dari masyarakat.

Dalam upaya menjaga eksistensi maka reproduksi perbedaan seperti, kelebihan, garis keturunan menjadikan sumberdaya untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat adat, dalam upaya mempertahankan kekuasaan, sumberdaya yang dimiliki kemudian direproduksi oleh Matoa ketika berinteraksi dengan masyarakat, sekaligus merupakan adalah upaya unyuk mereproduksi kembali sumberdaya dan simbol yang dimiliki untuk dipertukarkan dengan masyakat dan elit dengan tujuan mendapatkan pengakuan dari masyarakat sebagai elit yang memiliki pengaruh sekaligus megembalikan eksitensi dan memperkuat kembali peranannya dalam konteks adat.

6. Konsep Strategi Pertukaran

Strategi pertukaran sumberdaya seperti pertukaran ekonomi, keahlian, dimana elit melakukan pertukaran untuk mendapatkan sumberdaya lainnya dengan tujuan memperkuat dan mendapatkan kedudukan. Oleh karena itu pertukaran dengan elit menjadi penting untuk mendapatkan kekuasaan yang lain, pertukaran ini bisa melalui bisnis dan tradisi, upacara adat dan perkawinan dimana ia tampil sehingga ia mendapatkan bentuk penghormatan, dengan pertukaran tersebut ia mendapatkan legitimasi dari masyarakat bahwa ia mendapatkan posisi tertentu dari elit Negara.

(31)

31 Strategi pertukaran terjadi apabila terjadi kebutuhan simbiosis mutualisme atau rasa saling percaya antara elit Negara dengan elit lainnya, simbiosis mutualisme ini membuat pertukaran terjadi sehingga berlangsung hubungan atau sifat saling membutuhkan antara elit tersebut dengan elit lainnya. Strategi pertukaran ini akan terjadi dan saling menguntungkan diantara kedua elit tersebut. dalam konteks Matoa pertukaran dengan elit modern terjadi dikarenakan matoa mempunyai tujuan untuk memperjuangkan eksistensi pengaruh dan kekuasaannya sehingga ia berelasi dengan elit begitupun dengan elit partai berelasi dengan matoa akan memberikan penilaian publik bahwa elit tersebut peduli sehingga menimbulkan efek positif bagi elit partai dan matoa.

Pertukaran sumberdaya yang dimiliki oleh Matoa dengan masayarakat dan elit-elit politik dilakukan untuk mendapatkan sumberdaya lainnya sekaligus mengakses kebijakan lainnya dengan tujuan mendapatkan kekuasaan sekaligus memperkuat eksistensi mereka dan tradisi yang mereka yakini sekaligus memperkuat dan memperlihatkan kepada masayarakat adat bahwa mereka adalah elit yang mempunyai pengaruh yang cukup kuat, strategi pertukaran sumberdaya ini bertujuan untuk mendapat materi berupa uang sekaligus untuk mendapatkan pengakuan bahwa ia adalah elit dengan tujuan menjaga eksitensi mereka dalam konteks adat.

(32)

32

F. Alur Berpikir

Dalam studi ini Matoa didudukan sebagai elit sebagaimana terjadi pada masyarakat adat. Dia mempunyai pengaruh dan peran yang sangat strategis. Matoa memiliki sumberdaya yang berbeda dibanding elit pada umumnya dan dalam studi ini akan membahas mengeksplorasi sumberdaya yang dimilikinya dan bagaimana sumberdaya tersebut direproduksi untuk memikat masyarakat dan elit dengan tujuan untuk dipertukarkan sehingga dapat memberikan akses dalam kebijakan Negara sehingga mampu memperkuat eksistensi pengaruh dan kekuasaannya dengan membangun simbiosis mutulaisme dengan elit.

Dalam alur pikir dapat di jelaskan bahwa Matoa yang mengalami krisis pengaruh pasca kemerdekaan dan mengalami tekanan refresif dari Negara pada masa orde baru sehingga keberadaan kekuasaanya melemah, kedua keyakinan dan paham yang dianutnya dianggap membahayakan masyarakat dan bertentangan dengan ideology pancasila sehingga kekuasaanya semakin melemah. hal inilah yang membuat kekuasaan matoa seakan mati suri, namun pada masa ini pemebrian kewenangan pusat kedaerah memberikan harapan dan peluang bagi elit lokal untuk kemabli memperkuat dan berkontribusi sekaligus kembali menguatkan pengaruh dan kekuasaanya dalam konteks lokal. Maka untuk menjga eksitensi tradisi yang diyakininya maka Matoa senantiasa mepertukarkan sumberdaya untuk berelasi dengan elit modern selanjutnya alur pikir tersebut seperti pada gambar di bawah ini :

(33)

33

Dalam kerangka pikir ini dapat dijelaskan bahwa bagaimana strategi Matoa yang dulu mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam konteks kerajaan dan tradisi, dan memiliki pengaruh yang sangat penting dalam masyarakat kini meredup dikarenakan berubahnya system pemerintahan dan pola berpikir masyarakat yang modern. Dengan menggunakan sumberdaya yang dimilikinya Matoa untuk membangun ikatan simbiosis mutualisme dengan elit dan masyarakat, dan juga memanfaatkan elit, tokoh, dan pemerhati budaya untuk kembali meraih eksistensinya yang cenderung semakin meredup dimata masyarakat. Dengan menggunakan sumberdaya yang dimiliki Matoa sebagai alat tawar kepada tokoh dan pemerintah sehingga mereka membantu dan memperjuangkan dan tampil di depan masyarakat dengan demikian kemampuan dan pengaruh mereka dapat dilihat.

Kondisi

Terpuruk

dan

kondisi

Matoa Saat

ini

Budaya Lokal

sebagai ruang

interaksi

Strategi

Wujud

Eksistensi

Sumber Daya

Matoa

(34)

34

G. Definisi Konseptual

Untuk dapat lebih fokus pada penelitian, perlu dilakukan temuan dari temuan lapangan secara empirik. untuk memudahkan memahami maka diperlukan pembatasan dan penegasan definisi konsep sebagai berikut:

1. Matoa merupakan elit tradisional pemimpin dalam konteks adat. matoa merupakan penjaga arajang yang mempunyai kedudukan dan fungsi yang penting dan dibutuhkan oleh masyarakat adat

2. Sumberdaya yang dimiliki oleh matoa untuk mempertahankan pengaruhnya maka digunakan konsep sumberdaya seperti sumberdaya ekonomi potensial, jasa, nilai atau value sebagau ikon budaya bugis. Kedua sumberdaya normative berbentuk kebenaran, kepercayaan pada tradisi, serta legitimasi. Ketiga sumberdaya personal seperti kharisma, daya tarik dan persahabatan sedangkan sumberdaya keahlian dapat dilihat dari pengaruh dan popularitas, kesaktian, dan pengetahuan tentang sejarah manusia.

3. Strategi merupakan cara yang digunakan Matoa untuk mencapai tujuan tujuannya. Dengan strategi reproduksi dan pertukaran sumberdaya yang potensial yang kemudian digunakan untuk meraih tujuan tujuannya dengan memanfaatkan elit-elit politik dan pemerhati budaya.

(35)

35

G.1. Definisi Operasional

Untuk memudahkan proses pengumpulan data, maka definisi konsep akan dioperasionalkan untuk menjelaskan fakta yang ada dilapangan. definisi operasional Adapun dalam penelitian ini meliputi Sumberdaya dapat dilihat pada nilai tradisi keyakinan sebagai sebuah sumberdaya matoa seperti berikut ini:

1. Sumberdaya fisik berupa benda seperti senjata badik, kesaktian, rakkala yang ada dalam arajang menjadi simbol dalam kepercayaan masyarakat tradisional yang hanya boleh dimiliki dan dijaga oleh Matoa atau orang yang memiliki nilai lebih dalam masyarakat.

2. Sumberdaya ekonomi berupa kepemilikan tanah kerajaan yang masih tersisa, pelayanan jasa, dan skill. Mereka memiliki sumber daya ekonomi potensial yang dapat digunakan untuk berinteraksi dengan masyarakat dan Matoa mendapatkan input atau feedback berupa materi maupun berupa anggapan bahwa mereka memiliki keahlian dan pengakuan dari masyarakat.

3. Sumberdaya normatif yang dimiliki Matoa berupa, jabatan sebagai matowa yang berbasis kepercayaan tradisional.

4. Sumberdaya personal yang dimiliki Matoa berupa, kebijaksanaan, keahlian, dan relasi pertemanan maupun akses jejaring dengan elit-elit politik, pemerintah dan masyarakat.

5. Sumberdaya keahlian yang dapat dinilai dari popularitasnya, keahlian maggiri, kesaktian, meramal, pengetahuan berupa kemampuan

(36)

36 menentukan hari baik, memimpin upacara adat, kesaktiannya, kebijaksanaan, keahlian membaca sureq, sumberdaya inilah merupakan cara strategi yang digunakan Matoa untuk dapat mempengaruhi masyarakat.

2. Strategi Reproduksi dan pertukaran Matoa dapat dilihat seperti berikut ini:

1. Sumber daya ekonomi potensial berupa skill, harta, jasa berupa keahlian direproduksi mewacanakan penting dan manfaat dari keahliannya tersebut yang kemudian dipakai untuk berinteraksi dengan masyarakat, sumber daya tersebut berupa keahlian tersebut biasanya harus dipakai untuk upacara-upacara kerajaan, pernikahan, masa panen dan kegiatan masyarakat.

2. Sumber daya normatif berupa kedudukan sebagai Matoa dimana jabatan sebagai matowa harus dilibatkan: dalam kegiatan masyarakat adat.

3. Sumber daya personal berupa kharisma, daya tarik pribadi yang bagi masyarakat berbasis tradisional memiliki kelebihan seperti keahlian mengobati, meramal, dan relasi yang banyak sehingga mereka dianggap penting dalam masyarakat.

4. Sumber daya keahlian berupa keahlian menasehati, melindungi, kesaktian, dan keselamatan

(37)

37 5. Sumber daya fisik berupa jimat, badik, yang berupa benda sekaligus menjadi symbol dalam masyarakat tradisional diwacanakan bahwa hanya boleh dimiliki oleh Matoa.

Adapun strategi pertukaran sebagai berikut:

1. Sumberdaya ekonomi potensial berupa keahlian skill, jasa, harta, dipakai untuk berinteraksi dengan masayarakat dan elit-elit untuk mendapatkan input berupa materi maupun berupa anggapan sebagai ahli pengakuan sebagai elit yang mempunyai pengaruh, dan kedudukan.

2. Sumberdaya normative yang berupa jabatan, kedudukan sebagai matowa dipakai, dipertukarkan dalam berinteraksi dalam setiap kegiatan adat, budaya, dan pemerintah untuk mendapatkan pengaruh sehingga dianggap sebagai elit

3. Sumber daya personal yang berupa nilai-nilai kejujuran, kesaktian, kebijaksanaan, pelindung masayarakat, dipakai untuk berelasi dengan masyarakat dan semua kalangan dengan tujuan untuk mendapatkan posisi, atau anggapan sebagai elit yang mempunyai pengaruh.

4. Sumber daya keahlian yang berupa keahlian meramal, mendoakan, penasehat, menentukan hari baik, mengobati, dan keahlian dalam mempengaruhi orang banyak, kesaktian, pengetahuan, dipakai berinteraksi dengan masyarakat dalam berbagai kegiatan untuk menunjukkan bahwa mereka mempunyai nilai lebih.

(38)

38 5. Sumber daya fisik yang berupa benda pusaka, Badik Maggirik, Rakkala, sebagai symbol kepercayaan tradisional dipakai untuk melayani pelaksanaa kegiatan adat dan kegiatan pemerintah maupun elit politik untuk mendapatkankan pengakuan dan posisi tawar sebagai elit yang mempunyai pengaruh.

H. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan studi kasus untuk mengurai strategi Matoa menggunakan sumberdaya dalam membangun interaksi dengan elit. Kedua dinamika yang terjadi pada kekuasaannya Matoa dalam konteks adat dan kepercayaan tradisi merupakan elit yang berpengaruh di komunitasnya matoa merupakan elit yang memperjuangkan kepentingan budaya, dan sejarah bugis.

Penelitian kualitatif dipandang lebih tepat dalam menganalisa konteks atau fenomena Matoa dan kekuasaan yang kompleks.32 Karena hakikat hubungan antara peneliti dan informan akan memberi kepekaan dan lebih dapat merespon kegiatan secara bersama mengenai nilai‐nilai yang diteliti.33

metode ini dapat memberikan kemudahan untuk menggali informasi terkait strategi. Metode ini bermaksud untuk mengurai temuan lapangan secara tepat dan akurat.

32

Yvonna S. Lincoln & G. Guba Ego, 1984, Naturalistic Inquiry, dalam Lexy Moleong, Metode

Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1999), h. 4.

33

(39)

39 Dengan permasalahan yang akan diteliti, penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus dengan penelitian eksploratif untuk menjelaskan strategi maka diperlukan kedalaman pemahaman dengan melibatkan peneliti terhadap perilaku individu34. Studi kasus merupakan metode yang dianggap tepat untuk melihat fenomena yang ada dalam kehidupan masyarakat dan dalam hal ini kehidupan masyarakat adat.

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Provinsi Sulawesi-Selatan. Pemilihan lokasi ini dikarenakan adanya relevansi dengan permasalahan yang ingin diliteliti. Selain itu karena adanya asumsi keterlibatan dan aktivitas elit lokal Matoa ini berelasi dengan aktor politik, pemerintah, pemerhati budaya, diduga melibatkan Matoa ini untuk meraih perhatian simpati masyarakat.

2. Jenis dan Sumber data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari wawancara langsung dari informan karena kajian ini menganilasa elit lokal dimana adat menjadi hal utama maka peneliti lebih fokus pada informan kunci. Informan terdiri dari Matoa hingga masyarakat LSM dan pemerhati budaya serta pemerintah. Hal ini menjadi penting karena berbicara tentang Matoa tidak semua orang memiliki kapasitas. Adapaun data sekunder merupakan data yang didapatkan melalui dari dokumentasi yang berkaitan penelitian ini.

34

(40)

40

3. Teknik pengumpulan data

a. Observasi

Teknik observasi dipakai untuk mengamati secara langsung dan membuat catatan yang sistematis terhadap strategi pengunaan sumber daya oleh Matoa. Pengamatan langsung terhadap obyek tempat, pelaku dan kegiatan dengan mengunakan pancaindera.35 Mengobservasi bentuk strategi dan relasinya baik elit maupun dengan masyarakat agar dapat melihat bentuk strateginya, peneliti juga mengobservasi dan mengecek keabsahan sumber daya yang dimilikinya.

Metode observasi merupakan metode yang bersifat fisik dengan menggunakan indera terutam yang berkaitan dengan objek penelitian. Observasi dilakukan untuk mengetahui kehidupan Matoa dan bentik interaksi mereka dengan elit dan masyarakat termasuk pada proses yang dilakukannya untuk memperjuangkan eksistensinya. b. Teknik Wawancara

Penulis menggunakan teknik wawancara sebagai teknik untuk menggali informasi yang berkaitan dengan fenomena eksitensi elit lokal. Wawancara merupakan teknik yang digunakan peneliti untuk menelusuri informasi tentang motivasi dan strategi dari Matoa dengan melakukan wawancara mendalam kepada Matoa. Wawancara sangat memudahkan peneliti dalam melihat fenomena tersebut teknik ini sangat mendukung untuk memperoleh kedekatan antara penulis dengan informan, hal tersebut memudahkan penulis untuk menggali informasi yang mendalam dalam melakukan wawancara yang bersifat dialogis. Adapun wawancara

(41)

41 dilakukan terhadap pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan topik penelitiaan seperti: birokrat jajaran Camat, dan beberapa Elit pemerintah, masyarakat, Matoa. Budayawan, dan LSM

c. Tekhnik Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data dilapangn penulis mendokumentasikan semua hal yang ditemukan dilapangan seperti rekaman wawancara dengan informan. Dokumentasi antara lain berupa dokumen, Koran, literatur-literatur yang relevan dan arsip-arsip lain yang terkait dengan strategi Matoa untuk berusaha mempertahankan eksistensinya. Dokumen yang terkait dengan topik penelitian seperti: sejarah keberadaan Matoa dan permasalahnnya.

4. Analisis data

Analisis data dalam penelitian ini merupakan penyederhanaan data, sehingga data menjadi lebih mudah dipahami. Dengan demikian data primer dan data sekunder yang diperoleh kemudian dianalisis, dengan mengubah data menjadi sesuatu yang bisa dipahami. Data kemudian dianalisis secara kualitatif dengan menelaah data yang ada. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif: a. Data yang diperoleh dilapangan dengan jumlah yang cukup banyak kemudian

dipilih berdasrkan kebutuhan yang berkaitan dengan tema penelitian serta mencari informan yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan untuk analisis dan menjelaskan kecenderungan yang diperoleh dari hasil analisis kualitatif.

(42)

42 c. Setelah menganalisis data kemudian ditarik kesimpulan yang merupakan

jawaban dari pertanyaan masalah yang dikemukakan.

Teknik analisa data yang digunakan sesuai dengan metode dalam penelitian kualitataif, yakni dengan pengumpulan data mengalisa data, selanjutnya membuat kesimpulan. Analisis data adalah proses penjelasan wawancara dari data yang telah terkumpul. Penyajian data kemudian dijelaskan untuk mempertajam analisa dan kemudian membuat suatu kesimpulan dari data tersebut. Data yang diperoleh dari informan yang berhubungan dengan Matoa, relasi dan strateginya Data yang diperoleh dari hasil wawancara tersebut, kemudian dijelaskan berdasarkan hasil analisis untuk menjelaskan temuan empiris yang selanjutnya dibuat suatu kesimpulan.

I. Sistematika Penulisan

Bab I. membahas tentang latar belakang yang berkaitan dengan kondisinya permasalahan, rumusan masalah, serta tujuan dan manfaat penelitian, pendekatan teori, metode penelitian yang digunakan, definisi operasional, lokasi penelitain dan analisa data dan tekhnik analisa data yang kemudian didapatkan kesimpulan.

BAB II. Akan menggambarkan tentang sejarah Matoa, masa kejayaan peran dan fungsinya, serta krisis yang dialaminya. Sehingga diperoleh gambaran tentang sejarah dan kekuasaanya sebagai elit.

BAB III. Akan membahas kepemilikan sumberdaya serta motivasinya dalam berelasi dengan elit. Bab ini melihat potensi sumberdaya Matoa yang digunakan sebagai strategi dalam berinteraksi dengan elit modern dan masyarakat.

(43)

43 BAB IV. Akan menjelaskan penggunaan sumberdaya sebagai strategi yang dilakukan untuk memikat elit. Dukungan sangat penting bagi Matoa seperti dukungan masyarakat dan dukungan politik dalam mempertahankan eksistensinya dalam konteks adat.

BAB V. Bab Ini menjadi bagian Penutup dan penarikan kesimpulan. Serta pengembangan refleksi teoritis dari kasus yang diteliti. Selain itu bab ini juga memberikan keterbatasan hasil penelitian untuk dasar penelitian selanjutnya.

Gambar

Tabel 1. Sumberdaya Kekuasaan  Tipe

Referensi

Dokumen terkait

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam di Program Studi Pendidikan

Tujuan penelitian ini ialah mengetahui silabus yang digunakan untuk mengajar vokal klasik baik SMK N2 Kasihan juga jurusan musik ISI Yogyakarta, persiapan pengajar

Nama Nama Field Tipe Size Keterangan.. Id Pelanggan Id Text 12

Sehubungan dengan hasil Evaluasi Penawaran dan Berita Acara Penetapan Pemenang Lelalang Nomor 14/PAN/ APBD/PDAM/V/2012 tanggal 16 Mei 2012, Panitia Pengadaan

Pada hari ini, senin tanggal dua puluh tiga bulan september tahun dua ribu tiga belas, Pokja Pengadaan Barang Unit Layanan Pengadaan pada Pemerintah Kabupaten Mandailing

ABSTRAK : Sumba Timur merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi pariwisata yang besar. Namun potensi pariwisata ini tidak dapat diketahui oleh wisatawan, dikarenakan

luar rataan terumbu karang yang senantiasa terendam air. 6) Corallina belum diketahui jenisnya. Alga ini tumbuh di bagian luar terumbu yang biasanya terkena ombak

67 Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti ke sekolah bahwa siswa kelas VIII E SMP Negeri 2 Pontianak dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani khususnya