• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pelaksanaan pembangunan diperlukan analisis mendalam tentang masalahmasalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pelaksanaan pembangunan diperlukan analisis mendalam tentang masalahmasalah"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aset sangat berperan dalam mendukung pelaksanaan pembangunan. Dalam pelaksanaan pembangunan diperlukan analisis mendalam tentang masalah-masalah yang ada di daerah dan perkembangan yang terjadi di masa lalu, sekarang dan yang akan datang (Basuki, 2007: 85). Masalah pembangunan ekonomi, bukanlah suatu perkembangan baru dalam ilmu ekonomi, karena berbicara tentang studi pembangunan, ekonomi tersebut telah menarik perhatian para pakar ekonomi sejak jaman dahulu, seperti jaman Kaum Merkantilis, Kaum Klasik, sampai Marx dan Keynes. (1776), telah membahas berbagai aspek tentang pembagunan ekonomi. Pada masa Orde Baru perkembangan ekonomi sangat lambat, sehingga pada tahun 1997-1998 terjadi krisis moneter, dan kemudian berimplikasi pada peristiwa reformasi (Basri dan Munandar, 2009: 151).

Pada masa reformasi telah terjadi banyak perubahan tentang persoalan- persoalan pembangunan disegala bidang baik di daerah maupun di pusat, seperti masalah keuangan dan aset yang selama ini belum optimal, baik di daerah maupun di pusat. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk pola kemitraan antara pemerintah daerah dan swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru, dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi daerah (Kuncoro, 2004: 37). Pemerintah melihat banyak sekali persoalan dan masalah yang terjadi

(2)

di daerah seperti masalah sosial, politik, keamanan, ekonomi masyarakat, terutama masalah keuangan dan aset daerah. Hal-hal ini menyebabkan pemerintah merancang aturan tentang otonomi daerah agar aset yang terdapat di daerah dapat dikelola secara optimal (Safi’I, 2007: 20).

Sistem pemerintahan di Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945 termasuk amandemennya, dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, sesunggunya memberikan keleluasan kepada daerah untuk penyelenggaraan otonomi daerah, yang dalam pelaksanaannya tetap berlandaskan pada NKRI. Hal ini berimplikasi pada jajaran pemerintahan daerah agar mampu menciptakan strategi pembangunan yang optimal disertai perencanaan keuangan yang memadai (Huda, 2005: 42).

Pelaksanaan otonomi daerah merupakan proses yang memerlukan keterlibatan segenap unsur dan lapisan masyarakat, serta memberikan kekuasaan pada pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah dan peran pemerintah adalah sebagai katalisator dan fasilitator, karena pihak pemerintah daerah yang lebih mengetahui sasaran dan tujuan pembangunan yang akan dicapai. Sebagai katalisator dan fasilitator tentunya membutuhkan berbagai sarana dan fasilitas pendukung dalam rangka terlaksananya pembangunan secara berkesinambungan (Khusaini, 2006: 72). Berkaitan dengan hal tersebut, hasil dari pembangunan yang ingin dicapai harus tetap memperhatikan keterbatasan sumber daya yang ada. Oleh karena itu, dalam rangka untuk memenuhi tujuan pembangunan baik secara nasional ataupun regional perlu menggerahkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara berdayaguna dan berhasilguna

(3)

dengan disertai pengendalian dan pengawasan yang ketat yang dilakukan dari seluruh jajaran tingkat pusat maupun tingkat daerah, sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Keadaan suatu daerah tergantung bagaimana pengelolaan keuangannya, kapabilitas pemberdayaan keuangan daerah dengan upaya penurunan defisit, peningkatan pendapatan dan optimalisasi pemanfaatan keuangan daerah (et al, Hrvojel, 2004). Hal ini merupakan faktor penentu kinerja bagi daerah dalam memajukan dan meningkatkan kesejahteraan daerahnya. Berkaitan dengan pengelolaan aset agar mampu menunjang kinerja manajemen organisasi pemerintah daerah secara keseluruhan, sangat dibutuhkan program restrukturisasi aset, yang terdiri dari kegiatan pencatatan, penilaian legal audit, serta analisis optimalisasi aset yang terpadu dengan pengembangan sistem informasi yang handal serta dapat mendukung pengelolaan aset. Dalam hal ini pengelolaan keuangan daerah mengandung beberapa kepengurusan umum atau yang sering disebut pengurusan khusus atau pengurusan bendaharawan (Basuki, 2007: 26).

Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 10 mensyaratkan: pemerintah daerah dalam penyusunan laporan keuangan yang komprehensif, penyusunan neraca menunjukkan posisi keuangan pemerintah yang tidak bisa dihindari dan merupakan hasil akhir dari proses pengelolaan keuangan daerah. Laporan Keuangan Daerah yang diisyaratkan meliputi Neraca Daerah, Laporan Realisasi APBD, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Neraca daerah memberikan informasi tentang posisi keuangan pada saat tertentu. Posisi keuangan yang dimaksud adalah posisi

(4)

keuangan atas aset, utang dan ekuitas. Aset daerah adalah semua kekayaan milik daerah baik barang berwujud maupun barang tidak berwujud (Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 Bab I). Barang daerah adalah semua barang berwujud milik daerah yang berasal dari pembelian dengan dana yang bersumber selurunya atau sebagian dari APBD dan dari perolehan lainnya yang sah (Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 Bab I pasal 1). Barang berwujud atau disebut juga aktiva tetap yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan pemerintah dan pelayanan publik. Aktiva tetap antara lain terdiri dari tanah, jalan dan jembatan, bangunan, air, instalasi dan jaringan, gedung, mesin dan peralatan, kendaraan, prasarana air dan perlengkapan referensi dari perpustakaan.

Siregar (2004: 25) menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada pengelolaan aset terutama tanah yang merupakan sumber daya alam sangat penting bagi kehidupan maupun keberadaan manusia. Real Property adalah hak perorangan atau badan hukum untuk memiliki dalam arti menguasai tanah dengan suatu hak atas tanah, misalnya hak milik atau hak guna bangunan yang didirikan diatasnya atau tanpa bangunan. Pengertian tersebut perlu dibedakan antara penguasaannya secara fisik atas tanah dan atau bangunan yang disebut Real Estate dan kepemilikan sebagai konsep hukum (penguasaan secara yuridis), yaitu dilandasi dengan sesuatu hak atas tanah tersebut.

(5)

Berdasarkan Undang-Undang No. 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan negara (Pasal 6 dan Pasal 49) dinyatakan bahwa satuan kerja perangkat daerah melaksanakan tugasnya sebagai pejabat pengguna anggaran/pengguna barang. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

SKPD menggunakan barang milik daerah, menyusun dan menyampaikan laporan keuangan. Barang milik negara/daerah yang berupa tanah yang dikuasai pemerintah harus disertifikatkan atas nama negara Republik Indonesia/pemerintah daerah. Setelah itu dilengkapi dengan bukti status kepemilikan dan ditatausahakan secara tertib. Tanah dan bangunan milik negara/daerah yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi yang bersangkutan, wajib diserahkan agar dimanfaatkan dan dipergunakan untuk dapat menghasilkan PAD bagi daerah tersebut.

Kabupaten Waropen merupakan bagian dari wilayah Provinsi Papua. Kabupaten Waropen memiliki luas wilayah 22,004,87 kilometer persegi. Wilayah Waropen terdiri dari 10 kecamatan/distrik dan 80 kampung/desa. Batas–batas wilayah Kabupaten Waropen adalah sebagai berikut, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Mamberamu Raya, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Mamberamu Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Nabire, dan sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Yapen, (BPS Kabupaten Waropen dalam angka 2010).

Berdasarkan data statistik Tahun 2006 jumlah penduduk Kabupaten Waropen tercatat sebesar 22,775 orang, Tahun 2007 meningkat menjadi 23,375 jiwa, dan pada Tahun 2008 statistik mencatat jumlah penduduk menjadi 18,236

(6)

penduduk, sehingga pada tahun 2008 penurunan jumlah penduduk terjadi karena distrik Benuki dan Waropen Atas, menjadi bagian wilayah Kabupaten Mamberamo Raya yang semula adalah bagian dari wilayah Kabupaten Waropen.

Berdasarkan data stastistik Tahun 2010 jumlah penduduk Waropen sebesar 24,624 jiwa atau sebesar 114,46 sex ratio, jumlah ini berkembang sangat cepat, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 13,142 jiwa dan perempuan sebanyak 11,482 jiwa. Distrik penduduk Waropen masih terkonsentrasi besar pada dua distrik yaitu Distrik Urefaisei 25,99 persen, sedangkan Distrik Waropen Bawah sebesar 19,33 persen sedangkan sisanya 54,68 persen tersebar di delapan distrik berbeda, di mana kosentrasi penduduk tiap distrik di bawah 9,2 persen (Kabupaten Waropen dalam angka Tahun 2010).

Kepadatan penduduk Waropen yakni sebesar 1,12 orang/km yang artinya satu orang menghuni lahan seluas satu kilometer. Berdasarkan hal ini Waropen termasuk kategori wilayah jarang penduduk dalam kerangka nasional. Distrik Urei Faisei dan Waropen Bawah adalah dua distrik dengan jumlah, kepadatan, dan konsentrasi penduduk terbesar. Distrik Urei Faisei dihuni 6.399 orang dengan kepadatan penduduk mencapai 61,36 orang/km dan konsentrasi penduduk sebesar 25,99 persen. Distrik Waropen Bawah dihuni 4.907 orang dengan kepadatan penduduk mencapai 23,34 orang/km dan konsentrasi penduduk sebesar 19,93 persen. Distrik Kirihi adalah distrik dengan jumlah, kepadatan, dan konsentrasi penduduk paling kecil, di mana dihuni oleh 1.314 orang dengan kepadatan penduduk mencapai 0,71 orang/km dan konsentrasi penduduk sebesar 5,34 persen.

(7)

Penduduk Waropen cukup tersebar merata pada kesepuluh distrik yang ada. Hal tersebut ditunjukkan oleh Gini Ratio untuk penduduk yakni sebesar 0,274. Agar persebaran penduduk Waropen lebih merata lagi diperlukan sebanyak 25,1 persen penduduk di daerah yang lebih padat untuk pindah ke daerah yang lebih kecil penduduknya. Hal ini dapat dilakukan dengan catatan sarana infrastruktur untuk Kabupaten Waropen berjalan maksimal dan optimal.

Tabel 1.1

Tingkat Pemerataan Penduduk Kabupaten Waropen

Kabupaten Waropen Jumlah Distrik Jumlah Penduduk

Proporsi Proporsi Kumulatif Absolut

Distrik Penduduk Distrik Penduduk xi-yi Xiyi+t Xi+ty1

Yi xi Yi Xi Interval Penduduk 10 24.624 1.000 1.000 >2.115 3 13.566 0.300 0.551 0.300 0.551 0.251 0.220 0.190 1.915-2.114 1 2.006 0.100 0.081 0.400 0.400 0.019 0.253 0.253 1.715-1.914 0 0 0.000 0.000 0.400 0.400 0.000 0.443 0.333 1.155-1.714 3 4.957 0.300 0.201 0.700 0.700 0.099 0.834 0.700 <1.514 3 4.095 0.300 0.166 1.000 1.000 0.134 Jumlah Disimilarity Indeks Gini Rasio 0.502 1.750 1.476 0.251 0.274

Sumber: Media Elektronik/Internet

S

Sumber: Media Elektronik/Internet

Gambar 1.1 Peta Kabupaten Waropen

Kab. Waropen regency Kab. Kep. Yapen

(8)

Dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang ada, Pemerintah Kabupaten Waropen mempunyai potensi daerah yang luas, seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan, dan tambang. Sementara ini potensi–potensi tersebut belum dikelola secara baik. Perekonomian kabupaten ini lebih bertumpu pada sektor kehutanan dengan hasil produksi kayu. Saat ini tak kurang dari 9.500 hektar hutan di atas bumi Waropen, sebanding dengan 57 persen wilayah kabupaten ini. Dari angka itu, lebih dari separuh hutan yang berada di pesisir selat Saireri berstatus hutan produksi dengan potensi kayu yang cukup besar. Sampai tahun 2010, berbagai komoditas dari hutan mendukung sektor pertanian serta menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat. Kayu bulat hingga hasil hutan bukan kayu, seperti damar, rotan, kulit mahoni, gaharu dan nipah menjadi komponen utama dalam sumbangan pertanian, yaitu 56,79 persen terhadap kegiatan ekonomi.

Untuk menujang optimalisasi potensi daerah yang ada dan peningkatan pelayanan publik, pemerintah daerah didukung oleh sarana dan prasarana yang dimiliki. Sarana dan parasarana yang merupakan aktiva tetap (fixed asset) yang dimiliki pemerintah daerah tersebut diklasifikasikan berupa: tanah, jalan dan jembatan, instalasi dan jaringan, bangunan gedung, alat-alat besar, alat angkutan laut, alat pertanian, alat kantor dan alat rumah tangga, alat kedokteran, alat-alat laboratorium, barang-barang bercorak seni dan budaya (Siregar, 2004: 85).

Adapun alasan dipilihnya Kabupaten Waropen sebagai lokasi penelitian karena memiliki jumlah aset dan properti khususnya menyangkut tanah dan bangunan yang belum optimal, dan dari tanah dan bangunan tersebut belum

(9)

terdapat hasil optimal bagi PAD Kabupaten Waropen. Dalam hal ini usia Kabupaten Waropen masih relatif baru, yaitu 7 tahun.

Alasan kedua adalah terdapatnya perkembangan wilayah. Kabupaten Waropen adalah salah satu dari 33 kabupaten yang ada di Provinsi Papua yang berdasarkan Undang–Undang No. 2 Tahun 2006 tentang pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Waropen yang merupakan pembentukan pemekaran dari Kabupaten Yapen Waropen yang di tetapkan dengan undang–undang Pemekaran Kabupaten Waropen. Konsekuensi logis dari pemekaran tersebut adalah luas wilayah dan hasil sumberdaya alam di Kabupaten Waropen yang harus dikelola dengan baik.

Pengelolaan aset daerah merupakan pekerjaan rumah bagi daerah terutama pada Kabupaten Waropen, dan selama ini aset-aset daerah yang ada di Kabupaten Waropen belum dikelola secara baik, maka saran penting bagi Pemda Waropen adalah melakukan efektifitas untuk meningkatkan kinerja yaitu melalui SIMA. Melalui SIMA, maka transparansi kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran unsur pengawasan dan pengendalian yang lemah. Model pengelolaan aset daerah pada Kabupaten Waropen belum dilakukan secara baik sehingga dalam pengelolaan aset harus diperhatikan. Hal-hal seperti inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, maupun pemanfaatan aset, dan Pengawasan/Pengendalian. Dengan demikian aset yang ada di Kabupaten Waropen yang menyangkut tanah dan bangunan akan mencerminkan nilai/potensi bagi kekayaan daerah, dan dapat menjadi PAD bagi pemerintah daerah Kabupaten Waropen (Siregar, 2004: 518-520).

(10)

Pelaksanaan pengelolaan aset di daerah masih ditemukan kendala dan masalah yang terkait pemanfaatan pengelolaan aset dan kejelasan menyangkut administrasi aset serta status dan sistem pengelolaannya yang belum jelas. Terdapat aset–aset yang dipandang sebagai aset daerah namun belum dikelola sebagaimana yang diamanatkan dalam ketentuan peraturan undang–undang yang berlaku khususnya dalam PP No. 6 tahun 2006, yang kemudian diperjelas oleh PP No. 17 Tahun 2007.

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini memfokuskan pada pemanfaatan aset pemerintah daerah Kabupaten Waropen, yaitu mengenai perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, legalitas audit, penilaian pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian aset daerah. Pengendalian aset daerah berperan penting dalam memberikan informasi yang cepat, tepat dan dapat dipertanggungjawabkan dalam penyusunan neraca di suatu daerah terutama di Kabupaten Waropen. Karena masih terdapat aset-aset daerah yang belum terinventarisasi dengan baik, dapat memperlemah dan menghambat proses legalitas audit serta pemanfaatannya bagi daerah. Akan tetapi perhatian mendalam adalah pada masalah inventarisasi dan pemanfaatan aset tanah dan bangunan di Kabupaten Waropen, sehingga peneliti akan mefokuskan mengenai inventarisasi terhadap aset tanah dan bangunan, khususnya mengenai Kantor Kabupaten Waropen.

(11)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh inventarisasi aset daerah terhadap pengelolaan aset tetap pemerintah daerah Kabupaten Waropen?

2. Bagaimana pengaruh identifikasi aset daerah terhadap pengelolaan aset tetap pemerintah daerah Kabupaten Waropen?

3. Bagaimana pengaruh legal audit terhadap pengelolaan aset tetap pemerintah daerah Kabupaten Waropen?

4. Bagaimana pengaruh penilaian aset daerah terhadap pengelolaan aset tetap pemerintah daerah Kabupaten Waropen?

1.3 Keaslian Penelitian

Penelitian ini mengenai pengelolaan aset, khususnya aset tanah dan bangunan yang dimiliki pemerintah Kabupaten Waropen. Penelitian sejenis telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, diantaranya sebagai berikut.

1. Abdullah (2006) melakukan penelitian di Kabupaten Sleman tentang inventarisasi aset daerah. Alat analisis yang digunakan adalah skala Likert secara deskriptif. Variabel yang digunakan adalah pendapatan, pengkodean, pengelompokan dan pengembangan pencatatan menurut KepMendagri No. 152 tahun 2004 tentang pengelolaan barang daerah.

2. Faisal (2006) melakukan penelitian tentang pentingnya strategi dalam manajemen aset di negara Inggris, Kolombia, Italia dan Australia. Penelitian ini memperlihatkan bahwa strategi yang penting dalam manajemen aset

(12)

meliputi lingkungan, biaya, produksi, perencanaan keuangan, peraturan dan kualitas produksi serta cadangan yang diperlukan, sehingga dapat dipergunakan dalam membuat suatu kebijakan yang tepat dan menguntungkan. 3. Putra (2011) melakukan penelitian mengenai evaluasi inventarisasi aset pada

Pemerintah Kabupaten Simeulue. Variabel yang digunakan adalah pendataan, pengkodean/labeling, pengelompokan dan pencatatan yang diukur dengan skala likert. Dari hasil penelitian diketahui bahwa proses inventarisasi aset tetap sudah dilakukan secara teratur, tetapi masih terdapat kendala seperti kurangnya sarana dan prasarana pendukung dan kemampuan SDM dalam teknologi informasi dalam sistem pendataan.

4. Schraven, Hartmann dan Dewulf (2011) meneliti efektifitas infrastruktur manajemen aset tantangan bagi manajemen publik, keputusan dalam manajemen aset infrastruktur di lembaga-lembaga publik dan tantangan dari lembaga untuk meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tantangan utama untuk mencapai manajemen aset infrastruktur yang efektif adalah: pembentukan keselarasan antara tujuan infrastruktur, situasi dan intervensi, perumusan tujuan infrastruktur, dan manajemen oleh banyak aktor (multiple actors) dengan kepentingan berbeda. 5. Antoh (2012) melakukan penelitian mengenai manajemen aset dalam rangka

optimalisasi aset tetap tanah dan bangunan Kabupaten Paniai. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara individual inventarisasi aset tidak terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap optimalisasi aset tetap tanah dan bangunan yang

(13)

berdampak pada ketidaksesuaian dengan hipotesis. Variabel legal audit aset terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap optimalisasi aset tetap tanah dan bangunan. Penilaian aset tidak terbukti berpengaruh positif terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan). Pengawasan dan pengendaliaan aset terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan).

6. Ilham (2013) melakukan penelitian tentang manajemen aset dalam rangka optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) pada Pemerintah Provinsi Sumatra Barat. Alat analisis yang digunakan adalah skala Likert, yaitu sebuah skala untuk mengukur sikap masyarakat di tahun 1932. Kelebihan dari skala ini adalah mudah dipahami dan sederhana, yaitu untuk menganalisis data yang diperoleh dari kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan melalui pola pikir reflektif deduktif.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan penelitian

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk:

1. untuk menguji pengaruh inventarisasi aset daerah terhadap pengelolaan aset tetap pemerintah daerah Kabupaten Waropen;

2. untuk menguji pengaruh identifikasi aset daerah terhadap pengelolaan aset tetap pemerintah daerah Kabupaten Waropen;

3. untuk menguji pengaruh legal audit terhadap pengelolaan aset tetap pemerintah daerah Kabupaten Waropen;

(14)

4. untuk menguji pengaruh penilaian aset daerah terhadap pengelolaan aset tetap pemerintah daerah Kabupaten Waropen;

1.4.2 Manfaat penelitian

Hasil penilitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan manfaat yang berarti yaitu:

1. diharapkan dapat memberikan referensi dalam bidang manajemen aset dan khususnya pemanfaatan aset-aset tetap Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen;

2. dapat menambah pengetahuan dalam bidang optimalisasi manajemen aset khususnya pengelolaan dan penilaian aset Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen;

3. diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah dalam menentukan kebijaksanaan yang mampu meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan aset daerah sehingga dengan pengelolaan yang baik dan penilaian yang tepat akan memudahkan pemerintah daerah dalam menentukan target anggaran di masa yang akan datang.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan adalah sebagai berikut, Bab I Pendahuluan memuat tentang latar belakang, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis menguraikan tentang tinjauan pustaka, landasan teori, pertanyaan penelitian, dan alat analisis yang digunakan dalam penelitian. Bab III Analisis Data dan Pembahasan menguraikan tentang cara penelitian, perkembangan dan hubungan variabel yang

(15)

diamati, hasil analisis data dan pembahasan. Bab IV Kesimpulan dan Saran memuat kesimpulan dan saran atau rekomendasi dari hasil penelitian untuk

Referensi

Dokumen terkait

Produk dan jasa yang bisa dikerjakan Aries Sablon dan Konveksi antara lain kartu undangan, kartu nama, pamflet, kop surat, stiker, kaos, celana training,

Hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa dampak informasi dengan media promosi yang digunakan untuk promosi iklan Djarum Black adalah baik dan efektif, hal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan dakwah Bi al-Lisan oleh Jama’ah tabligh sesuai dengan sunnah Rasulullah dan tidak melenceng dari ajaran Islam,

Penempatan kerja yang baik adalah dengan mencocokan keahlihan serta jabatan yang dipegangnya berdasarkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan kepribadian aparatur

Penelitian yang dilakukan oleh Cita Ayupraba berbeda dengan penelitian Peneliti yakni dalam penelitian tersebut tidak ada analisis maupun kajian mengenai

Pada hasil uji F nilai tukar, tingkat inflasi dan BI Rate secara simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham

Jika pengumuman mengandung informasi ( information content ), maka pasar diharapkan akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar, dari pengertian

Mean Variance Std. Engangement 1) Sebelum Revisi..