• Tidak ada hasil yang ditemukan

Para Anggota Dewan yang terhormat,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Para Anggota Dewan yang terhormat,"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

FRAKSI PERSERIKATAN DAULATUL UMMAH

DEW AN PERW AKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Gedung Nusantara llantai 22 ruang 22.03 Jl. Jend. Gatot subroto. Senayan -Jakarta 10270

Telp. (021) 5755915 fax (021) 5755916

PENDAPAT AKHIR

FRAKSI PERSERIKATAN DAlJLATlJL UMMAH

TERHADAP

RANCANGANUNDANG-UNDANG

TENTANG

PERlJBAHAN ATAS lJNDANG-UNDANG N0.15 TAHUN 2002

TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Y th. Pimpinan S idang

Yth. Menteri Kehakiman dan HAM beserta jajarannya

Y th. Para Anggota Dewan

Para Wartawan, Undangan dan hadirin yang berbahagia.

Pertama-tama kita panjatkan puji syukur Alhamdulillah

bahwa/h~~~

..

~

melalui proses diskusi yang panjang, akhimya sampailah kita

pada~

yakni penyampaian Pendapat Akhir Fraksi terhadap Rancangan

Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang-Undang-Undang No.15 Tahun 2002 tentang

Tindak Pidana

Pe~ncucian

Uang.

~Jc~~~

Tercapainya

4~t:e-IV

ini

v8M

jalan panjang yang telah dilaluinya dalam

bentuk diskusi, bertukar pikiran, menunjukkan:

1. bahwa para Anggota Dewan yang terhormat menyadari makna dan posisi

serta fungsi strategis dari Rancangan Undang-Undang yang berkaitan

dengan tindak pidana pencucian uang.

2. bahwa panjangnya proses juga menunjukkan besarnya perhatian dan

semangat untuk menyumbangkan pikiran dari para Anggota Dewan akan

hari depan bangsa yang tidak mungkin mengelak dari kenyataan,

bahwasanya di samping upaya meningkatkan terns tindak pentaatan

hukum (Comformity) juga timbulnya tindak yang tak terpuji (Deviation)

yang didorong oleh berbagai faktor.

(2)

..

Fraksi Perserikatan Dau1atul Ummah menyadari, memahami akan makna,

posisi, fungsi strategis dari pengaturan Pencucian Uang dafam artian bahwa

tindak pidana ini selaras dengan berbagai perkembangan, khususnya

perkembangan teknologi komunikasi memiliki dimensi nasional di samping

dimensi intemasional. Dalam perubahan atas Undang-Undang No.l5 Tahun

2002 tentang Pencucian Uang yang menampung aspirasi nasional dan

intemasional, khususnya yang terakhir (intemasionaJ) diharapkan dapat

segera melenyapkan kesan bahwa Indonesia merupakan negara yang tidak

kooperatif da1am memberantas tindak pidana pencucian uang. Tetapi

tnl

tidak berarti bahwa perubahan Undang-Undang No.l5 Tahun 2002 itu

semata-mata karena desakan dan tuntutan dunia intemasional. Perubahan itu

dilakukan karena kesadaran para Anggota Dewan bahwasanya

Undang-Undang

No.15

Tahun

2002

itu

belum

komprehensif,

dengan

diidentifikasinya tujuh hal pokok yang dapat mengganggu upaya

memberantas pencucian uang, yaitu:

1. memperluas pengertian penyedia jasa

keuangan~

2. memperluas pengertian transaksi keuangan

mencurigakan~

3. menghapus pembatasanjumlah hasil tindak pidana;

4. memperluas cakupan tindak pidana

asal~

5. mempersingkat waktu penyampaian laporan transaksi keuangan yang

mencurigakan;

6. menjamin kerahasiaan penyusunan dan penyampaian laporan transaksi

~t

keuangan yang mencurigakan;

7. kerja sama bantuan timbal batik di bidang hukum.

Para Anggota Dewan yang terhormat,

Dari ketujuh hal itu, hal penting dalam Rancangan Undang-Undang tentang

Perubahan atas Undang-Undang No.l5 Tahun 2002 adalah sanksi berupa

denda (minimal Rp 100.000.000,- dan maksimal Rp 15 Milyar) dan

menghapus pembatasan jumlah hasil tindak pidana, hingga seorang yang

melakukan tindak pidana pencucian uang dengan jumlah sekecil apapun

tidak akan lepas dari jeratan hukum.

(3)

Dan oleh karena itu Fraksi Perserikatan Daulatul Ummah menyampaikan

persetujuan atas Rancangan Undang tentang Perubahan

Undang-Undang No.l5 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, untuk

disetujui menjadi Undang-Undang dan diundangkan oleh Presiden. Dan

.tidak kalah pentingnya pula diikuti dengan sosialisasi kepada masyarakat.

Billahit taufiq wal hidayah,

Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

.Jakarta, 16 September 2003

Ketua,

Fraksi Perserikatan Daulatul Ummah

Sekretaris,

KH. Achmad Sjatari

No.Anggota A-277

Juru Bi ara

/:;&1

Sayuti Rahawarin

No.Anggota A-253

Ir. Mudahan Hazdie

(4)

I.

• I .

PENDAPAT AKHIR

FRAKSI PARTAI DEMOKRASIINDONESIAPERJUANGAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

TENTANG

PERU BAHAN UN DANG· UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002

TENTANG TINDAK PI DANA PENCUCIAN UANG

(5)

(

FRAKSI PARTAI DEMOKRASIINDOmiAPEHJUANGAN

DEWAN PERWAKILAN

RAKYAT

REPUBLIK INDONFSIA

Sekretariat : MPR 1 DPR. AI, Nusantara I, Lantai VI, Ruang 0608-10, Jl. Jend. Gatot Subroto, Jakarta 10270 tr (!Y21) 575 6187,5756100,575 6162, Fax. 5756188,5756181

PENDAPAT AKHIR

FRAKSI PARTAI DEMOKRASIINDONESIA PERJUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Dibacakan Oleh Anggota Nomor

Assalamualaikum Wr.Wb.

Salam Sejahtera Bagi Kita Semua

TRIMEDYA, PANJAITAN S.H AA•85

Yang Terhormat Saudara Ketua dan Para Wakil Ketua

Yang Terhormat Saudara Menteri Kehakiman dan HAM, beserta Jajarannya Yang Terhormat Anggota Dewan dan Sidang Dewan Yang Kami Muliakan.

MERDEKA!!

tt Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang senantiasa memberikan berkah, rahmat dan karunia-Nya kepada kita bersama segenap masyarakat bangsa Indonesia, terlebih lagi bagi kita anggota Dewan yang mulia ini, dengan agenda penyampaian Pendapat Akhir Fraksi atas RUU tentang Perubahan UU No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, untuk selanjutnya disahkan menjadi UU.

UU tentang Tindak Pidana Pencucian Uang merupakan salah satu UU yang sangat dibutuhkan oleh negara kita dalam rangka mencegah dan memberantas upaya-upaya pencucian uang. Tidak dapat disangkal bahwa jenis kejahatan ini sangat berbahaya bagi suatu negara mengingat kejahatan ini merupakan upaya untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang diperoleh dari kejahatan. Upaya untuk mencegah dan memberantas pencucian uang diharapkan dapat menangkal kejahatan-kejahatan lainnya yang dilakukan, sebagai sumber keuangan dari aktivitas kriminal.

~

Dengan demikian jelas bahwa tindak pidana pencucian uang bukan merupakan tindak pidana yang berdiri sendiri tetapi merupakan kelanjutan dari kejahatan-kejahatan lain yang telah dilakukan, yang macam dan jenisnya sangat beragam. Entah itu kejahatan korupsi, kejahatan-kejahatan yang berkaitan dengan narkotika, dan lain sebagainya, sebagaimana tercantum dalam Pasal 2 RUU.

(6)

Saudara Ketua Sidang

Menteri Kehakiman dan HAM beserta Jajarannya Serta Hadirin Yang Berbahagia

Perubahan terhadap UU Tindak Pidana Pencucian Uang merupakan suatu usaha untuk menyempurnakan UU yang telah ada. Tidak dapat disangkal bahwa tindak pidana pencucian uang merupakan tindak pidana yang memiliki modus operandi

yang sangat kompleks, serta dilaksanakan secara lintas negara. Oleh karena itu, diperlukan adanya U~ yang mampu mencegah aktivitas mereka, baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Dengan adanya perubahan terhadap UU No.15 Tahun 2002 diharapkan akan mampu menjaring tindak pidana tersebut.

Berdasarkan hal-hal tersebut, Fraksi POl Perjuangan DPR-RI menyampaikan sambutan baik dan hangat terhadap upaya-upaya yang telah dilaksanakan dijlam rangka perubahan terhadap UU No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Setelah melalui berbagai persidangan, akhirnya kami menyetujui adanya perubahan terhadap UU Tindak Pidana Pencucian Uang, untuk disahkan menjadi UU. Untuk itu kami mencatat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1 . Upaya mencegah dan memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang merupakan

upaya yang harus dilakukan dengan segera, agar negara terhindar dari bentuk kejahatan tersebut. Untuk itu peraturan perundang-undangan harus memiliki kualitas yang memadai. Dengan telah dilakukannya beberapa perubahan, diharapkan dapat menyempurnakan UU yang telah ada untuk kemudian dapat dilaksanakan dengan baik;

2. Upaya pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang hendaknya dilaksanakan dengan baik dan perlu adanya sosialisasi, sehingga masyarakat luas dapat mengerti dan memahami fungsi UU ini. Sosialisasi ini dimaksudkan agar UU ini tidak menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Untuk itulah perlu diipahami bahwa proses pemeriksaan yang dilakukan terhadap transaksi keuangan, harus tetap menekankan pada "transaksi yang mencurigakan", sehingga proses ini merupakan proses pemeriksaan awal yang belum mengarah pada kecurigaan akan adanya tindak pidana. Dengan demikian masyarakat akan memahami dan tidak khawatir dengan adanya transaksi tertentu, sepanjang transaksi tersebut adalah transaksi yang jelas;

3. Kerjasama dengan berbagai pihak terkait baik kerjasama regional atau internasional melalui forum-forum bilateral atau multilateral, merupakan keharusan guna pemberantasan tindak pidana pencucian uang. Oleh karena itu kerjasama harus dijalin lebih intens dan meluas guna memberantas tindak pidana pidana ini. Di sinilah Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), harus mampu mengemban tugas sebagaimana yang diamanatkan oleh UU No. 15 Tahun 2002.

(7)

Demikian Pendapat Akhir Fraksi POl Perjuangan DPR-RI atas RUU Perubahan atas UU No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Pada kesempatan ini Fraksi POl Perjuangan DPR-RI mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Pimpinan dan Para Anggota Dewan, kepada Pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Saudara Menteri Kehakiman dan HAM beserta Jajarannya. Semoga UU tentang Tindak Pidana Pencucian Uang ini dapat diterapkan dengan baik sesuai dengan tujuan serta fungsi yang diemban. Secara khusus kepada Pimpinan dan anggota Komisi II yang telah dengan secara baik dan tepat waktu untuk melakukan pembahasan terh§ldap Rancangan Undang-undang 1n1, kami sampaikan

penghormatan dan penghargaan kami yang setinggi-tingginya. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada rekan-rekan wartawan media cetak dan elektronika. Sekian Pemandangan Akhir ini kami sampaikan, kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberikan perlindunganNya bagi bangsa dan negara kita. i

..

Wassalamualaikum Wr. Wb.

MERDEKA II!

Jakarta, 16 September 2003

PIMPINAN

FRAKSI PART AI DEMOKRASIINDONESIA PERJUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

...

Ketua,

n

T JAHJO KUMOLO

(8)

4 i . ' ' I I

PENDAPAT AKHIR

FllAKSI PART AI GOLKAR DPR"RI

TERt-tADAP

RANCANGAN

UNDANG-UNDANG

TENTANG

PERUDAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15

TAJ-IUN

2002

TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Disampaikan oleh :

M. AIUL MOCHTAR, Si'ir Mli

Anggota Nomor : A - 348

(9)

.

.

PFNDAPAT Al<t-IIR

FRAI<SI PART AI GOU<AR DPR-RI TERt-fADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG

PEJlUBAHI\N UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002

TENT/\NG TINDAK PIDANA PENCUCIAN

UANG

Disarnpaikan oleh :

M. Aldl Mochtar, SH,

rv1H

Anggota DPR-RI : A -- 3-18

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Salam Sejahtera Untuk Kita Semua.

Yth. Saudara Pimpinan Rapat Paripurna;

YtlL

Saudara Menteri Kehakirnan dan

HArvl

selaku wakil Pemerintah;

Yt.h. para /-\nggota DPR-RI; dan

-~

hadirin yang kami hormati.

Pertama-tama rnarilall kita mernanjatkan puji dan syukur kehadirat

Tuhan Yang Maha Esa atas lirnpahan rahrnat

dan anugerah-Nya ,

sehingga pada hari ini kita dapat menghadiri Rapat Paripurna

DPR-RI

dengan Menteri

~<ehakiman

dan HAM yang mewakili Pemerintah dalam

rangka penyampaian Pendapat Akhir Fraksi-fraksi pada Pembicaraan

Tingkat

II/

Pengambilan J<eputusan terhadap Rancangan Undang-undang

tentang Perubahan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang .

(10)

..

DalarTt era qlobalisasi dewasa ir1i 1·1ubungan antar Negara semakin

luas dan kompleks sertn hubungan

t·prsebLrt

membawa dampak pula

terhadap kepentingan Banqsa, dan Negara Republik Indonesia, baik di

IJidang hukurn, eli biclang ekonomi, politik, kebudayaan d2m lain-lain.

Satu dari kepentingan tersebut kita bicarakan pada hari ini yang

berkenaan clengan Perubahan Unclang-undang Nomor

15

Tahun

2002

tentan9 Tindal< Pidana Pencucian Uanq yang walaupun Undang-undang ini

baru kurang lebih satu setengah tahun lalu kita sal1kan namun sesuai

dengan aspirasi rnasyarakat dan kebutuhan pembangunan hukum dalam

masyarakat dalam upaya mewujudkan supremasi hukurn yang tidak saja

harus rnemenuhi kebutul1an nasional bangsa Indonesia, tetapi juga dalam

upaya rnernenuhi pergaulan internasional dan percaturan global bangsa

Indonesia dalam masyarakat internasional khususnya eli bidang tindak

pidana pencucian uang .

/

SebagaiJ urnurnnya tindak pidana pencucian uang

jAr

dilakukan

r

rnelalui

tahapan~~nempatan

uang, pelapisan uang dan penyatuan

A

I

kernbali.

Pencuci~m

uang selalu berkaitan dan dilakukan dengan tindak

pidana yang berasal dari hasil korupsi termasuk suap, perdagangan

narkotika, perdagangan tenaga kerja secara ilegal antar negara dan

berbagai macam kegiatan ilegal yang melibatkan kekuasaan birokrasi,

kekuasaan ekonorni, tennasuk institusi perbankan.

(11)

Dalam kaitan itulah Fraksi Partai Golkar menyambut baik dan

menghargai perubahan yang dilakukan terhadap Undang-undang Nomor

15

Tahun

2002

tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.

Yth. Saudara Pilnpinan Rapat Paripurna;

Yth. Saudara

Menteri

l<ehakhnan

dan t-IAI"w1

yang mewakili

Pernerintah.

Berclasarkan

pokok

pikiran

di atas

rraksi Partai Golkar

menyampaikan

beberapa perhatian

tert1adap materi perubat1an yang sudah dilakukan

sebagai berikut.

E~rta1119

: Perubahan ini haruslah berdasarkan dan dilandasi oleh

kepentingan nasional di atas kepentingan lain yang tidak dapat kita tawar

lagi dalam proses perkembangan bangsa Indonesia ke depan dengan

menumbuh kembangkan kemampuan dan daya juang bangsa Indonesia

dalam rnewujudkan supremasi hukum dengan tetap mengikuti

prinsip-prinsip internasional dalam era globalisasi yang beradab.

f5~g_y_g

:

Terciptanya landasan hukum yang kuat bagi

pemberantasan

tindak pidana pencucian uang yang betul-betul bersandar kepada

kepentingan bangsa dalam rangka mengawal pembangunan yang sedang

tt

kita laksanakan dan rnencegah tirnbulnya kejahatan baru dalam konteks

pernbangunan bangsa seperti penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang

ekonorni yang melibatkan pihak-pihak "upper economic class" maupun

"upper power class" yang bertujuan untuk kepentingan ekonomi kelompok

tertentu sehingga pada akhirnya menimbulkan tindak kejahatan dimana

tindak pidana perbankan rnenjadi salah satu obyek kriminalisasi tersebut,

(12)

den~1an

demikian Unclanq-unclartg tcntanq TincJak Piclana Pencucian Uang

mcnjadi penting

sebagai

upaya

anti

sipilsi

pencegahan

maupun

1)eneyelesaiannya.

J<.~t:im1

:

Diharapkan Undang-unclang ini memberikan penguatan bagi

1

ltewujud-ny;:,takan

pe1

nbert"mtasi:m

l.indak pidflna pencucian

uang

dengan

ll1f~nlberikan

kewenanQan yang luas kepacla bukan saja rnencegah tetapi

ju9u

mernbt~rantas

tindak pidana ini, yanq kewenangan tersebut jika tidak

cliclukung

oleh aparat yan9 profesional di

biclan~J

ini justru akan

mcnimbulkan persoalan baru karena ticJak mustahil posisi ini dapat

rncndorong terjadinya konspirasi antara aparat dun

pelaku

kejahatan di

bid<.m~J

ini, rnengingat yang menjadi

sumbe.r

utama clari persoalan

yang

(!ilakul<an proses hukumnya adalah yang bcrkaitan clengan se·jumlah uang.

Yth. Saudara Pilnpinan Rapat Paripurna;

Yt.h. Saudara

Menteri l<ehaldn1an dan HAM

yang rnewal<ili

Pcmerintcah.

Demikian Pendapat Akhir Fraksi Part:ai

Golongan

l<arya, semoga

Tuhan Yang

Maha

Esa

memberikan

kekualan

iman kepacla kita dalam

n1enjalankan tugas Dewan.

vVassalarnu'al·aikum

Warahmatullahi

Wabarakattth.

Jakarta, 16

September 2003

~t

Yahya Zaini, SII

(13)

r

6

, ·.

DEWAN PERWAKILAN RAKVAT REPUBLIK INDONESIA

. · \ ·, FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN

'!lll~

MPR I DPR - Rl, NUSANTARA I, Jl. JEND. GAIOT SUBROIO, JAKARTA 10270

>

·~~··

___

Telp. (021) 575 5561 - 575 5562- 575 5497- 575 5498- 575 5487- Fax. (021) 575 5488

e-mail : fppp@dpr .go.ld

PENDAPAT AKHIR

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN

ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002

TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

====================================================

Disampaikan oleh Juru Bicara FPPP DPR-RI : HM. Sjaiful Rachman, SH

Anggota DPR-RI Nomor: A-23

Pada Rapat Paripurna DPR-RI, 16 September 2003

====================================================

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Pimpinan Sidang Paripurna yang terhormat.

Menteri Kehakiman dan HAM Rl beserta seluruh jajarannya.

Rekan-rekan Anggota Dewan yang terhormat.

Dan hadirin sekalian yang berbahagia.

Tiada kata yang paling indah untuk mengawali penyampaian kami dalam

Rapat Paripurna ini selain memanjatkan rasa syukur kehadirat llahi Rabbi,

karena berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya, kita dapat hadir di forum

terhormat ini dalam keadaan sehat wal 'afiat untuk melaksanakan tugas

konstitusional penyampaian Pendapat Akhir Fraksi-fraksi atas Rancangan

Undang-undang tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 15 Tahun

2002

tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.

Kemudian sholawat dan salam kita haturkan keharibaan Rasul akhir

zaman Muhammad SAW, yang telah membawa ummat man usia dari a lam

kegelapan menuju alam yang terang benderang. Semoga di hari akhir kelak

kita diakui sebagai ummatnya.

Sidang dewan yang terhormat.

Dalam era globalisasi informasi saat ini, berbagai jenis tindak kejahatan

dilakukan semakin canggih, secara terorganisir, menggunakan teknologi tinggi,

dan rekayasa keuangan serta melintasi batas-batas wilayah suatu negara.

Berbagai tindak kejahatan tersebut telah menghasilkan harta kekayaan yang

jumlahnya sangat besar. Agar harta kekayaan tersebut dapat digunakan, para

pelaku kejahatan akan memasukannya ke dalam sistem perbankan sehingga

tidak dapat dilacak oleh penegak hukum. Perbuatan pencucian uang ini sang at

merugikan masyarakat, juga membahayakan dan merugikan negara, karena

(14)

[

dapat mempengaruhi dan merusak stabilitas perekonomian nasional dengan

makin meningkatnya berbagai tindak kejahatan. Karena itu, pemberantasan

tindak pidana pencucian uang menjadi satu keniscayaan bagi bangsa Indonesia

dalam rangka mendukung upaya pemulihan perekonomian nasional dan

mengurangi tingkat kejahatan. Sebagai negara yang berdasarkan hukum dan

sebagai bangsa yang relijius, kita tidak menginginkan Negara Republik

Indonesia menjadi tempat perlintasan uang haram dan memperoleh bahagian

dari uang haram tersebut.

Dewasa ini pemberantasan tindak pidana pencucian uang menjadi salah

satu agenda internasional yang harus dilakukan oleh seluruh masyarakat

dunia. Karena harta kekayaan yang sangat besar itu oleh para pelaku

kejahatan akan dialokasikan melintasi batas-batas negara untuk membiayai

berbagai tindak kejahatan. Oleh karena itu, kerja sama bilateral dan

multilateral dalam pemberantasan tindak pidana pencucian uang harus terus

ditingkatkan agar dapat meminimalisir terjadinya tindak kejahatan yang

terorganisir yang melintasi batas negara. Kerja sama

bilateral dan

multilateral bantuan timbal balik pemberantasan tindak pidana pencucian

uang tentu saja harus dibangun berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan,

keterbukaan, dan kebersamaan sehingga tidak

mengganggu kepentingan

nasional dan kedaulatan Negara Republik Indonesia.

Sidang dewan yang berbahagia.

Fraksi PPP dapat menerima usutan RUU tentang Perubahan Atas UU

Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang karena memang

secara substansial ada beberapa hal yang belum dapat terakomodir oleh UU

tersebut. Dalam waktu yang relatif singkat, alhamdulillah

kita dapat

menyepakati beberapa hal substansial dalam penyempurnaan RUU ini meliputi:

1 . Menambah dan merubah beberapa Ketentuan Umum dalam Pasal 1 dalam

rangka memberikan pengertian yang lebih jelas, luas dan mendalam

mengenai: definisi Tindak Pidana Pencucian Uang, Penyedia Jasa

Keuangan, Transaksi Keuangan Mencurigakan, Transaksi Keuangan yang

dilakukan secara tunai, dan Dokumen. Perubahan dan penambahan

beberapa Ketentuan Umum pada Pasal 1 ini dimaksudkan untuk

mengantisipasi perkembangan prosedur dan kelembagaan yang terkait

dengan tindak pidana pencucian dimasa yang akan datang.

2. Telah menghapus ketentuan bahwa hasH tindak pidana adalah harta

kekayaan yang berjumlah Rp. 500 juta pada Pasal 2. Pembatasan jumlah

hasH kejahatan sebesar Rp. 500 juta bertentangan dengan prinsip yang

bertaku umum dalam hukum pidana, bahwa setiap perbuatan pidana dapat

dipidana, tidak mengenal besar atau kecilnya hasil tindak pidana yang

dilakukan. Dengan demikian berapapun jumlah harta haram yang diperoleh

baik secara langsung atau tidak langsung dari kejahatan dapat dipidana.

Selain itu telah ditambahkan 9 (sembilan) jenis hasil harta haram yaitu

yang diperoleh dari : di bidang pasar modal, di bidang asuransi, pemalsuan

uang, perjudian, prostitusi, di bidang perpajakan, di bidang perhutanan, di

bidang lingkungan hidup, di bidang kelautan dan tindak pidana lainnya

yang terkait dengan tindak pidana pencucian uang yang dilakukan di

wilayah Negara Republik Indonesia atau di luar wilayah Negara Republik

Indonesia dan tindak pidana tersebut juga merupakan tindak pidana

menurut hukum Indonesia ..

3. Penyesuaian denda minimum pada Pasal 3 dan Pasal 6 Ayat [1] dari

Rp 5 milyar menjadi Rp. 100 juta. Kemudian pada Pasal 9 dan Pasal 16

Ayat [1] dan ayat [5] dilakukan penyempurnaan mengenai jumlah uang yang

(15)

dibawa ke dalam atau ke luar wilayah Negara Republik Indonesia yang harus dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah Rp. 100 juta atau lebih atau mata uang asing yang nilainya setara dengan itu.

4. Dalam rangka mengamankan proses penyelidikan, penyidikan dan pemeriksaan tindak pidana pencucian uang, telah ditambahkan ketentuan Pasal 10A Ayat [1, 2, 3, dan 4] bahwa maka Pejabat dan pegawai PPATK, penyidik, penuntut umum, hakim, dan siapapun yang memperoleh dokumen dan/atau keterangan dalam melaksanakan tugasnya wajib merahasiakan dokumen dan/atau keterangan. Demikian juga berkaitan dengan sumber keterangan dan laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan wajib dirahasiakan. Apabila ketentuan ini dilanggar karena kelalaiannya dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun, tetapi apabila dilakukan dengan sengaja dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima betas) tahun.

5. Kemudian penambahan ketentuan Pasal 17 A Ayat

[1 ,]

berkenaan dengan larangan bagi direksi, pejabat, atau pegawai Penyedia Jasa Keuangan memberitahukan kepada pengguna jasa keuangan atau orang lain mengenai laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan, pada Ayat [2] bahwa Pejabat PPATK, penyelidik/penyidik dilarang memberitahukan laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan kepada pengguna jasa keuangan yang telah dilaporkan kepada PPATK atau penyidik. Jika ketentuan Ayat [1] dan

[2J

dilanggar, pada Ayat

[3J

ditetapkan sanksi, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp. 250 juta dan paling banyak Rp. 1 milyar.

6. Bahwa PPATK juga mempunyai tugas memberikan informasi kepada publik tentang kinerja kelembagaan sepanjang pemberian informasi tersebut tidak bertentangan dengan UU ini. (Pasal 26 huruf i)

7. Dalam rangka penataan kepegawaian PPATK telah ditambahkan ketentuan Pasal 29A, bahwa Kepala PPATK menetapkan peraturan kepegawaian, sistem penggajian, penghargaan, pensiun dan tunjangan hari tua, serta penghasilan lainnya bagi pegawai PPATK yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Presiden.

8. Jika sangat diperlukan, Kepala PPATK dapat mengusulkan kepada Presiden membentuk Komite Koordinasi Nasional untuk lebih mengefektifkan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang. (Pasal 29B) 9. Dalam rangka meningkatkan kerjasama internasional khususnya bantuan

timbal batik dalam masalah tindak pidana pencucian uang ketentuan Pasal 44 dirubah dan dilakukan penambahan 1 (satu) Pasal yaitu Pasal 44A. Perubahan dan penambahan ketentuan mengenai kerja sama internasional ini dimaksudkan untuk lebih memperjelas dan memerinci bentuk dan jenis bantuan timbal batik, serta adanya Menteri yang bertanggung jawab dalam melakukan koordinasi dengan pihak luar negeri.

Pimpinan Sidang Paripurna yang terhormat.

Menteri Kehakiman dan HAM Rl beserta seluruh jajarannya. Rekan-rekan Anggota Dewan yang terhormat.

Dan hadirin sekalian yang berbahagia.

Dengan berbagai pertimbangan yang telah kami uraikan di atas, seraya berserah diri kepada Allah SWT, dan dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim Fraksi PPP menyetujui RUU Perubahan Atas Undang-undang Nomor· t 5 Tahun 2002 Ten tang Tindak Pidana Pencucian Uang ini untuk disyahkan menjadi UU. Kami berharap setelah diberlakukannya UU ini dapat meningkatkan upaya kita bersama dalam

(16)

memberantas tindak pidana pencucian uang sehingga dapat mengangkat ' harkat dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia.

Akhirnya, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Menteri Kehakiman dan HAM Rl beserta jajarannya, fraksi-fraksi yang telah membahas RUU ini dengan kritis dalam suasana yang demokratis, jajaran Sekretariat Jenderal DPR yang memfasilitasi pembahasan RUU ini, dan rekan pers yang telah mempublikasikan acara ini. Tak lupa ucapan terima kasih kepada seluruh jajaran PPATK yang telah memberikan berbagai masukan yang berharga bagi kami. Semoga kerja keras kita menjadi amal soleh, diterima disisi Allah SWT. Amien.

Biilahittaufiq walhidayah Wassalamu 'Jaikum Wr, Wb,

Jakarta, 16 September 2003

PIMPINAN

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KETUA,

• Endin

AJ

Soefihara, MM

1525/RUU PERUBAHAN UU TINOAK PIDANA PfNCUCIAN UANG

(17)

FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA

DEWAN PERWAKILAN RAKVAT REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT : GEDUNG MPR I DPR-Rf. NUSANTARA I LANTAI XVII KAMAR 1709 Jl JEND. GATOT SUBROTO. JAKARTA 19270

TELP. 021- 575 5623- 575 5625- 575 5626- 575 5627-575 5628

FAX. 021- 575 5614- 575 5624 E-MAIL: fkb@dpr.go.id. ~ ~""t 3'~ ·

PENDIPAT AKHIR

FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA DPR-RI

TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG

NOMOR 15 TAHUN 2002

TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Disampaikan oleh )uru Bicara FKB DPR Rl: Drs. H. Susono Yusuf Anggota Nomor: A-434

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yang terhormat Saudara Pimpinanan Rapat,

Yang terhormat Saudara Menkeh HAM beserta jajarannya, Yang terhormat Saudara Anggota Dewan, dan

Hadirin yang berbahagia.

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, yang atas rahmat dan hidayah-Nya, pada hari ini, Selasa, 16 September 2003 kita masih diberikan kekuatan untuk melaksanakan tugas-tugas kedewanan.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah mengantarkan ummat manusia dari prilaku jahiliyyah kepada prilaku yang berbudi pekerti dan berakhlaq mulia. Nabi Muhammad SAW, yang telah me: nbimbing umat man usia untuk selalu berusaha menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, memegang teguh kejujuran serta menegakkan keadilan di muka bumi.

Ucapan terima kasih, tidak lupa kami sampaikan kepada Pimpinan Rapat, atas waktu yang telah diberikan kepada kami untuk membacakan Pendapat Akhir atas RUU tentang Perubahan UU No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.

(18)

;

..

Pimpinan Rapat, dan Hadirin yang terhormat,

Tak dapat dipungkiri dan kita tidak harus menutup mata bahwa adanya perubahan UL' No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang tidak terlepas dari adanya tekanan dunia internasional terhadap negara . Indonesia. Putusan Financial Action Task Force (FATF) on Money

Laundering tanggal 22 Juni 2001 telah memasukkan Indonesia sebagai salah satu di antara 15 negara yang dianggap tidak kooperatif (non-cooperative countries and territories dalam memberantas praktik pencucian

uang (money laundering). Bahkan di saat proses pembahasan perubahan UU

No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang ini Duta Besar Amerika Serikat dan Duta Besar Australia merasa perlu menemui Saudara Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Rl untuk menyatakan perlunya diselesaikan perubahan UU No. 15 Tat1Un 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagai syarat bagi kedua negara sahabat kita itu untuk membantu Indonesia agar dihapus statusnya sebagai non-cooperative countries and territories (NCCT) itu.

Kami bersepen.dapat dengan Saudara Menteri Kehakiman dan HAM bahwa kita harus berp1kir positif soal adanya tekanan asing atau dunia internasional sepanjang kita sendiri mampu memanfaatkan itu. Sebab sebagai negara yang hidup di kancah pergaulan dengan negara-negara lain kita tidak bisa menghindar dari kesepakatan-kesepakatan internasional. Sebagai konsekuensi internasional dimasukkannya negara Indonesia ke dalam non-cooperative countries and territories (NCCT), maka kerugiannya kita tidak

bisa lagi membuka letter of credit (UC) di negara lain. Indonesia juga akan mengalami kesulitan dalam transaksi perbankan internasional yang itu akan berdampak pada berkurangnya laju investasi ke Indonesia. Padahal, di saat kondisi perekonomian kita yang masih belum pulih betul seperti sekarang ini secara jujur harus diakui bahwa Indonesia sangat membutuhkan masuknya investasi dari negara-negara luar.

Oleh karena itu, sebagaimana harapan kami dalam acara tanggapan fraksi-fraksi terhadap Rancangan Undang tentang Perubahan Undang-Undang Noma~. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang pada 3 September 2003 lalu, bahwa para anggota Dewan dan Pemerintah dalam membahas, mencermati, mengkritisi, dan merumuskan RUU ini seoptimal dan semaksimal mungkin telah menghindari adanya tekanan kepentingan pihak asing, sebaliknya lebih melihat kepentingan, kepribadian, harkat, dan martabat dalam negeri kita sebagai bangsa Indonesia yang berdaulat. Pembahasan terhadap RUU yang mengatur soal tindak pidana pencucian · uang ini lebih diletakan dalam kesadaran kita sebagai bangsa yang ingin dan bertekad untuk memberantas "penyakit sosial" bangsa kita, terutama korupsi! Dengan demikian, upaya kita untuk menyediakan instrumen hukum yang Jebih baik dalam mengatur ·tindak pidana pencucian uang tidak terlepas sebagai tekad kita dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan korupsi itu.

2

.

(19)

-•

Sebagai wujud dari upaya kita untuk membangun sistem pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab melalui pengelolaan negara kita dengan sekuat dan semaksimal mungkin mengantisipasi sejak awal adanya tindak pidana pencucian uang .(money laundering).

Kami juga menyakini, sebagaimana harapan kami dalam tanggapan RUU ini, . bahwa dalam rnemasukkan dan mengatur materi-materi dalam RUU ini kita lebih mengutamakan nilai-nilai, budaya, dan aspirasi masyarakat Indonesia dengan tidak mengesampingkan standar praktik internasional tentang tindak pidana pencucian uang. Nilai-nilai, budaya, dan aspirasi internasional dapat diadopsi dan diadaptasi oleh kita semua dalam RUU ini sepanjang tidak menyimpang dan bertentangan dengan jati diri bangsa kita. Kalau demikian halnya, kami berharap bahwa RUU ini pada implementasinya nanti dapat menjadi sarana tidak saja untuk mengantisipasi dan memberantas Tindak pidana pencucian uang (money laundering) lebih dari itu sebagai sarana untuk menunjukkan harkat, martabat, dan kedaulatan kita sebagai bangsa di mata dunia internasional sebagai bangsa yang berkomitmen terhadap penyelenggaraan negara yang bersih dan bertanggung jawab!

Pimpinan Rapat, dan Hadirin yang berbahagia,

Terhadap beberapa substansi dan materi yang telah disepakati dalam RUU tentang Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Penr.ucian Uang ijinkanlah Fraksi Kebangkitan Bangsa memberikan catatan-catatan sebagai berikut: Pertama, kami sangat menyetujui mengenai asas kriminalitas ganda (double

criminality) yang dianut dalam RUU ini sebagaimana dalam ketentuan bahwa, "Tindak pidana yang dilakukan di luar wilayah Negara Republik Indonesia dan tindak pidana tersebut juga merupakan tindak pidana menurut hukum Indonesia." Ketentuan ini akan menjadikan proses antisipasi dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang yang dilakukan oleh Indonesia maupun negara-negara lain semakin efektif. Namun perlu ditegaskan di sini, pemerintah Indonesia harus segera melakukan langkah-langkah koordinasi hukum terutama dalam bidang hukum pidana dengan negara-negara la.in sehingga pada praktik dan implementasi hukum di lapangan antara hukum Indonesia den~an hukum di negara lain tidak terjadi perbedaan-perbedaan pandangan dalam tindak pidana pencucian uang yang justru dapat menimbulkan polemik dan kontroversi penafsiran maupun penerapan hukumnya. Judi, misalnya, perbuatan itu di Indonesia sangat jelas diharamkan dan merupakan tindakan pidana. Namun tidaklah demikian di Australia. Di Negara Kanguru itu, judi adalah perbuatan yang dibolehkan dan bukan termasuk tindakan pidana menurut hukum positif di sana.

Kedua, adanya penghapusan pembatasan jumlah hasil tindak pidana sebesar Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau lebih atau nilai yang

(20)

setara yang diperoleh dari Tindak pidana, hemat kami, merupakan langkah maju dari RUU ini yang akan lebih antisipatif sekaligus efektif dalam pemberantasan Tindak pidana pencucian 11ang. Namun demikian perlu dicatat dan diperhatikan bahwa, untuk membenkan dan menjamin nilai keadilan hukum maka besar kecilnya hukuman yang harus diberikan dan dijatuhkan terhadap pelaku tindak pidana pencucian uang sudah semestinya harus tetap · disesuaikan dengan besar kecilnya nilai nominal dari hasil tindak pidana yang

diperoleh pela~,U tindak pidana tersebut;

Ketiga, ketentuan denda materiel yaitu paling sedikit Rp 100.000.000,00

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah) merupakan upaya pemberatan hukuman terhadap pelaku tindak pidana pencucian uang. Menurut kami, ketentuan ini pada penerapannya nanti juga harus dapat memberikan dan menjamin nilai keadilan hukum sebanding dengan hukum.an pidananya, yaitu pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahuh berdasarkan kadar dan tingkat berat rendahnya tindak pidana pencucian uang yang diperbuat pelaku;

Keempat, kami merespon positif terhadap pengaturan kewajiban bagi Penyedia Jasa Keuangan untuk menyampaikan laporan kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), jika menemukfln transaksi keuangan yang mencurigakan, dan/atau jika terjadi transaksi keuangan ya1 •.J dilakukan secara tunai, dengan nominal kumulatif Rp

500.000.00,00 (lima ratus juta rupiah) atau lebih atau mata uang asing yang nilainya setara, baik dilakukan dalam satu transaksi maupun beberapa kali ...; transaksi dalam 1 (satu) hari kerja.

Karena, hingga saat ini terjadi kecenderungan bahwa pihak Penyedia Jasa Keuangan (khususnya Bank) --atas dalih kerahasiaan bank-- sering kali menyembunyikan informasi atas terjadinya sebuah transaksi yang "mencurigakan". Kepentingan untuk mendapatkan masukan dana yang besar bagi lembaga keuangan, sering kali mengalahkan kepentingan untuk membangun pemerintahan yang bersih, transparan dan bertanggung jawab. Sehingga, menjadi tidak terlalu berlebihan, jika banyak kalangan menyatakan bahwa tingkat kepedulian pihak Penyedia Jasa Keuangan terhadap komitmen memberantas tindak pidana korupsi di Indonesia masih sangat minimfll. Namun demikian, perlu dicatat di sini bahwa ketentuan yang ideal ini, jangan sampai menjaui beban yang menyulitkan terhadap pihak-pihak yang karena melakukan transaksi diatas ketentuan minimal tersebut, harus menjalani sebuah proses yang sama dengan mereka sejak awaf memang ingin melakukan praktek money laundering. Padahal bisa jadi, uang tunai yang dimaksud, merupakan hasil transaksi yang secara normatif dan hukum sah dan wajar; ·

(21)

.•

r .

~~

L '· ..

·· '>\N l'c'T\VAK'LA'I "'<\'{ {\>:

UK lMJONE~;I\

Kelima, kami sang at · menyetujui adanya ketentuan dalam RUU ini yang mempersingkat jangka waktu penyampaian laporan Transaksi Keuangah Mencurigakan dari sebelumnya 14 (empat belas) hari kerja menjadi paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Penyedia Jasa Keuangan mengetahui adanya Transaksi Keuangan Mencurigakan. Hal ini dapat menguntungkan bagi upaya pelacakan secara lebih cepat harta kekayaan yang diduga berasal . dari hasil tindak pidana maupun pelacakan pelaku tindak pidana pencucian

uang itu sendiri.

Sebagaimana }<ita ketahui bersama bahwa seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka media transaksi keuanganpun semakin canggih. Saat ini seseorang bisa dengan cepat mentransfer atau memindah media transaksi keuangan dari Penyedia Jasa Keuangan satu ke Penyedia Jasa Keuangan lain. Begitupun dengan cepat dapat mengubah dan memindah jenis dan bentuk transaksi ke~angan dari jenis dan bentuk yang satu ke jenis dan bentuk yang lain. Oleh karena itu, ketentuan yang singkat tidak lebih dari 3 (tiga) hari kerja diharapkan dapat lebih efektif dan efisien untuk mendeteksi, melacak, menangkal sekaligus membongkar praktik tindak pidana pencucian uang yang terjadi;

Keenam, munculnya beberapa ketentuan yang memberikan jaminan perlindungan hukum terhadap saksi-pelapor tindak kejahatan pencucian uang di mana tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana atas pelaksanaan kewajiban pelaporannya, merupakan suatu langkah yang sangat tepat dan strategis. Karena dengan ketentuan ini akan mendorong tingkat partisipasi ma!.: ;arakat untuk terlibat secara langsung dalam penanggulangan tindak pidana money laundering.

Selama ini masyarakat selalu dihantui perasaan takut untuk melaporkan terjadinya tindak pidana money laundering. Hal ini dikarenakan biasanya pelaku dari bentuk kejahatan ini dilakukan oleh orang atau lembaga yang memiliki pengaruh "kekuasaan" atau "kekuatan" yang besar, yang bisa melakukan tindakan apapun terhadap pihak-pihak yang mencoba membongkar kejahatannya.

Oleh karena itu, bentuk kelembagaan perlindungan saksi-pelapor untuk kontek tindak pidana money laundering ini perlu segera dikof1kritkan, disamping penataan moralitas aparatur pelaksana hukum yang memiliki kewenangan untuk melakukannya untuk mengantisipasi dan menjaga penyimpangan tindak pidana pencucian uang justru dilakukan oleh oknum aparat hukum !\u sendiri;

Ketujuh, kami perlu menyoroti dan mencermati adanya ketentuan bahwa pengaturan kepegawaian, sistem penggajian, penghargaan, tunjangan jabatan, tunjangan hari tua, serta penghasilan lainnya bagi pejabat dan pegawai PPATK ditetapkan dengan Keputusan Presiden sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengaturan-pengaturan terhadap

5

(22)

•.

...

·-:;•,

hal-hal ini melalui Keppres harus dihindari betul agar jangan sampai dalam realitasnya kemudian PPATK sebagai lembaga independen yang dibentuk dalam rangka mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang akan bekerja secara diskriminatif apalagi mandul. Jangan sampai terjadi PPATK menjadi sangat tergantung kepada pihak eksekutif (Presiden) sehingga dalam menunaukan tugas dan kerjanya menjadi "kehilangan gigi" . untuk mengusut dan memberantas tindak pidana pencucian uang yang

dilakukan atau diduga dilakukan oleh elit eksekutif.

Oleh karena itu, kami berharap agar pengaturan-pengaturan atas hal-hal tadi meskipun dilakukan melalui Keppres harus secara transparan mungkin dapat diketahui oleh 7lasyarakat umum sebagai bentuk pengawasan publik. Dengan demikian, celah yang dapat dimanfaatkan oleh oknum eksekutif maupun pihak lainnya untuk "membungkam mulut" dan "menutup mata" kinerja PPATK dapat dihindari;

Kedelapan, kami· mengapresiasi adanya ketentuan kerjasama bantuan timbal balik di bidang hukum (mutual legal assistance) yang dipertegas. Ketentuan ini semakin baik untuk memberi landasan kerjasama bar.tuan timbal balik di bidang hukum antara Indonesia dengan negara-negara lain baik di tingkat bilateral, regional, maupun internasional.

Namun kami perlu memberikan catatan hendaknya pemerintah Indonesia sesegara mungkin mempersiapkan instrumen dan koordinasi hukum dengan negara-negara lain sehingga dalam praktik kerjasama bantuan timbal balik di bidang hukum tersebut dapat berjalan secara sejajar dengan tetap menjaga kepentingan nasional dan kedaluatan negara. Langkah ini juga penting untuk menghindari aJanya intervensi kepentingan politik terutama dari negara besar terhadap negara kita dalam merealisasikan kerjasama bantuan timbal balik di bidang hukum tersebut;

Kesembilan, kami perlu mencatat dan mengkritisi ketentuan bahwa dalam hal ada perkembangan konvensi internasional atau rekomendasi internasional di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, PPATK dapat melaksanakan ketentuan tersebut menurut UU ini dengan peraturan perundang-undangan. Kami berpendapat bahwa dalam melaksanakan ketentuan sebagai adanya perkembangan konvensi internasional atau rekomendasi internasional di bidang pencegah~m dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang hendaknya PPATK tidak menyimpang dari R. yang akan kita tetapkan dan sahkan menjadi UU-ini. Oleh karena itu, dalam hal melaksanakan ketentuan tadi, PPATK seharusnya tetap melakukan koordinasi dan konsultasi baik dengan pemerintah rn<j~.upun legislatif. Harapan ini tentu bukan dimaksudkan untuk memandulkan kinerja dan kreativitas PPATK yang dituntut untuk dapat dinamis seiring dengan perkembangan IPTEK, tetapi untuk menjaga terjadinya deviasi maupun distorsi kinerja PPATK dari UU yang tela·h mengaturnya. Di sisi lain, hal ini juga untuk mewujudkan adanya harmonisasi

(23)

kerja dengan lembaga·. lain sehingga akan terwujud efektivitas dan efisiensi kinerja PPATK dalam mengatasi d~n menanggulangi tindak pidana pencuciati

uang.

-Saudara Pimpinan Rapat, -Saudara Menteri Kehakiman dan HAM,

Saudara-saudara Anggota Dewan dan Hadirin yang kami muliakan, .

.

.

Demikianlah Pendapat Akhir Fraksi Kebangkitan Bangsa :atas Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2062

tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.

-

.

Selanjutnya, Fraksi Kebangkitan Bangsa menyatakan persetujuannya agar Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan

Undang-U~dang

Nomor 15 Tahun

2002

t~ntang Tindak Pidana Pencucian Uang ini ditetapkan dan disahkan menjadi Undang-Undang. Katrli berharap UU ; ini kelak dapat menjadi sarana yang lebih baik bagi upaya bersama dalam mengantisipasi dan memberantas tindak pidana pencucian uang di tanah air Indonesia· -tercinta khususnya dan ·di dunia internasional pada umumnya.

Akhirnya atas perhatian Saudara Pimpinan Rapat, Sauda,ra para Anggota Dewan, Saudara Menteri Kehakiman dan HAM yang me0akili Pemerintah beserta staf, para Rekan Wartawan serta Hadirin kami :ucapkan banyak terimakasih. Tidak lupa .kepada seluruh anggota Panja Komisi II yang telah membahas RUU ini kami sampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya. Semoga Allah SWT me~berikan ridlo-Nya, atas apa yang telah kita ikhtiark~:m

bersama ini. Amien.

.

-Wal/ahu/ Muwaffiq 1/aa.Aqwamith Thorieq

Wassalamu'alaikum Warahmatul/ahi Wabarakatuh.

~···

Jakarta, 12: September 2003

PIMPINAN

F

KSI 'KEBANGKITAN BANGSA

DPR

RI

Drs. H .. Amin Said Husni

Ketua

-' -'

ah

• I'

(24)

'

.

PENDAPAT AKHIR FR.l\KSI REFORMASI TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

16 September 2003

Dibacakan oleh : H. Mutammimul 'Uia, SH Nomor Anggota : A-272

(25)

;

FRAKSI REFORMASI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Gedung Nusantara I Lantai 20 Ruang 2009, Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan- Jakarta 10270

Telp. (021) 5755810,5755812 Faks. (021) 5755811,5755800 e-mail: freformasi@dpr.go.id

PENDAPAT AKHIR FRAKSI REFORMASI DPR Rl

TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Dibacakan oleh: H. Mutammimul Ula, SH. Nomor Anggota : A-272

Bismilahirrahmanirrahiim

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji yang tidak pernah putus-putusnya kita persembahkan ke hadlirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Bijaksana dan Maha Adil. Marilah kita mohon kehadirat-Nya agar kita senantiasa diberi petunjuk dan kekuatan dalam mengemban tugas-tugas legis Iatif yang semakin hari semakin berat.

Pimpinan Sidang, Para Anggota Dewan dan Menteri Kehakiman dan HAM yang kami hormati,

Sistem keuangan global saat ini sudah semakin terintegrasi. Akibat kemajuan teknologi informasi, telah membuka peluang dalam sistem keuangan global tersebut bagi masuknya kejahatan internasional melalui melalui transaksi keuangan. Satu diantaranya adalah maraknya praktik pencucian uang (money laundering). Praktik pencucian uang ini dilakukan secara sistematis, teroganisir secara canggih dan berskala internasional maupun yang berskala lokal dengan cara yang sederhana. Akumulasi dana yang dapat dihisap dari kegiatan pencucian uang ini cukup mencengangkan,

(26)

;

hanya saja karena sifat kegiatannya yang tersamar dan tidak tercermin dalam angka statistik, menyebabkan sulit untuk mendeteksi jumlah pastinya.

Jumlah tindak pidana pencucian uang dari tahun ke tahun yang dilakukan di Indonesia diperkirakan semakin membesar karena Indonesia dikenal sebagai salah satu negara frkorup di dunia karenanya peredaran uang illegal sangat besar, dengan kata lain dapat diduga peredaran uang haram (illegal) di negeri kita sangat besar.

Pimpinan Sidang, Para Anggota Dewan dan Menteri Kehakiman dan HAM yang kami hormati,

Sebelum kami menyampaikan persetujuan, perkenankanlah kami menyampaikan beberapa catatan terhadap Rancangan Undang-undang terhadap Perubahan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, berikut ini :

Pertama, Urgensi Perubahan Undang-undang No.15 Tahun 2002 dan penyesuaian terhadap standar internasional

Perubahan Undang-undang No.15 tahun 2002 pada dasarnya mempunyai arti penting untuk memberikan pengaturan secara komprehensif dan rinci dalam pemberantasan tindak pidana pencucian uang. Kami menyadari, bahwa Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang yang disahkan oleh DPR setahun yang lalu memiliki beberapa kelemahan dan belum memenuhi standar internasional.

Komitmen dan kesadaran inilah, yang mendorong Fraksi Reformasi untuk secepatnya membahas dan menyelesaikan Rancangan Undang-undang tentang Perubahan UU No.15 Tahun 2002 disesuaikan dengan perkembangan hukum pidana tentang pencucian uang dan standar internasional.

Alhamdullilah beberapa hal penting telah disepakati untuk disesuaikan dengan standar praktik internasional.

2

(27)

:

Kedua, hal-hal yang perlu diketahui oleh masyarakat

Secara garis besar beberapa hal penting yang perlu diketahui oleh masyarakat adalah:

1. Batas minimal jumlah hasil tindak pidana

Salah satu kelemahan yang cukup mendasar dalam UU No.15 Tahun 2002 adalah batasan "hasil tindak pidana" (proceed of crime) minimal Rp 500 juta. Batasan ini selain tidak lazim juga terdapat celah yang dapat dimanfaatkan bagi para pencuci uang untuk memecah-mecah hasil kejahatannya dalam jumlah yang lebih kecil.

Dalam rancangan Undang-undang ini, pembatasan jumlah hasil tindak pidana Rp.500 juta atau lebih, atau nilai yang setara yang diperoleh dari tindak pidana dihapus. Penghapusan batas minimal ini didasarkan pada prinsip yang berlaku umum bahwa untuk menentukan suatu perbuatan yang dapat dipidana tidak tergantung pada besar atau kecilnya hasil tindak pidana. Fraksi Reformasi menyambut baik penghapusan batasan minimal hasil tindak pidana pencucian uang sebagaimana dimaksud pada Pasaf 9 Rancangan Undang-undang terhadap Perubahan UU No.15 Tahun 2002.

2. Wajib lapor transaksi keuangan mencurigakan

Dalam RUU ini disebutkan transaksi keuangan yang mencurigakan adalah transaksi yang menyimpang dari profit, karakteristik, atau kebiasaan pola transaksi dari nasabah yang bersangkutan.

Masalah transaksi yang mencurigakan yang dalam hal ini tidak ditandai dengan jumlah tertentu tetapi dengan karakter tertentu keluar dari kelaziman. Termasuk dalam ketegori ini adalah transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai dalam jumlah kumulatif sebesar Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau lebih atau mata uang asing yang nilainya setara, baik dilakukan dalam satu kali transaksi maupun beberapa kali transaksi dalam 1 (satu) hari kerja.

. ..

"_;---;---Oieh karena itu, Penyedia Jasa Keuangan wajib melaporkan transaksi tersebut kepada PPATK sesegera mungkin tidak lebih dari 3 (tiga)

(28)

hari kerja setelah Penyedia Jasa Keuangan mengetahui adanya unsur Transaksi Keuangan Mencurigakan.

3. Wajib lapor bagi orang yang masuk maupun keluar Indonesia

Pada Pasal 16 disebutkan bahwa, "setiap orang yang membawa uang

tunai berupa rupiah sejum/ah Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau lebih, atau mata uang asing yang nilainya setara dengan itu ke dalam atau ke luar Wi/ayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, harus melaporkan Kepada Direktorat Jenderal Be

a

dan Cukat.

Dengan ketentuan ini diharapkan akan mudah diidentifikasi sumber-sumber keuangan dari luar negeri atau uang yang disalurkan ke luar negeri.

Ketiga, kesungguhan Pemerintah memberantas pencucian uang

Kesungguhan pemerintah dalam memberantas pencucian uang tidak sebatas hanya membuat Undang-undang tentang Pencucian Uang. Akan tetapi, harus lebih memfokuskan pemberantasan tindak pidana yang menjadi sumber peredaran uang haram (illegal) meliputi sebagaimana disebut pada

t Pasal 2 amandemen UU No.15 tahun 2002, yaitu harta kekayaan yang

diperoleh dari tindak pidana korupsi, penyuapan, penyelundupan barang, penyelundupan tenaga kerja, penyelundupan imigran, di bidang perbankan, di bidang pasar modal dan di bidang asuransi, narkotika, psikotropika, perdagangan manusia, perdagangan gelap, penculikan, serta terorisme. Kategori yang lain dimasukkan dalam Pasal 2 meliputi pencurian, penggelapan, penipuan, pemalsuan uang, perjudian, prostitusi, di bidang perpajakan, di bidang kehutanan, dibidang lingkungan hidup, di bidang kelautan serta tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara empat tahun atau lebih.

Kejahatan-kejahatan inilah yang selama ini menghancurkan dan membangkrutkan ekonomi bangsa khususnya keuangan negara (APBN) dan faktanya sampai hari ini upaya pemberantasan terhadap kejahatan tersebut -beJ:.iglan bagai "sipu ' di malam hari.

; ' ··:.

(29)

::

Jika pemberantasan terhadap berbagai kejahatan tersebut tidak ada perubahan yang "revolusioner" maka upaya pemberantasan pencucian uang tidak punya arti apa-apa, ibarat penderita gagal ginjal meskipun harus melakukan cuci darah setiap waktu tetapi hal itu hanya upaya sia-sia, sekedar menunda kematian

Keempat, mewaspadai kegiatan lain sebagai sarana pencucian uang Fraksi Reformasi perlu mengingatkan pada kita semua, untuk mewaspadai kegiatan pemilu dengan segala rangkaiannya sebagai modus pencucian uang. Melalui kampanye atau kegiatan lainnya, jangan sampai menjadi sarana penyaluran uang yang patut diduga dihasilkan dari kejahatan-kejahatan yang menjadi sumber uang illegal tersebut sebagaimana dimaksud dalam pencucian uang

Saudara Pimpinan Sidang, Para Anggota Dewan dan Saudara Menteri Kehakiman dan HAM yang kami hormati,

Demikianlah pendapat akhir Fraksi Reformasi terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, dan dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim Fraksi Reformasi menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang untuk disahkan menjadi Undang-undang.

Atas segala perhatiar:mya kami sampaikan banyak terimakasih. Billahit taufiq wal hidayah.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 16 September 2003 PIMPINAN FRAKSI REFORMASI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

.,.~:r.:r~~ Sekretaris, A~, -4 !;~' fif.fo,-,~:"\.

!

l;c~

...

~;:::::.:.·.(~~~

.

-1 .'

1'

:· ': . '.

.,

I

\ :!:, ~.,~. ·~· .· )

r

J. \ , <\ .

'

); , • ' " ' I ), ~ - . ' ; ; \.~.'. ,:" ... :'~ ... ~.... ...-"'' :'t: ')~ . -;. '\<·~".-.. :.;~;~;.M. Wahyudi In rajaya . ... . . .. --:~~

---Cecep Rukmana ,' .. ·

(30)

:

DEWAN PERWAKJLAN RAKYAT RI FRAKSI TNI!POl ,RI

PENDAPAT AKHIR

FRAKSI TNI/POLRI

TERHADAP

·RANCANGANUNDAN~UNDANGTENTANGPERUBAHAN

ATAS

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002

TENTANG

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

.MAY JEN TNI DRS. DJASRI MARIN.SH NOMOR ANGGOTA: A- 467

(31)

DE \VAN PERW AKILAN RAKYAT RI FRAKSI TNIIPOLRI

PENDAPAT AKHIR FRAKSI TNI/POLRI

TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENT ANG PERUBAHAN

ATAS

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002

TENTANG

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Assalamu~alaikum

Wr. Wb.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Yth. Saudara Pirnpinan Sidang.

Yth. Saudara Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia.

Yth. Anggota Dewan dan hadirin yang berbahagia.

Pt~ji

syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa atas segala limpahan rakhmat dan karunia-Nya, kita

dapat hadir mengikuti Rapat Paripurna Dewan sekarang

ini,

dalam rangka pengambilan keputusan terhadap Rancangan

Undang-undang tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor

15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.

Penyelewengan yang telah merugikan keuangan masyarakat

dan negara, dengan mudah uang tersebut disimpan di berbagai

Bank a tau

J

as a Keuangan yang ada di Indonesia. Perbuatan

tersebut sangat meresahkan dan aparat tidak dapat bertindak,

karena aturan atau undang-undang sebagai landasan bertindak

belum ada, maka kebutuhan akan undang-undang yang mengatur

tentang Tindak Pidana Pencucian Uang merupakan kebutuhan

yang sangat mendesak. Indonesia dianggap sebagai surga tempat

pencucian uang di mata masyarakat internasional.

1

(32)

Ketnudian dibentuklah Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002

tentang Tindak Pidana Pencucian Uang yang mulai berlaku pada

tanggal

17

April 2002. Namun dalam kenyataan dan

perjalanannya Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 belum

tnenampw1g sclunth aspirasi n1asyarakat. Kenyataannya belum

d_apat diberlakukan secara sempurna, tennasuk Pusat Pelaporan

dan Analisis Transaksi Keuangan banyak mengalami hambatan

dalam pelaksanaan tugasnya.

Tidak dapat kita pungkiri dalam pergaulan intemasional,

situasi perekonomian dunia yang semakin menyatu dan

meningkatnya interdependensi global, menyebabkan sistem

perekonomian Indonesia menj adi semakin terbuka dan rentan

terhadap pengaruh lingkungan baik yang positif maupun yang

negatif. Maka dari itu Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002

tidak luput dari perhatian dunia intemasional, khususnya

dari

lembaga Financial Action Task Force on Money Laundering

(FA TF) dan letnbaga ini telah menempatkan Indonesia sebagai

negara yang tidak Kooperatif (Non Cooperative Countries and

Territories) bersama beberapa negara lainnya di dunia, walaupun

tidak dikenakan sanksi yang lebih keras.

Alasan ditnasukkan Indonesia ke dalam daftar negara yang tidak

kooperatif, karena banyak kelemahan di dalam Undang-undang

Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang

diantaranya :

Satu

· Batasan Tindak Pidana Pencucian Uang adalah Rp.

5 00 juta dan hal ini dianggap tidak efektif.

Dua

Tidak ada larangan bagi Penyedia Jasa Keuangan

untuk memberitahukan nasabahnya tentang laporan

Transaksi keuangan mencurigakan yang terkait dengan

nasabah tersebut.

(33)

Tiga

Empat

Transaksi mcncurigakan masih didefinisikan secara

sempit, karena tidak mencakup transaksi keuangan

yang dilakukan atau percobaan melakukan transaksi

keuangan dengan menggunakan dana yang diduga dari

hasil tindak pidana.

Jangka waktu kewajiban penyampaian laporan

Transaksi Keuangan Mencurigakan oleh Penyedia Jasa

Keuangan selama

14

hari dinilai terlalu lama.

Lima

Perlu adanya bantuan hukum timbal balik masalah

Tindak Pidana Pencucian Uang (Mutual Legal

Assistance).

Dari uraian di atas memang diperlukan tekad dan kemauan

politik kita untuk menampung issue yang berkembang dalam

masyarakat, baik nasional maupun

intemasional dalam

n1etnbatasi ruang gerak pelaku pencucian uang hasil tindak pidana

yang dilakukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia

maupun yang melintasi batas wilayah negara.

Kiranya kita sepakat untuk melakukan hal itu semuanya,

disamping merupakan perwujudan sikap kooperatif bangsa

Indonesia kepada dunia intemasional.

Pimpinan Sidang dan hadirin yang kami hormati.

Mengacu pada uraian tersebut

di

atas, Fraksi TNI/Polri

dengan ini menyatakan :

"J)apat menerinta dan menyetujui Rancangan

Undang-undang tentang Perubahan alas Undang-Undang-undang Nomor 15

Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang,

disahkan menjadi undang-undang".

(34)

Sehubungan dengan pernyataan kami

tersebut di atas

perkenankanlah kan1i menyampaikan harapan bahwa

undang-undang ini segera disosialisasikan kepada masyarakat, terutama

kepada Penyedia Jasa Keuangan, dengan tujuan undang-undang

ini dapat mencegah dan menjaring pelaku Tindak Pidana

P~ncucian

Uang, tetapi tidak membuat ketakutan para nasabah

dan Penyelenggara J as a Keuangan yang dapat berakibat membuat

kegamangan dan tnengganggu kestabilan ekonomi Indonesia.

Fraksi TNI/Polri mengharapkan pula, agar kewenangan yang

diberikan kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Keuangan (PP A TK) yang cukup luas tidak disalahgunakan untuk

mencari keuntungan pribadi atau kelompok, justru diharapkan

dapat melindm1gi kepentingan Indonesia dengan seluruh

'varganya.

Disatnping itu penerapan sanksi terhadap pejabat/pegawai

PP A TK dan aparat lain yang berhubungan dengan pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang ini betul-betul dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan. Dengan demikian seluruh aparat yang

terkait dengan tmdang-undang ini diharapkan dapat bekerja

dengan jujur, bertanggung j awab, dapat melindungi kepentingan

n1asyarakat Indonesia

di

dalam berpartisipasi sebagai bangsa

yang terhormat di tengah-tengah kiprah pergaulan intemasional.

Pimpinan Sidang dan hadirin yang kami hormati.

Sebelun1 mengakhiri Pendapat Akhir ini, Fraksi TNI/Polri

tnenyampaikan ucapan terima kasih kepada saudara Menteri

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia beserta staf jajarannya dan

kepada rekan-rekan dari setnua Fraksi atas kerja sama yang telah

ditunjukan, sehingga proses pembahasan Rancangan

Undang-undang tentang Pen1bahan atas Undang-Undang-undang Nomor 15 Tahun

2002

tentang Tindak Pidana Pencucian Uang ini dapat

diselesaikan dengan muatan yang disepakati semua pihak

(35)

It

\valaupwl da1atn pelaksanaan pcmbahasan timbul perdebatan

yang sengit namun dengan semangat musyawarah yang telah

ditunjukan untuk mengatasi berbagai perbedaan pendapat yang

terj adi akibat keinginan memberikan yang terbaik dalam

pembahasan ntateri undang-tmdang ini, dapat terns dibina sebagai

4asar dari setiap pelaksanaan tugas legislasi berikutnya.

Kami meyampaikan terima kasih pula kepada semua pihak

yang telah tnendukung kelancaran

j

alannya pembahasan, serta

kepada pihak-pihak yang telah men1beri masukan yang berharga

melalui Fraksi TNI/Polri.

Demikianlah Pendapat Akhir Fraksi TNI/Polri, semoga

Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melimpahkan rakbmat dan

nikmat-Nya kepada kita semuanya.

Sekian dan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr, Wb.

Jakarta,

September 2003

A.n Fraksi TNIJPolri DPR-RI

Juru

Bicara,

Drs. DJASRI MARIN,SH

A-467

(36)

.r

FRAKSI PARTAI BULAN BINTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Gedung DPR Rl Lt. 21 Jl. Jend. Gatot Subroto- Jakarta 10270

Telp.5755858,5755899,5755900 Fax.5755859

e-mail : fpbb@dpr.go.id

PENDAPAT AKHIR

FRAKSI PART AI BULAN BINTANG

ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG

PERUBAHAN UNDANG-UNDANG N0.15 TAHUN 2002

TENTANG

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Disampaikan oleh :

HAMDAN ZOELV A, SH

Anggota No.A-265

Pad a

RAP AT PARIPURNA

DEW AN PERW AKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Jakarta, 16 September 2003

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini memiliki tujuan mendeskripsikan potensi yang dimiliki Kabupaten Rokan Hulu, yang mampu mendukung dalam pengembangan ekowisata, serta upaya yang dilakukan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi dengan media laboratorium riil lebih baik dibandingkan penggunaan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pada titik pertama dan titik kedua lokasi penelitian didalam TPA Jatibarang didapatkan hasil

Pemasaran atau juga promosi dalam dunia pendidikan ini, tak akan lepas dari Masyarakat, bayangkan jika sebuah perusahaan maupun madrasah tetapi tidak didukung

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah keragaan hibrida hasil persilangan intraspesifik 4 populasi ikan nila ( Red NIFI, NIRWANA, Merah lido, dan BEST,) secara

Sekolah tinggi ini kemudian berubah menjadi University Islam Indonesia (Universitas Islam Indonesia) dengan beberapa fakultas, yaitu: Fakultas Agama, Fakultas

Mengingat banyaknya kebutuhan yang diperlukan oleh keluarga dan anggota-anggotanya, maka dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang merupakan kebutuhan

Karakteristik utama dari pengasuhan anak di Jepang antara lain, (1) besarnya peran ibu, (2) ayah tidak terlalu banyak terlibat dalam pengasuhan anak, (3)