• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. diselenggarakan di jalan raya yang termasuk fasilitas umum.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. diselenggarakan di jalan raya yang termasuk fasilitas umum."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara hukum sehingga segala perbuatan atau tindakan di negeri ini senantiasa berlandaskan hukum. Begitu juga berkaitan tentang kehidupan berlalu lintas harus berdasarkan atas hukum yang berlaku di negara ini. Sebagai negara hukum Indonesia telah mengeluarkan peraturan hukum yang mengatur hukum lalu lintas, yang di dalamnya terdapat ketentuan larangan melakukan balapan liar, yaitu di dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Balapan liar adalah suatu ajang beradu kecepatan kendaraan, khususnya kendaraan bermotor, dimana balap motor ini dilakukan tanpa izin resmi dan diselenggarakan di jalan raya yang termasuk fasilitas umum.1 Biasanya kegiatan balapan liar ini dilakukan pada tengah malam sampai menjelang pagi saat suasana jalan raya sudah mulai lenggang. Penyimpangan perilaku ini umumnya dilakukan oleh sekelompok anggota masyarakat yang berusia muda, kondisi kejiwaan mereka belum stabil dan dengan mudah mendapat pengaruh dari pergaulan. I.S. Susanto,2 menggambarkan bahwa penyimpangan yang mengarah ke tindakan kriminal dibentuk oleh peran serta masyarakat itu sendiri.

1 http//id.wikepidia.org/wiki/balap_motor, Rabu 21 Januari 2016, 20.12 WIB

2 I. S. Susanto, Statistik Kriminal Sebagai Konstruksi Sosial, Gentha Publishing, Yogyakarta, 2011, hlm. 2

(2)

Balap mobil liar di kawasan Jalan Soekarno-Hatta Kota Malang sudah berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu, sekitar tahun 2000. Banyak hal yang menjadi faktor adanya balap mobil liar yang akhirnya merambah ke dunia perjudian dengan nilai hingga puluhan juta. Balap mobil liar yang berbarengan dengan adanya perjudian itu banyak membuat resah masyarakat. Bukan hanya itu, karena berlabel liar, risiko-risiko terjadinya kecelakaan hingga menimbulkan korban jiwa cukup besar. Para pelaku balap sendiri beralasan, jika dalam hal ini Pemkot Malang bisa mengakomodasi gelaran event yang mereka ajukan, mungkin saja balap mobil liar kawasan Soekarno-Hatta bisa saja menjadi episode akhir dalam gelaran balap mobil liar dan berlanjut episode gelaran event resmi. Tak hanya itu, aliran-aliran dan perputaran uang judi bahkan bisa saja hilang, meskipun hal itu sulit untuk hilang sepenuhnya. Melihat potret Kota Malang dengan banyaknya komunitas otomotif serta talenta berpotensi dalam balap mobil, belum banyak wadah bagi mereka. Sehingga dalam mengekspresikan diri, mereka yang haus akan kompetisi menjadikan balap liar sebagai pelampiasan.3

Kawasan Jalan Soekarno Hatta yang sepi dari padat lalu lintas kendaraan seketika selalu berubah menjadi sebuah sirkuit balap mobil oleh anak-anak dari klub mobil di Kota Malang khususnya pada hari minggu dini hari. Meskipun saat itu masih terdapat satu dua kendaraan yang lewat, namun tak menyurutkan niat untuk digelarnya balapan liar, meski mereka sendiri juga

3 Anggara Sudiongko, 24 Oktober 2017, Butuh Ajang Resmi biar Balap Liar dan Perjudian Hilang, http://www.malangtimes.com/baca/21994/20171024/161829/butuh-ajang-resmi-biar-balap-liar-dan-perjudian-hilang/

(3)

mengetahui bisa membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Para anak muda tersebut berkumpul untuk melakukan pertandingan mobil dengan pertaruhan uang yang tak tanggung- tanggung dengan nilai sampai puluhan juta. Tetapi mulai tahun 2013 sampai sekarang, taruhan pada balapan sudah sedikit berkurang karena memang setelah ada pantauan dari pihak berwenang, yang ditambah lagi dengan menurunnya jumlah peminat balap liar yang beralih mengikuti kompetisi resmi. Sistem taruhannya ada yang patungan maupun individu. Kalau ada klub maka taruhannya terkadang patungan, dan taruhan maksimal Rp 20 juta.4

Klub mobil yang sering mengikuti balap liar di Kota Malang ini juga cukup banyak, di antaranya seperti klub inisial I, AN, dan ada yang klub milik ISP. Semalam dalam satu pertandingan, bisa sampai 10 mobil yang mengikuti balap liar di Soekarno Hatta. Start-nya mulai dari kawasan sekitar Dapoer Kota, sampai depan Happy Puppy, jarak tempuhnya sekitar 200 meter dengan sistem drag sekali jalan. Jenis mobil juga berbagai jenis mobil, mulai dari Estilo, Mitshubisi Galant, Honda Jazz, Pick UP Granmax yang memang sudah di-built-up menjadi mobil balap. Dari segi profesi, karena memang balap liar ini merupakan hal yang cukup mahal dan membutuhkan budget besar, memang untuk mereka yang berprofesi mahasiswa sangat jarang. Mereka rata-rata adalah para pekerja maupun para pemilik bengkel.5

4 Anggaran Sudiongko, 23 Oktober 2017, Balap Liar Suhat, Bertaruh Nyawa dengan Taruhan Uang

Puluhan Juta, http://www.malangtimes.com/baca/21967/20171023/143212/balap-liar-suhat-bertaruh-nyawa-dengan-taruhan-uang-puluhan-juta/

(4)

Dalam balapan ada sisi lain dari sekadar uang yakni mencari ketenaran. Jadi ambisi untuk juara juga dilatari dengan gengsi yang ingin diraih untuk menaikan pamor klub atau bengkel. Ketika dalam pertandingan satu mobil garapan bengkel tersebut menang, jelas akan menaikkan nama teknisi dan nama bengkel. Selain bengkel dan juga klub yang terangkat, nama joki balap pun juga bisa terangkat manakala bisa menjuarai satu pertandingan balap. Dengan namanya menjadi tenar, sang joki bisa saja mendapat tawaran booking-an untuk membawakbooking-an satu kendarabooking-an sebuah klub ybooking-ang tentunya dengbooking-an honor yang lumayan.6

Balap liar, jika dilihat berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, sebelum diganti dengan undang-undang yang baru, yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, walaupun praktik balap mobil liar ini tidak diuraikan secara terperinci dan tertulis, tapi praktik balap mobil liar merupakan bentuk dari pelanggaran lalu lintas dan pelanggaran terhadap hukum, namun belum diatur sebagai pelanggaran hukum.

Larangan tentang balap liar diatur dalam Pasal 115 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang berbunyi:

6 Anggaran Sudiongko, 23 Oktober 2017, Tak Sekadar Mengejar Uang Hasil Judi, Balap Liar Juga

Ajang Adu Gengsi,

(5)

Pengemudi kendaraan bermotor di jalan dilarang:

a. mengemudikan kendaraan melebihi batas kecepatan paling tinggi yang diperbolehkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21; dan/atau

b. berbalapan dengan kendaran bermotor lain.

Pasal 115 tersebut melarang setiap pengemudi kendaraan bermotor di jalan untuk mengemudikan kendaraan melebihi batas kecepatan paling tinggi yang diperbolehkan, dan/atau berbalapan dengan kendaraan bermotor lainnya. Menurut Pasal 23 Peraturan Pemerintah (PP) No. 79 Tahun 2013 Tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menunjukkan bahwa batas kecepatan ditetapkan: a) paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam dalam kondisi arus bebas dan paling tinggi 100 (seratus) kilometer per jam untuk jalan bebas hambatan (tol); b) paling tinggi 80 (delapan puluh) kilometer per jam untuk jalan antarkota; c) paling tinggi 50 (lima puluh) kilometer per jam untuk kawasan perkotaan; dan d) paling tinggi 30 (tiga puluh) kilometer per jam untuk kawasan permukiman. Jalan Soekarno-Hatta (Soehat) Kota Malang yang sering dijadikan ajang balap mobil liar bisa dibilang termasuk kawasan perkotaan, sehingga kecepatan kendaraan bermotor semestinya paling tinggi 50 km/jam. Para pelaku balap mobil liar di lokasi tersebut dapat dipastikan memacu mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi (berbalapan dengan mobil lain) di atas 50 km/jam.

Selain itu, beberapa pelanggaran yang dapat dikenakan kepada pelaku balap mobil liar dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, di antaranya Pasal 57 angka (1) dan (3) terkait dengan kelengkapan kendaraan bermotor roda empat, Pasal 106 angka (4)

(6)

terkait dengan kepatuhan rambu lalu lintas dan alat pemberi isyarat lalu lintas (lampu lalu lintas), Pasal 311 ayat (1) tentang kesengajaan mengemudikan kendaraan bermotor dengan cara atau keadaan yang membahayakan bagi nyawa.

Dampak dari adanya aktivitas balap mobil liar tersebut adalah masyarakat pengguna jalan lainnya menjadi takut untuk melintas di jalan yang dijadikan ajang balap liar tersebut. Keadaan atau peristiwa yang terjadi tersebut telah merupakan perbuatan yang mengganggu maupun telah meresahkan kehidupan masyarakat di samping juga melanggar ketentuan perundang-undangan. Oleh karena itu, sebagaimana disebutkan pada Pasal 19 ayat 2 Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol.: Kep/54/X/2002 tentang Organisisi dan Tata Kerja Satuan-Satuan Organisasi, bahwa pada tingkat Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah, maka Kepolisian atau Polisi ataupun Satlantas adalah bertugas menyelenggarakan/membina fungsi lalu lintas kepolisian yang meliputi penjagaan, peraturan, pengawalan dan patroli, pendidikan masyarakat, dan rekayasa lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi/kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum dalam bidang lalu lintas, guna memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.

Dalam hal penindakan terhadap pelanggaran ketertiban lalu lintas, khususnya praktik balap mobil liar, seorang Polisi khususnya Polisi Lalu Lintas harus bersikap tegas dan tidak pandang bulu. Bersikap tegas maksudnya siapa saja yang diduga telah melanggar ketertiban lalu lintas atau melakukan praktik

(7)

balap mobil liar harus segera ditindak sesuai dengan prosedur penindakan yang telah ditetapkan. Selanjutnya tidak pandang bulu, maksudnya siapa saja yang telah melanggar ketertiban lalu lintas atau melakukan praktik balap mobil liar, walaupun ternyata memiliki hubungan kekerabatan dengan pihak kepolisian ataupun seorang pejabat instansi tertentu, harus tetap diberi sanksi atas perbuatan yang telah dilakukan. Hal ini berguna untuk menjaga nama baik Kepolisian khususnya Polisi Lalu Lintas sebagaimana disebutkan dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Sebenarnya dalam paragraf 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 267 menyebutkan tentang tata cara penindakan pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan,

sebagai berikut:

1. Setiap pelanggaran di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang diperiksa menurut acara pemeriksaan cepat dapat dikenai pidana denda berdasarkan penetapan pengadilan.

2. Acara pemeriksaan cepat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan tanpa kehadiran pelanggar.

3. Pelanggar yang tidak dapat hadir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat menitipkan denda kepada bank yang ditunjuk oleh Pemerintah.

4. Jumlah denda yang dititipkan kepada bank sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebesar denda maksimal yang dikenakan untuk setiap pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

5. Bukti penitipan uang denda wajib dilampirkan dalam berkas bukti pelanggaran.

Namun, meski peraturan perundang-undangan telah diadakan, namun aksi balap mobil liar, khususnya di Jalan Soekarno-Hatta Kota Malang masih tetap ada. Ironisnya, seakan-akan penegakan hukum melalui

(8)

perundang-undangan yang ada dan aparat hukum melalui Kepolisian khususnya upaya dari Polisi Lalu Lintas tidak mempan.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Terhadap Pelanggaran Lalu Lintas Dalam Aktivitas Balap Mobil Liar di Kota Malang”.

B. Rumusan masalah

Dari penjelasan latar belakang di atas, permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya aktivitas balap mobil liar di Kota Malang?

2. Pelanggaran apa saja yang dilakukan oleh para pelaku aktivitas balap mobil liar di Kota Malang?

3. Bagaimana upaya Sat Lantas Polres Malang Kota dalam menanggulangi pelanggaran lalu lintas dalam aktivitas balap mobil liar di Kota Malang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah maka tujuan dilakukannya penulisan hukum ini adalah:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya balap mobil liar di Kota Malang.

2. Untuk mengetahui pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh para pelaku aktivitas balap mobil liar di Kota Malang.

(9)

3. Untuk mengetahui upaya Sat Lantas Polres Malang Kota dalam menanggulangi pelanggaran lalu lintas dalam aktivitas balap mobil liar di Kota Malang.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat atas dilakukannya penulisan ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangsih pemikiran dalam studi tentang tinjauan yuridis sosiologis terhadap pelanggaran dalam balap mobil liar di Kota Malang. b. Sebagai referensi dalam pengembangan ilmu hukum khususnya mengenai

aspek yuridis dan sosiologis atas upaya penanggulangan pelanggaran dalam balap motor liar di Kota Malang dan dapat menjadi acuan untuk penelitian berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan kontribusi positif dalam rangka penertiban balap mobil liar oleh Sat Lantas Polres Malang Kota di wilayah hukum Kota Malang guna meminimalisir keresahan masyarakat atas pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku balap mobil liar di jalan umum.

b. Penulis dapat mengaplikasikan ilmu hukum yang diperoleh di bangku kuliah di lapangan, khususnya tentang pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku balap mobil liar di jalanan.

(10)

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan hukum ini menggunakan metode penelitian yang sesuai untuk memperoleh data-data atau bahan-bahan sehingga akan mempermudah analisa dan pengambilan sebuah kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.

1. Metode Pendekatan

Penulis menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis. Pada penelitian hukum yang sosiologis, hukum di konsepkan sebagai pranata sosial yang secara riil dikaitkan dengan variabel-variabel sosial yang lain.7 Kegunaan penelitian hukum sosiologis adalah untuk mengetahui bagaimana hukum itu dilaksanakan termasuk proses penegakan hukum (law enforcement).8 Variabel sosial yang diteliti adalah balapan liar dan proses penegakan hukum terhadap kegiatan tersebut.

2. Lokasi Penelitian

Dalam penulisan hukum ini penulis memilih lokasi penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan dalam membantu penulisan hukum ini, yaitu: Sat Lantas Polres Malang Kota. Pemilihan lokasi ini dikarenakan ditemukan peristiwa balap mobil liar yang marak terjadi di jalan umum, salah satunya di Jalan Soekarno-Hatta Kota Malang yang merupakan wilayah hukum Sat Lantas Polres Malang Kota.

3. Jenis dan Sumber Data

Dalam penulisan hukum ini penulis memerlukan 2 (dua) jenis data yang meliputi:

7 Amiruddin dan Zainal Asikin, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 133.

(11)

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian yang berfungsi sebagai data utama, yaitu bentuknya hasil wawancara peneliti dengan pihak Sat Lantas Polres Malang Kota dan pelaku balap mobil liar, dokumen-dokumen tertulis dari tempat penelitian. BAP juga termasuk data primer karena di peroleh dari sumbernya langsung. b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan pustaka dan dokumentasi. Data sekunder bisa bersumber atau di peroleh dari buku-buku ilmiah (teori yang relevan), hasil penelitian sebelumnya, jurnal-jurnal ilmiah dan website resmi (berijin)

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan hukum ini penulis mempergunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Wawancara (interview)

Wawancara (interview) adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan wawancara dengan pihak yang diteliti. Informan yang akan diwawancarai adalah pihak Sat Lantas Polres Malang Kota dan pelaku balap liar 6 orang yang diacak dari 3 komunitas mobil di Kota Malang.

(12)

Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data dengan cara menggandakan, menyalin, atau menfotokopi sejumlah dokumen atau arsip tertulis yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

c. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung di lapangan. Dalam hal ini peneliti mengamati kegiatan balap mobil liar secara langsung di lokasi balapan. Peneliti melakukan pencatatan yang dibutuhkan terkait dengan kegiatan balap mobil liar tersebut.

5. Metode Penentuan Informan

Dalam penelitian ini penentuan informan dilakukan secara sengaja (purposive) yakni pihak Sat Lantas Polres Malang Kota, dan (random) yakni pelaku balap liar. Teknik ini biasanya dipilih karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya. Informan sebagai sumber primer untuk mendapatkan jawaban atas faktor penyebab, pelanggaran lalu lintas, dan upaya penanggulangan aktivitas balap mobil liar si Kota Malang. Informan yang akan diwawancarai adalah Kepala dan Penyidik Sat Lantas Polres Malang Kota atau yang ditunjuk untuk mewakili.

6. Analisa Data

Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah suatu analisa dengan cara pengumpulan data dan informasi yang diperoleh dari data primer dan sekunder secara jelas, sehingga nantinya dapat ditarik suatu kesimpulan dari berbagai masalah yang ada.9 Berdasarkan data tersebut penulis dapat melakukan

9 Ibid, hlm. 65

(13)

analisis yuridis sosiologis tentang pelanggaran lalu lintas dalam aktivitas balap mobil liar di Kota Malang.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini disusun sedermikian rupa sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dijelaskan tinjauan umum tentang balap mobil liar, tugas pokok dan fungsi Polri, dan upaya penanggulangan kejahatan.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasannya mengenai faktor penyebab, bentuk pelanggaran lalu lintas, dan upaya Sat Lantas Polres Malang Kota dalam penanggulangan aktivitas balap mobil liar di Kota Malang.

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang diteliti sesuai dengan tujuan penulisan disertai saran dari penulis.

Referensi

Dokumen terkait

Proses perubahan konseptual terjadi melalui akomodasi kognitif dan pembelajaran untuk perubahan konseptual ini terutama melibatkan penggalian konsep awal siswa

The conclusions of the study can be summarised as follows: the "locational" aspect alone (no added symbols) of picture designs appears to be unhelpful in direct- ing

Angket atau instrumen nontes ini dibuat untuk menentukan skala sikap siswa terhadap pembelajaran berbasis praktikum untuk meningkatkan keterampilan proses sains

dikelompokan sesuai dengan kebutuhan terhadap anak yang emosionalnya lebih tinggi dan aktif guru memberikan kegiatan yang membuat emosionalnya lebih stabil. Mengelompokan

sosiologi, siswa, dan guru teman sejawat variasi gaya mengajar guru dalam meningkatkan minat belajar siswa sudah cukup baik, hal ini terbukti dari hasil tiga kali

Menurut penuturan juru kunci dari makam Mbah Djomotersebut, bahwa beberapa tahun yang lalu terjadi sebuah peristiwa yakni keluarnya ikan gabus dari makam Mbah Djomopada saat

System operasi open source berdeda dengan system operasi close source, system operasi open source hidupnya bergantung pada pengembang karena system operasi ini

Aspek risk profile yang diukur dengan risiko likuiditas (LDR) menunjukkan tingkat kesehatan rata-rata yang cukup sehat dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 97%