• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potret Kemiskinan di Distrik Heram Kota Jayapura. Balthazar Kreuta 1 Marsi Adi Purwadi 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Potret Kemiskinan di Distrik Heram Kota Jayapura. Balthazar Kreuta 1 Marsi Adi Purwadi 2"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Potret Kemiskinan di Distrik Heram Kota Jayapura

Balthazar Kreuta1

kreutabalthazar@gmail.com

Marsi Adi Purwadi2

marsipurwadi@gmail.com Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk; (a) mengidentifikasi berbagai macam indikator-indikator kemiskinan baik individu, rumah tangga maupun wilayah di Distrik Heram Kota Jayapura; dan (b) menganalisis dan memetakan kemiskinan berdasarkan indikator di masing-masing Distrik Heram Kota Jayapura. Dalam penelitian ini telah dikembangkan indikator-indikator kemiskinan yang bersifat spesifik lokal yang terdiri atas 4 dimensi dan 13 indikator. Ke-4 dimensi kemiskinan yang telah disepakati tersebut kemudian dibandingkan satu sama lainnya untuk mendapatkan derajat pengaruh masing-masing dimensi terhadap kemiskinan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir diseluruh Kelurahan dan Kampung yang berada di wilayah Distrik heram teridentifikasi mempunyai pola atau corak indikator kemiskinan yang sama dari 13 indikator yang digunakan dalam penelitian ini. Hal ini diterlihat dari hampir seluruh kelurahan/kampung yang ada menunjukkan keberadaan rumah tangga sangat miskin dan miskin, walaupun pola atau coraknya berbeda antara satu kelurahan/kampung dengan yang lainnya. Jumlah rumah tangga sangat miskin dan miskin yang berasal dari suku Orang Asli Port Numbay lebih banyak terkonsentrasi di wilayah Kampung Waena dan Kampung Yoka, sedangkan untuk rumah tangga sangat miskin dan miskin yang berasal dari suku Orang Asli Papua Non Port Numbay tersebar hampir merata di seluruh wilayah di kelurahan/kampung yang berada di wilayah Distrik Heram. Penanggulan kemiskinan merupakan usaha yang komplek. Pemerintah Kota Jayapura perlu melakukan koordinasi dengan Dinas Sosial Provinsi Papua dan stakeholder lainnya, untuk bersama-sama memetakan permasalahan sosial ekonomi pada rumah tangga sangat miskin dan miskin di Kota Jayapura. Sehingga mampu mendapatkan pola penanggulangan yang sesuai dengan kondisi budaya lokal setiap rumah tangga sangat miskin dan miskin di Distrik Heram.

Kata Kunci: Penanggulangan kemiskinan, Orang Asli Papua,

PENDAHULUAN

Sejarah peradaban manusia mencatat bahwa kemiskinan merupakan salah satu tragedi kemanusiaan terbesar dan hingga sekarang tetap menjadi masalah yang belum terselesaikan secara tuntas. Hal ini terjadi bukan hanya di negara-negara sedang berkembang, tetapi juga dibelahan negara-negara maju sekalipun gejala kemiskinan juga masih terlihat. Hampir di setiap negara, kemiskinan selalu terpusat di tempat-tempat tertentu, yaitu biasanya di perdesaan atau di daerah-daerah yang kekurangan sumber daya.

1 Staf pengajar pada Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih, dan Peneliti Muda Pusat Kajian Ekonomi dan Pembangunan Daerah Universitas Cenderawasih.

(2)

Persoalan kemiskinan juga selalu berkaitan dengan masalah- masalah lain, misalnya lingkungan. Beban kemiskinan paling besar terletak pada kelompok-kelompok tertentu. Kaum wanita pada umumnya merupakan pihak yang dirugikan. Dalam rumah tangga miskin, mereka sering merupakan pihak yang menanggung beban kerja yang lebih berat dari pada kaum pria. Demikian pula dengan anak-anak, mereka juga menderita akibat adanya ketidak merataan tersebut dan kualitas hidup masa depan mereka terancam oleh karena tidak tercukupinya gizi, pemerataan kesehatan dan pendidikan. Selain itu timbulnya kemiskinan sangat sering terjadi pada kelompok-kelompok minoritas tertentu.

Begitu besar dampak yang akan ditimbulkan menjadikan isu kemiskinan sebagai salah satu prioritas utama Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dalam Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2003. Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB yang sebagian besar diwakili oleh kepala pemerintahan sepakat untuk mengadopsi Deklarasi Milenium. Deklarasi itu berdasarkan pendekatan yang inklusif, dan berpijak pada perhatian bagi pemenuhan hak-hak dasar manusia. Dalam konteks inilah negara-negara anggota PBB kemudian mengadopsi Tujuan Pembangunan Milenium atau Millennium Development Goals (MDGs). Ada 8 tujuan (goal) yang hendak dicapai sampai tahun 2015 oleh bangsa-bangsa di dunia termasuk Indonesia, dengan tujuan pertama adalah memberantas kemiskinan dan kelaparan (United Nations, 2005).

Kemiskinan dan kelaparan ini juga yang dirasakan bagi kurang lebih 39 juta rakyat Indonesia sebagai realitas sehari-hari. Mendapatkan gizi yang baik dan pendidikan yang memadai adalah persoalan besar bagi keluarga miskin. Selain itu, kemiskinan mempunyai pengaruh yang lebih luas dan signifikan terhadap masyarakat dan perekonomian Indonesia (UNDP, 2003).

Kemiskinan di Indonesia dan negara-negara lain tidak dapat dimaknai hanya sebagai akibat dari rendahnya produktivitas penduduk miskin ataupun sebab-sebab internal lainnya. Kemiskinan yang sudah ada sejak zaman kolonial tidak lepas dari akibat tatanan politik-ekonomi baik global maupun nasional yang kurang memberi ruang gerak kepada pelaku ekonomi rakyat (yang umumnya penduduk miskin). Penduduk misikin bukannya orang yang tidak punya apa-apa dan malas untuk melakukan sesuatu. Mereka adalah pelaku ekonomi yang sangat giat bekerja, memiliki aset walaupun sedikit, namun tetap saja tidak dapat keluar dari lingkaran kemiskinan. Tatanan ekonomi-politik yang lebih bias kepada konglomerat telah meminggirkan kesempatan pelaku-pelaku ekonomi rakyat yang sebenarnya lebih dapat dipercaya, mandiri, tahan banting, bermoral, dan memiliki semangat nasionalisme yang tinggi.

Ketika sistem pemerintahan di Indonesia masih bersifat sentralisitis, semua inisiatif dan pengelolaan program pengentasan kemiskinan berasal dan hampir sepenuhnya ditangani oleh pemerintah pusat. Dampaknya ternyata belum seluruh tujuan program-program yang telah dilaksanakan tercapai

(3)

sesuai harapan. Banyak faktor yang menyebabkan ketidakberhasilan salah satunya adalah karena mekanisme pelaksanaan dan pendekatan program bersifat ”top down” serta cenderung seragam tanpa memperhatikan karakteristik sosial-ekonomi maupun budaya masyarakat setempat. Akibatnya, program yang dirancang oleh pemerintah pusat sering tidak sesuai dengan skala prioritas atau kebutuhan masyarakat miskin di daerah. Apalagi aturan pelaksanaan program juga cenderung birokratis, lebih mengutamakan formalitas di atas kertas, sehingga menumpulkan atau bahkan mematikan daya kreativitas dan upaya swadaya masyarakat lokal. Kedaan ini lebih dipersulit karena umumnya tiap departemen/instansi lainnya di pusat mempunyai definisi dan kriteria sendiri tentang kemiskinan. Akibatnya, kemiskinan cenderung dipahami secara parsial, dan program penanggulangan kemiskinan yang dirancang oleh masing-masing departemen/instansi menjadi bersifat sektoral. Lemahnya koordinasi antar departemen ini membuat sinergi antara satu program dengan program lainnya semakin sulit.

Tingkat kemiskinan di Papua masih sangat tinggi dan menempati urutan kedua setelah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Selama lima tahun terakhir (2010-2015) kondisi kesejahteraan masyarakat Papua kian membaik. Tercatat persentase penduduk miskin pada periode tersebut menurun secara signifikan sebesar 26,95 persen, yaitu dari 36,80 persen pada Maret 2010 menjadi 28,17 pada Maret 2015.

Berdasarkan tipe daerahnya, penduduk miskin di Papua terkonsentrasi di daerah perdesaan, di mana pada Maret 2015 terdapat 36,66 persen penduduk miskin tinggal di perdesaan, sedangkan di perkotaan hanya 4,61 persen. Jika dibandingkan dengan kondisi pada periode sebelumnya (September 2014), terdapat kenaikan jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan sebesar 0,78 persen. Untuk daerah perkotaan jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan sebesar 0,15 persen.

Adapun ttujuan dari penelitian ini adalah untuk ; (a) mengidentifikasi berbagai macam indikator-indikator kemiskinan baik individu, rumah tangga maupun wilayah di Distrik Heram Kota Jayapura; dan (b) menganalisis dan memetakan kemiskinan berdasarkan indikator di masing-masing Distrik Heram Kota Jayapura.

METODE PENELITIAN

1. Masalah Pengukuran Kemiskinan

Proporsi masyarakat yang miskin selama era1980-an telah menurun tetapi angka-angka tentang besarnya proporsi tersebut dapat ditanyakan karena berbagai alasan :

a) Garis kemiskinan resmi yang digunakan adalah sangat rendah sekali, baik yang digunakan oleh BPS, Bank Dunia maupun oleh Prof. Sajogyo dan Gunawan Wiradi.

b) Konsep kemiskinan itu sendiri dan ukuran Garis Kemiskinan yang harus disesuaikan dengan konsep tersebut. Orang tidak bisa dikatakan bebas dari kemiskinan jika dengan penghasilannya masih tidak

(4)

c) Satu konsekuensi dari kesepakatan untuk mengaitkan ukuran kemiskinan dengan konsep ”hidup layak” adalah, bahwa ukuran kemiskinan itu harus dibuat relatif, yaitu akan berubah dari waktu ke waktu.

2. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa data yang tidak tersedia dan sulit digali melalui data-data sekunder akan ditelusuri melalui kegiatan survey dilapangan atau survey khusus rawan kemiskinan.

3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian ini telah dikembangkan indikator-indikator kemiskinan yang bersifat spesifik lokal yang terdiri atas 4 dimensi sosiak ekonomi dan 13 indikator, sebagaimana yang disajikan dalam Tabel 1. Ke-4 dimensi kemiskinan yang telah disepakati tersebut kemudian dibandingkan satu sama lainnya untuk mendapatkan derajat pengaruh masing-masing dimensi terhadap kemiskinan, dengan memberi nilai pembanding 0-2 jika salah satunya lebih berbobot, atau 1-1 jika bobotnya dianggap sama.

Tabel 1. Skor Deskriptor Tingkat Kemiskinan

Indikator Deskriptor Kemiskinan Skor

A. Pengeluaran Konsumsi per bulan 3

Frekwensi makan Frekwensi makan minimal 2 kali sehari 0

Frekwensi makan sekali sehari 1

Konsumsi daging Konsumsi daging 0

Tidak Konsumsi daging 2

B. Kondisi Bangunan Tempat Tinggal 6

Jenis atap Jenis atap : rumbia 1

Jenis atap lain : (genteng, asbes, seng, dll) 0

Jenis dinding Jenis dinding : gaba-gaba/pelepah sagu 1

Jenis dinding : lainnya (tembok, papan, dll) 0

Jenis lantai Jenis lantai : tanah dan para-para 1

Jenis lantai : lainnya (semen) 0

Luas Lantai Luas Lantai : > 8 Meter².

Luas Lantai : ≤ 8 Meter dan miskin :

0 1 Jenis Penerangan Listrik/Genset

Non Listrik/Genset

0 1 Bahan Bakar Kayu Bakar

Minyak Tanah/Gas 0 1 C. Pendidikan 4 Anak usia 7-15 Bersekolah 2 Tidak Bersekolah 0

(5)

Indikator Deskriptor Kemiskinan Skor

Sulit mengakses pendidikan 0

D. Kesehatan 3

Tempat berobat Tempat berobat puskesmas, RS, dokter 0

Tempat berobat dukun/praktek tradisional 1

Sumber air minum Sumber air minum PDAM, pompa, air kemasan 0

Sumber air minum sumur, sungai, mata air 1

Pembuangan tinja (Jamban)

Tangki/septi tank (permanen) 0

Lubang tanah/kebun/pantai/sungai 1

Berdasarkan seluruh deskriptor yang telah disusun, kemudian dilakukan pendataan pada setiap rumahtangga yang telah dijadikan sampel untuk masing-masing wilayah distrik yang ditetapkan. Apabila semua data berhasil dikumpulkan, selanjutnya dihitung total skor dimensi kemiskinan yang diperoleh rumahtangga, untuk menentukan derajad kemiskinannya, yakni :

Total Skor : 0 – 5,3 = tidak miskin Total Skor : 5,4 – 10,6 = miskin Total Skor : 10,7 – 16 = sangat miskin

Melalui sistem pendataan semacam ini, nantinya dapat diketahui dengan signifikan, faktor-faktor apakah yang menyebabkan atau menjadikan rumahtangga itu dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemetaan kemiskinan di Kota Jayapura diukur berdasarkan Indikator utama kemiskinan menurut Bank Dunia yang dipertegas dengan rumusan yang konkrit yang dibuat oleh BAPPENAS. Dalam rumusannya, kemiskinan dikelompokan dalam dua kategori yaitu, miskin dan sangat miskin. Penetuan miskin dan sangat miskin di dasarkan pada indikator dan deskriptor yang disesuaikan dengan karateristik masyarakat di distrik Heram

Distrik Heram dengan total penduduk 43.300 jiwa, dengan jumlah laki-laki 22.996 jiwa dan perempuan 20.300 jiwa memiliki letak yang sangat startegis karena sebagai kotan transit dan kota lalu lintas perdagangan antar wilayah yaitu Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura. Kondisi ini diharapkan mampu mendorong perekonomian wilayah ini sehingga mampu menekan angka kemiskinan yang selama ini cukup tinggi.

Berbagai program telah dilakukan oleh pemerintah Kota maupun pemerintah Distrik Heram dalam upaya menaggulangi kemiskinan di wilayah Distrik Heram, namun karena wilayah Distrik Heram sangat terbuka sehingga sulit mengontrol penduduk yang keluar masuk. Dengan kata lain tingkat migrasi

(6)

penduduk sangat tinggi, dimana penduduk yang datang pun bervariasi antara lain (1) penduduk dengan skill dan pengetahuan yang rendah; (2) penduduk yang tidak memiliki modal usaha dan tabungan;

Dengan demikian maka sangatlah baik melihat struktur kemiskinan secara terpilah yaitu menurut suku yaitu suku asli port numbay, non papua dan papua non prot numbay.

1) Deskripsi Kemiskinan Berdasarkan Luas Lantai Rumah Menurut Suku.

Keleluasaan pribadi (privacy) salah satunya dapat tercermin dari luas lantai rumah perkapita (m2). Salah satu acuan dari Departemen Kesehatan menentukan bahwa suatu rumah dapat dikatakan memenuhi salah satu persyaratan sehat jika penguasaan luas lantai rumah per kapitanya minimal 8m2 (BPS, 2001). Karateristik rumah tangga berdasarkan kategori sangat miskin dengan luas lantai : ≤ 8 Meter dan miskin : > 8 Meter².

Gambar 1. Karateristik Luas Lantai Rumah Menurut Suku Di Distrik Heram Kota Jayapura

Tahun 2016

Sumber: data diolah, 2016

Secara umum dapat dikatakan bahwa suku dengan kondisi sangat miskin dan miskin di lima wilayah kampung dan kelurahan distrik Heram, adalah suku Papua Non Port Numbay. Hal ini mengindikasikan pemerintah perlu memperhatikan dan memprioritaskan pembangunan bagi masyarakat Papua Non Port numbay yang ada diwilayah ini dalam upaya mengurangi dan menaggulangi kemiskinan di wilayah ini. 81% 70% 19% 30% 6% 13% 21% 36% 69% 56% 4% 7% 3% 7% 22% 9% 19% 11% 5% 10% 15% 23% 78% 63% 72% 78% 60% 54% 26% 34% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN KA M . W AE N A KE L. H ED AM KE L. W AE N A KE L. YA BA N SA I KA M . Y O KA

(7)

2) Deskripsi Kemiskinan Berdasarkan Jenis Lantai Rumah Menurut Suku.

Karateristik jenis lantai rumah yang tergolong dalam terkategori rumah tangga sangat miskin dengan jenis lantai rumah tanah/kayu/nibun, dan kategori rumah tangga miskin dengan kondisi lantai rumah papan/semen kasar. Data tabel 2 menjelaskan bahwa kelurahan hedam, yabansai dan waena rumah tangga miskin suku papua non port numbay paling banyak tergolong miskin dan sangat miskin berdasarkan kriteria jenis lantai diatas. Sedangkan kampung yoka dan kampung waena rumah miskin asli port numbay paling banyak rumah tangga miskin dan sangat miskin.

Gambar 2. Karateristik Luas Lantai Rumah Menurut Suku Di Distrik Heram Kota Jayapura

Tahun 2016

Sumber: data diolah, 2016

3) Deskripsi Kemiskinan Berdasarkan Jenis Dinding Rumah Menurut Suku.

Karateristik jenis dinding rumah yang tergolong dalam terkategori rumah tangga sangat miskin dengan jenis dinding rumah Rumput/Bambu/Gabah, dan kategori rumah tangga miskin dengan jenis dinding rumah Kayu, batu tanpa plester/ papan kayu putih.

Data tabel 3 menunjukan bahwa kelurahan hedam, yabansai dan waena rumah tangga miskin suku papua non port numbay paling banyak tergolong miskin dan sangat miskin berdasarkan kriteria jenis dinding. Sedangkan kampung yoka dan kampung waena rumah miskin asli port numbay paling banyak rumah tangga miskin dan sangat miskin.

95% 66% 18% 25% 8% 6% 35% 24% 55% 59% 0% 8% 0% 5% 14% 21% 12% 17% 6% 10% 5% 26% 82% 69% 78% 72% 53% 59% 39% 31% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN KAMPUNG WA EN A KELURAHAN HEDAM KELURAHAN WA EN A KE L. YA BA N SA I KAMPUNG YOKA

(8)

Gambar 3. Karateristik Jenis Dinding Rumah Menurut Suku Di Distrik Heram Kota Jayapura Tahun 2016

Sumber: data diolah, 2014

4) Deskripsi Kemiskinan Berdasarkan Jenis Atap Rumah Menurut Suku Di Dsitrik Heram Kota Jayapura.

Kondisi kemiskinan dengan karateristik jenis atap rumah yang tergolong dalam terkategori rumah tangga sangat miskin dengan jenis atap rumah dedaunan, dan kategori rumah tangga miskin dengan jenis atap rumah seng/asbes.

Gambar 4. Karateristik Jenis Atap Rumah Menurut Suku Di Distrik Heram Kota Jayapura

Tahun 2016

Sumber: data diolah, 2016

100% 74% 17% 26% 9% 6% 31% 26% 59% 58% 6% 8% 4% 9% 22% 23% 15% 2% 11% 21% 75% 70% 83% 72% 46% 60% 39% 31% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN KAMPUNG WA EN A KELURAHAN HEDAM KELURAHAN WA EN A KE L. YA BA N SA I KAMPUNG YOKA

ASLI PORT NUMBAY NON PAPUA PAPUA NON PORT NUMBAY

25% 77% 14% 30% 7% 5% 19% 31% 0% 58% 0% 6% 5% 5% 21% 18% 26% 10% 0% 9% 75% 17% 82% 66% 72% 77% 56% 58% 0% 33% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN KAMPUNG WA EN A KELURAHAN HEDAM KELURAHAN WA EN A KE L. YA BA N SA I KAMPUNG YOKA

(9)

Data tabel 4 menunjukan bahwa kelurahan hedam, yabansai dan waena rumah tangga miskin suku papua non port numbay paling banyak tergolong miskin dan sangat miskin berdasarkan kriteria jenis atap. Sedangkan kampung yoka dan kampung waena rumah miskin asli port numbay paling banyak rumah tangga miskin dan sangat miskin.

5) Beskripsi Kemiskinan Berdasarkan Jenis Penerangan Rumah Menurut Suku Di Distrik Heram

Kondisi kemiskinan dengan karateristik jenis penerangan yang dipakai di rumah tergolong dalam terkategori rumah tangga sangat miskin dengan jenis penerangan rumah adalah non listrik, dan kategori rumah tangga miskin dengan jenis penerangan rumah listrik tanpa meteran. Data tabel 5 menunjukan bahwa kelurahan hedam, yabansai dan waena rumah tangga miskin suku papua non port numbay paling banyak tergolong miskin dan sangat miskin berdasarkan kriteria jenis penerangan rumah. Sedangkan kampung yoka dan kampung waena rumah miskin asli port numbay paling banyak rumah tangga miskin dan sangat miskin.

Gambar 5. Karateristik Jenis Penerangan Tempat Tinggal Menurut Suku Di Distrik Heram

Kota Jayapura Tahun 2016

Sumber: data diolah, 2014

6) Deskripsi Kemiskinan Berdasarkan Bahan Bakar Memasak Menurut Suku Di Distrik Heram

Kondisi kemiskinan menurut jenis bahan bakar untuk memasak yang tergolong dalam terkategori rumah tangga sangat miskin dengan jenis bahan bakar untuk memasak adalah kayu bakar dan sejenisnya, dan kategori rumah tangga miskin dengan jenis bahan bakar untuk memasak adalah kayu bakar dan kompor/minyak tanah. Data tabel 6 menunjukan bahwa kelurahan hedam, yabansai dan waena rumah tangga miskin suku papua non port numbay paling banyak tergolong miskin dan sangat miskin

100% 69% 13% 28% 7% 4% 9% 35% 66% 56% 0% 7% 13% 2% 21% 16% 22% 13% 8% 10% 0% 24% 75% 70% 72% 80% 70% 52% 26% 34% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN KAMPUNG WA EN A KELURAHAN HEDAM KELURAHAN WA EN A KE L. YA BA N SA I KAMPUNG YOKA

(10)

berdasarkan kriteria jenis bahan bakar. Sedangkan kampung yoka dan kampung waena rumah miskin asli port numbay paling banyak rumah tangga miskin dan sangat miskin.

Gambar 6. Karateristik Kemiskinan Berdasarkan Bahan Bakar Untuk Memasak Menurut

Suku Di Distrik Heram Kota Jayapura Tahun 2016

Sumber: data diolah, 2016

7) Deskripsi Kemiskinan Berdasarkan Anak Usia 7-15 Tahun Yang Tidak Bersekolah Menurut Suku Di Distrik Heram Kota Jayapura Tahun 2016.

Kondisi kemiskinan menurut jumlah anak usia 7-15 Tahun yang tidak bersekolah yang tergolong dalam terkategori rumah tangga sangat miskin jika ada yang tidak bersekolah oleh karena alasan biaya dan tidak ada perhatian dari keluarga yang mendorong dan memotivasi untuk mengikuti pendidikan, dan kategori rumah tangga miskin dengan anak usia 7-15 tahun semuanya bersekolah.

Gambar 7. Karateristik Kemiskinan Berdasarkan Anak Usia 7-15 Tahun Yang Tidak

Bersekolah Menurut Suku Di Distrik Heram Kota Jayapura Tahun 2016.

Sumber: data diolah, 2016

86% 73% 27% 24% 6% 10% 9% 35% 67% 58% 0% 6% 13% 2% 21% 16% 22% 13% 0% 10% 14% 21% 60% 75% 73% 74% 70% 52% 33% 33% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN KAMPUNG WA EN A KELURAHAN HEDAM KELURAHAN WA EN A KE L. YA BA N SA I KAMPUNG YOKA

ASLI PORT NUMBAY NON PAPUA PAPUA NON PORT NUMBAY

93% 70% 36% 18% 13% 6% 26% 27% 67% 58% 0% 7% 0% 7% 13% 21% 13% 17% 0% 10% 7% 23% 64% 75% 73% 73% 61% 56% 33% 33% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN KAMPUNG WA EN A KELURAHAN HEDAM KELURAHAN WA EN A KE L. YA BA N SA I KAMPUNG YOKA

(11)

Gambar 7. menunjukkan bahwa orang asli Port Numbay dan Papua Non Port Numbay yang mendominasi sebaran penduduk miskin dan sangat miskin berdasarkan kategori kemiskinan ini.

8) Deskripsi Kemiskinan Berdasarkan Kemudahan Mengakses Pendidikan Menurut Suku Di Distrik Heram Kota Jayapura Tahun 2016.

Kondisi kemiskinan menurut kemudahan mengakses pendidikan yang tergolong dalam terkategori rumah tangga sangat miskin dengan kondisi rumah tangga yang tidak bisa atau sulit mengakses pendidikan, dan kategori rumah tangga miskin dengan mudah mengakses pendidikan. Data tabel 8 menunjukan bahwa kelurahan hedam, yabansai dan waena rumah tangga miskin suku papua non port numbay paling banyak tergolong miskin dan sangat miskin berdasarkan kriteria ini. Sedangkan kampung yoka dan kampung waena rumah miskin asli port numbay paling banyak rumah tangga miskin dan sangat miskin.

Gambar 8. Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Kemudahan Mengakses Pendidikan Menurut

Suku Di Distrik Heram Kota Jayapura Tahun 2016.

Sumber: data diolah, 2014

9) Deskripsi Kemiskinan Berdasarkan Frekwensi Makan Dalam Satu Hari Menurut Suku Di Distrik Heram Kota Jayapura Tahun 2016.

Kondisi kemiskinan menurut frekwensi mengkonsumsi daging yang tergolong dalam terkategori rumah tangga sangat miskin dengan frekwensi mengkonsumsi daging satu minggu sekali, dan kategori rumah tangga miskin dengan frekwensi mengkonsumsi daging dua kali seminggu. Data tabel 9 menunjukan bahwa kelurahan hedam, yabansai dan waena rumah tangga miskin suku papua non port numbay paling banyak tergolong miskin dan sangat miskin berdasarkan kriteria frekuensi makan dalam satu hari. Sedangkan kampung yoka dan kampung waena rumah miskin asli port numbay paling banyak rumah tangga miskin dan sangat miskin.

74% 74% 24% 24% 6% 5% 19% 41% 57% 58% 6% 5% 6% 3% 22% 8% 13% 22% 8% 10% 19% 21% 70% 73% 72% 86% 69% 37% 34% 32% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN KAMPUNG WA EN A KELURAHAN HEDAM KELURAHAN WA EN A KE L. YA BA N SA I KAMPUNG YOKA

(12)

Gambar 9. Rumah Tangga Miskin Bersdasarkan Frekwensi Makan Dalam Satu Hari Menurut Suku Di Distrik Heram Kota Jayapura Tahun 2016.

Sumber: data diolah, 2016

10) Deskripsi Kemiskinan Berdasarkan Kebisaan Mengkonsumsi Daging Dalam Seminggu Menurut Suku Di Distrik Heram Kota Jayapura Tahun 2016.

Kondisi kemiskinan menurut frekwensi mengkonsumsi daging yang tergolong dalam terkategori rumah tangga sangat miskin dengan frekwensi mengkonsumsi daging satu minggu sekali, dan kategori rumah tangga miskin dengan frekwensi mengkonsumsi daging dua kali seminggu.

Gambar 10. Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Kebisaan Mengkonsumsi Daging Dalam Seminggu Menurut Suku Di Distrik Heram Kota Jayapura Tahun 2016.

Sumber: data diolah, 2016 20% 78% 0% 25% 7% 6% 0% 28% 100% 58% 20% 5% 0% 5% 29% 20% 33% 15% 0% 9% 60% 17% 100% 71% 64% 74% 67% 57% 0% 33% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN KAMPUNG WA EN A KELURAHAN HEDAM KELURAHAN WA EN A KE L. YA BA N SA I KAMPUNG YOKA

ASLI PORT NUMBAY NON PAPUA PAPUA NON PORT NUMBAY

73% 77% 23% 40% 6% 8% 28% 17% 56% 59% 10% 0% 5% 0% 20% 31% 16% 17% 10% 9% 18% 23% 72% 60% 74% 61% 57% 67% 35% 32% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN KAMPUNG WA EN A KELURAHAN HEDAM KELURAHAN WA EN A KE L. YA BA N SA I KAMPUNG YOKA

(13)

Data tabel 10 menunjukan bahwa kelurahan hedam, yabansai dan waena rumah tangga miskin suku papua non port numbay paling banyak tergolong miskin dan sangat miskin berdasarkan kriteria kebiasaan mengkonsumsi daging. Sedangkan kampung yoka dan kampung waena rumah miskin asli port numbay paling banyak rumah tangga miskin dan sangat miskin.

11) Deskripsi Kemiskinan Berdasarkan Sumber Air Minum Dikonsumsi Menurut Suku Di Distrik Heram Kota Jayapura Tahun 2016.

Kondisi kemiskinan menurut sumber air minum utama yang dikonsumsi keluarga yang tergolong dalam terkategori rumah tangga sangat miskin dengan sumber air minum adalah air hujan/sumur dan sumber air minum yang tidak terlindungi, dan kategori rumah tangga miskin adalah sumur/mata air yang terlindungi. Data tabel 11 menunjukan bahwa kelurahan hedam, yabansai dan waena rumah tangga miskin suku papua non port numbay paling banyak tergolong miskin dan sangat miskin berdasarkan kriteria sumber air minum. Sedangkan kampung yoka dan kampung waena rumah miskin asli port numbay paling banyak rumah tangga miskin dan sangat miskin.

Gambar 11. Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Sumber Air Minum Dikonsumsi Menurut

Suku Di Distrik Heram Kota Jayapura Tahun 2016.

Sumber: data diolah, 2016

12) Deskripsi Kemiskinan Berdasarkan Kemampuan Berobat Ke Sarana Kesehatan Menurut Suku Di Distrik Heram Kota Jayapura Tahun 2016.

Karateristik rumah tangga yang tidak mampu berobat ke sarana pengobaan modern yang tergolong dalam terkategori rumah tangga sangat miskin dengan kondisi rumah tangga yang tidak bisa atau sulit melakukan pengobatan kesarana pengobatan modern dan miskin dengan kondisi mampu melakukan pengobatan ke sarana pengobatan modern.

83% 73% 32% 14% 10% 6% 26% 27% 68% 55% 0% 6% 0% 11% 24% 21% 13% 19% 6% 10% 17% 20% 68% 75% 66% 73% 61% 54% 26% 34% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN KAMPUNG WA EN A KELURAHAN HEDAM KELURAHAN WA EN A KE L. YA BA N SA I KAMPUNG YOKA

(14)

Gambar 12. Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Kemampuan Berobat Ke Sarana Kesehatan Menurut Suku Di Distrik Heram Kota Jayapura Tahun 2016.

Sumber: data diolah, 2016

Data tabel 12 menunjukan bahwa kelurahan hedam, yabansai dan waena rumah tangga miskin suku papua non port numbay paling banyak tergolong miskin dan sangat miskin berdasarkan kriteria kemampuan berobat ke sarana kesehatan. Sedangkan kampung yoka dan kampung waena rumah miskin asli port numbay paling banyak rumah tangga miskin dan sangat miskin.

13) Deskripsi Kemiskinan Berdasarkan Berdasarkan Kepemilikan Jamban Menurut Suku Di Distrik Heram Kota Jayapura Tahun 2016.

Kondisi kemiskinan menurut kepemilikan jamban tergolong dalam terkategori rumah tangga sangat miskin adalah tidak memiliki jamban pribadi dan kategori rumah tangga miskin adalah memiliki jamban pribadi/umum.

Data tabel 13 menunjukan bahwa kelurahan hedam, yabansai dan waena rumah tangga miskin suku papua non port numbay paling banyak tergolong miskin dan sangat miskin berdasarkan kriteria kepemilikan jamban. Sedangkan kampung yoka dan kampung waena rumah miskin asli port numbay paling banyak rumah tangga miskin dan sangat miskin.

70% 77% 20% 25% 11% 6% 8% 30% 55% 59% 4% 6% 10% 4% 15% 21% 8% 17% 7% 10% 26% 17% 70% 71% 74% 73% 83% 52% 38% 32% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN KAMPUNG WA EN A KELURAHAN HEDAM KELURAHAN WA EN A KE L. YA BA N SA I KAMPUNG YOKA

(15)

Gambar 13. Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Kepemilikan Jamban Menurut Suku Di Distrik Heram Kota Jayapura Tahun 2016.

Sumber: data diolah, 2016

STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Penanggulangan kemiskinan yang komprehensif memerlukan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha (sektor swata) dan masyarakat merupakan pihak-pihak yang memiliki tanggungjawab sama terhadap penanggulangan kemiskinan. Pemerintah telah melaksanakan penanggulangan kemiskinan melalui berbagai program dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar warga negara secara layak, meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat miskin, penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat serta melaksanakan percepatan pembangunan daerah tertinggal dalam upaya mencapai masyarakat Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan.

Namun keseluruhan upaya tersebut belum maksimal jika tanpa dukungan dari para pemangku kepentingan lainnya. Untuk menunjang penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan mewujudkan percepatan penanggulangan kemiskinan dirumuskan empat startegi utama. Strategi-strategi penanggulangan kemiskinan tersebut diantaranya: (1) Memperbaiki program perlindungan sosial; (2) Meningkatkan akses terhadap pelayanan dasar; (3) Pemberdayaan kelompok masyarakat miskin; serta (4) Menciptakan pembangunan yang inklusif.

Strategi 1: Memperbaiki Program Perlindungan Sosial

Prinsip pertama adalah memperbaiki dan mengembangkan sistem perlindungan sosial bagi penduduk miskin dan rentan. Sistem perlindungan sosial dimaksudkan untuk membantu individu dan masyarakat menghadapi goncangan-goncangan (shocks) dalam hidup, seperti jatuh sakit, kematian anggota keluarga, kehilangan pekerjaan, ditimpa bencana atau bencana alam, dan sebagainya. Sistem

73% 75% 27% 23% 9% 6% 13% 36% 66% 52% 0% 7% 4% 5% 18% 21% 16% 16% 6% 12% 27% 18% 69% 73% 73% 73% 71% 48% 28% 36% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN MISKIN SANGAT MISKIN KAMPUNG WA EN A KELURAHAN HEDAM KELURAHAN WA EN A KE L. YA BA N SA I KAMPUNG YOKA

(16)

perlindungan sosial yang efektif akan mengantisipasi agar seseorang atau masyarakat yang mengalami goncangan tidak sampai jatuh miskin.

Penerapan strategi ini antara lain didasari satu fakta besarnya jumlah masyarakat yang rentan jatuh dalam kemiskinan di Indonesia. Di samping menghadapi masalah tingginya potensi kerawanan sosial, Indonesia juga dihadapkan pada fenomena terjadinya populasi penduduk tua (population ageing) pada struktur demografinya. Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan beban ekonomi terhadap generasi muda untuk menanggung mereka atau tingginya rasio ketergantungan.

Sumber: data diolah, 2016

Tingginya tingkat kerentanan juga menyebabkan tingginya kemungkinan untuk masuk atau keluar dari kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menanggulangi semakin besarnya kemungkinan orang jatuh miskin, perlu dilaksanakan suatu program bantuan sosial untuk melindungi mereka yang tidak miskin agar tidak menjadi miskin dan mereka yang sudah miskin agar tidak menjadi lebih miskin.

Strategi 2: Meningkatkan Akses Terhadap Pelayanan Dasar

Prinsip kedua dalam penanggulangan kemiskinan adalah memperbaiki akses kelompok masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar. Akses terhadap pelayanan pendidikan, kesehatan, air bersih dan sanitasi, serta pangan dan gizi akan membantu mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh kelompok masyarakat miskin. Disisi lain peningkatan akses terhadap pelayanan dasar mendorong peningkatan investasi modal manusia (human capital).

Salah satu bentuk peningkatan akses pelayanan dasar penduduk miskin terpenting adalah peningkatan akses pendidikan. Pendidikan harus diutamakan mengingat dalam jangka panjang ia merupakan cara yang efektif bagi penduduk miskin untuk keluar dari kemiskinan. Sebaliknya, kesenjangan pelayanan pendidikan antara penduduk miskin dan tidak miskin akan melestarikan kemiskinan melalui pewarisan kemiskinan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Anak-anak dari keluarga miskin yang tidak dapat mencapai tingkat pendidikan yang mencukupi sangat besar kemungkinannya untuk tetap miskin sepanjang hidupnya.

Dapat Tidak Dapat Tidak Dapat Tidak Dapat Tidak Dapat Tidak

Pelayanan Raskin 70 0 66 0 560 52 75 0 210 35 Pelayanan Jamkesmas 70 0 66 0 612 0 75 0 245 0 Bantuan Siswa Miskin 12 58 8 58 23 589 10 65 43 202 Total 152 58 140 58 1195 641 160 65 498 237 Kampung Waena Kelurahan Hedam Kelurahan Waena Kelurahan Yabansai Kampung Yoka Program Perlindungan Sosial

(17)

Sumber: data diolah, 2016

Selain pendidikan, perbaikan akses yang juga harus diperhatikan adalah akses terhadap pelayanan kesehatan. Status kesehatan yang lebih baik, akan dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja dan berusaha bagi penduduk miskin. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dan keluar dari kemiskinan. Selain itu, peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak menjadi poin utama untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Konsumsi air minum yang tidak layak dan buruknya sanitasi perumahan meningkatkan kerentanan individu dan kelompok masyarakat terhadap penyakit.

Strategi 3: Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Miskin

Prinsip ketiga adalah upaya memberdayakan penduduk miskin menjadi sangat penting untuk meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan penanggulangan kemiskinan. Dalam upaya penanggulangan kemiskinan sangat penting untuk tidak memperlakukan penduduk miskin semata-mata sebagai obyek pembangunan. Upaya untuk memberdayakan penduduk miskin perlu dilakukan agar penduduk miskin dapat berupaya keluar dari kemiskinan dan tidak jatuh kembali ke dalam kemiskinan.

Pentingnya pelaksana strategi dengan prinsip ini menimbang kemiskinan juga disebabkan oleh ketidakadilan dan struktur ekonomi yang tidak berpihak kepada kaum miskin. Hal ini menyebabkan output pertumbuhan tidak terdistribusi secara merata pada semua kelompok masyarakat. Kelompok masyarakat miskin, yang secara politik, sosial, dan ekonomi tidak berdaya, tidak dapat menikmati hasil pembangunan tersebut secara proporsional. Proses pembangunan justru membuat mereka mengalami marjinalisasi, baik secara fisik maupun sosial.

Mudah Sulit Mudah Sulit Mudah Sulit Mudah Sulit Mudah Sulit

Akses Pelayanan Pendidikan 58 12 51 15 463 149 61 14 211 34 Akses Pelayanan Kesehatan 62 4 59 7 543 69 68 7 220 25 Akses Pelayanan Air Bersih 15 55 19 47 120 492 17 58 23 222 Akses Pelayanan Sanitasi 43 27 47 19 367 245 52 23 187 58 Akses Pelayanan Terhadap Pangan 70 0 66 0 612 0 75 0 245 0 Hasupan Gizi 48 22 41 25 289 323 46 29 134 111 Total 296 120 283 113 2394 1278 319 131 1020 450 Kampung Yoka Ases Terhadap Pelayanan Dasar Kampung Waena Kelurahan Hedam Kelurahan Waena Kelurahan Yabansai

Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak

Pembinaan usaha 15 55 12 54 54 558 20 55 34 245 Pelatihan teknis 6 64 9 57 36 576 16 59 30 215 Peningkatan jiwa wirausaha 12 58 15 51 68 544 26 49 28 217 Total 33 177 36 162 158 1678 62 163 92 677 Pemberdayaan Masyarakat Miskin Kampung Waena Kelurahan Hedam Kelurahan Waena Kelurahan Yabansai Kampung Yoka

(18)

Konsep pembangunan yang ditujukan untuk menanggulangi kemiskinan umumnya melalui mekanisme atas-bawah (top-down). Kelemahan dari mekanisme ini adalah tanpa penyertaan partisipasi masyarakat. Semua inisiatif program penanggulangan kemiskinan berasal dari pemerintah (pusat), demikian pula dengan penanganannya. Petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis implementasi program selalu dibuat seragam tanpa memperhatikan karakteristik kelompok masyarakat miskin di masing-masing daerah. Akibatnya, program yang diberikan sering tidak mempunyai korelasi dengan prioritas dan kebutuhan masyarakat miskin setempat. Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, upaya secara menyeluruh disertai dengan pemberdayaan masyarakat miskin menjadi salah satu prinsip utama dalam strategi penanggulangan kemiskinan.

Strategi 4: Pembangunan Inklusif

Prinsip keempat adalah Pembangunan yang inklusif yang diartikan sebagai pembangunan yang mengikutsertakan dan sekaligus memberi manfaat kepada seluruh masyarakat. Partisipasi menjadi kata kunci dari seluruh pelaksanaan pembangunan. Fakta di berbagai negara menunjukkan bahwa kemiskinan hanya dapat berkurang dalam suatu perekonomian yang tumbuh secara dinamis. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang stagnan hampir bisa dipastikan berujung pada peningkatan angka kemiskinan. Pertumbuhan harus mampu menciptakan lapangan kerja produktif dalam jumlah besar. Selanjutnya, diharapkan terdapat multiplier effect pada peningkatan pendapatan mayoritas penduduk, peningkatan taraf hidup, dan pengurangan angka kemiskinan.

Untuk mencapai kondisi sebagaimana dikemukakan diatas, perlu diciptakan iklim usaha yang kondusif di dalam negeri. Stabilitas ekonomi makro merupakan prasyarat penting untuk dapat mengembangkan dunia usaha. Selain itu juga diperlukan kejelasan dan kepastian berbagai kebijakan dan peraturan. Begitu juga, ia membutuhkan kemudahan berbagai hal seperti ijin berusaha, perpajakan dan perlindungan kepemilikan. Selanjutnya, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus didorong untuk terus menciptakan nilai tambah, termasuk melalui pasar ekspor. Pertumbuhan yang berkualitas juga mengharuskan adanya prioritas lebih pada sektor perdesaan dan pertanian. Daerah perdesaan dan sektor pertanian juga merupakan tempat di mana penduduk miskin terkonsentrasi. Dengan demikian, pengembangan perekonomian perdesaan dan sektor pertanian memiliki potensi besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang menghasilkan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar dan pengurangan kemiskinan secara signifikan.

Pembangunan yang inklusif juga penting dipahami dalam konteks kewilayahan. Setiap daerah di Indonesia dapat berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dengan sumber daya dan komoditi unggulan yang berbeda. Perekonomian daerah ini yang kemudian akan membentuk karakteristik perekonomian nasional. Pengembangan ekonomi lokal menjadi penting untuk memperkuat ekonomi domestik.

(19)

SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Hampir diseluruh Kelurahan dan Kampung yang berada di wilayah Distrik heram teridentifikasi mempunyai pola atau corak indikator kemiskinan yang sama dari 13 indikator yang digunakan dalam penelitian ini. Hal ini diterlihat dari hampir seluruh kelurahan/kampung yang ada menunjukkan keberadaan rumah tangga sangat miskin dan miskin, walaupun pola atau coraknya berbeda antara satu kelurahan/kampung dengan yang lainnya.

2. Jumlah rumah tangga sangat miskin dan miskin yang berasal dari suku Orang Asli Port Numbay lebih banyak terkonsentrasi di wilayah Kampung Waena dan Kampung Yoka, sedangkan untuk rumah tangga sangat miskin dan miskin yang berasal dari suku Orang Asli Papua Non Port Numbay tersebar hampir merata di seluruh wilayah di kelurahan/kampung yang berada di wilayah Distrik Heram.

Saran

Penanggulan kemiskinan merupakan usaha yang komplek. Pemerintah Kota Jayapura perlu melakukan koordinasi dengan Dinas Sosial Provinsi Papua dan stakeholder lainnya, untuk bersama-sama memetakan permasalahan sosial ekonomi pada rumah tangga sangat miskin dan miskin di Kota Jayapura. Sehingga mampu mendapatkan pola penanggulangan yang sesuai dengan kondisi budaya lokal setiap rumah tangga sangat miskin dan miskin di Distrik Heram.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Khosman dkk, 2015, Indikator Kemiskinan dan Misklasifikasi Orang Miskin, Buku Obor Indonesia, Jakarta.

Badan Pusat Statistik, 2008, Analisis Dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2008, BPS Indonesia.

Humudy, MIA, 2008. Pengentasan Kemiskinan dan Pembangunan Manusia di Jawa Barat. Program Pascasarjana Fisip Unpad, Bandung.

Nasikun, 2001, Isu dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan. Diktat Mata Kuliah Program Magister Administrasi Publik. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Perdana, A, 2000, Angka Kemiskinan: Versi Bank Dunia dan Sensitivitasnya, http://angka-kemiskinan-versi-bank-dunia-dan.hmtl.

Pudjiraharu, A. 1999. Konsumsi Pangan Sebagai Indikator Kemiskinan. Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. Suparlan, P. 1995, Kemiskinan di Perkotaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Skor Deskriptor Tingkat Kemiskinan
Gambar 1.   Karateristik Luas Lantai Rumah Menurut Suku Di Distrik Heram Kota Jayapura  Tahun 2016
Gambar 2.   Karateristik Luas Lantai Rumah Menurut Suku Di Distrik Heram Kota Jayapura  Tahun 2016
Gambar 3.   Karateristik  Jenis  Dinding  Rumah  Menurut  Suku  Di  Distrik  Heram  Kota  Jayapura Tahun 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dari kenyatan dilapangan, Penulis menemukan bahwa dalam pengelolaan keuangan desa yang dilakukan oleh aparatur Desa Balai Naras masih belum efektif dan sesuai

Berdasarkan data luas areal tanaman aren yang diusahakan oleh perkebunan rakyat di seluruh Indonesia, Rindengan dan Manaroinsong (2009) memperkirakan produksi nira dari

Nafri melalui 2 (dua) keondoafiannya baik dari arah Barat yaitu Warke dan Timur yaitu Sembekra beserta kepala-kepala suku membentuk suatu pengadilan adat atau

Dari persamaan regresi linear sederhana tersebut mengandung arti bahwa variabel kualitas layanan (X) sebesar 0,977 menunjukkan bahwa setiap kali peningkatan

Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi atau biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada produksi,

Quadrature Hybrid Coupler adalah jenis passive device yang terdiri dari empat port, yaitu port 1 digunakan sebagai port gelombang yang masuk (port input), port 2

Organisasi nirlaba yang dalam hal ini adalah masjid nurul amin dituntut untuk dapat membuat laporan keuangan ekonomi yang sesuai dengan PSAK 45 tentang

Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita