TEKS
1 INFEKSI SALURAN NAPAS DAN PNEUMONIA
TERKAIT PERJALANAN WISATA
I Gede Ketut Sajinadiyasa
Program Studi Ilmu Penyakit Paru Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Pendahuluan
Setiap tahunnya sekitar 1 miliar penumpang pesawat udara yang melakukan perjalanan wisata dan lebih dari 50 juta orang dari negara-negara industri melakukan perjalananan wisata ke negara-negara-negara-negara yang sedang berkembang.1 Menurut laporan UNWTO (World Tourism
organization) di tahun 2010 jumlah wisatawan internasional adalah 940 juta
2
. Bali salah satu tujuan wisata mendapat kunjungan wisatawan setiap tahunnya lebih dari satu juta wisatawan asing. Pada tahun 2014, 2015 berturut-turut: 1.555.747 orang, dan 1.862.242 orang.3
Dalam perjalanan wisata, wisatawan dapat terpapar oleh berbagai patogen dan risiko. Dilaporkan sekitar 20% - 70% orang yang melakukan perjalanan wisata mengalami masalah kesehatan. Secara keseluruhan pada perjalanan wisata internasional didapatkan 1%-5% wisatawan membutuhkan perhatian medis, 0.01%-0.1% membutuhkan evakuasi medis darurat dan 1 diantara 100.000 wisatawan meninggal dunia. Walaupun bukan penyebab utama, penyakit infeksi ikut memberi andil terjadinya kematian pada seseoang yang melakukan perjalanan wisata. Didapatkan 1%
TEKS
2
- 5% kematian oleh karena penyakit infeksi. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian tersering dan trauma sekitar 21%-26% sebagai penyebab kematian 1. Penyakit infeksi yang cukup sering dialami oleh wisatawan diantaranya adalah infeksi pada saluran nafas.1,2 Statistik menunjukkan bahwa perjalanan wisata berisiko tinggi terpapar oleh patogen penyebab infeksi saluran nafas. Dilaporkan sekitar 11-20% wisatawan yang kembali dari perjalanan wisata menderita infeksi saluran nafas akut. Infeksi saluran napas atas lebih sering dijumpai daripada saluran napas bawah.4,5
Memperhatikan tingginya mobilitas masyarakat dalam melakukan perjalanan dan adanya risiko mendapat infeksi saluran napas maka seorang klinisi perlu memahami risiko, etiologi dan penanganan penyakit infeksi saluran napas terkait perjalanan wisata. Pada tulisan ini disampaikan bahasan tentang infeksi saluran napas termasuk pneumonia terkait perjalanan wisata dan penangannya.
Kuman Penyebab Infeksi
Virus merupakan penyebab utama infeksi aluran napas terkait perjalanan wisata. Virus yang sering sebagai penyebab diantaranya adalah rhinovirus, respiratory syncytial virus, influenza virus, parainfluenza virus, human metapneumovirus, measles, mumps, adenovirus, dan coronavirus. Seorang klinisi juga perlu mempertimbangkan seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) Coronavirus, avian influenza H5N1 dan H7N9.
Teks
3 bakterial, bronkitis akut dan pneumonia. Bakteri patogen sebagi penyebab tidak terlalu sering dibanding virus namun penyebab bakterial yang sering adalah Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, Haemophilus
influenzae, and Chlamydophila pneumoniae. Coxiella burnetii dan Legionella
pneumophila kadang dapat menyebabkan wabah dan juga sporadis.4,5
Risiko pada Wisatawan
Wabah merupakan kejadian yang dapat terjadi akibat adanya paparan infeksi di hotel-hotel, kapal pesiar dan diantara kelompok wisatawan. Beberapa jenis kuman patogen yang terkait wabah pada wisatawan diantaranya influenza virus, L. pneumophila, and Histoplasma
capsulatum. Puncak musim influenza di belahan bumi utara adalah sekitar
bulan Desember sampai Februari sedang di belahan bumi selatan adalah sekitar bulan Juni sampai Agustus. Dan wisatawan yang melakuan perjalanan ke daerah tropik berisiko sepanjang tahun.5
Perubahan tekanan udara pada saat pendaratan, lepas landas dapat menimbulkan terjadinya sinusitis dan otitis media. Tranmisi infeksi di dalam pesawat terbang tidak sering oleh karena adanya sirkulasi yang berulang dan filtrasi udara walaupun demikian influenza, tuberkulosis, measles, dan penyakit lainnya dapat terjadi akibat tranmisi di dalam pesawat. Tranmisi dapat terjadi antar penumpang yang duduk saling berdekatan, biasanya melalui kontak langsung dan droplet. Adanya jumlah orang yang banyak
TEKS
4
seperti di bandara, kapal pesiar dan hotel dapat sebagai tempat tranmisi dari patogen respirasi.
Kualitas udara yang tidak baik di tempat tujuan, dan adanya paparan sulfur dioksida, nitrogen dioksida, karbon monoksida, ozone dan artikel lainnya berhubungan dengan risiko kesehatan termasuk peradangan saluran napas, eksaserbasi asma, PPOK, gangguan fungsi paru, bronkitis dan pneumonia. Wisatawan yang memiliki risiko tinggi terjangkit infeksi saluran napas dan paru adalah anak-anak, lansia dan orang dengan penyakit kronis seperti PPOK dan asma.2,4,5
Diagnosis
Identifikasi kuman penyebab umumnya tidak terlalu banyak dilakukan, biasanya diutamakan pada penyakit berat. Bila ada indikasi metode diagnosis yang dapat dilakukan adalah:5,6
Metode molekuler untuk mendeteksi sejumlah virus termasuk virus influenza, parainfluenza, adenovirus, human metapneumovirus, dan patogen yang bukan virus
Rapid test untuk mendeteksi kuman patogen seperti respiratory syncytial virus, influenza virus, L. pneumophila, and group A Streptococcus.
Kultur mikrobiologi sputum dan darah
Pemeriksaan khusus utama untuk pasien yang dicurigai MERS, H5N1 atau H7N9.
Teks
5 Manifestasi Klinis
Sebagian besar infeksi saluran napas terutama yang mengenai saluran napas atas adalah degnan klinis ringan tidak berbahaya. Infeksi saluran napas sering dengan gejala rinorea dan faringitis. Infeksi saluran napas bawah terutama pneumonia dapat menunjukkan gejala klinis yang lebih berat. Infeksi saluran napas bawah sering menyebabkan demam, sesak napas, dan nyeri dada dibanding dengan saluran napas atas. Batuk sering ditemukan baik pada infeksi saluran napas atas maupun bawah. Pasien dengan influenza umumnya ditandai dengan kejadian deman yang mendadak, mialgia, sakit kepala dan batuk. Adanya MERS sebaiknya dipertimbangkan bila ada wisatawan yang demam dengan gejala pneumnia dalam 14 hari setelah datang dari perjalanan dari negara atau dekat dengan negara semenanjung Arab atau ada riwayat kontak erat dengan wisatawan lainnya. Klinisi sebaiknya waspada terhadap daerah-daerah yang berhubungan dengan MERS, dan juga dipertimbangakan adanya infeksi H5N1 dan H7N5 bila ada pasien yang menderita penyakit respirasi akut yang berat yang membutuhkan rawat inap dan tidakk ada etiologi lain sebagai penyebab dan pasien dalam sepuluh hari terakhir ada riwayat mendatangi negara atau tempat yang terkonfirmasi kasus H5N1 atau H7N9 baik pada manusia ataupun binatang atau pernah kontak erat dengan orang yang sakit pada daerah tersebut dalam 10 hari terakhir. Emboli paru juga hendaknya dipertimbangkan sebagai diagnosis banding pada seorang wisatawan
TEKS
6
dengan sesak napas, batuk, nyeri pneuritik dan demam, terutama pada pasien yang mempunyai riwayat perjalanan dengan kendaraan dalam waktu lama atau pesawat udara yang cukup lama.4,5,6
Terapi
Tatalaksana penyakit yang terjadi pada wisatawan dan bukan wisatawan pada perinsipnya sama, walaupun dengan penyakit yang progresif dan berat. Yang sebaiknya dievaluasi adalah penyakit yang spesifik pada daerah tujuan wisata dan ada tidaknya paparan. Sebagian besar infeksi respirasi oleh karena virus biasanya ringan dan tidak membutuhkan terapi khusus atau antibiotika. Terapi mandiri dengan antibiotika selama perjalanan wisata dapat dipertimbangkan pada pasien dengan risiko tinggi dengan gejala infeksi saluran napas bawah.5,6 Flurokuinolon respirasi seperti levofloxacin atau macrolid seperi azitromisin dapat diberikan sebagai persiapan sebelum perjalanan wisata.
Kondisi tertentu yang memerlukan intervensi medis yang optimal diantaranya:5
Faringitis tanpa rinorea, batuk atau gejala lain yang mengindikasikan adanya infeksi streptokokus group A
Adanya kejadian yang mendadak seperti batuk, demam dan nyeri dada mengindikasikan adanya pneumonia atau emboli paru, bila terjadi situasi ini sebaiknya seorang wisatawan mendapatkan perawatan medis
Teks
7 Wisatawan dengan kondisi penyakit sebelumnya seperti asma, penyakit paru lainnya dan penyakit jantung sebaiknya mencari pertolongan medis lebih awal dibandng wisatawan dengan kondisi kesehatan yang baik.
Pencegahan
Vaksinasi mampu mencegah beberapa penyakit pada organ respirasi, termasuk influenza, S. Pneumonia, H, influenza tipe B, pertusis, dipteria, varicella, dan measles. Bila tidak ada kontraindikasi, wisatawan sebaiknya divaksinasi influenza dan selanjutnya diberikan sebagai imunisasi rutin.2,5,6 Menghindari penyakit respirasi saat perjalanan wisata sangat sulit tapi pencegahan yang mungkin dapat dilakukan adalah sebagai berikut.5
Mengurangi kontak erat dengan seseorang yang menderita batuk dan bersin
Sering-sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau cairan dengan konsentrasi alkohol > 60% bila sabun dan air tidak tersedia
Gunakan nasal vasokontriktor spray sebelum perjalanan dengan pesawat udara bila memiliki ganguan pada tuba eustasius, untuk mengurangi kemungkinan terkena otitis atupun barotrauma.
TEKS
8
Ringkasan
Infeksi saluran napas termasuk pneumonia merupakan penyakit yang cukup sering diderita oleh wisatawan setelah kembali dari perjalanan wisata. Sekitar 20 % dari wisatawan ditemukan menderita infeksi saluran napas. Sebelum melakukan perjalanan perlu di ketahui risiko dan faktor risiko yang mungkin terjadi saat perjalanan seperti mengetahui kemungkinan adanya penyakit didaerah wisata atau suadh adanya penyakit tertentu pada diri seorang wisatawan.
Penanganan penyakit respirasi saat perjalan wisata ataupun setelah kembali dari perjalanan wisata pada perinsipnya sama dengan orang tanpa melakukan perjalanan wisata, namun perlu diperhatikan penyebab tertentu sesuai riwayat dan pengetahuan akan kumam penyebab.
Walaupun paparan terhadap infeksi saluran napas sulit dihindarkan, pencegahan dengan pemberian vaksin dapat memberika kekebalan terhadap beberapa penyakit infeksi saluran napas dan jangan lupa mengindari orang yang terinfeksi atau daerah yang rawan tranmisi infeksi serta jangan lupa kebersihan diri sendiri seperti mencuci tangan dengan baik.
Daftar Pustaka
1. Ryan ET, Kain KC. Health Advice and Immunizations For Traveler. N Engl J Med 2000; 342: 1716-25
Teks
9 2. World Health Organization, International Travel & Health:
Infectious diseases of potential risk for travelers; WHO, 2012. 3. Dinas Pariwisata Pemerintah Proinsi Bali. Disparda.baliprov.go.id
diakses tanggal 3/7/2016
4. Fenge HFG. Travel-associated pneumonias. Pneumologie 2014; 68 (10): 685-695
5. Ryan ET, LaRocque RC. Respiratory Infection the pre-Travel Consultation Centers for Disease Control and Prevention wwwnc.cdc.gov post travel evaluation.2016 diakses tanggal 3/7/2016
6. Jones TC, Syndromes in the retuened traveler, Cough and Respiratory Tract Infections. In. Cohen J, Powderly WG, Berkley SF, Calandra T, Clumeck N, Finch RG, Hammer Sc, et al. Editors. Infectious Diseases, 2nd ed. Mosby, Edinburgh: 2004: p.1491-1496