• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM KARTOGRAI DASAR (GKP 0101) PRAKTIKUM I PETA DAN KETELITIAN PENGGAMBARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM KARTOGRAI DASAR (GKP 0101) PRAKTIKUM I PETA DAN KETELITIAN PENGGAMBARAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

KARTOGRAI DASAR (GKP 0101)

PRAKTIKUM I

PETA DAN KETELITIAN PENGGAMBARAN

Disusun Oleh : Nama : Etik Kurniawati NIM : 14/365074/GE/07788 Progran Studi : Pembangunan Wilayah Hari/Pukul : Senin/ 15.00-17.00 WIB Asisten : 1. Hernandea Frieda Forestriko

2. Ikhsan Wicaksono

LABORATORIUM DESAIN KONSTRUKSI DAN ANALISA PETA

JURUSAN SAINS INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGEMBANGAN WILAYAH

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

(2)

ACARA I

PETA DAN KETELITIAN PENGGAMBARAN

I. TUJUAN

1. Mampu menggambarkan bebagai macam kenampakan/fenomena kedalam suatu simbol, baik berupa titik, garis maupun area.

2. Mampu melatih ketelitian dalam menggambar peta secara manual. 3. Mempu memahami devinisi kartografi

4. Mampu memahami devinisi peta 5. Mampu mengetahui sejarah kartografi

6. Mampu mengenali dan membedakan barbagai macam peta 7. Mampu mengidentifikasi kelengkapan peta

II. ALAT DAN BAHAN

1. Gambar atau peta acuan (guide map) 2. Berbagai macam peta

3. Kertas Kalkir 4. Rapidograph 5. Sablon Huruf 6. Alat Tulis 7. Meja Sinar

III. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Singkat Geografi

Geografi ialah sebuah ilmu yang bertumpu pada 3 macam pendekatan, ekologi, spasial, dan kompleks wilayah (Hagget, 1983). Dalam memahami konsep spasial dibutuhkan alat bantu yang memudahkan manusia dalam mengamati permukaan bumi, salah satunya adalah peta. Namun demikian mendefinisikan peta bukanlah sesuatu yang mudah (Tyner, 2010). Salah satu definisi peta yag cukup lengkap yaitu suatu representasi/gambaran unsur-unsur kenampakan yang abstrak, atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang digambarkan untuk mewakili kenampakan di dalamnya.

Proses pembuatan peta sendiri selalu berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi, namun demikian prinsip-prinsip kartografis harus tetap dipertahannkan. Kartografi ialah seni, ilmu pengetahuan dan teknologi tentang pembuatan peta-peta, sekaligus mencakup studinya sebagai dokumen ilmiah dan hasil karya seni (ICA, 1973). Dalam konteks ini peta dianggap termasuk semua tipe peta, plans (peta rencana), charts, bentuk tiga dimensional, dan globe yang menyajikan model bumi atau sebuah benda angkasa pada skla tertentu. Dari definisi diatas dapat dimengerti bahwa tugas seorang kartografer adalah membuat peta, yaitu merancang peta (map design) yang meliputi desain simbol (symbol design), tata letak peta (map layout), isi peta (map content), dan generalisasi (generalization). Dalam pengertian yang lebih luas kartografi terdiri dari berbagai kegiatan, diantaranya adalah penyiapan peta, penggunaan peta, dan menganggap

(3)

peta sebagai alat komunikasi. Kartografi juga mempelajari kegiatan koleksi data, klasifikasi data, desain dan kontruksi peta, charts, plans, dan atlas.

B. Pengertian Peta

Peta adalah suatu media komunikasi grafis yang berarti informasi yang diberikan dalam peta berupa suatu gambar atau simbol. Secara sederhana simbol dapat diartikan sebagai suatu gambar atau tanda yang mempunyai arti atau makna tertentu. Simbol dalam peta memegang peranan yang sangat penting, bahkan dalam peta khusus atau peta tematik simbol merupakan informasi utama untuk menunjukkan tema suatu peta. Menurut bentuknya simbol dapat dikelompokkan menjadi simbol titik, simbol garis dan simbol area atau bidang, sedangkan menurut wujud simbol dalam kaitannya dengan unsur yang digambarkan dapat dibedakan menjadi abstrak/geometrik, huruf dan nyata (piktorial). Simbol piktorial adalah suatu simbol yang wujudnya memiliki kemiripan dengan wujud unsur yang digambarkan, sedangkan simbol geometrik adalah simbol yang wujudnya tidak memiliki kemiripan dengan unsur yang digambarkan.

Gambar 1. Peta Rupa Bumi Lembar Makasar

Salah satu contoh peta yang digunakan sebagai peta dasar ialah Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) yang dibuat oleh Badan Informasi Geospasial, dulu Bakorsurtanal (Gambar 1). Dalam proses pembuatannya Peta RBI memanfaatkan foto udara (fotogranetri) dan survei terestrial. Kraak dan Orneling (2010) menyebutkan selain dua sumber yang telah disebutkan, terdapat empat sumber lainnya yang dapat digunakan dalam kegiatan pemetaan, yaitu data statistik, pengindraan jauh, diditalisasi peta analog, dan sensus data. Teknologi Global Positioning System (GPS) yang kini marak terintegrasi dalam perangkat smartphone juga turutmemperkaya khasanah pemetaan (Krygier dan Wood, 2011)

C. SEJARAH PERKEMBANGAN KARTOGRAFI

Sebuah peta adalah representasi grafis atau model skala konsep spasial. Ini adalah cara untuk menyampaikan informasi geografis. Peta adalah media universal untuk komunikasi, mudah dimengerti dan dihargai oleh kebanyakan orang, tanpa memandang bahasa atau budaya. Incorporated di peta adalah pemahaman bahwa itu adalah “snapshot” dari sebuah ide, gambar tunggal, pilihan konsep dari terus berubah database informasi geografis

(4)

(Merriam 1996). Peta lama memberikan banyak informasi tentang apa yang dikenal di masa lalu, serta budaya dan filosofi dasar peta, yang sering jauh berbeda dari kartografi modern. Peta adalah salah satu cara dimana para ilmuwan mendistribusikan ide-ide mereka dan meneruskannya kepada generasi mendatang (Merriam 1996).

Peta di Awal Perkembangan

Kartografi adalah seni dan ilmu pembuatan peta. Peta tertua yang diawetkan pada tablet tanah liat Babilonia dari sekitar 2300 SM Kartografi itu cukup maju di Yunani kuno. Konsep Bumi bulat itu terkenal di kalangan filsuf Yunani pada saat Aristoteles (ca. 350 SM) dan telah diterima oleh semua geografer.

kartografi Yunani dan Romawi mencapai puncak dengan Claudius Ptolemaeus (Ptolemy, sekitar tahun 85-165). “peta dunia” digambarkan. Dunia Lama dari sekitar 60 ° N ke 30 ° S garis lintang. Dia menulis karya monumental, Panduan untuk Geografi (Geographike hyphygesis), yang tetap menjadi referensi otoritatif di geografi dunia hingga Renaissance.

Medieval Maps

Selama periode Abad Pertengahan, peta Eropa didominasi oleh pandangan agama. Peta ATAS adalah hal biasa. Dalam format peta, Yerusalem digambarkan di pusat dan timur berorientasi pada bagian atas peta.eksplorasi Viking di Atlantik Utara secara bertahap dimasukkan ke dalam pandangan dunia dimulai pada abad ke-12. Sementara itu, kartografi dikembangkan lebih praktis dan realistis sepanjang garis di tanah Arab, termasuk wilayah Mediterania. Semua peta, tentu saja, ditarik dan diterangi dengan tangan, yang membuat distribusi peta sangat terbatas.

Renaissance Maps

Penemuan pencetakan membuat peta lebih banyak tersedia dimulai pada abad ke-15. Peta berada di blok kayu pertama yang dicetak menggunakan diukir (lihat di atas). Di antara pembuat peta yang paling penting pada masa ini adalah Sebastian Münster di Basel (sekarang Swiss). Nya Geographia, yang diterbitkan pada tahun 1540, menjadi standar global baru untuk peta dunia.

Percetakan dengan pelat tembaga terukir muncul pada abad 16 dan terus menjadi standar hingga teknik fotografi dikembangkan. Kemajuan besar dalam pemetaan terjadi pada Zaman Eksplorasi di abad 15 dan 16.pembuat Peta menanggapi dengan grafik navigasi, yang digambarkan garis pantai, pulau, sungai, pelabuhan, dan fitur yang menarik berlayar. baris Kompas dan bantuan navigasi lainnya termasuk, proyeksi peta baru dibuat, dan bola dibangun. peta dan bola dunia tersebut diselenggarakan di nilai besar untuk, militer, dan diplomatik tujuan ekonomi, dan sebagainya sering dianggap sebagai atau komersial rahasia nasional – atau kepemilikan peta rahasia.

(5)

Seluruh-peta dunia pertama mulai muncul di awal abad ke-16, setelah pelayaran oleh Columbus dan orang lain untuk Dunia Baru. Peta dunia pertama benar biasanya dikreditkan ke Martin Waldseemüller di tahun 1507.Peta ini digunakan proyeksi Ptolemaic diperluas dan adalah peta pertama yang menggunakan nama Amerika untuk Dunia Baru – lihat Waldseemüller’s peta dunia .

Gerardus Mercator dari Flanders (Belgia) adalah kartografer terkemuka dari pertengahan abad ke-16. Ia mengembangkan proyeksi silinder yang masih banyak digunakan untuk grafik navigasi dan peta global. Ia menerbitkan peta dunia pada 1569 yang didasarkan pada proyeksi ini. Banyak proyeksi peta lainnya segera dikembangkan.

Modern Maps

Peta menjadi semakin akurat dan faktual selama abad ke-17, 18 dan 19 dengan penerapan metode ilmiah. Banyak negara melakukan program pemetaan nasional. Meskipun demikian, sebagian besar dunia ini kurang diketahui sampai meluasnya penggunaan foto udara berikut perang Dunia I. Kartografi Modern didasarkan pada kombinasi pengamatan tanah dan penginderaan jauh.

Sistem Informasi Geografis (GIS) muncul pada periode-80 1970. GIS merupakan perubahan besar dalam paradigma kartografi. Dalam tradisional (kertas) kartografi, peta itu dipandang baik sebagai database dan menampilkan informasi geografis. Untuk GIS, database, analisis, dan menampilkan secara fisik dan konseptual aspek terpisah dari penanganan data geografis. Sistem Informasi Geografis terdiri dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data digital, orang, organisasi, dan lembaga untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan menampilkan informasi bergeoreferensi tentang bumi (Nyerges 1993).

Apakah peta representasi yang realistis dari dunia nyata? Tidak – tidak pernah! Pengukuran di lapangan tunduk pada kesalahan akurasi dan presisi. Foto udara

(6)

dan citra satelit hanya menggambarkan bagian tertentu dari spektrum cahaya, seperti disaring melalui instrumen suasana dan deteksi peta. Tidak ada yang bisa menggambarkan semua, biologi, dan budaya ciri-ciri fisik bahkan untuk wilayah terkecil. Sebuah peta hanya dapat menampilkan beberapa fitur yang dipilih, yang biasanya digambarkan dalam gaya simbolik yang sangat sesuai untuk beberapa jenis skema klasifikasi. Dengan cara ini, semua peta estimasi, generalisasi, dan interpretasi kondisi geografis yang benar.

Semua peta yang dibuat sesuai dengan asumsi-asumsi dasar tertentu, untuk datum permukaan laut misalnya, yang tidak selalu benar atau diverifikasi. Akhirnya peta manapun adalah produk dari usaha manusia, dan dengan demikian dapat dikenakan kesalahan tanpa sadar, keliru, bias, atau penipuan langsung. Terlepas dari keterbatasan ini, peta terbukti sangat beradaptasi dan berguna melalui beberapa ribu tahun peradaban manusia. Peta dari segala jenis secara fundamental penting bagi masyarakat modern.

D. Penggolongan PetaI 1. Berdasarkan Sifat

Peta Topografi

Peta topografi dimaksudkan sebagai gambaran yang merupakan sebagian atauseluruh permukaan bumi yang digambar pada bidang datar dengan cara tertentu danskala tertentu yang mencakup unsur-unsur alam saja, unsur buatan manusia sajaatau keduanya. Contoh unsur-unsur alam adalah gunung, sungai, danau, laut,vegetasi dan sebagainya. Sedangkan contoh unsur-unsur buatan manusia adalahrumah, jembatan, gardu listrik, gudang, pelabuhan dan sebagainya.  Peta Tematik

Peta tematik dimaksudkan sebagai peta yang memuat atau menonjolkan tema(unsur) tertentu. Walaupun temanya tertentu, tetapi sering peta tersebut membutuhkan "tempat" untuk wadah peta ini yaitu peta topografi. Oleh karena ituterkadang dalam peta tematik masih ada beberapa unsur pada peta topografi yang ikut pada lembar peta tersebut. Contoh peta tematik:

1. peta jaringan (jaringan pipa air minum, peta jaringan jalan, jaringantelekomunikasi, jaringan listrik, jaringan irigasi dll).

2. peta ketinggian (kontur, Digital Terrain Model / Digital Elevation Model). 3. peta tata guna lahan (land use) seperti sawah, hutan, kebun, ladang.

4. peta penyebaran penduduk. 5. peta batas administrasi, dll.

2. Berdasarkan Macamnya

Peta Garis

Peta garis didapat dari survei lapangan yaitu pengukuran di lapangan yangselanjutnya dihitung dan terakhir disajikan dalam bentuk plotting pada kertas, kalkirataupun pada drafting film . Ada pula peta garis yang didapat dari foto udara yangdiproses dengan cara mengeplotkan hasil foto tersebut sedemikian rupa sehinggatergambar menjadi peta garis.

Peta foto

Peta foto didapat dari survei udara yaitu melakukan pemotretan lewat udara padadaerah tertentu dengan aturan fotogrametris tertentu. Sebagai gambaran padafoto dikenal ada 3 (tiga) jenis yaitu foto tegak, foto miring dan foto miring

(7)

sekali. Yang dimaksud dengan foto tegak adalah foto yang pada saat pengambilan objeknyasumbu kamera udara sejajar dengan arah gravitasi (tolerensi <3o), sedangkan yang disebut dengan foto miring sekali apabila pada foto tersebut horison terlihat. Untuk foto miring, batasannya adalah antara kedua jenis foto tersebut. Secara umum foto yang digunakan untuk peta adalah foto tegak (Wolf, 1974).

3. Berdasarkan Skala

Pembagian peta berdasarkan skalanya masih belum ada kesepakatan antara ahli. Salahsatu pendapat yang membagi peta berdasarkan skalanya, peta tersebut dikelompokkanmenjadi 3 (tiga) bagian yaitu:

Skala besar

Peta dikatakan skala besar jika bilangan skalanya kurang dari atau sama dengan10000 atau skala

1 : 10000  Skala sedang

Peta dikatakan skala sedang jika bilangan skalanya lebih dari 10000 sampai dengankurang dari atau sama dengan 100000 atau skalanya antara 1 : 10000 > skalasedang 1 : 100000

Skala Kecil

Peta dikatakan skala kecil jika bilangan skalanya lebih besar dari 100000 atauskalanya < 1 : 100000.

4. Media Peta (Dent, Torguson, & Holder, 2009) a. Peta Mental (mental map)

Peta mental merupakan angan-angan manusia yang memiliki atribut spasial. b. Peta Cetak/permanen (paper maps/permanent maps)

Peta cetak merupakan peta dalam bentuk hardcopy, berwujud bendawi (tangible).

c. Peta Virtual (Virtual Maps)

Peta virtual merupakan peta digital, baik tersaji pada layar monitor, sorot proyektor, ataupun media penyimpanan data digital (digital storage drive).

E. Fungsi Peta

 Peta sebagai Media Informasi

Peta merupakan media penyajian informasi berreferensi geografis dari suatu wilayah, dan peta dibuat untuk kepentingan orang lain, yaitu pengguna peta atau pembaca peta (map reader). Oleh karena itu, fungsi peta adalah memberikan informasi tentang suatu obyek kepada pengguna peta agar informasi tersebut dapat dimanfaatkan. Dalam melakukan desain kartografi perlu difahami arti suatu informasi dan manfaatnya bagi pengguna peta. Tanpa memahaminya, sukar bagi seorang kartographer untuk membuat peta yang mempunyai nilai informasi (informatif). Banyak peta yang menyajikan informasi sesuai dengan tema petanya; tetapi apakah peta tersebut mempunyai nilai informasi, masih perlu dipertanyakan.

Contoh: Pembuatan peta vegetasi wilayah tertentu. Pengguna peta atau pembaca peta (map reader) akan bertanya: dimana lokasi hutan tersebut (keadaan fisik: dirawa, tanah kering datar atau berbukit/gunung; fungsi hutan: apakah terletak di hutan lindung, hutan produksi atau diluar kawasan) dan bagaimana kondisinya (hutan perawan, bekas tebangan, atau terdapat areal bukan hutan). Kejelasan informasi tersebut penting untuk

(8)

pengguna peta, khususnya dalam memberikan perlakuan terhadap wilayah tersebut. Namun, karena berbagai keterbatasan (skala peta, tersedianya data dll.) tidak semua keinginan dan harapan pengguna peta terpenuhi.

Sehubungan dengan informasi yang akan disajikan kedalam peta, perlu kejelasan, mana informasi utama dan mana informasi tambahan agar peta mudah difahami isinya. Dalam hal ini, informasi dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok :

 Informasi dasar, yaitu unsur-unsur pada peta dasar yang perlu atau tidak perlu disajikan sebagai latar peta tematik (berhubungan dengan generalisasi). Informasi pokok, yaitu informasi yang berkaitan dengan tema peta. Apakah hutan perlu diklasifikasi atau distratifikasi. Apakah batas fungsi hutan atau batas administrasi perlu dicantumkan?

 Informasi penunjang, yaitu informasi yang diharapkan dapat melengkapi informasi pokok dan ada relevansinya untuk dicantumkan dalam peta. Informasi apa saja yang perlu dicantumkan pada peta tematik sulit dirinci. Hal ini sangat tergantung kepada tema peta, tersedianya data dan karakteristik serta relevansinya. Apabila unsur-unsur dan informasinya terlalu banyak, maka petanya akan menjadi ruwet dan sukar dibaca; sedangkan kalau informasinya terlalu sedikit, peta menjadi kurang informatif.

 Peta sebagai Sistim Komunikasi

Fungsi peta adalah menyajikan suatu informasi tentang suatu obyek kepada pembaca peta. Agar informasinya mudah diterima dan cepat dipahami, maka cara penyampaiannya harus jelas, dengan bahasa sederhana. Bahasa peta adalah simbol-simbol (titik, garis dan luasan/areal, kualitatif/kuantitatif, warna, notasi, arsir) yang merupakan sistim komunikasi antara pembuat peta dengan pembaca peta. Pokok permasalahannya adalah bagaimana membuat simbol-simbol dan menempatkan kedalam ruang peta sehingga pembaca peta dapat membacanya dengan mudah dan menafsirkan artinya dengan benar.

Peta adalah untuk dilihat pada jarak pandang tertentu, yang kemudian dipelajari dan dikaji isinya. Apabila pembaca peta tidak memahaminya maka peta akan kehilangan arti dan fungsinya. Oleh karena itu, simbol harus dibuat dengan jelas dan tegas, dan antara satu dengan simbol yang lain harus dapat dibedakan dengan mudah. Perbedaan simbol-simbol dapat berupa: bentuk, ukuran (besar, lebar), ketebalan, kerapatan, warna dan gradasinya.

IV. LANGKAH KERJA

1. Mengidentifikasi Kelengakapan Peta.

1. Cari dan pilih minimal 4 peta, sumber dapat berasal dari internet.

2. Identifikasi peta berdasarkan judul peta, klasifikasi, skala isi, pembuat, tahun pembuatan, dan beri keterangan tambahan.

(9)

3. Masukkan hasil identifikasi dalam tabel.

2. Menyalin Peta Maastricht di Kertas HVS dan Kertas Kalkir

1. Siapkan alat yang akan digunakan (alat gambar dan tulis) termasuk peta atau gambar yang akan disalin.

2. Letakkan guide map atau gambar yang akan disalin di atas landasan menggunakan perekat.

3. Letakkan kertas kalkir/ kertas HVS yang akan digunakan untuk menyalin. 4. Salinlah peta dengan teliti menggunakan drawing pen, perhatikan tebal tipis

sesuai dengan kondisi gambar.

5. Setelah selesai, cantumkan kelengkapan peta, dan beri keterangan nama dan NIM.

Menyiapkan minimal 4 buah peta

Identifikasi peta berdasarkan judul, klasifikasi, skala, isi, pembuat, tahun, dan keterangan yang tertera dalam tabel

Hasil Identifikasi Peta

Kertas HVS Kertas Kalkir Meja Sinar Drawing Pen

Menyalin Guide Map (Peta Maastricht) di kertas kalkir maupun kertas HVS

Hasil Peta Maastricht Lengkapi dengan Legenda, keterangan, Nama dan NIM

(10)

V. HASIL PRAKTIKUM

1. Tabel Identifikasi Kelengkapan Peta (Terlampir) 2. Peta Salinan di Kertas HVS (Terlampir)

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Murti, Sigit H, 2014. Petunjuk Praktikum Kartografi Dasar (GKP 0101). Yogyakarta: Fakultas Geografi, UGM.

Dent. B.D, Turguson, J.S & Holder, T.W, 2009. Cartography: Thematic map disgn (6th ed,). New York, Amerika Serikat: McGraw-Hill.

http://academic.emporia.edu (19 September 2014, 20:21)

http://penjelajah.babelred.com/categoria.asp?idcat=21 (19 september 2014, 20:23)

Gambar

Gambar 1. Peta Rupa Bumi Lembar Makasar

Referensi

Dokumen terkait