• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN. mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk sama-sama melakakukan aktivitasaktivitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PEMBAHASAN. mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk sama-sama melakakukan aktivitasaktivitas"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemimpin

Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan. Khususnya kecakapan atau kelebihan di suatu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk sama-sama melakakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan (Kartono,2010:18)

Menurut Herry Pratt Fairchild (dalam Kartono 2010:23) pemimpin adalah seorang yang memimpin dengan jalan memprkarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui kekuasaan dan posisi. Pemimpin dituntut untuk mampu menciptakan budaya, nilai-nilai, dan kewajiban bersama dengan bawahan. Melalui budaya, nilai-nilai, dan komitmen bersama ini organisasi bergerak cepat, tanpa memburuhkan pengawasan ketat. Setiap orang di dalam organisasi harus menjadi pemimpin sehingga tanggung jawab pribadi menjadi nilai utama untuk melayani organisasi.

Pemimpin dituntut untuk menjadi pelayan bagi organisasi dan bawahan. Visi organisasi tidak hanya dimiliki oleh pemimpin, tetapi oleh seluruh anggota organisasi. Pemimpin dituntut untuk tidak menjadi pahlawan, tetapi menuntut setiap orang di dalam organisasi menjadi pahlawan bagi kemajuan organisasi.

(2)

Ada 3 sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin, yaitu:

1. Kepercayaan diri. 2. Kejujuran.

3. Integritas.

B. Ciri-ciri Pemimpin

1. Seorang pemimpin tidak dapat memotivasi pengikutnya,apabila mereka tidak mengerti apa yang diinginkan pemimpin tersebut. Para pemimpin yang berhasil, cenderung memiliki perhatian dalam berbagai bidang, hal mana kiranya merupakan suatu refleksi tentang sikap ingin tahu yang ekstensif dan pendidikan yang baik.

2. Para pemimpin biasanya bersifat dewasa secara mental dan emosional. Kedewasaan mental mencakup kebiasaan metodologi ilmiah dan pengertian. Dimilikinya keseimbangan emosional bahkan lebih penting bagi seorang pemimpin.

3. Para pemimpin juga mempunyai rangsangan kuat yang datang dari dalam diri sendiri. Mereka merasakan adanya dorongan luar biasa untuk memenuhi keinginan-keinginan pribadi mereka. Dalam bidang kepemimpinan, mereka melihat cara yang terbaik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dan konsekuensinya adalah bahwa mereka ingin “memimpin” dan secara aktif mencari peluang untuk menjadi pemimpin. 4. Seorang pemimpin mengerti pentingnya kerjasama. Mereka yang

(3)

yang telah berhasil menggerakkan para pengikut mereka untuk bekerjasama.

C. Gaya Kepemimpinan

Menurut Nawawi (2003:115) Gaya kepemimpinan adalah perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para anggota organisasi atau bawahannya.

Beberapa gaya kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Gaya Kepemimpinan Otoriter

Gaya kepemimpinan ini menghimpun sejumlah perilaku atau gaya kepemimpinan yang bersifat terpusat pada pemimpin (sentralistik) sebagai satu-satunya penentu, penguasa dan pengendali anggota organisasi dan kegiatan dalam usaha mencapai tujuan organisasi.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor terpenting dalam kepemimpinan yang dilakukan berdasarkan dan mengutamakan orientasi pada hubungan dengan anggota organisasi.

3. Gaya Kepemimpinan Bebas (Laissez Faire atau Free-Rein)

Gaya kepemimpinan ini pada dasarnya berpandangan bahwa anggota organisasi mampu mandiri dalam membuat keputusan atau mampu mengurus dirinya masing-masing, dengan sedikit mungkin pengarahan atau penunjukan

(4)

petunjuk dalam merealisasikan tugas pokok masing-masing sebagaibagian dari tugas pokok organisasi.

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis, gaya kepemimpinan pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan adalah gaya kepemimpinan otoriter. Karena pemimpin terpusat kepada peraturan-peraturan yang ditetapkan.

D. Tujuan dan Tipe Pemimpin

Menurut Siagian (2003:40) Teori kepemimpinan ada delapan macam yaitu sebagai berikut :

1. Teori Kepemimpinan Sifat

Analisa ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin ini dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan “The GreatmaThery”. Dalam perkembangannya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian. Sifat-sifat yang dianggap harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah:

a. Kecerdasan

Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi diatas kecerdasan rata-rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada

(5)

umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibanding dengan pengikutnya.

b. Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial

Umumnya didalam melakukan interaksi social dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosional yang matang dan stabil, Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya. c. Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi

Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian mencerminkan pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.

d. Sikap Hubungan Kemanusiaan

Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya.

e. Kemampuan Berkomunikasi

Seorang pemimpin pandai berbicara dan dapat menulis dengan jelas serta tegas, ia memiliki kemampuan untuk mengemukakan secara singkat pendapat-pendapat orang lain dan mengambil intisari dari pernyataan.

f. Perseftif

Sifat ini berhubungan dengan kemampuan untuk mendalami cirri-ciri dan kelakuan orang lain, dan terutama pihak bawahannya. Hal tersebut mencakup kemampuan untuk memproyeksi diri sendiri secara mental dan emosional kedalam posisi orang lain.

(6)

g. Kreativitas

Sifat ini sangat didambakan pada seorang pemimpin, guna memecahkan suatu masalah dan untuk memikirkan cara ataupun ide baru.

h. Partisipasi Sosial

Sorang pemimpin “mengerti” manusia dan ia mengetahui pula kekuatan serta kelemahan mereka. Ia menyesuaikan diri dengan berbagai kelompok dan ia memiliki kemampuan untuk berhadapan dengan orang-orang dari kalangan manapun juga.

i. Persuasive

Tidak terdapat adanya kepemimpinan tanpa persetujuan pihak yang akan dipimpin. Untuk memperoleh persetujuan tersebut, seorang pemimpin biasanya harus menggunakan persuasi.

j. Energi atau Rangsangan

Banyak orang berpendapat bahwa salah satu diantara ciri pemimpin yang menonjol adalah bahwa ia adalah lebih energik dalam usaha tujuan dibandingkan dengan seorang bukan pemimpin . energi mental dan fisik diperlukan.

2. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi

Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang berdasarkan teori ini memiliki kecenderungan kearah dua hal:

a. Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan.

(7)

Contoh : gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, member masukan pada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.

b. Kedua disebut struktur inisiasi yaitu Ksecenderungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat, bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai. Jadi, berdasarkan teori, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahannya.

3. Teori Kepemimpinan Situasi

Gaya kepemimpinan yang mungkin berbeda mungkin lebih tepat untuk jenis tertentu dalam pengambilan keputusan tertentu. Contohnya seorang pemimpin berada dalam kelompok yang anggotanya berpengetahuan dan berpengalaman, gaya otoriter mungkin paling tepat. Dalam kasus lain dimana anggota kelompok adalah asli yang terampil, gaya demokratis akan lebih efektif.

4. Teori Otokratis

Kepemimpinan menurut teori ini didasarkan atas perintah-perintah, pemaksaan antar hubungan atasan dengan bawahan. Pemimpin akan cenderung mencurahkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaan, ia melaksanakan pengawasan seketat mungkin dengan maksud agar pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan rencana. Pemimpin otokratis menggunakan perintah yang biasanya diperkuat oleh adanya sanksi-sanksi.

(8)

5. Teori Psikologi

Pendekatan ini terhadap kepemimpinan menyatakan bahwa tinggi seorang pemimpin adalah : mengembangkan system motivasi terbaik. Pemimpin merangsang bawahannya kea rah kecepatan sasaran-sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan-tujuan pribadi mereka. Tipe kepemimpinan ini sangat memperhatikan hal-hal emosional dan kesempatan untuk memperhatikan keinginan dan kebutuhannya.

6. Teori Sosiologis

Teori ini menyatakan bahwa seorang pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dengan mengikut sertakan para pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir. Pemimpin juga diharapkan untuk mengambil tindakan-tindakan korektif, menjalankan pengaruh kepemimpinannya dan mengembalikan keharmonisan serta usaha-usaha kooperatif antara para pengikutnya apabila terjadi konflik.

7. Teori “Laissez Faire”

Berdasarkan teori ini, seorang pemimpin memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada pengikutnya dalam hal menentukan aktivitas mereka, ia tidak berpartisipasi, atau apabila hal itu dilakukan maka partisipasi tersebut hamper tidak berarti. Pendekatan ini merupakan kebalikan langsung dari teori otokratis. Kelompok-kelompok “LAISSEZ-FAIRE” cenderung membentuk pemimpin-pemimpin informal.

(9)

8. Teori Suportif

Dalam teori ini, pihak pemimpin beranggapan bahwa para pengikutnya ingin berusaha sebaik-baiknya dan bahwa ia dapat memimpin dengan baik melalui tindakan membantu usaha-usaha mereka. Dapat diartikan, dalam teori ini pemimpin menciptakan suatu lingkungan kerja yang mampu mempertebal keinginan seetiap pengikut untuk melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin, bekerjasama dengan pihak lain, serta mengembangkan skill nya dan keinginannya sendiri.

E. Fungsi-fungsi Kepemimpinan

Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Sedangkan fungsi kepemimpinan berhubungan dengan situasi social dalam kehidupan kelompok atau organisasi dimana fungsi kepemimpinan harus diwujudkan dalam interaksi antar individu.

Menurut Rivai dan Basri (2005:53), secara operasional fungsi pokok kepemimpinan dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Fungsi Instruktif

Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah, pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana perintah ini dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.

(10)

b. Fungsi Konsultif

Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah, pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnyayang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang di pimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feedback) untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan . dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan-keputusan pimpinan, akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya sehingga kepemimpinan berlangsung efektif.

c. Fungsi Partisipasi

Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berate bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana.

(11)

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi dan aspirasi.

e. Fungsi pengendalian

Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses atau efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian ini dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengarahan.

F. Peranan Pemimpin

Menurut Siagian (2003:66) peran pemimpin atau kepemimpinan dalam perusahaan ada tiga bentuk yaitu:

1. Peran yang bersifat Interpersonal dalam organisasi adalah bahwa seorang pemimpin dalam perusahaan atau organisasi merupakan simbol akan keberadaan organisasi, seorang pemimpin bertanggung jawab untuk memotivasi dan memberikan arahan kepada bawahan, dan seorang pemimpin mempunyai peran sebagai penghubung.

(12)

Peran yang bersifat informasional mengandung arti bahwa seorang pemimpin dalam organisasi mempunyai peran sebagai pemberi, penerima dan penganalisa informasi.

3. Peran pengambil keputusan

Peran pemipin dalam mengambil keputusan mempunyai arti bahwa pemimpin mempunyai peran sebagai penentu kebijakan yang akan diambil berupa strategi-strategi bisnis yang mampu untuk mengembangkan inovasi, mengambil peluang atau kesempatan dan berorganisasi dan menjalankan usaha dengan konsisten.

Menurut Tika (2006:64) Ada Sembilan peranan kepemimpinan seorang dalam organisasi yaitu :

1. Pemimpin sebagai perencana 2. Pemimpin sebagai ahli 3. Pemimpin sebagai pelaksana 4. Pemimpin sebagai pengendali

5. Pemimpin sebagai pemberi hadiah atau hukuman 6. Pemimpin sebagai teladan dan lambing atau simbol 7. Pemimpin sebagai tempat menimpahkan segala kesalahan 8. Pemimpin sebagai pembuat kebijakan

(13)

G. Teknik Kepemimpinan

Menurut Wurasanto (2002:207) teknik kepemimpinan yaitu membicarakan bagaimana seorang pemimpin menjalankan fungsi kepemimpinannya yang terdiri dari :

1. Teknik Kepengikutan

Merupakan teknik untuk membuat orang-orang suka mengikuti apa yang menjadi kehendak si pemimpin. Ada beberapa sebab mengapa seseorang mau menjadi pengikut :

a. Kepengikutan karena peraturan atau hukum yang berlaku b. Kepengikutan karena agama

c. Kepengikutan karena tradisi atau naluri d. Kepengikutan karena rasio

2. Teknik Human Relations

Merupakan hubungan kemanusiaan yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan psikologi maupun kepuasan jasmaniah. Teknik human relations dapat dilakukan dengan memberikan berbagai macam kebutuhan kepada bawahan. Baik kebutuhan psikologis maupun kebutuhan jasmaniah.

3. Teknik Menberi Teladan, Semangat, dan Dorongan

Dengan teknik ini pemimpin menempatkan diri sebagai pemberi teladan, pemberi semangat, dan pemberi dorongan. Dengan cara demikian

(14)

diharapkan dapat memberikan pengertian dan kesadaran kepada para bawahan sehingga mereka mau dan suka mengikuti apa yang menjadi kehendak pemimpin.

Berdasarkan observasi penulis, maka teknik pemimpin pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan adalah menggunakan teknik kepengikutan, karena pemimpin di kantor tersebut suka memerintah sehingga membuat para karyawan mematuhi dan mengikuti apa yang menjadi kehendak pemimpin walaupun teknik ini masih belum sepenuhnya diterapkan di kantor tersebut..

H. Pengertian Kinerja Karyawan

Menurut Simamora (2006:32) Kinerja adalah tingkat dimana para pegawai mencapai pesyaratan pekerjaan secara efisien dan efektif. Istilah kinerja berasal dari bahasa job performance atau actual performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang. Menurut Mangkunegara (2006:3), kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantifitas yang dicapai oleh karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepada karyawan tersebut. Sebaliknya, suasana kerja yang tidak nyaman karena sarana dan prasarana yang tidak memadai, tidak adanya dukungan dari atasan, dan banyak terjadi konflik akan berdampak negatif yang mengakibatkan kemerosotan pada kinerjaseseorang. Menurut Sopiah (2008:5) lingkungan juga bisa mempengaruhi kinerja seseorang. Situasi lingkungan yang kondusif, misalnya dukungan dari atasan, teman kerja, sarana dan prasarana yang memadai akan menciptakan kenyamanan tersendiri dan akan memacu kinerja yang baik.

(15)

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kinerja adalah hasil kerja yang dicapai setiap karyawan sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap perusahaan. Penilaian kinerja merupakan proses yang dilakukan perusahaan atau instansi dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan perusahaan. Berhasil tidaknya kinerja yang telah dicapai oleh organisasi tersebut dipengaruhi oleh tingkat kinerja pegawai secara kelompok. Dengan asumsi semakin baik kinerja pegawai maka semakin baik pula kinerja organisasi. Dengan demikian organisasi perlu menetapkan tujuan kinerja pegawai.

Adapun tujuan kinerja pegawai menurut Basri dan Rivai (2005:70) :

1. Untuk perbaikan hasil kinerja pegawai, baik secara kualitas maupun kuantitas.

2. Memperbaiki hubungan antar personal pegawai dalam aktivitas kerja dalam organisasi

3. Memberikan pengetahuan baru dimana akan membantu pegawai dalam memecahkan masalah yang kompleks dengan serangkaian aktivitas yang terbatas dan teratur, melalui tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan organisasi.

I. Cara Peningkatkan Kinerja Karyawan

Seorang pemimpin yang berperan sebagai kepala bagian di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan memiliki cara tersendiri untuk meningkatkan kinerja karyawan yang ada di Kantor tersebut adalah :

(16)

2. Bekerja sama dalam menjalankan tugas dan bukan sebagai penguasa. 3. Menunjukkan bagaimana cara melakukan sesuatu dan bukan menunjukkan

bahwa ia tahu sesuatu.

4. Menanamkan kepercayaan kepada semua karyawan, bukan menakut-nakuti.

5. Menciptakan suasana tentram bukan menciptakan suasana menjenuhkan. 6. Bersifat memperbaiki kesalahan bukan menyalahkan kesalahan orang lain. 7. Bekerja keras dengan kesungguhan bukan dengan ogah-ogahan.

8. Mampu mengarahkan bawahannya. 9. Berupaya untuk mencapai tujuan Kantor.

J. Proses Peningkatkan Kinerja Karyawan di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan

a. Dalam Proses Pengambilan Keputusan Yang Melibatkan Bawahannya.

Kantor Regional VI Badan Kepegawai Negara adalah salah satu kantor yang langsung berhadapan dengan Pegawai Negeri Sipil dalam memberikan pelayanan kepada pegawai. Pelayanan yang diberikan adalah berupa pelayanan kenaikan pangkat para Pegawai Negeri Sipil dan keperluan lainnya yang berurusan tentang Pegawai Negeri Sipil sehingga dituntun agar memiliki karyawan yang mampu menunjukkan kinerjanya yang tinggi dan professional, sehingga terwujud efektivitas pelayanan yang maksimal. Kepemimpinan BKN Medan untuk melibatkan para

(17)

bawahannya dalam pengambilan keputusan adalah sangat menentukan untuk membahas program bersama-sama sebagai seorang pemimpin yang membawahi bawahannya dalam menjalankan tugas seharusnya dapat bekerja sama dengan karyawannya dalam suatu organisasi atau instansi. Berpartisipasi yang dberikan baik itu berupa pendapat atau gagasan yang berkaitan dengan kepentingan Pegawai Negeri Sipil.

Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur Negara, abdi Negara, dan abdi Masyarakat untuk meningkatkan efektivitas kerjanya mendukung pemerintah dan mendukung pemerintah untuk pendayaguna dan hasil guna.

Berdasarkan penelitian di Kantor Regional VI Badan kepegawaian Negara Medan kalau dalam setiap pengambilan keputusan yang melibatkan staf, sering dilibatkan tetapi ada saja pegawai yang tidak mau ikut terlibat dalam pengambilan keputusan dengan berbagai alasan walaupun sudah diberikan sangsi.

b. Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai

Untuk kerja yang baik dapat dipengaruhi oleh kecakapan dan motivasi. Kecakapan tanpa motivasi atau motivasi tanpa kecakapan, keduanya tidak dapat menghasilkan keluaran yang tinggi.

Motivasi dapat diartikan sebagai suatu daya pendorong yang menyebabkan orang berbuat sesuatu atau yang diperbuat karena takut akan sesuatu. Misal : seseorang ingin naik pangkat atau naik gaji, maka perbuatannya akan menunjang pencapaian keinginan tersebut.

(18)

Hasil penelitian menyimpulkan adanya 6 (enam) faktor motivasi, yaitu:

1. Prestasi 2. Pengakuan

3. Kemajuan kenaikan pangkat 4. Pekerjaan itu sendiri

5. Kemungkinan untuk tumbuh 6. Tanggung jawab

Untuk mencapai produktivitas kerja maksimum, organisasi harus menjamin dipilihnya orang yang tepat, dengan pekerjaan yang tepat disertai kondisi yang memungkinkan mereka bekerja optimal. Dari hal-hal yang sudah dijelaskan di BKN Medan masih ditemukan masalah yang dihadapi oleh karyawan yang ada di Kantor tersebut.

Berdasarkan observasi penulis Pemimpin BKN Medan pemimpin kurang memiliki tanggung jawab kepada bawahannya karena pemimpin selalu sibuk dan kurang memberikan motivasi kepada karyawannya untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik agar mencapai tujuan kantor tersebut. pemimpimpin tersebut juga harus dapat menjadi penghubung antar karyawan yang lainnya. Karena motivasi dari pimpinan itu juga sangat mendukung untuk kinerja para karyawan yang ada di BKN Medan untuk lebih meningkatkan lagi kinerja mereka.

K. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Karyawan Pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan.

Faktor-fakttor yang mempengaruhi kinerja Karyawan pada Kantor Regional VI Badan Kepegewaian Negara Medan adalah sebagai berikut:

(19)

1. Displin pegawai 2. Kerja sama

1. Disiplin Pegawai

Berdasarkan penelitian yang ditemukan di Kantor tersebut menunjukkan bahwa disiplin serta tanggung jawab karyawan dalam bekerja mengalami penurunan. Masalah yang dihadapi di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan tersebut adalah kehadiran dari sebagian karyawan yang selalu terlambat masuk ke ruangan masing-masing karyawan,, karyawan yang bermain handphone di saat jam kerja. Ada juga di temui berada di kantin pada saat jam kerja berlangsung.

2. Kerja sama

Kerja sama antar atasan dan bawahan serta sesama bawahan dalam organisasi adalah sebuah keharusan untuk dilaksanakan demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan bersama. Tanpa adanya kerja sama dalam organisasi maka apa yang direncanakan tidak tercapai. Hal tersebut harus sejalan dengan peranan seorang pemimpin dalam membangun hubungan kerja sama yang baik antara pimpinan dan bawahannya serta mengajak bawahan dengan memberikan motivasi agar kerja sama antar bawahan juga dapat diciptakan dengan baik demi kepentingan organisasi.

(20)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Kepemimpinan Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan dalam proses pengambilan keputusan yang melibatkan bawahannya. Dari hasil penelitian penulis dimana pemimpin jarang atau tidak melibatkan bawahannya untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan dan teknik kepemimpinannya masih kurang diterapkan sehingga karyawannya kurang memberi pelayanan yang baik kepada Pegawai Negeri Sipil dan tidak terlalu taat pada peraturan yang ada di kantor tersebut.

2. Disiplin pegawai yang masih minim dalam menjalankan tugas, kerja sama yang kurang antara atasan dengan karyawan serta sesama karyawan adalah merupakan faktor-faktor penghalang yang dalam hal meningkatkan kinerja para karyawan sehingga berimplikasi pada harapan Pegawai Negeri Sipil dalam membutuhkan pelayanan.

3. Peningkatan kinerja karyawan oleh pemimpin di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan belum tercapai karena pemimpin yang lebih banyak waktu bekerja diluar sehingga tidak memperhatikan atau memberi motivasi kepada karyawan yang ada di kantor tersebut.

(21)

B. SARAN

1. Pimpinan harus menerapkan teknik atau gaya kepemimpinan dengan tepat dan baik guna peningkatan kinerja pegawai dengan cara penyesuaian terhadap aspirasi bawahannya, melakukan pembinaan secara rutinitas kepada bawahannya. Pemberitaan tugas yang jelas serta melibatkan karyawan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan sehingga karyawanpun merasa dihargai.

2. Karyawan lebih meningkatkan kedisiplinan baik dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh pimpinan, yang harus dilaksanakan dan bertanggung jawab, serta disiplin kehadiran atau jam masuk ruangan, dan tidak terlalu sering bermain handphone diruangan.

3. Pimpinan harus mempunyai waktu atau memberi motivasi kepada bawahannya agar terwujudnya tujuan organisasi tersebut. Dan mengadakan rapat pimpinan dua minggu sekali untuk menjalin silatuhrahmi kepada pimpinan.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu alasannya adalah eksternalitas dan free ridding – kekuatan pasar tidak bias memberikan perusahaan full social benefits terhadap keputusan produksi informasi

Berbagai aspek yang dapat memberi kontribusi pada pencapaian tujuan ini, antara lain, peningkatan pengawasan pemerintah melalui penegakan aturan bisnis yang menjamin

A new module of the computer program BackCalc [8] has been developed to facilitate analytical overlay design process based on the allowable maximum deflection criterion specified

Dengan cara itu, Kimura menyentuh beberapa sejarah tragis seperti tenggelamnya Kapal Awa Maru dan kisah pilot kamikaze perempuan di masa Perang Dunia II lalu

Ketika kades itu berkomunikasi dengan jawara, umumnya ia menggunakan bahasa Sunda yang relatif kasar, dengan nada suara yang acapkali agak tinggi, dan sama sekali tidak diiringi

Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa sekali pun organisasi nirlaba, LAZ APU memperlihatkan sebuah pengelolaan yang profesional sehingga kegiatan yang dilakukan

Jumlah aktivitas perdagangan melalui kegiatan pasar lelang karet ( Rp.Juta) - Dinas Perindag Provinsi Jambi Laporan hasil pendataan Laporan hasil lelang karet dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan strategi Hassle Lines dalam meningkatkan ketrampilan berbicara siswa dan untuk mengetahui apakah strategi