• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit

Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linoleat. Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida (terutama β karotena), berkonsistensi setengah padat pada suhu kamar (konsistensi dan titik lebur banyak ditentukan oleh kadar ALB-nya), dan dalam keadaan segar dan kadar asam lemak bebas yang rendah, baud an rasanya cukup enak (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Minyak nabati merupakan produk utama yang bisa dihasilkan dari kelapa sawit. Potensi produksinya per hektar mencapai 6 ton per tahun, bahkan lebih. Jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya (4,5 ton per tahun), tingkat produksi ini termasuk tinggi.

Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO atau Crude Palm Oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO atau Palm Kernel Oil) yang tidak berwarna (jernih). Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain, minyak kelapa sawit memiliki keistimewaan tesendiri, yakni rendahnya kandungan kolesterol dan dapat diolah lebih lanjut menjadi suatu produk yang tidak hanya dikonsumsi untuk kebutuhan pangan, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan non-pangan. CPO atau PKO banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak goreng dan margarin), industri sabun (bahan penghasil busa), industri baja (bahan pelumas), industri tekstil, kosmetik, dan sebagai bahan bakar alternatif (minyak diesel). (Sastrosayono, 2006).

(2)

Tabel 2.1Komponen Minyak sawit

No Komponen Kuantitas

1. Asam lemak bebas (%) 3,0 – 4,0 2. Karoten (ppm) 500 – 700 3. Fosfolipid (ppm) 500 – 1000 4. Dipalmito stearin (%) 1,2 5. Tripalmitin (%) 5,0 6. Dipalmitolein (%) 37,2 7. Palmito stearin olein (%) 10,7

Sumber: I.Pahan, “Panduan Lengkap Kelapa Sawit”

2.2. Proses Pengolahan TBS menjadi CPO di Pabrik Kelapa Sawit

Tujuan utama dari proses pengolahan kelapa sawit adalah mengolah bahan baku kelapa sawit hingga menghasilkan minyak dari daging kulit (CPO) dan inti sawit (PKO) dengan proses pemisahan bahan yang sudah tersedia dengan jumlah mutu yang optimal dan kehilangan (lossis) sesuia dengan norma kerja. Pabrik kelapa sawit dioperasikkan dalam suatu rangkaian proses brkesinambungan, dimana proses dari suatu instalasi akan dilanjutkan oleh instalasi lainnya dengan mempertahankan rendemen yang optimal, nilai mutu produksi yang baik serta efisiensi yang tinggi. Selengkapnya akan diuraikan mengenai proses – proses pengolahan buah kelapa sawit tersebut menjadi minyak sawit, yaitu sebagai berikut:

2.2.1 Stasiun Timbangan

Adapun fungsi dari stasiun penimbangan ini adalah sebagai tempat/alat penimbangan TBS yang dibawa ke pabrik dan hasil produksi pabrik (minyak/inti sawit) serta penimbangan barang lain yang terkait dengan aktifitas kebun.

(3)

2.2.2 Stasiun Loading Ramp

Setelah dari stasiun penimbangan , TBS kemudian dipindahkan ke loading ramp sebagai tempat penimbunan sementara sebelum TBS dimasukkan kedalam lori rebusan. Adapun fungsi dari loading ramp adalah sebagai berikut:

- Sebagai tempat melakukan sortasi untuk cross check kebenaran pelaksanaan sistem panen - Merontokkan/menurunkan sampah/pasir yang terkikut dalam tandan melalui kisi – kisi

kompartemen

Tabel 2.2 pengelompokan fraksi kematangan buah dalam sortasi di loading ramp. Fraksi kematangan

Buah

Jumlah Bekas Brondolan per- tandan

-Afkir (F00) 0

-Mentah (F0) 1-9

-Matang ≥10

2.2.3 Stasiun Rebusan

Fungsi dari stasiun rebusan adalah mempermudah brondolan lepas dari tandan pada waktu proses penebahan di Thresher dan mengentikan proses peningkatan Asam Lemak Bebas (ALB) didalam minyak. Pola perebusan yang digunkakan adalah triple peack.

Tahap perebusan dengan pola triple peack terdiri atas : 1. Tahap pencapaian puncak satu

2. Tahap pencapaian puncak kedua 3. Tahap pencapaian ketiga

(4)

Jumlah puncak dalam pola perebusan ditunjukkan oleh jumlah pembukaan atau penutupan dari steam masuk atau steam keluar selama perebusan berlangsung. Tujuan perebusan adalah:

- Melunakkan daging buah agar mudah lepas dari bijinya. - Memudahkan pelepasan brondolan dari tandan.

- Membantu memecahkan dagibg sehingga minyak mudah keluar dari serat. - Mematikan enzim lipasw perusak mutu minyak.

- Mengeringkan biji sawot dan mengurangi kadar air dalam buah segar sebagai pembanding terhadap minyak lebih banyak.

- Mengkoagulasikan protein sehingga proses perebusan minyak lebih mudah.

2.2.4 Stasiun Penebah (Thresher)

Stasiun penebah adalah stasiun untuk memisahkan brondolan dari tandan, kemudian brondolan masuk ke conveyor lalu diolah, sedangkan tandan kosong melalai EBC dibuang ke hopper janjangan kosong.

Ada beberapa peralatan distasiun penebah antara lain:

a. Hoisting Crane berfungsi untuk mengangkat dan menuangkan buah masak ke Autofeeder b. Auto Feeder berfungsi untuk mengatur pemasukan TBS yang telah matang kedalam drum

(Thresher)

c. Bunch crusher berfungsi untuk melepaskan brondolan yang masih terikut dalam tandan kosong

(5)

d. Thresher berfungsi untuk melepaskan dan memisahkan brondolan dari tandan dengan sistem memutar dan membanting.

2.2.5 Stasiun Kempa (Pressing)

Adapun alat – alat pada stasiun kempa adalah:

a. Digester berfungsi untuk melepaskan daging buah dari biji dan melumatkannya. Selama proses pengadukan Digester harus dijaga agar tetap penuh dan penguapan harus tetap berlangsung, serta suhu yang tinggi menggurangi pecahnya biji dalam pengempaan. b. Screw Press berfungsi untuk memisahkan minyak kasar dari daging buah dan

memisahkan daging buah dari biji yang belum terpisah didalam Digester.

c. Bak Sand trap berfungsi menangkap pasir dan mempertahankan suhu cairan minyak kasar.

2.2.6 Stasiun Pemurnian Minyak

Proses pemisahan minyak dari kandungan air dan lumpur serta kotoran lainnya merupakan pekerjaan yang menentukan kualitas dari hasil pengolahan dan pemisahan minyak dilakukan berulang-ulang karena setiap mesin atau peralatan mempunyai kemampuan terbatas.

a. Sand Trap Tank berfungsi untuk menampung pasir yang ada dalam minyak kasar atau mentah yang berasal dari Screw Press sebelum masuk ke CST.

b. Circular vibrating Screen berfungsi untuk memisahkan bahan-bahan asing yang masih tersisa seperti pasir, serabut, dan bahan-bahan lain yang masih mengandung minyak. Bahan –bahan tersebut akan dialirkan kembali ke Digester.

(6)

c. Crude Oil Tank berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sebelum mengalami proses pemurnian yang lebih lanjut, dan mempermudah pemisahan.

d. Continuous Settling Tank (CST) berfungsi untuk memisahkan minyak dari lumpur dengan cara pengendapan atau gaya gravitasi.

e. Sludge Tank berfungsi untuk menampung minyak yang masih mengandung air dan lumpur yang diterima dari CST

f. Oil Tank berfungsi untuk memanaskan dan memisahkan minyak dari benda padatan yang melayang agar pemisahan minyak di Oil purifier berlangsung dengan baik.

g. Oil Purifier berfungsi untuk memisahkan kotoran dalam minyak sehingga kadar kotoran dapat diproduksi < 0,02%, juga mengurangi kadar air yang terjandung didalam minyak. h. Vacuum Dryer berfungsi untuk menguarai kadar air minyak yang keluar dari Oil Purifier

sehingga kandungan air pada minyak memenuhi standart atau normal yaiyu sekitar 0,15%. i. Storage Tank berfungsi untuk tempat penampungan sementara produksi hasil minyak

yang akan dipasarkan.

2.2.7 Tangki Timbun Minyak Sawit

Tangki timbun adalah suatu alat atau tempat yang berfungsi untuk menampung produksi minyak hasil olahan pabrik (dan mempertahankan mutu) sebelum dikirim ke pembeli.

2.2.8 Water Treatment

Fungsinya adalah mengolah air sehingga memenuhi persyaratan untuk digunakan di pabrik dan perumahan domestic.

(7)

2.3. Metode Pengolahan Minyak

Metode yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan minyak dari kelapa sawit untuk dipasarkan adalah dengan menggunakan metode ekstraksi. Metode ekstraksi yang dilakukan pada proses ini adalah metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut. Adapun pelarut yang digunakan adalah n-heksan. Proses ekstraksi berlangsung selama 4-5 jam dan diperkirakan seluruh pelarut sudah habis menguap barulah dapat di tentukan seberapa besar persen kadar dan minyak sawit serta akan diketahui juga seberapa besar rendemen minyak sawit dan minyak inti sawit. Ekstraksi minyak dengan pelarut minyak, menghasilkan minyak kasar yang cenderung sama dengan minyak hasil screw pressing (Ketaren,1986).

Penentuan kadar minyak atau lemak suatu bahan dapat dilakukan dengan menggunakan soxhlet (alat soklet). Cara ini dapat juga digunakan untuk ekstraksi minyak dari suatu bahan yang mengandung minyak. Ekstraksi dengan alat soklet merupakan cara ekstraksi yang efisien karena dengan alat ini pelarut yang dipergunakan dapat diperoleh kembali. Bahan yang berbentuk padat pada umumnya membutuhkan waktu ekstraksi yang lebih lama, sehingga dibutuhkan pelarut yang lebih banyak (Ketaren,1986).

2.4. Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu: kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida.

Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak bebas diusahakan serendah mungkin (kurang lebih 2 persen atau kurang), bilangan peroksida dibawah 2, bebas dari warna

(8)

merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam (Ketaren, 1986).

1. Asam Lemak Bebas (ALB)

ALB baru terbentuk setelah buah terlepas dari pohonnya (sejak buah dipanen). Penyebab dominan kenaikan ALB adalah hidrolisis dan oksidasi.

2. Kadar Air

Tingginya kandungan air didalam CPO akan mengakibatkan hidrolisis trigliseri dan secara autokatalis, yang meningkatkan kadar ALB. Kadar air dalam CPO dipengaruhi oleh proses di CST, temperature di Oil tank, kinirja Oil purifier, Vacum dryer dan instalansi pemanas di tangki timbun.

3. Kadar Kotoran

Kotoran dalam minyak sawit adalah kotoran yang tidak larut dalam n-heksan dan petroleum eter. Kotoran ini dapat menyebabkan proses hidrolisis didalam miyak. Penyebabnya adalah TBS kotor dan juga selama proses dipabrik. Kadar kotoran CPO>0,002%.

4. DOBI (Deterioration of Bleachability Index)

Parameter DOBI ditentukan dari ratio hasil pengukuran spektrofotometer terhadap absorbens pada gelombang 446 nm (kandungan karoten) dan 269 nm (produk oksidasi sekunder). Nilai DOBI menunjukkan mutu dan daya pemucat dari CPO.

5. Bilangin Iodin

Bilangan iodine adalah bilangan yang menyatakan kandungan asam lemak tidak jenuh yang dinyatakan dalam milligram iodium yang diserap per-gram minyak. Asam lemak tidak jenuh adalah lemak yang rendah kadar kolesterolnya. Tinggi rendahnya kadar

(9)

iodine dalam minyak sawit dipengaruhi oleh klon tanaman. Semakin tinggi bilangan iodium berarti semakin baik kualitas CPO

6. Bilangan Peroksida

Peroksida adalah hasil oksidasi pertama yang non-transient dan terbentuk karena bertambahnya radikal aktif molekul oksigen pada gugus metien aktif pada rantai asam lemak yang terdapat dalam minyak.

7. Bilangan Anisidine

Bilangan anisidine adalah bilangan yang merupakan angka petunjuk jumlah abstrad yang teroksidasi menjadi gugusan aldehid dan keton yang dinyatakan dengan mili liter euivalen (mleq) oksigen yang terikat pada setiap kg minyak.

8. Titik Cair

Titik cair merupakan salah satu besaran fisik dimana pada temperature tersebut terjadi perubahan fase padat ke cair (mulai mencair)

9. Kadar Fe dan Cu

Kandungan logam Fe dan Cu yang terdapat dalam minyak sawit dapat terjadi akibat adanya kontaminasi baik dipabrik atau selama transportasi produk CPO. Kontaminasi terjadi dii pabrik dan transportasi akibat kontak langsung antara minyak dengan logam yang mengandung Fe/Cu.

10. β – Carotene

β – carotene member warna merah-kuning alami dalam CPO mengandung pro-vitamin A dan merupakan antioksidan alami yang efektif. β – carotene terdegradasi oleh panas yang berlebihan (temperature >100oC) dan teroksidasi dengan udara. (SOP PTPN IV Unit Adolina, 2010)

(10)

2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit

Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Berikut ini akan akan dikemukakan beberapa hal yang secara langsung berkaitan dengan penurunan mutu minyak sawit.

2.5.1. Asam lemak bebas (free fatty acid)

Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentukya asam lemak bebas minyak sawit. Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk menekan kadar ALB sekaligus menaikkan rendemen minyak.

2.5.2. Kadar zat menguap dan kotoran

Bagi negara konsumen terutama negara yang telah maju. Selalu menginginkan minyak sawit yang benar-benar bermutu.pada umumnya, penyaringan hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan, yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugasi.

Dengan proses diatas, kotoran-kotoran yang berukuran besar memang bisa disaring. Akan tetapi, kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa disaring, hanya melayang-layang di dalam minyak sawit sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit. Padahal, alat sentrifugasi tersebut berfungsi dengan prinsip kerja yang berdasarkan perbedaan berat jenis. Walaupun bahan baku minyak sawit selalu dibersihkan sebelum digunakan pada industry-industri yang bersangkutan, namun banyak yang beranggapan dan menuntut bahwa kebersihan

(11)

serta kemurnian minyak sawit merupakan tanggung jawab sepenuhnya pihak produsen.

Meskipun kadar ALB dalam minyak sawit kecil, tetapi hal itu belum menjamin mutu minyak sawit. Kemantapan minyak sawit harus di jaga dengan cara membuang kotoran dan zat menguap. Hal ini dilakukan dengan peralatan pemurnian modern.

2.5.3. Kadar logam

Beberapa jenis bahan logam yang terikut dalam minyak sawit antara lain besi, tembaga, dan kuningan. Logam-logam tersebut biasanya berasal dari alat-alat pengolahan yang digunakan. Tindakan preventif pertama yang harus dilakukan untuk menghindari terikutnya kotoran yang berasal dari pengelupasan alat-alat dan pipa adalah mengusahakan alat-alat dari stainless steel.

Mutu dan kualitas minyak sawit yang mengandung logam-logam tersebut akan turun. Sebab dalam kondisi tertentu, logam-logam itu dapat menjadi katalisator yang menstimulir reaksi oksidasi minyak sawit. Reasksi ini dapat dimonitor dengan melihat perubahan warna minyak sawit yang semakin gelap dan akhirnya menyebabkan ketengikan.

2.5.4. Angka oksidasi

Proses oksidasi yang distimulir oleh logam jika berlangsung dengan intensif akan mengakibatkan ketengikan dan perubahan warna (menjadi semakin gelap). Keadaan ini jelas sangat merugikan sebab mutu minyak sawit menjadi menurun.

(12)

2.5.5. Pemucatan

Minyak sawit mempunyai warna kuning oranye sehingga jika digunakan sebagai bahan baku untuk pangan perlu dilakukan pemucatan. Pemucatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan warna minyak sawit yang lebih memikat dan sesuai dengan kebutuhanya. Keintesifan pemcatan miyak sawit sangat ditentukan oleh kualitas minyak sawit yang bersangkutan. Semakin jelek mutunya, maka biaya pemucatan juga semakin besar. Dengan demkian, minyak sawit yang bermutu baik akan mengurangi biaya pemucatan pada pabrik konsumen (Tim Penulis,1997).

2.5.6. Penimbunan Buah

Penimbunan buah yang terlalu lama atau luka pada brondolan kelapa sawit. Penimbunan buah yang bermalam diloading ramp dapat menurunkan mutu minyak sawit, yang lebih cepat dari keadaan penimbunan di lapangan. Hal ini disebabkan oleh derajat kelukaan buah yang tinggi akibat frekuensi bebturan lebih banyak dialami setelah sampai dipabrik dan jika di timbun maka poses hidrolisis akan berjalan lebih cepat (Naibaho,1996).

2.6. Rendemen CPO

Perusahaan berbasis kelapa sawit berpotensi meningkatkan keunggulan produktivitasnya melalui:

1. Peningkatan rendemen 2. Pengurangan loses produksi

(13)

Keunggulan nilai dapat dicapai melalui keunggulan kualitas. Indikator kualitas yang digunakan untuk menilai CPO adalah kandungan FFA (free fatty acid) atau asam lemak bebas (ALB). Sehingga bila FFA meningkat, maka kualitas CPO turun. Kandungan FFA CPO sangat ditentukan oleh kualitas kelapa sawit atau buah sawit yang menjadi bahan bakunya (http://forester-untad.blogspot.com).

Hubungan antara rendemen dan kadar ALB minyak dengan derajat kematangan adalah seperti pada Tabel berikut ini:

Tabel 2.3 Hubungan rendemen, ALB dan derajat kematangan Fraksi Rendemen Minyak ALB Minyak

0 16,0 1,6 1 21,4 1,7 2 22,1 1,8 3 22,2 2,1 4 22,2 2,6 5 21,9 3,8

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Dari Tabel tersebut dapat dikatakan bahwa tandan yang dikehendaki adalah dari fraksi 2 dan 3, yaitu rendemennya tinggi, sedangkan ALB cukup rendah. Fraksi 1 menghasilkan ALB rendah, tetapi rendemennya juga agak rendah, dengan demikian dapat dikatakan buah kurang matang. Fraksi 0 atau 00 tidak disukai.

karena mentah. Fraksi 4 dan 5 adalah lewat matang, walaupun rendemennya tinggi, namun ALB juga tinggi (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

(14)

2.7. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Rendemen Minyak sawit

Istilah yang tidak dapat dipisahkan dari kelapa sawit adalah rendemen. Rendemen secara umum didefinisikan sebagai persen jumlah yang dapat dimanfaatkan dari jumlah keseluruhan. Rendemen kelapa sawit menunjukkan berapa kandungan minyak sawit yang berada didalam buah sawit atau TBS. Agar jumlah rendemen dalam kelapa sawit tidak berkurang maka harus dilakukan usaha untuk menjaga agar kualitas rendemen tetap tinggi dengan memperhatikan saat TBS sebelum dipanen, pengangkutan TBS ke pabrik, penimbangan TBS dan Pabrikasi (pengolahan TBS di pabrik).

Proses pemanenan kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan dan mengangkut buah ke tempat penampungan hasil (TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan pemanenan tidak dilakukan secara sembarang. Perlu memperhatikam beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik. Kriteria panen yang harus diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen, rotasi panen, sistem panen serta mutu panen.

a. Kriteria Matang Panen

Matang panen kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan secara fisiologi. Secara visual dapat dilihat dari perubahan warna kulit buah menjadi merah jingga, sedangkan secara fisiologi dapat dilihat dari kandungan minyak yang maksimal dan kandungan asam lemak bebas yang minimal. Pada saat matang tersebut dicirikan pula oleh membrondolnya buah. Jumlah brondolan buah inilah yang dijadikan dasar untuk memanen tandan buah, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kuran lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir.

(15)

b. Cara Panen

Berdasarkan tinggi tanaman, ada 2 cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit. Untuk tanaman yang berumur < 7 tahun cara panen menggunakan alat dodos dengan lebar 10-12,5 cm dengan gagang pipa besi atau tongkat kayu. Sedangkan tanaman yang berumur 7 tahun atau lebih pemanenan menggunakan egrek yang disambung dengan pipa alumunium atau batang bambu. Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah gawangan. Tandan buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm. Tandan buah yang telah dipotong diletakkan teratur dipiringan dan brondolan dikumpulkan terpisah dari tandan. Brondolan harus bersih dan tidak tercampur tanah atau kotoran lain. Selanjutnya tandan dan brondolan dikumpulkan di TPH

c. Rotasi Panen

Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir dengan panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebuanan kelapa sawit pada umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari, artinya satu areal panen harus dimasuki oleh pemanen tiap 7 hari. Rotasi panen diangap baik bila buah tidak terlalu matang, yaitu menggunakan sistem 5/7. artinya dalam satu minggu terdapat 5 hari panen dan masing-masing ancak panen diulang 7 hari berikutnya. Pemanenan dilakukan terus menerus sepanjang tahun.

(16)

d. Sistem Panen

Dikenal dua sistem ancak panen, yaitu sistem giring dan sistem tetap. ● Sistem Giring

Pada sistem ini, apabila suatu ancak telah selesai dipanen, pemanenan pindah ke ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor, dan begitu seterusnya. Sistem ini memudahkan pengawasan pekerjaan pemanenan dan hasil panen lebih cepat sampai ke TPH dan pabrik. Namun ada kecenderungan pemanen akan memilih buah yang mudah dipanen sehingga ada tandan buah atau brondolan yang tertingal karena pemanenannya menggunakan sistem borongan.

● Sistem Tetap

Sistem ini sangat baik diterapakan pada areal perkebunan yang sempit, topografi terbuka atau curam, dan dengan tahun tanam yang berbeda. Pada sistem ini pemanenan diberi ancak dengan luas tertentu dan tidak berpindah-pindah. Hal tersebut menjamin diperolehnya TBS dengan kematangan yang optimal. Rendemen minyak yang dihasilkanpun tinggi. Namun kelemahan sistem ini buah lebih lambat keluar sehingga lambat pula sampai ke pabrik.

e. Kerapatan Panen

Kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukkan tingkat kerapatan pohon matang panen di dalam suatu areal. Tujuannya untuk mendapatkan satu tandan yang matang panen. Sebagai contoh, kerapatan panen 1:5, artinya setiap 5 pohon akan ditemukan minimal 1 tandan yang matan panen. Agar lebih akurat di dalam penentuan kerapatan panen, dapat

(17)

ditentikan selama 1 hari sebelum panen buah. Perhitungan dilakukan khususnya pada areal yang keesokanya akan dipanen.

f. Fraksi TBS dan Mutu Panen

Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah dan tingkat kecepatan pengangkutan buah ke pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu minyak yang akan diperoleh sangat ditentukan oleh faktor ini.

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam presentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah.

Berdasarkan hal tersebut di atas, ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal ada lima fraksi TBS. Berdasarkan fraksi TBS tersebut, derajat kematangan yang baik adalah jika tandan-tandan yang dipanen berada pada fraksi 1,2, dan 3.

Secara ideal, dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang panen dan terkumpulnya brondolan, serta pengangkutan yang lancar maka dalam suatu pemanenan akan diperoleh komposisi fraksi tandan sebagai berikut.

(18)

• Tandan yang terdiri dari fraksi 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan. • Tandan yang terdiri dari fraksi 1 maksimal 20% dari jumlah tandan. • Tandan yang terdiri dari fraksi 4 dan 5 maksimal 15% dari jumlah tandan.

g. Pengangkutan TBS ke Pabrik

TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah, yaitu maksimal 8 jam setelah panen harus segera diolah. Buah yang tidak segera diolah, akan mengalami kerusakan. Pemilihan alat angkut yang tepat dapat membantu mengatasi kerusakan buah selama pengangkutan. Alat angkut yang dapat digunakan dari kebun ke pabrik, di antaranya lori, traktor gandengan, atau truk. Pengangkutan dengan lori dianggap lebih baik dibanding dengan alat angkutan lain. Guncangan selama perjalanan lebih banyak terjadi jika menggunakan truk atau traktor gandengan sehingga pelukaan pada buah lebih banyak. Setelah TBS sampai di pabrik, segera dilakukan penimbangan. Penimbangan penting dilakukan terutama untuk mendapatkan angka-angka yang berkaitan dengan produksi, pembayaran upah pekerja, dan perhitungan rendemen minyak sawit (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Referensi

Dokumen terkait

selama jabatan anggota Direksi kosong dan Menteri belum mengisi jabatan anggota Direksi yang kosong sebagaimana dimaksud pada huruf a, Dewan Pengawas menunjuk

Kendala tersebut dapat bertambah apabila data yang dicari terletak di dalam jaringan komputer lokal sehingga lokasi data semakin tersebar, yang

Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Kewirausahaan berfungsi sebagai acuan pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum pada dasarnya

Dengan adanya Program Pengabdian Masyarakat yang berupa Pelatihan Pembuatan Selai Jahe dari Limbah Industri Jahe Instan di Desa Klegen Kecamatan Comal

[r]

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan frekuensi diare antara bayi yang diberi ASI eksklusif dengan bayi yang diberi susu formula pada

pada daerah yang memiliki kecepatan arus yang tinggi jumlah jenis. makrozoobenthos yang hidup di dalamnya

Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa perusahaan menggunakan TI dapat maksimal dalam memberikan layanan kepada pelanggan dan mendukung proses bisnis yang dijalankan