7 2.1 Tinjauan Teoretis
2.1.1 Pengertian Bank
Menurut pasal 1 Undang–Undang No.4 Tahun 2003 tentang Perbankan. Bank adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Menurut Undang–Undang No. 10 tahun 1998 tangal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk–bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.
Sebagai lembaga, kegiatan bank sehari–harinya tidak akan terlepas dari bidang keuangan. Kegiatan pihak perbankan secara sederhana dapat dikatakan adalah menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat umum.
Adapun kegiatan–kegiatan perbankan yang ada di Indonesia dewasa ini adalah:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito.
2. Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit investasi, kredit modal kerja maupun kredit perdagangan.
3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya.
Dalam praktek perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam Undang Perbankan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2003 jenis-jenis perbankan dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu :
a. Dilihat dari Segi Fungsinya 1) Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bank umum juga sering disebut bank komersil (commercial bank).
2) Bank Perkeditan Rakyat (BPR)
BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya di sini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum.
b. Dilihat dari Segi Kepemilikan
Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan tersebut adalah :
1) Bank Milik Pemerintah
Bank milik pemerintah yaitu bank yang baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh : BRI, BNI, BTN, BPD.
2) Bank Milik Swasta Nasional
Bank jenis ini merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contoh : Danamon, Bank Niaga, BCA, Muamalat dan sebagainya.
3) Bank Milik Koperasi
Kepemilikan saham-saham pada bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Contoh : Bank Umum Koperasi Indonesia.
4) Bank Milik Asing
Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Contoh : ABN AMBRO Bank, City Bank, Hongkong Bank, Bangkok Bank dan sebagainya.
c. Dilihat dari Segi Status
Status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maumpun kualitas layanannya.
1) Bank Devisa
Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing. Contoh: transfer ke luar negeri, pembukaan dan pembayaran letter of credit serta transaksi lainnya.
d. Dilihat dari Segi Harga
Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menuntukan harga baik harga jual maupun harga beli terdiri dari :
1) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional 2) Bank yang berdasarkan prinsip syariah 2.1.2 Prinsip Bank
Terdapat tiga prinsip yang harus diperhatikan oleh bank, diantaranya yaitu:
1. Likuiditas adalah prinsip dimana bank harus dapat memenuhi kewajibannya. 2. Solvabilitas adalah kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Bank yang mampu menjamin seluruh hutangnya termasuk bank yang solvable.
3. Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
2.1.3 Fungsi Bank
Secara umum fungsi bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial internediary. Secara lebih spesifik fungsi bank adalah sebagai berikut:
1. Agent of Trust
Kepercayaan merupakan suatu dasar utama kegiatan perbankan baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyetor dana. Dalam hal ini masyarakat akan menitipkan dananya di bank apabila dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank juga akan menempatkan dan menyalurkan dananya kepada debitur atau masyarakat, jika dilandasi dengan unsur kepercayaan.
2. Agent of Development
Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan ekonomi di sektor rill, kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, meningkatkan semua kegiatan tersebut selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Dimana kegiatan tersebut merupakan kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.
3. Agent of Service
Disamping kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran-penawaran atas jasa-jasa perbankan lain pada masyarakat. Jasa-jasa yang diberikan bank erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank di antaranya adalah pemberian jaminan dan jasa penyelesaian penagihan.
2.1.4 Bank Umum dan Jenis Kegiatan Usahanya
Dua cara yang diterapkan oleh bank umum dalam menjalankakan usahanya di bidang jasa perbankan, diataranya:
a. Bank Konvensional
Bank yang berorientasi pada prinsip konvensional merupakan bank yang mayoritas berkembang di Indonesia. Dalam mencari keuntungan dari para nasabahnya, bank konvensional menggunakan dua metode yaitu:
1. Menentukan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan, dan deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjaman
(kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini juga dikenal dengan istilah spread based.
2. Untuk jasa bank lainnya pihak bank konvensional menggunakan berbagai biaya dalam nominal atau persentase tertentu.
b. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah
Dalam menghimpun dana maupun menyalurkan dana dan memberikan atau mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah, merupakan prinsip syariah. Pada dasarnya fungsi utama bank adalah menerima titipan dana, meminjamkan uang dan jasa pengiriman uang boleh dilakukan, kecuali bila dalam pelaksanaanya tidak sesuai dengan prinsip syariah. Dalam praktik perbankan konvensional yang dikenal saat ini, fungsi tersebut dilakukan berdasarkan sistem bunga.
2.1.5 Pengertian Bank Syariah
Pada PSAK No. 59 disebutkan bahwa bank syariah adalah bank yang berasaskan pada asas kemitraan, keadilan, transparansi dan universal serta melakukan kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah (Nurulhidayat, 2014).
Bank islam adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakan dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau yang lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Dalam pasal 1 Undang – Undang Nomor 21 tahun 2008, disebutkan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimoun dana masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kridit dan/atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Prinsip syariah adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.
Terikat dengan asas operasional bank syariah, berdasarkan Pasal 2 UU Nomor 21 Tahun 2008, disebutkan bahwa perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati – hatian.
2.1.6 Fungsi Bank Syariah
Berdasarkan Pasal 4 UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, disebutkan bahwa Bank Syariah wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Bank syariah juga dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitulmal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya (antara lain denda terhadap nasabah atau ta’zir) dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.
Selain itu bank syariah juga dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf.
Dalam beberapa literatur perbankan syariah, bank syariah dengan beragam skema transaksi yang dimiliki dalam skema non-riba memiliki setidaknya empat fungsi, yaitu (1) fungsi manajer investasi; (2) fungsi investor; (3) fungsi sosial; (4)fungsi jasa keuangan.
2.1.7 Tujuan Bank Syariah
Terkait dengan tujuan bank syariah, pada Pasal 3 dinyatakan bahwa perbankan syariah bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Sumar’in (2012) menyebutkan beberapa tujuan bank syariah, diantaranya: 1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara islam,
khususnya yang berhubungan dengan perbankan. Agar terhindar dari praktik riba atau jenis usaha lain yang mengandung unsur gharar (tipuan). Dimana jenis – jenis tersebut selain dilarang dalam islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap suatu perekonomian.
2. Dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan modal, dapat menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi. 3. Dengan membuka peluang usaha yang lebih besar terutama kepada
kelompok miskin yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian berwirausaha dapat meningkatkan kualitas hidup.
4. Pembinaan nasabah yang lebih menonjol dan memiliki sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap, seperti pembinaan pengusaha produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja dan program – program pengembangan usaha bersama. Bisa menjadi salah satu cara untuk menanggulangi masalah kemiskinan.
5. Untuk menjaga kestabilan ekonomi pemerintah.
6. Dapat melaksanakan ajaran agamanya secara penuh terutama pada kegiatan bisnis dan perekonomian, untuk menyelamatkan ketergantungan umat islam terhadap bank non islam (konvensional).
2.1.8 Pengertian Tabungan
Ada banyak pengertian tabungan, salah satunya yang ditemukan oleh Sadono Sukimo yaitu tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Dalm masyarakat tradisional tabungan yang dicipta terutama untuk menyediakan pinjaman pada anggota masyarakat lainnya yang lebih miskin atau ditanamkan dalam kegiatan yang tidak produktif seperti membeli tanah, bangunan, rumah, dan sebagainya. Penggunaan tabungan yang digunakan tersebut tidak akan memberikan sesuatu sumbangan yang penting kepada usaha pembangunan.
2.1.9 Pengertian Deposito
Keynes dalam teori menyebutkan bahwa, tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang. Menurut teori ini ada tiga motif, mngapa seseorang bersedia untuk memegang uang tunai, yaitu motif transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Teori Keynes menekankan adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang tersebut (tingkat bunga) dengan unsur permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi, dalam hal ini permintaan besar apabila tingkat bunga rendah dan permintaan kecil apabila bunga tinggi.
2.1.10 Deposito Mudharabah
Menurut UU No. 21 tahun 2008 menyebutkan bahwa deposito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah, yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah dan bank syaruah atau unit usaha syariah (Gundari, 2015).
Deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dewan Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah.
Mudharabah berasal dari kata dharb, yang berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya (Antonio, 2001).
1. Produk Dana Bank Syariah
Elionasari (dalam Nurulhidayat, 2014) menyebutkan bahwa jenis produk dana bank syariah antara lain:
a. Produk dana simpanan bank syariah
Produk dana simpanan adalah dana pihak ketiga yang disimpan oleh bank, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada bank dengan media penarikan tertentu. Dana simpanan ini dimanfaatkan oleh bank syariah untuk operasional bank. Karakteristik produk ini, antara lain:
1) Motif utama nasabah adalah simpanan atau titipan, buka investasi 2) Bisa dilakukan penarikan sewaktu – waktu
3) Dapat dimanfaatkan oleh bank
Dana simpanan diakui sebesar jumlah dana yang dititipkan atau disimpan pada saat terjadi transaksi. Penerimaan yang diperoleh atas pengelolaan dana simpanan diakui sebagai pendapatan bank, bukan merupakan keuntugan yang harus dibagi.
b. Produk dana investasi bank syariah
Produk ini menggunakan sistem bagi hasil dalam pengembalian investasinya. Dana investasi tidak dapat ditarik sewaktu – waktu, sesuai dengan kesepakatan antara nasabah dengan bank. Karakteristik produk ini, yaitu :
1) Motif utama nasabah adalah investasi
2) Pengembalian dana investasi dilakukan sesuai kesepakatan seperti 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan atau 12 bulan.
Antonio (2001) menyebutkan bahwa dana simpanan pada bank syariah menggunakan prinsip – prinsip, antara lain:
a) Al – Wadiah
Pada perbankan syariah, prinsip ini diaplikasikan pada produk giro wadiah dan tabungan wadiah. Semua keuntungan yang dihasilkan dari dana simpanan tersebut menjadi milik bank.
b) AL – Mudharabah (Bagi Hasil)
Mudharabah merupakan suatu prinsip kerja sama antara dua pihak, dimana
pihak pertama sebagai penyedia modal sedangkan pihak lainnya sebagai pengelola modal. Keuntungan dari kerja sama tersebut dibagi sesuai dengan kesepakatan yang terdapat dalam kontrak. Apabila mengalami kerugian ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian dari pihak pengelola.
Sedangkan kerugian yang diakibatkan oleh kelalaian dari pihak pengelola, maka pengelola harus bertanggung jawab penuh atas kerugian tersebut. Prinsip akad mudharabah terbagi menjadi dua yaitu mudharabah muqayyadah dan mudharabah muthlaqah. Yang dimaksud mudharabah muqayyadah yaitu bentuk
kerjasama dimana pemilik dana mensyaratkan kepada pengelola dana batasab jenis usaha, waktu atau tempat usaha. Sedangkan mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara pemilik dana dengan pengelola dana yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi spesifikasi jenis usaha, aktu atau tempat usahanya. Umumnya prinsip yang digunakan dalam perbankan syariah adalah mudharabah muthlaqah, karena nasabah sebagai pemilik dana mempercayakan
sepenuhnya kepada bank syariah sebagai pengelola dana. Bagi hasil diantara keduanya sesuai dengan kesepakatan, yaitu nisbah antara nasabah dan bank.
2. Produk Deposito Mudharabah pada Bank Syariah
Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara nasabah dengan bank (Wiroso, 2009). Ada dua jenis deposito yaitu :
a. Deposito berjangka biasa, merupakan deposito yang berakhir pada jangka waktu yang diperjanjikan.
b. Deposito berjangka otomatis atau dikenal dengan Automatic Roll Over (ARO), yaitu deposito yang pada waktu jatuh temponya akan secara otomatis akan diperpanjang untuk jangka waktu yang sama tanpa pemberitahuan kepada nasabah.
2.1.11 Landasan Hukum Deposito Mudharabah 1. Landasan Hukum Deposito Mudharabah
Dalam fatwa DSN No. 03/DSN-MUI/IV/2000, tanggal 1 April 2000 menyatakan bahwa keperluan masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan dan dalam bidang investasi, memerlukan jasa perbankan (Gundari, 2015).
Berdasarkan DSN MUI, deposito yang dibenarkan secara syariah adalah yang berdasarkan pada prinsip mudharabah. Dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai pemilik dana dan bank sebagai pengelola dana.
b. Sebagai mudharib atau pengelola dana, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
d. Pembagian ketentuan dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dalam bentuk akad pembukaan rekening.
e. Bank menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
f. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan. 2. Landasan Syariah Tentang Deposito Mudharabah
Antonio (2001), landasan dasar syariah mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha, hal ini tampak pada ayat-ayat dan hadist berikut:
c. Al-Qur’an
“... dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT...” (Al-Muzzamil:20).
Yang menjadi wajhud-dilalah atau argumentasi dari surah Al-Muzzamil:20 adalah adanya kata yadhribun yang sama dengan akar kata mudharabah yang berarti melakukan suatu perjalan usaha.
“Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT...”(Al-Jumu’ah: 10).
Surah Al-Jumu’ah mendorong kaum muslimin untuk melakukan upaya perjalan usaha.
“... maka jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya dan hendaknya ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya...”(Al-Baqarah:283).
d. Al-Hadist
“Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagian mudharabah. Ia mensyaratkan kepada mudharibnya agar tidak mengurangi
lautan dan tidak menuruni lembah serta tidak membeli hewan ternak, jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu di langgar Rasulullah, beliau membenarkannya.”(HR Thabrani dari Ibnu Abbas).
Nabi bersabda “Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqarardah (mudharabah), dan mencampur gandum dan jewawut untuk kepentingan rumah tangga, bukan untuk dijual.”(HR Ibnu Majjah dari Shuhaib).
e. Ijma’
Diriwayatkan oleh sejumlah sahabat menyerahkan (kepada seorang mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tidak seorang pun
mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma’. f. Qiya
Transaksi mudharabah yaitu penyerahan sejumlah harta dari satu pihak lain untuk diperniagakan (diproduktifkan) dan keuntungan dibagi antara mereka sesuai kesepakatan, di-qiyas-kan kepada transaksi musaqah.
2.1.12 Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional Tabel 1
Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah
NO ITEM BANK KONVENSIONAL BANK SYARIAH
1 Bunga Berbasis bunga Berbasis revenue/profi loss sharing
2 Resiko Anti Risk Risk sharing
3 Operasional
Beroperasi dengan pendekatan sektor keuangan, tidak terikat langsung dengan sektir rill
Beroperasi dengan pendekatan sektor rill
4 Produk Produk tunggal (kredit) Multi produk (jual beli, nagi hasil, jasa)
5 Pendapatan
Pendapatan yang diterima deposan tidak terkait dengan pendapatan yang diperoleh bank dari kredit
Pendapatan yang diterima deposan terikat langsung dengan pendapatan yang diperoleh bank dari pembiayaan 6 Negative spread Mengenal negative spread Tidak mengenal
negative spread 7
Dasar hokum Bank Indonesia dan Pemerintah
Al-Quran, Sunnah, Fatwa Ulama, Bank Indonesia dan Pemerintah
8
Falsafah Berdasarkan atas bunga (riba)
Tidak berdasarkan bunga (riba),
spekulasi (maisir), dan ketidakjelasan
(gharar)
9
Operasional
• Dana masyarakat (dana pihak ketiga/DPK) berupa titipan simpanan yang harus dibayar bunganya pada saat jatuh tempo. • Penyaluran dana pada
sektor yang
menguntungkan, aspek halal tidak menjadi pertimbangan agama.
• Dana masyarakat (dana pihak
ketiga/DPK) berupa titipan (wadiah dan investasi mudharabah) yang baru akan
mendapatkan terlebih dahulu.
• Penyaluran dana (fnancing) pada usaha kyang halal dan menguntungkan.
10
Aspek social Tidak diketahui secara tegas
Dinyatakan secara eksplisit dan tegas yang tertuang dalam visi dan misi
11
Organisasi Tidak memiliki dewan pengawas syariah (DPS)
Harus memiliki dewan pengawas syariah 12
Uang
Uang adalah komoditi selain sebagai alat pembayaran
Uang bukanlah komoditi tetapi hanyalah alat
pembayaran Sumber: Rodoni dan Hamid (2007)
2.1.13 Bagi Hasil
Bagi hasil adalah suatu prinsip pembagian laba yang diterapkan dalam suatu mitra kerja, dimana porsi bagi hasil ditentukan pada saat akad kerja sama. Jika suatu usaha mendapat keuntungan, maka bagi hasil dilakukan sesuai kesepakatan. Jika mengalami kerugian, bagi hasil disesuaikan dengan kontribusi modal masing – masing pihak. Suseno (dalam Idawati, 2011) menyatakan bahwa perhitungan bagi hasil menggunakan dasar pergitungan berupa laba bersih usaha setelah dikurangi dengan biaya operasional.
Ascarya (2006) bagi hasil adalah sistem bagi hasil dimana pemilik modal bekerjasama dengan pemilik modal untuk melakukan kegiatan usaha. Bank syariah perlu mempertimbangkan mekanisme perhitungan bagi hasil yang terdiri dari dua sistem (Muhammad, 2005):
1. Profit Sharing adalah perhitungan bagi hasil yang didasarkan pada net dari total pendapatan setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.
2. Revenue Sharing adalah perhitungan bagi hasil yang didasarkan pada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya – biaya yang telah dikeluarkan.
Bagi hasil diasumsikan sebagai pembanding suku bunga pada bank umum, dimana keinginan masyarakat dalam mendepositokan dananya bersifat profit. Hubungan yang terjadi apabila tingkat bagi hasil yang diberikan mengalami kenaikan maka volume simpanan mudharabah juga akan meningkat dan
sebaliknya, jika bagi hasil yang diberikan menurun maka volume simpanan mudharabah juga akan menurun. Pembagian keuntungan berdasarkan nisbah ada
dua landasan, yaitu: 1. Prosentase
Nisbah keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk prosentase antara kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam nilai nominal tertentu. Nisbah keuntungan itu misalnya adalah 50:50, 70:30 atau yang lainnya. Jadi keuntungan nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan, bukan berdasarkan porsi setoran modal: tentu dapat saja bila nisbah keuntungan sebesar porsi setoran modal.
2. Bagi untung dan bagi rugi
Dalam kontrak ini, return dan timing cash flow kita tergantung kepada kinerja setoran rillnya. Bila laba bisnisnya besar, kedua belah pihak mendapat bagian yang besar juga. Filosofi ini hanya berjalan jika nisbah ditentukan dalam bentuk prosentase, bukan dalam bentuk nominal Rp tertentu.
2.1.14 Tingkat Suku Bunga
Bunga bank adalah sejumlah imbalan yang diberikan oleh bank kepada nasabah atas dana yang disimpan dan dihitung sebesar persentase tertentu dari pokok simpanan dan jangka waktu simpanan. Suku bunga dianggap sebagai faktor penting dalam menentukan perilaku masyarakat untuk menyimpan uang.
Wibisono (dalam Nurulhidayat, 2014) menyatakan bahwa tingkat bunga Bank Indonesia dapat diartikan sebagai suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan ke publik.
Suku bunga adalah tanggungan pada pinjaman uang yang biasanya dinyatakan dalam prosentase dari uang yang dipinjamkan. Pengertian lain tentang suku bunga menurut Judisseno ( dalam Wulansari, 2015) adalah penghasilan yang diperoleh orang – orang yang memberikan kelebihan uang untuk digunakan bagi yang membutuhkan, dan menggunakan uang tersebut untuk menutupi kekurangannya.
2.1.15 Teori Klasik Tentang Tingkat Bunga (Loanable Funds)
Tabunagn, simpanan menurut teori klasik (teori yang dikemukakan kaum klasik seperti Adam Smith, David Ricardo) adalah fungsi tingkat bunga, makin tinggi tingkat bunga, maka semakin tinggi pada keinginan masyarakat untuk menyimpan dananya di bank. Artinya pada tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk berkonsumsi guna menambah tabungan. Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan terdorong untuk melakukan investasi, sebabbiaya penggunaan dana juga semakin kecil. Tingkat bunga dalam keadaan seimbang (artinya tidak ada dorongan naik turun) akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi.
2.1.16 Perbedaan Bagi Hasil dan Suku Bunga Tabel 2
Perbedaan Bagi Hasil dan Suku Bunga
Bagi Hasil Suku Bunga
Penentuan besarnya rasio atau nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi
Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi selalu untung
Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh
Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan
Bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak
Pembayaran bunga tetap seperti apakah proyek yang dijanjikan oleh pihak nasabah untung atau rugi
Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan
Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang booming
Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil
Eksistensi bunga diragukan oleh semua agama termasuk islam sumber: Antonio(2001)
2.1.17 Teori Konsumsi, Tabungan dan Investasi Dalam Islam
Secara garis besarseorang muslim akan mengalokasikan konsumsinya untuk dua jenis konsumsi, yaitu konsumsi untuk ibadah (Ci) dan konsumsi untuk duniawi (Cw). Dengan demikian kensumsi total (Cr) seorang muslim merupakan penjumlahan dari konsumsi untuk ibadah dengan konsumsi untuk duniawi, atau dapat diinformasikan sebagai berikut:
Ct = Ci + Cw
Alokasi anggaran konsumsi seseorang akan mempengaruhi keputusannya dalam menabung dan investasi. Seseorang biasanya akan menabung sebagian dari pendapatannya dengan beragam motif, antara lain: (1) untuk berjaga-jaga terhadap ketidakpastian yang akan datang, (2) untuk persiapan pembelian suatu barang konsumsi di masa depan, (3) untuk mengakumulasikan kekayaannya. Demikian pula, seseorang akan mengalokasikan sebagian dari anggarannya untuk investasi, yaitu menanamkannya pada sektor produkstif. Dengan investasi maka seseorang
rela mengorbankan konsumsinya sekarang dengan harapan akan mendapatkan hasil (return) di masa depan.
Dana tabungan yang tidak diinvestasikan pada dasarnya tidak berbeda dengan harta yang menganggur. Menganggurkan harta selain tidak menciptakan produktifitas dan nilai tambah bagi perekonomian, juga sangat tidak dianjurkan dalam ajaran agama islam. Bahkan harta seperti ini akan dikenai zakat sebesar 2,5% setiap tahunnya. Sementara itu, jika siinvestasikan maka harta itu berarti telah menciptakan produktifitas dan nilai tambah bagi perekonomian dan sangat dianjurkan dalam ajaran agama islam. Dengan sistem mudharabah maka tabungan yang diinvestasikan ini dapat memberikan pendapatan (return of investment). Pada gilirannya hal ini akan meningkatkan anggaran yang dimiliki dari waktu ke waktu.
2.1.18 Teori Permintaan
Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan, sedangkan permintaan akan suatu barang adalah jumlah barang yang bersangkutan yang pembeli bersedia membelinya pada tingkat harga yang berlaku pada suatu pasar tertentu dan dalam waktu tertentu. Pada penelitian ini, barang diumpamakan adaah deposito mudharabah dan harga dari suatu pasar adalah bunga dan bagi hasil.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan deposito mudharabah yaitu:
g. Bunga, dan h. Bagi Hasil
Hubungan permintaan menjelaskan bahwa jika harga naik maka jumlah output yang diminta akan turun, dan sebaliknya jika harga turun maka output yang diminta akan naik. Artinya jika harga atau bunga bank umum mengalami kenaikan maka permintaan akan deposito mudharabah akan berkurang atau menurun. Dan sebaliknya jika bagi hasil lebih besar dari bunga bank umum maka permintaan akan deposito mudharabah meningkat karena nasabah bersifat profit motif. Jika dilihat dari sisi permintaan akan deposito maka hubungan antara bunga dengan deposito mudharabah adalah negatif. Fungsi permintaan adalah permintaan yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam fungsi permintaan, maka kita dapat mengetahui hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas.
Fungsi permintaan dapat ditulis sebagai berikut: Qdx = f (Px, Py) Keterangan:
Qdx = Deposito mudharabah Px = Bunga
2.1.19 Skema Mudharabah
Secara umum, aplikasi perbankan Al-Mudharabah dapat digambarkan dalam gambar sebagai berikut:
Gambar 1
Skema Alur Al- Mudharabah
2.2 Rerangka Pemikiran
Tingkat bagi hasil deposito bank syariah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk mendepositokan hartanya. Ketika tingkat bagi hasil deposito tinggi, maka masyarakat akan cenderung mendepositokan uangnya dari pada digunakan untuk dikonsumsi. Mengingat tujuan nasabah
PERJANJIAN BAGI HASIL
MODAL 100% KEAHLIAN NISBAH X % PEMBAGIAN KEUNTUNGAN MODAL NASABAH (Mudharib) BANK (Shahibul Maal) PROYEK USAHA
mendepositokan uangnya adalah untuk mencari keuntungan yang sesuai dengan harapan, maka besar kemungkinan ketika tingkat bagi hasil deposito bank syariah mengalami penurunan, maka para deposan akan tidak melanjutkan menggunakan jasa deposito pada bank syariah. Hal tersebut dikarenakan tidak semua nasabah bank syariah merupakan nasabah yang memilih menggunakan jasa perbankan syariah disebabkan faktor keyakinan.
Bunga sendiri pada dasarnya mempunyai 3 fungsi utama, salah satunya ialah bunga sebagai daya tarik bagi pihak yang menyimpan dananya yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. Maka melihat fungsi bunga dan juga segmentasi nasabah perbankan syariah yang menggunakan jasa perbankan syariah hanya berdasarkan keuntungan saja, akan mempengaruhi jumlah deposito mudharabah perbankan syariah itu sendiri. Ketika bagi hasil diperbankan syariah menurun dan suku bunga di bank konvensional menunjukkan angka yang tinggi maka besar kemungkinan juga para deposan akan lebih memilih menggunakan jasa perbankan konvensional untuk mengelola dana depositonya atau resiko pengalihan dana dari bank syariah ke bank konvensional.
Dari penjelasan tersebut di atas maka dapat digambarkan rerangka pemikiran seperti berikut:
Gambar 2 Rerangka Pemikiran 2.3 Perumusan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh bagi hasil dan suku bunga pada deposito mudharabah
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan di luar negeri oleh Haron dkk. (dalam Andriyanti dan Wasilah, 2010), telah dibuktikan bahwa tingkat suku bunga bank konvensional dan tingkat bagi hasil perbankan syariah memiliki pengaruh terhadap dana pihak ketiga bank syariah.
Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa suku bunga deposito bank konvensional dan tingkat bagi hasil berkaitan erat dengan penghimpunan dana pihak bank syariah (Arundina, 2007).
INVESTASI BANK KONVENSIONAL DEPOSITO MUDHARABAH BANK SYARIAH
Farikh (2007) juga menyebutkan bahwa dana pihak ketiga perbankan syariah dipengaruhi oleh tingkat suku bunga deposito konvensional. Apabila suku bunga deposito bank konvensional naik, maka deposito Mudharabah akan mengalami penurunan, karena masyarakat akan cenderung menyimpan dananya di bank konvensional. Hal ini bertentangan dengan tingkat bagi hasil bank syariah yang memiliki hubungan yang searah dengan perkembangan jumlah deposito perbankan syariah.
Oleh karena itu, hipotesis yang diuji adalah:
HI : Tingkat bagi hasil deposito mudharabah berpengaruh positif pada deposito mudharabah.
H2 : Tingkat suku bunga deposito berpengaruh negatif pada deposito mudharabah.