• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PENERAPAN AKAD MUSYARAKAH MUTANAQISAH PADA BANK MUAMALAT SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISA PENERAPAN AKAD MUSYARAKAH MUTANAQISAH PADA BANK MUAMALAT SURABAYA."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PENERAPAN AKAD

MUSYA>

RAKAH MUTANA>

QIS}A>

H

PADA BANK MUAMALAT SURABAYA

SKRIPSI

Oleh

EKA AFRILLIA ROSDIANAWATI

NIM. C74211158

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

(2)

ANALISA PENERAPAN AKAD

MUSYA>

RAKAH MUTANA>

QIS}A>

H

PADA BANK MUAMALAT SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Program Studi Ekonomi Syariah

OLEH

Eka Afrillia Rosdianawati

NIM. C74211158

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Program Studi Ekonomi Syariah

SURABAYA

2016

 

(3)

   

(4)

   

(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan (field research) dengan judul “Analisa Penerapan Akad Musya>rakah Mutana>qis}a>h Pada Bank Muamalat Surabaya”. Adapun peelitian ini bertujuan utuk menjawab permasalahan tentang; bagaimana penerapan Akad musya>rakah mutana>qis}a>h di Bank Muamalat Surabaya, bagaimana penerapan akad ijara>h di Bank Muamalat Surabaya.

Guna menjawab permasalahan di atas, maka data penelitian ini dihimpun dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Selanjutnya penelitian ini bersifat kualitatif yang menghasilkan data yang dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif dan metode deduktif.

Pembahasan dalam skripsi ini menghasilkan kesimpulan bahwa pelaksanaan akad musya>rakah mutana>qis}a>h dalam produk hunian syariah kongsi terdiri dari akad musyaraka>h dan ijara>h. Pelaksanaan musyarakah pada bank Muamalat digunakan untuk kesepakatan kepemilikan bersama antara nasabah dan bank dengan porsi kepemilikan nasabah yang dihitung berdasarkan uang muka yang dibayarkan dan porsi kepemilikan bank berdasarkan besarnya pembiayaan yang dikeluarkan bank kepada nasabah. Besarnya pembiayaan ini yang akan menjadi acuan bank untuk menghitung angsuran pokok yang dibayar oleh nasabah setiap bulannya. Sedangkan dalam akad ijara>h, Bank Muamalat setiap bulannya juga menarik biaya sewa atau ujrah berdasarkan persentase keuntungan yang dihitung bank Muamalat terhadap besaran pembiayaan nasabah. Biaya ujrah ini tetap atau flat selama dua tahun hingga pelaksanaan review ujrah yang ditetapkan bank Muamalat yaitu dua tahun sekali yang memungkinkan naik dan turunnya besaran ujrah berdasarkan kondisi pasar ekonomi di Indonesia.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka kepada pihak yang terkait dalam Bank Muamalat disarankan praktek pelaksanaan akad musya>rakah mutana>qis}a>h pada pembiayaan hunian syariah kongsi di Bank Muamalat untuk lebih memaksimalkan penyesuaian terhadap ketentuan fiqh Islam. Selain itu pihak bank juga disarankan untuk memberikan sosialisasi dan mengedukasi masyarakat terkait produk-produk syariah agar kedepannya produk dalam lembaga Islam lebih diminati oleh masyarakat.

 

 

 

 

 

(7)

ABSTRACT

This thesis is the result of field research (field research) with the title "Analysis of the Implementation musya>rakah mutana>qis}a>h in Bank Muamalat Surabaya " . The thesis to answer the question about ; how the application of

musya>rakah mutana>qis}a>h in Bank Muamalat Surabaya , how aplication of Ijarah in Bank Muamalat Surabaya.

To answer the above problems, the research data is collected by using interview, observation and documentation . Further research is qualitative which produces data were analyzed using descriptive method and deductive method .

The discussion in this paper lead to the conclusion that the execution of the contract musya>rakah mutana>qis}a>h in residential products sharia joint venture consisting of contract musyaraka>h and Ijara>h. Implementation musyarakah on its capital used for joint ownership agreement between the customer and the bank with the share of ownership of customers is calculated based on the advances paid and the share of bank ownership based on the amount of financing issued by banks to customers. The amount of this financing banks to calculate the principal installments paid by customers every month. While in the contract Ijara>h, Bank Muamalat also draw every month or ujrah rental fee based on the percentage of its capital gains calculated the magnitude of customer financing. Ujrah costs remained flat for two years or until the implementation of the review ujrah set Muamalat bank that is two years which allows the rising and falling scale ujrah economy based on market conditions in Indonesia.

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TRANSLITERASI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan BatasanMasalah ... 11

C. Rumusan Masalah ... 12

D. Kajian Pustaka ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 14

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 14

G. Definisi Operasional ... 15

H. Metode Penelitian ... 16

I. Sistematika Pembahasan ... 22

BAB II LANDASAN TEORI A. Musyarakah Mutanaqisah ... 24

1. Pengertian Musyarakah Mutanaqisah ... 24

(9)

3. Rukun dan Syarat Musyarakah Mutanaqisah ... 27

4. Ijarah dalam Musyarakah Mutanaqisah ... 29

B. Nilai Dasar Ekonomi Islam ... 33

1. Pengertian Ekonomi Islam ... 33

2. Tujuan Ekonomi Islam ... 35

3. Prinsip Ekonomi Islam ... 36

BAB III IMPLEMENTASI AKAD MUSYA>RAKAH MUTANA>QIS}A>H DI BANK MUAMALAT A.Bank Muamalat Indonesia ... 42

1.Sejarah Berdirinya Bank Muamalat ... 42

2.Tujuan Berdirinya Bank Muamalat ... 45

3. Visi dan Misi Yayasan Al-Jihad Surabaya ... 46

B. Produk Bank Muamalat ... 46

1.Produk Penghimpunan Dana ... 46

2.Produk Penanaman Dana ... 49

3. Produk Jasa ... 51

C.Aplikasi Pembiayaan Musya>rakah Mutana>qis}a>h Pada Bank Muamalat Surabaya ... 53

1.Latar Belakang Pembiayaan Hunian Syariah Kongsi ... 53

2.Persyaratan Pembiayaan Hunian Syariah Kongsi ... 55

3.Prosedur Pembiayaan Hunian Syariah Kongsi ... 58

4.Ketentuan Dalam Perjanjian Pelaksanaan Pembiayaan Hunian Syariah Kongsi ... 61

(10)

BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD MUSYA>RAKAH

MUTANA>QIS}A>H PADA BANK MUAMALAT SURABAYA

A. Analisis Penerapan Akad Musyarakah Mutanaqisah dalam Produk Hunian Syariah Kongsi Pada Bank Muamalat Surabaya ... 71

B. Analisis Penerapan Ijarah dalam Produk Hunian Syariah Kongsi di Bank Muamalat Surabaya ... 75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini pembangunan nasional dilaksanakan baik dari sektor

pemerintah maupun swasta. Hal ini merupakan salah satu upaya

pembangunan yang berkesinambungan. Pembangunan nasional salah satunya

ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia yang

pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari kegiatan ekonomi melalui jasa

finansial perbankan. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai

peranan yang strategis dimana kegiatan utama dari perbankan adalah

menyerap dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada

masyarakat.1

Perkembangan ekonomi Indonesia ini sendiri ditandai dengan

tingginya minat masyarakat akan kepemilikan rumah. Tidak dapat

dipungkiri rumah memang menjadi kebutuhan pokok manusia yang sudah

seharusnya terpenuhi bagi setiap individu. Tingginya minat masyarakat akan

kepemilikan rumah tersebut tidak diiringi dengan ketersediaan rumah bagi

masyarakat oleh pemerintah Indonesia sehingga harga rumah dari waktu ke

waktu melambung tinggi. Masyarakat kecil juga semakin merasa berat akan

      

1

(12)

 

biaya rumah yang semakin tidak terjangkau khususnya bagi mereka yang

memiliki pendapatan setara dengan umr setempat.

Pihak pemerintah sendiri merespon positif akan kebutuhan

masyarakat Indonesia terhadap rumah yang semakin meningkat dari tahun

ke tahun tersebut. Oleh karena itu pemerintah juga memudahkan masyarakat

untuk dapat mengajukan sistem kredit pada bank konvensional dan sistem

pembiayaan pada bank syariah. Pemerintah pada tahun 2015 juga

memberikan rumah subsidi yang diberikan oleh bapak Presiden Jokowi

sebagai salah satu upaya pemerataan kepemilikan rumah bagi masyarakat

ekonomi lemah di Indonesia. Perbankan Indonesia baik konvensional

maupun syariah juga memudahkan setiap nasabahnya untuk mendapatkan

fasilitas pembiayaan kepemilikan rumah bagi setiap masyarakat yang

mampu memenuhi persyaratan kepemilikan rumah tersebut.

Melihat permintaan akan kebutuhan masyarakat semakin meningkat

dari tahun ke tahunnya maka pemerintah tidak diam, pemerintah Indonesia

mendorong sistem perbankan agar dapat menjangkau permintaan seluruh

lapisan masyarakat tersebut. Untuk meningkatkan peran dan fungsinya,

pengaturan perbankan terus disempurnakan dan berbagai upaya dilakukan

dalam rangka mengoptimalkan sistem perbankan dengan adanya

pengembangan sistem perbankan syariah. Prinsip bank berdasarkan syariah

merupakan salah satu bentuk jasa perbankan, yang baru mendapatkan

pengakuan secara formil yuridis setelah dikeluarkannya undang-undang no. 7

(13)

 

mempunyai fungsi yang sama seperti bank konvensional yang telah ada

yaitu sebagai lembaga perantara pihak-pihak yang kekurangan dana dengan

pihak-pihak yang kelebihan dana (intermediary financial institution). Hanya

saja yang membedakan adalah dalam cara pengoperasiannya, dimana bank

syariah tidak mengenal sistem bunga dan menggunakan sistem bagi hasil

bagi para nasabahnya.2

Kehadiran perbankan syariah di Indonesia merupakan salah satu

bukti bahwa sebagai masyarakat muslim kita sangat menyadari perlunya

sistem ekonomi transparan dan sesuai dengan kaidah Islam yang

mengedepankan maslahat bagi seluruh lapisan masyarakat dan tidak saling

mendzalimi satu sama lain. .Konsep dari sistem ekonomi syariah adalah,

meletakkan nilai-nilai Islam sebagai konsep dasar dan landasan dalam

aktivitas perekonomian dalam rangka mewujudkan kesejahteraan

masyarakat lahir dan bathin.3 Lembaga perbankan dalam syariah Islam

dilandaskan pada kaidah dalam ushul fiqih yang menyatakan bahwa

ﺘﻳ ﻻ ﺎ

ﺟاو

ﻮﻬﻓ

ﻻﺐ

ﺟاﻮﻟا

yang berarti sesuatu yang harus ada untuk

menyempurnakan yang wajib, maka ia wajib diadakan. Mencari nafkah

termasuk melakukan kegiatan ekonomi adalah wajib adanya, oleh karena

pada saat ini kegiatan perekonomian tidak akan sempurna tanpa adanya

      

2

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan, hal. 5.

(14)

 

lembaga perbankan, maka lembaga perbankan ini pun menjadi wajib untuk

diadakan.

Keberadaan perbankan syariah di Indonesia menjadi alternative bagi

masyarakat muslim agar dapat melaksanakan kegiatan keuangan dengan

nyaman tanpa ada unsur gharar ataupun riba di dalam kegiatan ekonominya.

Sistem perbankan syariah yang mengedepankan keadilan bagi pihak

perbankan dan nasabah serta mengedepankan kejujuran dalam setiap

transaksi keuangannya maka perbankan secara islami menjadi solusi

masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.

Salah satu pilar penting untuk menciptakan produk Perbankan

Syariah dalam memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat modern adalah

pengembangan hibryd contract (multi akad) karena bentuk akad tunggal

sudah tidak mampu merespon transaksi keuangan kontemporer. Berdasarkan

Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip

Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta

Pelayanan Jasa Bank Syariah, produk yang ditawarkan oleh Perbankan

Syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu produk penyaluran

dana (financing), penghimpun dana (funding) dan produk jasa (service)..

Kelebihan perbankan syariah juga dapat dilihat selain dari produk

produknya yang sesuai dengan syariat Islam tetapi juga pihak perbankan

syariah sendiri yang dibantu dengan beberapa lembaga lain. Lembaga ini

antara lain adalah dewan pengawas syariah, lembaga ini berfungsi sebagai

(15)

 

Indonesia. Oleh karena itu nasabah juga dapat membuat kritik dan saran

yang membangun karna fungsi dari perbankan syariah sendiri adalah untuk

melayani masyarakat muslim yang ingin kegiatan ekonominya berjalan

sesuai dengan kaidah Islam yang berlaku. Pada dasarnya kinerja perbankan

syariah adalah kinerja muslim untuk masyarakat muslim yang lain jadi tidak

diperbolehkan bagi lembaga perbankan syariah untuk memberikan efek

negatif dan merugikan masyarakat muslim lain yang menjadi nasabah dari

perbankan syariah itu sendiri.

Kredit pemilikan rumah (KPR) pembiayaan dalam periode waktu

tertentu yang dipergunakan sebagai sarana pembiayaan rumah. Produk

kredit pemilikan rumah (KPR) dari bank syariah memiliki perbedaan

tersendiri dari produk kredit pemilikan rumah (KPR) bank konvensional.

Dalam bank syariah tidak dikenal istilah kredit, karena bank syariah

menyalurkan dana sebagai investasi yang diberikan kepada nasabah dalam

melaksanakan usaha . Sehingga produk kredit pemilikan rumah (KPR) dalam

bank syariah dikenal sebagai pembiayaan kepemilikan rumah (KPR) dengan

tidak menggunakan istilah kredit.

Selain itu produk pembiayaan kepemilikan rumah bank syariah tidak

mengandung unsur – unsur yang dilarang syariah seperti riba, gharar, maisir.

Saat ini produk pembiayaan berbasis akad musya>rakah dan produk

pembiayaan berbasis akad mura>bah}ah merupakan core product yang

(16)

 

eksplisit melarang penerapan bunga pada semua transaksi keuangannya,

menciptakan diferensiasi yang memengaruhi minat masyarakat untuk

menggunakannya dibandingkan dengan produk – produk pembiayaan bank

konvensional.

Bank syariah sendiri memiliki beberapa produk dalam penyaluran

dana untuk kepemilikan rumah tersebut. Sebelum menggunakan akad

musya>rakah mutana>qis}a>h di bank Muamalat sendiri lebih dahulu

menggunakan akad mura>bah}ah dan akad ijara>h muntahiyah bittamlik.

Karena dalam akad ijara>h muntahiyah bittamlik terdapat beberapa

kekurangan yang tidak sesuai dengan konsep Islam yang mengedepankan

maslahat bagi pihak bank dan nasabah maka akad ijara>h muntahiyah

bittamlik diganti dengan akad musya>rakah mutana>qis}a>h hingga saat ini.

Pembiayaan rumah berbasis musya>rakah mutana>qis}a>h merupakan

bentuk pembiayaan yang lebih baik dibandingkan dengan pembiayaan kredit

pemilikan rumah (KPR) dari bank konvensional. Hal ini disebabkan karena

pembayaran angsuran yang dilakukan oleh nasabah berkurang secara

bertahap sesuai dengan porsi kepemilikannya atas aset. Biaya sewa yang

dibayarkan oleh nasabah pun semakin lama akan mempercepat perpindahan

kepemilikan aset karena semakin besar porsi kepemilikan nasabah maka

semakin besar pula bagi hasil yang didapatkan oleh nasabah dan dana

(17)

 

Semakin cepat pembayaran perpindahan kepemilikan aset maka

semakin cepat pula peningkatan likuiditas bank sehingga meminimalisasi

risiko gagal bayar yang berdampak pada krisis finansial. Penerapan akad

musya>rakah mutana>qis}a>h pada produk pembiayaan rumah (KPR) lebih

maslahat dibandingkan dengan penerapan akad lain pada produk pembiayaan

kepemilikan rumah (KPR) disebabkan atas fleksibelitas akad, disepakati

banyak pihak, dan risiko ditanggung bersama antara bank serta nasabah.

Jadi, penerapan akad musya>rakah mutana>qis}a>h pada produk pembiayaan

kepemilikan rumah lebih menciptakan maslahat bagi nasabah dan

perbankan syariah.

Bank Muamalat sendiri mempunyai dua akad dalam melakukan

proses pembiayaan kepemilikan rumah yaitu akad mura>bah}ah dan akad

musya>rakah mutana>qis}a>h. Pembiayaan kepemilikan dengan akad mura>bah}ah

menggunakan skema yang tidak jauh berbeda dengan proses jual-beli dalam

perdagangan sehari-hari. Bank akan membeli terlebih dahulu rumah idaman

yang anda pilih, kemudian menjualnya kembali pada Anda dengan harga

yang lebih tinggi dengan sistem pencicilan. Menggunakan sistem cicilan

tetap sehingga memberikan kepastian lebih untuk rencana pengeluaran

nasabah di masa depan.

Salah satu produk pembiayaan kepemilikan rumah (KPR) yang

dikeluarkan oleh bank syariah adalah produk pembiayaan hunian syariah

(18)

 

untuk memfasilitasi masyarakat dalam memiliki rumah berdasarkan prinsip

– prinsip syariah. Akad yang digunakan dalam produk pembiayaan hunian

syariah kongsi Bank Muamalat adalah akad musya>rakah mutana>qis}a>h. Pada

dasarnya akad musya>rakah mutana>qis}a>h adalah akad kerjasama yang

kepemilikan aset salah satu pihak berkurang disebabkan oleh pembelian

secara bertahap oleh pihak lainnya. Produk pembiayaan ini mulai

diluncurkan sejak bulan Juni 2010 dan dapat diterapkan untuk pemilikan

properti baru (non indent), properti second, maupun properti take over.

Dalam akad musya>rakah mutana>qis}a>h pada perbankan syariah selain

menerapkan akad syirkah atau yang disebut dengan akad kerjasama juga

menerapkan akad ijara>h yaitu sewa bagi nasabah kepada pihak perbankan

syariah. Akad ijara>h diperlukan sebagai pendapatan langsung dan

keuntungan langsung yang dapat diambil dari akad pembiayaan tersebut.

Keuntungan dari penerapan akad ijara>h pada pembiayaan musya>rakah

mutana>qis}a>h dapat diambil dan dibagi berdasarkan nisbah (bagi hasil) sesuai

porsi kepemilikan objek pembiayaan dan keuntungan (yield) yang sudah

diproyeksikan. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus

disepakati oleh para pihak di awal akad. Nisbah dari ijara>h untuk bank

menjadi milik bank sebagai keuntungan bank, dan umumnya bagi hasil

untuk nasabah dikembalikan oleh nasabah kepada bank sebagai penambahan

atau pembelian asset pembiayaan, yang secara langsung berarti porsi

kepemilikan nasabah menjadi bertambah. Nisbah yang merupakan

(19)

 

dibayarkan setiap bulannya, besaran yang diterima akan berubah setiap

bulannya, disesuaikan dengan proporsi kepemilikan yang dimiliki baik oleh

bank, maupun oleh konsumen.4 Namun keuntungan yang dibagikan tidak

boleh menggunakan nilai proyeksi tetapi harus menggunakan realisasi

keuntungan. Penerapan prinsip ijara>h dalam musya>rakah mutana>qis}a>h

besarnya nilai ujrah menjadi landasan penyesuaian/review terhadap

perubahan harga sewa terhadap objek sewa. Berdasarkan fatwa DSN No.

56/DSN-MUI?V/2007 tentang Ketentuan Review Ujrah pada Lembaga

Keuangan Syariah (LKS), besarnya ujrah dapat ditinjau ulang pada periode

berikutnya apabila memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan.

Secara garis besar pelaksanaan akad musya>rakah mutana>qis}a>h pada

perbankan syariah untuk pengadaan kepemilikan rumah adalah alternatif

yang tepat bagi nasabah dan pihak bank. Karena baik dari pihak nasabah dan

pihak perbankan memilik porsi kepemilikan dari pembiayaan rumah

tersebut, namun disisi lain sistem ijara>h yang diterapkan oleh pihak

perbankan kepada nasabah harus ditinjau ulang. Karena pihak nasabah

diwajibkan membayar ujrah setiap bulannya kepada pihak bank selama

sepuluh tahun maka tidak mungkin biaya sewa akan tetap sama pada setiap

bulannya. Sistem ijara>h pada akad musya>rakah mutana>qis}a>h ini dapat

dilakukan perbaikan dan kesepakatan ulang antara pihak nasabah dengan

perbankan, namun permaslahannya adalah jika pihak perbankan menaikkan

      

4

(20)

10 

 

harga sewa sesuai dengan harga pasar maka akan membuat pihak nasabah

merasa diberatkan.

Penerapan akad musya>rakah mutana>qis}a>h memiliki beberapa

keunggulan sebagai pembiayaan syariah, diantaranya adalah :

a. Bank Syariah dan nasabah sama-sama memiliki atas suatu aset yang

menjadi obyek perjanjian. Karena merupakan aset bersama maka antara

bank syariah dan nasabah akan saling menjaga atas aset tersebut.

b. Adanya bagi hasil yang diterima antara kedua belah pihak atas margin

sewa yang telah ditetapkan atas aset tersebut.

c. Kedua belah pihak dapat menyepakati adanya perubahan harga sewa

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan mengikuti harga pasar.

d. Dapat meminimalisir risiko financial cost jika terjadi inflasi dan kenaikan

suku bunga pasar pada perbankan konvensional.

e. Tidak terpengaruh oleh terjadinya fluktuasi bunga pasar pada bank

konvensional, dan/atau fluktuasi harga saat terjadinya inflasi.

Adapun kelemahan yang muncul dalam akad musya>rakah

mutana>qis}a>h ketika diterapkan sebagai bentuk pembiayaan syariah adalah:

a. Risiko terjadinya pelimpahan atas beban biaya transaksi dan pembayaran

pajak, baik pajak atas hak tanggungan atau pajak atas bangunan, serta

(21)

11 

 

b. Berkurangnya pendapatan bank syariah atas margin sewa yang

dibebankan pada aset yang menjadi obyek akad.

c. Cicilan atas beban angsuran di tahun-tahun pertama akan terasa

memberatkan bagi nasabah, dan menjadi ringan tahun-tahun berikutnya.

Guna untuk meningkatkan keefesienan kinerja perbankan. Berdasarkan

uraian tersebut, maka penyusun dalam malakah ini dapat mengambil sebuah

judul “ Analisa Penerapan Akad musya>rakah mutana>qis}a>h pada Bank

Muamalat Surabaya ”

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas terdapat beberapa hal yang menjadi

masalah dalam penelitian ini.

a. Perkembangan minat konsumen terhadap pembiayaan musya>rakah

mutana>qis}a>h

b. Aplikasi sistem musya>rakah mutana>qis}a>hpada perbankan syariah

c. sistem ujrah pada aplikasi musya>rakah mutana>qis}a>h dalam perbankan

syariah di Indonesia

2. Batasan Masalah

Batasan masalah diperlukan untuk fokus pada permasalahan tertentu.

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan akad musya>rakah mutana>qis}a>h pada perbanjan syariah di

(22)

12 

 

b. Pelaksanaan akad ujrah dalam produk pembiayaan hunian syariah kongsi

dengan akad musya>rakah mutana>qis}a>h di perbankan syariah.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan akad musya>rakah mutana>qis}a>h di Bank

Muamalat Surabaya berdasarkan prinsip Ekonomi Islam dan fiqh syariah?

2. Bagaimana pelaksanaan akad ijara>h dalam produk Pembiayaan Hunian

Syariah Kongsi pada bank Muamalat Surabaya?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau

penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti

sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak

merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah

ada5. Penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ario Wahyudi dengan judul “ Analisis Penerapan Bagi Hasil

Pembiayaan Musyarakah Pada PT Bank Muamalat Cabang Makasar ” tahun

2013. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana sistem bagi

hasil atau ujrah yang diterapkan dalam sistem musyarakah pada bank

Muamalat. Dalam penelitian ini penulis menjelaskan tentang bagaimana

aplikasi , aturan dan batasan dalam ujrah yang ada dalam akad musyarakah

tersebut. Penulis juga menjelaskan secara detail bagaimana fatwa , dan

akurasi secara perhitungan sistem akutansi menurut pandangan islam       

5

(23)

13 

 

tentang aplikasi ujrah dalam sistem musyarakah tersebut. Tidak hanya

ditinjau secara nilai-nilai islam saja namun juga pada penelitian ini penulis

menjelaskan bagaimana laporan laba rugi bank Muamalat dengan

menggunakan akad musyarakah dan neraca yang juga dilampirkan pada

penelitian ini.

Agisa Muttaqien dengan judul skripsi Pembiayaan Pemilikan Rumah

dengan akad musya>rakah mutana>qis}a>h pada Bank Mumalat Indonesia tahun

2012. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan secara rinci bagaimana

proses pelaksanaan pembiayaan hunian syariah kongsi mulai pada awal akad

sampai dengan proses berakhirnya akad. Dalam bab kedua peneliti

menjelaskan bagaimana proses akad dan tinjauan menurut pandangan Islam,

peneliti juga menyebutkan hadits yang menguatkan tentang akad yang

memang ada sebagai penyempurna akan yang belum ada . Pada penelitian ini

penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan hasil penelitian

yang menunjukkan bagaimana proses awal akad sampai pada berakhirnya

akad yaitu hibah kepemilikan rumah dari pihakbank kepada nasabah.

Rinrin Warisni Pribadi dengan judul skripsi “ Pembiayaan Hunian

Syariah Kongsi Berdasarkan Akad Musya>rakah Mutana>qis}a>h Dihubungkan

Undang- Undang no 21 tahun 2008 Tentang perbankan Syariah ” tahun

2011. Pada penulisan skripsi disini penulis lebih menekankan pada

permasalahan hukum tentang pelaksanaan akad musyarakah dalam

pembiayaan hunian syariah kongsi. Oleh sebab itu penulisan pada senelitin

(24)

14 

 

menjelaskan secara rinci bagaimana pelaksanaan akad musya>rakah

mutana>qis}a>h dalam pembiayaan hunian syariah kongsi ditinjau dari segi

hukum dan hanya bersifat menjabarkan kembali bagaimana acuan hukum

tentang pelaksanaan kegiatan dalam perbankan syariah.

E. Tujuan Penelitian

Dalam setiap melakukan kegiatan penelitian, peneliti memliki tujuan

penelitian yang ingin ditunjukkan dan dibuktikan antara lain sebagai

berikut:

1. Peneliti ingin menjelaskan pelaksanaan akad musya>rakah mutana>qis}a>h

di bank Muamalat Surabaya.

2. Peneliti ingin menganalisa akad ijara>h dalam Produk Hunian syariah

Kongsi pada bank Muamalat Surabaya sesuai fiqh syariah

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Dalam melakukan penelitian kita diharapkan juga mendapatkan

manfaat yang dapat diambil. Manfaat tersebut bisa bersifat teoritis dan bisa

juga bersifat praktis. Dalam penelitian yang bersifat kualitatif maka

kemungkinan besar manfaat yang dapat diambil adalah manfaat teoritis

namun karena terdapat observasi di dalamnya maka tidak menutup

kemungkinan juga mampu mendapatkan manfaat praktis secara maksimal.

(25)

15 

 

Harapan dari penelitian yang saya buat ini mampu memberikan hasil

yang bermanfaat bagi Dosen Mahasiswa Ekonomi Syariah, dan saya

selaku peneliti. Selain itu juga dapat digunakan sebagai bahan masukan

atau evaluasi dalam proses pembelajaran mahasiswa Ekonomi Syariah

secara positif.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai akad musya>rakah mutana>qis}a>h

b. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi secara

tertulis maupun sebagai referensi mengenai akad musya>rakah

mutana>qis}a>h dan prateknya dalam dunia perbankan syariah.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami judul skripsi,

maka peneliti perlu menjelaskan makna dan maksud masing-masing

istilah pada judul skripsi “Analisa Penerapan Musya>rakah Mutana>qis}a>h

pada Bank Muamalat Surabaya ”. Adapun hal-hal yang perlu peneliti

jelaskan adalah sebagai berikut:

1. Analisa

Analisa merupakan teknik mendapatkan informasi dan mengelola

data baik data primer maupun data sekunder yang dilakukan secara

individual dari data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan

(26)

16 

 

wawancara dengan narasumber yang terkait dalam penelitian.

Tekhnik analisa merupakan tekhnik yang paling dasar untuk

menyimpulkan dari berbagai informasi.

2. Musya>rakah Mutana>qis}a>h

Musya>rakah mutana>qis}a>h adalah bentuk kerjasama antara dua

pihak atau lebih untuk kepemilikan suatu barang atau asset. Dimana

kerjasama ini akan mengurangi hak kepemilikan salah satu pihak

sementara pihak yang lain bertambah hak kepemilikannya. Bentuk

kerjasama ini berakhir dengan pengalihan hak salah satu pihak

kepada pihak lain. Pembayaran sewa merupakan bentuk kompensasi

kepemilikan dan kompensasi jasa bank syariah.

3. Bank Muamalat

Lembaga perbankan syariah yang didirkan pertama kali di

Indonesia dan telah mendapatkan beberapa anugrah serta

penghargaan dalam dan luar negeri. Pelopor produk perbankan

syariah di Indonesia seperti pembiayaan perumahan syariah dan

sistem gadai syariah (rahn). Bank Muamalat selalu menghadirkan

keunggulan dan inovasi dalam produknya namun tetap dalam kaidah

syariah Islam. Bank muamalat adalah lembaga perbankan syariah

yang mengedepankan sistem syariah yang tetap menguntungkan

nasabah.

(27)

17 

 

Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan

prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin. Metodologi juga

merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian

merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan

sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan

terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

Metode Penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta

desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus cocok dengan

pendekatan penelitian yang dipilih. Prosedur, teknik, serta alat yang

digunakan dalam penelitian harus cocok pula dengan metode penelitian yang

ditetapkan.6

Dalam penelitian kualitatif, sampel sumber data dipilih secara purposive dan

bersifat snowball sampling.7 Dalam hal ini penulis menggunakan beberapa

metode penelitian, yaitu:

1. Jenis Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini, maka penelitian yang dilakukan

adalah penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif. Di

Indonesia penelitian kualitatif dikenal penelitian naturalistik. Penelitian

kualitatif biasa dilawankan dengan penelitian kuantitatif dengan alasan

      

6

Arikunto, Metodelogi penelitian. (Yogyakarta: Bina Aksara,2006),43 7

Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. ke-II,

(28)

18 

 

bahwa dalam kegiatan ini peneliti tidak menggunakan angka dalam

mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasilnya.8

2. Data yang dikumpulkan

Berdasarkan rumusan masalah seperti yang telah dikemukakan di

atas, maka data yang dikumpulkan sebagai berikut:

a. Gambaran umum tentang Bank Muamalat Surabaya.

b. Produk pada Bank Muamalat Surabaya.

c. Aplikasi musya>rakah mutana>qis}a>h pada bank Muamalat Surabaya

d. Prosedur dan persyaratan pada Produk Hunian Syariah Kongsi

e. Aplikasi akad ijara>h dalam Produk Hunian Syariah Kongsi.

3. Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber pada:

a. Sumber data primer, yang didapatkan dari responden antara lain:

nasabah Bank Muamalat Surabaya, pegawai Bank Mualat Surabaya

dan Marketing Produk Hunian Syariah pada Bank Muamalat

Surabaya.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder berasal dari buku-buku yang berkaitan

langsung dengan masalah praktik penghimpunan dana sosial, yaitu:

1. Al-Qur’an dan terjemahannya.

2. Djuwaini, Dimyaudin. Pengantar Fiqh Muamalah,(Cet. I,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008)       

(29)

19 

 

3. Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,

(Jakarta : Kencana Prenada, 2009)

4. Habib Nazir dan Muh. Hasan. Ensiklopedia Ekonomi dan

Perbankan Syari’ah, (Bandung: Kaki Langit, 2004)

5. Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2008)

6. Yusuf Qardawi, 2010, Hukum Zakat, (Jakarta: PT. Mitra

Kertajaya Indonesia, Cet. Kesebelas).

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi

Metode observasi (pengamatan) merupakan sebuah teknik

pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan

mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku,

kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan.9 Teknik

ini digunakan untuk mengetahui dan memahami secara langsung aplikasi

musya>rakah mutana>qis}a>h pada Bank Muamalat Surabaya.

b. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

kualitatif lebih menekankan pada teknik wawancara, khususnya

wawancara mendalam (depth interview). Teknik ini merupakan teknik

      

(30)

20 

 

pengumpulan data yang khas penelitian kualitatif. Lebih lanjut

dinyatakan bahwa cara utama yang dilakukan pakar metodologi kualitatif

untuk memahami persepsi, perasaan, dan pengetahuan orang-orang adalah

dengan wawancara mendalam dan intensif.10 Teknik ini digunakan untuk

memperoleh data gambaran umum Bank Muamalat Surabaya serta produk

hunian syariah kongsi yang menggunakan akad musya>rakah mutana>qis}a>h.

c. Dokumentasi

Data dalam penelitian kualitatif pada umumnya diperoleh dari

sumber manusia atau human resources melalui observasi dan wawancara.

Di samping itu, ada pula sumber bukan manusia atau nonhuman

resources, antara lain berupa dokumen, foto, dan bahan statistic.

Dokumen terdiri atas tulisan pribadi ssperti buku harian, surat-surat, dan

dokumen resmi.11 Dalam penelitian ini dokumentasi yang digunakan

berupa dokumen tentang manajemen pengelolaan dan dokumen tertulis

lainnya.

5. Teknik Pengolahan Data

Untuk memudahkan analisis data yang sudah diperoleh perlu

diolah, adapun teknik pengolahan yang digunakan dalam pengolahan

data, antara lain:

1. Editing

Editing yaitu mempersiapkan naskah yang siap cetak atau

siap terbit (dengan memperhatikan terutama segi ejaan, diksi dan       

10

Ibid, 175 11

(31)

21 

 

struktur kalimat).12 Di dalam skripsi ini penulis memeriksa

kelengkapan dan kesesuian data. Teknik ini digunakan untuk

memeriksa kelengkapan yang sudah penulis dapatkan.

2. Organizing

Organizing yaitu menyusun dan mensistematikakan data

yang diperoleh dalam karangan paparan yang telah direncanakan

sebelumnya, untuk memperoleh bukti-bukti dan gambaran secara

elas tentang implementasi akad musya>rakah mutana>qis}a>h pada

Bank Muamalat Surabaya.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan

dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori

kategori tertentu lalu setelah itu menjabarkannya dengan lebih luas

sehingga dapat dipahami dan melakukan sintesa untuk dipelajari

sehingga terciptalah kesimpulan yang dapat dipahami oleh diri sendiri

dan pembaca.

Teknik analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan saat

melakukan penelitian dan saat sesudah melakukan penelitian. Pada saat

penelitian berlangsung peneliti melakukan kecocokan data pada saat

pengumpulan data, wawancara dan dokumentasi berlangsung. Namun

pada saat setelah melakukakn penelitian, peneliti mengambil kesimpulan       

(32)

22 

 

dari setiap proses penelitian dan dijabarkan sehingga dapat dimengerti

oleh penulis dan orang lain.

I . Sistematika Pembahasan

Sistemika pembahasan ini dipaparkan dengan tujuan untuk

memudahkan penelitian dan pemahaman. Oleh karena itu, dalam penelitian

skripsi ini dibagi dalam beberapa bab, pada tiap-tiap bab terdiri dari

beberapa sub bab, sehingga pembaca dapat memahami dengan mudah.

Adapun sistematika pembahasannya adalah: Bab Pertama. Bab ini

menjelaskan tentang informasi umum yaitu latar belakang penelitian,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian,

waktu dan tempat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika

penelitian.

Bab Kedua adalah landasan teori. Bab ini berisikan teori yang

diambil dari beberapa kutipan buku, yang berupa pengertian dan definisi

konsep yang harus dijabarkan dengan jelas. Disamping itu juga harus

memperhatikan relevansi teori yang akan digunakan dalam menganalisis

masalah yang akan di pergunakan guna adanya implementasi judul

penelitian “Analisa Penerapan Akad Musya>rakah Mutana>qis}a>h pada Bank

(33)

23 

 

Bab Ketiga adalah deskripsi hasil yang meliputi gambaran umum.

Pada bab ini peneliti menyajikan data data yang akan dijelaskan dengan

deskriptif agar mudah dipahami oleh pembaca. Data data yang diperoleh

baik data primer maupun data sekunder dikelola dan disajikan. Selain itu

peneliti juga menganalisa data yang tersaji dengan teori yang relevan terkait

akad musya>rakah mutana>qis}a>h dengan fatwa dewan syariah nasional tentang

pelaksanaan akad musya>rakah mutana>qis}a>h.

Bab Ke-empat, adalah bab yang mengemukakan tentang analisa

penerapan akad musya>rakah mutana>qis}a>h pada Bank Muamalat Suarabaya

berdasarkan Fiqh Syariah dan prinsip ekonomi Islam dan aplikasi

penerapakan akad ijara>h pada produk hunian syariah kongsi pada Bank

Muamalat Surabaya.

(34)

24   

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Musya>rakah Mutana>qis}a>h

1. Pengertian Musya>rakah Mutana>qis}a>h

Musya>rakah mutana>qis}a>h merupakan produk turunan dari akad

musya>rakah, yang merupakan bentuk akad kerjasama antara dua pihak

atau lebih. Kata dasar dari musya>rakah adalah syirkah yang berasal dari

kata syaraka-yusyriku-syarkan-syarikan-syirkatan (syirkah), yang berarti

kerjasama, perusahaan atau kelompok/kumpulan. Musya>rakah atau

syirkah adalah merupakan kerjasama antara modal dan keuntungan.

Sementara mutana>qis}a>h berasal dari kata

yatanaqishu-tanaqish-tanaqishan-mutanaqishun yang berarti mengurangi secara bertahap.

Musya>rakah mutana>qis}a>h (diminishing partnership) adalah bentuk

kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk kepemilikan suatu barang

atau asset. Dimana kerjasama ini akan mengurangi hak kepemilikan

salah satu pihak sementara pihak yang lain bertambah hak

kepemilikannya. Perpindahan kepemilikan ini melalui mekanisme

pembayaran atas hak kepemilikan yang lain. Bentuk kerjasama ini

berakhir dengan pengalihan hak salah satu pihak kepada pihak lain.1

Akad musya>rakah mutana>qis}a>h adalah pembiayaan berpola bagi hasil

untuk memenuhi kebutuhan barang konsumsi, perumahan, atau properti.       

1

(35)

25   

Dengan cara ini bank syariah dan nasabah bermitra untuk membeli aset

yang diinginkan nasabah kemudian barang tersebut menjadi milik

bersama dan digunakan untuk usaha yang dapat menghasilkan, dalam

kasus pembiayaan disini barang disewakan kepada nasabah. Bagian hasil

sewa dari nasabah digunakan sebagai cicilan pembelian porsi aset yang

dimiliki oleh bank syariah, sehingga pada periode waktu tertentu (saat

jatuh tempo), aset tersebut sepenuhnya telah dimiliki oleh nasabah.

2. Dasar Hukum Musya>rakah Mutana>qis}a>h

Dalam akad musya>rakah mutana>qis}a>h terdapat dasar hukum yang

berdasarkan nilai syariah sehingga setiap kajian hukum harus dilakukan

untuk menganalisis keabsahan produk yang ada, tidak terkecuali untuk

akad musya>rakah mutana>qis}a>h yang merupakan akad hybrid contact.

Dasar hukum ini menjadi pilar terbentuknya akad musya>rakah

mutana>qis}a>h tersebut yang memang terdiri dari akad musya>rakah dan

ijara>h. Oleh karena itu, penulis akan memaparkan dasar hukum terkait

bahasan mengenai akad musya>rakah mutana>qis}a>h berdasarkan dasar

hukum syariah, antara lain:

Surah Shad ayat 24

t

Α$

s

%

ô

s

)

s

9

y

7

y

ϑ

n

=

s

ß

É

Α#

x

σ

Ý

¡

Î

0

y

7

Ï

G

y

f

÷

è

t

Ρ

4

n

<

Î

)

Ï

μ

Å

_$

y

è

Ï

Ρ

(

¨

β

Î

)

u

ρ

#

Z



Ï

V

x

.

z

Ïi

Β

Ï

!

$

s

Ü

n

=

è

ƒ

ø

:

$

#

É

ó

ö

6

u

s

9

ö

Ν

å

κ

Ý

Õ

÷

è

t

/

4

n

?

t

ã

C

Ù

÷

è

t

/

ω

Î

)

t

⎦⎪

Ï

%

©

!

$

#

(

ã

Ζ

t

Β#

u

(

è

=

Ï

ϑ

t

ã

u

ρ

Ï

M≈

y

s

Î

=≈

¢

Á9

$

#

×

≅‹

Î

=

s

%

u

ρ

$

¨

Β

ö

Ν

è

δ

3

£

s

ß

u

ρ

ß

Š…

ã

ρ#

y

Š

$

y

ϑ

¯

Ρ

r

&

ç

μ≈

¨

Ψ

t

G

s

ù

t

x

ø

ó

t

G

ó

$

$

s

ù

ç

μ

/

u

§

y

z

u

ρ

$

Y

è

Ï

.#

u

z

>$

t

Ρ

r

&

u

ρ

∩⊄⊆∪

(36)

26   

Artinya : Daud berkata: "Sesungguhnya dia Telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa baik laki-laki maupun

perempuan dianjurkan untuk mengerjakan amal saleh dan Allah tidak

membedakan kebaikan atau pahala yang akan diberikan kepada

keduanya, serta dalam ayat tersebut juga menjelaskan adanya larangan

untuk berkhianat jika telah bekerjasama. Dalam akad musya>rakah

mutana>qis}a>h terdapat akad syirkah yaitu kerjasama yang mewajibkan

bagi pelaksana akad ini untuk saling mempercayai dan tetap jujur tanpa

menyakiti satu sama lain.2 Oleh karena itulah surat Shad ayat 24 ini

menunjukkan ciri dalam pelaksanaan akad musya>rakah mutana>qis}a>h.

Dalam ayat ini juga dijelaskan kita tetap berkewajiban memaafkan jika

salah seorang dari pelaksana akad musya>rakah mutana>qis}a>h ini

melakukan kesalahan baik disengaja ataupun tidak.

Hadits

ﺣﺎﺻ

ﺎ ﺪﺣأ

ﻟﺎ

ﻜﺮﺸﻟﺒ

ﻟﺎ

ﺎ أ

لﻮ

ﷲﺒ

نإ

لﺎ

ﻓر

ةﺮﺮ

أ

Artinya : “Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda:

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman, “Aku pihak ketiga dari

      

2

(37)

27   

dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati

lainnya”. (HR Abu Daud).

Hadist tersebut menunjukkan kecintaan Allah kepada

hamba-hambanya yang melakukan perserikatan selama saling menjunjung tinggi

amanah kebersamaan dan menjahui pengkhianatan.3 Dalam hadis ini

terdapat pihak ketiga diantara dua orang yang berserikat maka dapat

disimpulkan jika dalam berserikat dibolehkan pihak ketiga yang juga

diharpkan membawa kemaslahatan.

3. Rukun dan Syarat Musya>rakah Mutana>qis}a>h

Dalam syariah rukun dan syarat sama-sama menentukan sah atau

tidaknya suatu transaksi,4 salah satunya adalah jenis transaksi

musya>rakah mutana>qis}a>h dalam kegiatan ekonomi secara islami. Rukun

dan syarat adalah hal yang penting dan dasar karena musya>rakah

mutana>qis}a>h merupakan suatu perikatan akad, maka penulis akan

memaparkan rukun dan syarat perikatan dalam syariah Islam yang harus

dipatuhi dan diawasi oleh masyarakat muslim.5

a. Rukun Musya>rakah Mutana>qis}a>h

Rukun merupakan sesuatu yang wajib dilakukan dalam suatu

transaksi (necessary condition), begitu pula pada transaksi yang terjadi

      

3

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani &Tazkia cendikia, 2001) , 91

4

Widyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia,( Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005), 56.

5

(38)

28   

pada kerja sama bagi hasil al-Musyarakah. Pada umumnya, rukun dalam

muamalah iqtishadiyah (muamalah dalam bidang ekonomi) ada empat

yaitu 6:

1) Sighah, ucapan ijab dan qabul

2) Pihak yang melaksanakan syirkah (kontrak)

3) Obyek kesepakatan (modal dan kerja)

4) Nisbah bagi hasil

b. Syarat musya>rakah

Syarat adalah sesuatu yang keberadaanya melengkapi rukun

(sufficient condition). Bila rukun dipenuhi tetapi syarat tidak dipenuhi,

rukun menjadi tidak lengkap sehingga transaksi tersebut menjadi fasid

(rusak). Syarat dalam akad musya>rakah mutana>qis}a>h antara lain : 7

1) Barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas barang dan

jasa yang haram menjadi batal demi hukum syariah.

2) Presentase pembagian keuntungan untuk masin-masing pihak

yang berserikat dijelaskan ketika berlangsungnya akad.

Keuntungan itu diambil dari hasil laba harta perserikatan, bukan

dari harta lain.

3) Modal, harga barang dan jasa harus jelas.

4) Tempat penyerahan (delivery) harus jelas karena akan berdampak

pada biaya transportasi.

      

6

Ibid, , 173.

7

(39)

29   

5) Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan.

Tidak boleh menjual sesuatu yang belum dimiliki atau dikuasai

seperti yang terjadi pada transaksi short sale dalam pasar modal.

4. Ijara>h dalam Musya>rakah Mutana>qis}a>h

Ijara>h berarti sewa, jasa atau imbalan yaitu akad yang dilakukan atas

dasar suatu manfaat dengan imbalan atau jasa.8Ijara>h adalah suatu jenis

akad yang mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Dengan

demikian pada hakikatnya ijara>h adalah penjualan manfaat yaitu

pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dan jasa dalam waktu

tertentu melalui pembayaran sewa atau upah tanpa diikuti dengan

pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Akad ijara>h tidak ada

perubahan kepemilikan tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang

menyewakan kepada penyewa.9

Dalam islam terdapat dua jenis ijara>h, 10 ijara>h pertama adalah yang

berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa seseorang

dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang

mempekerjakan disebut mustajir, pihak pekerja disebut ajir dan upah

yang dibayarkan disebut ujrah. Ijara>h selanjutnya berhubungan dengan

sewa asset atau properti, yaitu memindahkan hak untuk memakai dari

      

8

Habbib Nazir dan Muh Hasan,”Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan Syariah” (Bandung Kaki

Langit,2004) 26. 9

Sayyid Sabiq, Tarjamahan Fiqh Al-Sunnah, Jilid III, 177.

(40)

30   

asset atau property tertentu kepada orang lain dengan imbalam biaya

sewa. Bentuk ijara>h ini mirip dengan leasing (sewa) pada bisnis

konvensional. Pihak yang menyewa (lessee) disebut mustajir, pihak yang

menyewakan (lessor) disebut muajir dan biaya sewa disebut ujrah.

Ijara>h bentuk pertama banyak diterapkan dalam pelayanan jasa

perbankan syariah, sementara ijara>h bentuk kedua biasa dipakai sebagai

bentuk investasi atau pembiayaan di perbankan syariah. Sehingga, dapat

dikatakan ijara>h yang terdapat dalam akad musya>rakah mutana>qis}a>h

adalah ijara>h jenis kedua ini, yaitu jual beli manfaat dari asset atau

property. Karena dalam akad musya>rakah mutana>qis}a>h yang menjadi

objek akad adalah property benda tak bergerak, seperti rumah, kos,

kantor, gedung, dan sebagainya. Dalam hal ini lembaga terkait yang

menerapkan sistem ujrah (sewa) dalam akad musya>rakah mutana>qis}a>h

semata hanyalah diambil untuk keuntungan bagi lembaga terkait selaku

penyewa.

Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 09/DSN-MUI/IV/2000

tanggal 13 April 200 tentang pembiayaan ijara>h ditetapkan rukun dan

syarat serta ketentuan teknis mengenai pelaksanaan ijara>h pada lembaga

keuangan syariah baik swasta maupun lembaga keuangan syariah milik

pemerintah, antara lain.11

      

11

(41)

31   

1. Rukun dan Syarat ijara>h

a. Sighat ijara>h, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua

belah pihak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal

ataupun dalam bentu lain

b. Pihak-pihak yang berakad terdiri atas pemberi sewa (lessor,

pemilik asset, lembaga keuangan syariah) dan penyewa (lessee,

pihak yang mengambil manfaat dari penggunaan asset,

nasabah)

c. Objek akad ijara>h: (i) manfaat barang dan sewa (ii) manfaat

jasa dan upah

2. Ketentuan Objek Ijara>h

a. Objek ijara>h adalah manfaat dari penggunaan barang dan atau

jasa

b. Manfaat barang harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan

dalam kontrak

c. Pemenuhan manfaat harus bersifat dibolehkan

d. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai

dengan syariah.

e. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk

menghilangkan jahalah (ketidak tahuan) yang akan

(42)

32   

f. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk

jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau

identifikasi fisik

g. Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah

kepada lembaga keuangan syariah sebagai pembayaran

manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli

dapat pula dijadikan sewa dalam ijara>h

h. Pembayaran sewa boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari

jenis yang sama dengan obyek kontrak

i. Flexibility dalam menentukan sewa dapat diwujudkan dalam

ukuran waktu, tempat dan jarak

3. Kewajiban Lembaga Keuangan Syariah dan Nasabah dalam

Pembiayaan Ijarah

a. Kewajiban Lembaga Keuangan Syariah sebagai pemberi sewa:

1)Menyediakan asset yang disewakan

2)Menanggung biaya pemeliharaan asset

3)Penjamin bila terdapat cacat pada asset yang disewakan

b. Kewajiban nasabah sebagai penyewa:

1)Membayar sewa dan bertanggung jawab untuk menjaga

keutuhan asset yang disewa serta menggunakannya sesuai

kontrak

2)Menanggung biaya pemeliharaan asset yang sifatnya ringan.

(43)

33   

penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian

pihak penyewa dalam menjaganya, ia tidak bertanggung

jawab atas kerusakan tersebut.

B. Ekonomi Islam

1. Pengertian Ekonomi Islam

Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi

manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan

didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan

rukun Islam.

Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah swt

memerintahkannya, sebagaimana firman-Nya dalam QS. At Taubah:

105

È

è

%

u

ρ

(

è

=

y

ϑ

ô

ã

$

#

u

z

|

¡

s

ù

ª

!

$

#

ö

/

ä

3

n

=

u

Η

x

å

ã

&

è

!

θ

ß

u

u

ρ

t

βθ

ã

Ζ

Ï

Β

÷

σ

ß

ϑ

ø

9

$

#

u

ρ

(

š

χρ

Š

u

ä

I

y

u

ρ

4

n

<

Î

)

É

Ο

Î

=≈

t

ã

É

=

ø

t

ó

ø

9

$

#

Í

ο

y

‰≈

p

κ

¤

¶9

$

#

u

ρ

/

ä

3

ã

Îm

7

t

ã

s

ù

$

y

ϑ

Î

/

÷

Λ

ä

⎢Ζ

ä

.

t

βθ

è

=

y

ϑ

÷

è

s

?

∩⊇⊃∈∪

Artinya : Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan.

Ekonomi Islam saat ini telah berkembang dengan pesat. Hal ini dapat

dilihat dari maraknya lembaga-lembaga perekonomian baik bisnis

(44)

34   

syariat Islam. Beberapa lembaga tersebut antara lain bank syariah,

asuransi syariah, hotel syariah. Ekonomi Islam pun telah terbukti mampu

memajukan perekonomian, sebagaimana telah dibuktikan pada

kekhalifahan Islam, dimana pada saat itu negara-negara barat sedang

mengalami zaman kegelapan (dark ages). Zaman keemasan tersebut

mengalami kemunduran seiring terjadinya distorsi dari syariah Islam

yang nilai-nilainya sangat universal. Karena itu penggalian nilai-nilai

dan metode serta cara mengelola perekonomian secara syariah menjadi

penting adanya. Apalagi permintaan terhadap metode ini merupakan

kebutuhan umat dan masyarakat.12

Berbicara tentang sistem ekonomi Islam dan sistem ekonomi

kapitalis tidak bisa dilepaskan dari perbedaan pendapat mengenai

halal-haramnya bunga yang oleh sebagian ulama dianggap sebagai riba yang

diharamkan oleh al-Qur’an. Manfaat uang dalam berbagai fungsi baik

sebagai alat penukar, alat penyimpan kekayaan dan pendukung peralihan

dari sistem barter ke sistem perekonomian uang, oleh para penulis Islam

telah diakui, tetapi riba mereka sepakati sebagai konsep yang harus

dihindari dalam perekonomian. Sistem bunga dalam perbankan (rente

stelsel) mulai diyakini oleh sebagian ahli sebagai faktor yang

mengakibatkan semakin buruknya situasi perekonomian dan sistem

bunga sebagai faktor penggerak investasi dan tabungan dalam

      

12 Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam,(Robbani Press, Jakarta,

(45)

35   

perekonomian Indonesia, sudah teruji bukan satu-satunya cara terbaik

mengatasi lemahnya ekonomi rakyat. Larangan riba dalam Islam

bertujuan membina suatu bangunan ekonomi yang menetapkan bahwa

modal itu tidak dapat bekerja dengan sendirinya, dan tidak ada

keuntungan bagi modal tanpa kerja dan tanpa penempatan diri pada

resiko sama sekali. Karena itu Islam secara tegas menyatakan perang

terhadap riba dan ummat Islam wajib meninggalkannya Ekonomi Islam

bertujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan

masyarakat ini dicapai dengan melaksanakan syariah Islam, sehingga

tujuan kesejahteraan didefinisikan sebagai maqasid (tujuan-tujuan)

syariah : yaitu perlindungan terhadap Agama, jiwa, akal, keturunan

(Kehormatan diri) dan harta. Dengan perlindungan terhadap agama,

maka menjadi tujuan pertama, karena dengan agama perilaku akan lebih

terjaga melalui norma-norma yang ada.

2. Tujuan Ekonomi Islam

Segala aturan yang diturunkan Allah swt dalam sistem Islam

mengarah pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta

menghapuskan kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh

ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah

membantu manusia mencapai ketenangan didunia dan di akhirat.

(46)

36   

mengatakan ada tiga sasaran hukum Islam yang menunjukan bahwa

Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia yaitu:

a. Penyucian jiwa agar setiap muslim boleh menjadi sumber kebaikan

bagi masyarakat dan lingkungannya.

b. Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud

mencakupi aspek kehidupan di bidang hukum dan muamalah.

c. Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama

menyepakati bahwa maslahah yang menjadi puncak sasaran di atas

mencakupi lima jaminan dasar yaitu:

1) Kemaslahatan keyakinan agama (al din)

2) Kemaslahatan jiwa (al nafs)

3) Kemaslahatan akal (al aql)

4) Kemaslahatan keluarga dan keturunan (al nasl)

5) Kemaslahatan harta benda (al mal)

3. Prinsip dalam Ekonomi Islam

a.Harta Kepunyaan Allah dan Manusia Merupakan Khalifah Atas Harta.

Sesungguhnya Islam sangat menghormati milik pribadi, baik itu

barang- barang konsumsi ataupun barang- barang modal. Namun

pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan orang

lain. Jadi, kepemilikan dalam Islam tidak mutlak, karena pemilik

sesungguhnya adalah Allah SWT. Sesuai dengan penjelasan pada

(47)

37   

¬

!

u

ρ

$

t

Β

Î

û

Ï

N≡

u

θ≈

y

ϑ

¡

¡9

$

#

$

t

Β

u

ρ

Î

û

Ç

Ú

ö

F

{

$

#

y

Ì

ô

f

u

Ï

9

t

⎦⎪

Ï

%

©

!

$

#

(

ä

¯

y

r

&

$

y

ϑ

Î

/

(

è

=

Ï

Η

x

å

y

Ì

ø

g

s

u

ρ

t

⎦⎪

Ï

%

©

!

$

#

(

ã

Ζ

|

¡

ô

m

r

&

©

o

_

ó

¡

ç

t

ø

:

$

$

Î

/

∩⊂⊇∪

Artinya : Dan Hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang Telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (syurga).

jelaslah perbedaan antara status kepemilikan dalam sistem

ekonomi Islam dengan sistem ekonomi yang lainnya. Dalam Islam

kepemilikan pribadi sangat dihormati walau hakekatnya tidak mutlak,

dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan

orang lain dan tentu saja tidak bertentangan pula dengan ajaran Islam.

Sementara dalam sistem kapitalis, kepemilikan bersifat mutlak dan

pemanfaatannya pun bebas.sedangkan dalam sistem sosialis justru

sebaliknya, kepemilikan pribadi tidak diakui, yang ada kepemilikan

oleh negara.13

b. Ekonomi Terikat dengan Akidah,Syariah (hukum), dan Moral

Prinsip ekonomi yang terikat dengan moral adalah prinsip yang

melaranhg kegiatan ekonomi yang dapat merugikan yang lain dan

keluar dari pemikiran ekonomi islam yang selalu berasaskan moral

kita sebagai masyarakat muslim. Dan ekonomi yang terikat dengan

syariah adalah prinsip ekonomi yang melarang adanya pemikiran

melakukan segala cara untuk melakukan kegiatan ekonomi dan       

13

(48)

38   

menentang syariah Islam, sementara ekonomi yang terikat dengan

akidah yang dimaksut disini adalah prinsip yang sesuai dengan ajaran

Islam tentang adanya larangan untuk melakukan kegiatan ekonomi

yang keluar dari tatacara secara Islam.

c. Ekonomi Islam Menciptakan Keseimbangan antara Kepentingan

Individu dengan Kepentingan umum

Dalam kapitalis, kebebasan individu dalam berekonomi tidak

dibatasi norma- norma ukhrawi, sehingga tidak ada urusan halal atau

haram. Sementara dalam sosialis justru tidak ada kebebasan sama

sekali, karena seluruh aktivitas ekonomi masyarakat diatur dan

ditujukan hanya untuk negara. Sementara dala Islam keseimbangan

antara individu dan kepentingan umum sadalah salah satu prinsip

ekonomi Islam yang sesuai. Arti keseimbangan dalam sistem sosial

Islam adalah, Islam tidak mengakui hak mutlak dan kebebasan

mutlak, tetapi mempunyai batasan- batasan tertentu, termasuk dalam

bidang hak milik. Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang

untuk mensejahterakan dirinya, tidak boleh dilakukan dengan

mengabaikan dan mengorbankan kepentingan orang lain dan

masyarakat secara umum.

d. Bimbingan Konsumsi

Islam melarang orang yang suka kemewahan duniawi, berlebih

(49)

39   

ataupun keadaan sekitar karena kekayaan, sebagaimana Firman Allah

dalam QS. Al-Israa ayat 16

!

#

s

Œ

Î

)

u

ρ

!

$

t

Ρ

÷

Š

u

r

&

β

r

&

y

7

Î

=

ö

κ

Ξ

º

π

t

ƒ

ö

s

%

$

t

Ρ

ö

t

Β

r

&

$

p

κ

Ï

ù

u

ø

I

ã

Β

(

à

)

|

¡

x

s

ù

$

p

κ

Ï

ù

¨

,

y

s

ù

$

p

κ

ö

n

=

t

æ

ã

Α

ö

θ

s

)

ø

9

$

#

$

y

γ≈

t

Ρ

ö

¨

Β

y

s

ù

#

Z



Ï

Β

ô

s

?

∩⊇∉∪

Artinya: “Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), Kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”

Berbeda dengan ilmu ekonomi modern dimana masalah pilihan

sangat tergantung pada macam-macam tingkah masing-masing

individu. Dalam ilmu ekonomi Islam, kita tidaklah berada dalam

kedudukan untuk mendistribusikan sumber-sumber semau kita.

Dalam hal ini ada pembatasan yang serius berdasarkan ketetapan

kitab Suci Al-Qur’an dan Sunnah atas tenaga individu. Dalam Islam,

kesejahteraan sosial dapat dimaksimalkan jika sumber daya ekonomi

juga dialokasikan sedemikian rupa, sehingga dengan pengaturan

kembali keadaannya, tidak seorang pun lebih baik dengan menjadikan

orang lain lebih buruk di dalam kerangka Al-Qur’an atau Sunnah.

e. Petunjuk Investasi

Petunjuk investasi ini ditujukan agar masyarakat muslim tidak

(50)

40   

membantu masyarakat muslim lain. Tentang kriteria atau standar

dalam menilai proyek investasi, al-Mawsu’ah Al-ilmiyahwa-al

amaliyah al-islamiyah memandang ada lima kriteria yang sesuai

dengan Islam untuk dijadikan pedoman dalam menilai proyek

investasi, yaitu:14

1) Proyek yang baik menurut Islam.

2) Memberikan rezeki seluas mungkin kepada anggota masyarakat.

3) Memberantas kekafiran, memperbaiki pendapatan, dan

kekayaan.

4) Memelihara dan menumbuhkembangkan harta.

5) Melindungi kepentingan anggota masyarakat.

f. Zakat

Zakat adalah salah satu karasteristik ekonomi Islam mengenai

harta yang tidak terdapat dalam perekonomian lain. Sistem

perekonomian diluar Islam tidak mengenal tuntutan Allah kepada

pemilik harta, agar menyisihkan sebagian harta tertentu sebagai

pembersih jiwa dari sifat kikir, dengki, dan dendam.

g. Larangan Riba

Dalam prinsip ekonomi Islam sangatlah jelas bahwa dasar

pemikiran kegiatan ekonomi Islam adalah kegiatan ekonomi yang

membawa kemaslahatan bagi seluruh umat tanpa merugikan orang

lain. Riba dalam kegiatan ekonomi hanya akan menjadikan sebagian

       14

(51)

41   

masyarakat yang mendapatkan keuntungan besar sementara

masyarakat lain sangat dirugikan. Oleh karena itu dalam kegiatan

ekonomi Islam larangan riba adalah prinsip ekonomi Islam yang

(52)

42   

BAB III

AKAD

MUSYA>

RAKAH MUTANA>

QIS}A>

H

PADA BANK

MUAMALAT SURABAYA

A. Bank Muamalat Indonesia

1. Sejarah Berdirinya Bank Muamalat Indonesia

Sebelum muncul gagasan tentang perlunya didirikan Bank Islam di

Indonesia, para pakar muslim baik yang ada di organisasi keagamaan

maupun kalangan perbankan dan perorangan telah melakukan pengkajian

tentang bunga bank dan riba. KH. Mas Mansur ketua pengurus

Muhammadiyah pada tahun 1937 telah mempunyai keinginan untuk

berdirinya bank Islam namun gagal karena ia dianggap SARA pada saat itu

dan dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas nasional.

Gagasan berdirinya bank Islam di Indonesia lebih kongkret pada saat

lokakarya “Bunga bank dan Perbankan” pada tanggal 18-20 agustus 1990.

Ide tersebut ditindaklanjuti dalam Munas IV Majelis Ulama Indonesia

(MUI) di hotel Sahid tanggal 22-25 Agustus 1990 untuk merespon gagasan

berdirinya bank Islam di Indonesia. Realisasinya pada tanggal 1 November

1991 dilakukan penandatanganan akte pendirian bank Muamalat Indonesia

di Sahid jaya hotel dengan akte notaris Yudo Paripurno,S.H> dengan izin

(53)

43   

Pada tanggal 27 Oktober 1994 dua tahun setelah didirkannya bank

Muamalat Indonesia mendapatkan predikat sebagai bank Devisa.

Penghargaan ini tentunya menjadikan bank Muamalat Indonesia sebagai

bank yang kokoh untuk mempelopori perbankan dengan sistem syariah di

Indonesia. Pada akhir tahun 90-an Indonesia dilanda krisis moneter yang

memperorakporandakan kegiatan ekonomi di Asia tenggara. Perbankan

nasional Indonesia mengalami kredit macet di segmen korporasi. Bank

Referensi

Dokumen terkait

Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut atau irama jantung ditandai dengan klien mengeluh mudah lelah atau lemah dan sesak saat bernafas, TD : 120/90 mmHg, suhu

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman Pengujian Hipotesis.. Langkah

Sedangkan menurut AAK(1997) kultivar durian di Indonesia antara lain durian kani, durian sunan, durian sukun, durian petruk, durian sitokong, durian parung, durian

Bukan hanya itu, pelaku usaha jasa taksi online juga menyimpang dari adanya penertiban dalam hal penguasaan dalam sistem usaha yang melebih pada umumnya, atau dengan

Untuk mewujudkan kebijakan entreperenurial development secara nyata, pemerintah Malaysia melaksanakan pengembangan sektor usaha kecil dan menengah (UKM) pada tahun 1996

Penelitian akan dilakukan dengan cara mendata anggota masyarakat etnis Aceh di wilayah perkotaan dan di wilayah pedesaan yang memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama

481/KMK.017/1999 pasal 30 ayat 2, jumlah dana jaminan tersebut adalah sekurang-kurangnya 20% dari modal disetor yang dipersyaratkan ditambah 5% dari cadangan premi (kewajiban

kalau plagiarisme yang menjiplak karya orang kalau plagiarisme yang menjiplak karya orang lain saja masih marak. | Plagiarism