ANALISA PENERAPAN AKAD
MUSYA>
RAKAH MUTANA>
QIS}A>
H
PADA BANK MUAMALAT SURABAYA
SKRIPSI
Oleh
EKA AFRILLIA ROSDIANAWATI
NIM. C74211158
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
ANALISA PENERAPAN AKAD
MUSYA>
RAKAH MUTANA>
QIS}A>
H
PADA BANK MUAMALAT SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Program Studi Ekonomi Syariah
OLEH
Eka Afrillia Rosdianawati
NIM. C74211158
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi Ekonomi Syariah
SURABAYA
2016
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan (field research) dengan judul “Analisa Penerapan Akad Musya>rakah Mutana>qis}a>h Pada Bank Muamalat Surabaya”. Adapun peelitian ini bertujuan utuk menjawab permasalahan tentang; bagaimana penerapan Akad musya>rakah mutana>qis}a>h di Bank Muamalat Surabaya, bagaimana penerapan akad ijara>h di Bank Muamalat Surabaya.
Guna menjawab permasalahan di atas, maka data penelitian ini dihimpun dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Selanjutnya penelitian ini bersifat kualitatif yang menghasilkan data yang dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif dan metode deduktif.
Pembahasan dalam skripsi ini menghasilkan kesimpulan bahwa pelaksanaan akad musya>rakah mutana>qis}a>h dalam produk hunian syariah kongsi terdiri dari akad musyaraka>h dan ijara>h. Pelaksanaan musyarakah pada bank Muamalat digunakan untuk kesepakatan kepemilikan bersama antara nasabah dan bank dengan porsi kepemilikan nasabah yang dihitung berdasarkan uang muka yang dibayarkan dan porsi kepemilikan bank berdasarkan besarnya pembiayaan yang dikeluarkan bank kepada nasabah. Besarnya pembiayaan ini yang akan menjadi acuan bank untuk menghitung angsuran pokok yang dibayar oleh nasabah setiap bulannya. Sedangkan dalam akad ijara>h, Bank Muamalat setiap bulannya juga menarik biaya sewa atau ujrah berdasarkan persentase keuntungan yang dihitung bank Muamalat terhadap besaran pembiayaan nasabah. Biaya ujrah ini tetap atau flat selama dua tahun hingga pelaksanaan review ujrah yang ditetapkan bank Muamalat yaitu dua tahun sekali yang memungkinkan naik dan turunnya besaran ujrah berdasarkan kondisi pasar ekonomi di Indonesia.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka kepada pihak yang terkait dalam Bank Muamalat disarankan praktek pelaksanaan akad musya>rakah mutana>qis}a>h pada pembiayaan hunian syariah kongsi di Bank Muamalat untuk lebih memaksimalkan penyesuaian terhadap ketentuan fiqh Islam. Selain itu pihak bank juga disarankan untuk memberikan sosialisasi dan mengedukasi masyarakat terkait produk-produk syariah agar kedepannya produk dalam lembaga Islam lebih diminati oleh masyarakat.
ABSTRACT
This thesis is the result of field research (field research) with the title "Analysis of the Implementation musya>rakah mutana>qis}a>h in Bank Muamalat Surabaya " . The thesis to answer the question about ; how the application of
musya>rakah mutana>qis}a>h in Bank Muamalat Surabaya , how aplication of Ijarah in Bank Muamalat Surabaya.
To answer the above problems, the research data is collected by using interview, observation and documentation . Further research is qualitative which produces data were analyzed using descriptive method and deductive method .
The discussion in this paper lead to the conclusion that the execution of the contract musya>rakah mutana>qis}a>h in residential products sharia joint venture consisting of contract musyaraka>h and Ijara>h. Implementation musyarakah on its capital used for joint ownership agreement between the customer and the bank with the share of ownership of customers is calculated based on the advances paid and the share of bank ownership based on the amount of financing issued by banks to customers. The amount of this financing banks to calculate the principal installments paid by customers every month. While in the contract Ijara>h, Bank Muamalat also draw every month or ujrah rental fee based on the percentage of its capital gains calculated the magnitude of customer financing. Ujrah costs remained flat for two years or until the implementation of the review ujrah set Muamalat bank that is two years which allows the rising and falling scale ujrah economy based on market conditions in Indonesia.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TRANSLITERASI ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi dan BatasanMasalah ... 11
C. Rumusan Masalah ... 12
D. Kajian Pustaka ... 12
E. Tujuan Penelitian ... 14
F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 14
G. Definisi Operasional ... 15
H. Metode Penelitian ... 16
I. Sistematika Pembahasan ... 22
BAB II LANDASAN TEORI A. Musyarakah Mutanaqisah ... 24
1. Pengertian Musyarakah Mutanaqisah ... 24
3. Rukun dan Syarat Musyarakah Mutanaqisah ... 27
4. Ijarah dalam Musyarakah Mutanaqisah ... 29
B. Nilai Dasar Ekonomi Islam ... 33
1. Pengertian Ekonomi Islam ... 33
2. Tujuan Ekonomi Islam ... 35
3. Prinsip Ekonomi Islam ... 36
BAB III IMPLEMENTASI AKAD MUSYA>RAKAH MUTANA>QIS}A>H DI BANK MUAMALAT A.Bank Muamalat Indonesia ... 42
1.Sejarah Berdirinya Bank Muamalat ... 42
2.Tujuan Berdirinya Bank Muamalat ... 45
3. Visi dan Misi Yayasan Al-Jihad Surabaya ... 46
B. Produk Bank Muamalat ... 46
1.Produk Penghimpunan Dana ... 46
2.Produk Penanaman Dana ... 49
3. Produk Jasa ... 51
C.Aplikasi Pembiayaan Musya>rakah Mutana>qis}a>h Pada Bank Muamalat Surabaya ... 53
1.Latar Belakang Pembiayaan Hunian Syariah Kongsi ... 53
2.Persyaratan Pembiayaan Hunian Syariah Kongsi ... 55
3.Prosedur Pembiayaan Hunian Syariah Kongsi ... 58
4.Ketentuan Dalam Perjanjian Pelaksanaan Pembiayaan Hunian Syariah Kongsi ... 61
BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD MUSYA>RAKAH
MUTANA>QIS}A>H PADA BANK MUAMALAT SURABAYA
A. Analisis Penerapan Akad Musyarakah Mutanaqisah dalam Produk Hunian Syariah Kongsi Pada Bank Muamalat Surabaya ... 71
B. Analisis Penerapan Ijarah dalam Produk Hunian Syariah Kongsi di Bank Muamalat Surabaya ... 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 79
B. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pembangunan nasional dilaksanakan baik dari sektor
pemerintah maupun swasta. Hal ini merupakan salah satu upaya
pembangunan yang berkesinambungan. Pembangunan nasional salah satunya
ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia yang
pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari kegiatan ekonomi melalui jasa
finansial perbankan. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai
peranan yang strategis dimana kegiatan utama dari perbankan adalah
menyerap dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada
masyarakat.1
Perkembangan ekonomi Indonesia ini sendiri ditandai dengan
tingginya minat masyarakat akan kepemilikan rumah. Tidak dapat
dipungkiri rumah memang menjadi kebutuhan pokok manusia yang sudah
seharusnya terpenuhi bagi setiap individu. Tingginya minat masyarakat akan
kepemilikan rumah tersebut tidak diiringi dengan ketersediaan rumah bagi
masyarakat oleh pemerintah Indonesia sehingga harga rumah dari waktu ke
waktu melambung tinggi. Masyarakat kecil juga semakin merasa berat akan
1
2
biaya rumah yang semakin tidak terjangkau khususnya bagi mereka yang
memiliki pendapatan setara dengan umr setempat.
Pihak pemerintah sendiri merespon positif akan kebutuhan
masyarakat Indonesia terhadap rumah yang semakin meningkat dari tahun
ke tahun tersebut. Oleh karena itu pemerintah juga memudahkan masyarakat
untuk dapat mengajukan sistem kredit pada bank konvensional dan sistem
pembiayaan pada bank syariah. Pemerintah pada tahun 2015 juga
memberikan rumah subsidi yang diberikan oleh bapak Presiden Jokowi
sebagai salah satu upaya pemerataan kepemilikan rumah bagi masyarakat
ekonomi lemah di Indonesia. Perbankan Indonesia baik konvensional
maupun syariah juga memudahkan setiap nasabahnya untuk mendapatkan
fasilitas pembiayaan kepemilikan rumah bagi setiap masyarakat yang
mampu memenuhi persyaratan kepemilikan rumah tersebut.
Melihat permintaan akan kebutuhan masyarakat semakin meningkat
dari tahun ke tahunnya maka pemerintah tidak diam, pemerintah Indonesia
mendorong sistem perbankan agar dapat menjangkau permintaan seluruh
lapisan masyarakat tersebut. Untuk meningkatkan peran dan fungsinya,
pengaturan perbankan terus disempurnakan dan berbagai upaya dilakukan
dalam rangka mengoptimalkan sistem perbankan dengan adanya
pengembangan sistem perbankan syariah. Prinsip bank berdasarkan syariah
merupakan salah satu bentuk jasa perbankan, yang baru mendapatkan
pengakuan secara formil yuridis setelah dikeluarkannya undang-undang no. 7
3
mempunyai fungsi yang sama seperti bank konvensional yang telah ada
yaitu sebagai lembaga perantara pihak-pihak yang kekurangan dana dengan
pihak-pihak yang kelebihan dana (intermediary financial institution). Hanya
saja yang membedakan adalah dalam cara pengoperasiannya, dimana bank
syariah tidak mengenal sistem bunga dan menggunakan sistem bagi hasil
bagi para nasabahnya.2
Kehadiran perbankan syariah di Indonesia merupakan salah satu
bukti bahwa sebagai masyarakat muslim kita sangat menyadari perlunya
sistem ekonomi transparan dan sesuai dengan kaidah Islam yang
mengedepankan maslahat bagi seluruh lapisan masyarakat dan tidak saling
mendzalimi satu sama lain. .Konsep dari sistem ekonomi syariah adalah,
meletakkan nilai-nilai Islam sebagai konsep dasar dan landasan dalam
aktivitas perekonomian dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
masyarakat lahir dan bathin.3 Lembaga perbankan dalam syariah Islam
dilandaskan pada kaidah dalam ushul fiqih yang menyatakan bahwa
ﺘﻳ ﻻ ﺎ
ﺟاو
ﻮﻬﻓ
ﻪ
ﻻﺐ
ﺟاﻮﻟا
yang berarti sesuatu yang harus ada untuk
menyempurnakan yang wajib, maka ia wajib diadakan. Mencari nafkah
termasuk melakukan kegiatan ekonomi adalah wajib adanya, oleh karena
pada saat ini kegiatan perekonomian tidak akan sempurna tanpa adanya
2
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan, hal. 5.
4
lembaga perbankan, maka lembaga perbankan ini pun menjadi wajib untuk
diadakan.
Keberadaan perbankan syariah di Indonesia menjadi alternative bagi
masyarakat muslim agar dapat melaksanakan kegiatan keuangan dengan
nyaman tanpa ada unsur gharar ataupun riba di dalam kegiatan ekonominya.
Sistem perbankan syariah yang mengedepankan keadilan bagi pihak
perbankan dan nasabah serta mengedepankan kejujuran dalam setiap
transaksi keuangannya maka perbankan secara islami menjadi solusi
masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.
Salah satu pilar penting untuk menciptakan produk Perbankan
Syariah dalam memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat modern adalah
pengembangan hibryd contract (multi akad) karena bentuk akad tunggal
sudah tidak mampu merespon transaksi keuangan kontemporer. Berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip
Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta
Pelayanan Jasa Bank Syariah, produk yang ditawarkan oleh Perbankan
Syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu produk penyaluran
dana (financing), penghimpun dana (funding) dan produk jasa (service)..
Kelebihan perbankan syariah juga dapat dilihat selain dari produk
produknya yang sesuai dengan syariat Islam tetapi juga pihak perbankan
syariah sendiri yang dibantu dengan beberapa lembaga lain. Lembaga ini
antara lain adalah dewan pengawas syariah, lembaga ini berfungsi sebagai
5
Indonesia. Oleh karena itu nasabah juga dapat membuat kritik dan saran
yang membangun karna fungsi dari perbankan syariah sendiri adalah untuk
melayani masyarakat muslim yang ingin kegiatan ekonominya berjalan
sesuai dengan kaidah Islam yang berlaku. Pada dasarnya kinerja perbankan
syariah adalah kinerja muslim untuk masyarakat muslim yang lain jadi tidak
diperbolehkan bagi lembaga perbankan syariah untuk memberikan efek
negatif dan merugikan masyarakat muslim lain yang menjadi nasabah dari
perbankan syariah itu sendiri.
Kredit pemilikan rumah (KPR) pembiayaan dalam periode waktu
tertentu yang dipergunakan sebagai sarana pembiayaan rumah. Produk
kredit pemilikan rumah (KPR) dari bank syariah memiliki perbedaan
tersendiri dari produk kredit pemilikan rumah (KPR) bank konvensional.
Dalam bank syariah tidak dikenal istilah kredit, karena bank syariah
menyalurkan dana sebagai investasi yang diberikan kepada nasabah dalam
melaksanakan usaha . Sehingga produk kredit pemilikan rumah (KPR) dalam
bank syariah dikenal sebagai pembiayaan kepemilikan rumah (KPR) dengan
tidak menggunakan istilah kredit.
Selain itu produk pembiayaan kepemilikan rumah bank syariah tidak
mengandung unsur – unsur yang dilarang syariah seperti riba, gharar, maisir.
Saat ini produk pembiayaan berbasis akad musya>rakah dan produk
pembiayaan berbasis akad mura>bah}ah merupakan core product yang
6
eksplisit melarang penerapan bunga pada semua transaksi keuangannya,
menciptakan diferensiasi yang memengaruhi minat masyarakat untuk
menggunakannya dibandingkan dengan produk – produk pembiayaan bank
konvensional.
Bank syariah sendiri memiliki beberapa produk dalam penyaluran
dana untuk kepemilikan rumah tersebut. Sebelum menggunakan akad
musya>rakah mutana>qis}a>h di bank Muamalat sendiri lebih dahulu
menggunakan akad mura>bah}ah dan akad ijara>h muntahiyah bittamlik.
Karena dalam akad ijara>h muntahiyah bittamlik terdapat beberapa
kekurangan yang tidak sesuai dengan konsep Islam yang mengedepankan
maslahat bagi pihak bank dan nasabah maka akad ijara>h muntahiyah
bittamlik diganti dengan akad musya>rakah mutana>qis}a>h hingga saat ini.
Pembiayaan rumah berbasis musya>rakah mutana>qis}a>h merupakan
bentuk pembiayaan yang lebih baik dibandingkan dengan pembiayaan kredit
pemilikan rumah (KPR) dari bank konvensional. Hal ini disebabkan karena
pembayaran angsuran yang dilakukan oleh nasabah berkurang secara
bertahap sesuai dengan porsi kepemilikannya atas aset. Biaya sewa yang
dibayarkan oleh nasabah pun semakin lama akan mempercepat perpindahan
kepemilikan aset karena semakin besar porsi kepemilikan nasabah maka
semakin besar pula bagi hasil yang didapatkan oleh nasabah dan dana
7
Semakin cepat pembayaran perpindahan kepemilikan aset maka
semakin cepat pula peningkatan likuiditas bank sehingga meminimalisasi
risiko gagal bayar yang berdampak pada krisis finansial. Penerapan akad
musya>rakah mutana>qis}a>h pada produk pembiayaan rumah (KPR) lebih
maslahat dibandingkan dengan penerapan akad lain pada produk pembiayaan
kepemilikan rumah (KPR) disebabkan atas fleksibelitas akad, disepakati
banyak pihak, dan risiko ditanggung bersama antara bank serta nasabah.
Jadi, penerapan akad musya>rakah mutana>qis}a>h pada produk pembiayaan
kepemilikan rumah lebih menciptakan maslahat bagi nasabah dan
perbankan syariah.
Bank Muamalat sendiri mempunyai dua akad dalam melakukan
proses pembiayaan kepemilikan rumah yaitu akad mura>bah}ah dan akad
musya>rakah mutana>qis}a>h. Pembiayaan kepemilikan dengan akad mura>bah}ah
menggunakan skema yang tidak jauh berbeda dengan proses jual-beli dalam
perdagangan sehari-hari. Bank akan membeli terlebih dahulu rumah idaman
yang anda pilih, kemudian menjualnya kembali pada Anda dengan harga
yang lebih tinggi dengan sistem pencicilan. Menggunakan sistem cicilan
tetap sehingga memberikan kepastian lebih untuk rencana pengeluaran
nasabah di masa depan.
Salah satu produk pembiayaan kepemilikan rumah (KPR) yang
dikeluarkan oleh bank syariah adalah produk pembiayaan hunian syariah
8
untuk memfasilitasi masyarakat dalam memiliki rumah berdasarkan prinsip
– prinsip syariah. Akad yang digunakan dalam produk pembiayaan hunian
syariah kongsi Bank Muamalat adalah akad musya>rakah mutana>qis}a>h. Pada
dasarnya akad musya>rakah mutana>qis}a>h adalah akad kerjasama yang
kepemilikan aset salah satu pihak berkurang disebabkan oleh pembelian
secara bertahap oleh pihak lainnya. Produk pembiayaan ini mulai
diluncurkan sejak bulan Juni 2010 dan dapat diterapkan untuk pemilikan
properti baru (non indent), properti second, maupun properti take over.
Dalam akad musya>rakah mutana>qis}a>h pada perbankan syariah selain
menerapkan akad syirkah atau yang disebut dengan akad kerjasama juga
menerapkan akad ijara>h yaitu sewa bagi nasabah kepada pihak perbankan
syariah. Akad ijara>h diperlukan sebagai pendapatan langsung dan
keuntungan langsung yang dapat diambil dari akad pembiayaan tersebut.
Keuntungan dari penerapan akad ijara>h pada pembiayaan musya>rakah
mutana>qis}a>h dapat diambil dan dibagi berdasarkan nisbah (bagi hasil) sesuai
porsi kepemilikan objek pembiayaan dan keuntungan (yield) yang sudah
diproyeksikan. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus
disepakati oleh para pihak di awal akad. Nisbah dari ijara>h untuk bank
menjadi milik bank sebagai keuntungan bank, dan umumnya bagi hasil
untuk nasabah dikembalikan oleh nasabah kepada bank sebagai penambahan
atau pembelian asset pembiayaan, yang secara langsung berarti porsi
kepemilikan nasabah menjadi bertambah. Nisbah yang merupakan
9
dibayarkan setiap bulannya, besaran yang diterima akan berubah setiap
bulannya, disesuaikan dengan proporsi kepemilikan yang dimiliki baik oleh
bank, maupun oleh konsumen.4 Namun keuntungan yang dibagikan tidak
boleh menggunakan nilai proyeksi tetapi harus menggunakan realisasi
keuntungan. Penerapan prinsip ijara>h dalam musya>rakah mutana>qis}a>h
besarnya nilai ujrah menjadi landasan penyesuaian/review terhadap
perubahan harga sewa terhadap objek sewa. Berdasarkan fatwa DSN No.
56/DSN-MUI?V/2007 tentang Ketentuan Review Ujrah pada Lembaga
Keuangan Syariah (LKS), besarnya ujrah dapat ditinjau ulang pada periode
berikutnya apabila memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan.
Secara garis besar pelaksanaan akad musya>rakah mutana>qis}a>h pada
perbankan syariah untuk pengadaan kepemilikan rumah adalah alternatif
yang tepat bagi nasabah dan pihak bank. Karena baik dari pihak nasabah dan
pihak perbankan memilik porsi kepemilikan dari pembiayaan rumah
tersebut, namun disisi lain sistem ijara>h yang diterapkan oleh pihak
perbankan kepada nasabah harus ditinjau ulang. Karena pihak nasabah
diwajibkan membayar ujrah setiap bulannya kepada pihak bank selama
sepuluh tahun maka tidak mungkin biaya sewa akan tetap sama pada setiap
bulannya. Sistem ijara>h pada akad musya>rakah mutana>qis}a>h ini dapat
dilakukan perbaikan dan kesepakatan ulang antara pihak nasabah dengan
perbankan, namun permaslahannya adalah jika pihak perbankan menaikkan
4
10
harga sewa sesuai dengan harga pasar maka akan membuat pihak nasabah
merasa diberatkan.
Penerapan akad musya>rakah mutana>qis}a>h memiliki beberapa
keunggulan sebagai pembiayaan syariah, diantaranya adalah :
a. Bank Syariah dan nasabah sama-sama memiliki atas suatu aset yang
menjadi obyek perjanjian. Karena merupakan aset bersama maka antara
bank syariah dan nasabah akan saling menjaga atas aset tersebut.
b. Adanya bagi hasil yang diterima antara kedua belah pihak atas margin
sewa yang telah ditetapkan atas aset tersebut.
c. Kedua belah pihak dapat menyepakati adanya perubahan harga sewa
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan mengikuti harga pasar.
d. Dapat meminimalisir risiko financial cost jika terjadi inflasi dan kenaikan
suku bunga pasar pada perbankan konvensional.
e. Tidak terpengaruh oleh terjadinya fluktuasi bunga pasar pada bank
konvensional, dan/atau fluktuasi harga saat terjadinya inflasi.
Adapun kelemahan yang muncul dalam akad musya>rakah
mutana>qis}a>h ketika diterapkan sebagai bentuk pembiayaan syariah adalah:
a. Risiko terjadinya pelimpahan atas beban biaya transaksi dan pembayaran
pajak, baik pajak atas hak tanggungan atau pajak atas bangunan, serta
11
b. Berkurangnya pendapatan bank syariah atas margin sewa yang
dibebankan pada aset yang menjadi obyek akad.
c. Cicilan atas beban angsuran di tahun-tahun pertama akan terasa
memberatkan bagi nasabah, dan menjadi ringan tahun-tahun berikutnya.
Guna untuk meningkatkan keefesienan kinerja perbankan. Berdasarkan
uraian tersebut, maka penyusun dalam malakah ini dapat mengambil sebuah
judul “ Analisa Penerapan Akad musya>rakah mutana>qis}a>h pada Bank
Muamalat Surabaya ”
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas terdapat beberapa hal yang menjadi
masalah dalam penelitian ini.
a. Perkembangan minat konsumen terhadap pembiayaan musya>rakah
mutana>qis}a>h
b. Aplikasi sistem musya>rakah mutana>qis}a>hpada perbankan syariah
c. sistem ujrah pada aplikasi musya>rakah mutana>qis}a>h dalam perbankan
syariah di Indonesia
2. Batasan Masalah
Batasan masalah diperlukan untuk fokus pada permasalahan tertentu.
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan akad musya>rakah mutana>qis}a>h pada perbanjan syariah di
12
b. Pelaksanaan akad ujrah dalam produk pembiayaan hunian syariah kongsi
dengan akad musya>rakah mutana>qis}a>h di perbankan syariah.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan akad musya>rakah mutana>qis}a>h di Bank
Muamalat Surabaya berdasarkan prinsip Ekonomi Islam dan fiqh syariah?
2. Bagaimana pelaksanaan akad ijara>h dalam produk Pembiayaan Hunian
Syariah Kongsi pada bank Muamalat Surabaya?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau
penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti
sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak
merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah
ada5. Penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ario Wahyudi dengan judul “ Analisis Penerapan Bagi Hasil
Pembiayaan Musyarakah Pada PT Bank Muamalat Cabang Makasar ” tahun
2013. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana sistem bagi
hasil atau ujrah yang diterapkan dalam sistem musyarakah pada bank
Muamalat. Dalam penelitian ini penulis menjelaskan tentang bagaimana
aplikasi , aturan dan batasan dalam ujrah yang ada dalam akad musyarakah
tersebut. Penulis juga menjelaskan secara detail bagaimana fatwa , dan
akurasi secara perhitungan sistem akutansi menurut pandangan islam
5
13
tentang aplikasi ujrah dalam sistem musyarakah tersebut. Tidak hanya
ditinjau secara nilai-nilai islam saja namun juga pada penelitian ini penulis
menjelaskan bagaimana laporan laba rugi bank Muamalat dengan
menggunakan akad musyarakah dan neraca yang juga dilampirkan pada
penelitian ini.
Agisa Muttaqien dengan judul skripsi Pembiayaan Pemilikan Rumah
dengan akad musya>rakah mutana>qis}a>h pada Bank Mumalat Indonesia tahun
2012. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan secara rinci bagaimana
proses pelaksanaan pembiayaan hunian syariah kongsi mulai pada awal akad
sampai dengan proses berakhirnya akad. Dalam bab kedua peneliti
menjelaskan bagaimana proses akad dan tinjauan menurut pandangan Islam,
peneliti juga menyebutkan hadits yang menguatkan tentang akad yang
memang ada sebagai penyempurna akan yang belum ada . Pada penelitian ini
penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan hasil penelitian
yang menunjukkan bagaimana proses awal akad sampai pada berakhirnya
akad yaitu hibah kepemilikan rumah dari pihakbank kepada nasabah.
Rinrin Warisni Pribadi dengan judul skripsi “ Pembiayaan Hunian
Syariah Kongsi Berdasarkan Akad Musya>rakah Mutana>qis}a>h Dihubungkan
Undang- Undang no 21 tahun 2008 Tentang perbankan Syariah ” tahun
2011. Pada penulisan skripsi disini penulis lebih menekankan pada
permasalahan hukum tentang pelaksanaan akad musyarakah dalam
pembiayaan hunian syariah kongsi. Oleh sebab itu penulisan pada senelitin
14
menjelaskan secara rinci bagaimana pelaksanaan akad musya>rakah
mutana>qis}a>h dalam pembiayaan hunian syariah kongsi ditinjau dari segi
hukum dan hanya bersifat menjabarkan kembali bagaimana acuan hukum
tentang pelaksanaan kegiatan dalam perbankan syariah.
E. Tujuan Penelitian
Dalam setiap melakukan kegiatan penelitian, peneliti memliki tujuan
penelitian yang ingin ditunjukkan dan dibuktikan antara lain sebagai
berikut:
1. Peneliti ingin menjelaskan pelaksanaan akad musya>rakah mutana>qis}a>h
di bank Muamalat Surabaya.
2. Peneliti ingin menganalisa akad ijara>h dalam Produk Hunian syariah
Kongsi pada bank Muamalat Surabaya sesuai fiqh syariah
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dalam melakukan penelitian kita diharapkan juga mendapatkan
manfaat yang dapat diambil. Manfaat tersebut bisa bersifat teoritis dan bisa
juga bersifat praktis. Dalam penelitian yang bersifat kualitatif maka
kemungkinan besar manfaat yang dapat diambil adalah manfaat teoritis
namun karena terdapat observasi di dalamnya maka tidak menutup
kemungkinan juga mampu mendapatkan manfaat praktis secara maksimal.
15
Harapan dari penelitian yang saya buat ini mampu memberikan hasil
yang bermanfaat bagi Dosen Mahasiswa Ekonomi Syariah, dan saya
selaku peneliti. Selain itu juga dapat digunakan sebagai bahan masukan
atau evaluasi dalam proses pembelajaran mahasiswa Ekonomi Syariah
secara positif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai akad musya>rakah mutana>qis}a>h
b. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi secara
tertulis maupun sebagai referensi mengenai akad musya>rakah
mutana>qis}a>h dan prateknya dalam dunia perbankan syariah.
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami judul skripsi,
maka peneliti perlu menjelaskan makna dan maksud masing-masing
istilah pada judul skripsi “Analisa Penerapan Musya>rakah Mutana>qis}a>h
pada Bank Muamalat Surabaya ”. Adapun hal-hal yang perlu peneliti
jelaskan adalah sebagai berikut:
1. Analisa
Analisa merupakan teknik mendapatkan informasi dan mengelola
data baik data primer maupun data sekunder yang dilakukan secara
individual dari data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan
16
wawancara dengan narasumber yang terkait dalam penelitian.
Tekhnik analisa merupakan tekhnik yang paling dasar untuk
menyimpulkan dari berbagai informasi.
2. Musya>rakah Mutana>qis}a>h
Musya>rakah mutana>qis}a>h adalah bentuk kerjasama antara dua
pihak atau lebih untuk kepemilikan suatu barang atau asset. Dimana
kerjasama ini akan mengurangi hak kepemilikan salah satu pihak
sementara pihak yang lain bertambah hak kepemilikannya. Bentuk
kerjasama ini berakhir dengan pengalihan hak salah satu pihak
kepada pihak lain. Pembayaran sewa merupakan bentuk kompensasi
kepemilikan dan kompensasi jasa bank syariah.
3. Bank Muamalat
Lembaga perbankan syariah yang didirkan pertama kali di
Indonesia dan telah mendapatkan beberapa anugrah serta
penghargaan dalam dan luar negeri. Pelopor produk perbankan
syariah di Indonesia seperti pembiayaan perumahan syariah dan
sistem gadai syariah (rahn). Bank Muamalat selalu menghadirkan
keunggulan dan inovasi dalam produknya namun tetap dalam kaidah
syariah Islam. Bank muamalat adalah lembaga perbankan syariah
yang mengedepankan sistem syariah yang tetap menguntungkan
nasabah.
17
Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan
prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin. Metodologi juga
merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian
merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan
sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan
terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.
Metode Penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta
desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus cocok dengan
pendekatan penelitian yang dipilih. Prosedur, teknik, serta alat yang
digunakan dalam penelitian harus cocok pula dengan metode penelitian yang
ditetapkan.6
Dalam penelitian kualitatif, sampel sumber data dipilih secara purposive dan
bersifat snowball sampling.7 Dalam hal ini penulis menggunakan beberapa
metode penelitian, yaitu:
1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, maka penelitian yang dilakukan
adalah penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif. Di
Indonesia penelitian kualitatif dikenal penelitian naturalistik. Penelitian
kualitatif biasa dilawankan dengan penelitian kuantitatif dengan alasan
6
Arikunto, Metodelogi penelitian. (Yogyakarta: Bina Aksara,2006),43 7
Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. ke-II,
18
bahwa dalam kegiatan ini peneliti tidak menggunakan angka dalam
mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasilnya.8
2. Data yang dikumpulkan
Berdasarkan rumusan masalah seperti yang telah dikemukakan di
atas, maka data yang dikumpulkan sebagai berikut:
a. Gambaran umum tentang Bank Muamalat Surabaya.
b. Produk pada Bank Muamalat Surabaya.
c. Aplikasi musya>rakah mutana>qis}a>h pada bank Muamalat Surabaya
d. Prosedur dan persyaratan pada Produk Hunian Syariah Kongsi
e. Aplikasi akad ijara>h dalam Produk Hunian Syariah Kongsi.
3. Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber pada:
a. Sumber data primer, yang didapatkan dari responden antara lain:
nasabah Bank Muamalat Surabaya, pegawai Bank Mualat Surabaya
dan Marketing Produk Hunian Syariah pada Bank Muamalat
Surabaya.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder berasal dari buku-buku yang berkaitan
langsung dengan masalah praktik penghimpunan dana sosial, yaitu:
1. Al-Qur’an dan terjemahannya.
2. Djuwaini, Dimyaudin. Pengantar Fiqh Muamalah,(Cet. I,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008)
19
3. Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,
(Jakarta : Kencana Prenada, 2009)
4. Habib Nazir dan Muh. Hasan. Ensiklopedia Ekonomi dan
Perbankan Syari’ah, (Bandung: Kaki Langit, 2004)
5. Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2008)
6. Yusuf Qardawi, 2010, Hukum Zakat, (Jakarta: PT. Mitra
Kertajaya Indonesia, Cet. Kesebelas).
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi
Metode observasi (pengamatan) merupakan sebuah teknik
pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan
mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku,
kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan.9 Teknik
ini digunakan untuk mengetahui dan memahami secara langsung aplikasi
musya>rakah mutana>qis}a>h pada Bank Muamalat Surabaya.
b. Wawancara
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
kualitatif lebih menekankan pada teknik wawancara, khususnya
wawancara mendalam (depth interview). Teknik ini merupakan teknik
20
pengumpulan data yang khas penelitian kualitatif. Lebih lanjut
dinyatakan bahwa cara utama yang dilakukan pakar metodologi kualitatif
untuk memahami persepsi, perasaan, dan pengetahuan orang-orang adalah
dengan wawancara mendalam dan intensif.10 Teknik ini digunakan untuk
memperoleh data gambaran umum Bank Muamalat Surabaya serta produk
hunian syariah kongsi yang menggunakan akad musya>rakah mutana>qis}a>h.
c. Dokumentasi
Data dalam penelitian kualitatif pada umumnya diperoleh dari
sumber manusia atau human resources melalui observasi dan wawancara.
Di samping itu, ada pula sumber bukan manusia atau nonhuman
resources, antara lain berupa dokumen, foto, dan bahan statistic.
Dokumen terdiri atas tulisan pribadi ssperti buku harian, surat-surat, dan
dokumen resmi.11 Dalam penelitian ini dokumentasi yang digunakan
berupa dokumen tentang manajemen pengelolaan dan dokumen tertulis
lainnya.
5. Teknik Pengolahan Data
Untuk memudahkan analisis data yang sudah diperoleh perlu
diolah, adapun teknik pengolahan yang digunakan dalam pengolahan
data, antara lain:
1. Editing
Editing yaitu mempersiapkan naskah yang siap cetak atau
siap terbit (dengan memperhatikan terutama segi ejaan, diksi dan
10
Ibid, 175 11
21
struktur kalimat).12 Di dalam skripsi ini penulis memeriksa
kelengkapan dan kesesuian data. Teknik ini digunakan untuk
memeriksa kelengkapan yang sudah penulis dapatkan.
2. Organizing
Organizing yaitu menyusun dan mensistematikakan data
yang diperoleh dalam karangan paparan yang telah direncanakan
sebelumnya, untuk memperoleh bukti-bukti dan gambaran secara
elas tentang implementasi akad musya>rakah mutana>qis}a>h pada
Bank Muamalat Surabaya.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori
kategori tertentu lalu setelah itu menjabarkannya dengan lebih luas
sehingga dapat dipahami dan melakukan sintesa untuk dipelajari
sehingga terciptalah kesimpulan yang dapat dipahami oleh diri sendiri
dan pembaca.
Teknik analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan saat
melakukan penelitian dan saat sesudah melakukan penelitian. Pada saat
penelitian berlangsung peneliti melakukan kecocokan data pada saat
pengumpulan data, wawancara dan dokumentasi berlangsung. Namun
pada saat setelah melakukakn penelitian, peneliti mengambil kesimpulan
22
dari setiap proses penelitian dan dijabarkan sehingga dapat dimengerti
oleh penulis dan orang lain.
I . Sistematika Pembahasan
Sistemika pembahasan ini dipaparkan dengan tujuan untuk
memudahkan penelitian dan pemahaman. Oleh karena itu, dalam penelitian
skripsi ini dibagi dalam beberapa bab, pada tiap-tiap bab terdiri dari
beberapa sub bab, sehingga pembaca dapat memahami dengan mudah.
Adapun sistematika pembahasannya adalah: Bab Pertama. Bab ini
menjelaskan tentang informasi umum yaitu latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian,
waktu dan tempat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika
penelitian.
Bab Kedua adalah landasan teori. Bab ini berisikan teori yang
diambil dari beberapa kutipan buku, yang berupa pengertian dan definisi
konsep yang harus dijabarkan dengan jelas. Disamping itu juga harus
memperhatikan relevansi teori yang akan digunakan dalam menganalisis
masalah yang akan di pergunakan guna adanya implementasi judul
penelitian “Analisa Penerapan Akad Musya>rakah Mutana>qis}a>h pada Bank
23
Bab Ketiga adalah deskripsi hasil yang meliputi gambaran umum.
Pada bab ini peneliti menyajikan data data yang akan dijelaskan dengan
deskriptif agar mudah dipahami oleh pembaca. Data data yang diperoleh
baik data primer maupun data sekunder dikelola dan disajikan. Selain itu
peneliti juga menganalisa data yang tersaji dengan teori yang relevan terkait
akad musya>rakah mutana>qis}a>h dengan fatwa dewan syariah nasional tentang
pelaksanaan akad musya>rakah mutana>qis}a>h.
Bab Ke-empat, adalah bab yang mengemukakan tentang analisa
penerapan akad musya>rakah mutana>qis}a>h pada Bank Muamalat Suarabaya
berdasarkan Fiqh Syariah dan prinsip ekonomi Islam dan aplikasi
penerapakan akad ijara>h pada produk hunian syariah kongsi pada Bank
Muamalat Surabaya.
24
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Musya>rakah Mutana>qis}a>h
1. Pengertian Musya>rakah Mutana>qis}a>h
Musya>rakah mutana>qis}a>h merupakan produk turunan dari akad
musya>rakah, yang merupakan bentuk akad kerjasama antara dua pihak
atau lebih. Kata dasar dari musya>rakah adalah syirkah yang berasal dari
kata syaraka-yusyriku-syarkan-syarikan-syirkatan (syirkah), yang berarti
kerjasama, perusahaan atau kelompok/kumpulan. Musya>rakah atau
syirkah adalah merupakan kerjasama antara modal dan keuntungan.
Sementara mutana>qis}a>h berasal dari kata
yatanaqishu-tanaqish-tanaqishan-mutanaqishun yang berarti mengurangi secara bertahap.
Musya>rakah mutana>qis}a>h (diminishing partnership) adalah bentuk
kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk kepemilikan suatu barang
atau asset. Dimana kerjasama ini akan mengurangi hak kepemilikan
salah satu pihak sementara pihak yang lain bertambah hak
kepemilikannya. Perpindahan kepemilikan ini melalui mekanisme
pembayaran atas hak kepemilikan yang lain. Bentuk kerjasama ini
berakhir dengan pengalihan hak salah satu pihak kepada pihak lain.1
Akad musya>rakah mutana>qis}a>h adalah pembiayaan berpola bagi hasil
untuk memenuhi kebutuhan barang konsumsi, perumahan, atau properti.
1
25
Dengan cara ini bank syariah dan nasabah bermitra untuk membeli aset
yang diinginkan nasabah kemudian barang tersebut menjadi milik
bersama dan digunakan untuk usaha yang dapat menghasilkan, dalam
kasus pembiayaan disini barang disewakan kepada nasabah. Bagian hasil
sewa dari nasabah digunakan sebagai cicilan pembelian porsi aset yang
dimiliki oleh bank syariah, sehingga pada periode waktu tertentu (saat
jatuh tempo), aset tersebut sepenuhnya telah dimiliki oleh nasabah.
2. Dasar Hukum Musya>rakah Mutana>qis}a>h
Dalam akad musya>rakah mutana>qis}a>h terdapat dasar hukum yang
berdasarkan nilai syariah sehingga setiap kajian hukum harus dilakukan
untuk menganalisis keabsahan produk yang ada, tidak terkecuali untuk
akad musya>rakah mutana>qis}a>h yang merupakan akad hybrid contact.
Dasar hukum ini menjadi pilar terbentuknya akad musya>rakah
mutana>qis}a>h tersebut yang memang terdiri dari akad musya>rakah dan
ijara>h. Oleh karena itu, penulis akan memaparkan dasar hukum terkait
bahasan mengenai akad musya>rakah mutana>qis}a>h berdasarkan dasar
hukum syariah, antara lain:
Surah Shad ayat 24
t
Α$
s
%
ô
‰
s
)
s
9
y
7
y
ϑ
n
=
s
ß
É
Α#
x
σ
Ý
¡
Î
0
y
7
Ï
G
y
f
÷
è
t
Ρ
4
’
n
<
Î
)
⎯
Ï
μ
Å
_$
y
è
Ï
Ρ
(
¨
β
Î
)
u
ρ
#
Z
Ï
V
x
.
z
⎯
Ïi
Β
Ï
™
!
$
s
Ü
n
=
è
ƒ
ø
:
$
#
‘
É
ó
ö
6
u
‹
s
9
ö
Ν
å
κ
Ý
Õ
÷
è
t
/
4
’
n
?
t
ã
C
Ù
÷
è
t
/
ω
Î
)
t
⎦⎪
Ï
%
©
!
$
#
(
#θ
ã
Ζ
t
Β#
u
™
(
#θ
è
=
Ï
ϑ
t
ã
u
ρ
Ï
M≈
y
s
Î
=≈
¢
Á9
$
#
×
≅‹
Î
=
s
%
u
ρ
$
¨
Β
ö
Ν
è
δ
3
£
⎯
s
ß
u
ρ
ß
Š…
ã
ρ#
y
Š
$
y
ϑ
¯
Ρ
r
&
ç
μ≈
¨
Ψ
t
G
s
ù
t
x
ø
ó
t
G
ó
™
$
$
s
ù
…
ç
μ
−
/
u
‘
§
y
z
u
ρ
$
Y
è
Ï
.#
u
‘
z
>$
t
Ρ
r
&
u
ρ
∩⊄⊆∪
26
Artinya : Daud berkata: "Sesungguhnya dia Telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa baik laki-laki maupun
perempuan dianjurkan untuk mengerjakan amal saleh dan Allah tidak
membedakan kebaikan atau pahala yang akan diberikan kepada
keduanya, serta dalam ayat tersebut juga menjelaskan adanya larangan
untuk berkhianat jika telah bekerjasama. Dalam akad musya>rakah
mutana>qis}a>h terdapat akad syirkah yaitu kerjasama yang mewajibkan
bagi pelaksana akad ini untuk saling mempercayai dan tetap jujur tanpa
menyakiti satu sama lain.2 Oleh karena itulah surat Shad ayat 24 ini
menunjukkan ciri dalam pelaksanaan akad musya>rakah mutana>qis}a>h.
Dalam ayat ini juga dijelaskan kita tetap berkewajiban memaafkan jika
salah seorang dari pelaksana akad musya>rakah mutana>qis}a>h ini
melakukan kesalahan baik disengaja ataupun tidak.
Hadits
ﺣﺎﺻ
ﺎ ﺪﺣأ
ﺨ
ﻟﺎ
ﻜﺮﺸﻟﺒ
ﻟﺎ
ﺎ أ
لﻮ
ﷲﺒ
نإ
لﺎ
ﻓر
ةﺮﺮ
أ
Artinya : “Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman, “Aku pihak ketiga dari
2
27
dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati
lainnya”. (HR Abu Daud).
Hadist tersebut menunjukkan kecintaan Allah kepada
hamba-hambanya yang melakukan perserikatan selama saling menjunjung tinggi
amanah kebersamaan dan menjahui pengkhianatan.3 Dalam hadis ini
terdapat pihak ketiga diantara dua orang yang berserikat maka dapat
disimpulkan jika dalam berserikat dibolehkan pihak ketiga yang juga
diharpkan membawa kemaslahatan.
3. Rukun dan Syarat Musya>rakah Mutana>qis}a>h
Dalam syariah rukun dan syarat sama-sama menentukan sah atau
tidaknya suatu transaksi,4 salah satunya adalah jenis transaksi
musya>rakah mutana>qis}a>h dalam kegiatan ekonomi secara islami. Rukun
dan syarat adalah hal yang penting dan dasar karena musya>rakah
mutana>qis}a>h merupakan suatu perikatan akad, maka penulis akan
memaparkan rukun dan syarat perikatan dalam syariah Islam yang harus
dipatuhi dan diawasi oleh masyarakat muslim.5
a. Rukun Musya>rakah Mutana>qis}a>h
Rukun merupakan sesuatu yang wajib dilakukan dalam suatu
transaksi (necessary condition), begitu pula pada transaksi yang terjadi
3
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani &Tazkia cendikia, 2001) , 91
4
Widyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia,( Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005), 56.
5
28
pada kerja sama bagi hasil al-Musyarakah. Pada umumnya, rukun dalam
muamalah iqtishadiyah (muamalah dalam bidang ekonomi) ada empat
yaitu 6:
1) Sighah, ucapan ijab dan qabul
2) Pihak yang melaksanakan syirkah (kontrak)
3) Obyek kesepakatan (modal dan kerja)
4) Nisbah bagi hasil
b. Syarat musya>rakah
Syarat adalah sesuatu yang keberadaanya melengkapi rukun
(sufficient condition). Bila rukun dipenuhi tetapi syarat tidak dipenuhi,
rukun menjadi tidak lengkap sehingga transaksi tersebut menjadi fasid
(rusak). Syarat dalam akad musya>rakah mutana>qis}a>h antara lain : 7
1) Barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas barang dan
jasa yang haram menjadi batal demi hukum syariah.
2) Presentase pembagian keuntungan untuk masin-masing pihak
yang berserikat dijelaskan ketika berlangsungnya akad.
Keuntungan itu diambil dari hasil laba harta perserikatan, bukan
dari harta lain.
3) Modal, harga barang dan jasa harus jelas.
4) Tempat penyerahan (delivery) harus jelas karena akan berdampak
pada biaya transportasi.
6
Ibid, , 173.
7
29
5) Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan.
Tidak boleh menjual sesuatu yang belum dimiliki atau dikuasai
seperti yang terjadi pada transaksi short sale dalam pasar modal.
4. Ijara>h dalam Musya>rakah Mutana>qis}a>h
Ijara>h berarti sewa, jasa atau imbalan yaitu akad yang dilakukan atas
dasar suatu manfaat dengan imbalan atau jasa.8Ijara>h adalah suatu jenis
akad yang mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Dengan
demikian pada hakikatnya ijara>h adalah penjualan manfaat yaitu
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dan jasa dalam waktu
tertentu melalui pembayaran sewa atau upah tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Akad ijara>h tidak ada
perubahan kepemilikan tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang
menyewakan kepada penyewa.9
Dalam islam terdapat dua jenis ijara>h, 10 ijara>h pertama adalah yang
berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa seseorang
dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang
mempekerjakan disebut mustajir, pihak pekerja disebut ajir dan upah
yang dibayarkan disebut ujrah. Ijara>h selanjutnya berhubungan dengan
sewa asset atau properti, yaitu memindahkan hak untuk memakai dari
8
Habbib Nazir dan Muh Hasan,”Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan Syariah” (Bandung Kaki
Langit,2004) 26. 9
Sayyid Sabiq, Tarjamahan Fiqh Al-Sunnah, Jilid III, 177.
30
asset atau property tertentu kepada orang lain dengan imbalam biaya
sewa. Bentuk ijara>h ini mirip dengan leasing (sewa) pada bisnis
konvensional. Pihak yang menyewa (lessee) disebut mustajir, pihak yang
menyewakan (lessor) disebut muajir dan biaya sewa disebut ujrah.
Ijara>h bentuk pertama banyak diterapkan dalam pelayanan jasa
perbankan syariah, sementara ijara>h bentuk kedua biasa dipakai sebagai
bentuk investasi atau pembiayaan di perbankan syariah. Sehingga, dapat
dikatakan ijara>h yang terdapat dalam akad musya>rakah mutana>qis}a>h
adalah ijara>h jenis kedua ini, yaitu jual beli manfaat dari asset atau
property. Karena dalam akad musya>rakah mutana>qis}a>h yang menjadi
objek akad adalah property benda tak bergerak, seperti rumah, kos,
kantor, gedung, dan sebagainya. Dalam hal ini lembaga terkait yang
menerapkan sistem ujrah (sewa) dalam akad musya>rakah mutana>qis}a>h
semata hanyalah diambil untuk keuntungan bagi lembaga terkait selaku
penyewa.
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 09/DSN-MUI/IV/2000
tanggal 13 April 200 tentang pembiayaan ijara>h ditetapkan rukun dan
syarat serta ketentuan teknis mengenai pelaksanaan ijara>h pada lembaga
keuangan syariah baik swasta maupun lembaga keuangan syariah milik
pemerintah, antara lain.11
11
31
1. Rukun dan Syarat ijara>h
a. Sighat ijara>h, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua
belah pihak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal
ataupun dalam bentu lain
b. Pihak-pihak yang berakad terdiri atas pemberi sewa (lessor,
pemilik asset, lembaga keuangan syariah) dan penyewa (lessee,
pihak yang mengambil manfaat dari penggunaan asset,
nasabah)
c. Objek akad ijara>h: (i) manfaat barang dan sewa (ii) manfaat
jasa dan upah
2. Ketentuan Objek Ijara>h
a. Objek ijara>h adalah manfaat dari penggunaan barang dan atau
jasa
b. Manfaat barang harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan
dalam kontrak
c. Pemenuhan manfaat harus bersifat dibolehkan
d. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai
dengan syariah.
e. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk
menghilangkan jahalah (ketidak tahuan) yang akan
32
f. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk
jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau
identifikasi fisik
g. Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah
kepada lembaga keuangan syariah sebagai pembayaran
manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli
dapat pula dijadikan sewa dalam ijara>h
h. Pembayaran sewa boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari
jenis yang sama dengan obyek kontrak
i. Flexibility dalam menentukan sewa dapat diwujudkan dalam
ukuran waktu, tempat dan jarak
3. Kewajiban Lembaga Keuangan Syariah dan Nasabah dalam
Pembiayaan Ijarah
a. Kewajiban Lembaga Keuangan Syariah sebagai pemberi sewa:
1)Menyediakan asset yang disewakan
2)Menanggung biaya pemeliharaan asset
3)Penjamin bila terdapat cacat pada asset yang disewakan
b. Kewajiban nasabah sebagai penyewa:
1)Membayar sewa dan bertanggung jawab untuk menjaga
keutuhan asset yang disewa serta menggunakannya sesuai
kontrak
2)Menanggung biaya pemeliharaan asset yang sifatnya ringan.
33
penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian
pihak penyewa dalam menjaganya, ia tidak bertanggung
jawab atas kerusakan tersebut.
B. Ekonomi Islam
1. Pengertian Ekonomi Islam
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi
manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan
didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan
rukun Islam.
Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah swt
memerintahkannya, sebagaimana firman-Nya dalam QS. At Taubah:
105
È
≅
è
%
u
ρ
(
#θ
è
=
y
ϑ
ô
ã
$
#
“
u
z
|
¡
s
ù
ª
!
$
#
ö
/
ä
3
n
=
u
Η
x
å
…
ã
&
è
!
θ
ß
™
u
‘
u
ρ
t
βθ
ã
Ζ
Ï
Β
÷
σ
ß
ϑ
ø
9
$
#
u
ρ
(
š
χρ
–
Š
u
ä
I
y
™
u
ρ
4
’
n
<
Î
)
É
Ο
Î
=≈
t
ã
É
=
ø
‹
t
ó
ø
9
$
#
Í
ο
y
‰≈
p
κ
¤
¶9
$
#
u
ρ
/
ä
3
ã
∞
Îm
7
t
⊥
ã
‹
s
ù
$
y
ϑ
Î
/
÷
Λ
ä
⎢Ζ
ä
.
t
βθ
è
=
y
ϑ
÷
è
s
?
∩⊇⊃∈∪
Artinya : Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan.
Ekonomi Islam saat ini telah berkembang dengan pesat. Hal ini dapat
dilihat dari maraknya lembaga-lembaga perekonomian baik bisnis
34
syariat Islam. Beberapa lembaga tersebut antara lain bank syariah,
asuransi syariah, hotel syariah. Ekonomi Islam pun telah terbukti mampu
memajukan perekonomian, sebagaimana telah dibuktikan pada
kekhalifahan Islam, dimana pada saat itu negara-negara barat sedang
mengalami zaman kegelapan (dark ages). Zaman keemasan tersebut
mengalami kemunduran seiring terjadinya distorsi dari syariah Islam
yang nilai-nilainya sangat universal. Karena itu penggalian nilai-nilai
dan metode serta cara mengelola perekonomian secara syariah menjadi
penting adanya. Apalagi permintaan terhadap metode ini merupakan
kebutuhan umat dan masyarakat.12
Berbicara tentang sistem ekonomi Islam dan sistem ekonomi
kapitalis tidak bisa dilepaskan dari perbedaan pendapat mengenai
halal-haramnya bunga yang oleh sebagian ulama dianggap sebagai riba yang
diharamkan oleh al-Qur’an. Manfaat uang dalam berbagai fungsi baik
sebagai alat penukar, alat penyimpan kekayaan dan pendukung peralihan
dari sistem barter ke sistem perekonomian uang, oleh para penulis Islam
telah diakui, tetapi riba mereka sepakati sebagai konsep yang harus
dihindari dalam perekonomian. Sistem bunga dalam perbankan (rente
stelsel) mulai diyakini oleh sebagian ahli sebagai faktor yang
mengakibatkan semakin buruknya situasi perekonomian dan sistem
bunga sebagai faktor penggerak investasi dan tabungan dalam
12 Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam,(Robbani Press, Jakarta,
35
perekonomian Indonesia, sudah teruji bukan satu-satunya cara terbaik
mengatasi lemahnya ekonomi rakyat. Larangan riba dalam Islam
bertujuan membina suatu bangunan ekonomi yang menetapkan bahwa
modal itu tidak dapat bekerja dengan sendirinya, dan tidak ada
keuntungan bagi modal tanpa kerja dan tanpa penempatan diri pada
resiko sama sekali. Karena itu Islam secara tegas menyatakan perang
terhadap riba dan ummat Islam wajib meninggalkannya Ekonomi Islam
bertujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan
masyarakat ini dicapai dengan melaksanakan syariah Islam, sehingga
tujuan kesejahteraan didefinisikan sebagai maqasid (tujuan-tujuan)
syariah : yaitu perlindungan terhadap Agama, jiwa, akal, keturunan
(Kehormatan diri) dan harta. Dengan perlindungan terhadap agama,
maka menjadi tujuan pertama, karena dengan agama perilaku akan lebih
terjaga melalui norma-norma yang ada.
2. Tujuan Ekonomi Islam
Segala aturan yang diturunkan Allah swt dalam sistem Islam
mengarah pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta
menghapuskan kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh
ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah
membantu manusia mencapai ketenangan didunia dan di akhirat.
36
mengatakan ada tiga sasaran hukum Islam yang menunjukan bahwa
Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia yaitu:
a. Penyucian jiwa agar setiap muslim boleh menjadi sumber kebaikan
bagi masyarakat dan lingkungannya.
b. Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud
mencakupi aspek kehidupan di bidang hukum dan muamalah.
c. Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama
menyepakati bahwa maslahah yang menjadi puncak sasaran di atas
mencakupi lima jaminan dasar yaitu:
1) Kemaslahatan keyakinan agama (al din)
2) Kemaslahatan jiwa (al nafs)
3) Kemaslahatan akal (al aql)
4) Kemaslahatan keluarga dan keturunan (al nasl)
5) Kemaslahatan harta benda (al mal)
3. Prinsip dalam Ekonomi Islam
a.Harta Kepunyaan Allah dan Manusia Merupakan Khalifah Atas Harta.
Sesungguhnya Islam sangat menghormati milik pribadi, baik itu
barang- barang konsumsi ataupun barang- barang modal. Namun
pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan orang
lain. Jadi, kepemilikan dalam Islam tidak mutlak, karena pemilik
sesungguhnya adalah Allah SWT. Sesuai dengan penjelasan pada
37
¬
!
u
ρ
$
t
Β
’
Î
û
Ï
N≡
u
θ≈
y
ϑ
¡
¡9
$
#
$
t
Β
u
ρ
’
Î
û
Ç
Ú
ö
‘
F
{
$
#
y
“
Ì
“
ô
f
u
‹
Ï
9
t
⎦⎪
Ï
%
©
!
$
#
(
#θ
ä
↔
¯
≈
y
™
r
&
$
y
ϑ
Î
/
(
#θ
è
=
Ï
Η
x
å
y
“
Ì
“
ø
g
s
†
u
ρ
t
⎦⎪
Ï
%
©
!
$
#
(
#θ
ã
Ζ
|
¡
ô
m
r
&
©
o
_
ó
¡
ç
t
ø
:
$
$
Î
/
∩⊂⊇∪
Artinya : Dan Hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang Telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (syurga).
jelaslah perbedaan antara status kepemilikan dalam sistem
ekonomi Islam dengan sistem ekonomi yang lainnya. Dalam Islam
kepemilikan pribadi sangat dihormati walau hakekatnya tidak mutlak,
dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan
orang lain dan tentu saja tidak bertentangan pula dengan ajaran Islam.
Sementara dalam sistem kapitalis, kepemilikan bersifat mutlak dan
pemanfaatannya pun bebas.sedangkan dalam sistem sosialis justru
sebaliknya, kepemilikan pribadi tidak diakui, yang ada kepemilikan
oleh negara.13
b. Ekonomi Terikat dengan Akidah,Syariah (hukum), dan Moral
Prinsip ekonomi yang terikat dengan moral adalah prinsip yang
melaranhg kegiatan ekonomi yang dapat merugikan yang lain dan
keluar dari pemikiran ekonomi islam yang selalu berasaskan moral
kita sebagai masyarakat muslim. Dan ekonomi yang terikat dengan
syariah adalah prinsip ekonomi yang melarang adanya pemikiran
melakukan segala cara untuk melakukan kegiatan ekonomi dan
13
38
menentang syariah Islam, sementara ekonomi yang terikat dengan
akidah yang dimaksut disini adalah prinsip yang sesuai dengan ajaran
Islam tentang adanya larangan untuk melakukan kegiatan ekonomi
yang keluar dari tatacara secara Islam.
c. Ekonomi Islam Menciptakan Keseimbangan antara Kepentingan
Individu dengan Kepentingan umum
Dalam kapitalis, kebebasan individu dalam berekonomi tidak
dibatasi norma- norma ukhrawi, sehingga tidak ada urusan halal atau
haram. Sementara dalam sosialis justru tidak ada kebebasan sama
sekali, karena seluruh aktivitas ekonomi masyarakat diatur dan
ditujukan hanya untuk negara. Sementara dala Islam keseimbangan
antara individu dan kepentingan umum sadalah salah satu prinsip
ekonomi Islam yang sesuai. Arti keseimbangan dalam sistem sosial
Islam adalah, Islam tidak mengakui hak mutlak dan kebebasan
mutlak, tetapi mempunyai batasan- batasan tertentu, termasuk dalam
bidang hak milik. Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang
untuk mensejahterakan dirinya, tidak boleh dilakukan dengan
mengabaikan dan mengorbankan kepentingan orang lain dan
masyarakat secara umum.
d. Bimbingan Konsumsi
Islam melarang orang yang suka kemewahan duniawi, berlebih
39
ataupun keadaan sekitar karena kekayaan, sebagaimana Firman Allah
dalam QS. Al-Israa ayat 16
!
#
s
Œ
Î
)
u
ρ
!
$
t
Ρ
÷
Š
u
‘
r
&
β
r
&
y
7
Î
=
ö
κ
–
Ξ
º
π
t
ƒ
ö
s
%
$
t
Ρ
ö
t
Β
r
&
$
p
κ
Ï
ù
u
ø
I
ã
Β
(
#θ
à
)
|
¡
x
s
ù
$
p
κ
Ï
ù
¨
,
y
⇔
s
ù
$
p
κ
ö
n
=
t
æ
ã
Α
ö
θ
s
)
ø
9
$
#
$
y
γ≈
t
Ρ
ö
¨
Β
y
‰
s
ù
#
Z
Ï
Β
ô
‰
s
?
∩⊇∉∪
Artinya: “Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), Kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”
Berbeda dengan ilmu ekonomi modern dimana masalah pilihan
sangat tergantung pada macam-macam tingkah masing-masing
individu. Dalam ilmu ekonomi Islam, kita tidaklah berada dalam
kedudukan untuk mendistribusikan sumber-sumber semau kita.
Dalam hal ini ada pembatasan yang serius berdasarkan ketetapan
kitab Suci Al-Qur’an dan Sunnah atas tenaga individu. Dalam Islam,
kesejahteraan sosial dapat dimaksimalkan jika sumber daya ekonomi
juga dialokasikan sedemikian rupa, sehingga dengan pengaturan
kembali keadaannya, tidak seorang pun lebih baik dengan menjadikan
orang lain lebih buruk di dalam kerangka Al-Qur’an atau Sunnah.
e. Petunjuk Investasi
Petunjuk investasi ini ditujukan agar masyarakat muslim tidak
40
membantu masyarakat muslim lain. Tentang kriteria atau standar
dalam menilai proyek investasi, al-Mawsu’ah Al-ilmiyahwa-al
amaliyah al-islamiyah memandang ada lima kriteria yang sesuai
dengan Islam untuk dijadikan pedoman dalam menilai proyek
investasi, yaitu:14
1) Proyek yang baik menurut Islam.
2) Memberikan rezeki seluas mungkin kepada anggota masyarakat.
3) Memberantas kekafiran, memperbaiki pendapatan, dan
kekayaan.
4) Memelihara dan menumbuhkembangkan harta.
5) Melindungi kepentingan anggota masyarakat.
f. Zakat
Zakat adalah salah satu karasteristik ekonomi Islam mengenai
harta yang tidak terdapat dalam perekonomian lain. Sistem
perekonomian diluar Islam tidak mengenal tuntutan Allah kepada
pemilik harta, agar menyisihkan sebagian harta tertentu sebagai
pembersih jiwa dari sifat kikir, dengki, dan dendam.
g. Larangan Riba
Dalam prinsip ekonomi Islam sangatlah jelas bahwa dasar
pemikiran kegiatan ekonomi Islam adalah kegiatan ekonomi yang
membawa kemaslahatan bagi seluruh umat tanpa merugikan orang
lain. Riba dalam kegiatan ekonomi hanya akan menjadikan sebagian
14
41
masyarakat yang mendapatkan keuntungan besar sementara
masyarakat lain sangat dirugikan. Oleh karena itu dalam kegiatan
ekonomi Islam larangan riba adalah prinsip ekonomi Islam yang
42
BAB III
AKAD
MUSYA>
RAKAH MUTANA>
QIS}A>
H
PADA BANK
MUAMALAT SURABAYA
A. Bank Muamalat Indonesia
1. Sejarah Berdirinya Bank Muamalat Indonesia
Sebelum muncul gagasan tentang perlunya didirikan Bank Islam di
Indonesia, para pakar muslim baik yang ada di organisasi keagamaan
maupun kalangan perbankan dan perorangan telah melakukan pengkajian
tentang bunga bank dan riba. KH. Mas Mansur ketua pengurus
Muhammadiyah pada tahun 1937 telah mempunyai keinginan untuk
berdirinya bank Islam namun gagal karena ia dianggap SARA pada saat itu
dan dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas nasional.
Gagasan berdirinya bank Islam di Indonesia lebih kongkret pada saat
lokakarya “Bunga bank dan Perbankan” pada tanggal 18-20 agustus 1990.
Ide tersebut ditindaklanjuti dalam Munas IV Majelis Ulama Indonesia
(MUI) di hotel Sahid tanggal 22-25 Agustus 1990 untuk merespon gagasan
berdirinya bank Islam di Indonesia. Realisasinya pada tanggal 1 November
1991 dilakukan penandatanganan akte pendirian bank Muamalat Indonesia
di Sahid jaya hotel dengan akte notaris Yudo Paripurno,S.H> dengan izin
43
Pada tanggal 27 Oktober 1994 dua tahun setelah didirkannya bank
Muamalat Indonesia mendapatkan predikat sebagai bank Devisa.
Penghargaan ini tentunya menjadikan bank Muamalat Indonesia sebagai
bank yang kokoh untuk mempelopori perbankan dengan sistem syariah di
Indonesia. Pada akhir tahun 90-an Indonesia dilanda krisis moneter yang
memperorakporandakan kegiatan ekonomi di Asia tenggara. Perbankan
nasional Indonesia mengalami kredit macet di segmen korporasi. Bank