• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPARATIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF TENTANG TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN ANAK OLEH ORANG TUANYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI KOMPARATIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF TENTANG TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN ANAK OLEH ORANG TUANYA."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KOMPARATIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA

POSITIF TENTANG TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN ANAK OLEH

ORANG TUANYA

SKRIPSI

Oleh :

SAYYIDAH NUR FAIZAH

C03211056

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

JURUSAN HUKUM PUBLIK ISLAM

PROGRAM STUDI SIYASAH JINAYAH

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

v ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian kepustakaan untuk menjawab pertanyaan bagaimana tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya menurut hukum pidana Islam dan hukum pidana positif serta bagaimana studi komparatif (persamaan dan perbedaan) menurut hukum pidana Islam dan hukum pidana positif.

Dalam hal ini peneliti menggunakan metode kajian pustaka atau kajian teks (texs reading) dan menggunakan teknik analisis deskriptif-kualitatif, di mana dalam analisis ini menganalisis atau menjabarkan permasalahan dengan tidak menggunakan angka melainkan dengan suatu penelitian yuridis-normatif, yaitu berdasarkan teori-teori hukum dan peraturan perundang-undangan serta pendapat para ahli hukum. Dan didorong dengan pendekatan komparatif, di mana dalam pendekatan ini terdapat minimal dua faktor untuk dijadikan suatu perbandingan (persamaan atau perbedaan) yang berkaitan dengan kasus yang diangkat oleh peneliti.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya tetap dihukum sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang, karena di dalam ketentuan hukum qishash yang menyatakan “orang tua tidak dihukum dengan sebab membunuh anaknya”, di dalam ayat al-Qur’an juga mengatakan

“nyawa dibalas dengan nyawa”,namun jika tetap mengarah pada ketentuan yang ada di dalam hukum qishash; maka akan sering terjadi kasus serupa, yaitu banyaknya tindak pidana yang dilakukan. Dan supaya tidak ada lagi kasus serupa yang terjadi. untuk itu peneliti tetap mengacu pada ketetapan hukum yang ada dalam hukum pidana positif, yakni dalam bab XIX tentang kejahatan terhadap nyawa. Di mana dalam hal ini pokok hukumannya yaitu dijatuhi hukuman penjara selama 15 tahun. Serta Persamaan antara hukum pidana Islam dan hukum pidana positif adalah dengan tujuan agar dapat mengendalikan situasi dan kesadaran masyarakat serta untuk menimbulkan kesadaran bagi para pelakunya agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Sedangkan perbedaan yang mendasar antara hukum pidana Islam dan hukum pidana positif adalah ada dalam sanksi hukumannya. Jika dilihat dari hukum pidana positif sudah jelas bahwa hukuman pokok pada tindak pidana pembunuhan atau kejahatan terhadap nyawa yaitu dipidana paling lama 15 tahun. Sedangkan didalam hukum pidana Islam, dalam ketentuan hukum qishash yang mengatakan tidak dihukumnya ketika orang tua yang membunuh anaknya. Namun kali ini penulis tetap mengacu pada ditegakkannya suatu hukuman bagi pelaku tindak pidana. Dari alasan-alasan tersebut, maka penulis tetap mengacu pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TRANSLITERASI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi dan Batasan Masalah ... 5

C.Rumusan Masalah ... 6

D.Kajian Pustaka ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 9

G.Definisi Operasional ... 10

H.Metode Penelitian ... 11

I. Sistematika Pembahasan ... 16

BAB II KONSEP DASAR TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN ANAK OLEH ORANG TUANYA MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM ... 18

A.Pengertian Dan Dasar Hukum Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya ... 18

B.Bentuk – Bentuk Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya ... 23

(7)

BAB III KONSEP DASAR TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN ANAK OLEH

ORANG TUANYA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF ... 40

A.Pengertian Dan Dasar Hukum Tindak Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya ... 40

B.Bentuk – Bentuk Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya ... 46

C.Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya ... 53

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF TENTANG TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN ANAK OLEH ORANG TUANYA ... 63

A.Persamaan Antara Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Positif ... 63

B.Perbedaan Antara Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Positif ... 64

BAB V PENUTUP ... 71

A.Kesimpulan ... 71

B.Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu

sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita–cita

perjuangan bangsa, yang memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam

menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial secara

utu, serasi, selaras, dan seimbang. Untuk melaksanakan pembinaan dan

memberikan perlindungan terhadap anak, di perlukan dukungan, baik yang

menyangkut kelembagaan maupun perangkat hukum yang lebih memadai.1

Di dalam Undang-undang tentang sistem peradilan anak, yang

disebut anak yang menjadi korban tindak pidana yang selanjutnya disebut

anak korban adalah anak yang belum berusia delapan belas tahun yang

mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang

disebabkan oleh tindak pidana.2

Allah swt berfirman :

ِ ل

ِهل

ِِ مِ ل

ِ ك

ِ

ِ سلا

ِ ماِ

وا

ِ ت

ِِ و

ِ لا

ِ ر

ِ ض

ِ

ِ يِ ل

ِ قِ

ِ م

ِ يِا

ِ ش

ِ ءا

ِِ

ِ يِ ه

ِ ب

ِِ ل

ِ مِ ن

ِِ ي

ِ ش

ِ ءِا

ِِ اِ ن

ِ ثِا

ِا

ِ وِِ ي

ِ ه

ِ ب

ِِ ل

ِ مِ ن

ِ

ِ يِ ش

اِ ء

ِِ

ِ ذلا

ِِ

ِ ك

ِ وِ

ِ رِ

ِ ءاِ

ِ وِِ ي

ِ زِ وِ

ِ جِ ه

ِ مِِ

ذِ ك

ِ رِ نِا

اِ

ِ وِِ ا

ِِ ن

ِ ثِا

ِ وِا

ِ

ِ يِ ع

ِ لِ

ِ مِ نِ ي

ِ ش

ِ ءاِ ع

ِ قِ ي

ِ م

ِ ءاِا

ِِ ن

ِ هِ

ِ عِ لِ ي

ِ مِ

ِ قِ د

ِ ير

ٌ

Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dia menciptakan apa yang dia kehendaki. dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa

1

Mohammad Taufik Makaro, Letkol Sus, Weny Bukamo, Syaiful Azri, Hukum Perlindungan Anak

dan Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, (Jakarta : Rineka Cipta, 2013), Hlm.1

2

(9)

2

yang dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang dia kehendaki, Atau dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan dia menjadikan mandul siapa yang dia kehendaki. Sesungguhnya dia Maha mengetahui lagi Maha Kuasa. (Ash – Shuraa : 49-50)

Hubungan antara orang tua dan anak dianggap sangat penting

karena dari hubungan inilah tercipta manusia–manusia yang peduli dengan

sesama dan saling menghormati antar manusia yang satu dengan manusia

yang lain. Hubungan yang tidak pernah terputus oleh kondisi apapun.

Hubungan yang paling abadi yang pernah dimiliki oleh antar sesama

manusia.3

Allah swt berfirman dalam surat al-Israa’ (31) :

ِ وِ ل

ِِ تِ ق

ِ تِ لِ و

ِ

ِ ءاِا

ِِ وِ

ِ لِ

ِ دِ ك

ِ مِ

ِ خ

ِ شِ ي

ِ ةِِ

ِ ءاِ

ِ مِ ل

ِ

ِ ق

ِ

ِ ن

ِ نِ

ِ نِ رِ ز

ِِ ق

ِ هِ م

ِِ وِ

ِ ءاِ

ِ ي

ِ كِا

ِ مِِ ا

ِ نِ

ِ قِ تِ ل

ِ هِ م

ِ

ِ ك

ِ نِا

ِ

ِ خ

ِ ط

ِ ءاِِ

ِ كِ ب

ِ يِ ر

ِ ٌ ا

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rizqi kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.

Di dalam Negara juga mengatur tentang hal tersebut yang

dituangkan di dalam Undang – Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang

perlindungan anak, Di dalam Ketentuan Umum Pasal 13 ayat 1 yang

berbunyi “Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau

pihak lain manapun yang bertanggungjawab atas pengasuhan berhak

mendapat perlindungan dari perlakuan :

1. Diskriminasi

3

(10)

3

2. Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual

3. Penelantaran

4. Kekejaman, kekerasan dan penganiayaan

5. Ketidak adilan, dan

6. Perlakuan salah lainnya”.4

Akan tetapi hubungan yang seharusnya penuh kasih sayang dan

harmonis ini semakin berkurang pada zaman sekarang. Banyak anak – anak

yang menerima perlakuan yang kurang baik dari orang tuanya bahkan

tindakan tersebut sudah dapat dikatakan sebagai sebuah tindak pidana yang

dilakukan oleh orang tua kepada anaknya mulai dari memukul sampai

kepada penganiayaan yang berakibat menghilangkan nyawa anak tersebut

melayang. Seperti halnya pada kasus yang bisa dijadikan bukti yang terkait

dengan judul ini yaitu pembunuhan yang dilakukan oleh orang tua terhadap

ananya diantaranya pada tahun 2006 di Bandung seorang ibu yang tega

membunuh ketiga anaknya yang disebabkan karena kekhawatiran terhadap

nasib ketiga anaknya.5 Pada tahun pada tahun 2014 di Kalimantan Selatan

seorang ibu yang tega membunuh anaknya sendiri yang masih duduk

4

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak,

(Bandung : Citra Umbara, 2012), Hlm. 82

5

Tempointeraktif, Ibu Membunuh Tiga Anak Diduga Mengidap Paranoid. Diakses pada tanggal

22 Februari 2006,

(11)

4

dibangku kelas 2 SD, kasus pembunuhan ini terjadi karena diduga ibu

korban mengalami stres berat.6

Melihat dari contoh kasus di atas, pada dasarnya tindak pidana

pembunuhan di Indonesia diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP), yaitu Kejahatan Terhadap Nyawa, yang terdapat dalam

pasal 338 “ Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain,

diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”. Tetapi di

dalam kenyataan yang sering terjadi saat ini yaitu pembunuhan atau tindak

pidana yang dilakukan oleh orangtuanya, dan Undang–Undang khusus

orang tua yang melakukan tindak pidana belum ada yang mengaturnya.

akan tetapi secara umum yang berkesinambungan dalam hal ini adalah

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 338, Undang–Undang

Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak dan Undang–Undang

Nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga.

Kemudian di dalam hukum Islam, khususnya di dalam ketentuan

hukum Qishas menyatakan bahwa “ Seorang ayah tidak di Qishah karena

membunuh anaknya”. 7 Serta dalam Hukum Islam sendiri juga mengatur

konsep tentang M>aq>asid As – Sha>ri’ah, diantaranya yaitu:

1. Menjaga Agama )نيدلا ظفح (

2. Menjaga Jiwa )سفنلا ظفح(

3. Menjaga Akal )لقعلا ظففح(

6

KabarKalsel, Ibu Membunuh Anaknya Diduga Karena Stres, Diakses Pada Tanggal 8 Maret

2004,

http://www.kabarkalsel.info.com/2014/03/sultan-adam-geger-ibu-bunuh-anak-kandung.html1.

(12)

5

4. Menjaga Keturunan )لسنلا ظفح(

5. Menjaga harta )ل املا ظفح(.8

Dari alasan–alasan yang melatarbelakangi penulis mengangkat

judul ini karena adanya perbedaan antara hukum pidana islam dan hukum

pidana positif mengenai kasus yang penulis teliti. Serta atas kesesuaian

dengan judul yang penulis angkat tentang “Studi Komparatif Hukum

Pidana Islam Dan Hukum Pidana Positif Tentang Tindak Pidana

Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya”, maka dapat dipahami bahwa

dalam kenyataannya masih banyak terjadi pembunuhan yang dilakukan

orang tua terhadap anaknya.

Dengan alasan–alasan yang telah dikemukakan di atas maka

penulis akan membahas dan mengulas tentang “ Studi Komparatif Hukum

Pidana Islam Dan Hukum Pidana Positif Tentang Tindak Pidana

Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Pembahasan mengenai “Studi Komparatif Hukum Pidana Islam

Dan Hukum Pidana positif Tentang Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh

Orang Tuanya” berarti membahas tentang banyak hal yang berhubungan

dengan peran orang tua terhadap anaknya. Pembatasan suatu masalah ini

sangat diperlukan penulis supaya apa yang akan dibahas oleh penulis tidak

8

Suyatno, Dasar-Dasar Ilmu Fiqh Dan Ushul Fiqh (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2014), Hlm.

(13)

6

keluar dari masalah dan tetap fokus pada inti suatu masalah yang akan

dibahas. Di antara identifikasi masalah tersebut adalah :

1. Ketentuan dalam KUHP pasal 338 tentang kejahatan terhadap nyawa.

2. Ketentuan undang-undang no.23 tahun 2002 tentang perlindungan

anak.

3. Ketentuan hukum qishas dalam tindak pidana pembunuhan.

4. Pandangan hukum pidana Islam terhadap tindak pidana pembunuhan

anak oleh orang tuanya.

5. Pandangan hukum pidana positif terhadap tindak pidana pembunuhan

anak oleh orang tuanya.

6. Ketentuan fiqih siyasah terhadap tindak pidana.

7. Persamaan hukum pidana islam dan hukum pidana positif tentang

tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya.

8. Perbedaan hukum pidana islam dan hukum pidana positif tentang

tindak pidana pembunuhan anakoleh orang tuanya.

Dari identifikasi masalah yang ada, penulis memberikan suatu

batasan masalah sebagai berikut :

1. Tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya menurut hukum

pidana Islam dan hukum pidana positif.

2. Studi komparatif hukum pidana islam dan hukum pidana positif

tentang tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya.

(14)

7

Dari beberapa batasan masalah di atas, untuk itu penulis

merumuskan suatu masalah yang akan dibahas dalam pembahasan ini, di

antara perumusan masalah tersebut, adalah :

1. Bagaimana Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya

Menurut Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif?

2. Bagaimana Persamaan dan Perbedaa Menurut Hukum Pidana Islam

dan Hukum Pidana Positif Tentang Tindak Pidana Pembunuhan Anak

Oleh Orang tuanya?

D. Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka ini, sejauh penulis ketahui, skripsi di

Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam belum ada yang membahas tentang :

Studi Komparatif Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Positif Tentang

Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya. Namun, skripsi

yang penulis bahas ini sangat berbeda dari skripsi–skripsi yang ada,

walaupun dalam lingkup kesamaan tema, tetapi berbeda dari titik fokus

pembahasannya.

Dan untuk lebih jelasnya penulis akan kemukakan skripsi yang

mempunyai bahasan dalam satu tema antara lain :

Yang Pertama, Skripsi dengan judul “Anaslis Hukum Pidana Islam

( Formil Dan Materiil) Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Ngawi

(15)

8

2006, yang ditulis oleh Wahyu Nugroho, jurusan SJ (Siyasah Jinayah).

Dalam karyanya yang dimuat ini dijelaskan tentang :

1. Bagaimana deskripsi putusan hakim Pengadilan Negeri ngawi No.

192/PID.B/2001/PN Ngawi tentang kasus pembunuhan dilingkungan

keluarga.

2. Bagaimana pandangan hukum pidana islam (formil dan materiil)

terhadap putusan Pengadilan Negeri Ngawi tersebut.

Yang Kedua, Skripsi dengan judul “Tes DNA Sebagai Instrumen

Pembuktian Terhadap Tindak Pidana Pembunuhan Dalam Prespektif

Hukum Islam Dan Hukum Positif” Tahun 2005, yang ditulis oleh M

Ikhwanul Mabrur, jurusan SJ (Siyasah Jinayah). Dalam karyanya yang

dimuat ini dijelaskan tentang :

1. Apakah hasil tes DNA dapat dijadikan daftar pembuktian dalam proses

tindak pidana pembunuhan.

2. Apakah hasil tes DNA dapat mengikat hakim dalam pengambilan

keputusan hukum dalam hukum islam dan hukum positif.

Adapun penelitian dalam skripsi ini, menitikfokuskan terhadap

Studi Komparatif Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Positif Tentang

Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya.

(16)

9

Setiap penulis ilmiyah tentu memiliki tujuan pokok yang akan

dicapai atas pembahasan materi tersebut. Oleh karena itu, penulis

merumuskan tujuan penelitian skripsi sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya

menurut hukum pidana islam dan hukum pidana positif.

2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara hukum pidana islam

dan hukum pidana positif tentang tindak pidana pembunuhan anak oleh

orang tuanya.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi

manfaat dan sumbangan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di

bidang siyasah jinayah dan agama, karena penelitian ini akan membahas

tentang :

Tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya menurut

hukum pidana islam dan hukum pidana positif dan terhadap persamaan dan

perbedaan hukum pidana islam dan hukum pidana positif tentang tindak

pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya.

Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu

pengetahuan dalam pengetahuan dibidang siyasah jinayah karena :

1. Sebagai suatu acuan untuk menyusun hipotesis dalam penelitian

(17)

10

2. Sebagai kontribusi bagi pelaku tindak pidana pembunuhan agar dapat

digunakan sebagai dasar pertimbangan ketika akan melakukan suatu

perbuatan pidananya.

G. Definisi Operasional

1. Hukum Pidana Islam dalam penelitian ini adalah hukum yang

bersumber dari dalil-dalil al-Qur’an, hadits sampai pada pendapat

ulama-ulama madzhab yang berkaitan dengan pembunuhan anak oleh

orang tuanya.

2. Hukum Pidana Positif, dalam penelitian ini adalah hukum yang

bersumber dari undang–undang yang berkaitan dengan perlindungan

anak atau undang-undang kejahatan terhadap nyawa.

3. Komparatif adalah membandingkan paling tidak ada dua masalah atau

adanya dua faktor yaitu faktor persamaan atau faktor perbedaan.

4. Anak adalah anak kandung yang merupakan bagian dari generasi muda

sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan

penerus cita–cita perjuangan bangsa, yang memerlukan pembinaan dan

perlindungan dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik,

mental, dan sosial secara utu, serasi, selaras, dan seimbang.

5. Orang tua, dalam penelitian adalah seseorang yang melakukan tindak

pidana pembunuhan yang dilakukan terhadap anaknya yang bisa

disebabkan kareana faktor ekonomi, faktor kejahatan, dan faktor tidak

(18)

11

Yang paling diwajibkan dalam menjaga dan memelihara tumbuh

kembangnya anak di dalam menjalani kehidupan. Kewajiban ini juga di

atur dalam pasal 26 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang

perlindungan anak yang pada dasarnya, kewajiban orangtua mengasihi,

memelihara, mendidik dan melindungi anaknya.

H. Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis adalah metode Analisis Deskriptif

Kualitatif, yaitu suatu metode dimana penulis yang data-datanya di

ungkapkan melalui kata–kata, norma atau aturan–aturan yang bukan

berupa angka.9 Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan dua

macam pendekatan, Pertama : pendekata undang–undang (statue

approach) : di mana pada pendekatan ini peneliti mencoba menelaah

semua undang-undang yang membahas tentang hal–hal yang berkaitan

dengan permasalahan tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya.

Kedua : pendekatan konsep (conseptual approach) : di mana pada

pendekatan konsep ini adalah suatu literatur yang membahas tentang

pendapat para fuqaha’ dan para pakar hukum yang nantinya dijadikan

sebagai sarana pendukung dalam penyusunan proposal ini, baik berupa

konsep hukum pidana positif maupun hukum pidana Islam. Serta

didukung oleh pendekatan komparasi. Studi komparasi menurut

9

Sunggono Bambang, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.2006),

(19)

12

Poerwodarminto dalam kamus umum Bahasa Indonesia, yaitu studi :

ingin mendapatkan atau mempelajari. Mempelajari berarti ingin

mendapatkan suatu yang khusus dengan didorong oleh rasa ingin tau

terhadap sesuatu yang belum dipelajari atau dikenal. Sedangkan

Komparasi : membandingkan paling tidak ada dua masalah dan ada dua

faktor kesamaan atau faktor perbedaan.10

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah

Yuridis–Normatif, yaitu cara penelitian dengan penulisan yang didasarkan

pada analisis terhadap asas hukum dan beberapa teori hukum serta

peraturan perundang–undangan yang sesuai dan berkaitan dengan

permasalahan dalam proposal ini.11

Data – data yang di ambil merupakan pendapat atau doktrin para

ahli hukum atau yuridis-normatif dengan tujuan agar dapat

menggambarkan masalah dengan baik berdasarkan keberadaan data–data

tersebut sehingga dapat di ambil kesimpulannya atau dapat juga disebut

dengan deskriptif.12

2. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh yang harus

dilakukan sendiri oleh peneliti, atau sesuatu yang dapat memberikan

10

Betty Schramfer Azar, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Binarupa Aksara,1993),Hlm.56

11

Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian HukumNormatif, (Malang, Bayu Media

Publishing, 2006), Hlm.57

12

Sunggono Bambang, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.2006),

(20)

13

informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.13 Berdasarkan sumbernya,

sumber data penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumber data

primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber data primer

Sumber primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian.14 Dengan mengunakan alat pengukuran atau alat pengambilan

data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari.15

Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu Fiqih Jinayah dan KUHP

serta Undang-Undang perlindungan anak No.23 tahun 2002.

b. Sumber data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan kepustakaan.

Data sekunder digunakan untuk melengkapi data primer, mengingat

bahwa data primer dapat dikatakan sebagai data praktek yang ada secara

langsung dalam praktek lapangan.16

Data sekunder atau data pendukung dalam penelitian ini adalah

buku-buku yang ada relevansinya dengan penelitian ini. Data tersebut di

antaranya adalah :

 Hukum Perlindungan Anak dan Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga, Mohammad Taufik Makarao; Letkol Sus; Weny Bukamo;

Syaiful Azri.

13

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT.Rineka Cipta, 2006), Hlm.129

14

Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta : Granit, 2004), Hlm.57

15

Syaifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta : PT.Pustaka Pelajar, 1998), Hlm.91

16

Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek,(Jakarta : Rineka Cipta, 2004),

(21)

14

 Dasar-dasar Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, Suyatno.

 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak.

 Tindak Pidana Khusus, Aziz Syamsuddin.

 Fiqh Jinayah, M.Nurul Irfan; Masyrofah.

 Hukum Pidana Islam Fiqh Jinayah, Mustofa Hasan; Beni Ahmad

Saebani.

 Asas-asas Hukum Pidana Islam, Ahmad Hanafi.

 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Moeljatno.

 Fiqh Islam, Sulaiman Rasjid

3. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data adalah langkah yang sangat penting dalam

penelitian. Tanpa upaya pengumpulan data berarti penelitian tidak dapat

dilakukan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara,

seperti observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.17

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

teknik studi dokumentasi. Dokumentasi adalah membaca atau melihat,

meneliti dan mempelajari dokumen dan data – data yang diperoleh dari

karya – karya atau literatur dan referensi yang berhubungan dengan

permasalahan ini.18

17

Mahi M.Hikmat, Metode Penelitian Dalam Prespektif Ilmu Komunikasi dan Sastra,

(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011), Hlm.72

18

Sunggono Bambang, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.2006),

(22)

15

4. Teknik analisis data

Setelah tahapan pengolahan data, langkah selanjutnya yaitu teknik

analisis data. Teknik analisis data yang telah penulis gunakan adalah

Deskriptif Analisis yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat

deskripsi (menjabarkan) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.19

Dengan pola fikir induktif yaitu berangkat dari kasus-kasus yang bersifat

khusus berdasarkan pengalaman nyata yang kemudian dirumuskan

menjadi definisi yang bersifat umum.20 Oleh karena itu data yang

diwujudkan dalam penelitian ini bukan dalam bentuk anagka melainkan

penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.

5. Teknik pengolaan data

Data yang terkumpul melalui kegiatan pengumpulan data, pada

akhirnya akan di analisis dan mungkin diinterpretasikan untuk menjawab

atau memecahkan masalah penelitian dan atau membuktikan kebenaran

hipotesis yang telah ditetapkan semula. Untuk memudahkan analisis,

maka diperlukan pengolahan data.21

Adapun teknik yang digunakan dalam pengolahan data antara lain

adalah :

19

Suryadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Grafindo, 1998), Hlm.18

20

Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosda karya, 2001),

Hlm.15

21

(23)

16

a. Editing, yaitu kegiatan memeriksa kelengkapan dan kesesuaian data.

Teknik ini digunakan untuk meneliti kembali data yang diperoleh

mengenai pembunuhan anak oleh orang tuanya.22

b. Coding, yaitu usaha untuk mengklasifikasikan dan memeriksa data

yang relevan dengan tema penelitian ini agar lebih fungsional.23

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini, memuat lima Bab

pembahsan, yaitu :

Bab pertama, berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar

belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah,

kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi

operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, konsep dasar tindak pidana pembunuhan anak oleh

orang tuanya menurut hukum pidana Islam, dalam hal ini memuat tentang

tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya menurut hukum pidana

Islam yang meliputi pengertian dan dasar hukum, bentuk – bentuk tindak

pidana pembunuhan, serta sanksi bagi tindak pidana pembunuhan menurut

hukum Islam.

22

Soeratno, Metodologi Penelitian Anak Untuk Ekonomi Islam dan Bisnis, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 1995), Hlm.127

23

Soeratno, Metodelogi Penelitian Untuk Ekonomi Islam Dan Bisnis. (Jakarta : Grafindo, 1998),

(24)

17

Bab ketiga, Konsep dasar tindak pidana pembunuhan anak oleh

orang tuanya menurut hukum pidana positif, dalam hal ini memuat tentang

tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya menurut hukum pidana

positif yang meliputi pengertian dan dasar hukum, serta sanksi bagi tindak

pidana pembunuhan anak oleh orangtuanya menurut hukum pidana positif.

Bab keempat, berisi analisis perbandingan dari kedua hukum,

dalam bab ini meliputi perbedaan dan persamaan antara hukum pidana

islam dan hukum pidana positif tentang tindak pidana pembunuhan anak

oleh orangtuanya.

Bab kelima, merupakan bab terakhir, dalam bab ini meliputi

(25)

18

BAB II

KONSEP DASAR TINDAK PIDANA

PEMBUNUHAN ANAK OLEH ORANG TUANYA

MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

A. Pengertian Dan Dasar Hukum Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang

Tuanya Menurut Hukum Pidana Islam

Pembunuhan didalam bahasa arab, disebut ”لتقلا” yang berasal dari kata "لت ق”

yaitu membunuh, mnghilangkan nyawa. Sedangkan pendapat para ulama madzhab

berbeda-beda pendapat mengartikan pembunuhan ini, diantaranya yaitu :

1. Menurut Abdul Qadir Al-Audah adalah perbuatan manusia yang menghilangkan

kehidupan yakni pembunuhan itu adalah menghilangkan nyawa manusia dengan

sebab perbuatan manusia yang lain”.1

2. Menurut Zainuddin Ali adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh seseorang

dan/atau beberapa orang yang mengakibatkan seseorang dan/atau beberapa orang

meninggal dunia.2

Pembunuhan termasuk tindakan yang membuat orang lain kehilangan

nyawanya. Didalam sejarah kehidupan manusia, pembunuhan pertamakali dilakukan

oleh Qabil terhadap Habil. Keduanya adalah anak dari nabi Adam as. Peristiwa

tersebut dijelaskan oleh Allah dalam Qs.Al-Maidah ayat 27-31 :

1Abdul Qadir Al- Audah, T.T, At-Tasyri’ Al-Jinaiy Al-Islamiy, ( Beirut : Dar Al-kitab Al-arabi), Hlm. 6 2

(26)

19































































(27) Ceritakanalah kepada mereka kisah kedua putra adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban. Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang

lain (Qabil). Ia berkata (Qabil) : “aku pasti membunuhmu”. (Habil) berkata : “

sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa. (28) Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, tuhan serta sekalian alam. (29) Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuhku) dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang dzalim. (30) Maka hanya nafsu Qabil yang menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi. (31) kemudian allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali dibumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Qabil

berkata : ”Aduh celaka aku,mengapa aku tidak mampu berbuat seoerti burung gagak

ini,lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini” karena itu jadilah dia seorang

diantara orang-orang yang menyesal.3

Sedangkan menurut Qs. Al-An’am ayat 151 yang dimana intinya adalah

larangan tindakan pembunuhan.











(27)

20

Jangan kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan sesuatu (sebab) yang benar. demikian itu yang diperintahkan kepadamu

supaya kamu memahami(nya).4

Didalam HR. Bukhari juga mengatakan :

)ر اخبلا ها ر( رِف َاكِب ِ ْسم لَتْقي َا

Orang islam tidak dibunuh sebab dia membunuh orang kafir. (HR.Bukhari)5

Sebagai tindakan pidana yang dilakukan pertama kali antar umat manusia.

Allah menetapkan hukuman yang sangat tegas, seperti dalam Qs. Al-Maidah ayat 45:



























Dan kami telah tetapkan kepada mereka didalamnya (At-Taurat) bahwasannya jiwa (dibalas) jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi. Dan luka-lukapun ada Qishashnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak qishash) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.6

Dari ayat-ayat di atas, selain menjelaskan tentang bagaimana tegasnya Allah

menetapkan hukuman dalam tindak pidana ini juga secara tidak langsung

menjelaskan bahwa hukuman yang setimpa dalam tindak pidana pembunuhan tidak

hanya terdapat dalam Al-Qur’an, tetapi didalam buku Fiqih Islam, karya Sulaiman

Rasjid menyatakan bahwa hukuman yang ditetapkan dalam tindak pidana ini yaitu

4

Ibid.,274

5Sulaiman Rasjjid,2013, Fiqh Islam, Bandung : Sinar Baru Algensindo, Hlm. 431. 6

(28)

21

Qishash. Didalam buku Hukum Pidana Islam Fiqh Jinayah, karya Mustafa Hasan

juga menyatakan bahawa pembunuhan termasuk dalam pembahasan Jinayah dan

masuk dalam hukuman qishash.7 Karena hukuman ini dianggap paling berat dan

untuk menghargai jiwa manusia yang sudah diambil atau dihilangkan nyawanya oleh

orang lain.8

Sedangkan tindak pidana pembunuhan itu sendiri menurut hukum pidana

Islam, yaitu jinayah. Jinayah (ةيانج) merupakan bentuk mashdar dari ( – ينجي – ينج

ةيانج ). Sedangkan menurut istilah adalah hasil perbuatan seseorang yang terbatas

pada perbuatan yang dilarang dan pada umumnya. Para fuqaha menggunakan istilah

tersebut hanya untuk perbuatan-perbuatan yang mengancam keselamatan jiwa

seperti pemukulan dan pembunuhan. Selain itu, para fuqaha memakai istilah tersebut

pada perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman hudud dan qishash.9

Pembunuhan menurut hukum Islam masuk kedalam bab Jinayat, yaitu

membunuh orang, melukai seseorang, memotong anggota tubuh, dan menghilangkan

manfaat badan; misalnya menghilangkan salah satu pancaindra. Pembunuhan

merupakan perbuatan yang berakibat sangat buruk bagi pelaku dan yang terbunuh.10

Dari penjelasan diatas maka tindak pidana pembunuhan itu termasuk dalam

sanksi hukuman qishash. Qishash menurut bahasa arab adalah qisha>sh yang artinya

pembalasan atau hukuman yang setimpa. Sedangkan menurut istilah qisha>sh adalah

balasan yang setimpa yang diberikan kepada pelaku tindak pidana. Didalam qishash

terdapat syarat wajib qishash, diantara syarat wajib qishash adalah :

7Mustafa Hasan, 2013, Hukum Pidana Islam Fiqh Jinayah, ( Bandung : Pustaka Setia), Hlm.273 8

Sulaiman Rasjid, 2013, Fiqih Islam, ( Bndung : Sinar Baru Algensindo), Hlm. 431

9

H.A.Dzajuli, 1997, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam), ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada), Hlm.1

10

(29)

22

1. Orang yang membunuh sudah baligh dan berakal

2. Orang yang dibunuh tidak kurang derajatnya dari yang membunuh.

Dalam artian agama dan merdeka atau tidaknya, begitu juga anak dan bapak.

Oleh karenanya. Bagi orang islam yang membunuh orang kafir tidak berlaku

qishash, begitu juga orang tua, tidak dibunuh sebab membunuh anaknya.

3. Yang terbunuh adalah orang yang terpelihara darahnya, dengan islam atau

dengan perjanjian.

Firman Allah SWT dalam Qs. Al-Baqarah ayat 178 :

































Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.11

Dari ayat di atas maka, Qishash ialah mengambil pembalasan yang sama.

qishash itu tidak dilakukan, bila yang membunuh mendapat kema'afan dari ahli waris

yang terbunuh Yaitu dengan membayar diat (ganti rugi) yang wajar. pembayaran diat

diminta dengan baik, misalnya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang

membunuh hendaklah membayarnya dengan baik pula, misalnya dengan tidak

menangguh-nangguhkannya. Bila ahli waris si korban sesudah Allah menjelaskan

hukum-hukum ini, membunuh yang bukan si pembunuh, atau membunuh si

11

(30)

23

pembunuh setelah menerima diyat, maka terhadapnya di dunia diambil qishaash dan

di akhirat dia mendapat siksa yang pedih.12

B. Bentuk – Bentuk Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Menurut

Hukum Pidana Islam

Suatu perbuatan tindak pidana tidak hanya mengenai satu tindakan, tetapi

dapat menjadi berbagai macam jenis yang tergantung dari unsur-unsur yang terdapat

didalam perbuatan tersebut. Di dalam kasus yang penulis angkat sebenarnya penulis

mengkhususkan pada Qatlul ‘Amdi saja, namun dibawah ini dari ketiga bentuk

tindak pidana pembunuhan anak oleh orangtuanya, penulis jelaskan pada tiap-tiap

macam atau bentuknya menurut hukum pidana Islam. Tindak pidana dalam hukum

pidana islam dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :13

1. Qatlul ‘Amdi atau pembunuhan sengaja adalah suatu perbuatan penganiayaan

terhadap seseorang dengan maksud untuk menghilangkan nyawa seseorang

tersebut. Pembunuhan sengaja ini merupakan perbuatan yang haram, seperti yang

ada dalam Qs.Al-Isra’ ayat 33:















Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah (membunuhnya) melainkan dengan satu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara dzalim maka sesungguhnya kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam

membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.14

12Sulaiman Rasjid, 2013, Fiqh Islam, (Bandung : Sinar Baru Algensindo), Hlm. 429 13

Zainudin Ali, 2007, Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Sinar Grafika), Hlm.24

14

(31)

24

Di dalam ayat lain Allah menyatakan bahwa seseorang yang membunuh

orang lain sama dengan dia membunuh seluruh manusia, ayat tersebut terdapat

dalam Qs.Al-Maidah ayat 32 :



























Oleh karena itu kami telah tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil bahwa barang siapa membunuh seorang manusia bukan karena orang itu (membunuh) yang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa memelihara kehidupan seseorang, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu

sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.15

Unsur-unsur yang terdapat dalam pembunuhan sengaja adalah :16

1. Korban adalah orang yang hidup, artinya korban itu adalah manusia yang hidup

ketika terjadi pembunuhan walaupun dia sedang sakit parah. Menurut

Drs.H.Ahmad Wardi Muslich di dalam buku “Hukum Pidana Islam”. Selain

syarat bahwa korban itu hidup juga ditambahkan bahwa korban adalah orang

yang mendapatkan jaminan keselamatan oleh negara, artinya korban

merupakan seorang warga negara yang dilindungi.

2. Perbuatan si pelaku yang mengakibatkan kematian korban artinya perbuatan

yang dilakukan si pelakulah yang menyebabkan kematian. Hubungan antara

kematian dan perbuatan seseorang ini juga harus jelas menerangkan bahwa

(32)

25

akibat dari perbuatan seseorang tersebut adalah kematian bagi orang lain

begitu juga sebaliknya dan juga kaitan diantaranya terputus, maka pelaku dapat

dianggap tidak dengan sengaja membunuh dan menyebabkan penjatuhan

hukuman yang berbeda. Selain itu juga berhubungan dengan alat yang

digunakan. Yang dimaksud dengan alat adalah alat atau benda yang dapat

menghilangkan nyawa orang lain. Sedangkan menurut Imam Malik, setiap cara

atau alat yang mengakibatkan kematian dianggap sebagai pembunuhan jika

dilakukan dengan sengaja.

3. Ada niat dari pelaku untuk menghilangkan nyawa korban. Menurut para ulama

niat memegang peranan yang sangat penting dalam pembunuhan sengaja dan

karena niat itu tidak terlihat maka dapat diperkirakan niat dari pelaku melalui

alatyang digunakan.

Alat-alat yang digunakan dalam pembunuhan sengaja, diantaranya yaitu :17

1. Alat yang pada umumnya dapat digunakan untuk membunuh, seperti pedang,

tombak, pisau,dll.

2. Alat yang kadang-kadang digunakan untuk membunuh sehingga tidak jarang

mengakibatkan kematian, seperti cambuk, tongkat,dll, tetapi dalamhal ini niat

awal udah untuk membunuh,maka alat tersebut digunakan sesuai dengan

tujuannya.

3. Alat yang jarang mengakibatkan kematian seperti halnya cara membunuhnya

sengaja dengan menggunakan tangan kosong tanpa menggunakan alat

apapun.18

(33)

26

2. Qatlul Syibhul ‘Amdi atau pembunuhan semi sengaja yaitu perbuatan

penganiayaan terhadap seseorang dengan tidak bermaksud membunuhnya tetapi

malah mengakibatkan kematian. Ada 3 (tiga) unsur dalam tindak pembunuhan

ini, yaitu :

1. Pelaku melakukan sesuatu dalam bentuk apapun yang mengakibatkan

kematian korban.

2. Ada maksud penganiayaan atau permusuhan, artinya pada dasarnya pelaku

tidak berniat atau bermaksud walaupun dia menyakiti korban.

3. Ada hubungan sebab akibat anatar perbuatan pelaku dengan kematian si

korban, yaitu penganiayaan yang dilakukan si pelaku telah menyebabkan

kematian korban secara langsung atau merupakan sebab yang membawa

kematiannya.19

3. Qatlul Khattha atau pembunhan tidak sengaja yaitu perbuatan yang dilakukan

oleh seseorang dengan tidak ada unsur atau tidak ada niat kesengajaan yang

mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dan tidak menggunakan alat yang

tidak mengakibatkan seseorang meninggal dunia. Seperti halnya seseorang

melakukan penebangan pohon yang kemudian pohon tersebut tiba-tiba tumbang

dan menimpa orang yang lewat lalu orang tersebut meninggal dunia, hal ini

disebabkan karena ketidaksengajaan seorang. Dan pada dasarnya, unsur-unsur

yang terdapat didalamnya adalah :

1. Adanya perbuatan yang menyebabkan kematian

18

H.A.Dzajuli, 2000, Fiqih Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam), (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada), Hlm.129-130

19

(34)

27

2. Terjadinya perbuatan karena kesalahan. Ukuran kesalahan di dalam hukum

pidan islam adalah kelalaian atau kurang hati-hati atau merasa tidak akan

terjadi apa-apa.

3. Adanya hubungan sebab akibab antara perbuatan kesalahan dengan kematian

korban. Harus dapat dicari hubungan yang dapat menerangkan bahwa

kematian korban akibat dari kesalahan pelaku.

Dalam tindak pidana jenis ini ada 3 (tiga) sebab :

a. Si pelaku pembunuhan sengaja melakukan suatu perbuatan dengan tanpa

maksud melakukan suatu kejahatan tetapi mengakibatkan kematian

seseorang. Kesalahan seperti ini disebut salah dalam perbuatan (error in

concrito).

b. Bila si pelaku sengaja melakukan perbuatan dan mempunyai niat

membunuh seseorang yang dalam persangkaannya boleh dibunuh namun

ternyata orang tersebut tidak boleh dibunuh. Misalnya sengaja

menembak seseorang yang disangka musuh dalam peperangan tetapi

ternyata adalah kawan sendiri. Kesalahan ini disebut salah dalam maksud

(error in objecto).

c. Bila si pelaku tidak bermaksud melakukan kejahatan tetapi akibat

kelalaiannya dapat menimbulkan kematian, seperti seseorang terjatuh

dan menimpa bayi yang berada di bawahnya hingga mati.20

Sedangkan menurut pendapat ulama Malikiyyah, membagi pembunuhan

menjadi 2 (dua) macam, yaitu :

1. Pembunuhan sengaja

20

(35)

28

2. Pembunuhan tidak sengaja

Alasan yang melatar belakangi membagi menjadi dua macam yaitu, sesuai

dengan Qs. An-Nisa> ayat 92 dan 93 :



























(92).Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barang siapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) dia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta (membayar) tebusan atau diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) membebaskan pembayaran atau bersedekah bersedekah. jika dia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah dia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari Allah. Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (93). Dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, Maka balasannya ialah neraka jahannam, dia kekal di dalamnya. Dan Allah murka kepadanya, dan melaknatnya serta menyediakan azab yang besar baginya.21

Sedangkan menurut pendapat ulama Hanafiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah,

membagi 3 (tiga) bentuk pembunuhan, yaitu:

1. Pembunuhan disengaja atau qathlul ‘amdi, yaitu perampasan nyawa seseorang

yang dilakukan dengan sengaja. Pembunuhan disengaja adalah apabila seseorang

melukai orang lain dengan alat yang bisa digunakan untuk membunuh dan

(36)

29

dengan niat untuk menghabisi nyawa orang yang dibunuh dengan alat itu.

Perbuatan ini termasuk dosa yang sangat besar dan keji, seperti dalam

Qs.An-Nisa

Referensi

Dokumen terkait

Parkland Word Mayong Jepara dalam usahanya untuk mempertahankan mutu atau kualitas dari produk yang dihasilkan yaitu sepatu adidas dalam upayanya untuk

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa riwayat konsumsi minuman tradisional beralkohol, frekuensi konsumsi minuman tradisional beralkohol dalam 1 minggu, jumlah

Majlis Dzikir Hadrah Basaudan Al Luyuts adalah majlis yang menjadi sarana taqarrub kepada Allah SWT dengan wasilah melantunkan atau melafalkan kitab Hadrah Basaudan

[r]

Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa analisis jalur pengaruh langsung memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan pengaruh tidak langsung, hal ini menunjukkan dengan

Pengamatan pada umur 6 bulan meliputi tinggi tanaman, skor gejala serangan tungau merah ( Tetranycus , sp), kutu putih ( Phenacoccus manihoti ), penyakit bercak daun coklat dan jumlah

Peralatan hanyalah penunjang bila ada dapat membantu pemeriksaan bila tidak semua tersedia, pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan membantu pemeriksaan bila tidak

program pemanfaatan ruang, yang dilakukan minimal 2 (dua) kali setiap disusunnya RTR dan program pemanfaatan ruang. PERAN MASYARAKAT DALAM PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN Peran