• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN TERJADINYA STUNTING DI PUSKESMAS BABAKAN KABUPATEN CIREBON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN TERJADINYA STUNTING DI PUSKESMAS BABAKAN KABUPATEN CIREBON"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL PLACENTA VOL 10 NO 1 1

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU

TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN

TERJADINYA STUNTING DI PUSKESMAS

BABAKAN KABUPATEN CIREBON

Ika Popi Sundani

Akademi Kebidanan Graha Husada Cirebon Jl. Widarasari III Tuparev Cirebon

ikapopisundani@akbidgrahacirebon.ac.id

ABSTRACT

The nutritional status of stunting in infants is influenced by income, education, employment and social culture. While internal factors include: age, physical condition and infection. Stunting is a condition of failure to thrive in children under five (for babies under the age of five) due to chronic malnutrition so that the child is too short for his age. The purpose of this study was to determine the relationship between maternal knowledge and nutritional status of stunting in toddlers in Babakan Puskesmas in Cirebon Regency in 2020. This study used a quantitative method with a case control sample of 86 respondents whose mothers had toddlers stunting using a total sampling technique. Data was collected through a questionnaire that was completed by mothers who have stunting toddlers and then analyzed using the chi-square test. The results showed that most knowledgeable mothers were 73 respondents (84.9%) and toddlers who were still stunting 86 respondents (50%). The results of the research that have been done are that there is no relationship between mother's knowledge about the nutritional status of stunting and the occurrence of stunting (ρ = 0.018). The conclusion of this study is that there is no significant relationship between mother's knowledge and the incidence of stunting in infants. It is hoped that the community will increase the intake of nutritious food and knowledge by increasing information on the nutritional status of stunting in infants.

(2)

JURNAL PLACENTA VOL 10 NO 1 2 ABSTRAK

Status gizi terjadinya stunting pada balita dipengaruhi oleh pendapatan, pendidikan, pekerjaan dan sosial budaya. Sedangkan faktor internal meliputi: usia, kondisi fisik dan infeksi. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bagi bayi di bawah usia lima tahun) yang diakibatkan kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi terjadinya stunting pada balita di Puskesmas Babakan Kabupaten Cirebon Tahun 2020. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan case control jumlah sampel 86 responden ibu yang mempunyai balita stunting menggunakan teknik pengambilan sampel total sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang telah diisi oleh ibu yang mempunyai balita stunting kemudian dianalisa menggunakan uji chi – square. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu berpengetahuan cukup 73 responden (84,9%) dan balita yang masih stunting 86 responden (50%). Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang status gizi terjadinya stunting dengan kejadian stunting (ρ = 0,018). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian stunting pada balita. Diharapkan kepada masyarakat untuk meningkatkan asupan makanan yang bergizi dan pengetahuan dengan memperbanyak informasi tentang status gizi terjadinya stunting pada balita.

(3)

JURNAL PLACENTA VOL 10 NO 1 3 PENDAHULUAN

Gizi adalah rangkaian proses secara organik makanan yang dicerna oleh tubuh untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan fungsi normal organ, serta mempertahankan kehidupan seseorang. Di Indonesia, gizi berkaitan erat dengan pangan, yaitu segala bahan yang dapat digunakan sebagai makanan.(1)

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bagi bayi di bawah usia lima tahun) yang diakibatkan kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Stunting yang dialami anak dapat disebabkan oleh tidak terpaparnya periode 1.000 hari pertama kehidupan, mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan dan produktivitas seseorang dimasa depan. dapat dilewati maka akan terhindar dari terjadinya stunting pada anak-anak dan status gizi yang kurang.(2) Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) menjelaskan bahwa tugas yang cukup berat adalah salah satunya menurunkan angka stunting menjadi 19% pada tahun 2024. Percepatan penanganan stunting tahun 2020 akan diperluas ke 260 Kabupaten/Kota dari sebelumnya 160 Kabupaten/Kota pada tahun 2019. Kementerian kesehatan telah menyusun strategi nasional dalam menurunkan stunting yaitu: intervensi gizi spesifik atau langsung menyasar anak (untuk anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan) dengan upaya pemberian obat atau makanan untuk ibu hamil atau bayi berusia 0-23 bulan. Lalu intervensi gizi sensitif yang dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan,

Antara lain penyediaan air bersih atau sanitasi, pendidikan gizi dan ketahanan pangan dan gizi. (2)

Berdasarkan studi pendahuluan dari Puskesmas Babakan pada bulan Februari - Agustus tahun 2019 terdapat tiga desa yang mengalami stunting yaitu Desa Kudukeras, Desa Kudumulya dan Desa Bojong Gebang dengan total 87 balita yang terkena stunting. Di Desa Kudukeras terdapat 28 balita Desa Kudumulya terdapat 37 balita dan Desa Bojong Gebang terdapat 23 balita yang terkena stunting. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita Dengan Terjadinya Stunting di Puskesmas Babakan Kabupaten Cirebon.

METODE

Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan menggunakan case control adalah penelitian yang dilakukan dengan cara membandingkan antara dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok control yang bertujuan mencari hubungan dan menjelaskan sebab-sebab perubahan dalam fakta sosial yang terukur dan diperoleh dari pengetahuan partisipan menggunakan desain cross-sectional, di mana data yang menyangkut variabel bebas dan terikat dikumpulkan dalam waktu bersama–sama.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11-14 Februari 2020. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini diambil dari balita stunting di Desa Babakan Kabupaten Cirebon. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling yaitu penentuan sampel yang diambil dari responden atau kasus yang kebetulan ada. Jumlah sampel yang diambil adalah semua anak balita yang terkena stunting di wilayah Puskesmas Babakan Kabupaten Cirebon sebanyak 86 sampel. Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data primer yang didapatkan secara langsung dengan kuesioner dan data sekunder yang didapatkan dari puskesmas babakan.

(4)

JURNAL PLACENTA VOL 10 NO 1 4 HASIL

a. Deskripsi karakteristik responden

Tabel 1. Distribusi berdasarkan umur

Dari tabel 1 Dapat diketahui bahwa mayoritas ibu dengan umur 21-35 tahun

sebanyak 62 reponden (72,1%) dan balita dengan umur 37-48 sebanyak 32 bulan (37,2%).

Tabel 2. Distribusi Berdasarkan Pendidikan

Umur Frekuensi Peresentase

0-12 Bulan 2 2,3 13-24 Bulan 12 14,0 25-36 Bulan 26 30,2 37-48 Bulan 32 37,2 49-60 Bulan 14 16,3 Jumlah 86 100

Kategori Frekuensi Peresentase

Umur < 20 tahun 3 3,5 Umur 21-35 tahun 62 72,1 Umur > 35 tahun 21 24,4 Jumlah 86 100 Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentase SD 45 53,3 SMP 34 39,5 SMA/SMK 6 7,0 SARJANA 1 1,2 Total 86 100,0

Dari tabel 2 Dapat diketahui bahwa mayoritas ibu dengan pendidikan SD sebanyak 45 reponden (53,3%).

Tabel 3. Distribusi berdasarkan pekerjaan

Dari tabel 3. Dapat diketahui bahwa mayoritas pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 78 reponden (90,7%).

Tabel 4. Distribusi Berdasarkan Pengetahuan Ibu

Dari tabel 4. Dapat diketahui bahwa mayoritas ibu yang berpengetahuan cukup sebanyak 73 reponden (84,9%).

b. Analisis Univariat

Tabel 5. Distribusi Berdasarkan Kejadian Stunting

Dari Tabel 5 diatas dapat diketahui kejadian stunting sebanyak 86 reponden (50%) dan tidak stunting sebanyak 86 responden (50%).

Pekerjaan Frekuensi Peresentase

Ibu Rumah Tangga 78 90,7 Petani 2 2,3 Wiraswasta 5 5,8 PNS 1 1,2 Jumlah 86 100

Pengetahuan Frekuensi Peresentase

Baik 0 0

Cukup 73 84,9

Kurang 13 15,1

Jumlah 86 100

Kejadian Frekuensi Presentase

Stunting 86 50

Tidak Stunting

86 50

(5)

JURNAL PLACENTA VOL 10 NO 1 5 c. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui hubungan

pengetahuan ibu dengan kejadian stunting di Puskesmas Babakan, maka dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji

Chi-Square dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 6. Analisis Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian

Stunting

Dari tabel 6. hasil analisis hubungan antara pengetahuan ibu tentang status gizi terjadinya stunting di puskesmas babakan kabupaten cirebon tahun 2020 diperoleh bahwa, sebanyak 13 (7,6%) ibu yang memiliki balita stunting dengan pengetahuannya kurang tentang status gizi terjadinya stunting, sebanyak 73 (42,4%) ibu yang memiliki balita stunting dengan pengetahuannya cukup tentang status gizi terjadinya stunting, sebanyak 26 (15,1%) ibu yang memiliki balita tidak stunting dengan pengetahuannya kurang tentang status gizi terjadinya stunting, sebanyak 60 (34,9%) ibu yang memiliki balita tidak stunting dengan pengetahuannya cukup tentang status gizi terjadinya stunting.

Berdasarkan hasil uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p value= 0,018 sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian stunting.

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa 73 responden (42,4%) memiliki pengetahuan yang cukup tentang status gizi terjadinya stunting pada balita dan sebanyak 13 responden (7,6%) memiliki pengetahuan yang kurang tentang status gizi terjadinya stunting pada balita.

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambahnya usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin baik. Pada usia dewasa awal individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca.(4)

Untuk meningkatkan pengetahuan ibu, tenaga kesehatan dapat mengadakan penyuluhan dan edukasi yang berkaitan dengan masalah gizi balita yang menyebabkan terjadinya stunting pada setiap pelaksanaan posyandu yang diadakan di daerah tersebut dan ibu yang memiliki balita diharapkan datang ke posyandu untuk memantau tumbuh kembang balitanya dan mencari informasi tentang gizi balita.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa ibu yang mempunyai balita stunting sebanyak 86 balita (50%) dan yang tidak stunting sebanyak 86 balita (50%). Hal ini dapat dilihat dari pendidikan ibu balita yang paling banyak adalah SD. Pendidikan ibu pada umumnya akan mempengaruhi pada tingkat kemampuan untuk menerima informasi. Pendidikan ibu yang rendah dapat mempengaruhi pola asuh dan pemberian asupan makanan pada anak. Status Gizi

Balita

Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi

Total P-Value Kurang Cukup Baik

0,018 f % F % F % f % 1. Stunting 13 7,6 73 42,4 0 0,0 86 50 2. Tidak Stunting 26 15,1 60 34,9 0 0,0 86 50 Total 39 22,7 13 3 77,3 0 0,0 17 2 10 0

(6)

JURNAL PLACENTA VOL 10 NO 1 6 Kemudian dilihat dari faktor pekerjaan ibu yang paling banyak adalah ibu rumah tangga. Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sosial ekonomi dalam sebuah rumah tangga, yang nantinya akan berperan dalam menambah pendapatan keluarga dan meningkatkan daya beli untuk asupan nutrisi pada anak. (5)

Dengan masih adanya balita stunting tentu saja hal itu merupakan peran penting tenaga kesehatan dan keluarga dalam memberikan informasi dan mengedukasi para orang tua untuk memberikan kebutuhan makanan yang baik untuk anak.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang status gizi dengan terjadinya stunting karena kejadian stunting pada balita terkait dengan asupan gizi yang dimakan oleh balita sehari-hari sehingga ibu memiliki peran penting dalam perubahan zat gizi pada balita. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kejadian stunting diantaranya adalah faktor eksternal yang meliputi pendapatan, pendidikan, pekerjaan dan budaya, kemudian ada faktor internal yang meliputi usia, kondisi fisik dan infeksi. Tingkat Pengetahuan Dan Pola Asuh Ibu Dengan Wasting dan Stunting Pada Balita Keluarga Miskin menyebutkan bahwa tidak ada hungungan antara tingkat pengetahuan dengan status gizi terjadinya stunting pada balita. Kejadian stunting pada balita dipengaruhi oleh asupan makanan dan zat gizi yang dimakan oleh balita sehingga diharapkan ibu mampu mengasuh dan menerapkan

makanan sesuai dengan zat gizi yang diperlukan oleh balita.(5)

KESIMPULAN

1. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Pada Balita Di Puskesmas Babakan Kabupaten Cirebon Tahun 2020 yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 73 responden (84,9%).

2. Kejadian stunting Dengan Kejadian Stunting Di Puskesmas Babakan Kabupaten Cirebon Tahun 2020 sebanyak 86 balita (50%).

3. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu tentang Status Gizi Pada Balita Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan terjadinya stunting di Puskesmas Babakan Kabupaten Cirebon tahun 2020 berdasarkan berat badan dengan nilai uji Chi-Square 0,018 (ρ Value > 0,05).

DAFTAR PUSTAKA

[1] M. I, Dasar-Dasar Ilmu Gizi Dalam

Keperawatan, Yogyakarta: Pustakan Baru Press, 2017.

[2] H. M. Par'i, Penilaian Status Gizi DilengkapiProses Asuhan Terstandar, Jakarta: EGC, 2019.

[3] S. Notoatmodjo, Metedeologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

(7)

JURNAL PLACENTA VOL 10 NO 1 7 [4] Nursalam, Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika, 2008.

[5] D. Sulastri, “Faktor Determinan Kejadian Stunting pada Anak Usia Sekolah,” Padang, 2012.

(8)

Gambar

Tabel 3. Distribusi berdasarkan pekerjaan
Tabel 6. Analisis Hubungan  Pengetahuan Ibu dengan Kejadian

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk: (1) mengetahui kondisi minat belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Babarsari tahun ajaran 2011/2012, (2) mengetahui kondisi prestasi

Beberapa diantara perusahaan mampu bertahan dan bahkan berkembang tetapi sebagian besar mengalami kegagalan. Alasan perusahaan yang bermula dengan keberhasilan bukan karena

Dalam hal ini nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05, oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelompokan RVI bangunan berdasarkan bentuk atap tidak

Mengembangkan budaya 5S (senyum, sapa, salam, sungkem, dan sopan) untuk Membentuk Karakter Cinta Damai. Penerapan budaya 5S dimaksudkan untuk membentuk

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis: (1) karakteristik pengelolaan tanah pada sistem pertanian tanaman pala di Maluku Utara; (2) potensi

Yaitu proses pencegahan yang dilakukan oleh penyerang untuk terhubung ke dalam jaringan komputer melalui akses yang tidak sah, atau penggunaan secara ilegal dari komputer

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif antara Persepsi Citra Merek dengan Keputusan Pembeliandeterjen Daia pada Warga RW 004, Jakarta

Berdasarkan analisis data dari ketiga aspek yaitu aspek fisik, aspek sosial dan aspek psikologis maka dihasilkan faktor penyebab rendah diri yaitu saat lahir, sikap orang tua