• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Penulisan Huruf. Dalam ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penulisan huruf menyangkut dua masalah, yaitu. (2) penulisan huruf miring.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "A. Penulisan Huruf. Dalam ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penulisan huruf menyangkut dua masalah, yaitu. (2) penulisan huruf miring."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

A Penulisan Huruf

A. Penulisan Huruf

Dalam ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan, penulisan huruf menyangkut dua

masalah, yaitu

(1) penulisan huruf besar atau huruf kapital dan

(1) penulisan huruf besar atau huruf kapital dan

(2) penulisan huruf miring.

(3)

1 Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital

1.

 

Penulisan

 

Huruf

 

Besar

 

atau

 

Huruf

 

Kapital

Penulisan

 

huruf

 

besar

 

atau

 

kapital

 

yang

 

kita

 

jumpai

 

dalam

 

tulisan

tulisan

 

resmi

 

kadang

kadang

 

menyimpang

 

dari

 

kaidah

kaidah

 

b l k K id h

li

h

f k it l it

d l h

b

i

yang

 

berlaku.

 

Kaidah

 

penulisan

 

huruf

 

kapital

 

itu

 

adalah

 

sebagai

 

berikut:

a.

 

Huruf

 

kapital

 

dipakai

 

sebagai

 

huruf

 

pertama

 

dalam

 

kalimat

 

yang

 

b

ik

l

T d b

b l

d

ik

l d l h

berupa

 

petikan

 

langsung.

 

Tanda

 

baca

 

sebelum

 

tanda

 

petik

 

awal

 

adalah

 

tanda

 

koma

 

(,),

 

bukan

 

titik

 

dua

 

(:).

 

Tanda

 

baca

 

akhir

 

(tanda

 

titik,

 

tanda

 

seru,

 

dan

 

tanda

 

tanya)

 

dibubuhkan

 

sebelum

 

tanda

 

petik

 

penutup.

 

Misalnya:

Adik

 

bertanya,

 

“Kapan

 

kita

 

pulang?”

(4)

b Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan 

yang berhubungan dengan hal‐hal keagamaan: nama agama 

(seperti Islam, Kristen, dan Budha) kitab suci, dan nama Tuhan, 

termasuk kata ganti –Nya. Huruf pertama pada kata ganti ku, mu 

dan nya, sebagai kata Tuhan, harus dituliskan dengan huruf 

kapital, dirangkaikan dengan tanda hubung (‐). Hal‐hal 

p

,

g

g

g ( )

keagamaan itu hanya terbatas pada jenis, seperti jin, iblis, surga, 

malaikat, mahsyar, zakat, dan puasa meskipun bertalian dengan 

keagamaan tidak diawali dengan huruf kapital Misalnya

keagamaan tidak diawali dengan huruf kapital. Misalnya

Limpahkanlah rahmat‐Mu, ya Allah.

(5)

c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar 

p

p

g

p

g

(kehormatan, keturunan, agama), jabatan, dan pangkat yang 

diikuti nama orang. Akan tetapi, jika di dalam rangkaian tulisan 

itu sudah ditafsirkan bahwa penyebutan yang tanpa nama

itu sudah ditafsirkan bahwa penyebutan yang tanpa nama 

mengacu kepada orangnya, hal itu harus menggunakan huruf 

kapital. Misalnya:

1. Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim.

2. Calon jemaah haji Sumsel berjumlah 525 orang.

3. Seorang presiden akan diperhatikan rakyatnya.

g p

p

y

y

4. Pagi ini Menteri Perdagangan terbang ke Nusa Penida. 

Di Nusa   Penida menteri beristirahat.

(6)

d. Kata‐kata seperti van, den, bin dan ibnu yang digunakan 

p

,

,

y g g

sebagai nama orang, tetap ditulis dengan huruf kecil, kecuali 

kata‐kata itu terletak pada awal kalimat. Misalnya:

Tokoh Tanam Paksa adalah Van den Bosch

Tokoh Tanam Paksa adalah Van den Bosch.

(7)

e Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa

e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, 

suku, dan bahasa. Akan tetapi, jika hal itu menunjukkan nama 

jenis (seperti petai cina, jeruk bali, dodol garut) atau mendapat 

l

d

khi

k l i

(

ti k

d

d

) h

awalan dan akhiran sekalaigus (seperti kesunda‐sundaan), harus 

ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:

Dalam bahasa Sunda terdapat kata lahan.

Kita harus bertekad menyukseskannya.

Saya prihatin melihat suku Kubu di Jambi.

(8)

f Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama tahun

f. Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, 

bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya: 

Kemerdekaan yang terjadi pada hari Jumat itu  diperingati setiap 

b l

A

t

bulan Agustus.

g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas 

geografi. Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama khas 

geografi, kata‐kata seperti selat teluk, terusan, gunung, kali, 

danau dan bukit ditulis dengan huruf kecil Misalnya:

danau, dan bukit ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:

Danau Toba terletak di Pulau Sumatera.

(9)

h.

 

Huruf

 

kapital

 

dipakai

 

sebagai

 

huruf

 

pertama

 

nama

 

resmi

 

badan,

 

lembaga

 

pemerintah,

 

dan

 

ketatanegaraan,

 

serta

 

nama

 

dokumen

 

resmi.

 

Akan

 

tetapi,

 

jika

 

tidak

 

menunjukkan

 

nama

 

resmi,

 

kata

kata

 

seperti

 

itu

 

ditulis

 

dengan

 

huruf

 

kecil.

 

Misalnya:

h” d k

k

l h

Program

 

“Orang

 

Tua

 

Asuh”

 

dikampanyekan

 

oleh

 

Departemen

 

Pendidikan

 

Nasional.

Menurut

 

undang

undang

 

dasar

 

kita,

 

semua

 

warga

 

negara

 

mempunyai hak yang sama

mempunyai

 

hak

 

yang

 

sama.

i.

 

Huruf

 

kapital

 

dipakai

 

sebagai

 

huruf

 

pertama

 

semua

 

kata

 

di

 

dalam

 

nama

 

buku,

 

majalah,

 

surat

 

kabar,

 

dan

 

judul

 

karangan,

 

kecuali

 

kata

 

partikel

 

seperti:

 

di ke dari untuk yang dan sejenisnya yang tidak terletak pada posisi awal

di,

 

ke,

 

dari,

 

untuk,

 

yang,

 

dan

 

sejenisnya,

 

yang

 

tidak

 

terletak

 

pada

 

posisi

 

awal.

 

(10)

j.

 

Huruf

 

kapital

 

dipakai

 

dalam

 

singkatan

 

nama

 

gelar

 

dan

 

sapaan,

 

kecuali

 

gelar

 

dokter.

 

Misalnya:

 

(lihat

 

contoh

 

C.1.b.)

 

Catatan:

 

Ada

 

perbedaan

 

antara

 

gelar

 

Dr.

 

dan

 

dr.

 

(doktor

 

dituliskan

 

dengan

 

D

 

kapital

 

dan

 

r

 

kecil

 

jadi

 

Dr.,

 

sedangkan

 

dokter,

 

singkatannya

 

ditulis

 

dengan

 

d

 

dan

 

r

 

kecil

 

jadi

 

dr.).

k.

 

Huruf

 

kapital

 

dipakai

 

sebagai

 

huruf

 

pertama

 

kata

 

penunjuk

 

hubungan

 

kekerabatan,

 

seperti

 

bapak,

 

ibu,

 

saudara,

 

kakak,

 

adik,

 

dan

 

paman

 

yang

 

dipakai sebagai kata ganti atau sapaan Kata Anda juga diawali huruf kapital

dipakai

 

sebagai

 

kata

 

ganti

 

atau

 

sapaan.

 

Kata

 

Anda

 

juga

 

diawali

 

huruf

 

kapital.

 

Misalnya:

Surat

 

Saudara

 

sudah

 

saya

 

terima.

Samsi bertanya kepada ibunya ”Pagi tadi Ibu menjemput siapa di

Samsi

 

bertanya

 

kepada

 

ibunya, Pagi

 

tadi

 

Ibu

 

menjemput

 

siapa

 

di

 

pelabuhan?”

(11)

2.

 

Penulisan

 

Huruf

 

Miring

H f i i d l t k di k i t k li k b k j l h d t

a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama baku, majalah dan surat 

kabar yang dikutip dalam karangan. Dalam tulisan tangan atau ketikan, kata yang harus 

ditulis dengan huruf miring ditandai oleh garis bawah satu yang terputus‐putus, kata 

demi kata. Misalnya: Majalah Pusat Bahasa adalah Bahasadan Kesusastraan.

b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, 

bagian kata, atau kelompok kata. Misalnya: Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf 

besar.

c Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama nama ilmiah atau c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama‐nama ilmiah atau 

ungkapan bahasa asing atau bahasa daerah, kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya. 

Misalnya: Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata penataran daripada 

upgrading

Catatan:

Penulisan huruf miring ataupun penandaan suatu maksud dengan memakai bentuk 

(12)

B Penulisan Kata

B.

 

Penulisan

 

Kata

a. Kata dasar ditulis sebagai satu satuan yang berdiri sendiri, sedangkan pada kata 

turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) dituliskan serangkai dengan kata 

dasarnya.y  Kalau ggabungang  kata,, hanyay  mendapatp  awalan atau akhiran saja,j , awalan 

atau akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang bersangkutan saja. Misalnya:

Bentuk Tidak Baku

beritah kan beritahukan memberitahu Bentuk Baku beri tahukan memberi tahu

(13)

b. Kalau gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk kata 

turunannya itu harus dituliskan serangkai. Misalnya:

Bentuk Tidak Baku

menghancur leburkan menghancur leburkan pemberi tahuan dianak‐tirikan menguji‐cobakan Bentuk Baku menghancurleburkan pemberitahuan p dianaktirikan mengujicobakan

(14)

c. Kata ulang pada tulisan resmi ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda 

hubung. Pemakaian angka dua untuk menyatakan bentuk perulangan, hendaknya 

dibatasi pada tulisan cepat atau pencatatan saja.

d. Gabungan kata, termasuk yang lazim disebut kata majemuk, bagian‐bagiannya d. Gabungan kata, termasuk yang lazim disebut kata majemuk, bagian bagiannya 

ditulis terpisah. Misalnya:

Bentuk Tidak Baku

ibukota b h tatabahasa kerjasama Lokakarya Bentuk Baku ibu kota tata bahasa

(15)

e. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai. Misalnya:

Bentuk Tidak Baku

mana kala sekali gus sekali gus bila mana dari pada apa bila Bentuk Baku manakala sekaligusg bilamana daripada Apabila

(16)

f. Kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai suatu kata yang 

mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi, haruslah dituliskan 

serangkai dengan unsur lainnya. Misalnya:

Bentuk Tidak Baku Bentuk Tidak Baku

a moral antar warga antar pulau l catur tunggal dasa darma Bentuk Baku amoral antarwarga antarpulau

(17)

g.

 

Penulisan

 

ku

,

 

kau,

 

mu

,

 

dan

  

nya

ditulis

 

serangkai

 

dengan

 

kata

  

yang

 

mendahului

 

atau

 

mengikutinya

 

.Misalnya:

 

Sepatuku,

 

sepatumu,

 

dan

 

sepatunya

 

boleh

 

kau

 

ambil.

h

d

d k

d

d

d

l

h d

k

k

h.

 

Kata

 

depan

 

di,

 

ke

,

 

dan

  

dari

ditulis

 

terpisah

 

dari

 

kata

  

yang

 

mengikutinya,

 

kecuali

 

jika

 

berupa

 

gabungan

 

kata

 

yang

 

sudah

 

padu

 

benar

 

seperti

 

kepad

a

 

dan

 

daripada

.

 

Misalnya:

(1) Ia telah diungsikan ditempat yang aman

(1)

 

Ia

 

telah

 

diungsikan

 

ditempat

 

yang

 

aman

 

.

(2)

 

Saya

 

pergi

 

ke

 

Jakarta

 

menghadiri

 

wisudanya.

(3)

 

Surat

 

itu

 

sudah

 

saya

 

sampaikan

 

kepadanya.

(18)

i.

 

Partikel

 

pun

 

dipisahkan

 

dari

 

kata

 

yang

 

mendahuluinya

 

karena

 

pun

 

sudah

 

hampir

 

seperti

 

kata

 

lepas.

 

Akan

 

tetapi,

 

kelompok

 

kata

 

berikut

 

ini,

 

yang

 

sudah

 

dianggap

 

padu

 

benar,

 

ditulis

 

serangkai.

 

Jumlah

 

kata

 

seperti

 

itu

 

terbatas,

 

hanya

 

dua

 

belas

 

kata,

 

yaitu

 

adapun,

 

andaipun,

 

ataupun,

 

b

b

k l

k d

k

bagaimanapun,

 

biarpun,

 

kalaupun,

 

kendatipun,

 

maupun,

 

meskipun,

 

sekalipun

 

(yang

 

berarti

 

walaupun),

 

sungguhpun,

 

dan

 

walupun.

Misalnya:

 

(1) Jika saya berangkat ia pun ingin berangkat

(1)

 

Jika

 

saya

 

berangkat,

 

ia

 

pun

 

ingin

 

berangkat.

(2)

 

Siapa

 

pun

 

yang

 

terpilih

 

harus

 

kita

 

dukung.

(3)

 

Sekalipun

 

rumah

 

kami

 

berdekatan,

 

tak

 

sekali

 

pun

 

kami

 

bertegur

 

sapa.

(4) Bagaimanapun juga akan dicobanya

(4)

 

Bagaimanapun

 

juga

 

akan

 

dicobanya.

(19)

j.

 

Partikel

 

per

 

yang

 

berarti

 

‘mulai’,

 

‘demi’

 

atau

 

‘tiap’

 

ditulis

 

terpisah

 

dari

 

bagian

 

kalimat

 

yang

 

mendampinginya.

 

Misalnya:

(1)

 

Harga

 

kain

 

itu

 

Rp

 

10.000,00

 

per

 

meter.

(2)

 

Saya

 

diangkat

 

pegawai

 

negeri

 

per

 

Oktober

 

1987.

( )

l

k

l

k l h

d

l

(3)

 

Calon

 

kepala

 

Sekolah

 

itu

 

dipanggil

 

satu

 

per

 

satu.

k.

 

Angka

 

lazim

 

dipakai

 

untuk

 

menandai

 

nomor

 

jalan,

 

rumah,

 

apartemen,

 

atau

 

kamar pada alamat dan digunakan juga menomori karangan atau bagian

kamar

 

pada

 

alamat

 

dan

 

digunakan

 

juga

 

menomori

 

karangan

 

atau

 

bagian

bagian

 

karangan.

 

Misalnya:

Hotel

 

Swarna

 

Dwipa,

 

Kamar

 

13

Bab XV Pasal 26

Bab

 

XV,

 

Pasal

 

26

(20)

l.

 

Penulisan

 

kata

 

bilangan

 

tingkat

 

dapat

 

dilakukan

 

dengan

 

cara

 

sebagai

 

berikut.

(1)

 

Abad

 

XX

 

ini

 

dikenal

 

juga

 

dengan

 

abad

 

teknologi.

(2)

 

Abad

 

ke

20

 

ini

 

adalah

 

abad

 

perempuan.

( ) b d k d

l h

d l h b d k b

k

(3)

 

Abad

 

kedua

 

puluh

 

ini

 

adalah

 

abad

 

kebangkitan.

m.

 

Cara

 

penulisan

 

kata

 

bilangan

 

yang

 

mendapat

 

akhiran

 

–an

 

adalah

 

sebagai

 

berikut:

berikut:

(1)

 

A.

 

A.

 

Navis

 

adalah

 

pujangga

 

angkatan

 

60

an.

(2)

 

Saya

 

memiliki

 

sepuluh

 

lembaran

 

1.000

an.

(21)

n. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan 

huruf kecuali jika beberapa lambang dipakai secara berurutan seperti dalam huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai secara berurutan, seperti dalam 

perincian atau pemaparan.

(1) Dia memesan dua ratus batang bibit kayu jati.

(2) Republika memberitakan 70 perkara, yaitu 20 perkara pencurian, 25 perkara tanah, 

dan 25 perkara waris.

o. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu susunan 

kalimat diubah sehingga yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak kalimat diubah sehingga yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak 

terdapat lagi pada awal kalimat.

(1) Dua belas orang luka dalam kecelakaan itu. (2) Sebanyak 150 orang tamu telah hadir.

p. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu 

(22)

C.

 

Pemakaian

 

Tanda

 

Baca

  

1.

 

Tanda

 

Titik

a. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Misalnya:

1) W S R d

1) W. S. Rendra

2) Abdul Hadi W. M. 3) Endang S.

b. Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Misalnya: 1) Prof. Dr. Ir. H. Ahmad Munif, M.Sc.Ed.

2) Sdr. Abdullah Ahmad Nawawi 3) Kol Burlian M Hum

(23)

c. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah umum, yang 

ditulis dengan huruf kecil. Singkatan yang terdiri atas dua huruf diberi dua titik, 

sedangkan singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya diberi satu tanda 

titik.  Misalnya:

1) s.d. (sampai dengan) 1) s.d. (sampai dengan) 2) a.n. (atas nama)

3) d.a. (dengan alamat) 4) u.p. (untuk perhatian)

5) dkk (d k k )

5) dkk. (dan kawan‐kawan) 6) dst. (dan seterusnya)

d. Tanda titik digunakang  ppada angkag  menyatakany  jjumlah,, untuk memisahkan ribuan,, 

jutaan,dst. Misalnya:

(24)

e.

 

Tanda

 

titik

 

tidak

 

digunakan

 

pada

 

singkatan

 

yang

 

terdiri

 

atas

 

huruf

huruf

 

awal

 

kata

 

atau

 

suku

 

kata

 

dan

 

pada

 

singkatan

 

yang

 

dieja

 

seperti

 

kata

 

(akronim).

 

Misalnya:

 

DPR,

 

SMA,

 

Sekjen

 

Depdagri.

f

d

k d k d

k d b l k

k

l

b

k

f.

 

Tanda

 

titik

 

tidak

 

dipakai

 

di

 

belakang

 

singkatan

 

lambang

 

kimia,

 

satuan

 

ukutan,

 

takaran,

 

timbangan,

 

dan

 

mata

 

uang.

Misalnya:

 

1) harga kertas kuarto itu Rp 30 000 per pak

1)

 

harga

 

kertas

 

kuarto

 

itu

 

Rp

 

30.000

 

per

 

pak.

2)

 

Cu

 

adalah

 

lambang

 

kuprum.

(25)

g. Tanda titik tidak digunakan di belakang judul yang merupakan kepala

g.

 

Tanda

 

titik

 

tidak

 

digunakan

 

di

 

belakang

 

judul

 

yang

 

merupakan

 

kepala

 

karangan,

 

kepala

 

ilustrasi

 

tabel,

 

dan

 

sebagainya.

 

Misalnya:

1)

 

Acara

 

Orientasi

 

Mahasiswa

2)

 

1.1

 

Latar

 

Belakang

3)

 

Dari

 

Ave

 

Maria

 

ke

 

Jalan

 

lain

 

ke

 

Roma

h.

 

Tanda

 

titik

 

tidak

 

digunakan

 

di

 

belakang

 

alamat

 

pengirim

 

dan

 

tanggal

 

surat

 

dan

 

di

 

belakang

 

nama

 

dan

 

alamat

 

penerima

 

surat.

 

Misalnya:

1)

 

Jalan

 

Jenderal

 

A.

 

Yani

 

Nomor

 

70

 

Palembang

2)

 

Palembang,

 

7

 

Mei

 

1960

3) Yth Sdr Eduwar Jaya Kesuma Jalan R Soeprapto 13 Palembang

3)

 

Yth.

 

Sdr.

 

Eduwar

 

Jaya

 

Kesuma

 

Jalan

 

R.

 

Soeprapto

 

13

 

Palembang

(26)

2.

 

Tanda

 

Koma

a. Tanda koma harus digunakan di antara unsur‐unsur dalam suatu perincian atau 

pembilangan. Jika perincian itu hanya terdiri dari dua unsur, sebelum kata dan tidak 

perlu dibubuhi tanda koma. Misalnya:

1) Al t t li di k d l k i t it d l h k t d ti t

1) Alat tulis yang digunakan dalam kegiatan itu adalah pena, kertas, dan tinta. 2) Satu, dua, …tiga.

3) Kegiatan itu hanya membutuhkan tenaga dan pikiran.

b. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dengan 

kalimat setara yang lain yang didahului oleh kata tetapi, melainkan, dan sedangkan

Misalnya:

1) Dia bukan mahasiswa melainkan pelajar 1) Dia bukan mahasiswa, melainkan pelajar. 2) Saya mau membantu, tetapi Anda berusaha. 3) Ia hidup mewah, sedangkan saya sederhana.

(27)

c. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk apabila 

anak kalimat tersebut mendahului induknya. Jika anak kalimat tersebut mengikuti anak kalimat tersebut mendahului induknya. Jika anak kalimat tersebut mengikuti 

induknya, tanda koma tidak digunakan. Biasanya anak kalimat didahului oleh kata 

penghubung seperti: bahwa, karena, agar, sehingga, walaupun, apabila, jika, 

meskipun, dan sebagainya. Misalnya:

1) k ib k i l k

1) karena sibuk, ia lupa makan. 2) Ia lupa makan karena sibuk.

3) Apabila belajar tekun, ia akan berhasil. 4)) Ia akan berhasil apabilap  belajarj  tekun.

d. Tanda koma harus digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung 

antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, 

jadi lagi pula meskipun begitu akan tetapi namun meskipun demikian dalam jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi, namun, meskipun demikian, dalam 

hubungan itu, sementara itu, sehubungan dengan itu, dalam pada itu, oleh sebab itu, 

(28)

e. Tanda koma harus digunakan di belakang kata‐kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, 

yang terdapatpada awal kalimat. Misalnya: 1) O, kalau begitu saya setuju.

2) Ya, Anda boleh mencobanya lebih dahulu. 3) Wah, selamat Anda sukses mengelolanya. 3) Wah, selamat Anda sukses mengelolanya.

f. Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam 

kalimat.

g. Tanda koma digunakan untuk memisahkan 1) nama dan alamat, 2) bagian‐bagian 

alamat, 3) tempat dan alamat, 4) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis 

berurutan. Misalnya:y

1) Abdan Syakuron, Jalan Musyawarah 1, Griya Mitra 2 Tahap 44, Blok B 1 Nomor 007, 

Bukit Lama, Palembang, Sumatera Selatan 2) Palembang, 30 Agustus 2006

(29)

h. Tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya 

dalam daftar pustaka. Misalnya: 

Nurgiantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University 

Press.

i. Tanda koma digunakan di antara nama orang dengan gelar akademik yang 

mengikutinya untuk membedakannya dengan singkatan nama keluarga atau marga. 

Misalnya: (lihat C. 1. b.)

j. Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan. Misalnya: 1) Dosen, yang cantik itu, disenangi mahasiswa.

(30)

3 Tanda Titik Koma

3.

 

Tanda

 

Titik

 

Koma

Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat setara, di dalam 

suatu kalimat majemuksebagai pengganti kata penghubung. Misalnya:

Para pemikir mengatur strategi yang harus ditempuh; 

para pelaksana melakukan tugas sebaik‐baiknya; para penyandang dana menyediakan biaya yang diperlukan.

(31)

4.

 

Tanda

 

Titik

 

Dua

a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti 

rangkaian. Misalnya:

Program Diploma 3 AMIK Bina Sriwijaya mempunyai dua program studi: Program 

St di T k ik K t d P St di M j I f tik

Studi Teknik Komputer dan Program Studi Manajemen Informatika.

b. Tanda titik dua tidak dipakai jika  rangkaian atau pemerian itu merupakan 

pelengkap yang mengakhiri pernyataan. 

Program Diploma 3 AMIK Bina Sriwijaya mempunyai Program Studi Teknik Komputer 

(32)

5.

 

Tanda

 

Hubungg

a. Tanda hubung digunakan untuk memperjelas hubungan bagian‐bagian ungkapan. 

Misalnya:

1) mesin‐potong tangan (mesin potong yang digunakan dengan tangan)

2) i t t ( i kh t k t t )

2) mesin potong‐tangan (mesin khusus untuk memotong tangan)

b. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan 1) se‐ dengan kata berikutnya yang 

didahului dengan huruf capital, 2) ke‐ dengan angka, 3) angka dengan –an, dan 4) 

singkatan huruf capital dengan imbuhan atau kata. Misalnya: 1) Lomba Baca Puisi SD se‐Sumsel.

2) Ia ditangkap karena tidak ber‐KTP 3) Siapa dalang G 30 S PKI itu?

(33)

6.

 

Tanda

 

Pisah

Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi 

penjelasan khusus di luar bangun kalimat, menjelaskan adanya aposisi atau 

keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas, dan dipakai di antara dua 

bil t t l b ti ‘ i d ’ t di t d k t

bilangan atau tanggal yang berarti ‘sampai dengan’ atau di antara dua nama kota 

yang berarti ‘ke’ atau ‘sampai’. Misalnya: 1) Buku itu‐menurut saya‐akan segera terbit. 2) Jalan Raya Palembang‐Prabumulih itu sempit.

(34)

7.

 

Tanda

 

Petik

Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan langsung, judul syair, 

karangan, istilah yang mempunyai arti khusus atau kurang dikenal. Misalnya: 1) Ia memakai celana “cutbrai”

2) S j k “Ak ” k Ch i il A it t l h d i

2) Sajak “Aku” karya Chairil Anwar itu telah mendunia.

8.

 

Tanda

 

Petik

 

Tunggal

Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau 

ungkapan bahasa daerah atau asing. Misalnya:

Referensi

Dokumen terkait

selama fermentasi menyebabkan mutu biji kakao menjadi rendah karena akan.. mengganggu aktivitas mikroba yang berperan selama fermentasi akibat berebut

Penelitian dilakukan dengan mengambil data klien dari perusahaan otsourching di wilayah Semarang, selanjutnya data dimodelkan dalam bentuk peta graf Hamilton menggunakan

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah bagaimana membangun

Tahap pertama dari teknik Hashing adalah penelusuran pada data untuk melakukan perhitungan support count dari setiap kandidat k–itemset dan pada saat yang sama

Bagi peserta didik, penelitian dan pengembangan modul implemen-tasi teknik psikodrama ini dapat memberikan pemahaman tentang perlunya memiliki efikasi diri yang

Dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 1, yang dimaksud dengan Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara

tingkat partisipasi politik masyarakat Kecamatan Kelam Permai, 2) Apa yang menjadi kendala dalam partisipasi politik pada masyarakat Kecamatan Kelam Permai, 3) Upaya

misscommunication may concern the content, tone (intonation) or way. There is often a case of misscommunication in both social and work relations. For example, if someone is