A Penulisan Huruf
A. Penulisan Huruf
Dalam ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, penulisan huruf menyangkut dua
masalah, yaitu
(1) penulisan huruf besar atau huruf kapital dan
(1) penulisan huruf besar atau huruf kapital dan
(2) penulisan huruf miring.
1 Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital
1.
Penulisan
Huruf
Besar
atau
Huruf
Kapital
Penulisan
huruf
besar
atau
kapital
yang
kita
jumpai
dalam
tulisan
‐
tulisan
resmi
kadang
‐
kadang
menyimpang
dari
kaidah
‐
kaidah
b l k K id h
li
h
f k it l it
d l h
b
i
yang
berlaku.
Kaidah
penulisan
huruf
kapital
itu
adalah
sebagai
berikut:
a.
Huruf
kapital
dipakai
sebagai
huruf
pertama
dalam
kalimat
yang
b
ik
l
T d b
b l
d
ik
l d l h
berupa
petikan
langsung.
Tanda
baca
sebelum
tanda
petik
awal
adalah
tanda
koma
(,),
bukan
titik
dua
(:).
Tanda
baca
akhir
(tanda
titik,
tanda
seru,
dan
tanda
tanya)
dibubuhkan
sebelum
tanda
petik
penutup.
Misalnya:
‐
Adik
bertanya,
“Kapan
kita
pulang?”
b Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan
yang berhubungan dengan hal‐hal keagamaan: nama agama
(seperti Islam, Kristen, dan Budha) kitab suci, dan nama Tuhan,
termasuk kata ganti –Nya. Huruf pertama pada kata ganti ku, mu
dan nya, sebagai kata Tuhan, harus dituliskan dengan huruf
kapital, dirangkaikan dengan tanda hubung (‐). Hal‐hal
p
,
g
g
g ( )
keagamaan itu hanya terbatas pada jenis, seperti jin, iblis, surga,
malaikat, mahsyar, zakat, dan puasa meskipun bertalian dengan
keagamaan tidak diawali dengan huruf kapital Misalnya
keagamaan tidak diawali dengan huruf kapital. Misalnya
‐
Limpahkanlah rahmat‐Mu, ya Allah.
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
p
p
g
p
g
(kehormatan, keturunan, agama), jabatan, dan pangkat yang
diikuti nama orang. Akan tetapi, jika di dalam rangkaian tulisan
itu sudah ditafsirkan bahwa penyebutan yang tanpa nama
itu sudah ditafsirkan bahwa penyebutan yang tanpa nama
mengacu kepada orangnya, hal itu harus menggunakan huruf
kapital. Misalnya:
1. Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim.
2. Calon jemaah haji Sumsel berjumlah 525 orang.
3. Seorang presiden akan diperhatikan rakyatnya.
g p
p
y
y
4. Pagi ini Menteri Perdagangan terbang ke Nusa Penida.
Di Nusa Penida menteri beristirahat.
d. Kata‐kata seperti van, den, bin dan ibnu yang digunakan
p
,
,
y g g
sebagai nama orang, tetap ditulis dengan huruf kecil, kecuali
kata‐kata itu terletak pada awal kalimat. Misalnya:
Tokoh Tanam Paksa adalah Van den Bosch
‐
Tokoh Tanam Paksa adalah Van den Bosch.
e Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku, dan bahasa. Akan tetapi, jika hal itu menunjukkan nama
jenis (seperti petai cina, jeruk bali, dodol garut) atau mendapat
l
d
khi
k l i
(
ti k
d
d
) h
awalan dan akhiran sekalaigus (seperti kesunda‐sundaan), harus
ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
‐
Dalam bahasa Sunda terdapat kata lahan.
‐
Kita harus bertekad menyukseskannya.
‐
Saya prihatin melihat suku Kubu di Jambi.
f Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama tahun
f. Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama tahun,
bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya:
Kemerdekaan yang terjadi pada hari Jumat itu diperingati setiap
b l
A
t
bulan Agustus.
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas
geografi. Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama khas
geografi, kata‐kata seperti selat teluk, terusan, gunung, kali,
danau dan bukit ditulis dengan huruf kecil Misalnya:
danau, dan bukit ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
‐
Danau Toba terletak di Pulau Sumatera.
h.
Huruf
kapital
dipakai
sebagai
huruf
pertama
nama
resmi
badan,
lembaga
pemerintah,
dan
ketatanegaraan,
serta
nama
dokumen
resmi.
Akan
tetapi,
jika
tidak
menunjukkan
nama
resmi,
kata
‐
kata
seperti
itu
ditulis
dengan
huruf
kecil.
Misalnya:
“
h” d k
k
l h
‐
Program
“Orang
Tua
Asuh”
dikampanyekan
oleh
Departemen
Pendidikan
Nasional.
‐
Menurut
undang
‐
undang
dasar
kita,
semua
warga
negara
mempunyai hak yang sama
mempunyai
hak
yang
sama.
i.
Huruf
kapital
dipakai
sebagai
huruf
pertama
semua
kata
di
dalam
nama
buku,
majalah,
surat
kabar,
dan
judul
karangan,
kecuali
kata
partikel
seperti:
di ke dari untuk yang dan sejenisnya yang tidak terletak pada posisi awal
di,
ke,
dari,
untuk,
yang,
dan
sejenisnya,
yang
tidak
terletak
pada
posisi
awal.
j.
Huruf
kapital
dipakai
dalam
singkatan
nama
gelar
dan
sapaan,
kecuali
gelar
dokter.
Misalnya:
(lihat
contoh
C.1.b.)
Catatan:
Ada
perbedaan
antara
gelar
Dr.
dan
dr.
(doktor
dituliskan
dengan
D
kapital
dan
r
kecil
jadi
Dr.,
sedangkan
dokter,
singkatannya
ditulis
dengan
d
dan
r
kecil
jadi
dr.).
k.
Huruf
kapital
dipakai
sebagai
huruf
pertama
kata
penunjuk
hubungan
kekerabatan,
seperti
bapak,
ibu,
saudara,
kakak,
adik,
dan
paman
yang
dipakai sebagai kata ganti atau sapaan Kata Anda juga diawali huruf kapital
dipakai
sebagai
kata
ganti
atau
sapaan.
Kata
Anda
juga
diawali
huruf
kapital.
Misalnya:
‐
Surat
Saudara
sudah
saya
terima.
‐
Samsi bertanya kepada ibunya ”Pagi tadi Ibu menjemput siapa di
Samsi
bertanya
kepada
ibunya, Pagi
tadi
Ibu
menjemput
siapa
di
pelabuhan?”
2.
Penulisan
Huruf
Miring
H f i i d l t k di k i t k li k b k j l h d t
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama baku, majalah dan surat
kabar yang dikutip dalam karangan. Dalam tulisan tangan atau ketikan, kata yang harus
ditulis dengan huruf miring ditandai oleh garis bawah satu yang terputus‐putus, kata
demi kata. Misalnya: Majalah Pusat Bahasa adalah Bahasadan Kesusastraan.
b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, atau kelompok kata. Misalnya: Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf
besar.
c Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama nama ilmiah atau c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama‐nama ilmiah atau
ungkapan bahasa asing atau bahasa daerah, kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya.
Misalnya: Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata penataran daripada
upgrading?
Catatan:
Penulisan huruf miring ataupun penandaan suatu maksud dengan memakai bentuk
B Penulisan Kata
B.
Penulisan
Kata
a. Kata dasar ditulis sebagai satu satuan yang berdiri sendiri, sedangkan pada kata
turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) dituliskan serangkai dengan kata
dasarnya.y Kalau ggabungang kata,, hanyay mendapatp awalan atau akhiran saja,j , awalan
atau akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang bersangkutan saja. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku
beritah kan beritahukan memberitahu Bentuk Baku beri tahukan memberi tahu
b. Kalau gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk kata
turunannya itu harus dituliskan serangkai. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku
menghancur leburkan menghancur leburkan pemberi tahuan dianak‐tirikan menguji‐cobakan Bentuk Baku menghancurleburkan pemberitahuan p dianaktirikan mengujicobakan
c. Kata ulang pada tulisan resmi ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda
hubung. Pemakaian angka dua untuk menyatakan bentuk perulangan, hendaknya
dibatasi pada tulisan cepat atau pencatatan saja.
d. Gabungan kata, termasuk yang lazim disebut kata majemuk, bagian‐bagiannya d. Gabungan kata, termasuk yang lazim disebut kata majemuk, bagian bagiannya
ditulis terpisah. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku
ibukota b h tatabahasa kerjasama Lokakarya Bentuk Baku ibu kota tata bahasa
e. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku
mana kala sekali gus sekali gus bila mana dari pada apa bila Bentuk Baku manakala sekaligusg bilamana daripada Apabila
f. Kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai suatu kata yang
mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi, haruslah dituliskan
serangkai dengan unsur lainnya. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Tidak Baku
a moral antar warga antar pulau l catur tunggal dasa darma Bentuk Baku amoral antarwarga antarpulau
g.
Penulisan
ku
,
kau,
mu
,
dan
nya
ditulis
serangkai
dengan
kata
yang
mendahului
atau
mengikutinya
.Misalnya:
Sepatuku,
sepatumu,
dan
sepatunya
boleh
kau
ambil.
h
d
d k
d
d
d
l
h d
k
k
h.
Kata
depan
di,
ke
,
dan
dari
ditulis
terpisah
dari
kata
yang
mengikutinya,
kecuali
jika
berupa
gabungan
kata
yang
sudah
padu
benar
seperti
kepad
a
dan
daripada
.
Misalnya:
(1) Ia telah diungsikan ditempat yang aman
(1)
Ia
telah
diungsikan
ditempat
yang
aman
.
(2)
Saya
pergi
ke
Jakarta
menghadiri
wisudanya.
(3)
Surat
itu
sudah
saya
sampaikan
kepadanya.
i.
Partikel
pun
dipisahkan
dari
kata
yang
mendahuluinya
karena
pun
sudah
hampir
seperti
kata
lepas.
Akan
tetapi,
kelompok
kata
berikut
ini,
yang
sudah
dianggap
padu
benar,
ditulis
serangkai.
Jumlah
kata
seperti
itu
terbatas,
hanya
dua
belas
kata,
yaitu
adapun,
andaipun,
ataupun,
b
b
k l
k d
k
bagaimanapun,
biarpun,
kalaupun,
kendatipun,
maupun,
meskipun,
sekalipun
(yang
berarti
walaupun),
sungguhpun,
dan
walupun.
Misalnya:
(1) Jika saya berangkat ia pun ingin berangkat
(1)
Jika
saya
berangkat,
ia
pun
ingin
berangkat.
(2)
Siapa
pun
yang
terpilih
harus
kita
dukung.
(3)
Sekalipun
rumah
kami
berdekatan,
tak
sekali
pun
kami
bertegur
sapa.
(4) Bagaimanapun juga akan dicobanya
(4)
Bagaimanapun
juga
akan
dicobanya.
j.
Partikel
per
yang
berarti
‘mulai’,
‘demi’
atau
‘tiap’
ditulis
terpisah
dari
bagian
kalimat
yang
mendampinginya.
Misalnya:
(1)
Harga
kain
itu
Rp
10.000,00
per
meter.
(2)
Saya
diangkat
pegawai
negeri
per
Oktober
1987.
( )
l
k
l
k l h
d
l
(3)
Calon
kepala
Sekolah
itu
dipanggil
satu
per
satu.
k.
Angka
lazim
dipakai
untuk
menandai
nomor
jalan,
rumah,
apartemen,
atau
kamar pada alamat dan digunakan juga menomori karangan atau bagian
kamar
pada
alamat
dan
digunakan
juga
menomori
karangan
atau
bagian
‐
bagian
karangan.
Misalnya:
Hotel
Swarna
Dwipa,
Kamar
13
Bab XV Pasal 26
Bab
XV,
Pasal
26
l.
Penulisan
kata
bilangan
tingkat
dapat
dilakukan
dengan
cara
sebagai
berikut.
(1)
Abad
XX
ini
dikenal
juga
dengan
abad
teknologi.
(2)
Abad
ke
‐
20
ini
adalah
abad
perempuan.
( ) b d k d
l h
d l h b d k b
k
(3)
Abad
kedua
puluh
ini
adalah
abad
kebangkitan.
m.
Cara
penulisan
kata
bilangan
yang
mendapat
akhiran
–an
adalah
sebagai
berikut:
berikut:
(1)
A.
A.
Navis
adalah
pujangga
angkatan
60
‐
an.
(2)
Saya
memiliki
sepuluh
lembaran
1.000
‐
an.
n. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf kecuali jika beberapa lambang dipakai secara berurutan seperti dalam huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai secara berurutan, seperti dalam
perincian atau pemaparan.
(1) Dia memesan dua ratus batang bibit kayu jati.
(2) Republika memberitakan 70 perkara, yaitu 20 perkara pencurian, 25 perkara tanah,
dan 25 perkara waris.
o. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu susunan
kalimat diubah sehingga yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak kalimat diubah sehingga yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak
terdapat lagi pada awal kalimat.
(1) Dua belas orang luka dalam kecelakaan itu. (2) Sebanyak 150 orang tamu telah hadir.
p. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu
C.
Pemakaian
Tanda
Baca
1.
Tanda
Titik
a. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Misalnya:
1) W S R d
1) W. S. Rendra
2) Abdul Hadi W. M. 3) Endang S.
b. Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Misalnya: 1) Prof. Dr. Ir. H. Ahmad Munif, M.Sc.Ed.
2) Sdr. Abdullah Ahmad Nawawi 3) Kol Burlian M Hum
c. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah umum, yang
ditulis dengan huruf kecil. Singkatan yang terdiri atas dua huruf diberi dua titik,
sedangkan singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya diberi satu tanda
titik. Misalnya:
1) s.d. (sampai dengan) 1) s.d. (sampai dengan) 2) a.n. (atas nama)
3) d.a. (dengan alamat) 4) u.p. (untuk perhatian)
5) dkk (d k k )
5) dkk. (dan kawan‐kawan) 6) dst. (dan seterusnya)
d. Tanda titik digunakang ppada angkag menyatakany jjumlah,, untuk memisahkan ribuan,,
jutaan,dst. Misalnya:
e.
Tanda
titik
tidak
digunakan
pada
singkatan
yang
terdiri
atas
huruf
‐
huruf
awal
kata
atau
suku
kata
dan
pada
singkatan
yang
dieja
seperti
kata
(akronim).
Misalnya:
DPR,
SMA,
Sekjen
Depdagri.
f
d
k d k d
k d b l k
k
l
b
k
f.
Tanda
titik
tidak
dipakai
di
belakang
singkatan
lambang
kimia,
satuan
ukutan,
takaran,
timbangan,
dan
mata
uang.
Misalnya:
1) harga kertas kuarto itu Rp 30 000 per pak
1)
harga
kertas
kuarto
itu
Rp
30.000
per
pak.
2)
Cu
adalah
lambang
kuprum.
g. Tanda titik tidak digunakan di belakang judul yang merupakan kepala
g.
Tanda
titik
tidak
digunakan
di
belakang
judul
yang
merupakan
kepala
karangan,
kepala
ilustrasi
tabel,
dan
sebagainya.
Misalnya:
1)
Acara
Orientasi
Mahasiswa
2)
1.1
Latar
Belakang
3)
Dari
Ave
Maria
ke
Jalan
lain
ke
Roma
h.
Tanda
titik
tidak
digunakan
di
belakang
alamat
pengirim
dan
tanggal
surat
dan
di
belakang
nama
dan
alamat
penerima
surat.
Misalnya:
1)
Jalan
Jenderal
A.
Yani
Nomor
70
Palembang
2)
Palembang,
7
Mei
1960
3) Yth Sdr Eduwar Jaya Kesuma Jalan R Soeprapto 13 Palembang
3)
Yth.
Sdr.
Eduwar
Jaya
Kesuma
Jalan
R.
Soeprapto
13
Palembang
2.
Tanda
Koma
a. Tanda koma harus digunakan di antara unsur‐unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan. Jika perincian itu hanya terdiri dari dua unsur, sebelum kata dan tidak
perlu dibubuhi tanda koma. Misalnya:
1) Al t t li di k d l k i t it d l h k t d ti t
1) Alat tulis yang digunakan dalam kegiatan itu adalah pena, kertas, dan tinta. 2) Satu, dua, …tiga.
3) Kegiatan itu hanya membutuhkan tenaga dan pikiran.
b. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dengan
kalimat setara yang lain yang didahului oleh kata tetapi, melainkan, dan sedangkan.
Misalnya:
1) Dia bukan mahasiswa melainkan pelajar 1) Dia bukan mahasiswa, melainkan pelajar. 2) Saya mau membantu, tetapi Anda berusaha. 3) Ia hidup mewah, sedangkan saya sederhana.
c. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk apabila
anak kalimat tersebut mendahului induknya. Jika anak kalimat tersebut mengikuti anak kalimat tersebut mendahului induknya. Jika anak kalimat tersebut mengikuti
induknya, tanda koma tidak digunakan. Biasanya anak kalimat didahului oleh kata
penghubung seperti: bahwa, karena, agar, sehingga, walaupun, apabila, jika,
meskipun, dan sebagainya. Misalnya:
1) k ib k i l k
1) karena sibuk, ia lupa makan. 2) Ia lupa makan karena sibuk.
3) Apabila belajar tekun, ia akan berhasil. 4)) Ia akan berhasil apabilap belajarj tekun.
d. Tanda koma harus digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu,
jadi lagi pula meskipun begitu akan tetapi namun meskipun demikian dalam jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi, namun, meskipun demikian, dalam
hubungan itu, sementara itu, sehubungan dengan itu, dalam pada itu, oleh sebab itu,
e. Tanda koma harus digunakan di belakang kata‐kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan,
yang terdapatpada awal kalimat. Misalnya: 1) O, kalau begitu saya setuju.
2) Ya, Anda boleh mencobanya lebih dahulu. 3) Wah, selamat Anda sukses mengelolanya. 3) Wah, selamat Anda sukses mengelolanya.
f. Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
g. Tanda koma digunakan untuk memisahkan 1) nama dan alamat, 2) bagian‐bagian
alamat, 3) tempat dan alamat, 4) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan. Misalnya:y
1) Abdan Syakuron, Jalan Musyawarah 1, Griya Mitra 2 Tahap 44, Blok B 1 Nomor 007,
Bukit Lama, Palembang, Sumatera Selatan 2) Palembang, 30 Agustus 2006
h. Tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka. Misalnya:
Nurgiantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
i. Tanda koma digunakan di antara nama orang dengan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dengan singkatan nama keluarga atau marga.
Misalnya: (lihat C. 1. b.)
j. Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan. Misalnya: 1) Dosen, yang cantik itu, disenangi mahasiswa.
3 Tanda Titik Koma
3.
Tanda
Titik
Koma
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat setara, di dalam
suatu kalimat majemuksebagai pengganti kata penghubung. Misalnya:
Para pemikir mengatur strategi yang harus ditempuh;
para pelaksana melakukan tugas sebaik‐baiknya; para penyandang dana menyediakan biaya yang diperlukan.
4.
Tanda
Titik
Dua
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
rangkaian. Misalnya:
Program Diploma 3 AMIK Bina Sriwijaya mempunyai dua program studi: Program
St di T k ik K t d P St di M j I f tik
Studi Teknik Komputer dan Program Studi Manajemen Informatika.
b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Program Diploma 3 AMIK Bina Sriwijaya mempunyai Program Studi Teknik Komputer
5.
Tanda
Hubungg
a. Tanda hubung digunakan untuk memperjelas hubungan bagian‐bagian ungkapan.
Misalnya:
1) mesin‐potong tangan (mesin potong yang digunakan dengan tangan)
2) i t t ( i kh t k t t )
2) mesin potong‐tangan (mesin khusus untuk memotong tangan)
b. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan 1) se‐ dengan kata berikutnya yang
didahului dengan huruf capital, 2) ke‐ dengan angka, 3) angka dengan –an, dan 4)
singkatan huruf capital dengan imbuhan atau kata. Misalnya: 1) Lomba Baca Puisi SD se‐Sumsel.
2) Ia ditangkap karena tidak ber‐KTP 3) Siapa dalang G 30 S PKI itu?
6.
Tanda
Pisah
Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan khusus di luar bangun kalimat, menjelaskan adanya aposisi atau
keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas, dan dipakai di antara dua
bil t t l b ti ‘ i d ’ t di t d k t
bilangan atau tanggal yang berarti ‘sampai dengan’ atau di antara dua nama kota
yang berarti ‘ke’ atau ‘sampai’. Misalnya: 1) Buku itu‐menurut saya‐akan segera terbit. 2) Jalan Raya Palembang‐Prabumulih itu sempit.
7.
Tanda
Petik
Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan langsung, judul syair,
karangan, istilah yang mempunyai arti khusus atau kurang dikenal. Misalnya: 1) Ia memakai celana “cutbrai”
2) S j k “Ak ” k Ch i il A it t l h d i
2) Sajak “Aku” karya Chairil Anwar itu telah mendunia.
8.
Tanda
Petik
Tunggal
Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau
ungkapan bahasa daerah atau asing. Misalnya: