• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas atau puerperium, atau masa postpartum dimulai setelah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas atau puerperium, atau masa postpartum dimulai setelah"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Nifas

Masa nifas atau puerperium, atau masa postpartum dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan tidak hamil. Masa nifas ini berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2006). Perubahan fisiologi dan psikologis yang terjadi pada ibu setelah melahirkan merupakan hal khusus walaupun dianggap normal. Banyak faktor yang mempengaruhi, yaitu: tingkat energi, derajat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, perawatan, dukungan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, dan respon ibu kepada bayinya selama masa nifas (Bobak, 1995).

Pada masa ini penting adanya asuhan masa nifas atau perawatan postpartum bagi ibu untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri agar ibu berada dalam keadaan sehat (tanda-tanda vital: suhu tubuh tidak lebih dari 380C, denyut nadi 70-100 kali/menit, pernafasan 16-20 kali/menit, tidak anemis, tidak lelah) dan cara perawatan bayinya agar ibu mampu merawat bayinya (Farrer, 1999); (Melson, 1999)

(2)

2.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan, kata dasarnya ‘tahu’, mendapatkan awalan dan akhiran pe dan

an. Imbuhan ‘pe-an’ berarti menunjukkan adanya proses (Suhartono, 2005). Menurut Setiawati (2008) pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam berperilaku. Demikian juga menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

2.2 Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan.

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan menyatakan.

b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

(3)

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain. d) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya, menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

(4)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Suhartono (2005) dan Notoatmodjo (2003) pengetahuan dipengaruhi dua faktor, yaitu:

a. Faktor internal, yakni dari dalam diri manusia, meliputi: i. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, keluarga atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu.

ii. Persepsi

Persepsi, mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil.

iii. Motivasi

Motivasi merupakan dorongan, keinginan, dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengeyampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat. Dalam

(5)

mencapai tujuan dan munculnya motivasi dan memerlukan rangsangan dari dalam individu maupun dari luar. Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku akan suatu kebutuhan.

iv. Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan) juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia.

b. Faktor eksternal, yaitu dorongan dari luar berupa tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan, meliputi lingkungan, informasi, budaya, penghasilan, dan akses terhadap informasi dan pendidikan.

2.4 Sumber Pengetahuan, Cara Memperoleh Pengetahuan dan Cara Mengukur Pengetahuan

2.4.1 Sumber-Sumber Pengetahuan

Sumber-sumber pengetahuan ada beberapa, yaitu (1). Kepercayaan berdasarkan tradisi, adat-istiadat dan agama adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap (permanen) tetapi subjektif. (2). Otoritas kesaksian orang lain, sumber pengetahuan ini dari pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang

dapat dipercayai adalah orangtua, guru, ulama, orang yang dituakan. (3). Pancaindera (pengalaman), sumber ketiga pengetahuan ini merupakan

(6)

pengalaman indriawi. Kemampuan pancaindera ini sering diragukan kebenarannnya. (4). Sumber yang keempat yaitu akal pikiran. Akal pikiran senantiasa bersifat meragukan, pengetahuan semu dan menyesatkan. (5). Intuisi merupakan sumber pengetahuan berupa gerak hati atau bersifat spiritual. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung (Suhartono, 2005).

2.4.2 Cara-Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005), ada bermacam cara untuk memperoleh pengetahuan, dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Cara tradisional atau non-Ilmiah dan cara modern. Cara tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukan metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan dengan cara tradisional antara lain meliputi: cara coba-salah (trial and error), cara kekuasaan atau otoritas, berdasarkan pengalaman pribadi, dan melalui jalan pikiran.

2.4.3 Cara Mengukur Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

(7)

2.5 Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Bayi Baru Lahir

Orang tua baru dapat merasa kebingungan dengan tugas yang akan datang untuk merawat seorang bayi baru lahir. Salah satu konsep utama yang harus ditekankan secara berulang ialah bahwa menjadi orang tua merupakan peran yang dipelajari. Demonstrasi dan diskusi dasar-dasar keterampilan untuk merawat bayi, seperti memberi makan, memandikan, mengganti popok, perawatan tali pusat dan menggendong bayi termasuk dalam keterampilan yang harus diperagakan. Orang tua harus diberi kesempatan untuk melatih keterampilan merawat bayi yang didemonstrasikan (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004).

Pendidikan pada orang tua menjadi kewajiban dari tim perawatan maternal-anak untuk mengajarkan ibu bagaimana cara merawat bayinya (Hamilton, 1995). Alur perawatan memberi arah yang jelas untuk mengkoordinasi perawatan, mengajarkan informasi penting, menyiapkan ibu postpartum untuk pulang, dan mendukung orang tua untuk bisa mandiri (Gillerman, Beckham, 1991 dalam Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004). Berikut akan dijelaskan hal-hal yang harus diketahui oleh ibu tentang perawatan bayi baru lahir:

a. Memandikan Bayi

Mandi memiliki beberapa tujuan. Mandi merupakan kesempatan untuk (1) membersihkan seluruh tubuh bayi, (2) mengobservasi keadaan, (3) memberi rasa nyaman, dan (4) mensosialisasikan orangtua-bayi-keluarga (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004).

(8)

Sesuai dengan umur bayi, ada cara untuk memandikan bayi. (a). Mandi Spons. Apabila tali pusatnya belum lepas, membersihkan bayi dengan menggunakan spons. Jadi, tidak perlu memandikan bayi dalam bak mandi. Mandi dengan cara ini bisa dilakukan sampai bayi berusia 4-6 minggu. Saat memandikan bayi, pilihlah posisi yang paling nyaman. Misalnya, duduk sambil memangku bayi, atau berdiri dan bayi diletakkan di atas meja.

Sabunlah seluruh tubuh bayi dengan spons. Khusus untuk membersihkan bagian kepala, selain menggunakan sabun khusus bayi, dapat juga menggunakan sampo khusus bayi. Membilas, dan mengeringkan dengan handuk lembut.

(b). Mandi dalam bak mandi. Apabila tali pusat bayi telah lepas, memandikan bayi dapat dilakukan di bak mandi. Gunakanlah bak mandi sesuai ukurannya dengan bayi. Mengisi bak mandi dengan air hangat (suhunya 36-370

Menggosok tubuh bayi dengan waslap atau spons. Tetapi, untuk membersihkan hidung dan telinga, digunakan cotton buds. Sebelum mencuci rambut bayi, terlebih dahulu membasuh wajah bayi dengan air lalu keringkan dengan handuk. Setelah itu, menggosok rambut bayi dengan sampo. Pada waktu membilas, kepala bayi diangkat lebih tinggi dari bak mandi (Musbikin, 2006).

C) setinggi 7,5-8,0 cm. Berhati-hatilah pada waktu mencelupkan bayi ke dalam air. Bila bayi baru pertama kali dimandikan, memberikan waktu kepada bayi untuk mengenal bagaimana rasanya berada di dalam air, setelah itu mulai memandikan bayi.

(9)

Tali pusat merupakan bagian yang penting untuk diperhatikan pada bayi baru lahir. Perawatan tali pusat merupakan tindakan keperawatan yang bertujuan merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi (Alimul, 2008).

Menurut Musbikin (2006) tali pusat yang masih menempel akan lepas dengan sendirinya setelah bayi berusia 1-3 minggu. Tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat adalah tindakan aseptis, yakni menggunakan zat antiseptik dan menutup pusat dengan bahan steril. Perlengkapan untuk merawat tali pusat, menyediakan kapas bertangkai (cotton buds), kapas, kain kasa steril, larutan alkohol 70%, plester nonalergi bila perlu (Musbikin, 2005).

Berikut langkah-langkah perawatan yang dapat dilakukan: (1). Sesudah memandikan bayi, kemudian membersihkan pusat dengan kapas bertangkai yang sudah dibubuhi alkohol. Caranya, mengangkat sisa tali pusat agar bagian di sekeliling tali pusat dapat dibersihkan. (2). Melilitkan kasa yang dibubuhi obat khusus. Mengusahakan agar kasa menutupi seluruh tali pusat. (3). Setelah membalut sisa tali pusat, menutup seluruhnya dengan kasa steril. Kemudian memplesternya. (4). Bila tali pusat terlepas, membalut bekas luka dengan kasa pembalut yang diberi plester (Musbikin, 2006).

Kulit disekitar tali pusat harus dijaga agar selalu bersih dan kering. Membersihkan tali pusat sebaiknya sekali atau dua kali sehari dengan memakai

cotton buds yang diolesi sabun dan air.

(10)

Menurut Hamilton (1995) penggantian popok dilakukan ketika popok basah, mencuci dan mengeringkan bokong bayi setiap kali mengganti popok.

Ada beberapa cara mengenakan popok. Ada yang bertali, ada juga yang harus menggunakan peniti pada popok yaitu posisi peniti harus mendatar, jangan vertikal. Cara mengenakannya adalah mempersiapkan lebih dahulu popoknya, membaringkan bayi di atas popok. Jika letaknya belum tepat, angkat bayi dengan cara memegang kedua tumit kakinya dan menyelipkan jari telunjuk ibu di antara kedua kaki bayi agar tidak sakit tertekan oleh tangan ibu. Setelah bokong terangkat, merapikan popok sesuai dengan bentuk dan panjang tubuh bayi.

Berikut bentuk-bentuk pemakaian popok pada bayi menurut Musbikin, 2005):

1. Bentuk segitiga

Melipat popok menjadi segitiga. Lipat sedikit bagian atas. Meletakkan sudut segitiga di antara kaki bayi dan dihubungkan ke atas kemudian dijepit dengan sebuah peniti.

2. Bentuk layang-layang

Melipat sisi kiri dan kanan popok ke arah tengah hingga menjadi bentuk layang-layang. Melipat bagian atas ke arah tengah, bagian bawah ke atas. meletakkan bayi di atasnya kemudian sudut-sudutnya dihubungkan dengan peniti.

3. Bentuk paralel

Melipat sisi atas dan bawah sehingga saling menghimpit. Melipat bagian kiri ke arah tengah, juga sisi sebelah kanan. Membaringkan bayi di atasnya.

(11)

Angkat popok bagian bawah ke antara kedua paha bayi kemudian satukan dengan bagian kanan memakai peniti, begitu juga bagian kiri.

4. Bentuk persegi empat

Melipat popok menjadi dua bagian. Untuk bayi perempuan, melipat sepertiga bagian atanya, sedang untuk bayi laki-laki, melipat bagian bawah sepertiga bagian. Meletakkan bayi di atasnya kemudian masing-masing sisinya disatukan dengan peniti.

d. Mengenakan pakaian bayi, membungkus dan menenangkannya Aturan pokok yang sederhana dalam mengenakan pakaian pada bayi seperti orangtua mengenakan pakaiannnya sendiri, menambah atau membuka baju dan pembungkus bila perlu. Membungkus bayi dalam selimut, untuk menjaga temperatur tubuh dan meningkatkan rasa aman. (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004).

Menurut Musbikin (2006) ada beberapa cara mengenakan baju pada bayi: (1). Baju kancing depan, meletakkan baju bayi di atas tempat tidur, kemudian meletakkan bayi di atasnya. Mengangkat sebelah tangan bayi, lalu memasukkan tangan bayi ke dalam bagian lengan baju. Mengancing seluruh baju bayi. (2). Baju tanpa kancing depan, mengangkat kepala bayi, dan memasukkan ke dalam lubang baju bagian leher sampai masuk seluruhnya. Mengangkat sebelah tangan bayi dengan sebelah tangan Anda, sementara tangan satu lagi memegang bagian lengan baju bayi. Memasukkan tangan bayi ke dalamnya dengan tangan sebelah Anda.

(12)

Membersihkan pakaian dan sprei bayi dilakukan untuk mengurangi infeksi silang dan membuang sisa sabun, tinja, atau urin (kemih) yang dapat mengiritasi kulit bayi. Di rumah, pakaian bayi harus dicuci dengan deterjen ringan dan air hangat. Membilas pakaian dua kali biasanya bisa menghilangkan sisa-sisa air kemih atau tinja.

Mengganti linen tempat tidur. Mencuci matras berlapis plastik yang biasa diletakkan di lapisan paling atas harus sering dicuci, Membersihkan tempat tidur dari debu (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004).

f. Menggendong dan Mengatur Posisi Bayi

Bayi baru lahir seringkali menangis tanpa sebab. Tangisan ini akan segera berhenti ketika bayi diangkat dan digendong. Cara menggendong bayi sesungguhnya harus disesuaikan dengan usia dan kemampuannya, Menurut Robinson (2002) aturan pertama dan penting saat menggendong bayi harus selalu diingat untuk menahan kepala bayi dahulu, kemudian bagian tubuhnya yang lain. Berikut cara aman menggendong bayi: (1). Mengangkat bayi. Kedua tangan mengangkat bayi. Meletakkan salah satu tangan dibawah (bokong). Kemudian menyelipkan tangan yang lain dari arah yang berlawanan pada bagian bawah leher dan kepala. Melakukan hal ini hingga kedua bagian tersangga baik, dan bayi siap untuk angkat. Mengangkat secara perlahan dan hati-hati. Memindahkan kepala bayi secara perlahan sehingga kepala bayi terletak di dekat bahu.

(2). Meletakkan bayi. Meletakkan salah satu tangan di bawah kepala (leher), dan memegang bayi pada bagian bokong dengan tangan lainnya. Menurunkan bayi secara perlahan. Memindahkan tangan dari bokong dan gunakan tangan tadi

(13)

untuk mengangkat kepalanya sehingga tangan yang di kepala tadi dapat dipindahkan, kemudian menurunkan kepala bayi secara perlahan (Musbikin, 2006)

g. Memberi ASI pada Bayi /Feeding

Makanan bayi yang terbaik, sehat, dan sempurna adalah ASI yang diberikan minimal sampai anak berusia 2 tahun (Musbikin, 2006). Pemberian ASI untuk yang pertama kali pada umumnya sebelum 5-6 jam setelah bayi dilahirkan, dengan cara meletakkan bayi di atas payudara ibu. Pemberian ASI diberikan selama 15-20 menit tiap kali menyusui (Pudjiadi, 2001).

Metoda dalam pemberian ASI: (a). Memilih posisi yang nyaman baik duduk, berdiri maupun berbaring dengan punggung terdukung dengan baik, gunakan bantal untuk menyangga bayi sehingga mencapai ketinggian payudara. Memastikan seluruh tubuh bayi, tidak hanya kepalanya menghadap ke tubuh Anda. (b). Memegang bayi mendekat ke arah Anda dan memastikan bahwa kepalanya berada dalam satu garis dengan tubuhnya dan tidak berpaling ke satu sisi. (c). Memposisikan bayi sehingga bibir atasnya setara dengan ketinggian putting, Mengusap pipi bayi dengan jari atau dengan putting, dengan demikian bayi secara naluriah akan berbalik, menempelkan mulutnya, dan mulai menghisap. (d). Membantu bayi dalam mengangkap aerola dengan benar. (e). Menyisipkan jari Anda ke sudut mulut bayi, menghentikan isapan bayi untuk melihat apakah ada aliran dari payudara. (f). Bila perlu memutar musik yang tenang dan jika rumah anda sangat ramai, cari tempat yang sunyi dimana tidak

(14)

akan menggangu selama memberikan ASI (The American Academy of Pediatrics, 2004); (Nolan, 2003).

h. Imunisasi

Kewajiban orang tua untuk mendapatkan dan melengkapi imunisasi secara penuh dan sempurna bagi bayinya. Menurut Markum (2002) imunisasi (pemberian kekebalan) adalah upaya untuk memperkuat sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit. Jadwal pemberian imunisasi pada bayi baru lahir yang lahir di klinik bersalin dimulai pada umur 0 bulan. Imunisasi yang diberikan adalah Hepatitis B 1, BCG (Bacillus Calmette-Guerin), Polio 1 (OPV/Oral Polio Vaccine) (Markum, 2002).

3. Kemampuan

3.1 Defenisi Kemampuan (Ability)

Mampu adalah kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu. Kemampuan adalah kesanggupan; kecakapan; kekuatan (KBBI, 2005). Menurut Chaplin (1997 yang dikutip dari Todar, 2008) ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan perbuatan sesuai kapasitasnya (Robbins, 2003 yang dikutip dari Senen, 2007).

3.2 Jenis Kemampuan dan Cara Mengukur Kemampuan 3.2.1 Jenis Kemampuan

(15)

Kemampuan dapat digolongkan pada dua jenis, yaitu kemampuan fisik dan kemampuan intelektual (Robbins, 2003 yang dikutip dari Senen, 2007). Kemampuan intelektual (Intellectual ability) merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental dan berkaitan dengan pengetahuan dan atau pendidikan dan kemampuan fisik (Physical ability) merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan dan karakteristik fisik.

3.2.2 Cara Mengukur Kemampuan

Pengukuran kemampuan dapat dilakukan dengan pengamatan atau observasi (Cangelosi, 1995 dalam Fitri, 2009)

3.3 Kemampuan Fisik dan Aspek Psikomotor dalam Pembentukan Perilaku

Menurut Suliha, dkk (2001) terbentuknya pola perilaku baru dan berkembangnya kemampuan seseorang terjadi melalui tahapan tertentu, yang dimulai dari pembentukan pengetahuan, sikap, sampai dimilikinya keterampilan baru. Bloom (1976 dalam Suliha, dkk, 2001) mengemukakan bahwa aspek perilaku yang dikembangkan dalam proses pendidikan meliputi tiga domain, yaitu: domain kognitif (pengetahuan), domain afektif dan domain psikomotor (kemampuan).

Menurut Rogers (1974 dalam Setiawati, 2008) bahwa individu akan melakukan perubahan perilaku dengan mengadopsi perilaku melalui 5 tahapan antara lain:

(16)

1) Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2) Interest, yakni orang tertarik kepada stimulus.

3) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya).

4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan prilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap.

3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Ibu Merawat Bayi Baru Lahir

Kemampuan ibu merawat bayi bari lahir dipengaruhi oleh pengetahuan ibu (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004). Menurut Windler (1998) mengenai kemampuan ibu merawat bayi baru lahir membutuhkan pelatihan khusus dan ibu juga harus memahami beberapa prosedur dan manajemen perawatan bayi baru lahir. Selain pengetahuan kemampuan ibu merawat bayi baru lahir juga dipengaruhi oleh pengalaman bersalin (primigravida dan multigravida), pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, tipe persalinan (normal atau sectio cesarea), dukungan keluarga (terutama suami) yang terus menerus dari seorang pendamping

(17)

persalinan kepada ibu selama proses persalinan dan melahirkan dapat mempermudah proses persalinan dan melahirkan itu sendiri, mengurangi kebutuhan tindakan medis, serta meningkatkan rasa percaya diri ibu akan

kemampuan menyusui dan merawat bayinya (Farrer, 1999); (Linkages, 2002).

Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan ibu adalah usia ibu saat melahirkan (Santiyasa, 2004), depresi setelah kehamilan atau paska melahirkan disebut dengan postpartum depression atau peripartum depression. Setelah melahirkan perubahan hormonal yang terjadi di dalam tubuh perempuan dapat memicu terjadinya depresi. Selama kehamilan, terjadi lonjakan jumlah estrogen dan progesteron. Dalam jangka waktu 24 jam setelah melahirkan, jumlah estrogen dan progesteron kembali normal seperti sebelum saat kehamilan (Iskadarwati, 2006), kecemasan dan kelelahan ibu akan mempengaruhi refleks let down dan menurunkan produksi ASI sehingga dapat menghambat kemampuan ibu dalam pemberian feeding pada bayi. Karena salah satu perawatan bayi baru lahir adalah pemberian makan/feeding (Siregar, 2004).

(18)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini mengidentifikasikan hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kemampuan ibu merawat bayi baru lahir selama postpartum dini. Pengetahuan dipengaruhi dua faktor, yaitu: faktor internal (dari dalam diri manusia) dan faktor eksternal (dorongan dari luar berupa tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan) (Suhartono, 2005).

Skema 1. Kerangka konseptual penelitian hubungan tingkat pengetahuan dengan kemampuan ibu merawat bayi baru lahir selama postpartum dini

Keterangan:

Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti

Faktor internal:

 Pendidikan

 Persepsi

 Pengalaman

 Motivasi

Tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan bayi baru lahir, meliputi: -Pengetahuan Baik

-Pengetahuan Sedang -Pengetahuan Buruk

Faktor eksternal:

 Lingkungan dan Budaya

 Informasi

 Penghasilan

 Akses terhadap informasi dan pendidikan

Kemampuan ibu merawat bayi baru lahir, meliputi:

-Mampu Tanpa Bantuan -Mampu Dengan Bantuan -Tidak Mampu

Pengalaman Bersalin, Pelayanan Kesehatan, Tenaga Kesehatan, Tipe Persalinan, Dukungan Keluarga, Usia Ibu saat Melahirkan, Kelelahan Ibu , kecemasan ibu dan Depresi

(19)

2. Defenisi Operasional

N o

Variabel Penelitian

Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. Variabel indepen- dent: tingkat pengeta-huan ibu Pengetahuan ibu tentang perawatan bayi baru lahir yang meliputi:

- Memandikan bayi. - Merawat tali pusat.

- Mengganti dan mengenakan popok. - Mengenakan pakaian bayi, membungkus dan menenangkannya. - Perawatan linen bayi. - Menggendong dan mengatur posisi bayi.

- Memberi ASI pada bayi /feeding. - Imunisasi. Kuesioner sebanyak 24 pernyataan Nilai 0-8: Menunjukkan pengetahuan buruk. Nilai 9-16: Menunjukkan pengetahuan sedang. Nilai 17-24: Menunjukkan pengetahuan baik. Ordinal 2. Variabel dependen: Kemampu - an ibu Kecakapan/kesanggu-pan ibu merawat bayi baru lahir yang meliputi:

- Memandikan bayi. - Merawat tali pusat.

- Mengganti dan mengenakan popok. - Mengenakan pakaian bayi, membungkus dan menenangkannya. - Perawatan linen bayi. - Menggendong dan mengatur posisi bayi.

- Memberi ASI pada bayi /feeding. Lembar observasi berisi 22 pernyataan prosedur perawatan bayi baru lahir mulai dari persiapan sampai selesai melakukan tindakan. Nilai 0-14 = Menunjukkan Kemampuan minimal. Nilai 15-29 = Menunjukkan Kemampuan sedang. Nilai 30-44 = Menunjukkan Kemampuan tinggi Ordinal

Referensi

Dokumen terkait

-nteraksi antara faktor pe'amu (endogen) dan faktor risiko dari luar (eksogen) akan menyebabkan kolonisasi faktor pe'amu (endogen) dan faktor risiko dari luar (eksogen) akan

dengan melakukan pengukuran tingkat kecemasan khususnya pasangan infertil yang sedang menjalani pengobatan infertilitas, dan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi

Dalam kegiatan PKL ini pratikan dapat mempelajari dunia pendidikan di Indonesia lebih mendalam serta mengetahui hal-hal yang dibutuhkan untuk masuk dalam dunia kerja

TIPS: Anda juga dapat membalik tampilan layar Suunto Ambit2 S Anda dengan terus menekan [View] saat berada dalam mode TIME, mode olahraga, melakukan navigasi, atau menggunakan

Dalam banyak kasus, sebuah perusahaan e-commerce bisa bertahan tidak hanya mengandalkan kekuatan produk saja, tapi dengan adanya tim manajemen yang handal, pengiriman yang tepat

Pendapat penulis bahwa mahasiswa yang berada di lingkungan tempat tinggal bersama keluarga yang memiliki motivasi rendah sebenarnya sudah berusaha mencapai hasil

[r]

Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Pengeluaran Publik dan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur; Fidya Apriliani, 100810101034; 2014;