• Tidak ada hasil yang ditemukan

xiii Patofisiologi Konjungtivitis Jenis Konjungtivitis Konjungtivitis Bakteri Konjungtivitis Virus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "xiii Patofisiologi Konjungtivitis Jenis Konjungtivitis Konjungtivitis Bakteri Konjungtivitis Virus"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii

KATA PENGANTAR ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v

ABSTRAK... vi

ABSTRACT... vii

RINGKASAN... viii

SUMMARY... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.1.3 Tujuan umum... 3

1.1.4 Tujuan khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ……… 4

1.4.1 Manfaat bagi Peneliti... 4

1.4.2 Manfaat bagi Perguruan Tinggi ... 4

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Konjungtiva ... 5

2.1.1 Anatomi... 5

2.1.2 Histologi... 6

2.1.3 Perdarahan dan Persarafan... 6

2.2 Konjungtivitis ... 7

(2)

xiii 2.2.2 Patofisiologi Konjungtivitis... 7 2.2.3 Jenis Konjungtivitis ……… ... 8 2.2.3.1 Konjungtivitis Bakteri... 8 2.2.3.2 Konjungtivitis Virus... 11 2.2.3.3 Konjungtivitis Alergi... 13 2.2.3.4 Konjungtivitis Jamur... 18 2.2.3.5 Konjungtivitis Kimia/Irritatif... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Desain Penelitian ... 19

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 19

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 19

3.3.1 Populasi Penelitian ... 19

3.3.2 Sampel Penelitian... 20

3.3.2.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Sampel... 20

3.3.2.2 Besar Sampel... 21

3.3.2.3 Teknik Pemilihan Sampel... 21

3.4 Data... ... 22

3.4.1 Jenis dan Sumber Data... 22

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data... 22

3.4.3 Definisi Operasional... 22

3.4.4 Analisis Data secara Deskriptif... 23

3.5 Alur Penelitian ... 24

3.6 Anggaran Biaya ... 25

3.7 Jadwal Penelitian ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN... 27

4.1 Insiden ... 27

4.2 Karakteristik Pasien ... 27

4.2.1 Jenis Kelamin ... 27

4.2.2 Kategori Usia ... 28

4.2.3 Lokasi Munculnya Gejala ... 29

(3)

xiv

4.3 Manajemen ... 31

4.3.1 Bentuk Sediaan dan Bahan Aktif Obat ... 31

4.3.2 Pemberian Tetes Mata ... 33

4.3.3 Pemberian Obat Per-Oral ... 35

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Insiden ... 36

5.2 Karakteristik Pasien... 37

5.2.1 Jenis Kelamin ... 37

5.2.2 Kategori Usia ... 37

5.2.3 Lokasi Munculnya Gejala ... 38

5.2.4 Gejala dan Tanda Klinis ... 39

5.3 Manajemen ... 40

5.3.1 Bentuk Sediaan dan Bahan Aktif Obat ... 40

5.3.2 Pemberian Tetes Mata ... 40

5.3.3 Pemberian Obat Per-Oral ... 43

5.4 Keterbatasan Penelitian ... 44

BAB VI KESIMPULAN dan SARAN ... 45

6.1 KESIMPULAN ... 45 6.2 SARAN ... 45 DAFTAR PUSTAKA ... 46 LAMPIRAN ... 48 Lampiran I ... ... 48 Lampiran II ... 49 Lampiran III ... 50

(4)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Anggaran Biaya ... 24

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 24

Tabel 4.1 Jenis Kelamin... 27

Tabel 4.2 Kategori Usia... 28

Tabel 4.3 Lokasi Munculnya Gejala... 29

Tebel 4.4 Gejala dan Tanda Klinis... 30

Tabel 4.5 Bentuk Sediaan Obat... 31

Tabel 4.6 Bahan Aktif Obat... 32

Tabel 4.7 Pemberian Tetes Mata... 33

(5)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Konjungtiva ... 5

Gambar 2.2 Patofisiologi Fase Akut dan Kronis Konjungtivitis Alergi Seasonal dan Parennial ... 16

Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 23

Diagram 4.1 Jenis Kelamin... 27

Grafik 4.1 Kategori Usia... 28

Diagram 4.2 Lokasi Munculnya Gejala... . 29

Grafik 4.2 Gejala dan Tanda Klinis... 30

Diagram 4.3 Bentuk Sediaan Obat... ... 31

Grafik 4.4 Pemberian Tetes Mata... . 34

(6)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Rekomendasi Ijin Penelitian ... 48 Lampiran II Ethical Clearance ... 49 Lampiran III Laporan Rekam Medis Pasien Konjungtivitis Pasien Rawat Jalan

(7)

xviii

ABSTRAK

INSIDEN, KARAKTERISTIK, dan MANAJEMEN KONJUNGTIVITIS

PASIEN RAWAT JALAN di RUMAH SAKIT INDERA DENPASAR PERIODE JANUARI-APRIL 2014

Maulidia, 2014; Pembimbing : Drs. I Gede Made Adioka, Apt., M.Kes.

Konjungtivitis merupakan penyakit yang umum di jumpai di masyarakat. Sampai saat ini belum ada penelitian yang dilakukan untuk mengetahui insiden, karakteristik, dan manajemen konjungtivitis di Denpasar. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui insiden, karakteristik, dan manajemen konjungtivitis pasien rawat jalan di Rumah Sakit Indera Denpasar periode Januari-April 2014. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang datanya merupakan data retrospektif yang diambil secara cross-sectional pada bulan Juni 2014. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa insiden konjungtivitis pada bulan Januari-April 2014 sebanyak 160 kasus dengan jenis konjungtivitis terbanyak berupa konjungtivitis suspek bakteri atau virus sebnyak 135 kasus. Karakteristik pasien diketahui paling banyak pada jenis kelamin laki-laki (53,125%), kategori usia 31-40 tahun (18,75%), dan lokasi munculnya gejala pada kedua mata (59,375%) serta tanda klinis berupa mata merah (100%). Manajemen konjungtivitis yang paling sering digunakan adalah tetes mata yang mengandung antibiotik dan lubrikan.

(8)

xix

ABSTRACT

INCIDENCE, CHARACTERISTIC, and MANAGEMENT of OUT-PATIENT with CONJUNCTIVITIS in INDERA HOSPITAL DENPASAR

PERIOD JANUARY-APRIL 2014

Maulidia, 2014; Supervisor : Drs. I Gede Made Adioka, Apt., M.Kes.

Conjunctivitis is a common disease in the community. Until now there has been no study to find out the incidence, characteristic, and management of conjunctivitis in Denpasar. This study was conducted to find out the incidence, characteristic, and management of out-patient with conjunctivitis in Indera Hospital Denpasar period January to April 2014. This study was descriptive, which the data was retrospective and taken through cross-sectional on Juny 2014. Through this study, it is known that the incidence of conjunctivitis on January to April 2014 was 160 cases with 135 bacterial or viral suspected conjunctivitis. The most common patient’s characteristic were male (53,125%), age group 31 to 40 years old (18,75%), predilecting location in both eyes (59,375%) with clinical sign red eye (100%). The management of conjunctivitis mostly used eye drop with antibiotic and lubricant.

(9)

xx

RINGKASAN

Konjungtivitis merupakan salah satu gangguan mata yang paling sering dijumpai pada pelayanan kesehatan primer. Konjungtivitis dapat menyerang seluruh kelompok umur, akut maupun kronis, serta disebabkan oleh berbagai faktor baik eksogen maupun endogen. Faktor eksogen meliputi bakteri, virus, jamur, maupun zat kimiawi irritatif, seperti asam, basa, asap, angin, sinar ultraviolet hingga iatrogenik. Faktor endogen penyebab konjungtivitis berupa reaksi hipersensitivitas, baik humoral maupun selular, serta reaksi autoimun.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui insiden, karakteristik, dan manajemen konjungtivitis di Rumah Sakit Indera Denpasar. Desain penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan cara observasi dan pencatatan data rekam medis. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Insiden konjungtivitis pasien rawat jalan di Rumah Sakit Indera Denpasar periode Januari-April 2014 adalah 160 kasus. Dari 160 kasus, terdapat 136 kasus

konjungtivitis suspek bakteri atau virus, 14 kasus konjungtivitis alergi, dan 10 pasien konjungtivitis irritatif. Pada penelitian ini tidak dijumpai konjungtivitis

jamur.

Berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa dari 160 pasien terdistribusi sebagai berikut, yaitu pasien laki-laki sebanyak 85 orang (53,125%) dan perempuan sebanyak 75 orang (46,875%).

Berdasarkan kategori usia menunjukkan bahwa dari 160 pasien terdistribusi sebagai berikut, yaitu 29 pasien (18,125%) berusia 0-10 tahun, 19 pasien (11,875%) berusia 11-20 tahun, 27 pasien (16,875%) berusia 21-30 tahun, 30

pasien (18,75%) berusia 31-40 tahun, 25 pasien (15,625%) berusia 41-50 tahun, 17 pasien (10,625%) berusia 51-60 tahun, 13 pasien (8,125%) berusia 61-70

tahun, dan tidak ada pasien (0%) yang berusia lebih dari 70 tahun.

Berdasarkan lokasi munculnya gejala menunjukkan bahwa dari 160 pasien terdistribusi sebagai berikut, yaitu 32 pasien (20%) mengalami konjungtivitis pada mata kanan atau oculi dekstra (OD), 33 pasien (20,625%) pada mata kiri atau oculi sinistra (OS) dan 95 pasien (59,375%) pada kedua mata atau oculi dekstra-sinistra (ODS).

Berdasarkan gejala dan tanda klinis menunjukkan bahwa dari 160 pasien terdistribusi sebagai berikut, yaitu mata merah ditemukan pada 160 pasien

(100%), bengkak pada 40 pasien (25%), mata berair pada 61 pasien (38%), sekret pada 82 pasien (51,25%), perih pada 21 pasien (13,125%), gatal pada 33

pasien (20,625%), ngeres-mengganjal pada 16 pasien (10%), nyeri pada 9 pasien (5,625%), silau pada 2 pasien (1,25%), kabur pada 13 pasien (8,125%), dan nek pada 8 pasien (5%).

Berdasarkan manajemen menunjukkan bahwa manajemen secara

farmakoterapi dibagi menjadi dua, yaitu tetes mata dan per-oral. Jenis tetes mata yang diberikan terdistribusi sebagai berikut, yaitu 40 pasien (25%) mendapatkan

(10)

xxi

tetes mata antibiotik (single), 77 pasien (48,125%) mendapatkan tetes mata antibiotik kombinasi berupa antibiotik dengan kortikosteroid, 37 pasien (23,125%) mendapatkan tetes mata berupa kombinasi antibiotik dengan antibiotik, 14 pasien (8,75%) mendapatkan vasokonstriktor-antihistamin, 139 pasien (86,875%) mendapatkan lubrikan, dan tidak ada pasien yang mendapatkan jenis tetes mata antivirus. Pemberian obat per-oral terdistribusi sebagai berikut, yaitu 39 pasien (24,375%) mendapatkan vitamin, 39 pasien (24,375%) mendapatkan NSAID, 9 pasien (5,625%) mendapat immunomodulator, 4 pasien (2,5%) mendapatkan antibiotik, dan 3 pasien (1,875%) mendapatkan antipiuretik.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa gambaran umum karakteristik konjungtivitis pasien rawat jalan di Rumah Sakit Indera Denpasar periode Januari-April 2014 yang paling sering dijumpai adalah jenis kelamin laki-laki, kategori usia 31-40 tahun, lokasi munculnya gejala pada kedua mata, serta gejala dan tanda klinis berupa mata merah.

Manajemen konjungtivitis pasien rawat jalan di Rumah Sakit Indera Denpasar periode Januari-April 2014 meliputi pemberian tetes mata dan obat per-oral. Jenis tetes mata yang paling sering diberikan adalah tetes mata yang mengandung antibiotik dan tetes mata lubrikan serta jenis obat per-oral yang paling sering diberikan adalah vitamin and NSAID.

(11)

xxii

SUMMARY

Conjunctivitis is one of the most common eye disease in primary care. Conjunctivitis can affect all age groups, acute or chronic, and caused by various exogenous and endogenous factors. Exogenous factors can be bacteria, viral, fungal, or irritative chemical substances such as acid, base, smoke, wind, UV light, till iatrogenic. Endogenous factors can be hypersensitivity reaction, which are humoral and cellular, and autoimune reaction.

This study was done to find out the incidence, characteristic, and management of out-patient with conjunctivitis in Indera Hospital Denpasar. The study design was descriptive and taken through observating and recording the patient’s medical record. The sample was choosen by purposive-sampling technique.

The incidence of out-patient with conjunctivitis in Indera Hospital Denpasar period January-April 2014 was 160 cases. From those 160 cases, 136 cases were bacterial or viral suspected conjunctivitis, 14 cases were allergic conjunctivitis, and 10 cases were irritatative-conjunctivitis. There was no fungal conjunctivitis found in this research.

Based on the gender, it was shown that from those 160 patients, 85 patients (53,125%) were male and 75 patients (46,875%) were female.

Based on the age group, it was shown that from those 160 patients, there were 29 patients (18,125%) aged 0 to 10 years old, 19 patients (11,875%) aged 11 to 20 years old, 27 patients (16,875%) aged 21 to 30 years old, 30 patients (18,75%)

aged 31 to 40 years old, 25 patients (15,625%) aged 41 to 50 years old, 17 patients (10,625%) aged 51 to 60 years old, 13 patients (8,125%) aged 61 to 70

years old, and there was no patient aged more than 70 years old.

Based on the location, it was shown that from those 160 patients, there were 32 patients (20%) had conjunctivitis on oculi dextra (OD), 33 patients (20,625%) on oculi sinistra (OS) and 95 patients (59,375%) on oculi dextra et sinistra (ODS).

Based on clinical sign and symptoms, it was shown that from those 160 patients, red eye were found in 160 patients (100%), edema in 40 patients (25%), tearing in 61 patients (38%), secret in 82 patients (51,25%), eye irritation in 21 patients (13,125%), itchy in 33 patients (20,625%), foreign-body sensation in 16 patients (10%), pain in 9 patients (5,625%), eye glare in 2 patients (1,25%), blurred-vision in 13 patients (8,125%), dan blunt pain in 8 patients (5%).

The farmacologic management was divided into 2, which were eye drop and per-oral. The distribution of eye drop was as follows : 40 patients (25%) got single-antibiotic eye drop, 77 patients (48,125%) got antibiotic-corticosteroid combination eye drop, 37 patients (23,125%) got antibiotic-antibiotic combination

eye drop, 14 patients (8,75%) got vasoconstrictor-antihistamin eye drop, 139 patients (86,875%) got lubricant, and there was no patient got antiviral eye

drop. The distribution of per-oral medication was as follows : 39 patients (24,375%) got vitamin, 39 patients (24,375%) got NSAID, 9 patients (5,625%)

(12)

xxiii

got immunomodulator, 4 patients (2,5%) got antibiotic, dan 3 patients (1,875%) got antipiuretic.

From the data above, it could be concluded that the most common characteristic of out-patients with conjunctivitis in Indera Hospital Denpasar period January to April 2014 were males, age group 31 to 40 years old, location in both eyes, and with clinical sign which was red eye.

The management of conjunctivitis for out-patients in Indera Hospital Denpasar could be divided into eye drop and per-oral medication. The mostly used eye drop was antibiotic-aye drop and lubricant. The mostly used per-oral medication was vitamin and NSAID.

(13)

xxiv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Mata merupakan salah satu organ yang memiliki peranan penting bagi tubuh,

terutama sebagai indera penglihatan. Dalam menjalankan fungsinya, mata di tunjang oleh berbagai struktur seperti konjungtiva, sklera, kornea, iris,

pupil, lensa, aqueous humour, vitreous humour dan retina. Berkaitan dengan lokasi anatomisnya sebagai struktur terluar mata, konjungtiva menjadi struktur yang paling pertama berhubungan langsung dengan dunia luar. Hal ini membuat konjungtiva menjadi sangat rentan terhadap paparan bahan atau zat (baik fisik maupun kimia), serta agen-agen infeksi seperti bakteri, virus, maupun jamur. Dewasa ini, perkembangan dunia industrialisasi serta maraknya polusi, terutama polusi udara telah ikut berperan dalam peningkatan faktor resiko terjadinya infeksi pada mata, terutama konjungtiva.

Berbagai reaksi inflamasi dapat terjadi sebagai respon utama terhadap adanya paparan bahan atau agen infeksi yang menyerang mata. Hal ini biasanya bermanifestasi sebagai gejala berupa mata merah yang umum terjadi di masyarakat. Dalam ilmu kedokteran, mata merah dapat menjadi manifestasi beberapa penyakit, seperti konjungtivitis. Konjungtivitis merupakan salah satu gangguan mata yang paling sering dijumpai pada pelayanan kesehatan primer dan pediatri. Menurut Garcia-Ferrer (2008), radang konjungtiva (konjungtivitis)

(14)

xxv

adalah penyakit mata paling umum di dunia dan bervariasi dari hiperemia ringan dengan mata berair hingga konjungtivitis berat dengan sekret purulen kental. Konjungtivitis dapat menyerang seluruh kelompok umur, akut maupun kronis, serta disebabkan oleh berbagai faktor baik eksogen maupun endogen. Faktor eksogen meliputi bakteri, virus, jamur, maupun zat kimiawi irritatif, seperti asam, basa, asap, angin, sinar ultraviolet hingga iatrogenik. Faktor endogen penyebab konjungtivitis berupa reaksi hipersensitivitas, baik humoral maupun selular, serta reaksi autoimun.

Konjungtivitis bakteri akut merupakan keluhan mata yang sangat umum di temui pada 1% dari seluruh kunjungan di pelayanan kesehatan primer (Hovding, 2008). Berdasarkan penelitian di daerah perkotaan dan pedesaan Taiwan, terdapat 75.488 pasien dengan kasus konjungtivitis akut dan 158.878 pasien dengan konjungtivitis kronis sepanjang tahun 2000-2007, dimana tingkat kekambuhan dalam 7 hari sebesar 4.47% pada konjungtivitis akut dan 1.24% pada konjungtivitis kronis (Chun-Chi Chiang, 2012). Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, konjungtivitis termasuk dalam 10 pola penyakit terbanyak pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus baru sebesar 68.026, yang terdiri atas 30.250 pasien pria dan 37.776 pasien wanita. Penelitian mengenai konjungtivitis di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi pada bulan Oktober hingga November 2012 menunjukkan bahwa terdapat 74 pasien konjungtivitis (laki-laki : 36, perempuan : 38), dengan usia terbanyak 12-17 tahun (Shakira, 2012).

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai insiden dan manajemen konjungtivitis di Rumah Sakit Indera Denpasar.

(15)

xxvi

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui :

1. Bagaimana insiden konjungtivitis pasien rawat jalan di Rumah Sakit Indera Denpasar pada periode Januari-April 2014?

2. Bagaimana gambaran umum karakteristik konjungtivitis pasien rawat jalan di Rumah Sakit Indera Denpasar pada periode Januari-April 2014?

3. Bagaimana manajemen penyakit konjungtivitis pasien rawat jalan di Rumah Sakit Indera Denpasar pada periode Januari-April 2014?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran umum dan manajemen konjungtivitis pasien rawat jalan di Denpasar pada periode Januari-April 2014

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui insiden konjungtivitis pasien rawat jalan di Rumah Sakit Indera Denpasar pada periode Januari-April 2014

2. Mengetahui gambaran umum karakteristik konjungtivitis pasien rawat jalan di Rumah Sakit Indera Denpasar pada periode Januari-April 2014

3. Mengetahui manajemen penyakit konjungtivitis pasien rawat jalan di Rumah Sakit Indera Denpasar pada periode Januari-April 2014

(16)

xxvii

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat bagi Peneliti 1.4.1.1 Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan pertimbangan untuk membuat intervensi, baik farmakologis maupun non-farmakologis, terhadap pasien konjungtivitis

2. Sebagai penerapan ilmu yang telah di peroleh kepada masyarakat 1.4.1.2 Manfaat Teoritis

1. Memberikan informasi dan wawasan terbaru mengenai konjungtivitis

2. Menambah pustaka pengetahuan di bidang kesehatan, terutama kesehatan mata, dan menjadi dasar atau referensi bagi peneliti selanjutnya

3. Menambah keterampilan peneliti dalam penyusunan proposal penelitian sebagai salah satu aplikasi ilmu selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

1.4.2 Manfaat bagi Perguruan Tinggi

1. Mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam bidang penelitian

2. Meningkatkan kerjasama antara mahasiswa dan staff pengajar di Universitas Udayana

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat

Memberikan informasi dan referensi terbaru kepada masyarakat mengenai konjungtivitis, sehingga masyarakat dapat mengenali dan melakukan upaya preventif terhadap konjungtivitis.

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut (Wahyuni, 2009) motivasi ekstrinsik merupakan sebuah konstruk yang berkaitan dengan sebuah aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan beberapa hasil karena

Adanya perubahan pada lesi berpigmentasi merupakan tanda awal pada melanoma, perubahan warna ini bervariasi dan biasanya menjadi lebih gelap, terjadi peningkatan

Kekerasan email setelah demineralisasi hingga penyikatan setara 2 minggu hanya pada kelompok penyikatan dengan pasta gigi Nano kalsium karbonat dan pasta gigi mengandung

Hasil pembahasan menunjukkan pendayagunaan infrastruktur sanitasi dan air bersih di kabupaten Gresik tahun 2011 belum mampu mendukung kesehatan masyarakat terbebas dari penyakit

 Membahas tindakan medis yang dilakukan pada kasu ileus obstruksi dan paralitic  Membahas tentang asuhan keparawatan lengkap kasus diatas.  Menganalisis kasus pembedahan kasus

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam, pencipta langit, bumi, dan segala isinya. Hanya dengan petunjuk dan karunia Allah, skripsi yang berjudul

El-Nino yang terjadi pada tahun 2015 bukanlah satu-satunya penyebab kekeringan di sejumlah wilayah Indonesia, namun juga disebabkan oleh peristiwa IOD (+) pada bulan

Integr egrated ated circu circuit it ada adalah lah seb sebuah uah ko kompo mponen nen kom komplek plek yang terdiri yang terdiri dar dari i bah bahan an