• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I BAB I. PENDAHULUAN. Persaingan usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk selalu berupaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I BAB I. PENDAHULUAN. Persaingan usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk selalu berupaya"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Persaingan usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk selalu berupaya agar perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Konsep kesatuan usaha menyebabkan adanya pemisahan antara pemilik dan manajemen sehingga ekuitas dapat diartikan sebagai utang perusahaan kepada pemilik (Suwardjono, 2005). Oleh sebab itu, dapat diartikan bahwa tujuan utama dari berdirinya suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kesejahteraan pemilik.

Setiap keputusan yang diambil pihak manajemen harus dipertimbangkan dengan baik karena akan memengaruhi nilai perusahaan. Keputusan pendanaan (financing decision) membutuhkan pertimbangan manajemen dikarenakan perusahaan harus memperoleh dana dengan biaya rendah dan pada tingkat risiko tertentu (Hanafi, 2014). Berdasarkan Riyanto (1995) dalam Prayogo (2002), terdapat dua sumber pendanaan, yaitu pendanaan internal yang dihasilkan sendiri di dalam perusahaan (laba ditahan) dan pendanaan eksternal yang diperoleh dari penerbitan obligasi, pemberian kredit Bank, maupun penerbitan saham biasa atau preferen. Keputusan pendanaan mengharuskan perusahaan untuk mempertimbangkan proporsi struktur modal yang optimal. Penelitian yang dilakukan oleh (Akhtar, 2005) menunjukkan bahwa kebanyakan perusahaan manufaktur menggunakan proporsi utang yang lebih besar. Perusahaan yang

(2)

2 cenderung memiliki aset tetap yang besar dapat menggunakan aset tetap tersebut sebagai jaminan untuk mendapatkan utang yang lebih besar sehingga menjamin kelangsungan operasi perusahaan (Nwachukwu & Mohammed, 2012). Operasi perusahaan yang terjaga dapat meningkatkan tingkat pengembalian kepada pemegang saham melalui peningkatan harga saham.

Keputusan mengenai struktur modal tidak hanya akan berpengaruh pada tingkat pengembalian pemegang saham namun juga akan berdampak pada tingkat risiko keuangan perusahaan. Semakin besar utang yang dimiliki, semakin besar kemungkinan ketidakmampuan perusahaan membayar kewajiban-kewajibannya. Kondisi perusahaan akan semakin terpuruk apabila perusahaan tidak mencapai target profitabilitasnya. Selain itu, struktur modal perusahaan dapat memengaruhi nilai perusahaan sehingga proporsi antara penggunaan utang dan ekuitas sebagai sumber pendanaan perusahaan merupakan keputusan krusial yang berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan (Abor, Debt Policy and Performance of SMEs: Evidence from Ghanaian and South African Firm, 2007). Pihak manajemen harus memutuskan struktur modal yang optimal karena ketidakberhasilan dalam memutuskan struktur modal dapat menjerumuskan perusahaan menuju kebangkrutan (Eriotis, Vasiliou, & Neokosmidi, 2007).

Menurut Jensen dan Meckling (1976), pemisahan hubungan antara pemilik

(principal) dan manajemen (agent) menimbulkan pemisahan fungsi antara

pemegang saham dengan manajemen. Permasalahan yang sering timbul adalah konflik kepentingan antara pemegang saham dengan manajemen sehingga manajemen cenderung untuk meningkatkan kekayaan pribadi daripada

(3)

3 meningkatkan return untuk pemegang saham (Jensen & Ruback, The Market for Corporate Control: The Scientific Evidence, 1983). Selain itu, adanya informasi asimetris antara pemegang saham dan manajemen menyebabkan pemegang saham yang memiliki lebih sedikit informasi mengenai kondisi perusahaan harus menginterpretasikan perilaku manajemen. Keputusan struktur modal dapat memberikan sinyal bagi pihak investor sehingga manajemen dapat menjalankan tugas sesuai dengan tujuan inti perusahaan (Hanafi, 2014).

Upaya yang dapat dilakukan untuk memantau dan mengendalikan kinerja manajemen sehingga terjadi keselarasan tujuan adalah dengan menerapkan corporate governance (tata kelola korporat). Indonesia memiliki peraturan yang bertujuan untuk meningkatkan prinsip tata kelola korporat sehingga penerapannya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Pada tanggal 8 Desember 2014, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik yang mengatur ketentuan-ketentuan terkait Direksi dan Dewan Komisaris di Indonesia. POJK Nomor 33/POJK.04/2014 memuat mengenai tugas, tanggung jawab, dan wewenang Dewan Komisaris, serta mengatur proporsi keanggotaan Dewan Komisaris dan Komisaris Independen pada perusahaan emiten maupun perusahaan publik.

Peraturan tersebut memberikan dampak yang signifikan terhadap beberapa perusahaan di Indonesia untuk melaksanakan perubahan susunan keanggotaan Dewan Komisaris dan Komisaris Independen. Pada tahun 2015, banyak perusahaan di Indonesia melakukan perombakan susunan Dewan Komisaris dikarenakan

(4)

4 adanya peraturan mengenai proporsi Dewan Komisaris dan Komisaris Independen yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan.

Brown dan Caylor (2004) menjelaskan bahwa perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance dapat meningkatkan tingkat pengembalian (return) saham dan menurunkan risiko bisnis perusahaan. Dewan Komisaris memegang peran penting dalam manajemen karena bertugas untuk melakukan pengawasan atas kinerja manajamen, mengarahkan strategi perusahaan, memiliki wewenang atas pengendalian risiko, dan memantau penggunaan modal perusahaan (Warsono, Amalia, & Rahajeng, 2009). Menurut Brealey, Myers dan Marcus (2012), penerapan Good Corporate Governance memberikan kepastian akan jaminan

return untuk pemegang saham yang telah menanamkan modalnya di perusahaan.

Dengan demikian, penentuan proporsi dan komposisi Dewan Komisaris, serta Komisaris Independen yang memiliki fungsi pengawasan terhadap kinerja manajemen memiliki peran penting agar tujuan perusahaan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham dapat tercapai.

Penelitian yang dilakukan oleh Wen et al. (2002) dan Brennan dan McDermott (2004) menemukan bukti bahwa Komisaris Independen dan rasio utang memiliki hubungan negatif. Adanya Komisaris Independen dalam perusahaan dapat meningkatkan pengawasan yang independen sehingga dapat menurunkan ketidakpastian perusahaan. Brennan dan McDermott (2004) dan Kuo et al. (2012) mengungkapkan adanya Komisaris Independen dapat menurunkan tingkat utang perusahaan. Peasnell et al. (2006) mengemukakan bahwa Komisaris Independen akan melakukan pengawasan secara efektif sehingga dapat mengurangi konflik

(5)

5 keagenan dalam perusahaan. Dengan demikian, perusahaan yang memiliki proporsi Komisaris Independen yang sesuai dapat menurunkan tingkat utangnya. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Abor dan Biekpe (2005), Abor (2007) dan Jensen (1986) menemukan bukti empiris bahwa Komisaris Independen memiliki pengaruh positif terhadap rasio utang.

Struktur modal perusahaan diputuskan oleh Dewan Komisaris dan pemegang saham sesuai dengan persetujuan pemegang saham (OECD, 2004). Menurut Fama dan Jensen (1983), Dewan Komisaris memiliki wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan manajemen. Keragaman yang tepat dalam struktur Dewan Komisaris dapat memengaruhi keputusan manajemen terkait utang sehingga dapat meningkatkan efektifitas penggunaan utang (Emoni, Muturi, & Wandera, 2016). Keragaman dalam struktur dewan memiliki hubungan positif dengan peningkatan kesejahteraan pemegang saham sebagai peningkatan nilai perusahaan (Carter, Simkins, & Simpson, 2003).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Studi Pemerintahan, Institusi, dan Organisasi National Business School (NUS) Singapore, hanya sekitar 40% dari 424 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki anggota Direksi maupun Komisaris wanita. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa dari 3.736 anggota Dewan Direksi dan Dewan Komisaris, hanya 11,6% yang berjenis kelamin wanita (Dieleman & Aishwarya, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Adams dan Ferreira (2009), Emoni, Muturi dan Wandera (2016), dan Jaradat (2005) menjelaskan bahwa Komisaris wanita memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal. Namun, penelitian Abobakr dan Elgiziry (2016) dan Faccio, Marchica &

(6)

6 Mura (2016) bahwa proporsi wanita memiliki hubungan yang negatif terhadap struktur modal. Hal tersebut dikarenakan kebanyakan Komisaris wanita memiliki preferensi risk averse.

Tarus dan Ayabei (2016), Vafeas (2003) dalam Tarus dan Ayabei (2016), dan Bebchuk et al. (2002) dalam Tarus dan Ayabei (2016) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa masa jabatan anggota dewan berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Semakin lama seseorang menjabat maka akan semakin meningkat pula kemampuan dalam melakukan pengawasan terhadap manajemen dan semakin kritis dalam mempertimbangkan struktur modal. Penjelasan yang berlawanan ditegaskan dalam penelitian Byrd et al. (2010) dan Vafeas (2003) dalam Tarus dan Ayabei (2016) yang menjelaskan bahwa masa jabatan memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal.

Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Vafeas (2005) dalam Alzoubi dan Selamat (2012) menjelaskan bahwa ukuran Dewan Komisaris yang terlalu besar maupun terlalu kecil menyebabkan kinerja menjadi tidak efektif. Wen et al. (2002) menegaskan hubungan positif antara ukuran Dewan Komisaris dengan struktur modal. Namun, Berger et al. (1997) dan Abor (2007) menjelaskan adanya hubungan negatif antara ukuran Dewan Komisaris dan struktur modal. Hasan dan Butt (2009) serta Ganiyu dan Abiodun (2012) dalam Do dan Wu (2013) juga menemukan hubungan negatif antara ukuran Dewan Komisaris dengan struktur modal.

Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini ditujukan untuk menguji pengaruh keragaman Dewan Komisaris dan proporsi Komisaris Independen

(7)

7 terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang tedaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang ada di penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah proporsi wanita dalam Dewan Komisaris memiliki pengaruh signifikan terhadap leverage?

2. Apakah masa jabatan Dewan Komisaris memiliki pengaruh signifikan terhadap leverage?

3. Apakah ukuran Dewan Komisaris memiliki pengaruh signifikan terhadap leverage?

4. Apakah proporsi Komisaris Independen memiliki pengaruh signifikan terhadap leverage?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu sebagai berikut.

1. Tujuan pertama adalah untuk menguji secara empiris apakah keragaman Dewan Komisaris memiliki pengaruh terhadap leverage di perusahaan manufaktur di Indonesia.

2. Tujuan kedua adalah untuk menguji secara empiris apakah proporsi Komisaris Independen memiliki pengaruh terhadap leverage di perusahaan manufaktur di Indonesia.

(8)

8 1.4 Motivasi Penelitian

Penelitian mengenai Dewan Komisaris dan struktur modal yang berkembang di Indonesia, seperti penelitian Chamidah (2012), Rahadian dan Hadiprajitno (2014), Pangaribuan (2007), dan Soesetia (2008) umumnya hanya mengukur kos keagenan, ukuran komite audit, dan struktur kepemilikan sebagai proksi komponen corporate governance. Komponen lain seperti keragaman Dewan Komisaris dan proporsi Komisaris Independen sebagai proksi corporate governance penting untuk diteliti sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap leverage.

Penelitian ini menggunakan tiga variabel kontrol untuk meningkatkan nilai signifikansi variabel independen dan memperkecil error term. Variabel kontrol yang digunakan disesuaikan dengan literatur sebelumnya. Tarus dan Ayabei (2016), Cespedes, Gonzales dan Molina (2010), serta Nwacukwu dan Mohammed (2012) menggunakan variabel ukuran perusahaan dan kinerja keuangan sebagai variabel kontrol penelitian pengaruh komposisi dewan terhadap leverage. Penelitian yang dilakukan Crutchely dan Hansen (1989), De Jong, Kabir dan Nguyen (2008), serta Tarus dan Ayabei (2016) juga menggunakan risiko perusahaan sebagai variabel kontrol karena risiko perusahaan penting untuk menentukan struktur modal perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menggunakan variabel kontrol berupa ukuran perusahaan, risiko perusahaan, dan kinerja keuangan yang diproksikan dalam profitabilitas.

1.5 Kontribusi Penelitian

(9)

9 1. Bagi mahasiswa.

Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pemahaman, menambah wawasan, serta referensi mengenai pengaruh keragaman Dewan Komisaris dan proporsi Komisaris Independen terhadap struktur modal.

2. Bagi akademisi.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris terkait pengaruh Dewan Komisaris terhadap struktur modal sehingga hasil penelitian dapat menjelaskan teori yang sudah ada, serta dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi pihak perusahaan.

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan terkait komposisi Dewan Komisaris yang tepat guna mencapai struktur modal optimal untuk perusahaan manufaktur di Indonesia. 4. Bagi pengguna laporan keuangan (investor dan kreditor)

Penelitian ini diharapkan dapat membantu investor dalam pengambilan keputusan investasi dan membantu kreditor dalam mempertimbangkan keputusan pemberian pinjaman dengan memperhatikan keragaman Dewan Komisaris dan proporsi Komisaris Independen.

1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Penelitian ini memiliki ruang lingkup dan batasan penelitian sebagai berikut. 1. Keragaman Dewan Komisaris suatu perusahaan dalam penelitian ini

(10)

10 2. Penelitian ini menggunakan asumsi tidak adanya perubahan kebijakan

yang signifikan ketika Dewan Komisaris sedang menjabat. 3. Struktur modal perusahaan diproksikan dengan leverage.

4. Perusahaan yang akan diteliti menerapkan two-tier system bukan one-tier system.

1.7 Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab dengan sistematika penulisan penelitian sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan

Bab ini merupakan pengantar penulisan penelitian yang membahas mengenai latar belakang, motivasi penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori

Bab ini membahas mengenai teori-teori yang mendasari hipotesis, tinjauan penelitian sejenis yang pernah dilakukan untuk mengembangkan hipotesis, dan hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian.

BAB III Metoda Penelitian

Bab ini mencakup metoda penelitian yang digunakan, meliputi desain penelitian, sumber dan jenis data, populasi dan sampel, definisi dan instrumen pengukuran variabel penelitian, serta alat yang digunakan untuk menganalisis data.

(11)

11 BAB IV Analisis Data

Bab ini menyajikan analisis hasil pengumpulan data, pengujian kualitas data, pengujian hipotesis serta analisis hasil dari pengolahan data untuk menjawab pertanyaan penelitian.

BAB V Penutup

Bab ini berisi kesimpulan akhir dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran untuk pengembangan penelitian berikutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan tersebut membuat siswa terlibat secara aktif dalam belajar hal ini menunjukkan peningkatan dari pra tindakan yang pada setiap butir pengamatan persentase

Disini peneliti menggunakan kepemilikan institusional dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) sebagi variabel dependen yang dapat dilihat dari beberapa penelitian

Data dari kedua kelas dikatakan memiliki rataan yang sama jika nilai signifikan > 0,05, sedangkan data dari kedua kelas dikatakan memiliki rataan yang berbeda jika

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa Pemerintah Kabupaten Blitar dalam menyelesaikan sengketa perbatasan dengan Pemerintah Kabupaten Kediri melalui

Gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan hal yang umum terjadi pada pasien bedah karena kombinasi dari faktor-faktor preoperatif, perioperatif dan

Melihat betapa pentingnya penerapan program Corporate Social Responsibility (CSR) seperti yang diuraikan sebelumnya, maka pihak manajemen PT Tirta Investama melakukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga kategori kesalahan yang dilakukan oleh para peserta adalah kesalahan morfologi (bound morpheme, noun, verb, adjective, false

Oleh karena itu salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas tersebut dengan membandingkan virtual source pada data lapangan