• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakteristik responden dalam penelitian ini difokuskan pada umur, pengalaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakteristik responden dalam penelitian ini difokuskan pada umur, pengalaman"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

75

5.1.1 Karakteristik responden

Unit analisis dalam penelitian ini adalah subak. Oleh karena itu, karakteristik responden dalam penelitian ini difokuskan pada umur, pengalaman berusahatani, mata pencaharian pokok, status dalam usahatani, dan tingkat pendidikan. Data hasil penelitian mengenai karakteristik petani sampel di wilayah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1.

Karakteristik Responden di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak Tahun 2012

No Uraian Subak Lodtunduh Subak Padanggalak

1 Umur (tahun) Umur produktif (%) Umur tidak produktif (%)

51,70 (26 sd 75) 86,67 13,33 56,17 (31 sd 80) 73,33 26,67 2 Pengalaman berusahatani (tahun) 25,40 (5 sd 50) 30,37 (4 sd 60) 3 Mata pencaharian pokok

sebagai petani (%)

96,67 56,67

4 Status dalam usahatani: Pemilik penggarap (%) Penyakap (%) 90,00 10,00 66,67 33,33 5 Tingkat pendidikan: Tidak sekolah (%) SD (%) SMP (%) SMA (%) Sarjana (%) 6,67 50,00 10,00 26,66 6,67 13,33 46,67 3,33 30,00 6,67 Berdasarkan data dalam Tabel 5.1 maka dapat diuraikan karakteristik responden di wilayah penelitian adalah sebagai berikut.

(2)

1. Umur responden

Responden berada dalam dua kelompok usia, yaitu usia produktif dan usia tidak produktif. Rata-rata umur responden di Subak Lodtunduh (51,70 tahun) lebih muda dibandingkan dengan rata-rata umur responden di Subak Padanggalak

(56,17 tahun). Umur responden di Subak Lodtunduh berkisar antara 26 sd 75 tahun, sedangkan umur responden di Subak Padanggalak berkisar antara

31 sd 80 tahun.

Di Subak Lodtunduh, sebanyak 86,67% responden berada dalam usia produktif dan 13,33% responden dalam usia tidak produkstif. Sementara di Subak Padanggalak, jumlah responden yang berada dalam usia produktif sebanyak 73,33%. Sebaliknya, persentase responden yang berada dalam usia tidak produktif

di Subak Padanggalak lebih tinggi dibandingkan di Subak Lodtunduh, yaitu 26,67%.

2. Pengalaman berusahatani

Responden di daerah penelitian memiliki pengalaman berusahatani relatif lama. Pengalaman berusahatani di Subak Lodtunduh rata-rata selama 25,40 tahun. Waktu tersebut relatif lebih singkat dibandingkan dengan responden di Subak Padanggalak, yaitu 30,37 tahun. Hal ini sesuai dengan umur responden di Subak Lodtunduh lebih muda dibandingkan dengan di Subak Padanggalak. Pengalaman berusahatani dalam studi ini adalah lamanya petani melakukan kegiatan usahatani secara aktif di lahan sawah.

(3)

3. Mata pencaharian pokok

Mata pencaharian pokok ditinjau berdasarkan jumlah waktu yang dicurahkan oleh petani dalam melakukan pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan hidup petani dan keluarganya. Hampir seluruh responden (96,67%) di Subak Lodtunduh memiliki mata pencaharian pokok sebagai petani. Sementara itu, di Subak Padanggalak hanya 56,67% responden yang memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pada umumnya, responden di Subak Padanggalak bekerja sebagai buruh bangunan, berwirausaha, dan karyawan swasta.

4. Status petani

Responden memiliki status yang berbeda, yaitu sebagai pemilik penggarap dan penyakap. Dalam kelompok penyakap terdapat penggarap berlahan sempit yang merangkap sebagai penyakap. Di Subak Lodtunduh, 90% responden sebagai pemilik penggarap, sedangkan jumlah pemilik penggarap di Subak Padanggalak hanya sebanyak 66,67%. Responden sebagai penyakap di Subak Padanggalak relatif besar (33,33%) dibandingkan dengan di Subak Lodtunduh. Pada umumnya penyakap di Subak Padanggalak berasal dari luar Subak Padanggalak, sedangkan penyakap di Subak Lodtunduh merupakan petani Subak Lodtunduh.

5. Tingkat pendidikan

Dalam penelitian ini, yang dimaksud tingkat pendidikan responden adalah pendidikan formal. Tingkat pendidikan responden berkisar dari tidak sekolah hingga tamat pascasarjana. Di Subak Lodtunduh maupun di Subak Padanggalak, jumlah responden terbanyak memiliki tingkat pendidikan tamat SD, yaitu di

(4)

Subak Lodtunduh sebanyak 50,00% dan di Subak Padanggalak sebanyak 46,67%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan responden relatif masih rendah.

5.1.2 Deskripsi wilayah penelitian

5.1.2.1 Deskripsi DI Kedewatan

Penelitian ini dilakukan di DI Kedewatan. DI Kedewatan mengairi sawah di tiga kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Gianyar, Kabupaten Badung, dan Kota Denpasar. DI Kedewatan merupakan satu dari dua daerah irigasi di Pulau Bali yang memiliki luas wilayah pada tahun 2012 seluas 3.012,63 ha (Pengamat DI Kedewatan, 2013). Pemeliharaan saluran irigasi di daerah irigasi yang memiliki luas lebih dari 3.000 ha dilakukan oleh pemerintah pusat. Pemerintah bertanggung jawab dalam operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi utama (jaringan primer dan sekunder), sedangkan subak-subak dalam DI Kedewatan hanya bertanggung jawab dalam operasi dan pemeliharaan jaringan tersier. Menurut Sutawan (2008), sistem irigasi seperti ini disebut “sistem irigasi dengan pengelolaan bersama”, yaitu oleh pemerintah bersama-sama dengan subak (“jointly-managed irrigation system”). Jumlah subak dan jumlah penggarap di masing-masing kabupaten/kota di DI Kedewatan tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2.

Jumlah Subak dan Luas Potensial Subak per Kabupaten/Kota di DI Kedewatan Tahun 2012

No Nama kabupaten/kota Jumlah subak (unit)

Luas potensial (ha)

1 Kabupaten Badung 14 1.259,07

2 Kota Denpasar 11 740,84

3 Kabupaten Gianyar 51 1.012,72

Jumlah 76 3.012,63

(5)

Pada Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa DI Kedewatan mengairi 76 unit subak di tiga kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Badung, Kota Denpasar, dan Kabupaten Gianyar. Jumlah subak terbanyak berada di Kabupaten Gianyar yaitu 51 unit subak dengan luas potensial sebesar 1.012,72 ha, sedangkan jumlah subak yang terendah adalah di Kota Denpasar yaitu sebanyak 11 unit dengan luas potensial

sebesar 740,84 ha. Subak-subak tersebut tersebar dari hulu sampai hilir DI Kedewatan. Subak Lodtunduh (kotak berwarna hijau) berada di bagian hulu,

sedangkan Subak Padanggalak (kotak berwarna kuning) berada di bagian hilir dalam DI Kedewatan (Gambar 5.1).

Subak sebagai sebuah sistem memiliki jaringan irigasi atau fasilitas irigasi seperti bangunan dan saluran irigasi yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari sumber air sampai ke petak-petak sawah petani. Jaringan irigasi DI Kedewatan memiliki fasilitas sebagai berikut.

1. Saluran irigasi DI Kedewatan

Saluran irigasi DI Kedewatan yang pengelolaannya menjadi wewenang pemerintah pusat meliputi saluran primer dan saluran sekunder.

2. Bangunan irigasi di DI Kedewatan

Bangunan irigasi lainnya selain saluran irigasi di DI Kedewatan, terdiri atas: bendung, BB utama, dan BB sekunder.

DI Kedewatan memperoleh air dari Bendung Kedewatan di Sungai Ayung. Skema jaringan irigasi DI Kedewatan disajikan pada Gambar 5.1.

(6)

Gambar 5.1.

Skema Jaringan Irigasi DI Kedewatan (Dinas PU Provinsi Bali, 2012) Subak Padanggalak

Subak Lodtunduh Bendung Kedewatan

(7)

Pada Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa Bendung Kedewatan merupakan sumber air di DI Kedewatan. Debit air di Bendung Kedewatan tahun 2001 sd 2012 berfluktuasi dalam setiap bulan dengan penurunan tertinggi pada MT1 (bulan Februari setengah bulan I) sebesar 42,50% dan MT2 (bulan September setengah bulan I) sebesar 47,15%. Debit air terendah terjadi pada tahun 2005. Di pihak lain, debit air setiap bulan yang tertinggi terjadi pada bulan Desember tahun 2001 sd 2012, kemudian urutan kedua adalah bulan Februari tahun 2001 sd 2012. Pada tahun 2011 dan 2012, debit air di Bendung Kedewatan setiap bulan relatif stabil. Perkembangan debit air di Bendung Kedewatan tahun 2001 sd 2012 hasil pencatatan Pengamat DI Kedewatan (2012) disajikan dalam bentuk gambar pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2.

Debit Air di Bendung Kedewatan Tahun 2001 sd 2012

Pada Gambar 5.2 dapat dilihat bahwa debit air pada tahun 2001 sd 2003 relatif tinggi dibandingkan tahun-tahun setelahnya. Sistem distribusi air irigasi di DI Kedewatan kepada subak-subak di wilayahnya dilakukan secara proporsional.

(8)

5.1.2.2 Deskripsi Subak Lodtunduh

Subak Lodtunduh berada di wilayah Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, dengan batas wilayah: Sebelah Utara adalah Subak Gagalan, sebelah Timur adalah Subak Tebongkang, sebelah Selatan adalah Subak Kalangan Samu, dan sebelah Barat adalah Subak Bija.

Di Kecamatan Ubud terdapat pos pencatatan curah hujan. Posisi pos ini adalah 080 25' 19" S - 1150 14' 42" E dengan ketinggian 325 m di atas permukaan laut. Pos ini merupakan pos pencatatan curah hujan yang terdekat dari Subak Lodtunduh, sehingga datanya dapat digunakan untuk mengetahui curah hujan di Subak Lodtunduh. Data BBMKG Wilayah III Denpasar (2013) tentang rata-rata curah hujan bulanan di wilayah Kecamatan Ubud tahun 2000 sd 2012 disajikan dalam bentuk gambar pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3.

Rata-rata Curah Hujan Bulanan di Wilayah Kecamatan Ubud Tahun 2000 sd 2012 (BBMKG Wilayah III Denpasar, 2013)

Pada Gambar 5.3 dapat dilihat bahwa rata-rata curah hujan relatif tinggi mulai bulan November dan tertinggi terjadi pada bulan Januari, kemudian yang

(9)

kedua adalah pada bulan Februari. Di pihak lain, curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus hingga mencapai di bawah 100 mm.

Selain curah hujan, hal lain yang perlu diketahui adalah untuk kegiatan usahataninya, Subak Lodtunduh memperoleh air irigasi dari Sungai Yeh Lauh. Luas lahan Subak Lodtunduh sebesar 25 ha. Subak Lodtunduh tidak dibagi kedalam tempek atau munduk karena anggota dan luas lahan relatif kecil. Struktur organisasi Subak Lodtunduh sangat sederhana, seperti yang disajikan pada Gambar 5.4.

Gambar 5.4.

Struktur Organisasi Subak Lodtunduh (Subak Lodtunduh, 2013) Pembagian tugas di Subak Lodtunduh adalahsebagai berikut.

1. Pekaseh (kelian subak). Pekaseh bertugas memimpin kegiatan dalam subak. Tugas pekaseh berkaitan dengan lima fungsi subak, yaitu memimpin alokasi, pendistribusian, dan pinjam air irigasi; memimpin gotong royong pemeliharaan fasilitas subak khususnya saluran irigasi, mengelola penggunaan sumberdaya subak, menyelenggarakan penyelesaian konflik jika ada konflik, menyampaikan informasi dari pemerintah kepada anggota subak, memimpin penyelenggaraan kegiatan ritual, mengadakan koordinasi dengan lembaga lain.

Pekaseh

Anggota Wakil Pekaseh

(10)

2. Wakil pekaseh (petajuh). Wakil pekaseh bertugas mendampingi pekaseh

dalam menjalankan tugasnya. Di Subak Lodtunduh, istri wakil pekaseh

bertugas memimpin istri anggota subak dalam mempersiapkan sarana upacara di tingkat subak. Dalam penyelenggaraan kegiatan ritual, istri anggota subak mempersiapkan sesajen, sedangkan anggota subak mempersiapkan isi sesajen (terkait daging ternak atau jumlah ternak yang perlu disiapkan) di bawah pengawasan pekaseh dan wakil pekaseh.

3. Juru arah (kesinoman). Juru arah adalah anggota yang mendapat tugas menyampaikan pengumuman atau hasil keputusan pertemuan subak kepada semua anggota subak. Juru arah tidak berada dalam struktur organisasi Subak Lodtunduh. Juru arah dilakukan secara bergantian di antara anggota subak setiap 35 hari, yaitu pada hari Rabu Kliwon.

4. Anggota. Di Subak Lodtunduh terdapat tiga jenis keanggotaan, yaitu anggota aktif (krama pengayah), anggota pasif (krama pengoot), dan anggota khusus (krama leluputan). Jumlah anggota Subak Lodtunduh sebesar 68 orang, yang terdiri atas anggota aktif sejumlah 49 orang, anggota pasif dan anggota khusus sebanyak 19 orang. Penjelasan ketiga jenis anggota subak tersebut adalah sebagai berikut.

(1) Anggota aktif adalah anggota subak yang terlibat dalam pelaksanaan semua fungsi subak.

(2) Anggota pasif adalah anggota subak yang tidak terlibat dalam beberapa pelaksanaan fungsi subak. Anggota pasif yang disebabkan oleh anggota subak tersebut memiliki hak atas air irigasi lebih dari satu tektek maka

(11)

kelebihannya dikenakan konversi tenaga kerja. Setiap kelebihan satu

tektek dikenakan pengoot sebesar 17 kg gabah sebagai konversi satu tenaga kerja dalam gotong royong distribusi air dan pemeliharaan saluran irigasi serta membayar amputan sebesar delapan kg beras sebagai konversi terhadap sarana upacara dalam penyelenggaraan kegiatan ritual. Amputan antara lain dikenakan kepada anggota yang memiliki lahan garapan melebihi satu tektek, anggota yang menggarap lahan milik banjar, dan anggota yang memangku jabatan khusus, seperti

pemangku. Kewajiban membayar pengoot dan amputan berbeda tergantung atas hak perolehan air irigasi dan dibayar setelah panen. (3) Anggota khusus adalah anggota subak yang memegang jabatan tertentu,

seperti pemangku dan anggota subak yang mengelola tanah milik banjar dibebaskan dari pengoot tetapi tetap membayar amputan.

Subak Lodtunduh memiliki koperasi tani. Kegiatan koperasi tani meliputi pengadaan sarana produksi berupa pupuk dan benih padi. Petani membeli pupuk di koperasi secara kredit, kemudian pembayaran pupuk dan benih dilakukan setelah panen. Jumlah pupuk yang diperoleh sesuai dengan rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK).

5.1.2.3 Deskripsi Subak Padanggalak

Subak Padanggalak berada di wilayah Desa Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar, dengan batas wilayah: Sebelah Utara adalah Jalan Gatot Subroto, sebelah Timur adalah Sungai Menguntur, sebelah Selatan adalah Sungai Ayung, dan sebelah Barat adalah Sungai Ayung.

(12)

Di Desa Sumerta terdapat pos pencatatan curah hujan. Posisi pos ini adalah 080 38' 55" S - 1150 13' 52" E dengan ketinggian adalah 40 m di atas permukaan laut. Pos ini merupakan pos pencatatan curah hujan yang terdekat dari Subak Padanggalak, sehingga datanya dapat digunakan untuk mengetahui curah hujan di Subak Padanggalak. Rata-rata curah hujan bulanan di wilayah Desa Sumerta tahun 2000 sd 2012 (BBMKG Wilayah III Denpasar, 2013) disajikan dalam bentuk gambar pada Gambar 5.5.

Gambar 5.5.

Rata-rata Curah Hujan Bulanan di Wilayah Desa Sumerta Tahun 2000 sd 2012 ((BBMKG Wilayah III Denpasar, 2013)

Pada Gambar 5.5 dapat dilihat bahwa rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari, kemudian mulai menurun pada bulan Februari. Curah hujan di bawah 100 mm terjadi pada bulan Mei, Juni, Juli, Agustus, dan September, di mana pada bulan Agustus memiliki curah hujan terendah.

Untuk kegiatan usahataninya, Subak Padanggalak memperoleh air irigasi dari Sungai Yeh Lauh. Subak Padanggalak memiliki luas sebesar 112 ha. Subak ini memiliki empelan, Pura Bedugul, dan tujuh munduk. Subak Padanggalak merupakan subak natak tiyis. Maksudnya adalah sumber air Subak Padanggalak

(13)

berupa air tirisan dari subak-subak di bagian hulu, yang kemudian disadap di empang, sehingga menyerupai empelan. Munduk di Subak Padanggalak adalah bagian dari subak atau sub subak. Istilah munduk identik dengan tempek di subak lainnya.

Struktur organisasi Subak Padanggalak tidak sama dengan Subak Lodtunduh. Hal ini menunjukkan bahwa subak selaku sistem irigasi bersifat

location specific. Sutawan (2008) berpendapat bahwa subak selain bersifat

location specific, juga sangat dipengaruhi oleh desa, kala, patra (tempat, waktu, dan keadaan). Pada Gambar 5.6 dapat dilihat bahwa Subak Padanggalak memiliki tujuh munduk. Dalam menjalankan tugasnya, pekaseh dibantu oleh bendahara, sekretaris, dan kelian munduk. Bendahara dan sekretaris tidak diberi imbalan, sehingga bendahara dan sekretaris di Subak Padanggalak dipilih dari kelian munduk. Kelian munduk dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh juru arah.

Kelian munduk belum diberikan kewenangan mengelola keuangan sendiri.

Pekaseh dan kelian munduk memperoleh imbalan dari Pemerintah Kota Denpasar. Struktur organisasi Subak Padanggalak dapat dilihat pada Gambar 5.6.

(14)

I Made Ruda Kelian Munduk Sekretaris I Made Badra Bendahara Ketut Lasen Munduk Kertasari I Wayan Mongol Munduk Batuaji I Made Sukra Munduk Pasekan I Wayan Nambing Munduk Biaung I MadeTegeg Munduk Gendang I Ketut Losen Munduk Delungung I Made Badra Munduk Tangtu I Made Kerta

Juru Arah III I Nyoman Mongol Juru Arah I I Wayan Lama Juru Arah II Nengah Lanus Juru Arah IV I Wayan Senog Juru Arah VI I Ketut Karta Juru Arah V IB Made Mega

Juru Arah VII I Nyoman

Celebig

Krama Subak

Gambar 5.6.

(15)

Pembagian tugas di Subak Padanggalak adalah sebagai berikut.

1. Pekaseh (kelian subak). Pekaseh bertugas memimpin kegiatan dalam subak. Tugas pekaseh berkaitan dengan lima fungsi subak, yaitu memimpin alokasi, pendistribusian, dan pinjam air irigasi; memimpin gotong royong pemeliharaan fasilitas subak khususnya saluran irigasi, mengelola penggunaan sumberdaya subak, menyelenggarakan penyelesaian konflik jika ada konflik, menyampaikan informasi dari pemerintah kepada anggota subak, memimpin penyelenggaraan kegiatan ritual, mengadakan koordinasi dengan lembaga lain. Di Subak Padanggalak, istri pekaseh beserta istri anggota subak membantu mempersiapkan sarana kegiatan ritual di subak.

2. Kelian munduk. Kelian munduk bertugas membantu pekaseh dalam menjalankan tugas internal subak di masing-masing munduk.

3. Juru arah (Kesinoman). Juru arah terdapat dalam setiap munduk, mendapat tugas membantu kelian munduk menyampaikan pengumuman atau hasil keputusan pertemuan subak kepada anggota subak di munduk tersebut.

4. Anggota. Semua anggota subak di Subak Padanggalak merupakan anggota aktif (krama pengayah). Anggota aktif adalah anggota subak yang terlibat dalam pelaksanaan semua fungsi subak.

Subak Padanggalak juga memiliki koperasi tani. Kegiatan koperasi tani meliputi pengadaan sarana produksi berupa pupuk, benih padi, dan sarana produksi lainnya. Petani membeli pupuk di koperasi tani sebagian besar secara tunai. Bagi petani yang melakukan pembelian secara kredit maka pembayaran

(16)

pupuk dilakukan setelah panen. Jumlah pupuk yang diperoleh sesuai dengan RDKK yang diusulkan.

5.1.3 Kelayakan usahatani

Komoditi utama yang diusahakan di daerah penelitian yaitu padi. Berdasarkan hasil penelitian, dalam dua MT tahun 2012, sebagian petani di Subak Lodtunduh melakukan diversifikasi tanaman padi dengan bunga pacar air dan atau kangkung. Sementara itu, pada dua MT yang sama petani di Subak Padanggalak mengusahakan tanaman padi.

Kelayakan usahatani komoditi di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak ditinjau dari nilai R/C rasio (perbandingan antara penerimaan total terhadap biaya total) atau efisiensi cabang usahatani. Nilai R/C rasio di kedua subak tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3.

Kelayakan Usahatani di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak Tahun 2012.

Uraian Kelayakan usahatani (nilai R/C)

Padi Bunga Pacar Air Kangkung 1. Subak Lodtunduh MT1 1,79 1,77 1,68 MT2 1,82 1,78 1,70 2. Subak Padanggalak MT1 1,82 - - MT2 1,90 - - Keterangan: R : Revenue C : Cost

Pada Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa R/C rasio untuk semua komoditi yang diusahakan dalam dua MT di kedua subak tersebut lebih besar dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani komoditi yang diusahakan di kedua subak sudah

(17)

efisien sehingga layak untuk diusahakan. Di samping itu, nilai R/C rasio meningkat dari MT1 ke MT2.

Di Subak Lodtunduh, usahatani padi memiliki R/C ratio tertinggi, sedangkan usahatani kangkung memiliki R/C ratio terendah. Sementara itu, R/C ratio usahatani padi di Subak Lodtunduh sedikit lebih rendah dibandingkan R/C ratio usahatani padi di Subak Padanggalak.

5.1.4 Pola pengelolaan fungsi subak di wilayah penelitian

Subak memiliki hak otonom. Hal ini dapat dilihat dalam pengelolaan

fungsi subak di Subak Lodtunduh yang luasnya relatif sempit dan terletak di bagian hulu DI Kedewatan dan di Subak Padanggalak yang luasnya relatif luas

dan terletak di bagian hilir dalam daerah irigasi yang sama.

Dalam upaya mencapai tujuannya, yaitu memberikan kesejahteran lahir batin (moksa artham jagathita) bagi anggotanya melalui usaha produksi pangan khususnya beras, Subak Lodtunduh maupun Subak Padanggalak melakukan berbagai kegiatan yang dilandasi oleh falsafah hidup THK. Selain aktivitas subak dapat dikelompokkan ke dalam tiga unsur THK (parhyangan, pawongan, dan

palemahan), maka aktivitas subak dapat dikelompokkan juga ke dalam lima fungsi subak, yaitu (1) fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi; (2) fungsi pemeliharaan fasilitas subak; (3) fungsi pengelolaan sumberdaya; (4) fungsi penyelenggarakan penyelesaian konflik; dan (5) fungsi penyelenggaraan kegiatan ritual. Pola pengelolaan kelima fungsi subak di dua subak tersebut, diuraikan sebagai berikut.

(18)

5.1.4.1 Pola pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh 1. Fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi (1) Alokasi air irigasi

Sumber air Subak Lodtunduh adalah Bendung Kedewatan di Sungai Yeh Lauh. Subak Lodtunduh terletak di bagian hulu DI Kedewatan. Alokasi hak air yang diberikan kepada anggota subak ditentukan berdasarkan kesepakatan seluruh anggota. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutawan (2008), bahwa pengalokasian air dianggap cukup adil sepanjang diterima oleh semua pihak. Di Subak Lodtunduh, pengalokasian air irigasi dilakukan secara relatif proporsional sesuai dengan luas lahan sawah yang diairi. Hal ini dapat dilihat pada lebar dan tinggi ambang bangunan bagi tersier (tembuku). Penentuan lebar dan tinggi ambang bangunan bagi tersier dilakukan oleh pekaseh dan anggota yang sawahnya diairi dari bangunan bagi tersier tersebut.

Pengalokasian air irigasi di Subak Lodtunduh menggunakan ukuran tektek. Alokasi air satu tektek adalah air yang dialirkan melalui penampang yang lebarnya ditentukan secara proporsional. Satu tektek untuk mengairi satu bagian, yaitu luas lahan garapan >25< 40 are. Sistem pengalokasian air irigasi di Subak Lodtunduh disajikan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4.

Sistem Pengalokasian Air Irigasi di Subak Lodtunduh

No Luas lahan garapan (are) Hak atas air irigasi (tektek)

1 < 25 ½

2 ≥ 25 < 40 1

3 ≥ 40 < 48 1 ¼

4 ≥ 48 < 65 1 ½

5 ≥ 65 < 90 2

(19)

Pada Tabel 5.4. dapat dilihat bahwa hak atas air irigasi beragam dan relatif proporsional terhadap luas lahan garapan. Pengalokasian air irigasi di Subak Lodtunduh dikatakan relatif proporsional karena ukuran tektek digunakan untuk suatu rentang luas garapan. Anggota subak yang memiliki lahan 25 are dan yang memiliki 39 are sama-sama memperoleh hak air satu tektek, atau anggota subakyang memiliki 65 are dan yang memiliki 89 are memperoleh hak air sebesar dua tektek.

Hak atas air irigasi tidak terlepas dari kewajiban yang harus dipikul oleh anggota subak. Bagi anggota yang memperoleh hak atas air lebih dari satu tektek, berarti sekaligus memiliki kewajiban berupa kontribusi tenaga kerja (ayahan) lebih dari satu orang.

(2) Distribusi air irigasi

Distribusi air irigasi di Subak Lodtunduh menggunakan sistem terus menerus atau sistem pengaliran terus menerus secara serentak (continuous flow). Anggota subak menerima air irigasi sesuai dengan haknya, kemudian kelebihan air irigasi dialirkan ke saluran drainase (pembuangan). Pendistribusian air irigasi melalui metode one inlet dan one outlet. Distribusi air irigasi metode one inlet dan

one outlet adalah setiap lahan anggota subak memiliki satu pintu air untuk memasukkan air irigasi ke lahan sawahnya dan satu pintu air untuk mengalirkan air kelebihannya ke saluran pembuangan. Pendistribusian air irigasi metode one inlet dan one outlet dengan sistem terus menerus dapat dilihat pada Lampiran 2.

Jika anggota subak mendapat giliran mengolah tanah (menggunakan traktor) maka lahannya akan diprioritaskan memperoleh air irigasi supaya

(20)

pengolahan tanah lancar. Pada awalnya, yang mengatur jadual pengolahan tanah dengan menggunakan traktor adalah pekaseh. Sementara itu, petani yang mendapat giliran tanahnya diolah harus berada di sawah untuk mengontrol kecukupan airnya. Jika lahan sawah kurang air, maka pengolahan tanah dengan menggunakan traktor dapat dibatalkan. Permasalahan yang terjadi adalah kadang-kadang ada petani yang tidak berada di sawah, sehingga tidak memungkinkan dilakukan pengolahan tanah akibat kekurangan air. Untuk menghindari terjadi konflik, kemudian diadakan rapat untuk mencari solusi terbaik. Solusi yang dihasilkan adalah pengaturan jadual pengolahan tanah diserahkan kepada supir traktor di bawah pengawasan pekaseh. Oleh karena itu, peminjaman air untuk keperluan pengolahan tanah dilakukan oleh supir traktor.

Alokasi dan distribusi air irigasi merupakan tugas pokok pekaseh. Pengontrolan distribusi air irigasi ada yang dilakukan oleh anggota atas inisiatif anggota dan ada pula yang dikoordinasi oleh pekaseh. Pengontrolan keadaan saluran irigasi dan kelancaran distribusi air di Subak Lodtunduh yang dikoordinir oleh pekaseh adalah berupa ronda setiap hari oleh satu orang anggota subak aktif secara bergiliran. Ronda dilakukan selama lebih kurang satu jam per hari. Jika ditemukan ada kerusakan oleh petugas ronda, kemudian temuan tersebut disampaikan kepada pekaseh dan dilakukan perbaikan secara gotong royong di bawah pimpinan pekaseh. Hal ini dilakukan di Subak Lodtunduh karena saluran tersier yang letaknya di sebelah sungai rawan longsor.

Mekanisme giliran ronda dilakukan dengan cara menggantungkan tanda ronda di rumah salah seorang anggota subak aktif. Anggota yang rumahnya

(21)

dipasang tanda ronda yang terbuat dari kayu, artinya anggota tersebut mendapat giliran ronda pada keesokan harinya. Setelah anggota tersebut melaksanakan ronda, kemudian memindahkan tanda ronda ke rumah anggota aktif yang lain. Pengontrolan distribusi air irigasi yang berdasarkan inisiatif anggota biasanya dilakukan oleh anggota di bangunan bagi tersier yang terdekat dengan sawahnya, saluran kuarter, hingga ke inlet sawah garapannya.

Pengontrolan distribusi air irigasi umumnya dilakukan dua kali, yaitu saat akan pengolahan tanah dan umur padi menjelang 70 hari (masa generative padi). Hal ini disebabkan pada saat pengolahan tanah diperlukan air yang cukup, sedangkan pada masa generatif padi diperlukan tanah yang tetap basah. Waktu yang diperlukan untuk mengontrol distribusi air irigasi lebih kurang empat jam per kegiatan atau delapan jam per MT per anggota. Selain itu, petani biasanya melakukan pengontrolan distribusi air saat akan bekerja di sawah sehari-hari. (3) Mekanisme pinjam air irigasi

Sistem pinjam air irigasi di Subak Lodtunduh menggunakan Sistem Giliran (ririgan) perkelompok. Jumlah anggota dalam satu kelompok tidak sama tergantung luas hamparan sawah. Jika dalam kelompok yang meminjam masih kekurangan air, maka kelompok tersebut menunggu giliran berikutnya.

Peminjaman air antar kelompok biasanya dilakukan dengan penutupan sebagian ambang di bangunan bagi (tembuku pengalapan) agar air yang mengalir ke sawah peminjam lebih besar. Saling pinjam air irigasi antar kelompok di Subak Lodtunduh umumnya terjadi pada musim kemarau, yaitu saat pengolahan tanah dan masa penggenangan setelah tanam. Penutupan ini biasanya ditandai dengan

(22)

sawen yang terbuat dari sepotong ranting kayu yang ujungnya digantungi sehelai daun pandan atau daun kelapa (janur), seperti disajikan pada Gambar 5.7.

Gambar 5.7.

Metode Penutupan Saluran Air Irigasi dalam Proses Peminjaman Air Irigasi antar Petani di Subak Lodtunduh

Jika penutup saluran irigasi pada Gambar 5.7 sudah ada yang membuka, berarti air tersebut diperlukan oleh kelompok yang airnya dipinjam. Oleh karena itu, tidak perlu lagi bernegosiasi antara yang meminjam air dengan yang airnya akan dipinjam, baik antar subak maupun antar kelompok anggota subak. Artinya, telah terjadi saling pengertian antara yang meminjam air dengan yang meminjamkan air irigasinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan air irigasi di Subak Lodtunduh mencapai harmoni dan kebersamaan, atau telah menerapkan prinsip THK. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus pinjam air agar semua lahan sawah terairi adalah sekitar satu bulan.

(23)

2. Fungsi pemeliharaan fasilitas subak

Pemeliharaan fasilitas subak khususnya prasarana irigasi harus dilakukan secara teratur dan kontinu supaya jaringan irigasi tidak mudah rusak dan dapat berfungsi dengan baik selama mungkin (Sutawan, 2008). Berikut ini dijelaskan beberapa hal terkait dengan fungsi pemeliharaan fasilitas subak, yaitu jenis fasilitas yang dimiliki Subak Lodtunduh; jenis dan penanggung jawab pemeliharaan saluran irigasi; penyebab kerusakan saluran irigasi; dan sumber dana pemeliharaan fasilitas subak.

(1) Jenis fasilitas subak

Saluran irigasi (tersier dan kuarter) di Subak Lodtunduh lebih kurang sepanjang 2.000 m. Jenis fasilitas di Subak Lodtunduh adalah sebagai berikut. a. Saluran tersier (telabah pemaron cenik) adalah saluran pembawa air ke

wilayah subak.

b. Saluran kuarter (telabah pengalapan) adalah saluran pembawa air yang mengairi sawah milik petani.

c. Saluran cacing (talikunda/samakunda) adalah saluran yang mendistribusikan air secara adil untuk setiap kecoran sawah.

d. Saluran pembuangan/drainage (telabah pengutangan) adalah saluran untuk membuang air yang berlebih.

e. Bangunan sadap (pasal 1 PP no 23/1982 tentang irigasi) adalah bangunan yang berfungsi untuk menyadap air dari saluran induk ataupun sekunder ke petak tersier. Petak tersier adalah kumpulan petak irigasi (petak tanah yang

(24)

memperoleh air irigasi) yang merupakan kesatuan dan mendapatkan air irigasi melalui saluran tersier yang sama.

f. Tembuku pemaron gede atau tembuku pemaron adalah BB sekunder yang letaknya di saluran sekunder (telabah pemaron), sebagai pusat pembagi air antara sub subak (tempek) atau antara kompleks sawah-sawah di lingkungan tempek yang airnya mengalir melalui telabah cenik (saluran tersier).

g. Tembuku pemaron cenik (tembuku cenik/tembuku daanan) adalah BB tersier terletak di saluran tersier (telabah cenik) sebagai tempat beberapa kecoran

sawah/sikut sawah mengambil air. Air dari bangunan ini mengalir menuju ke

telabah pengalapan (saluran kuarter).

h. Tembuku pengalapan adalah bangunan sadap yang langsung dimanfaatkan untuk mengairi sawah milik perorangan (individual water inlet).

i. Bangunan pelimpah samping pada saluran irigasi (pekiyuh/pepiyuh), berfungsi sebagai penguras (pengoros) dilengkapi tempat yang relatif aman untuk menguras air yang tersisa (pengedendeng).

j. Sanggah catu adalah tempat menyelenggarakan ritual bagi petani secara individu terkait dengan kegiatan bertanam padi. Tempat ini tidak selalu berupa bangunan khusus, melainkan ada yang berupa altar dibuat dari bambu atau semen, tumpukan tanah yang di atasnya diletakkan batu atau ditanami sebatang pohon kecil atau pohon bunga tertentu. Lokasinya di dekat telabah pengalapan yang merupakan petak sawah paling di hulu atau dekat dengan tembuku pengalapan (water inlet milik petani individual).

(25)

k. Pura Bedugul adalah bangunan suci yang dipakai sebagai tempat penyelenggaraan ritual secara kolektif di tingkat subak.

l. Ulun empelan adalah altar yang relatif lebih besar dari ulun carik dan bertempat di dekat empelan. Ulun empelan adalah tempat penyelenggaraan upacara di tingkat subak. Pesertanya: pengurus subak atau seluruh anggota subak.

m. Balai subak adalah bangunan sebagai tempat pertemuan atau rapat subak. n. Balai timbang adalah bangunan kecil ukuran 1,5 m x 2 m dilengkapi bangunan

suci berupa tugu kecil. Balai timbang digunakan sebagai tempat diskusi pengurus subak dan istirahat petani setelah bekerja di sawah.

Saluran irigasi di Subak Lodtunduh berdasarkan hasil pengamatan disajikan pada Gambar 5.8.

Gambar 5.8.

Skema Saluran Irigasi Subak Lodtunduh 5 1 1 5 11 12 12. Saluran pembuangan Sungai Ayung 11 1 8 7 6 4 2 3 9 7. BB sekunder 8. Pura Bedugul 9. Saluran tersier 10.BB tersier 11.Saluran kuarter 12.Saluran pembuangan Keterangan : 1. Bendung Kedewatan 2. Sungai Lauh ke Gianyar 3. Pura Laban 4. BB primer 5. Terowongan 6. Saluran sekunder 10 12 1 5 5

(26)

(2) Penyebab kerusakan saluran irigasi

Kerusakan saluran irigasi di Subak Lodtunduh, antara lain disebabkan oleh faktor alam, seperti tanah longsor; faktor gangguan binatang, seperti kepiting sering melubangi dinding saluran irigasi dan pematang sawah; terdapat sampah yang menyumbat saluran air irigasi.

(3) Tanggungjawab pemeliharaan saluran irigasi

Kewajiban pemeliharaan saluran irigasi disesuaikan dengan strata saluran irigasi. Menurut pasal 28 PP no. 23/1982 tentang irigasi dijelaskan bahwa operasi dan pemeliharaan (OP) jaringan irigasi mulai bangunan pengambilan sampai kepada saluran sekunder sepanjang 50 m sesudah bangunan sadap menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah (Suarja, 1991). Subak memiliki kewajiban memelihara fasilitas irigasi di saluran tersier, saluran kuarter hingga ke saluran irigasi sekitar sawah anggota. Walaupun demikian, Dinas PU Kabupaten Gianyar kadang-kadang membantu melakukan perbaikan di saluran irigasi tersier.

Pemeliharaan saluran tersier sebelum BB tersier hingga saluran kuarter dilakukan oleh anggota subak dalam kelompok yang sumber airnya berasal dari saluran tersier sebelum BB tersier tersebut. Di pihak lain, petani secara individu biasanya melakukan pembersihan saluran kuarter yang menuju inletnya serta saluran cacing di sekitar sawahnya. Pemeliharaan saluran kuarter hingga saluran cacing umumnya dilakukan petani empat kali per MT, yang memerlukan waktu rata-rata satu jam per kegiatan.

Tiap-tiap anggota subak bertanggung jawab sepenuhnya dalam pemeliharaan dan perbaikan salurannya masing-masing, yaitu meliputi telabah,

(27)

pengalapan, dan talikunda. Pemeliharaan jaringan irigasi yang bersifat ringan adalah membersihkan saluran irigasi, memotong rumput yang tumbuh di sekitar saluran irigasi, memperdalam saluran irigasi, dan menambal saluran irigasi yang bocor menggunakan tanah liat atau jerami, tanpa ada perbaikan fisik yang memerlukan dana relatif besar. Frekuensi tiap anggota wajib turun ke lapangan untuk bergotong royong disesuaikan dengan beban ayahan masing-masing dan sifat pekerjaan (biasa atau sangat urgen) dan skala pekerjaan (besar atau kecil).

Untuk membantu perbaikan tebing longsor atau pekerjaan peningkatan kualitas jalan subak yang dilakukan oleh Dinas PU, maka semua anggota (aktif maupun pasif) dikerahkan oleh subak. Kegiatan tersebut biasanya memerlukan tindakan segera dan tenaga kerja dalam jumlah banyak. Gotong royong ini dilakukan secara bergilir dan pengaturan jadual gotong royong dilakukan oleh

pekaseh sesuai dengan keperluan.

(4) Kegiatan pemeliharaan fasilitas subak

Dalam menjaga kondisi fasilitas subak khususnya sarana dan prasarana irigasi, maka anggota Subak Lodtunduh melakukan berbagai tindakan, baik tindakan yang bersifat preventif maupun tindakan yang bersifat represif. Tindakan preventif yang berkaitan dengan kelancaran distribusi air irigasi di Subak Lodtunduh, antara lain pembersihan rutin prasarana dan sarana irigasi yang dilakukan anggota subak secara gotong royong setiap awal MT selama tiga hari, yaitu saat magpag toya dengan lama kegiatan lebih kurang dua jam per hari; pemeriksaan prasarana dan sarana air irigasi oleh petelik; dan peningkatan

(28)

kualitas fasilitas subak lainnya, antara lain pengerasan jalan subak menggunakan beton.

Sementara itu, tindakan represif untuk mengatasi kerusakan yang terjadi di Subak Lodtunduh, antara lain membantu Dinas PU memperbaiki senderan saluran air yang longsor di saluran primer maupun sekunder; menangkap kepiting kemudian membakarnya; dan menguras bangunan sadap; membersihkan sampah dari sungai serta memasang penghalang sampah di bangungan sadap dan inlet

menggunakan bambu; menutup dinding saluran air tersier yang bocor; memotong rumput di sekitar saluran irigasi. Menangkap kepiting dan membersihkan sampah dilakukan oleh petani setiap akan bekerja di sawah.

Pada saat perbaikan senderan saluran irigasi yang dilakukan oleh Dinas PU Provinsi Bali, biasanya saluran irigasi ditutup secara berkala atau ditutup total jika diperlukan. Penutupan aliran air irigasi disesuaikan dengan kondisi tanaman padi, sehingga tidak mengganggu pertumbuhan padi pada MT tersebut. Biasanya penutupan dilakukan saat tanaman padi telah masuk masa yang tidak memerlukan banyak air.

Pada tahun 2012, di Subak Lodtunduh terdapat gotong royong yang bersifat insidental, yaitu membantu pembuatan jalan subak dan perbaikan senderan saluran irigasi. Perbaikan senderan saluran irigasi dilakukan oleh Dinas PU Provinsi Bali, kemudian anggota subak membantu membawakan material bangunan ke lokasi proyek. Selain itu, di Subak Lodtunduh dilakukan perbaikan jalan subak dengan menggunakan dana dari bantuan sosial (bansos) Provinsi Bali

(29)

sebesar Rp 25.000.000,00. Dalam kegiatan ini, anggota subak juga membantu membawakan material bangunan ke lokasi proyek.

(5) Sumber dana dan pemeliharaan fasilitas subak

Dalam pemeliharaan fasilitas subak, Subak Lodtunduh memiliki sumber dana rutin berasal dari pengoot. Sementara itu, dana peningkatan kualitas fasilitas subak lainnya yang bersifat insidental berasal dari bansos Provinsi Bali.

3. Fungsi pengelolaan sumberdaya subak

Subak sebagai organisasi petani pengelola air irigasi, pada umumnya memiliki sumberdaya berupa air irigasi, lahan, tenaga kerja keluarga, dan dana. Pengelolaan sumberdaya subak meliputi pengelolaan sumber dan penggunaan keempat sumberdaya tersebut untuk mencapai tujuan subak. Manajemen sumberdaya subak di Subak Lodtunduh tahun 2012 dijelaskan sebagai berikut. (1) Pengelolaan air irigasi

Air irigasi di Subak Lodtunduh berasal dari Sungai Lauh. Air irigasi ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Kebutuhan air tanaman dianalisis dengan menggunakan program cropwat. Cropwat adalah program komputer yang menggunakan model FAO Penman-Monteith dalam menghitung evapotranspirasi tanaman acuan (Eto), kebutuhan air tanaman (Etm), serta kebutuhan air irigasi (Smith, 1992). Data dasar masing-masing komoditi menggunakan data FAO untuk kondisi tanah yang relatif sesuai dengan kondisi di Subak Lodtunduh. Di pihak lain, suplai air irigasi adalah data diolah dari data yang diberikan oleh Pengamat DI Kedewatan (2012). Data suplai dan kebutuhan air irigasi di Subak Lodtunduh tahun 2012 disajikan pada Gambar 5.9.

(30)

Keterangan:

KAI : Kebutuhan air irigasi SAI : Suplai air irigasi

Gambar 5.9.

Kebutuhan dan Suplai Air Irigasi di Subak Lodtunduh

Pada Gambar 5.9 dapat dilihat bahwa kebutuhan air irigasi untuk komoditi bunga pacar air dan kangkung dapat dipenuhi dari suplai air irigasi yang tersedia. Kebutuhan air irigasi untuk padi tertinggi adalah pada bulan Juli 10 hari III, sedangkan urutan yang kedua adalah bulan Februari 10 hari III. Kedua bulan tersebut adalah masa pengolahan tanah pada MT2 dan MT1.

Dalam dua MT tahun 2012, di Subak Lodtunduh terdapat defisit air irigasi yang terjadi pada bulan Februari 10 hari III dalam MT1 dan bulan Juli 10 hari III dalam MT2. Suplai air irigasi pada bulan Februari 10 hari III dan bulan Juli 10 hari III masing-masing sebesar 45,42% dan 58,98% dari kebutuhan air irigasi. Walaupun terjadi kekurangan air pada kedua MT tersebut, anggota Subak Lodtunduh tetap menanam padi sebagai tanaman pokok setiap MT, selain bunga pacar air dan kangkung sebagai tanaman tambahan.

Kekurangan air irigasi di Subak Lodtunduh diatasi dengan peminjaman air dan pengolahan tanah yang dilakukan secara bergilir. Distribusi dan peminjaman air irigasi dipimpin oleh pekaseh. Dalam pengaturan jadual pengolahan tanah,

KAI Padi (m3/subak) SAI subak (m3) (m3/subak) (m3/subak) KAI Subak (m3)

(31)

walaupun dilakukan oleh supir traktor tetapi tetap diawasi oleh pekaseh.

Pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh yang telah dilakukan menjadikan seluruh lahan sawah dapat diusahakan secara merata dalam dua MT tahun 2012, yaitu 50 ha selama dua MT. Petani mampu mengusahakan tanaman padi walaupun suplai air pada bulan Februari sepuluh hari III tahun 2012 sebanyak 45,42% dari kebutuhan.

(2) Pengelolaan lahan sawah

Tanah di Subak Lodtunduh memiliki tekstur lempung berdebu dan pH 5,4 (Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Udayana, 2013). Tekstur tanah di suatu wilayah dapat memberikan petunjuk tentang jenis tanaman yang cocok ditanam di wilayah tersebut. Tanaman yang banyak diusahakan di Subak Lodtunduh adalah tanaman pangan khususnya padi dan tanaman hortikultura, antara lain pacar air, kangkung. Pola penggunaan tanah di Subak Lodtunduh mengarah kepada

diversifikasi tanaman dalam bentuk rotasi tanaman. Pola tanam tahun 2012 di Subak Lodtunduh adalah padi-padi, walaupun

dalam beberapa bulan terdapat suplai air irigasi lebih rendah dibandingkan kebutuhannya. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan air irigasi yang dipimpin oleh pekaseh mampu mendistribusikan air irigasi secara merata, sehingga setiap MT semua petani dapat menanam padi.

Di Subak Lodtunduh terdapat kesepakatan, yaitu luas lahan yang dapat ditanami komoditi selain padi seluas 10% dari luas milik. Artinya, luas lahan maksimal untuk komoditi selain padi adalah 2,50 ha. Selain menetapkan

(32)

penggunaan lahan sawah maka subak juga menetapkan jadual tanam padi. Jadual tanam padi di Subak Lodtunduh pada tahun 2012 dicantumkan pada Gambar 5.10.

MT I II

Bulan 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kegiatan Keterangan:

masa pengolahan tanah, masa penanaman, masa pemeliharaan, masa panen, masa tenggang

Gambar 5.10.

Jadual Tanam di Subak Lodtunduh Tahun 2012

Pada Gambar 5.10 dapat dicermati bahwa pengolahan tanah di Subak Lodtunduh dilakukan lebih kurang selama 25 hari. Waktu yang dibutuhkan untuk pengolahan tanah di Subak Lodtunduh relatif lama. Hal ini disebabkan oleh jumlah traktor dan suplai air irigasi terbatas. Pengolahan tanah di Subak Lodtunduh menggunakan dua unit traktor setiap MT.

Pada Gambar 5.10 dapat dilihat bahwa umur padi pada kedua MT tersebut relatif sama, yaitu 95 hari. Penentuan waktu tanam telah disepakati dalam rapat subak, sehingga saat panen juga sudah dapat diperkirakan. Petani tidak berani melakukan penanaman di luar waktu yang disepakati. Alasannya antara lain untuk menghindari serangan hama dan tidak kesulitan mencari penebas saat panen.

Masa tenggang antara panen dengan pengolahan tanah pada MT berikutnya cukup lama, yaitu berkisar 30 hari. Masa tenggang ini diperlukan untuk memutus siklus hama dan membusukkan limbah tanaman padi. Selama masa tenggang, lahan garapan sawah biasanya dikontrakkan untuk pemeliharaan bebek (lelang bebek). Berarti, satu MT padi di Subak Lodtunduh memerlukan waktu lebih kurang lima bulan.

(33)

(3) Pengelolaan tenaga kerja

Tenaga kerja di wilayah penelitian digunakan untuk kegiatan fungsi subak, kegiatan sosial, dan kegiatan mata pencaharian di luar sektor pertanian. Subak Lodtunduh membedakan anggota subak aktif dan anggota subak pasif. Pihak yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan jaringan irigasi yang bersifat ringan adalah anggota aktif saja. Anggota aktif bertanggung jawab dalam menyelesaikan pemeliharaan setiap ruas dari jaringan irigasi subak kecuali saluran yang dimanfaatkan oleh petani secara perorangan. Suplai dan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dalam fungsi subak di Subak Lodtunduh dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5.

Suplai dan Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga (TKDK) dalam Aktivitas Subak Lodtunduh

Uraian Jumlah TKDK MT1 Jumlah TKDK MT2

(HOK) (%) (HOK) (%)

Suplai tenaga kerja keluarga 13.108,74 100,00 13.259,89 100,00 Penggunaan tenaga kerja keluarga

1. Alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi

2. Pemeliharaan fasilitas subak 3. Pengelolaan sumberdaya subak 4. Penyelesaian konflik 5. Penyelenggaraan kegiatan ritual Kelebihan TKDK 2.029,50 18,88 225,39 1.387,44 12,25 385,54 11.079,24 15,48 0,14 1,72 10,59 0,09 2,94 84,52 2.395,42 19,13 354,02 1.387,48 12,25 622,5 10.864,47 18,06 0,14 2,67 10,46 0,09 4,70 81,94 Keterangan:

TKDK: Tenaga kerja dalam keluarga HOK : Hari orang kerja

Pada Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa TKDK yang digunakan dalam fungsi subak adalah 15,48% pada MT1 dan 18,06% pada MT2. Tenaga kerja keluarga tersebut paling banyak digunakan untuk pengelolaan sumberdaya subak

(34)

khususnya kegiatan usahatani, kemudian terbanyak kedua adalah untuk penyelenggaraan kegiatan ritual. Dalam mengatur pelaksanaan kerja para anggotanya, pekaseh sangat menekankan “prinsip keadilan”. Dalam arti bahwa “setiap anggota aktif mendapatkan tugas untuk bergotong royong dalam kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi dan fasilitas subak lainnya dengan pembagian tanggung jawab yang telah ditentukan.

Tenaga kerja keluarga Subak Lodtunduh yang dicurahkan dalam fungsi subak lebih rendah dibandingkan dengan di Subak Padanggalak. Hal ini disebabkan oleh luas lahan Subak Lodtunduh lebih kecil dan anggota subak sebagian besar berstatus pemilik penggarap. Umumnya, petani pemilik lebih sedikit mencurahkan tenaga kerja keluarga dibandingkan petani penyakap.

Tenaga kerja keluarga yang dialokasikan dalam fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi; fungsi pemeliharaan fasilitas subak; serta penyelenggaraan penyelesaian konflik relatif kecil. Walaupun demikian, kegiatan gotong royong berjalan lancar dan tidak ada konflik, sehingga anggota subak bisa mengusahakan semua lahannya setiap MT.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pekaseh telah mengelola tenaga kerja keluarga dalam fungsi subak dengan baik. Subak dalam mengatur pelaksanaan kerja para anggotanya sangat menekankan pada “prinsip keadilan”. Dalam arti bahwa “setiap anggota aktif mendapatkan tugas bergotong royong dalam kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi dengan pembagian tanggung jawab yang telah ditentukan.

(35)

(4) Pengelolaan dana

Subak sebagai organisasi petani pengelola air irigasi memerlukan dana untuk menjalankan fungsi subak secara optimal. Sumber dana yang digunakan oleh Subak Lodtunduh berasal dari internal dan eksternal subak. Sumber dana internal, antara lain: iuran yang dipungut secara insidentil; sumbangan sukarela anggota subak; iuran yang dipungut secara berkala, yaitu terdiri atas: pengoot,

amputan, dan denda; kegiatan yang bersifat bisnis, yaitu terdiri atas: lelang bebek dan lelang lungsuran sehabis upacara di Pura Subak; keuntungan kegiatan koperasi tani. Di lain pihak, sumber dana eksternal, antara lain dari Kabupaten Gianyar dan Provinsi Bali.

Dana dari internal subak digunakan untuk kegiatan ritual dan pemeliharaan fasilitas subak yang tidak memerlukan dana besar. Di pihak lain, dana eksternal dari bantuan sosial Provinsi Bali digunakan untuk peningkatan kualitas fasilitas subak yang memerlukan dana relatif besar, sedangkan bantuan dari Kabupaten Gianyar untuk penyelenggaraan kegiatan ritual.

Dana di Subak Lodtunduh dikelompokkan ke dalam kas subak (anggota aktif) dan kas krama carik (kas semua anggota subak). Pengelompokan dana ini berdasarkan sumberdana dan penggunaan dana. Kas subak, meliputi: iuran yang dipungut secara insidentil, yaitu peturunan; iuran yang dipungut secara berkala, terdiri atas: pengampel/pengoot, amputan, dan dedosan/denda; kegiatan yang bersifat bisnis, terdiri atas: lelang bebek dan lelang surudan (lungsuran) sehabis upacara di Pura Subak; dan bantuan Kabupaten Gianyar untuk membantu penyelenggaraan kegiatan ritual di tingkat subak. Kas krama carik, meliputi

(36)

bantuan dari Provinsi Bali berupa bantuan sosial untuk peningkatan kualitas fasilitas subak, keuntungan pengadaan sarana produksi, dan bunga tunggakan pembayaran sarana produksi. Penjelasan masing-masing sumberdana tersebut, adalah sebagai berikut.

a. Peturunan: iuran anggota subak yang dipungut secara insidental atau apabila diperlukan. Peturunan dapat berupa uang tunai maupun natura. Peturunan di Subak Lodtunduh biasanya dilakukan pada saat upacara di tingkat subak yang berskala besar. Semua anggota subak mengeluarkan tambahan bahan-bahan upacara keagamaan, yang disebut peson-peson, yaitu berupa beras,

buah-buahan, daun kelapa muda, dan lain-lain kurang lebih senilai Rp 50.000,00. Di Subak Lodtunduh, pihak yang bertanggung jawab mengelola

peturunan adalah istri petani di bawah koordinasi istri wakil pekaseh.

b. Pengoot. Pengoot di Subak Lodtunduh senilai harga 17 kg gabah pada saat panen untuk satu tektek. Pengoot ini diserahkan dalam bentuk uang, kemudian dimasukkan ke dalam kas subak.

c. Amputan. Amputan di Subak Lodtunduh senilai harga 10 kg beras pada saat panen untuk satu tektek. Amputan diserahkan dalam bentuk uang kepada pengurus subak, kemudian dimasukkan ke dalam kas subak.

d. Pembayaran dedosan/denda terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh anggota subak.

e. Lelang bebek: kontrak lahan sawah setelah panen untuk pengembalaan bebek selama periode tertentu.

(37)

g. Melelang surudan (lungsuran) sehabis upacara di Pura Subak

h. Bantuan pemerintah. Subak Lodtunduh memperoleh dana bantuan sosial (bansos) dari Provinsi Bali Tahun 2012 sebesar Rp 25.000.000,00 dan dari Kabupaten Gianyar sebesar Rp 2.700.000,00. Dana bansos dari Provinsi Bali tahun 2012 digunakan untuk merenovasi Pura Subak, sedangkan dana dari Kabupaten Gianyar digunakan untuk membantu biaya penyelenggaraan kegiatan ritual di tingkat subak.

Penggunaan dana Subak Lodtunduh sesuai dengan sumbernya, adalah sebagai berikut. (1) Kas subak, digunakan untuk membiayai: penyelenggaraan kegiatan ritual yang terkait dengan tahapan budidaya padi di tingkat subak. (2) Kas krama carik, dimanfaatkan untuk membiayai: perbaikan fasilitas subak; administrasi dan transportasi pekaseh dalam menghadiri undangan ataupun mengajukan proposal dan RDKK ke dinas terkait; pembelian pestisida yang digunakan secara masal di subak; penyelenggaraan kegiatan ritual tingkat subak yang tidak terkait langsung dengan tahapan budidaya padi, seperti Upacara di Pura Subak; dana talangan untuk pengadaan pupuk; peningkatan kualitas fasilitas subak.

Sumber dana internal yang bersifat rutin dan terbesar di Subak Lodtunduh adalah pengoot dan amputan. Dana ini digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan ritual di tingkat subak yang terkait langsung dengan tahapan budidaya padi. Sementara itu, kas krama carik yang bersumber dari internal subak adalah keuntungan pengadaan pupuk dan bunga tunggakan pembayaran pupuk. Dana ini digunakan untuk kegiatan lainnya di subak, seperti administrasi, kegiatan ritual

(38)

yang tidak terkait langsung dengan tahapan budidaya padi. Tidak adanya denda yang dikenakan kepada anggota subak dalam dua MT tahun 2012 menunjukkan bahwa semua anggota mengikuti kegiatan gotong royong dan rapat anggota subak, serta tidak ada yang melanggar awig-awig.

4. Fungsi penyelesaian konflik

Permasalahan air irigasi biasanya menjadi sumber konflik bagi organisasi

petani pengelola air irigasi. Sebagai contoh, konflik dapat terjadi jika (1) penggarap sawah tidak hadir saat pengolahan tanahnya, di mana saat itu

diperlukan cukup air untuk mengolah tanah; (2) anggota subak tidak hadir dalam gotong royong memelihara saluran irigasi; (3) pencurian air irigasi saat suplai air irigasi rendah; dan (4) terdapat sampah plastik di saluran irigasi yang menyebabkan aliran air irigasi terhambat.

Walaupun suplai air irigasi berfluktuasi, pada tahun 2012 di Subak Lodtunduh tidak terjadi konflik. Subak Lodtunduh sudah memiliki sistem pengelolaan air irigasi serta awig-awig yang telah disepakati dalam rapat subak. Jika terjadi pencurian air maka pekaseh akan menegur anggota subak tersebut. Apabila teguran tidak diperhatikan maka kasus tersebut akan disampaikan dalam forum rapat anggota subak. Di Subak Lodtunduh, kepada pencuri air irigasi akan dikenakan denda sebesar Rp 15.000,00 per hari, tetapi kasus tersebut tidak pernah terjadi di Subak Lodtunduh khususnya pada tahun 2012.

Rapat anggota subak merupakan wadah untuk mencegah dan menyelesaikan konflik di subak. Pelaksanaan rapat anggota di Subak Lodtunduh

(39)

rata-rata selama dua jam, yaitu pk 19.00 sd pk 21.00 wita. Kegiatan rapat dilakukan rata-rata tiga kali dalam satu MT, yaitu sebagai berikut.

(1) Rapat I, dilakukan sebelum magpag toya, menjelang pengolahan tanah. Waktu pelaksanaan rapat dipilih pada waktu yang tidak menggangu kegiatan di pura maupun kegiatan pribadi anggota subak. Materi rapat I, antara lain menentukan waktu magpag toya sekaligus gotong royong di saluran tersier. Pada saat gotong royong tersebut juga ditentukan waktu yang tepat untuk rapat II.

(2) Rapat II, membahas materi seperti menentukan waktu olah tanah, jenis benih yang akan ditanam pada MT tersebut, tempat membeli benih, waktu tanam, waktu anggota membayar tunggakan pupuk, frekuensi pembayaran tunggakan pupuk.

(3) Rapat III, membahas materi pelunasan tunggakan pupuk dan pengesahan RDKK.

Rapat anggota subak (paruman/sangkepan krama subak) merupakan forum tertinggi dalam organisasi subak. Keputusan rapat dibuat berdasarkan musyawarah mufakat, sifatnya mengikat, dan menjadi pegangan pengurus dalam menjalankan roda organisasi. Tata cara rapat di Subak Lodtunduh adalah diawali dengan petugas memukul kulkul (kentongan dari batang kayu).

5. Fungsi penyelenggaraan kegiatan ritual

Ritual yang dilaksanakan oleh anggota Subak Lodtunduh dalam dua MT tahun 2012 diawali dengan ritual Magpag toya. Ritual Magpag toya dilaksanakan oleh pekaseh di Pura Bedugul bangunan bagi sekunder bersamaan dengan

(40)

kegiatan gotong royong anggota subak pada setiap awal MT. Dana yang dikeluarkan untuk sesaji rata-rata sebesar Rp 10.000,00 yang bersumber dari kas subak. Kegiatan ritual yang terkait dengan tahapan budidaya padi meliputi kegiatan sebagai berikut.

(1) Ngendagin, dilaksanakan saat akan pengolahan tanah. Ritual ini biasanya dilakukan oleh istri petani di Sanggah Catu, Pura Bedugul, dan Pura Subak. Di samping itu, pekaseh dan wakil pekaseh mohon doa restu di Pura Laban yang terletak di Desa Sayan. Dana yang dikeluarkan anggota subak untuk sesaji rata-rata sebesar Rp 10.000,00.

(2) Ngurit (pengwiwit), dilaksanakan setelah benih ditabur. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh petani dengan cara meletakkan kuwangen di salah satu pojok lokasi pembibitan. Dana sesaji yang dikeluarkan anggota subak rata-rata sebesar Rp 2.000,00.

(3) Nuasen nandur (nuasen mamula), dilaksanakan saat akan menanam padi. Ritual ini biasanya dilakukan oleh istri petani di Sanggah Catu (Sanggah Cucuk) dengan tujuan adalah nunas ica. Dana sesaji yang dikeluarkan anggota subak rata-rata sebesar Rp 15.000,00.

(4) Ngeroras, dilaksanakan pada saat padi berumur 12 hari. Ritual ini biasanya dilakukan oleh istri petani di Sanggah Catu. Dana sesaji yang dikeluarkan anggota subak rata-rata sebesar Rp 15.000,00.

(5) Neduh, dilaksanakan pada saat padi berumur 27 sd 35 hari (satu bulan). Ritual ini biasanya dilakukan oleh istri petani di Sanggah Catu. Dana sesaji yang dikeluarkan anggota subak rata-rata sebesar Rp 15.000,00.

(41)

(6) Nyungsung, dilaksanakan setelah padi berumur dua bulan atau 42 hari (sebelum ritual biyukukung). Ritual ini dilakukan secara bergiliran (ririgan) oleh dua orang anggota subak aktif yang dikoordinir oleh pekaseh. Lokasi ritual adalah di Pura Subak, Pura Laban, Pura Nataran (Pura Desa), Pura Dalem (Pura Gede). Subak mengeluarkan dana untuk sesaji di

masing-masing pura tersebut senilai Rp 20.000,00 ditambah uang

sesari Rp 20.000,00.

(7) Biyukukung (miseh, ngiseh), dilaksanakan pada saat padi bunting (umur padi antara 65 – 70 hari). Ritual ini dilaksanakan di Sanggah Catu oleh istri petani. Dana sesaji yang dikeluarkan rata-rata sebesar Rp 15.000,00. Ritual ini dilaksanakan pada waktu yang sama untuk semua anggota subak.

(8) Ngusaba (mesaba), dilaksanakan menjelang panen. Ritual ini diselenggarakan oleh subak di Pura Subak, Pura Bedugul, dan Sanggah Catu

masing-masing anggota subak. Ritual ini dimaksudkan agar panen berhasil. Dana yang dikeluarkan dalam ritual ngusaba berasal dari kas subak.

(9) Mebanten manyi (nuduk dewa), dilaksanakan pada saat panen berlangsung. Ritual ini dilaksanakan di Sanggah Catu oleh masing-masing anggota subak dengan dana yang dikeluarkan rata-rata sebesar Rp 15.000,00.

(10) Mantenin, dilaksanakan setelah selesai panen, yaitu sebagai rasa syukur atas keberhasilan usahataninya. Ritual ini dilakukan di lumbung padi.

(11) Nyungsung dan Ngusaba dilakukan di tingkat subak, sedangkan kegiatan

ritual yang lainnya dilakukan oleh anggota subak secara individu. Di samping itu, kegiatan ritual yang diselenggarakan di tingkat subak adalah

(42)

Odalan Pura Subak setiap 210 hari (enam bulan) sekali. Pelaksanaan kegiatan ritual Nyungsung, Ngusaba, dan Odalan Pura Subak di Subak Lodtunduh memiliki tingkat (skala) berbeda dalam dua MT secara bergantian, yaitu skala kecil (alit) dan skala besar (gede).

Pada saat penyelenggaraan kegiatan ritual yang berskala kecil, umumnya dana berasal dari kas subak. Sebaliknya pada saat penyelenggaraan kegiatan ritual yang berskala besar, selain dana berasal dari kas subak, juga ditambah dari kas

krama carik dan anggota subak. Dana tambahan dari anggota subak (peturunan) lebih kurang sejumlah Rp 50.000,00 pada setiap kegiatan ritual tingkat subak yang berskala besar, yaitu berupa bahan sesaji.

Dana dari kas subak yang digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan ritual di tingkat subak (Nyungsung, Ngusaba, dan Odalan) yang berskala kecil

sebesar Rp 2.235.300,00 pada MT1 dan yang berskala besar adalah Rp 5.869.500,00 pada MT2. Penyelenggaraan kegiatan ritual skala besar

dilakukan pada MT2 di mana panen padi terjadi pada Sasih Kapat (bulan Oktober/ November).

Biaya kegiatan ritual Ngusaba menjadi besar karena selain biaya untuk menyediakan sarana upacara inti, subak juga memotong ternak babi. Hal tersebut dilakukan karena Ngusaba dijadikan sebagai ajang pesta anggota subak selain sebagai bentuk syukur mendapat hasil panen yang baik. Walaupun biaya yang dikeluarkan relatif besar, petani menjalankan kegiatan tersebut dengan senang hati.

(43)

Peserta ritual di tingkat subak adalah semua anggota Subak Lodtunduh. Anggota subak memperoleh Tirtha yang dibagikan oleh pengurus subak. Tirtha

tersebut digunakan dalam ritual di Sanggah Catu masing-masing anggota subak. 5.1.4.2 Pola pengelolaan fungsi Subak Padanggalak

1. Fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi di Subak Padanggalak (1) Alokasi air irigasi

Sumber air Subak Padanggalak adalah Bendung Kedewatan di Sungai Yeh Lauh. Subak Padanggalak terletak di bagian hilir DI Kedewatan dan merupakan subak tirisan (natak tiyis). Di Subak Padanggalak, pengalokasian air irigasi dilakukan secara relatif proporsional sesuai dengan luas lahan sawah yang diairi. Sistem alokasi air irigasi di Subak Padanggalak menggunakan sistem

tektek/kecoran. Air irigasi satu tektek untuk mengairi 25 are lahan sawah.

Alokasi hak air yang diberikan kepada anggota subak ditentukan berdasarkan kesepakatan seluruh anggota. Bagi petani yang memiliki lahan garapan lebih besar dari 25 are akan memperoleh hak atas air lebih dari satu

tektek. Artinya, hak atas air irigasi tidak terlepas dari kewajiban yang harus dipikul oleh anggota subak. Jumlah ayahan yang harus ditanggung oleh anggota subak sesuai dengan luas lahan sawah yang digarap. Petani yang menggarap sawah lebih besar dari 25 are akan dikenakan konversi tenaga kerja sesuai dengan hak yang diterima.

Konversi tenaga kerja yang ditetapkan di Subak Padanggalak adalah Rp 1.000,00 untuk setiap are lahan garapan di atas 25 are. Konversi ini dibayar jika nilai jual gabah petani lebih besar dari Rp 100.000,00 per are. Jika nilai jual

(44)

gabah tidak melebihi Rp 100.000,00 per are atau petani gagal panen maka petani dibebaskan dari uang konversi. Uang konversi diserahkan kepada kelian munduk, kemudian kelian munduk menyerahkan kepada bendahara subak. Bagi petani yang menguasai lahan garapan di atas 25 are akan terbebas dari konversi jika kewajibannya ditutupi oleh petani lainnya yang menggunakan air lebih rendah dari haknya. Kasus ini harus dilaporkan kepada kelian munduk, karena kelian munduk yang lebih mengetahui keadaan anggotanya.

(2) Distribusi air irigasi

Distribusi air irigasi di Subak Padanggalak menggunakan sistem terus menerus atau sistem pengaliran terus menerus secara serentak (continuous flow). Anggota subak menerima air irigasi sesuai dengan haknya, kemudian kelebihan air irigasi dialirkan ke saluran drainase (pembuangan). Pendistribusian air irigasi menggunakan metode one inlet dan one outlet (Lampiran 2).

Subak Padanggalak mendapat air irigasi dari bangunan sadap yang berasal dari Subak Saba dan Subak Temaga. Air irigasi tersebut masuk ke Subak Padanggalak melalui bangunan sadap di Desa Penatih. Bangunan sadap di Desa Penatih terletak dekat Pura Kawitan Dalem Kauman Pujangga Penatih. Bangunan Bagi Penatih dipecah menjadi dua saluran, yaitu saluran pertama ke Munduk

Gendang dan saluran kedua ke enam munduk lainnya di Subak Padanggalak (Munduk Pasekan, Munduk Delundung, Munduk Batuaji, Munduk Kertasari,

Munduk Biaung, dan Munduk Tangtu). Saluran kedua mendapat tirisan air irigasi dari Subak Temaga, kemudian di BB Pos Polisi Padanggalak didistribusikan ke

(45)

enam munduk. Untuk lebih jelas, skema saluran irigasi Subak Padanggalak berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat pada Gambar 5.11.

Gambar 5.11.

Skema Saluran Irigasi Subak Padanggalak

Seperti di subak pada umumnya, alokasi dan distribusi air irigasi di Subak Padanggalak merupakan tugas pokok pekaseh dibantu oleh kelian munduk. Pengontrolan distribusi air irigasi ada yang dilakukan oleh anggota atas inisiatif anggota dan ada pula yang dikoordinasi oleh pekaseh maupun kelian munduk. Pengontrolan distribusi air irigasi yang berdasarkan inisiatif anggota, biasanya dilakukan anggota di BB tersier yang terdekat dengan sawahnya, saluran kuarter, hingga ke inlet sawah garapannya.

Keterangan : 1. Sungai Lauh

2. Bangunan Bagi Penatih 3. Bangunan Bagi Gendang 4. Bangunan Bagi Pos Polisi 5. Bangunan Bagi Padanggalak 6. Bangunan Bagi Kertasari

1.

7. Bangunan Bagi Delundung

8. Munduk Batuaji Utara 9. Subak Temaga

10. Munduk Gendang

11. Munduk Pasekan

12. Munduk Batuaji Selatan

13. Munduk Delundung 14. Munduk Kertasari 15. Munduk Biaung 16. Munduk Tangtu 4 7 7 Jl. GatototSubrotoTimur Jl. IB Mantra Jl. Bypass NgurahRai Jl. WR Supratman 8 8 8 10 11 12 13 14 15 12 16 9 5 6 3 1 8 8 2

(46)

Pengontrolan distribusi air irigasi secara melembaga umumnya dilakukan dua kali. Pertama, pada saat awal pengolahan tanah, pengontrolan air irigasi dilakukan seluruh anggota subak bersamaan dengan kegiatan gotong royong membersihkan saluran irigasi, yang dipimpin oleh pekaseh. Hal ini dilakukan agar kebutuhan air untuk pengolahan tanah dapat terpenuhi. Kedua, saat umur padi menjelang 70 hari (masa generative padi) dilakukan pengontrolan air irigasi dipimpin oleh kelian munduk. Pada masa generatif padi tidak memerlukan genangan air, tetapi tanah tetap harus basah. Waktu yang diperlukan untuk mengontrol air irigasi lebih kurang empat jam per kegiatan atau delapan jam per MT per anggota. Di samping itu, petani biasanya mengontrol distribusi air irigasi saat akan bekerja di sawah sehari-hari.

Selain pada waktu-waktu tersebut, kelian munduk juga melakukan pengontrolan air irigasi di munduk wilayahnya, khususnya pada musim kemarau. Jika ditemukan ada kerusakan atau penghambat saluran irigasi, kemudian dilakukan perbaikan secara gotong royong di bawah pimpinan kelian munduk. Hal ini dilakukan karena Subak Padanggalak relatif luas, sehingga dilakukan pembagian tugas antara pekaseh dan kelian munduk. Oleh karena itu, petani yang mendapat giliran pengolahan tanah maka dianjurkan berada di sawah untuk mengontrol kecukupan airnya. Jika lahan sawah kekurangan air, maka pengolahan tanah dengan menggunakan traktor dapat dibatalkan. Permasalahan yang terjadi adalah kadang-kadang ada petani yang tidak berada di sawah untuk mengawasi kecukupan airnya ketika tanahnya akan diolah.

(47)

(3) Mekanisme pinjam air irigasi

Jika terjadi kekurangan air di Subak Padanggalak maka solusinya adalah dilakukan peminjaman air irigasi. Hal ini dilakukan antar petani, antar munduk, maupun antar subak. Prosedur peminjaman air irigasi di Subak Padanggalak relatif sama dengan di Subak Lodtunduh. Peminjam air menutup sebagian ambang di bangunan bagi, agar air yang mengalir ke sawah peminjam lebih besar. Hal ini dilakukan saat pengolahan tanah dan masa penggenangan setelah tanam pada musim kemarau.

Seperti kegiatan peminjaman air irigasi di Subak Lodtunduh, jika penutup saluran sudah ada yang membuka maka peminjam tidak boleh menutup kembali. Artinya, air tersebut diperlukan oleh anggota subak yang airnya dipinjam. Telah adanya saling pengertian antara anggota subak yang meminjam air dengan anggota subak yang airnya dipinjam, sehingga tidak menimbulkan konflik. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan air irigasi di Subak Padanggalak telah menerapkan prinsip THK dengan mewujudkan harmoni dan kebersamaan. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus pinjam air agar semua lahan sawah terairi adalah sekitar satu bulan.

2. Fungsi pemeliharaan fasilitas subak

Dalam fungsi pemeliharaan fasilitas subak perlu dibahas mengenai jenis fasilitas yang dimiliki Subak Padanggalak; jenis dan tanggungjawab pemeliharaan saluran irigasi; penyebab kerusakan saluran irigasi; dan sumberdana pemeliharaan fasilitas subak.

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pakar yang didesain dengan e2gLite Expert System Shell untuk diagnosis penyakit THT, dapat bekerja sesuai yang diharapkan. Sistem dapat mengidentifikasikan 23 jenis penyakit

Warna : Berwarna, transparan Deskripsi : Alat Ini digunakan untuk menunjukkan volume dengan meng- gunakan media pasir / barang cair Limas Segi Empat Transparan Ukuran : 80 x 80

Karyawan yang percaya bahwa kebutuhan mereka sesuai dengan tuntutan pekerjaan mereka cenderung untuk menyarankan cara- cara baru dalam melakukan sesuatu dan membantu

Pada umumnya pembeli atau konsumen di pasar luar negeri sangat memperhatikan barang-barang yang mereka beli, baik itu menyangkut kualitas, harga dan waktu penyerahan

BKKBN KPU MPR MENEG PPN DEPKEU BKKBN KPU MPR MENEG PPN DEPKEU BKN BAPETEN DPR MENKO EKUIN DEPDIKNAS PPATK BATAN DPD MENEG PAN DEPKES BNP2TKI BPLS MK MENEG POLKAM DEPKUMHAM KPK BMG

PESTEL adalah singkatan untuk politik (political), ekonomi (economical), sosial budaya (sosiocultural), teknologi (technollogical), lingkungan hidup (environment), dan hukum

Upaya penyelesaian dalam perjanjian kerjasama jika terjadi sengketa dari penelitian yang telah dilakukan menerangkan bahwa dalam pasal 18 pada perjanjian tersebut telah diatur

Sedangkan perbedaan yang terjadi antara periode pertama dan kedua mengenai pendidikan dan sosial kemasyarakatan, jika pada periode pertama penddikan Al-Qur’an sebagai satu