SUMMARY
STUDI PERILAKU MASYARAKAT TENTANG KLINIK SANITASI (SUATU PENELITIAN DI PUSKESMAS LIMBA B
KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO)
HAZRIYANTI OPANGGE. 811409072. 2013. Skripsi. Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. (Dibimbing oleh Dian Saraswati, S.Pd, M.Kes dan dr. Sri Manovita Pateda, M.Kes).
Abstrak
Salah satu trobosan untuk mengatasi masalah kesehatan yang berbasis lingkungan adalah keberadaan Klinik Sanitasi. Klinik Sanitasi sebagai salah satu pelayanan puskesmas, mengitegrasikan antara pelayanan kesehatan promotif, preventif, dan kuratif mempunyai peran sebagai pusat informasi, pusat rujukan, fasilitator dibidang kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui perilaku masyarakat berkaitan tentang klinik sanitasi puskesmas Limba B Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo.
Teknik pengambilan sampel menggunakan sampel secara acak atau random sampling, dimana pengambilan sampel diambil dengan cara propotional stratified random sampling dengan jumlah sampel 373 orang dari jumlah keseluruhan populasi yaitu 6914 orang.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perilaku masyarakat tentang klinik sanitasi ditinjau dari aspek pengetahuan dan sikap yang termasuk dalam kriteria baik yaitu 100% sedangkan yang termasuk kriteria kurang yaitu 0%. Semantara untuk aspek tindakan yang termasuk kriteria baik yaitu 13,9% dan untuk kriteria kurang sebesar 86,1%.
Hasil penelitian disimpulkan bahwa angka penilaian yang baik untuk pengetahuan dan sikap ditunjukan tidak dapat menjamin bahwa tindakan yang akan dilakukan sebaik dengan pengetahuan yang diketahui dan sikap yang ditunjukan.
Disarankan kepada masyarakat agar lebih memperhatikan lagi bagaimana cara menjaga kebersihan lingkungan agar tidak menimbulkan bibit penyakit berbasis lingkungan, bukan hanya dari segi pengetahuan dan sikap yang baik berkaitan dengan klinik sanitasi akan tetapi diikuti dengan tindakan memanfaatkan klinik sanitasi yang dapat mencerminkan perilaku yang baik.
A STUDY ON PEOPLE’S ATTITUDE TOWARDS SANITATION CLINIC (A RESEARCH CONDUCTED AT PUSKESMAS LIMBA B, KOTA
SELATAN SUB-DISTRICT, GORONTALO CITY)
HAZRIYANTI OPANGGE. 811409072. 2013. A Study on People’s Attitude towards Sanitation Clinic (A Research Conducted at Puskesmas Limba B, Kota Selatan Sub-District, Gorontalo City). Skripsi. Public Health Department, Faculty of Sports and Health Sciences, Universitas Negeri Gorontalo. The principle supervisor was Dian Saraswati, S.Pd, M.Kes and the co-supervisor was dr. Sri Manovita Pateda, M.Kes.
Abstract
One of solutions to overcome environmental based healthy problem is sanitation clinic. As one of Puskesmas’ services, sanitation clinic integrates promotional health services, preventive, and curative which has a role as information center, recommended center, facilitator on environmental health, environmental based disease.
This research was descriptive research which was aimed to know people’s attitude towards sanitation clinic at Puskesmas Limba B, Kota Selatan Sub-District, Gorontalo City.
Random sampling with proportional stratified random sampling was used in this research. The sample was 373 respondents from 6914 people as the population.
Research result showed that according to the knowledge and behavior, 100% of respondents categorized as good and 0% categorized as less. From action point of view, there were 13.9% categorized as good and 86.1% categorized as less.
It can be concluded that the good percentage on knowledge and behavior would no guarantee the best action would take place as good as knowledge and behavior.
It was suggested that society should pay more attention to the environmental cleanness in order the environmental disease would not exist. It is not only knowledge and behavior of sanitation clinic but also actionof using sanitation clinic. It shows good attitude.
1. PENDAHULUAN
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan yang meliputi peningkatan derajat kesehatan (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat, puskesmas merupakan ujung tombak dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya (Depkes RI, 2002).
Masalah kesehatan yang berbasis lingkungan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak memadai, baik kualitas maupun kuantitasnya serta perilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah yang mengakibatkan timbulnya penyakit-penyakit seperti diare, ISPA, malaria, DBD, TB paru penyakit kulit, kecacingan, keracunan
makanan dan lainnya yang
merupakan 10 besar penyakit utama di Indonesia.
Dengan masih tingginya angka kesakitan yang terkait dengan sanitasi lingkungan yang buruk merupakan alasan pemerintah membuat klinik sanitasi di puskesmas sebagai unit kerja yang melaksanakan kegiatan penyehatan lingkungan, sehingga kesehatan sanitasi lingkungan yang baik dapat tercapai.
Salah satu penyalur utama dalam program ini adalah adanya
keberadaan klinik sanitasi di Puskesmas. Klinik sanitasi merupakan suatu upaya atau kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan kesehatan promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk yang berisiko tinggi untuk mengatasi masalah penyakit berbasis
lingkungan pemukiman yang
dilaksanakan oleh petugas puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilaksanakan secara pasif dan aktif di dalam dan di luar gedung.
Gambaran perilaku masyarakat yang kurang mendukung dapat menurunkan kualitas dan kuantitas lingkungan sehingga mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat maupun individu.
Berdasarkan paradigma yang telah dikemukakan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Studi
Perilaku Masyarakat Tentang Klinik Sanitasi (Suatu Penelitian Di Puskesmas Limba B Kecamatan Kota Selatan kota Gorontalo)”.
2. Metode Penelitian
2.1Lokasi Dan Waktu Penelitian
Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan di Puskesmas Limba B terutama masyarakat yang berada di kelurahan limba B Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan yaitu dimulai pada tanggal 24 April sampai dengan tanggal 24 Mei tahun 2013.
2.2Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang
bertujuan untuk mengetahui perilaku masyarakat yang berkaitan tentang klinik sanitasi puskesmas Limba B Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo.
2.3Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di kelurahan Limba B Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo dengan jumlah penduduk sebanyak 6.914 jiwa pada tahun 2012.
2.4Sampel
Sampel yang diambil untuk penelitian ini berjumlah 373 orang dari jumlah keseluruhan populasi yaitu 6914 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
2.5Analisis data
Data dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif yaitu
untuk mengetahui perilaku
masyarakat terhadap pemanfaatan klinik sanitasi puskesmas Limba B dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel.
3. Hasil Dan Pembahasan 3.1Hasil
Berdasarkan analisis univariat diperoleh data :
a. Data umum responden 1) Jenis Kelamin
Tabel 4.1
Distribusi Klinik Sanitasi Berdasarkan Jenis Kelamin
di Kelurahan Limba B Tahun 2013
Sumber : Data Primer, April 2013 Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa masyarakat di Kelurahan Limba B mayorits responden adalah perempuan dari jumlah keseluruhan sampel yaitu berjumlah 373 responden. Responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 129 responden (84,3%) yang tidak memanfaatkan klinik sanitasi dan yang memanfaatkan klinik sanitasi sebanyak 24 responden (15,7%). Sedangkan responden yang berjenis perempuan sebanyak 161 responden (73,2%) yang tidak memanfatkan klinik sanitasi dan yang memanfaatkan klinik sanitasi sebanyak 59 responden (26,8%).
2) Umur
Tabel 4.2
Distribusi Klinik Sanitasi Berdasarkan Umur di Kelurahan Limba B Tahun 2013 JK Klinik Sanitasi Total Tdk Memanfaa tkan Memanfaa tkan n % n % n % Laki-laki 12 9 84,3 24 15,7 153 100 Perem puan 16 1 73,2 59 26,8 220 100 Total 29 0 77,7 83 22,3 373 100
Sumber : Data Primer, April 2013 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa seluruh responden masih termasuk dalam usia produktif. Sehingga responden yang paling banyak tidak memanfaatkan klinik sanitasi di Puskesmas Limba B yaitu pada umur 36-45 tahun sebanyak 134 orang (81,2%) dan responden paling sedikit yang memanfaatkan klinik sanitasi yaitu pada umur 46-55 tahun 15 orang (24,6%).
3) Pendidikan
Tabel 4.3
Distribusi Klinik Sanitasi Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di Kelurahan Limba B Tahun 2013 Pendidika n Klinik Sanitasi Total Tidak Memanfaatka n Memanf aatkan n % n % n % SD 54 83,1 11 16, 9 65 100 SMP/MTs 69 84,1 13 15, 9 82 100 SMA/MA 147 75 49 25 19 6 100 Akademi/ PT 20 66,7 10 33, 3 30 100 Total 290 77,7 83 22, 3 37 3 100 Sumber : Data Primer, April 2013
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa masyarakat di Kelurahan
Limba B mayoritas pendidikan
responden adalah pendidikan SMA/MA dari jumlah keseluruhan sampel yaitu berjumlah 373 responden. Sehingga didapatkan hasil responden yang paling
banyak tidak memanfaatkan klinik
sanitasi di Puskesmas Limba B adalah pendidikan SMA/MA sebanyak 147 orang (75%) dan responden paling
sedikit yang memanfaatkan klinik
sanitasi adalah pendidikan Akademi/PT sebanyak 10 orang (33,3%).
4) JenisPekerjaan Tabel 4.4
Distribusi Klinik Sanitasi Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan Limba B Tahun 2013 Pekerj aan Klinik Sanitasi Total Tidak Memanfaatkan Memanfaatkan n % n % N % IRT 128 74,4 44 25,6 172 100 PNS 11 57,9 8 42,1 19 100 Honor er 4 40 6 60 10 100 Wiras wata 136 86,1 22 13,9 158 100 Mahas iswa 9 75 3 25 12 100 Pelajar 2 100 0 0 2 100 Total 290 77,7 83 22,3 373 100 Sumber : Data Primer, April 2013
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa masyarakat di Kelurahan Limba B sebagian besar jenis pekerjaan responden adalah IRT dari jumlah keseluruhan sampel yaitu berjumlah 373 responden. Sehingga didapatkan hasil responden yang paling banyak tidak memanfaatkan klinik sanitasi di Puskesmas Limba B adalah jenis pekerjaan wiraswasta Umur Klinik Sanitasi Total Tidak Memanfaatkan Meman faatkan n % n % n % 12-16 2 100 0 0 2 100 17-25 39 69,6 17 30,4 56 100 26-35 69 77,5 20 1,5 89 100 36-45 134 81,2 31 18,8 165 100 46-55 46 75,4 15 24,6 61 100 Total 290 77,7 83 22,3 373 100
sebanyak 136 orang (86,1%) dan responden paling sedikit yang memanfaatkan klinik sanitasi adalah jenis pekerjaan mahasiswa sebanyak 3 orang (25%).
b. Data Perilaku Masyarakat Tentang Klinik Sanitasi
1. Distribusi Responden
Berdasarkan Pengetahuan
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan
di Kelurahan Limba B Tahun 2013
Sumber : Data Primer, April 2013 Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa responden di
Kelurahan Limba B dengan
keselurahan sampel 373 responden yang termasuk kriteria tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 100% dan tidak terdapat responden dengan kriteria tingkat pengetahuan kurang yaitu 0%.
2. Distribusi Responden
Berdasarkan Sikap
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap di Kelurahan Limba B Tahun 2013 Sikap Jumlah n % Baik 373 100 Kurang 0 55,6 Total 373 100
Sumber : Data Primer, April 2013 Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa keselurahan responden di Kelurahan Limba B memiliki kriteria sikap baik yaitu 100% dan tidak terdapat responden memiliki criteria sikap kurang yaitu 0%.
3. Distribusi Responden
Berdasarkan Tindakan
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan di Kelurahan Limba B Tahun 2013 Tindakan Jumlah n % Baik 52 13,9 Kurang 321 86,1 Total 373 100
Sumber : Data Primer, April 2013 Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa responden terbanyak dengan kriteria tindakan kurang atau tidak menggunakan klinik sanitasi di Puskesmas yaitu sebanyak 86,1% semantara responden dengan kriteria tindakan baik atau menggunakan klinik sanitasi yaitu sebanyak 13,9%.
4. Distribusi Pemanfaatan Klinik
Sanitasi Berdasarkan
Pengetahuan, Sikap dan Tindakan
Tabel 4.8
Distribusi Pemanfaatan Klinik Sanitasi Berdasarkan
Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Di Kelurahan Limba B Tahun 2013 Tingkat Pengetahuan Jumlah n % Baik 373 100 Kurang 0 55,6 Total 373 100
Varia bel Krit eria Klinik Sanitasi Total Tidak Meman faatkan Meman faatkan n % n % n % Penget ahuan Baik 2 9 0 77, 7 83 22 ,3 3 7 3 100 Kur ang 0 0 0 0 0 0 Total 2 9 0 77, 7 83 22 ,3 3 7 3 100 Sikap Baik 2 9 0 77, 7 83 22 ,3 3 7 3 100 Kur ang 0 0 0 0 0 0 Total 2 9 0 77, 7 83 22 ,3 3 7 3 100 Tinda kan Baik 9 17, 3 43 82 ,7 5 2 100 Kur ang 2 8 1 87, 5 40 12 ,5 3 2 1 0 Total 2 9 0 77, 7 83 22 ,3 3 7 3 100
Sumber : Data Primer, April 2013 Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat di Kelurahan Limba B tentang pemanfaatan klinik sanitasi yang ditinjau dari responden masing-masing yaitu dengan kriteria baik sebagian besar responden tidak memanfaatkan klinik sanitasi sebanyak 290 orang (77,7%) dan responden yang memanfaatkan klinik sanitasi sebanyak 83 orang (22,3%). Sedangkan responden dengan kriteria kurang yang memanfaatkan dan tidak
memanfaatkan klinik sanitasi tidak ada (0%).
Sementara menurut tindakan masyarakat tentang pemanfaatan klinik sanitasi dengan kriteria baik sebagian kecil masyarakat yang tidak memanfaatkan klinik sanitasi sebanyak 9 orang (17,3%) dan sebagian besar responden yang memanfaatkan klinik sanitasi sebanyak 43 orang (82,7%). Sedangkan responden dengan kriteria kurang yang tidak memanfaatkan klinik sanitasi sebanyak 281 orang (87,5%) dan responden yang memanfatkan klinik sanitasi sebanyak 40 orang (12,5%).
3.2Pembahasan
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Studi Perilaku Masyarakat Tentang Klinik Sanitasi (Suatu Penelitian di Puskesmas Limba B Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo). Berdasarkan hasil analisis Univariat yang telah dilakukan terhadap 373 responden di Kelurahan Limba B pembahasannya sebagai berikut: a. Kajian Tentang Responden
Penelitian
1. Frekuensi Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin Dapat dilihat pada tabel 4.1 bahwa jumlah responden di Kelurahan Limba B untuk jenis kelamin perempuan lebih banyak 220 responden dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 153 responden.
Menurut Pandujati (2010) menyatakan bahwa dilihat dari jenis
kelamin perempuan mempunyai waktu yang cukup luang sebagai ibu rumah tangga yang bisa juga dapat memanfaatkan untuk mengajari atau mengawasi pendidikan anak dengan lebih baik.
Hal mendasari berpeluang besar untuk perempuan mempunyai waktu yang cukup luang dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki mereka lebih banyak aktifitasnya di luar rumah. Sehingga cukup luang untuk datang ke klinik sanitasi dan tidak menjadi kendala untuk berkunjung kembali ke klinik sanitasi.
2. Frekuensi Responden
Berdasarkan Umur
Dapat dilihat pada tabel 4.2 bahwa ternyata distribusi responden yang ada di Kelurahan Limba B berarti secara keseluruhan masih dalam usia produktif. Sehingga kondisi lingkungan terhadap penyakit berbasis lingkungan tentang pemanfaatan klinik sanitasi di Puskesmas Limba B dapat di pengaruhi oleh golongan umur.
Semakin banyak golongan umur yang remaja awal, remaja akhir, dewasa awal, dewasa akhir dan lansia awal sebanyak 373 responden maka perilaku masyarakat yang kurang mendukung dikarenakan golongan umur yang masih produktif karena masyarakat lebih banyak kegiatan yang di kerjakan atau lebih tinggi tingkat kesibukan dan terbatasnya pengalaman, kesadaran dan keinginan responden untuk berperilaku positif terhadap kesehatan masyarakat maupun individu dalam hal pemanfaatan klinik sanitasi tersebut.
2. Frekuensi Responden berdasarkan Pendidikan
Dapat dilihat pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa perilaku masyarakat tentang pemanfaatan klinik sanitasi di Puskesmas Limba B dapat dipengaruhi oleh jumlah pendidikan yang paling banyak pada responden adalah pendidikan SMA sebanyak 196 reponden, Pendidikan SMP sebanyak 82 responden, pendidikan SD sebanyak 65 responden dan jumlah pendidikan paling rendah Akademi/PT sebanyak 30 responden.
Menurut Notoatmojdjo (2003)
mengatakan bahwa tingkat
pendidikan seseorang akan
mempengaruhi pengetahuannya. Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang.
Pengetahuan disini meliputi pengertian klinik sanitasi, tujuan dan manfaat dan keuntungan dari pemanfaatan klinik sanitasi. Dengan pendidikan SMA paling banyak pada masyarakat di Kelurahan Limba B sehingga memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik.
3. Frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan
Dapat dilihat pada tabel 4.4. bahwa perilaku masyarakat terhadap pemanfaatan klinik sanitasi dapat dipengaruhi oleh jumlah pekerjaan yang paling banyak pada responden yaitu jenis pekerjaan responden yang sebagian besar memiliki jenis pekerjaan IRT sebanyak 172 responden.
Menurut Pandujati (2010) menyatakan bahwa dilihat dari jenis kelamin perempuan mempunyai
waktu yang cukup luang sebagai ibu rumah tangga yang bisa juga dapat memanfaatkan untuk mengajari atau mengawasi pendidikan anak dengan lebih baik.
Hal ini menyatakan bahwa pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga lebih mempunyai cukup luang untuk berkunjung ke klinik sanitasi atau memanfaatkan kembali klinik sanitasi di Puskesmas Limba B.
b. Perilaku Masyarakat Tentang Klinik Sanitasi di Puskesmas
Peningkatan status kesehatan masyarakat berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bukan hanya sekedar meningkatkan sarana kesehatan lingkungan, tetapi harus diimbangi dengan upaya intervensi perilaku dari masyarakat itu sendiri. Perilaku hidup sehat itu sendiri meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan yang aktif dalam upaya memelihara dan mencegah timbulnya penyakit berbasis lingkungan serta berperan dalam gerakan kesehatan di puskesmas Limba B Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo.
1. Pengetahuan Masyarakat Di Kelurahan Limba B Tentang Klinik Sanitasi di Puskesmas Limba B.
Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan bahwa keseluruhan responden di Kelurahan Limba B yang diwawancarai memiliki kriteria tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 100% dan untuk responden yang memiliki kriteria tingkat pengetahuan yang kurang 0%.
Tingginya hasil dari responden untuk tingkat pengetahuan didukung
dengan tingkat pendidikan responden yang sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 196 reponden dari keseluruhan sampel yaitu berjumlah 373 responden yang berada di Kelurahan Limba B.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya (Anonim, 2011).
Menurut Asrini (2007) faktor yang mempengaruhi pengetahuan dalam masyarakat yaitu: 1) sosial ekonomi, 2) kultur (budaya dan agama), 3) pendidikan, dan 4) pengalaman. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat langgeng. Pengetahuan dibagi menjadi enam tahap yaitu tahu, memahami penerapan analisis, sintesis, dan evaluasi, sehingga dapat dipahami bahwa untuk membentuk perilaku yang baik harus mencapai tingkat penerapan.
Dengan tingginya tingkat pendidikan mengenai pengetahuan
tentang program klinik sanitasi yang dimiliki oleh masyarakat dapat membuat mereka lebih memahami lagi apa yang harus dilakukan agar tidak menimbulkan masalah tentang penyakit berbasis lingkungan. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan yang dimiliki masyarakat di Kelurahan Limba B tentang pengertian klinik sanitasi, tujuan,
manfaat dan keuntungan
memanfaatkan klinik sanitasi sudah tergolong baik. Sehingga pendidikan kesehatan yang mereka ketahui merupakan suatu upaya intervensi yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri untuk dapat menjaga kesehatan lingkungan sekitar tempat tinggal. Sejalan dengan tujuan pendidikan pemeliharan kesehatan seseorang, tidak lepas dari pengetahuan seseorang tentang kesehatan.
Faktor pengetahuan tentang program klinik sanitasi sangat penting untuk ditanamkan pada masyarakat dalam hal pemanfaatan klinik sanitasi di Puskesmas Limba B. Salah satu
upaya untuk meningkatkan
pengetahuan dengan memberikan pelaksanaan sosialisasi atau penyuluhan sebagai sarana pemberian pendidikan guna memberikan pengetahuan dan kesadaran pada masyarakat yang dilakukan tiap kali masyarakat berjunjung ke puskesmas dan juga dilakukan diluar gedung yaitu kegiatan pemantauan langsung ke masyarakat.
2. Sikap Masyarakat Kelurahan Limba B Tentang Klinik Sanitasi di Puskesmas Limba B.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki sikap baik 100%. Sikap masyarakat timbul berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki. Tingkat pengetahuan yang tinggi dapat mendorong masyarakat untuk bersikap lebih baik sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki.
Pemanfaatan klinik sanitasi yang dapat mempengaruhi sikap masyarakat diharapkan adanya peneguran jika terjadi sikap yang salah dimana sikap akan berdampak pada perilaku masyarakat, dengan sikap yang baik diharapkan akan menimbulkan perilaku yang baik walaupun tidak selalu.
Menurut Sarwono (1997), sikap merupakan kecenderungan merespons (secara positif atau negatif) orang, situasi atau objek tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional atau afektif (senang, benci dan sedih), kognitif (pengetahuan tentang suatu objek), konatif (kecenderungan bertindak). Sikap tidak sama dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang. Individu seringkali
memperlihatkan tindakan
bertentangan dengan sikapnya (Maulana, 2009).
Sehingga sikap masyarakat
yang mendukung tentang
pemanfaatan klinik sanitasi di puskesmas merasakan bahwa klinik sanitasi dapat memberikan efek yang positif dan dapat menguntungkan bagi kesehatan masyarakat dalam hal memanfaatkan klinik sanitasi tersebut. Sedangkan sikap masyarakat
yang tidak mendukung tentang pemanfaatan klinik sanitasi di puskesmas yakni masyarakat merasa berkunjung ke klinik sanitasi atau memanfaatkan kembali klinik sanitasi hanya akan merepotkan mereka sendiri dikarenakan banyak kegiatan yang dikerjakan atau lebih tinggi tingkat kesibukan dan termasuk juga sebagian masyarakat malas akan hal tersebut.
3. Tindakan Masyarakat Kelurahan Limba B Tentang Klinik Sanitasi di Puskesmas Limba B.
Berdasarkan hasil penelitian dalam hal tindakan didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki tindakan baik sebanyak 52 responden (13,9%) dan sebagian besar responden yang memiliki tindakan kurang sebanyak 321 responden (86,1%).
Pengetahuan dan sikap yang baik namun tidak di ikuti oleh tindakan yang baik, perubahan tindakan yang terjadi dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi, akan tetapi setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun mengamati objek yang sama (Bahtiar, 2008).
Hal ini menggambarkan
tindakan responden tentang pemanfaatan klinik sanitasi
dikarenakan tidak adanya
kesinambungan yang dilakukan masyarakat antara pengetahuan dan sikap yang mereka miliki dengan tindakan yang mereka lakukan. Sebagian besar masyarakat tahu dan memahami tentang bahaya dari
penyakit berbasis lingkungan yang sering dialami akan tetapi penyesuaian dengan adanya tindakan
langsung terhadap upaya
menanggulangi kejadian penyakit tersebut masyarakat tidak efektif dalam pelaksanaannya.
Menurut Pandujati (2010) menyatakan bahwa dilihat dari jenis kelamin perempuan mempunyai waktu yang cukup luang sebagai ibu rumah tangga yang bisa juga dapat memanfaatkan untuk mengajari atau mengawasi pendidikan anak dengan lebih baik. Adapun menurut penelitian dari Berk et al (2006) menemukan bahwa wanita cenderung menghabiskan lebih banyak waktu dalam hal urusan keluarga atau dalam pekerjaan rumah tangga. Sebaliknya pria cenderung untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk menangani urusan pekerjaan daripada wanita.
Tindakan yang kurang
dikarenakan sebagian besar masyarakat Limba B adalah IRT yang seharusnya memiliki banyak waktu luang dirumah, akan tetapi pada kenyataannya mereka kurang memanfaatkan klinik sanitasi tersebut.
Masyarakat cenderung acuh tak acuh dalam hal pemanfaatan klinik santasi di puskesmas, mereka berfikir bahwa berkunjung ke klinik sanitasi/memanfaatkan kembali klinik sanitasi hanya akan merepotkan mereka sendiri dikarenakan banyak kegiatan yang dikerjakan atau lebih tinggi tingkat kesibukan dan termasuk juga sebagian masyarakat malas akan hal tersebut.
4. Pemanfaatan Klinik Sanitasi Berdasarkan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan di Kelurahan Limba B.
Berdasarkan hasil penelitian dalam hal pemanfaatan klinik sanitasi di puskesmas Limba B dilihat dari aspek pengetahuan, sikap dan tindakan didapatkan hasil bahwa angka penilaian yang baik untuk pengetahuan dan sikap yang ditunjukan dalam pemanfaatan klinik sanitasi tidak dapat menjamin bahwa tindakan yang kurang memanfaatkan klinik sanitasi yang akan dilakukan sebaik dengan pengetahuan yang diketahui dan sikap yang ditunjukan.
4. Simpulan dan Saran
4.1Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan tentang studi perilaku masyarakat tentang klinik sanitasi (Suatu Penelitian Di Puskesmas Limba B Kecamatan Kota Selatan), dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Perilaku masyarakat yang dilihat dari pengetahuan pada umumnya termasuk dalam kategori baik, hal ini dapat dilihat pada jumlah persentase bahwa keselurahan dari 373 sampel yaitu 100% responden memiliki pengetahuan yang baik dan 0% responden yang kurang memiliki penggetahuan. 2. Perilaku masyarakat berdasarkan
sikap diperoleh keseluruhan dari 373 sampel yaitu 100% responden memiliki sikap yang baik dalam hal penggunaan atau pemanfaatan klinik sanitasi dan 0% responden
yang memiliki sikap yang kurang dalam hal penggunaan atau pemanfaatan klinik sanitasi. 3. Perilaku masyarakat berdasarkan
tindakan responden pada umumnya termasuk pada kategori kurang, hal ini terlihat pada jumlah persentase responden yang memiliki tindakan baik hanya ada sebanyak 13,9% responden, dan sebagian besar 86,1% responden mempunyai tindakan yang kurang.
4.2Saran
Masyarakat agar lebih
memperhatikan lagi bagaimana cara menjaga kebersihan lingkungan agar tidak menimbulkan bibit penyakit berbasis lingkungan/pemukiman, bukan hanya dari segi pengetahuan dan sikap yang baik berkaitan dengan klinik sanitasi akan tetapi di ikuti dengan tindakan memanfaatkan klinik sanitasi yang dapat mencerminkan perilaku yang baik.
5. Daftar Pustaka
Bahtiar. 2008. Pengetahuan. Tersedia di:
http://id.wikipedia.org/wiki / Pengetahuan diakses pada 26 Juni 2013
Depkes, RI. 2002. Pedoman Pelaksanaan Klinik Sanitasi Untuk Puskesmas. Jakarta.
___________________. 2010.
Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Sugiono, 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : ALFABETA