• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BERWAWASAN KEBANGSAAN DI SEKOLAH DASAR MELALUIPENGUATAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BERWAWASAN KEBANGSAAN DI SEKOLAH DASAR MELALUIPENGUATAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 249

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BERWAWASAN KEBANGSAAN DI SEKOLAH DASAR MELALUIPENGUATAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013

Putri Audina

SD Negeri 060925 Medan

Corresponding author: Putriaudina44@gmail.com

Abstrak

Pendidikan karakter perlu diberlakukan dengan mengoptimalkan peran sekolah. Pihak sekolah bekerja sama dengan keluarga, masyarakat, dan elemen bangsa yang lain demi mensukseskan agenda besar menanamkan karakter kepada peserta didik sebagai calon penerus bangsa di masa yang akan datang. Perkembangan pendidikan karakter sampai sejauh ini masih penuh dengan kontroversi yang terutama berakar dalam berbagai perbedaan teoretis dan filosofis, meski sebenarnya inti dari pendidikan karakter tidak pada perbedaan filosofis, ideologi, pedagogis, politik, dan sebagainya, melainkan tentang perkembangan peserta didik untuk menjadi generasi penerus bangsa. Pendidikan karakter di sekolah tidak merupakan mata pelajaran tersendiri, tidak pula merupakan tambahan kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD), tetapi dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang sudah ada, pengembangan diri, dan budaya sekolah, serta muatan lokal. Kurikulum 2013 berupaya memberikan pemecahan persoalan budaya dan karakter bangsa dengan cara mengintegrasikan karakter, nilai dan sikap ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah, dengan harapan terbentuknya generasi baru bangsa yang utuh dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dengan menyadari bahwa pandangan, keyakinan, dan pilihan para guru akan berpengaruh pada praktek pembelajaran, maka perlu dibangun pandangan, keyakinan, dan pilihan yang positif dalam diri para guru demi mencapai keberhasilan agar dapat menjadikan anak bangsa yang berkarakter.

Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Kebangsaan, Kurikulum. PENDAHULUAN

Dunia pendidikan saat ini masih menampung banyak masalah. Program pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan belum menampakkan hasil seperti yang diharapkan. Kualitas pendidikan pun masih relatif rendah. Upaya pengembangan pembelajaran, penilaian dan tujuan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) belum dapat tercapai dengan baik. Karena dalam proses kegiatan belajar mengajar belum sesuai fungsi dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Pasal 3 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Pendidikan dipandang sebagai alternatif yang bersifat preventif untuk mengatasi atau mengurangi masalah karakter bangsa, karena pendidikan dapat membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Dengan demikian, pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas generasi muda dalam berbagai aspek kehidupan sehingga memperkecil dan mengurangi berbagai masalah karakter bangsa.

Sejalan dengan harapan di atas, melalui Kurikulum 2013, kompetensi lulusan program pendidikan ditetapkan mencakup tiga domain kompetensi, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan, supaya dihasilkan manusia Indonesia seutuhnya.

PEMBAHASAN Pendidikan Karakter

Pada penggunaan bahasa sehari-hari, penggunaan istilah “karakter” diartikan sebagai ukuran kebaikan seseorang atau kekurangbaikan seseorang. Pada kedua makna itu, implikasinya merujuk pada suatu karakteristik yang sudah lama ada dalam diri seseorang, meski tidak selalu demikian.

(2)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 250

Dharma Kesuma, dkk (2011: 11) menyatakan bahwa karakter adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku, jadi suatu karakter melekat melekat dengan nilai dari perilaku tersebut. Sedangkan Masnur Muslich (2011: 84) menyatakan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, dan perbuatan berdasarkan norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Pengertian karakter banyak disamaartikan dengan budi pekerti, akhlak mulia, dan juga moral. Itulah sebabnya ada yang menyebutkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti, pendidikan akhlak mulia, atau pendidikan moral (Maksudin, 2013:3). Sedangkan Aqib (2012:64) menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan akan pentingnya pelaksanaan budi pekerti di lingkungan sekolah, rumah dan masyarakat. Sejalan dengan pendapat Aqib, Aunillah (2011:18) menjelaskan pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik yang mengandung komponen-komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan maupun bangsa.

Dari penjelasan yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter bukan hanya masalah pengetahuan saja, namun lebih kepada penanaman kepribadian dan perilaku siswa sehari-hari, dan untuk membangun karakter siswa menjadi tugas bersama antara orang tua, sekolah, dan masyarakat/lingkungan sekitar.

Nilai-nilai Karater

Soekamto (Masnur Muslich, 2011: 79), mengungkapkan bahwa nilai-nilai karakter yang perlu diajarkan pada anak, meliputi kejujuran, loyalitas dan dapat diandalkan, hormat, cinta, ketidak egoisan dan sensitifitas, baik hati dan pertemanan, keberanian, kedamaian, mandiri dan potensial, disiplin diri, kesetiaan dan kemurnian, keadilan dan kasih sayang. Retno Listyarti (2012: 5-8) menjabarkan 18 nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh Diknas. 18 nilai-nilai tersebut adalah :

1. Religius: sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Religius adalah proses mengikat kembali atau bisa dikatakan dengan tradisi, system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkunganya. 2. Jujur: perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu

dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi: sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin: tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras: perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif: berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis: cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa Ingin Tahu: sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

(3)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 251

10. Semangat Kebangsaan: cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air: cara berpikir, bertindak, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, dan polotik bangsa..

12. Menghargai Prestasi: sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 13. Bersahabat/Komunikatif: tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan

bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai: sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan oranglain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, social, dan budaya), negara.

15. Gemar Membaca: kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli Lingkungan: sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung Jawab: sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya.

Pentingnya Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter menjadi penting dan mendesak ketika demoralisasi telah kita rasakan dalam berbagai kehidupan, seperti kasus korupsi yang melibatkan 158 kepala daerah pada 2004-2011, 42 anggota DPR pada 2008-2011, 30 anggota DPR periode 1999-2004. Selain itu, kasus korupsi juga terjadi di berbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM. (Timothy Wibowo, 2012).

Sekolah adalah tempat yang strategis untuk pendidikan karakter karena anak-anak dari semua lapisan akan mengenyam pendidikan di sekolah. Selain itu, anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah, sehingga apa yang didapatkannya di sekolah akan mempengaruhi pembentukan karakternya. Pendidikan karakter di sekolah menjadi sangat penting dan diharapkan dapat menjadi titik terang dalam perbaikan kualitas sumber daya manusia sehingga lahir generasi berkarakter yang menghormati nilai-nilai luhur bangsa dan agama.

Buchori (Masnur Muslich, 2011: 87) mengungkapkan bahwa pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif dan akhirnya ke pengenalan nilai secara nyata. Selanjutnya, Dharma Kesuma (2011: 9) menungkapkan bahwa tujuan pendidikan karakter dalam seting sekolah antara lain adalah:

Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Jadi dari penjelasan yang ada maka dapat disimpulkan pentingnya pendidikan karakter karena sendiri adalah ebagai sebuah proses yang membawa peserta didik untuk memahami dan merefleksi bagaimana suatu nilai

(4)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 252

Pendidikan Karakter di Indonesia dalam Kurikulum 2013

Berdasarkan pedoman Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional, 2010), pada prinsipnya pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip tersebut, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai mahluk sosial.

Sejalan dengan gagasan di atas, Standar Kelulusan Kurikulum 2013 menjelaskan bahwa pada prinsipnya proses pengembangan karakter peserta didik ditempuh melalui proses menerima, menanggapi, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Domain sikap, yang dinyatakan secara eksplisit sebagai sikap spiritual (KI-1) dan sikap sosial (KI-2), dapat diuraikan secara lebih rinci terkait dengan elemen-elemen (1) sikap individu: beriman, berakhlak mulia (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun), rasa ingin tahu, estetika, percaya diri, dan motivasi eksternal; (2) sikap sosial: toleransi, gotong royong, kerja sama, dan musyawarah, dan (3) sikap alam: pola hidup sehat, ramah lingkungan, patriotik, dan cinta perdamaian.

Pemerintah menegaskan bahwa Kurikulum 2013 telah disusun antara lain atas dasar taksonomi-taksonomi yang diterima secara luas, kajian Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, tantangan Abad XXI, dan penyiapan Generasi Emas 2045. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penekanan pada penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diharapkan dengan apa yang dihasilkan dari penerapannya.

Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua matapelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, matapelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua matapelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Pada prakteknya, pelaksanaan yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013.

Dari penjelasan, maka disimpulkan bahwa implementasi Kurikulum 2013 ini juga dalam rangka mendukung pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia. Dimana kurikulum 2013 ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya.

Pendidikan Karakter Berwawasan Kebangsaan

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai komunitas etnik, agama, budaya, bahasa daerah, dan adat istiadat. Keragaman komunitas ini merupakan anugerah Tuhan yang harus disyukuri karena dapat menjadi faktor yang membuat bangsa Indonesia semakin dinamis sebagai bangsa yang beradab dan bangsa yang bermartabat. Sehubungan dengan hal itu maka setiap warga bangsa dituntut untuk saling mengenal, menerima, menghargai, dan saling membantu dalam rangka memelihara dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Negara Indonesia terdiri atas berbagai macam perbedaan, maka

(5)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 253

tidaklah pantas jika perbedaan-perbedaan yang ada pada bangsa ini semakin dipermasalahkan sehingga mengancam kerukunan warga bangsa.

Pendidikan wawasan kebangsaan merupakan bagian dari karakter bangsa. Montesquie seorang filosof berkebangsaan Prancis yang dikutip oleh Syamsuddin Chalim mengemukakan bahwa karakter bangsa sebagai “semangat kebangsaan”, yang terdiri dari karakteristik moral dan cara berpikir serta perilaku warga bangsa yang merupakan hasil dari kombinasi khas yang dimiliki bangsa tersebut, seperti: iklim, agama, hukum, pemerintahan, sejarah dan etika.

Oleh karena itu pendidikan karakter berwawasan kebangsaan sangatlah penting, apalagi di sekolah dasar (SD). Hal itu karena siswa SD masih belum terkontaminasi oleh sifat-sifat yang kurang baik sehingga sangat memungkinkan untuk ditanamkan budi pekerti atau karakter luhur bangsa kita yang pada akhirnya melekat dijiwa anak-anak hingga nanti mereka dewasa. Pendidikan sekolah dasar strategis untuk pendidikan karakter, namun pada kenyataanya adalah sistem pendidikan dini yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan kognitif dan kurang memperhatikan perkembangan afektif, empati, dan rasa peserta didik.

Pendidikan karakter wawasan kebangsaan diharapkan mampu untuk mengembalikan eksistensi dan image bangsa Indonesia sebagai bangsa yang beradab, bangsa yang toleran, dan bangsa yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan, juga diharapkan mampu menekan degradasi moral dan perilaku menyimpang generasi penerus bangsa. Adanya pendidikan karakter wawasan kebangsaan bukan berarti mengesampingkan pendidikan kewarganegaraan yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan moral dan karakter bangsa selama ini, akan tetapi pendidikan karakter wawasan kebangsaan adakalanya dapat diintegrasikan ke dalam perangkat pembelajaran yang lainnya agar seluruh pembelajaran lainnya dapat berkontribusi terhadap pembentukan sikap.

SIMPULAN

Pengembangan pendidikan karakter berwawasan bangsa sangatlah penting untuk menciptakan

serta meningkatkan kualitas generasi muda dalam berbagai aspek kehidupan sehingga memperkecil dan mengurangi berbagai masalah karakter bangsa. Indonesia adalah bangsa terdiri dari berbagai komunitas etnik, agama, budaya, bahasa daerah, dan adat istiadat. Oleh karena itu kita sebagai warga negara indonesia diharapkan mampu untuk mengembalikan eksistensi dan image bangsa Indonesia sebagai bangsa yang beradab, bangsa yang toleran, dan bangsa yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan, juga diharapkan mampu menekan degradasi moral dan perilaku menyimpang generasi penerus bangsa. Pendidikan karakter harus diterapkan pada semua jenjang pendidikan, namun porsi yang lebih besar harus diberikan pada jenjang SD dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya. Hal itu karena siswa SD masih belum terkontaminasi oleh sifat-sifat yang kurang baik sehingga sangat memungkinkan untuk ditanamkan budi pekerti atau karakter luhur bangsa kita yang pada akhirnya melekat dijiwa anak-anak hingga nanti mereka dewasa.

REFERENSI

Al Hakim, Suparman dkk. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia. Madani, Malang.

Ambarita, T., 2017, Penerapan Model Pembelajaran Inside-Outside Circle Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn, Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 3 (1): 43-47

Aqib, Z. 2012. Pendidikan Karakter di Sekolah. Bandung: Yarma Widya.

Asriani Pity. 2013. Pendidikan Karakter Dalam Kegiatan Pembelajaran. Program studi pendidikan dasar-pascasarjana Universitas Negeri Malang

Aunillah, N. 2011. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Laksana. Berkowitz, W.J .1998. The Education of Complete Moral Person.

Damanik, F.H.S. 2014. Hakikat Pancasila dalam Membentuk Karakter Kebangsaan melalui Organisasi Siswa Intra Sekolah.

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 6 (2): 49-60.

Damanik, M Ridha S dan Deny S. 2016, Pengembangan Penilaian Autentik Berbasis Karakter pada Ranah Keterampilan di Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 8 (2) (2016): 88-94

(6)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 254

Dharma Kesuma, dkk. 2011. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Dharma, S dan Rosnah Siregar. 2015. Membangun Pengalaman Belajar Kewarganegaraan melalui Model Pembelajaran

Project citizen pada Siswa, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 7 (1) (2015): 100-106.

Dharma, S. dan Rosnah Siregar. 2014. Internalisasi Karakter melalui Model Project Citizen pada Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 6 (2) (2014): 132-137

Faizah. 2017. Penggunaan Media Pembelajaran Audio Visual dalam Mata Pelajaran PKn, Anthropos: Jurnal Antropologi

Sosial dan Budaya, 3 (1): 55-60

Hermawan Kertajaya. 2010. Grow with Character: The Model Marketing. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama J.S.Benigna (ed). Moral Character, and Civic Education in the Elementary School. Teachers College Press, New York. Khairat. 2016. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan

Kewarganegaraan pada Materi Demokrasi, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 8 (1) (2016): 80-87. Maksudin. 2013. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Masnur Muslich. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyasa. 2014. Manajemen Pendidikan Karakter. Bumi Aksara, Jakarta.

Muslisch, M. 2011. Pendidikan Karakter : Menjawab tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution, A.R. 2016. Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Karakter Bangsa Indonesia melalui Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 8 (2) (2016): 201-212

Ratna, Kutha I Nyoman. 2004. Teori Metode dan Tehnik Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rumapea, M.E.M. 2015. Urgensi Pendidikan Karakter d Perguruan Tinggi, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 7 (1) (2015): 49-59.

Saptono. 2011. Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter. Erlangga, Jakarta.

Setiawan, D. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Karakter melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 6 (2): 61-72.

Suharyanto, A. 2013. Peranan Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membina Sikap Toleransi Antar Siswa, Jurnal Ilmu

Pemerintahan dan Sosial Politik, 2 (1): 192-203

Sundari, F., Ernata S., Nurmi R., dan Sulian E. 2017. Penerapan Program FOS (Folktale Speaking) sebagai Pembentuk Karakter Anak Usia Dini, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 9 (1): 102-111.

Suyanto. 2009. Urgensi Pendidikan Karakter. http:// www.

mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html.(22/10/2014)

Syaiful Bahri Djamarah. 1994. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Syamsuddin Chalim. 2013. Integrasi Pendidikan Wawasan Kebangsaan ke dalam Perangkat Pembelajaran IPS Kelas VIII di SMP PGRI 9 Sidoarjo. Universitas Negeri Surabaya

Tim ICCE UIN Jakarta, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah dengan Asia Foundation dan Prenada Media, 2005

Timothy Wibowo. 2010. Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan. Diakses dari http://www.pendidikankarakter.com/pentingnya-pendidikan-karakter-dalam-dunia-pendidikan/ pada tanggal 04 September 2017

Winataputra, U.S dan Budimansyah D. 2007. Civic Education (Konteks, Landasan, Bahan Ajar, dan Kultur Kelas. Bandung: UPI Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Wuryandani, Wuri. 2012. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Ombak dua, Yogyakarta.

Wuryandani, W. Fathurrohman, & Djaya, W. (2012) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar. Ombak.Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang

Pada uji praklinik kolesterol total kelompok kontrol negatif tidak terjadi penurunan karena tikus yang hiperkolesterolemia tidak diberikan susu fermentasi Lactobacillus

Menurut Assauri (1999:4) mendefinisikan pemasaran: “Sebagai usaha menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu

Adanya asimetri informasi antara manager dan pemegang saham akan menimbulkan masalah yang bisa merugikan para pemegang saham, tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana tata

Pada pengujian hipotesis pasar efisien dalam bentuk kuat dapat dilakukan.. dengan

Kelompok penulis yang artikel ilmiahnya dinilai baik dan layak dipublikasikan, akan memperoleh insentif dana tunai sebesar Rp 3 (tiga) juta,- dan artikel tersebut

Hasil analisis kimia tanah setelah panen di Desa Pule menunjukkan penerapan paket teknologi T3 dan T4 memberikan ketersediaan P dalam tanah yang tinggi dibandingkan dengan

Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Penulisan Hukum (Skripsi) yang berjudul Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 13 Tahun 2006 Terkait Proses