• Tidak ada hasil yang ditemukan

NO. 54 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NO. 33 TAHUN 2012 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NO. 54 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NO. 33 TAHUN 2012 TENTANG"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH

NO. 54 TAHUN 2013

TENTANG

PERUBAHAN ATAS

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH

NO. 33 TAHUN 2012

TENTANG

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH

PROVINSI JAWA TENGAH

(3)

i

BAB I PENDAHULUAN ... I-1 1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Maksud dan Tujuan ... I-2 1.3 Dasar Pertimbangan Perubahan RKPD Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2013 yang disertai Gambaran Perubahan Kerangka Ekonomi Daerah Hubungan RPJMD Provinsi Jawa Tengah

dengan Dokumen Perencanaan Lainnya ... I-2 1.4 Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun 2013 ... I-8 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013 DAN

CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH ... II-1 2.1 Gambaran Kondisi Umum Daerah ... II-1 2.2 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah ... II-5 BAB III RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH ... III-1

3.1 Rekapitulasi Perubahan Anggaran Tahun 2013 per SKPD ... III-2 3.2 Identifikasi Kegiatan Baru, Perbedaan Lokasi, dan Perbedaan

Target per SKPD Belanja Langsung Perubahan RKPD Tahun

2013 Mendasarkan Hasil Evaluasi ... III-6 3.3 Alokasi Anggaran Perubahan RKPD Tahun 2013 per Prioritas

Pembangunan Daerah Mendasarkan Belanja Langsung ... III-8 BAB IV PENUTUP ... IV-1

(4)

I-1 TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perencanaan pembangunan merupakan upaya optimalisasi penggunaan seluruh sumber daya yang tersedia bagi pencapaian tujuan dan cita-cita pembangunan. Urgensi perencanaan pembangunan diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

RKPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013, disusun guna menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan serta sebagai landasan penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013.

Sebagaimana ketentuan Pasal 285 ayat (1) dan (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, RKPD dapat diubah apabila tidak sesuai dengan keadaan dalam tahun berjalan yang disebabkan karena perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kerangka ekonomi daerah dan kerangka pendanaan, prioritas dan sasaran pembangunan, serta rencana program dan kegiatan prioritas daerah.

Mendasarkan hasil evaluasi kinerja pembangunan sampai dengan triwulan I Tahun 2013, percepatan pencapaian target pembangunan daerah maupun nasional Tahun 2013, peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan serta antisipasi dan penanganan bencana telah menghasilkan sejumlah rekomendasi yang berdampak pada perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah disertai perubahan/pergeseran anggaran untuk mewujudkan pencapaian prioritas pembangunan daerah sekaligus memberikan konstribusi bagi pencapaian target pembangunan nasional Tahun 2013.

Di samping hal tersebut, perubahan RKPD Tahun 2013 juga memuat prioritas Gubernur Jawa Tengah periode 2013 – 2018 meliputi upaya pengurangan pengangguran, pengurangan kemiskinan,

(5)

I-2 1.2 Maksud dan Tujuan

(a) Maksud dari perubahan RKPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 adalah:

Sebagai pedoman penyusunan Kebijakan Umum Perubahan Anggaran (KUPA), Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Perubahan serta Rancangan Peraturan Daerah (Perda) tentang Perubahan Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2013.

(b) Tujuan dari perubahan RKPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 adalah:

1. Pemanfaatan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) atas realisasi pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2012 sesuai dengan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2012;

2. Sinkronisasi dan sinergitas kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang belum terakomodir pada APBD Induk Tahun Anggaran 2013;

3. Mengalokasikan kegiatan-kegiatan yang bersifat sangat prioritas/mendesak dan menampung kegiatan yang mengalami pergeseran anggaran termasuk prioritas Gubernur Jawa Tengah Tahun 2013 – 2018 meliputi upaya pengurangan pengangguran, pengurangan kemiskinan, perwujudan kedaulatan pangan dan kedaulatan energi serta peningkatan infrastruktur;

4. Sebagai landasan penyusunan Kebijakan Umum Perubahan Anggaran serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara dan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013.

1.3 Dasar Pertimbangan Perubahan RKPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 yang disertai Gambaran Perubahan Kerangka Ekonomi Daerah

Perubahan RKPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013, dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan tahun berjalan yang menunjukkan adanya ketidaksesuaian dengan perkembangan meliputi : 1. Ketidaksesuaian dengan asumsi kerangka ekonomi daerah dan

kerangka pendanaan, prioritas dan sasaran pembangunan, rencana program dan kegiatan prioritas daerah;

2. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun anggaran sebelumnya harus digunakan untuk tahun berjalan; dan/atau

3. Keadaan darurat dan keadaan luar biasa sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;

4. Pergeseran kegiatan antar SKPD, penghapusan kegiatan, penambahan kegiatan baru/kegiatan alternatif, penambahan atau

(6)

I-3 daerah adalah sebagai berikut:

1. Perubahan Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

Sehubungan dengan terjadinya pembatasan dan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL), penyesuaian beberapa indikator makro perekonomian antara lain: a. Pendapatan Domestik Regional Bruro (PDRB)

Pada Tahun 2012 nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) meningkat dari tahun 2011 yaitu senilai Rp. 498,763 trilyun menjadi Rp. 556,479 trilyun. Demikian pula, nilai PDRB Atas Dasar harga Konstan (ADHK) meningkat dari Rp. 198,226 trilyun menjadi Rp. 210,848 trilyun. Tahun 2013 PDRB ADHB ditargetkan sebesar Rp. 568,416 trilyun dan ADHK sebesar Rp.213,412 trilyun.

b. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah pada Tahun 2012 sebesar 6,34%. Capaian Pertumbuhan Ekonomi (yoy) pada Triwulan II Tahun 2013 sebesar 6,1%. Tahun 2013 pertumbuhan ekonomi ditargetkan sebesar 5,8-6,2%. Meskipun terdapat revisi pertumbuhan ekonomi nasional, namun perekonomian Jawa Tengah diperkirakan masih sesuai target sebesar 5,8-6,2% sampai dengan akhir tahun 2013. Kondisi tersebut didorong oleh masih kuatnya permintaan domestik yang didukung dengan relatif terjaganya daya beli masyarakat dan tetap tingginya kegiatan investasi terkait pembangunan proyek infrastruktur serta masih tingginya laju pertumbuhan kredit investasi di Jawa Tengah.

c. Inflasi

Inflasi Jawa Tengah pada Tahun 2012 sebesar 4,24%. Laju inflasi tahun kalender periode Juli 2013 sebesar 6,73% sedangkan laju inflasi (yoy) Juli 2013 terhadap Juli 2012 sebesar 8,27%. Target inflasi tahun 2013 sebesar 5±1%. Berdasarkan Kajian Ekonomi Nasional dan Regional kondisi inflasi Jawa Tengah diperkirakan masih akan tinggi hingga akhir tahun. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM; kenaikan kelompok administered prices karena penyesuaian kenaikan cukai rokok, tarif tenaga listrik dan tarif jalan tol; faktor risiko yang terkait dengan kenaikan harga komoditas internasional dan kecenderungan pelemahan nilai tukar rupiah. Mendasarkan hal tersebut, maka Inflasi Jawa Tengah mengalami revisi dari semula 5±1% menjadi 8,9 – 9,4%.

(7)

I-4 2011 yaitu 5,63% atau 0,96 juta jiwa. Target TPT tahun 2013 turun menjadi 5,60%.

e. Kemiskinan

Jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dari 16,21% atau 5,256 juta jiwa pada tahun 2011 menjadi 14,98% atau 4,863 juta jiwa pada bulan September tahun 2012. Tahun 2013 jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah ditargetkan turun menjadi 13,27%.

f. Nilai Tukar Petani (NTP)

NTP pada tahun 2012 sebesar 106,37 menurun 0,25 poin dibandingkan tahun 2011 sebesar 106,62. Hal ini disebabkan adanya penurunan indeks NTP pada sub sektor Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) dan perikanan. Sampai dengan bulan Agustus 2013 NTP mencapai 106,15, mendasarkan kondisi perekonomian yang berdampak pada kenaikan pengeluaran rumah tangga petani untuk transportasi dan kebutuhan bahan pangan, maka dilakukan revisi target NTP Tahun 2013 dari semula 108,67 menjadi 105 – 106,19.

Secara umum pencapaian indikator makro ekonomi regional tahun 2012-2013 dapat dilihat pada tabel berikut:

No Indikator Tahun 2012 Target Tahun

2013*) 1. PDRB:

Atas dasar harga berlaku (trilyun rupiah) 555,479 568,416 Atas dasar harga konstan (trilyun rupiah) 210,848 213,412 2. PDRB/Kapita

Atas dasar harga berlaku (juta rupiah) 16,726 17,554

Atas dasar harga konstan (juta rupiah) 6,337 6,591

3. Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,34 5,8-6,2

4. Inflasi (%) 4,24 8,9 – 9,4%

5. Kebutuhan Investasi (Trilyun Rp) 110,805 114,401

6. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 5,63 5,60

7. Penduduk Miskin (%) 14,98 13,27

8. Nilai Tukar Petani (NTP) 106,37 105 – 106,19

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah *) angka prediksi

2. Perubahan Asumsi Pendapatan Daerah

Proyeksi Pendapatan Daerah pada Perubahan APBD Tahun Anggaran 2013, diperkirakan sejumlah Rp.12,665 trilyun, naik sejumlah Rp.734,86 milyar atau 6,16% dari Pendapatan Daerah

(8)

I-5 11,89% sehingga menjadi Rp.7,413 trilyun antara lain Pajak Daerah naik sejumlah Rp.534,201 milyar atau 9,74% sehingga menjadi Rp.6,018 trilyun, Retribusi Daerah turun sejumlah Rp.84,78 juta atau 0,11% sehingga menjadi Rp.74,29 milyar dan kenaikan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan sejumlah Rp.10,49 milyar atau 4,15% sehingga menjadi Rp.263,26 milyar dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah naik sejumlah Rp.242,84 milyar atau 29,82% sehingga menjadi Rp.1,057 trilyun.

2. Dana Perimbangan naik sejumlah Rp.56,84 milyar atau 2,35% dari bagi hasil pajak/bukan pajak sehingga menjadi Rp.2,477 trilyun, kenaikannya antara lain berasal dari Bagi Hasil Pajak sebesar Rp.9,30 milyar dan Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau sebesar Rp.47,54 milyar.

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah mengalami penurunan sejumlah Rp.109,43 milyar atau 3,79% sehingga menjadi Rp.2,774 trilyun.

4. Hal-hal yang mempengaruhi dalam perencanaan pendapatan pada Perubahan APBD TA.2013 adalah penyesuaian dana hibah BOS yang mengalami penurunan sebesar Rp.111,37 milyar, penurunan penerimaan hibah Jasa Raharja sebesar Rp.1 milyar. Disamping itu pada Perubahan APBD Tahun Anggaran 2013 Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menerima alokasi dana CSR untuk pengadaan 1 unit mobil ambulance untuk penanggulangan bencana sejumlah Rp.250,6 juta dan penerimaan tambahan penghasilan guru SLB sejumlah Rp.2,03 milyar.

Untuk mencapai target yang telah direncanakan, arah kebijakan perubahan pendapatan daerah meliputi: Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; Pengembangan Penerimaan lain-lain; Pemberdayaan dan peningkatan kontribusi BUMD serta peningkatan pendapatan dan penyertaan modal; Upaya peningkatan Dana Perimbangan dan Dana lainnya; serta Mengoptimalkan pendayagunaan aset-aset daerah.

Sedangkan upaya dalam melaksanakan kebijakan Perubahan Pendapatan Daerah antara lain:

1. Meningkatkan penerimaan pendapatan daerah melalui penajaman potensi riil sumber-sumber pendapatan, konsistensi penerapan sistem dan prosedur pungutan dan peningkatan kualitas pelayanan publik secara akuntabel;

2. Mengevaluasi peraturan/ketentuan dan prosedur/mekanisme pemungutan serta membuat kebijakan terobosan dan upaya

(9)

I-6 Kabupaten/Kota dan pihak-pihak terkait lainnya untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah;

4. Menginventarisir serta mengoptimalkan pendayagunaan aset-aset daerah yang tersebar pada SKPD untuk peningkatan Pendapatan Daerah;

5. Meningkatkan pelayanan perpajakan, retribusi daerah dan pendapatan lain-lain dengan membangun sarana, prasarana dan sistem serta prosedur/mekanisme administrasi pelayanan.

3. Perubahan Asumsi Belanja Daerah

Proyeksi total belanja daerah pada perubahan RKPD Tahun 2013, diperkirakan sejumlah Rp. 13,684 trilyun, naik sejumlah Rp. 954,44 milyar atau 7,50 % dari Belanja Daerah pada APBD Induk Tahun Anggaran 2013 sejumlah Rp. 12,730 trilyun. Kenaikan tersebut berasal dari Belanja Tidak Langsung Sebesar Rp. 9,913 trilyun, naik sejumlah Rp. 695,17 Milyar atau 7,54% dan Belanja Langsung Sebesar Rp. 3,771 trilyun, naik sejumlah Rp. 259,26 Milyar atau 7,38%. Perubahan kebijakan belanja daerah Tahun Anggaran 2013 meliputi asumsi Belanja Tidak Langsung dan asumsi Belanja Langsung dengan penjabaran sebagai berikut:

a. Asumsi Belanja Tidak Langsung

Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan:

1) asumsi perubahan dalam penyusunan Belanja Pegawai yang disebabkan:

a. Penyesuaian Gaji berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2013 tentang Perubahan Kelima Belas Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil;

b. Tunjangan Beras dihitung berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-31/PB/2012 dengan perincian realisasi bulan Januari s/d Mei 2013 ditambah dengan data jiwa bulan Mei 2013 kali 7 bulan, adanya mutasi/tambahan pegawai, dan ditambah acress 2,5% serta rapel dari bulan Maret 2012-Desember 2012; c. Tambahan Belanja Penerimaan Lainnya untuk

Gubernur/Wakil Gubernur berupa Penunjang operasional Gubernur/Wakil Gubernur dianggarkan pada Belanja KDH/WKDH dihitung maksimal sebesar 0,15% dari PAD Perubahan APBD Tahun Anggaran 2013;

(10)

I-7 sebagai kewajiban atas kenaikan pendapatan pada Perubahan APBD Tahun Anggaran 2013.

2) Penyesuaian Belanja Hibah;

3) Tambahan Belanja Bantuan Sosial guna peningkatan kualitas kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat yang belum teralokasikan;

4) Tambahan Belanja Bagi Hasil Pajak;

5) Tambahan Belanja Bantuan Keuangan kepada

Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa. e. Asumsi Belanja Langsung

Perubahan asumsi Belanja Langsung pelaksanaannya diutamakan untuk mendukung pencapaian target/sasaran RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013. Perubahan program/kegiatan dalam belanja langsung adalah:

1) Ditujukan untuk pencapaian target sasaran akhir RPJMD tahun 2008-2013 dan pencapaian target RAD MDGs Tahun 2011-2015;

2) Berkontribusi dalam pencapaian target sasaran pembangunan dan komitmen nasional;

3) Fokus pada peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat serta peningkatan infrastruktur pemeliharaan berkala Jalan dan Jembatan;

4) Konsisten dengan perencanaan pembangunan yang telah ditetapkan dalam dokumen RKPD Provinsi Jawa tengah Tahun 2013;

5) Penyesuaian kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan atau terdapat kendala;

6) Perubahan waktu pelaksanaan kegiatan. 4. Perubahan Asumsi Pembiayaan Daerah

Pembiayaan merupakan transaksi keuangan daerah yang digunakan untuk menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah yang terdiri atas:

a. Asumsi penerimaan pembiayaan

Pada perubahan APBD Tahun Anggaran 2013 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SiLPA) merupakan penyesuaian dari laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2012.

b. Asumsi pengeluaran pembiayaan

Pada perubahan APBD Tahun Anggaran 2013, pengeluaran pembiayaan dialokasikan untuk penyertaan modal kepada Bank Jateng dan PDAB Tirta Utama Provinsi Jawa Tengah sebagai

(11)

I-8 Prioritas dan fokus sasaran pembangunan perubahan RKPD 2013, meliputi :

1. Menurunkan angka kemiskinan, dengan fokus sasaran: Peningkatan pemenuhan kebutuhan layanan dasar; Peningkatan kemampuan dan keterampilan penduduk miskin guna meningkatkan akses kesempatan kerja dan usaha; Peningkatan sarana dan prasarana dalam rangka meningkatkan aksesibilitas dan kegiatan ekonomi produktif untuk perluasan lapangan kerja.

2. Memantapkan ketahanan pangan, dengan fokus sasaran: Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan dan hortikultura; perwujudan dukungan dalam pencapaian surplus beras 10 juta ton; perwujudan swasembada gula tahun 2013; perwujudan swasembada daging tahun 2014; peningkatan akses, kualitas, distribusi dan diversifikasi pangan; peningkatan produksi, kualitas dan sarana prasarana perikanan tangkap dan budidaya; Pengembangan dan peningkatan jaringan irigasi; peningkatan kapasitas ketersediaan air baku; peningkatan sarana prasarana dan kapasitas pengelolaan pengendalian banjir; serta peningkatan kapabilitas/ kemampuan kelembagaan pengelolaan sumber daya air berbasiskan pemberdayaan masyarakat serta pengendalian alih fungsi lahan sawah produktif.

3. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dengan fokus sasaran: Peningkatan pembinaan kesiswaan, peningkatan sarana prasarana pendidikan dasar dan menengah terutama untuk pembangunan dan perbaikan ruang kelas dengan kondisi rusak serta peningkatan kualitas dan kualifikasi D4/S1 serta sertifikasi tenaga pendidik; Peningkatan kesehatan ibu dan anak serta gizi balita; pemenuhan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar dan rujukan; pencegahan, pengendalian dan penanggulangan penyakit menular dan tidak menular; serta peningkatan jangkauan dan pemerataan jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu; Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) terutama meningkatkan pembinaan bagi eks penyandang penyakit sosial, anak dan remaja terlantar, lanjut usia potensial, anak nakal, anak jalanan dan eks narkoba, penyandang cacat, Wanita Rawan Sosial Ekonomi dan warga komunitas adat terpencil; Optimalisasi program Keluarga Berencana (KB) dalam rangka penurunan DO KB dan unmetneed; Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan terhadap perempuan dan anak; Optimalisasi peran dan fungsi lembaga ekonomi masyarakat; Peningkatan akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar di

(12)

I-9 4. Meningkatkan potensi dan daya saing daerah yang didukung peningkatan infrastruktur dengan fokus sasaran: Peningkatan kemandirian UMKM, IKM, Usaha Dagang Kecil dan Menengah serta koperasi guna peningkatan daya saing produk unggulan daerah dengan pemanfaatan SDM dan bahan baku lokal, pemberian akses permodalan, serta perluasan akses pasar/promosi; Peningkatan pemberdayaan pemuda melalui pengembangan kewirausahaan serta kemampuan pengembangan ekonomi produktif dan kreatif di kalangan pemuda; Peningkatan sarana dan prasarana destinasi wisata serta promosi pemasaran serta pengembangan potensi keunikan lokal masyarakat dan alam untuk menjadikan atraksi wisata guna mendukung Visit Jateng 2013; Peningkatan kompetensi tenaga kerja dan perluasan lapangan kerja sesuai dengan kebutuhan pasar kerja; Peningkatan kualitas dan kapasitas infrastruktur guna peningkatan kelancaran aksesibilitas barang dan penumpang serta peningkatan konektivitas antar wilayah dengan fasilitasi pembangunan infrastruktur strategis, peningkatan pembangunan jalan dan jembatan, peningkatan pelayanan transportasi, peningkatan sarana dan prasarana keselamatan lalu lintas jalan, angkutan dan barang serta upaya peningkatan ketersediaan dan pengembangan transportasi massal yang semakin baik; Peningkatan fasilitasi penyelesaian pembangunan infrastruktur strategis; Pembangunan energi guna meningkatkan daya saing daerah yaitu dengan peningkatan akses masyarakat terhadap listrik.

5. Meningkatkan kualitas pengelolaan dan pengendalian lingkungan hidup serta pengurangan risiko bencana, dengan fokus sasaran: Peningkatan fungsi kawasan lindung di luar kawasan hutan dan mata air; rehabilitasi hutan; perlindungan, pengamanan hutan dari pencurian dan kebakaran; pembangunan sumur pantau sebagai upaya konservasi air tanah; perluasan dan peningkatan kualitas ruang terbuka hijau; penanganan kerusakan pesisir dan pantai; konservasi habitat vital dengan transplantasi karang; pengendalian pencemaran lingkungan; peningkatan dan pembangunan sarana prasarana pengendalian banjir serta peningkatan penanganan konservasi DAS; Penguatan kapasitas kelembagaan penanggulangan bencana dalam rangka optimalisasi penyelenggaraan penanggulangan bencana mulai dari tahap pra bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana; Rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana; Adaptasi dan mitigasi bencana alam dan perubahan iklim; Pemetaan daerah rawan tektonik/tsunami; Pengembangan Energi Terbarukan.

6. Memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik, dengan fokus sasaran: Peningkatan kapasitas pemerintah daerah; Peningkatan

(13)

I-10 fokus sasaran: Pengembangan Wawasan Kebangsaan; Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan; Pemberdayaan Masyarakat untuk menjaga kamtibmas; Peningkatan Pendidikan Politik Masyarakat; Peningkatan Kemampuan Linmas dan Ratih; Peningkatan Keterampilan Pengamanan Swakarsa.

(14)

II-1

PEMERINTAHAN DAERAH

2.1. Gambaran Kondisi Umum Daerah 2.1.1. Aspek Geografi

Wilayah Provinsi Jawa Tengah berada pada 5040’ - 8030’ Lintang Selatan dan 108030’ - 111030’ Bujur Timur. Secara administratif wilayah Provinsi Jawa Tengah berbatasan dengan Samudera Hindia dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan; Provinsi Jawa Barat di sebelah barat; Provinsi Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten dan 6 Kota, dan terdiri dari 573 Kecamatan yang meliputi 7.810 Desa dan 767 Kelurahan dengan luas wilayah sebesar 3.254.412 Ha atau 25,04% dari luas Pulau Jawa.

Topografi wilayah Jawa Tengah memiliki relief yang beraneka ragam, meliputi daerah pegunungan dan dataran tinggi yang membujur sejajar dengan panjang pulau Jawa di bagian tengah; dataran rendah yang hampir tersebar di seluruh Jawa Tengah; dan pantai yaitu Pantai Utara dan Selatan. Kemiringan lahan di Jawa Tengah bervariasi, meliputi lahan dengan kemiringan 0-2% sebesar 38%; lahan dengan kemiringan 2-15% sebesar 31%; lahan dengan kemiringan 15-40% sebesar 19%; dan lahan dengan kemiringan lebih dari 40% sebesar 12%.

Selain itu, keadaan iklim di Jawa Tengah termasuk dalam kategori iklim tropis basah. Pada tahun 2010, suhu udara di Jawa Tengah berkisar antara 24,70C - 280C, dan kelembaban udara berada pada kisaran antara 79% - 87%. Curah hujan tertinggi sebesar 5.555 mm (tercatat di Stasiun Meteorologi Wonosobo) dan hari hujan terbanyak 302 hari (tercatat di Stasiun Meteorologi Cilacap).

Penggunaan lahan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 meliputi lahan sawah seluas 991.524 Ha (30,47%) dan bukan lahan sawah seluas 2.262.888 Ha (69,53%). Jika dibandingkan dengan tahun 2009, maka kondisi ini menunjukkan adanya penurunan luas lahan sawah yang beralih menjadi bukan lahan sawah sebesar 128 Ha (0,013%). Penggunaan lahan di Provinsi Jawa Tengah selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut :

(15)

II-2

Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % 1 Lahan Sawah 990.652 30,44 991.652 30,47 991.524 30,47 a Pengairan Teknis 382.643 38,63 383.262 38,65 386.953 39,03 b Pengairan 1/2 Teknis 129.630 13,09 133.769 13,49 131.687 13,28 c Pengairan Sederhana 136.796 13,81 136.635 13,78 140.423 14,16 d Pengairan Desa/Non PU 57.032 5,76 52.596 5,30 57.731 5,82 e Tadah Hujan 281.919 28,46 282.521 28,49 272.364 27,47 f Pasang Surut 1.561 0,16 1.613 0,16 1.661 0,17

g Lebak, Polder, Lainnya 1.071 0,11 1.256 0,13 705 0,07

2 Bukan Lahan Sawah 2.263.760 69,56 2.262.760 69,53 2.262.888 69,53

a Bangunan/ Pekarangan 524.465 16,12 503.923 15,48 537.288 16,51 b Tegal/Kebun 732.853 22,52 730.370 22,44 723.056 22,22 c Ladang/Huma 13.346 0,41 13.413 0,41 11.664 0,36 d Padang Rumput 1.231 0,04 1.184 0,04 1.745 0,05 e Hutan Rakyat 95.550 2,94 103.402 3,18 103.004 3,17 f Hutan Negara 568.572 17,47 578.107 17,76 567.449 17,44 g Perkebunan Negara 71.868 2,21 69.345 2,13 71.337 2,19 h Rawa 9.027 0,28 9.035 0,28 9.021 0,28 i Tambak 34.972 1,07 39.810 1,22 37.574 1,15 j Kolam/Empang 3.719 0,11 8.259 0,25 3.046 0,09 k Sementara tidak diusahakan 1.772 0,05 1.628 0,05 1.429 0,04 l Lain-lain 206.385 6,34 204.284 6,28 196.275 6,03 Jumlah (Ha) 3.254.412 100,00 3.254.412 100,00 3.254.412 100,00 Tahun 2010 No. Penggunaan Lahan Tahun 2008 Tahun 2009

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, 2012

Adanya indikasi perubahan fungsi lahan di Provinsi Jawa Tengah, dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya bencana banjir dan tanah longsor. Hal ini ditunjukkan dengan frekuensi kejadian bencana di Jawa Tengah dari tahun ke tahun yang cenderung mengalami peningkatan. Kondisi kebencanaan di Jawa Tengah dilihat dari frekuensi kejadiannya dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini :

Tabel 2.2

Frekuensi Kejadian Bencana di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2012 No Jenis Bencana 2008 2009 2010 2011 2012 1 2 3 4 5 6 7 1 Banjir 7 54 115 85 160 2 Tanah Longsor 21 126 141 202 201 3 Angin Topan 2 100 122 104 312 4 Kekeringan 10 - - 15 17 6 Kebakaran 30 128 73 268 305

Sumber : Sekretariat BPBD Prov. Jateng, 2013

Frekuensi kejadian bencana banjir mempunyai kecenderungan meningkat. Pada tahun 2008 tercatat hanya 7 kejadian, cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun dan pada tahun 2012 tercatat 160 kejadian. Hal ini mengindikasikan adanya permasalahan dalam upaya pelestarian lingkungan, pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), dan

(16)

II-3 Jumlah penduduk Jawa Tengah tahun 2011 diproyeksikan sebanyak 32.643.612 jiiwa atau 13,54% dari jumlah penduduk Indonesia, terdiri dari laki-laki sebanyak 16.273.976 Jiwa (49,85%) dan perempuan sebanyak 16.369.636 Jiwa (50,15%), sehingga besar rasio jenis kelamin (RJK) adalah sebesar 99,42. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kabupaten Brebes (1.742.528 jiwa), sedangkan paling sedikit berada di Kota Magelang (118.606 jiwa).

Kepadatan penduduk Jawa Tengah tahun 2012 diproyeksikan sebesar 1.022 Jiwa/Km2, meningkat dibandingkan kondisi tahun 2011 sebesar 1.003 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tahun 2012 tertinggi di Kota Surakarta (11.573 jiwa/km2) dan terendah di Kabupaten Blora (472 jiwa/km2). Selengkapnya jumlah penduduk, rasio jenis kelamin dan kepadatan penduduk pada masing-masing Kabupaten/Kota di Jawa Tengah disajikan dalam Tabel 2.3 dan Tabel 2.4.

Tabel 2.3

Proyeksi Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Tengah Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Tahun 2011 - 2012

No. Kabupaten/Kota

Jumlah Penduduk Tahun 2011*) Penduduk Tahun 2012*) Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis

Kelamin 1. Kab. Cilacap 832.052 819.888 1.651.940 101,48 1.679.864 2. Kab. Banyumas 788.938 781.660 1.570.598 100,93 1.603.037 3. Kab. Purbalingga 426.606 432.192 858.798 98,71 877.489 4. Kab. Banjarnegara 440.816 434.398 875.214 101,48 890.962 5. Kab. Kebumen 581.298 580.996 1.162.294 100,05 1.181.678 6. Kab. Purworejo 345.191 350.950 696.141 98,36 708.483 7. Kab. Wonosobo 386.790 372.203 758.993 103,92 771.447 8. Kab. Magelang 602.517 591.836 1.194.353 101,80 1.219.371 9. Kab. Boyolali 463.755 473.067 936.822 98,03 953.317 10. Kab. Klaten 560.182 575.019 1.135.201 97,42 1.153.047 11. Kab. Sukoharjo 414.502 417.592 832.094 99,26 848.718 12. Kab. Wonogiri 454.451 475.419 929.870 95,59 946.373 13. Kab. Karanganyar 408.585 413.109 821.694 98,90 838.762 14. Kab. Sragen 424.645 437.294 861.939 97,11 875.283 15. Kab. Grobogan 654.822 661.871 1.316.693 98,93 1.339.127 16. Kab. Blora 412.601 421.185 833.786 97,96 847.125 17. Kab. Rembang 298.302 298.499 596.801 99,93 608.548 18. Kab. Pati 584.038 614.897 1.198.935 94,98 1.219.993 19. Kab. Kudus 390.201 398.063 788.264 98,02 807.005 20. Kab. Jepara 55.728 557.960 1.115.688 99,96 1.144.916 21. Kab. Demak 531.979 536.014 1.067.993 99,25 1.091.379 22. Kab. Semarang 466.790 478.087 944.877 97,64 968.383

(17)

II-4 23. Kab. Temanggung 360.744 355.163 715.907 101,57 730.720 24. Kab. Kendal 462.997 445.536 908.533 103,92 926.325 25. Kab. Batang 358.419 355.523 713.942 100,81 728.578 26. Kab. Pekalongan 422.267 423.204 845.471 99,78 861.366 27. Kab. Pemalang 629.314 635.221 1.264.535 99,07 1.285.024 28. Kab. Tegal 699.564 700.225 1.399.789 99,91 1.421.001 29. Kab. Brebes 880.286 862.242 1.742.528 102,09 1.770.480 30. Kota Magelang 58.701 59.905 118.606 97,99 120.447 31. Kota Surakarta 245.283 256.367 501.650 95,68 509.576 32. Kota Salatiga 85.111 87.945 173.056 96,78 177.480 33. Kota Semarang 781.669 803.748 1.585.417 97,25 1.629.924 34. Kota Pekalongan 142.963 141.450 284.413 101,07 290.347 35. Kota Tegal 119.869 120.908 240.777 99,14 244.632 Jumlah 2011*) 16.273.976 16.369.636 32.643.612 99,42 33.270.207 2010 16.273.976 16.291.545 32.382.657 98,77 -

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2012

Keterangan : *) Angka Sementara Proyeksi SP 2010

Tabel 2.4

Proyeksi Kepadatan Penduduk Provinsi Jawa Tengah Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012

2.1.3.

No. Kabupaten/Kota Luas Wilayah (ha) Jumlah Penduduk (jiwa)

Kepadatan Penduduk (per km2) 1. Kab. Cilacap 213.851 1.679.864 786 2. Kab. Banyumas 132.759 1.603.037 1.207 3. Kab. Purbalingga 77.765 877.489 1.128 4. Kab. Banjarnegara 106.974 890.962 833 5. Kab. Kebumen 128.274 1.181.678 921 6. Kab. Purworejo 103.482 708.483 685 7. Kab. Wonosobo 98.468 771.447 783 8. Kab. Magelang 108.573 1.219.371 1.123 9. Kab. Boyolali 101.507 953.317 939 10. Kab. Klaten 65.556 1.153.047 1.759 11. Kab. Sukoharjo 46.666 848.718 1.819 12. Kab. Wonogiri 182.237 946.373 519 13. Kab. Karanganyar 77.220 838.762 1.086 14. Kab. Sragen 94.649 875.283 925 15. Kab. Grobogan 197.585 1.339.127 678 16. Kab. Blora 179.440 847.125 472 17. Kab. Rembang 101.410 608.548 600 18. Kab. Pati 149.120 1.219.993 818 19. Kab. Kudus 42.517 807.005 1.898

(18)

II-5 21. Kab. Demak 89.743 1.091.379 1.216 22. Kab. Semarang 94.686 968.383 1.023 23. Kab. Temanggung 87.023 730.720 840 24. Kab. Kendal 100.227 926.325 924 25. Kab. Batang 78.895 728.578 923 26. Kab. Pekalongan 83.613 861.366 1.030 27. Kab. Pemalang 101.190 1.285.024 1.270 28. Kab. Tegal 87.970 1.421.001 1.615 29. Kab. Brebes 165.773 1.770.480 1.068 30. Kota Magelang 1.812 120.447 6.647 31. Kota Surakarta 4.403 509.576 11.573 32. Kota Salatiga 5.296 177.480 3.351 33. Kota Semarang 37.367 1.629.924 4.362 34. Kota Pekalongan 4.496 290.347 6.458 35. Kota Tegal 3.449 244.632 7.092 Jumlah 2012*) 3.254.412 33.270.207 1.022 2011*) 3.254.412 32.643.612 1.003

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2012

Keterangan : *) Angka Sementara Proyeksi SP 2010

2.2. Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah

2.2.1. Evaluasi Agregatif Pembangunan Jawa Tengah

Evaluasi terhadap capaian kinerja pembangunan secara makro ditunjukkan dengan capaian indikator agregat meliputi :

a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator kinerja pembangunan untuk mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar penduduk, yaitu angka Usia Harapan Hidup (UHH) yang mengukur peluang hidup, capaian tingkat pendidikan (rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf), serta pengeluaran rill per kapita guna mengukur akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup layak.

Perkembangan IPM Provinsi Jawa Tengah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2010 sebesar 72,49, meningkat menjadi 72,94 pada tahun 2011, secara rinci dapat dilihat pada Gambar (2.1).

(19)

II-6 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 – 2011

IPM Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 72,94 di atas rata-rata IPM Nasional sebesar 72,77 dan apabila di bandingkan dengan Provinsi se Jawa – Bali berada pada posisi ke 3 (tiga) di bawah Provinsi DKI dan DIY, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012

Gambar (2.2)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi se Jawa – Bali dan Nasional Tahun 2011 b. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 6,34% (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan capaian tahun 2011, yaitu sebesar 6,34%. Namun demikian sampai dengan Triwulan I Tahun 2013 mencapai 6,1%.

Apabila dibandingkan dengan Provinsi lain di wilayah Jawa – Bali, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tahun 2012 berada pada posisi ke 4 (empat) setelah Provinsi Jawa Timur, Bali dan DKI Jakarta, namun lebih baik dari angka pertumbuhan ekonomi

(20)

II-7 Tahun 2011 – 2012 (%) No Provinsi/Nasional 2011 2012 1 Jawa Timur 7,22 7,27 2 Bali 6,49 6,65 3 DKI Jakarta 6,7 6,5 4 Jawa Tengah 6,01 6,34 5 Jawa Barat 6,48 6,21 6 Banten 6,43 5,87 7 D.I. Yogyakarta 5,16 5,32 Nasional 6,5 6,23

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011 dan 2012

c. Inflasi

Perkembangan inflasi Jawa Tengah selama kurun waktu 5 (lima) tahun dari tahun 2008 – 2012 sangat fluktuatif, tetapi cenderung menurun. Inflasi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 4,24%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 sebesar 2,68%,. Sedangkan sampai dengan bulan Juli 2013 mencapai sebesar 8,27% disebabkan oleh peningkatan harga pada komoditas volatile foods antara lain daging ayam ras, bawang merah, beras dan cabe rawit dan kenaikan biaya transportasi sebagai imbas pengurangan subsidi BBM.

Tabel 2.6

Inflasi Nasional dan Provinsi se Jawa – Bali Tahun 2011-2012 (%) No Provinsi/Nasional 2011 2012 1 Jawa Barat 3,1 3,86 2 Jawa Tengah 2,68 4,24 3 D.I. Yogyakarta 3,88 4,31 4 Banten 3,79 4,37 5 Jawa Timur 4,09 4,50 6 DKI Jakarta 3,97 4,52 7 Bali 3,75 4,71 Nasional 3,79 4,34

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011 dan 2012

Sampai dengan bulan Juli 2013

d. Indeks Gini dan Indeks Williamson

Indeks Gini merupakan satu ukuran untuk melihat ketimpangan pendapatan masyarakat. Indeks Gini tahun 2008 sebesar 0,3033, meningkat menjadi 0,3462 pada tahun 2011, angka ini menunjukkan ketimpangan pendapatan masyarakat meningkat.

Sementara tingkat kesenjangan pembangunan antar wilayah di Provinsi Jawa Tengah dilihat dengan Indeks Williamson, pada tahun 2007 sebesar 0,7096, menjadi 0,6965 pada tahun 2011. Namun, Indeks Williamson Jawa Tengah masih di atas angka 0,5, yang menunjukkan bahwa kesenjangan pembangunan di Kabupaten/Kota di Jawa Tengah masih cukup tinggi.

(21)

II-8 dihasilkan petani dengan barang/jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam memproduksi produk pertanian ditunjukkan dengan NTP. Pada bulan Juli 2013, NTP Jawa Tengah sebesar 105,62 lebih baik dibandingkan NTP Nasional sebesar 104,58.

Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya se Pulau Jawa – Bali, NTP Jawa Tengah bulan Juli tahun 2013 berada di peringkat keempat. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.7 berikut :

Tabel 2.7

Nilai Tukar Petani (NTP) se Pulau Jawa – Bali dan Nasional Tahun 2010 – 2013 No Provinsi / Nasional 2010 2011 2012 2013* 1 Jawa Tengah 103,12 106,62 106,37 105,62 2 Jawa Barat 101,46 108,17 111,55 109,25 3 Jawa Timur 98,87 102,62 103,28 103,01 4 Banten 103,71 106,54 117,07 109,33 5 DIY 113,70 116,61 117,59 117,21 6 Bali 104,20 108,00 108,39 ... Nasional 102,75 105,75 105,87 104,58

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), 2013 *) angka bulan juli 2013

f. Penduduk Miskin dan Pengangguran

Persentase penduduk miskin di Jawa Tengah selama kurun waktu tahun 2008 hingga tahun 2012 cenderung menurun. Jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah pada tahun 2012 sebanyak 4,86 juta jiwa (14,98%) lebih rendah dibandingkan tahun 2011 sebanyak 5,25 juta jiwa (16,21%), namun masih di atas rata – rata angka nasional sebesar 11,66%. Penduduk miskin di Jawa Tengah sebagian besar berada di wilayah perdesaan, yaitu sebesar 59,98%, sementara yang berada di wilayah perkotaan sebesar 40,02%. Walaupun penduduk miskin telah mengalami penurunan, jumlah tersebut masih cukup tinggi sehingga masih perlu upaya lebih keras untuk menurunkannya.

Perbandingan jumlah dan persentase penduduk miskin di wilayah perkotaan dan perdesaan di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.8 berikut :

Tabel 2.8

Jumlah Penduduk Miskin

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2013

No Tahun / Bulan Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) Persentase (%) Kota Desa Total Kota Desa Total

1 2008/Maret 2.556,50 3.633,10 6.189,60 16,34 21,96 19,23

(22)

II-9

5 2011/Sept 2.175,82 3.080,17 5.255,99 14,67 17,50 16,21

6 2012/Maret 2.001,12 2.976,25 4.977,36 13,49 16,89 15,34

7 2012/Sept 1.946,51 2.916,90 4.863,41 13,11 16,55 14,98

8 2013/maret 1.911,21 2.821,74 4.732,95 12,87 15,99 14,56

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2008-2013

Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya se Pulau Jawa – Bali, persentase penduduk miskin Jawa Tengah, dapat dilihat dari Tabel 2.9 berikut :

Tabel 2.9

Kemiskinan Nasional dan Provinsi se Jawa – Bali Tahun 2011-2012

No Provinsi/ Nasional

2011 2012 (ribu jiwa) (%) (ribu jiwa) (%)

1. DKI Jakarta 355,20 3,64 366,77 3,70 2. Bali 183,13 4,59 160,95 3,95 3. Banten 690,87 6,26 648,25 5,71 4. Jawa Barat 4.650,81 10,57 4.421,48 9,89 5. Jawa Timur 5.227,31 13,85 4.960,54 13,08 6. Jawa Tengah 5.255,99 16,21 4.863,41 14,98 7. D.I. Yogyakarta 564,23 16,14 562,11 15,88 Nasional 29.890,14 12,36 28.594,64 11,66

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011 dan 2012 *) angka bulan Maret 2013

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Tengah menun-jukkan kecenderungan menurun. TPT pada tahun 2012 sebesar 5,63% (962,10 ribu jiwa) menurun dibandingkan tahun 2011 sebesar 5,93% (1.002,2 ribu jiwa). Hal ini menunjukkan rasio penduduk Jawa Tengah yang bekerja semakin meningkat dari tahun ke tahun, dan menggambarkan penyerapan tenaga kerja semakin meningkat. Namun di sisi lain Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi Jawa Tengah masih belum optimal, walaupun cenderung semakin meningkat dari tahun 2008 – 2012.

Tabel 2.10

Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja, TPAK dan TPT Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 – 2012

No Uraian 2008 2009 2010 2011 2012

1 Angkatan Kerja (jiwa) 16.690.966 17.087.649 16.856.330 16.918.797 17.090.000

- Bekerja 15.463.658 15,835.382 15.809.447 15.916.135 16.130.000

- Mencari Pekerjaan 1.227.308 1.252.267 1.046.883 1.002.662 960.000

(23)

II-10

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2012 *) angka bulan Pebruari 2013

TPT Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 di bandingkan dengan provinsi lain di wilayah Jawa – Bali berada di posisi 4 (empat), namun lebih baik dari rata – rata TPT Nasional. Kondisi TPT Provinsi se Jawa – Bali dan Nasional dapat dilihat pada Tabel 2.11.

Tabel 2.11

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Nasional dan Provinsi se Jawa-Bali Tahun 2011 - 2012 (%)

No Provinsi/Nasional 2011 2012 1. Banten 13,06 10,13 2. DKI Jakarta 10,8 9,87 3. Jawa Barat 9,83 9,08 4. Jawa Tengah 5,93 5,63 5. Jawa Timur 4,16 4,12 6. D.I. Yogyakarta 3,97 3,97 7. Bali 2,32 2,04 Nasional 6,56 6,14

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012 *) angka bulan Februari

g. Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)

Indeks Pembangunan Gender (IPG) Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar 66,45, meningkat dari tahun 2010 sebesar 65,79. Kondisi ini menggambarkan meningkatnya peran serta perempuan dalam pembangunan daerah. Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya se Pulau Jawa – Bali, dapat dilihat pada Tabel 2.12 berikut :

Tabel 2.12

Indeks IPG se Pulau Jawa – Bali dan Nasional Tahun 2010 – 2011 No Provinsi/ Nasional Tahun 2010 Tahun 2011 Indeks Indeks 1 Jawa Tengah 65,79 66,45 2 Jawa Barat 62,38 63,25 3 Jawa Timur 65,11 65,61 4 Banten 62,88 63,35 5 DKI 73,35 74,01 6 DIY 72,51 73,07 7 Bali 67,81 68,24 Nasional 67,20 67,80

(24)

II-11 69,14. Peningkatan IDG menunjukkan bahwa tingkat keberdayaan perempuan di Jawa Tengah semakin baik. Dapat dilihat pada Tabel 2.13 berikut :

Tabel 2.13

Indeks IDG se Pulau Jawa – Bali dan Nasional Tahun 2010 – 2011 No Provinsi/ Nasional Tahun 2010 Tahun 2011 Indeks Indeks 1 Jawa Tengah 67,96 68,99 2 Jawa Barat 67,01 68,08 3 Jawa Timur 67,91 68,62 4 Banten 65,66 66,58 5 DKI 73,23 74,70 6 DIY 77,70 77,84 7 Bali 58,53 58,59 Nasional 68,15 69,14

Sumber : Kementerian PP & PA; Badan Pusat Statistik (BPS), 2011

2.2.2. Evaluasi Kinerja Urusan Kewenangan Provinsi a. Urusan Wajib

Evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan untuk urusan wajib adalah sebagai berikut :

1) Pendidikan

Upaya pemenuhan 3 pilar pembangunan pendidikan dilakukan melalui Program Pendidikan Anak Usia Dini; Pendidikan Dasar; Pen-didikan Menengah; PenPen-didikan Non Formal dan Informal; PenPen-didikan Khusus; Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan; Manajemen Pelayanan Pendidikan; Fasilitasi Pendidikan Tinggi; dan Pendidikan Berkelanjutan.

Kinerja pembangunan urusan pendidikan ditunjukkan dengan 87 indikator yang seperti tertuang dalam Tabel 2.13 berikut:

Tabel 2.14

Capaian Kinerja Urusan Pendidikan

No Program dan Indikator Kinerja Program

Target RPJMD

2008-2013

Satuan Realisasi Capaian 2012

Kinerja 2008 s/d

2012

Realisasi Kinerja s/d Tahun 2013 Status Target RKPD 2013 Capaian Triwulan I thn 2013 Kinerja 2008 s/d Triwulan I th 2013 I Program Pendidikan

Anak Usia Dini

1 Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

65 % 70,50 70,50 70,42 0 70,50

2 Prosentase Sarana

(25)

II-12

3 Rasio jumlah pendidik dengan peserta didik PAUD 1:20 1:30 1:30 1:30 0 1:30

4 Dokumen tentang pedoman pengelolaan PAUD ada/

tidak Ada ada ada 0 ada

II Program Pendidikan

Dasar

5 Angka Partisipasi Murni

(APM) SD/MI 98 % 98,30 98,30 98,83 0 98,30

6 APK Wajar Dikdas

(SMP/MTs) 98 % 100,50 100,50 100,49 0 100,50

7 Nilai rata-rata Ujian

Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) SD/MI

7 7,06 7,06 7,49 0 7,06

8 Nilai rata-rata Ujian

Nasional (UN) SMP/MTs 6,78 6,8 6,8 6,78 0 6,8

9 Angka naik kelas SD/MI 98 % 99 99 100 0 99

10 Angka putus sekolah

SD/MI 0,12 % 0,12 0,12 0,12 0 0,12

11 Angka putus sekolah

SMP/MTs 0,22 % 0,38 0,38 0,22 0 0,38

12 Angka lulus SD/MI 98 % 99,95 99,95 99,5 0 99,95

13 Angka lulus SMP/MTs 93 % 99,15 99,15 99,5 0 99,15

14 Prosentase Ruang kelas SD sesuai standar nasional pendidikan

90 % 94,75 94,75 90 0 94,75

15 Prosentase Ruang kelas SMP sesuai standar nasional pendidikan

90 % 96,76 96,76 90 0 96,76

16 Prosentase SD yang memiliki laboratorium IPA dan komputer sesuai standar nasional pendidikan 2,42 % 1283 SD/MI SD/MI 1283 4,82 0 1283 SD/MI

5,46 5,46 0 5,46 17 Prosentase SMP yang memiliki laboratorium IPA dan komputer sesuai standar nasional pendidikan 30 % 47,87 47,87 43 0 47,87

18 Prosentase SD yang memiliki perpustakaan 35 % 70,95 70,95 35 0 70,95

19 Prosentase SMP yang memiliki perpustakaan (60) 80 % 70,50 70,50 80 0 70,50

20 Prosentase SD/MI terakreditasi 100 % 99,93 99,93 100 0 99,93

21 Prosentase SMP/MTs terakreditasi 100 % 99,78 99,78 100 0 99,78 22 Prosentase SD/MI yang

melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mencapai 100% 100 % 100 100 100 0 100

23 Prosentase SMP/MTs yang melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mencapai 100% 100 % 100 100 100 0 100

24 Prosentase SD/MI dan

(26)

II-13

pembinaan kesiswaan 25 Setiap Kabupaten/Kota

di Jawa Tengah memiliki minimal 1 (satu) Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional (RSBI) jenjang SD

100 % 48,5 48,5 88 0 48,5

26 Setiap Kabupaten/Kota di Jawa Tengah memiliki minimal 1 (satu) Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional (RSBI) jenjang SMP

100 % 100 100 100 0 100

III Program Pendidikan

Menengah

27 Angka Partisipasi Kasar

(APK) SMA/SMK/MA 70 % 67 67 70 0 67

28 Rasio siswa SMK : SMA 70:30 % 67:33 67:33 70:30 0 67:33

29 Prosentase Ruang kelas

SMA/SMK sesuai standar nasional pendidikan

40 % 80 80 80 0 80

30 Angka Putus Sekolah

SMA/SMK 0,07 % 0,08 0,08 0,07 0 0,08

31 Prosentase SMA/SMK memiliki perpustakaan sesuai standar nasional pendidikan 90 % 87 87 90 0 87

32 Satuan pendidikan SMA/SMK memiliki laboratorium sesuai standar nasional pendidikan 75 % 80 80 80 0 80

33 Setiap Kabupaten/Kota di Jawa Tengah terdapat 1 (satu) Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMA

100 % 100 100 100 0 100

34 Setiap Kabupaten/Kota di Jawa Tengah terdapat 1 (satu) Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK

100 % 100 100 100 0 100

35 Satuan pendidikan SMA menerapkan Teknologi informasi dan

Komunikasi (TIK) Based Learning

50 % 50,02 50,02 50 0 50,02

36 Nilai rata-rata Ujian Nasional SMA/MA/SMK sebesar 7,1

7,1 % 7,73 7,73 7,75 0 7,73

37 Satuan pendidikan SMK

yang memiliki bengkel 50 % 75,5 75,5 75 0 75,5

38 Mata pelajaran SMK yang memiliki buku sesuai Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sebanyak 30 mapel

100 % 100 100 100 0 100

39 Satuan pendidikan SMA yang menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mencapai 100% 100 % 100 100 100 0 100

40 Satuan pendidikan SMK yang menerapkan 100 % 100 100 100 0 100

(27)

II-14 kUrikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 41 Satuan pendidikan SMA/SMK/MA yang terakreditasi 100 % 100 100 100 0 100

42 Jumlah Satuan pendidikan SMA menerapkan Internasional Standar Operational (ISO) Manajemen versi 9001-2000 6,82 % 7,28 7,28 7 0 7,28

43 Prosentase SMA / SMK melaksanakan MBS dengan baik 50 % 100 100 50 0 100

44 Jumlah Satuan pendidikan SMK menerapkan International Standar Operational (ISO) Manajemen versi 9001-2000 11,93 % 38,75 38,75 13,42 0 38,75

45 Prosentase SMA/SMK melaksanakan pembinaan kesiswaan 100 % 100 100 100 0 100

IV Program Pendidikan Non Formal dan Informal Pendidikan Kesetaraan 46 Prosentase Pendidikan kesetaraan mendukung capaian Angka Partisipasi Kasar Pendidikan Dasar 7 % 6,0 6,0 7 0 6,0

47 Angka lulus pendidikan

kesetaraan paket A 97 % 95,32 95,32 98 0 95,32

48 Angka lulus pendidikan

kesetaraan paket B 95 % 96,03 96,03 95 0 96,03

49 Angka lulus pendidikan

kesetaraan paket C 90 % 98,08 98,08 91 0 98,08

50 Prosentase usia dewasa

yang belum bersekolah terlayani pendidikan kesetaraan 60 % 56,07 56,07 60 0 56,07

Pendidikan Masyarakat 0

51 Prosentase angka buta

aksara usia >45 <1 % 0,15

0,15 <1 0 0,15

52 - Prosentase desa di Jawa Tengah memiliki Taman Bacaan Masyarakat (TBM) 15 % 13,6 13,6 15 0 13,6

Kursus dan Kelembagaan 53 Prosentase Pengangguran usia 15-44 th memperoleh layanan pendidikan kecakapan hidup 5 % 5,31 5,31 5 0 5,31

54 Prosentase Lembaga Pendidikan Non Formal yang terakreditasi

10 % 11,7 11,7 10 0 11,7

55 Setiap Kabupaten/Kota memiliki 1 (satu) model layanan Pendidikan Non

(28)

II-15

Formal Unggulan

V Program Pendidikan

Khusus

56 Angka Partisipasi Kasar

Pendidikan Khusus 40 % 51,74 51,74 40 0 51,74

57 Angka Naik Kelas

Pendidikan Khusus 98 % 100 100 99 0 100

58 Angka Lulus pendidikan

khusus 100 % 100 100 100 0 100

59 Ruang kelas pendidikan

khusus yang sesuai standar nasional pendidikan

70 % 70 70 70 0 70

60 Sarana dan prasarana pendidikan khusus sesuai standar nasional

40 % 67,83 67,83 66,94 0 67,83

61 Satuan pendidikan khusus yang terakreditasi 100 % 100 100 100 0 100

VI Program Peningkatan Mutu Pendidikdan Tenaga Kependidikan

Pendidik Jawa Tengah berkualifikasi S1/D4 mencapai: 62 Prosentase Pendidik PAUD berkualifikasi S1/D4 30 % 31,01 31,01 30 0 31,01

63 Prosentase Pendidik SD/SDLB berkualifikasi S1/D4 45 % 51,56 51,56 50 0 51,56

64 Prosentase Pendidik SMP/SMPLB berkualifikasi S1/D4 85 % 84,57 84,57 85 0 84,57

65 Prosentase Pendidik SMA/SMALB dan SMK berkualifikasi S1/D4 93 % 91,85 91,85 93 0 91,85

66 Prosentase Pendidik Pendidikan Kesetaraan A, B dan C berkualifikasi S1/D4 35 % 34 34 35 0 34

Pendidik Jawa Tengah bersertifikat pendidik mencapai : 67 Prosentase Pendidik PAUD bersertifikat pendidik 16 % 14,02 14,02 16 0 14,02 68 Prosentase Pendidik SD/SDLB bersertifikat pendidik 45 % 46,9 46,9 45 0 46,9 69 Prosentase Pendidik SMP/SMPLB bersertifikat pendidik 94 % 54,5 54,5 94 0 54,5 70 Prosentase Pendidik SMA/SMALB dan SMK bersertifikat pendidik 95 % 50,18 50,18 95 0 50,18

Pendidik dan Tenaga Kependidikan Jawa Tengah bersertifikat sesuai bidang keahlian: 71 Prosentase Pengawas TK/SD/SDLB bersertifikat pengawas 35 % 32,5 32,5 35 0 32,5

(29)

II-16 72 Prosentase Pengawas SMP bersertifikat pengawas 40 % 32,5 32,5 40 0 32,5 73 Prosentase Pengawas SMA/SMK bersertifikat pengawas 50 % 97,2 97,2 50 0 97,2 74 Prosentase Laboran pada satuan pendidikan SMP bersertifikat laboran

45 % 36 36 45 0 36

75 Prosentase Laboran pada satuan pendidikan SMA/SMK bersertifikat laboran 30 % 39,67 39,67 30 0 39,67 76 Prosentase Instruktur kejuruan bersertifikat kompetensi keahlian 10 % 10 10 10 0 10

77 Prosentase Pustakawan pada SMP bersertifikat pustakawan 40 % 36,70 36,70 40 0 36,70

78 Prosentase Pustakawan pada SMA/SMK bersertifikat pustakawan 35 % 40,94 40,94 37 0 40,94

79 Prosentase Pendidik/ intruktur kursus kejuruan bersertifikat bidang keahlian 40 % 36 36 40 0 36

VII Program Manajemen

Pelayanan Pendidikan

80 Prosentase lembaga

PAUD memiliki

tatakelola dan citra yang baik

40 % 34 34 40 0 34

81 Prosentase SD/MI yang

menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 15 % 28 28 20 0 28

82 Prosentase SMP/MTs yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 30 % 49 49 30 0 49

83 Satuan pendidikan SMA/SMK/MA yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dengan Baik 50 % 100 100 50 0 100

84 Penerapan Sistem Manajemen Mutu versi 9001-2000 pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah

100 % 100 100 100 0 100

VII

I Program Fasilitasi Pendidikan Tinggi

85 Prosentase Perguruan Tinggi di Jawa Tengah yang bermitra dengan Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam pembangunan pendidikan 25 % 40 40 25 0 40

IX Program Pendidikan Berkelanjutan 86 Prosentase Satuan pendidikan di Provinsi Jawa Tengah yang mengembangkan pembinaan wawasan kebangsaan

(30)

II-17

87 Prosentase Satuan pendidikan

SD/SMP/SMA/SMK di Jawa Tengah yang mengembangkan

kurikulum Bahasa Jawa

100 % 100 100 100 0 100

Keterangan :

: Tercapai/melampaui

: Akan tercapai

: Perlu upaya keras *) : Target MDG’s

Mendasarkan kondisi capaian kinerja sebagaimana tersebut di atas, capaian 76 indikator telah tercapai sesuai target RPJMD, yaitu: sedangkan 8 indikator akan tercapai, dan 3 indikator sulit tercapai. Tiga indikator yang sulit tercapai yaitu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) jenjang SD; Prosentase Pendidik SMP/SMPLB bersertifikat pendidik; dan Prosentase Pendidik SMA/SMALB dan SMK bersertifikat pendidik.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian mendasarkan capaian kinerja sampai dengan Triwulan I Tahun 2013, yaitu:

1. Untuk mencapai target indikator Prosentase Sarana Prasarana PAUD layak maka perlu dilakukan pemantauan terhadap pelaksanaan bantuan keuangan kepada pemerintah Kab/Kota tahun 2013 sebesar Rp65,535 Milyar dengan sasaran 497 lembaga, APE 2.761 unit, PAUD Percontohan 60 lembaga dan USB PAUD 65 lembaga, sehingga target prasarana PAUD layak sebesar 70% tercapai.

2. Untuk mencapai target indikator rasio jumlah pendidik dengan peserta didik PAUD, maka Pemerintah Provinsi perlu terus mendorong pemerintah Kab/Kota untuk merekrut lebih banyak guru PAUD yang memenuhi kualifikasi serta mengalokasikan bantuan keuangan kepada pemerintah Kab/Kota sebesar Rp. 28.980.000.000,- untuk peningkatan kualitas 11.200 Pendidik dan peningkatan kualifikasi ke S1 1.000 orang.

3. Untuk mencapai target indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/SMK/MA maka pemerintah provinsi perlu memantau pelaksanaan bantuan keuangan kepada Kab/Kota tahun 2013 sebesar Rp36,890 Milyar untuk Pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) SMK 3 unit, Pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) 141 RK, Rehab Gedung 155 paket dan Beasiswa bagi siswa SMA/SMK kurang mampu sebanyak 14.150 siswa sehingga target 70% tercapai.

(31)

II-18 dengan sasaran Pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) SMK 3 unit, Pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) 141 RK sehingga target ratio siswa 30:70 tercapai.

5. Untuk mencapai target indikator Angka lulus pendidikan kesetaraan paket A maka perlu ditingkatkan kesadaran semua warga belajar paket A memiliki untuk menyelesaikan pendidikan kesetaraan Paket A dan mengikuti ujian kesetaraan hingga lulus. 6. Untuk mencapai target indikator Prosentase Pendidik PAUD

bersertifikat pendidik, Prosentase Pengawas TK/SD/SDLB bersertifikat pengawas, dan indikator Prosentase Pengawas SMP bersertifikat pengawas maka pemerintah provinsi perlu mendorong Kab/Kota untuk mengoptimalkan fasilitasi dalam pengembangan profesi pengawas formal dan koordinasi dengan Pemerintah Pusat terkait dengan penyelenggaraan diklat/ujian sertifikasi pendidik dan sertifikasi pengawas.

7. Untuk mendorong peningkatan capaian target Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) jenjang SD Pemerintah Provinsi perlu mendorong dan memfasilitasi Kabupaten/ Kota untuk mengalihkan satuan pendidikan RSBI menjadi sekolah reguler/ unggulan.

8. Untuk mendorong peningkatan capaian target Prosentase Pendidik SMP/SMPLB bersertifikat pendidik, Pemerintah Provinsi perlu meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat untuk meningkatkan kuota sertifikasi bagi pendidik SMP/SMLB dan SMA/SMALB.

9. Untuk mendorong peningkatan Prosentase Pendidik SMA/SMALB dan SMK bersertifikat pendidik pemerintah profinsi perlu mengefektifkan fasilitasi kepada Kab/Kota melalui bantuan Keuangan sebesar Rp. 2.100.000.000,- untuk pengembangan profesi pendidik formal 350 orang dan pengelolaan penilaian angka kredit serta sertifikasi pendidik 35 Kab/Kota.

2) Kesehatan

Indikator pencapaian derajat kesehatan antara lain diukur dengan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Balita (AKABA), presentase balita gizi buruk, angka kesakitan, kesembuhan dan kematian akibat penyakit menular.

Kinerja pembangunan urusan kesehatan antara lain ditunjukkan dengan 94 indikator seperti tertuang dalam Tabel 2.14 berikut:

(32)

II-19

No Program dan Indikator Kinerja Program RPJMD 2008-2013 Satuan Capaian 2012 2008 s/d 2012 Status Target RKPD 2013 Capaian Triwulan I thn 2013 Kinerja 2008 s/d Triwulan I th 2013 1 Program Pencegahan & Penaggulangan Penyakit 1 Cakupan UCI 100 % 98,05 98,05 100 0 98,05

2 Presentase kab/kota dengan kelengkapan laporan surveilans lebih atau sama dengan 90 % 99,10 99,10 lebih atau sama dengan 90 0 99,10

3 Presentase kab/kota dengan ketepatan laporan surveilans lebih atau sama dengan 80 % 97,30 97,30 lebih atau sama dengan 80 0 97,30

4 Meningkatnya persentase kab/kota dengan Non Polio AFP > 2/100.000 anak usia <15 th Meningk at % 95,00 95,00 Meningkat 0 95,00

5 Meningkatnya Persentase Kab/kota dengan penemuan kasus AFP dan pengambilan spesimennya < 14 hari sesuai SOP

Meningk

at % 100 100 Meningkat 0 100

6 Tertanganinya KLB

kurang dari 24 jam 100 % 100 100 100 0 100

7 Menurunnya kematian karena kasus DBD <1 0,07 0,07 <1 0 0,07

8 Menurunnya jumlah penderita DBD 2 10000 Per pddk 1,02 1,02 2/1000 0 0 1,02

9 Menurunnya angka

kesakitan malaria (API) 1 1.000 Per 0,075 0,075 1/1.000 0 0,075

10 Menurunnya angka

kesakitan Diare 8 – 10 % 51,43 51,43 8 – 10 0 51,43

11 Menurunnya angka

kematian diare <1 % 0,01 0,01 <1 0 0,01

12 Meningkatnya penemuan

kasus HIV/AIDS Meningkat % 111,51 111,51 Meningkat 0 111,51

13 Menurunnya kematian

akibat HIV /AIDS menurun % 18,70 18,70 menurun 0 18,70

14 Meningkatnya penemuan

kasus TB paru atau CDR (Case Detection Rate)

70 % 58,45 58,45 70 0 58,45

15 Meningkatnya angka

kesembuhan TB Paru lebih dari atau sama dengan 85 % 88,64 88,64 lebih dari atau sama dengan 85 0 88,64

16 Menurunnya kecacatan

dan kematian akibat kecelakaan dan cidera

menurun % 67,80 67,80 Menuru n 0 67,80

17 Menurunnya Pneumonia balita 8 – 10 % 12 12 8 – 10 0 12

18 Meningkatnya Kab/Kota yang melaksanakan sosialisasi PTM 50 % 100 100 50 0 100

19 Meningkatnya Kab/Kota yang melaksanakan 25 % 100 100 25 0 100

(33)

II-20

surveilans dan pengendalian faktor resiko PTM

20 Meningkatnya Kab/ Kota

yang melaksanakan surveilans kesakitan dan kematian PTM

100 % 100 100 100 0 100

21 Meningkatnya Kab/ Kota

yang melaksanakan deteksi dini PTM

25 % 75 75 25 0 75

22 20-30% penderita

gangguan jiwa terlayani pada RSJD Prov.Jateng

100 % 100 100 100 0 100

2 Program Sumber Daya

Kesehatan 23 Melakukan pemerataan tenaga kesehatan di daerah pedesaan 100 % 100 100 100 0 100

24 Bertambahnya SDM

kesehatan yang mengikuti pendidikan dan pelatihan teknis kesehatan

10 % 10 10 10 0 10

25 Terakreditasinya

pelatihan bidang kesehatan dinas

kesehatan Provinsi Jateng

20 % 76 76 20 0 76

26 Meningkatnya

kemampuan sumber daya manusia dalam

perencanaan, penganggaran dan evaluasi pembangunan kesehatan tingkat provinsi dan Kab/kota

100 % 100 100 100 0 100

27 Memantapkan koordinasi

dan sinkronisasi dalam evaluasi pembangunan kesehatan di tingkat provinsi maupun kab/kota

100 % 100 100 100 0 100

28 Tenaga kesehatan yang

mengetahui keberadaan dan peran MTKP jawa Tengah

70 % 100 100 70 0 100

29 Institusi pendidikan

tenaga kesehatan yang terakreditasi 80 % 91,46 91,46 80 0 91,46

30 Bertambahnya tenaga kesehatan yang terakreditasi 80 % 85 85 80 0 85

31 Adanya perlindungan

hukum bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas pelayanan kesehatan

100 % 100 100 100 0 100

32 Tertanganinya masalah

kesehatan di lintas batas dan Provinsi anggota MPU (mitra Praja Utama)

100 % 100 100 100 0 100

33 Semua Kab/Kota di Jawa

Tengah menerapkan JPKM

100 % 100 100 100 0 100

34 Terdistribusinya tenaga

kesehatan strategis pada sarana pelayanan kesehatan didaerah sesuai kebutuhan

Referensi

Dokumen terkait

Memberikan harga khusus untuk pelanggan perusahaan Memberikan free service jika 5 kali melakukan transaksi dan hanya berlaku untuk pelanggan yang telah bekerja sama

Disediakan LKS, siswa dapat mencatat hasil dari dari permainan menyangkut operasi hitung perpangkatan dengan menggunakan Kartu

Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Industri Pengolahan sebesar 63,80 persen, adapun dari sisi Pengeluaran terjadi pada

Media dapat berfungsi sebagai alat bantu, sebagai elemen dari proses pengajaran, maupun sebagai figur yang bertindak sebagai wakil guru dalam proses belajar mengajar. Akan

OWL dapat mende- finisikan class mana yang mempunyai property terbatas yang membuat semua nilai untuk property tersebut maka semua nilai untuk property dalam instances harus di-

Biaya langsung adalah segala bentuk pengeluaran yang secara langsung menunjang dalam penyelenggaraan pendidikan, terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan

Dengan menurunnya produksi tembakau Deli dari tahun ke tahun, posisi tembakau Deli yang dilelang di Bremen terancam digeser produsen asal Ekuador, Brasil, Meksiko, Kamerun, dan

• Latihan lari cepat bertujuan melatih kecepatan gerak seseorang. Latihan cepat jarak 40 meter dan 60 meter dapat dilakukan dengan cara berikut ini. – 1) berdiri