• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengalaman sejarah banyak ditemukan bukti-bukti yang mengisahkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengalaman sejarah banyak ditemukan bukti-bukti yang mengisahkan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka

Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberap ribu tahun lalu. Dalam pengalaman sejarah banyak ditemukan bukti-bukti yang mengisahkan tentang khasiat dan kehebatan tanaman ini. Bangsa Mesir sudah mengenal sejak 3200-2700 SM, bangsa Yunani kuno sejak 2100 SM, sedangkan di Israel telah ditemukan sejak 1500 SM. Hal ini dapat diketahui dari bukti-bukti peninggalan sejarah seperti patung, tugu dan batu-batuan pada jaman dinasti Mesir, Yunani kuno, Israel dan lain-lain (Rahayu,1999).

Di Indonesia, bawang merah juga merambah ke berbagai daerah sehingga komoditi ini memilliki nama khas di masing-masing daerah. Bahkan di daerah tertentu terdapat beberapa nama panggilan yang beragam. Di Minahasa misalnya, paling tidak terdapat lima panggilan khas untuk bawang merah yaitu isuna, makamu, isuna radang, isuna raidang, isuna mahadong dan jantuna mopura (Rahayu,1999).

Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak mencapai 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa perakaran serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu panjang ke dalam tanah. Bawang merah adalah tanaman yang tidak tahan kering ( Wibowo, 2008).

Bawang merah memang berbeda dengan bawang putih. Daunnya hanya mempunyai satu permukaan, bentuknya bulat kecil memanjang dan berlubang seperti pipa. Bagian ujung daunnya meruncing dan bagian bawahnya melebar

(2)

seperti kelopak dan membengkak. Kelopak-kelopak daun sebelah luar selalu melingkar dan menutup daun yang ada didalamnya ( Wibowo, 2008).

Pada pangkal umbi membentuk cakram yang merupakan batang pokok yang tidak sempurna (rudimenter). Dari bagian bawah cakram ini tumbuh akar-akar serabut yang tidak terlalu panjang. Sedang dibagian atas cakram, di antara bagian daun yang membengkak, terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Lalu dibagian tengah cakram terdapat mata tunas utama yang nantinya dari bagia ini dapat muncul bunga ( Wibowo, 2008).

Varietas bawang merah yang ditanami di Indonesia cukup banyak macamnya, tetapi umumnya produksi varietas tersebut masih rendah ( kurang 10 Ha ton/ha). Beberapa hal lain yang membedakan varietas bawang merah satu dengan lain biasanya di dasarkan pada bentuk, ukuran, warna, kekenyalan, aroma umbi, umur tanaman, ketahanan terhadap penyakit serta hujan (Rahayu, 1999).

Varietas medan banyak ditanam di daerah Samosir, Sumatera Utara. Umur panennya lebih lama dari bima brebes, yakni 70 hari setelah tanam. Jumlah produksi rata-rata 7 ton/ha umbi kering. Susut bobot umbi tergolong tinggi yakni 25% dari bobot panen basah. Varietas ini mudah berbunga. Bunganya berwarna putih (Rahayu, 1999).

Bawang merah varietas medan berasal dari daerah samosir, cocok ditanam didaerah dataran rendah maupun dataran tinggi. Varietas ini memiliki karakteristik sebagai berikut: tinggi tanaman berkisar antara 26,9 cm – 41,3 cm, jumlah anakan berkisar antara 6- 12, daun berbentuk silindris dan berlubang, warna daun hijau, jumlah daun 22 – 43 helai dan umur panen 70 hari. Secara

(3)

alami, tanaman mudah berbunga, yakni pada umur 52 hari. Bunga berkisar antara 90 – 120. Jumlah buah pertangkai berkisar antara 60 – 80, dengan biji berbentuk bulat, gepeng, keriput dan berwarna hitam (Pitojo, 2005).

Umbi berbentuk bulat dengan ujung runcing berwarna merah. Produksi umbi kering dapat mencapai 7,4 ton/ha, dengan susut umbi basah menjadi umbi kering sekitar 24,7%. Umbi bawang merah varietas medan cukup tahan terhadap penyakit busuk umbi, namun peka terhadap penyakit busuk daun (Pitojo, 2005).

Bawang merah di dataran rendah lebih cepat panen dibandingkan dengan di dataran tinggi. Ciri tanaman siap panen adalah leher batang mengeras dan daun menguning. Panen dilakukan pada saat cuaca cerah dan tanah kering. Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman, kemudian dijemur untuk mendapatkan kadar air umbi 80% (http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php).

Landasan Teori

Sosial-Ekonomi Pertanian

Ekonomi pertanian mencakup analisis ekonomi dari proses produksi (teknis), dan hubungan-hubungan sosial dalam produksi pertanian, serta hubungan antara faktor-faktor produksi, hubungan antara faktor dan hasil produksi. Ilmu ekonomi pertanian sangat erat kaitannya dengan ilmu sosial lainnya yaitu ilmu sosiologi. Faktor-faktor sosiologis, tradisi, moral dan faktor lainya tetap memegang peran penting dalam perilauku manusia (Hanafie, 2010).

Pertanian merupakan proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-kegiatan produksi di dalam setiap

(4)

usahatani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya dan penerimaan merupakan hal yang harus diperhatikan (Antriyandar ti, 2012).

Teori produksi menjelaskan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan hasil produksi. Faktor produksi dikenal dengan istilah input, sedangkan hasil produksi disebut sebagai output. Hubungan kedua faktor tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut : Q = f (K,L,N dan T). Dimana Q adalah output, sedangkan K,L,N dan T adalah input. Input K adalah teknologi, L adalah tenaga kerja, N adalah sumberdaya alam dan T adalah teknologi (Wilson, 2007).

Soekartawi (2001), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi yang dimaksud adalah lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja dan aspek manajemen. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi atau faktor relationship.

Sebagian besar petani indonesia terlibat dalam usahatani atau mikro bisnis pertanian on-farm, baik di subsektor pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Prinsip utama mikro usahatani adalah efisiensi dalam sistem produksi. Mulai dari penggunaan atau kombinasi dan alokasi faktor produksi pertanian dari lahan, tenaga kerja, modal usaha, serta input modern seperti pupuk, pestisida dan herbisida. Aspek best practies menjadi sangat krusial dalam

(5)

keputusan untuk menggunakan faktor produksi satu yang lebih banyak dibandingkan dengan faktor produksi lainnya. Elemen harga faktor produksi dan harga output dalam proses pengambilan keputusan ekonomi menjadi sangat sentral dalam proses alokasi faktor produksi dan hasil tinggkat produksi yang ingin dipakai (Antriyandarti, 2012).

Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian pula dengan usahatani. Menurut Vink, benda-benda termasuk tanah yang dapat mendatangkan pendapatan diangggap sebagai modal. Namun tidak demikian halnya dengan Koens yang menganggap hanya uang tunai saja yang dianggap modal usahatani. Dalam usahatani, keluarga cenderung memisahkan faktor tanah dari alat-alat produksi lainnya. Hal ini dikarenakan belum ada pemisahan yang jelas antara modal usaha dengan modal pribadi (Suratiyah, 2006).

Banyak persoalan yang dihadapi oleh petani baik yang berhubungan langsung dengan produksi dan pemasaran hasil-hasil pertaniannya maupun yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari. Selain merupakan usaha, bagi si petani pertanian sudah merupakan bagian dari hidupnya bahkan suatu cara hidup, sehingga tidak hanya aspek ekonomi saja tetapi aspek sosial dan kebudayaan, aspek kepercayaan dan keagamaan serta aspek-aspek tradisi semuanya memegang peran penting dalam tindakan-tindakan petani. Namun demikian dari segi ekonomi pertanian berhasil tidaknya produksi petani dan tingkat harga yang diterima oleh petani untuk hasil produksinya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi prilaku dan kehidupan petani (Mubyarto, 1984).

(6)

Petani atau pelaku ekonomi lain pasti bekerja berdasarkan ekspektasi untuk memperoleh tambahan pendapatan yang lebih tinggi. Apabila ekspetasi positif ini tidak terpenuhi, sulit bagi siapapun untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian (Arifin, 2013).

Rendahnya kualitas sumberdaya petani merupakan salah satu sebab utama rendahnya produktivitas petani di Indonesia. Kondisi rendahnya mutu sumberdaya manusia tersebut lebih memprihatinkan lagi jika melihat usia para petani. Umur rata-rata petani Indonesia yang cenderung tua sangat berpengaruh terhadap produktivitas pertanian Indonesia. Petani yang berusia tua biasanya cenderung sangat konservatif dalam menyikapi perubahan atau inovasi teknologi (Soetrisno,2002).

Umur dan tingkat pendidikan berpengaruh bagi petani dalam mengambil keputusan. Umur muda dan tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan petani lebih dinamis dan lebih dapat menerima inovasi baru. Dengan kondisi tersebut petani mampu mengelola usahatani seoptimal mungkin dengan curahan tenaga fisik yang tersedia (e-journal universitas udayana).

Pendidikan dinilai sebagai sarana meningkatkan pengetahuan tentang teknologi pertanian yang baru, karena pendidikan merupakan sarana belajar dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju praktek pertanian modern. Pengalaman seseorang dalam berusaha tani juga dalam menerima inovasi dari luar (Fauzia & Tampubolon, 1991)

(7)

Keterbatasan teknologi modern dan rendahnya pendidikan petani membuat pola produksi pertanian yang diterapkan sangat sederhana sehingga tidak menghasilkan produksi yang optimal ( Tambunan, 2003).

Rendahnya mutu tenaga kerja tidak hanya mengakibatkan rendahnya produktivitas kerja dan penghasilan, tapi juga menyulitkan usaha pemanfaatan sumber daya alam yang melimpah (Soeharsono, 1989).

Aspek kelembagaan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertanian dan pembangunan pertanian yaitu administrasi pemerintahan, pendidikan dan penyuluhan, kegiatan gotong royong dan lain-lain faktor sosial budaya yang mempunyai pengaruh dalam pembangunan pertanian (Mubyarto, 1984).

Pengembangan sumber daya manusia dalam arti peningkatan kualitas manusia, pada dasarnya harus merupakan suatu rangkaian proses berlanjut dari pendidikan, latihan dan pengembangan yang disesuaikan dengan tuntutan kemajuan ilmu dan teknologi maupun tuntutan pembangunan (Soeharsono, 1989).

Pendidikan dinilai sebagai sarana meningkatkan pengetahuan tentang teknologi pertanian yang baru, karena pendidikan merupakan sarana belajar dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju pertanian yang modern (Mosher, 1981).

Latar belakang sosial ekonomi dan budaya sangat mempengaruhi cepat atau lambatnya suatu inovasi dapat diterima oleh petani. Beberapa faktor yang penting yang mempengaruhi penerapan inovasi adalah sebagai berikut : umur, pendidikan,

(8)

keberanian mengambil resiko, pola hubungan masyarakat dengan dunia luar dan sikap terhadap perubahan (Mosher, 1981).

Penyuluhan yang merupakan pendidikan non formal. Tujuan dasar penyuluhan adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat sasaran penyuluhan. Penyuluhan adalah merupakan penghubung saluran atau jembatan antara lembaga-lembaga penelitian dengan masyarakat sasaran penyuluhan (Ginting, 2013).

Dalam penelitian ini yang di ukur adalah sikap petani dalam menentukan luas tanam usahatani bawang merah. Yang diukur adalah faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi petani dalam menetukan luas tanam usahatai bawang merah.

Teori Sikap

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan sedangkan sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada obyek tersebut. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 2005).

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement) sikap. Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang hingga kini dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu yang disebut sebagai

(9)

skala sikap. Metode rating yang dijumlahkan populer dengan nama penskalaan model Likert yaitu merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan ditribusi respons sebagai dasar penentuan skalanya (Azwar, 2005).

Skala Likert

Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang terhadap suatu kejadian atau keadaan sosial, dimana faktor yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator faktor kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item pernyataan.

Skala likert memiliki dua bentuk pernyataan, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Pernyataan positif diberi skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju, skor 2 untuk tidak setuju, skor 3 untuk jawaban netral, skor 4 untuk jawaban setuju dan skor 5 untuk jawaban sangat setuju. Sementara itu, pernyataan yang negatif diberi skor 5 untuk jawaban sangat tidak setuju, skor 4 untuk tidak setuju, skor 3 untuk jawaban netral, skor 2 untuk jawaban setuju dan skor 1.

Kelebihan skala likert dibandingkan dengan model skala sikap lainya adalah (1)skala Likert mudah dibuat dan diterapkan, (2)terdapat kebebasan dalam membuat pernyataan selama pernyataan masih sesuai dengan konteks permasalahan dan indikator, serta (3)mampu memperjelas item pernyataan karena jawaban berupa alternatif (permasalahan) (Umar, 2007).

(10)

Analisis Jalur

Teknik analisis ini akan digunakan dalam menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang ditunjukan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar faktor X1, X2, X3 yerhadap Y serta dampaknya kepada Z. Analisis korelasi dan regresi yang merupakan dasar dari perhitungan koefisien jalur. Kemudian, dalam perhitungan jasa komputer dengan menggunakan program SPSS for Windows (Suwarno, 2007).

Asumsi-asumsi path analisis antara lain sebagai berikut:

1. Hubungan diantara faktor bersifat linear dan adaptif (mudah menyesuaikan diri)

2. Data yang digunakan berdistribusi normal.

3. Adanya keadaan dimana anak panah mempunyai hubungan satu arah dan tidak boleh terjadi pemuratan kembali.

4. Faktor terikat (endogenus) setidaknya/minimal dalam ukuran interval dan ratio.

5. Mengunakan simple probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Kerangka Pemikiran

Dalam melaksanakan usahatani bawang merah, petani dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam menentukan luas tanam usahatani bawang merah. Adapun faktor yang menjadi pertimbangan petani dalam menentukan luas tanam usahatani bawang merah adalah faktor sosial dan faktor ekonomi.

(11)

Faktor sosial yang dimaksud adalah faktor umur, pendidikan formal, penyuluhan dan inovasi teknologi budidaya yang dikuasai petani. Keempat faktor sosial yaitu umur, pendidikan formal, penyuluhan dan inovasi teknologi budidaya yang dimiliki petani berpengaruh langsung secara simultan maupun secara parsial terhadap keputusan petani untuk menentukan luas tanam usahatani bawang merah yang akan diusahakan. Selanjutnya, faktor umur, pendidikan formal dan penyuluhan secara simultan maupun secara parsial berpengaruh terhadap inovasi teknologi budidaya dan secara tidak langsung melalui inovasi teknologi budidaya yang dikuasai petani berpengaruh terhadap sikap petani untuk menentukan luas tanam bawang merah.

Faktor ekonomi yang mempengaruhi petani dalam menentukan luas tanam untuk usahatani bawang merah adalah faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang merah, dan keuntungan usahatani. Faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang merah, dan keuntungan usahatani bawang merah berpengaruh secara simultan maupun secara parsial terhadap keeputusan petani untuk menentukan luas tanam bawang merah. Selanjutnya, faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida dan upah tenaga kerja luar keluarga secara simultan maupun secara parsial berpengaruh secara tidak langsung terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah melalui modal usaha.

(12)

Secara singkat dapat dibuat model kerangka pemikiran sebagai berikut:

Keterangan :

Pengaruh

Gambar 1. Model kerangka pemikiran UMUR PENDIDIKAN FORMAL PENYULUHAN HARGA BAWANG MERAH INOVASI TEKNOLOGI MODAL USAHA HARGA BIBIT HARGA PUPUK HARGA PERTISIDA UPAH TKLK KETERSEDIAAN LAHAN KEUNTUNGAN USAHA LUAS TANAM

(13)

Hipotesis penelitian

1. Faktor sosial (umur, pendidikan formal, penyuluhan, dan inovasi teknologi budidaya), secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah.

2. Faktor umur, pendidikan formal dan penyuluhan, secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap faktor inovasi teknologi budidaya bawang merah.

3. Faktor ekonomi (harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenagakerja, modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang merah, dan keuntungan usaha) secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah.

4. Faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida dan upah tenaga kerja, secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap faktor modal usaha.

Gambar

Gambar  1. Model kerangka  pemikiran UMUR PENDIDIKAN FORMAL PENYULUHAN HARGA BAWANG MERAH  INOVASI  TEKNOLOGI MODAL USAHA HARGA BIBIT HARGA PUPUK HARGA PERTISIDA UPAH TKLK KETERSEDIAAN LAHAN KEUNTUNGAN USAHA  LUAS TANAM

Referensi

Dokumen terkait

Titik akhir titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan membuat kurva titrasi antara potensial larutan dengan volume titrant, atau dapat juga

Ekstraksi minyak ikan dengan suhu yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap rendemen, kadar air, bilangan iod, angka asam lemak bebas, bilangan

Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 mengalami krisis yang berkepanjangan, salah satunya penyebabnya adalah lemahnya penerapan Good Corporate Governance

Pelupusan produk ini, larutan dan sebarang produk sampingan perlulah pada setiap masa mematuhi keperluan perlindungan alam sekitar dan perundangan pelupusan sisa dan

Kalimat yang terdapat dalam teks iklan kosmetik di atas yaitu menggunakan kalimat yang mementingkan produk (Vitalis), sedangkan berdasarkan pilihan katanya termasuk

Dalam kenyataannya urusan dan tanggung jawab roda Pemerintah Kota Tarakan setiap tahunnya terus meningkat baik dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan

BIL NEGERI DAERAH PPD KOD SEKOLAH NAMA SEKOLAH ALAMAT LOKASI BANDAR POSKOD LOKASI NO... BIL NEGERI DAERAH PPD KOD SEKOLAH NAMA SEKOLAH ALAMAT LOKASI BANDAR POSKOD

Wati Aris (2010:8) mengungkapkan bahwa Independensi dan Kompetensi Auditor Internal berpengaruh terhadap Kualitas Pelaksanaan Pelayanan yang berarti sesuai dengan Standards