• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASKEP KEPUTUSASAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASKEP KEPUTUSASAAN"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

KEPERAWATAN JIWA

(ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

KEPUTUSASAAN)

OLEH

NAMA : A.SURYA ABDI STB : 14220100355

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Keputusasaan mengggambarkan individu yang tidak melihat adanya

kemungkinan untuk memperbaiki hidupnya dan bersih keras mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat membantunya.

Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan , orang yang putus asa tidak melihat adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak menemukan cara untuk mencapai apa yang diinginkannya. Sebalikkya orang yang tidak berdaya masih dapat menemukan alternatif atau untuk masalah tersebut, tetapi tidak mampu melakukan sesuatu untuk mewujudkannya karena kurangnya kontrol dan sumber yang tersedia.

Perasaan tidak berdaya yang tidak kunjung hilang dapat menimbulkan keputusasaan. Keputusasaan biasanya terkait dengan duka cita, depresi, dan keinginan untuk bunuh diri. Untuk individu dengan resiko bunuh diri perawat juga harus menngunakan resiko bunuh diri.

Setiap orang pernah mengalami keputusasaan dalam hidupnya. Hal ini muncul dalam berbagai bentuk dan merupakan sejenis perasaan yang lebih sering dan lebih umum dirasakan daripada dilaporkan.

Keputusasaan sering terlihat pada mereka yang cenderung kaku dan tidak fleksibel baik dalam pikiran , perasaan maupun perilaku.

Keputusasaan adalah keadaan dimana seseorang atau individu tidak mampu memandang kehidupan ke arah yang lebih baik dan cenderung putusasa akan segala kemampuannya, dan kebanyakan Ungkapan klien mengarah ke situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa.

Dari semua cobaan dan kesulitan yang kita alami di dalam hidup, mungkin yang paling berbahaya ialah keputusasaan. Terkadang pengalaman keputusasaan ini dinamakan malam yang gelap dalam jiwa kita. Bila mengalami keputusasaan kita seperti merasa bahwa semua jenis terang sirnah dan pergi, lalu kita sendiri sedang berdiri di dalam kegelapan. Barangkali dapat menjadi satu penghiburan kecil kalau masing-masing dari kita menyadari dan mengakui bahwa setiap orang mengalami keputusasaan pada waktu dan tempat tertentu di dalam hidup, tanpa kecuali.

(3)

B. Tujuan

Tujuan umum :

Mahasiswa keperawatan mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan konsep keputusasaan.

Tujuan khusus :

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian keputusasaan. 2. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab keputusasaan.

3. Mahasiswa mampu menyebutkan tanda dan gejala yang ada pada pasien dengan keputusasaan

4. Mahasiswa mampu menyebutkan penatalaksanaan medis pada pasien dengan konsep keputusasaan.

5. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan konsep keputusasaan.

(4)

BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi

Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilhan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energy yang dimilikinya (NANDA, 2005).

Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika individu merasa bahwa kehidupannya terlalu berat untuk dijalani ( dengan kata lain mustahil ). Seseorang yang tidak memiliki harapan tidak melihat adanya kemungkinan untuk memperbaiki kehidupannya dan tidak menemukan solusi untuk permasalahannya, dan ia percaya bahwa baik dirinya atau siapapun tidak akan bisa membantunya.

Keputusasaan berkaitan dengan kehilangan harapan, ketidakmampuan , keraguan .duka cita , apati , kesedihan , depresi , dan bunuh diri. ( Cotton dan Range, 1996 )

Menurut (Pharris, Resnick ,dan ABlum, 1997),mengemukakan bahwa keputusasaan merupakan kondisi yang dapat menguras energi.

Keputusasaan merupakan status emosional yang berkepanjangan dan bersifat subyektif yang muncul saat individu tidak melihat adanya alternatif lain atau pilihan pribadi untuk mengatasi masalah yang muncul atau untuk mencapai apa yang diiginkan serta tidak dapat mengerahkan energinya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan . (carpenito, 563).

B. Faktor penyebab

Beberapa faktor penyebab orang mengalami keputusasaan yaitu : a. Faktor kehilangan

b. Kegagalan yang terus menerus c. Faktor Lingkungan

d. Orang terdekat ( keluarga )

e. Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa) f. Adanya tekanan hidup

(5)

C. Tanda dan gejala

a. Mayor ( harus ada)

Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis yang mendalam , berlebihan, dan berkepanjangan dalam merespon situasi yang dirasakan sebagai hal yang mustahil isyarat verbal tentang kesedihan.

1) Fisiologis :

 respon terhadap stimulus melambat

 tidak ada energi

 tidur bertambah 2) emosional :

 individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan perasaannya tapi dapat merasakan

 tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan pertolongan tuhan

 tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup

 hampa dan letih

 perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa

 tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap. 3) Individu memperlihatkan :

 Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan

 Penurunan verbalisasi

 Penurunan afek

 Kurangnya ambisi,inisiatif,serta minat.

 Ketidakmampuan mencapai sesuatu

 Hubungan interpersonal yang terganggu

 Proses pikir yang lambat

 Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan kehidupannya sendiri.

4) Kognitif :

 Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan membuat keputusan

 Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan masalah yang dihadapi saat ini

(6)

 Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir

 Kaku ( memikirkan semuanya atau tidak sama sekali )

 Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap

 Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan yang ditetapkan

 Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat keputusan

 Tidak dapat mengenali sumber harapan

 Adanya pikiran untuk membunuh diri. b. Minor ( mungkin ada )

1. Fisiologis

Anoreksia

BB menurun

2. Emosional

Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain

Merasa berada diujung tanduk

Tegang

Muak ( merasa ia tidak bisa)

 Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia jalani

Rapuh

3. Individu memperlihatkan

 Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan dari pembicara Penurunan motivasi Keluh kesah Kemunduran Sikap pasrah Depresi

(7)

4. Kognitif

Penuruna kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima

 Hilangnya persepsi waktu tentang mas lalu , masa sekarang , masa datang

 Bingung

 Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif

 Distorsi proses pikir dan asosiasi

 Penilaian yang tidak logis

D. Penatalaksaan medis a. Psikofarmaka

Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguan keputusasaan.

b. Psikoterapi

adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya.

Psikoterapi Re-eduktif dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu, psikoterapi rekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit, psikologi kognitif, dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai- nilai moral etika. Mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak, dsbnya.

(8)

Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang terganggu menjadi perilaku yang mampu menyesuaikan diri, psikoterapi keluarga dimaksudkan untuk memulihkan penderita dan keluarganya.

c. Terapi Psikososial

Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka.

d. Terapi Psikoreligius

Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan jiwa. Dari penelitian didapatkan kenyataan secara umum komitmen agama berhubungan dengan manfaatnya di bidang klinik. Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb.

e. Rehabilitasi

Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain; terapi kelompok, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok tanam, rekreasi, dsbnya. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluargadan ke masyarakat.

(9)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus terkait

Ny. D usia 30 tahun datang ke RSJ RESPATI pada tanggal 19 november 2011, dengan wajah pasien tampak pucat, penampilan tampak lusuh dan tidak terawat, saat ditanya pasien hanya diam dengan tatapan kosong. keluarga yang mengantarkan mengatakan bahwa sudah satu bulan lebih sejak pasien ditinggal oleh tunangannya pergi dengan wanita lain,pasien hanya mengurung diri dikamar, tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan terlebih dengan keluarga. keluarga juga mengatakan bahwa sebelumnya pasien pernah gagal dalam berumah tangga (bercerai) sekitar 1 tahun yang lalu dengan alasan yang sama,dan sejak gagal untuk yang ke-2 kalinya pasien putus asa dan tidak mau mengenal laki – laki lagi,pasien juga pernah mencoba untuk mengakhiri hidupnya.saat dilakukan pengkajian oleh perawat didapatkan hasil TB =160 cm, BB =58 kg

Pengkajian

Nama Perawat : Perawat 5 Tanggal Pengkajian : 19 november Jam Pengkajian : 14.00 Biodata : Pasien Nama :Ny.D No.Register :098765 Agama : islam Pendidikan : Smu Status Pernikahan : Bercerai Umur : 30 thn

(10)

Alamat : Nologaten 23 A

Diagnosa Medis : Isos, RBD,Defisit perawatan diri

Penanggung Jawab

Nama : Murtiyah

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pedagang

Status Pernikahan : Menikah

Alamat : Nologaten

Hubungan dengan pasien : Kakak pasien

1. Keluhan utama :

1. Alasan Masuk :

Pasien dibawa ke rumah sakit karena pasien selalu mengurung diri di kamar, tidak mau bersosialisasi dan ada keinginan untuk mengakhiri hidupnya.

2. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

a. Faktor predisposisi : pasien merupakan orang yang tertutup

b. Faktor presipitasi :pasien putus asa dengna keadaannya yang selalu mengalami kegagalan dalam menjalin suatu hubungan

3. Fisik

Kepala : rambut pasien kusut, kulit kepala kotor tidak terdapat lesi, tidak tampak hematom, tidak terdapat nyeri tekan.

Mata : mata pasien tidak konjungtivitis, sayu, tidak terdapat edema, terdapat lingkaran hitam di kelopak mata bawah.

Hidung : simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada gangguan penciuman

(11)

Mulut : mukosa bibir klien kering, tidak terdapat stomatitis, gigi pasien kurang bersih Ekstremitas atas ka/ki : tonus otot kuat

4. Psikososial

Saat dirumah pasien banyak tinggal di rumah,hanya mengurung diri dikamar, jarang melakukan aktivitas di luar rumah, bahkan pasien malas bekerja.

5. Genogram

Keterangan :

: Perempuan. : Laki – laki. : Garis keturunan.

: Tinggal dalam satu rumah. : Hubungan pernikahan. : pasien 30 tahun x : Meninggal

Klien berusia 30 tahun, klien tinggal satu rumah dengan ayah dan ibunya.

(12)

6. Konsep diri

a. Gambaran diri atau citra tubuh:pasien memandang dirinya adalah seorang wanita yang kurang beruntung

b. Identitas diri :pasien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang wanita c. Peran diri : pasien mengatakan bahwa dirinya dulunya adalah seorang istri d. Ideal diri : pasien mengatakan bahwa lebih baik dia tidak mengenal laki-laki lagi e. Harga diri : Pasien mengatakan dirinya tidak berguna lagi,dan putus asa.

7. Hubungan sosial

Sebelum bercerai dan dibawa ke rumah sakit pasien adalah sosok yang tidak mudah putus asa, pasien adalah seorang istri yang sangat menyayangi keluarganya, pasien menganggap keluarganya sangat berarti baginya. Hubungan sosial pasien dengan lingkungannya sangat baik, tetapi setelah ditinggal oleh tunanganya untuk yang ke 2 kalinya pasien merasa seperti sendiri sehingga hanya mengurung diri dikamar.

8. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan : pasien menganut agama Islam.

b. Kegiatan ibadah : dulu pasien merupakan sosok yang rajin beribadah

9. Status Mental

a. Penampilan : Penampilan pasien kuang rapi, tidak terurus, tampak lelah dan putus asa

b. Pembicaraan : pasien sering tidak focus dan melamun dengan tatapan kosong

10. Aktivitas motorik

a. Hipomotorik :pasien terlihat diam tidak banyak melakukan aktivitas

b. Hipermotorik : Tidak ada aktivitas hipermotorik yang dilakukan oleh pasien c. TIK : Tidak nampak TIK pada diri pasien

d. Agitasi : pasien nampak benci dan marah karena kegagalannya dalam menjalin suatu hubungan.

e. Grimaseren : Pasien tidak menunjukkan gerakan-gerakan yang tidak disadari olehnya.

(13)

f. Tremor : pasien tidak menunjukkan adanya tremor

g. Kompulsif : pasien tidak menunjukkan kompulsif yang dilakukan

11. Alam perasaan : Pasien mengatakan sering gelisah memikikan kegagalan dalam menjalin suatu hubungan, bingung dan selalu memikirkan masa lalu yang pernah di alaminya.

12. Afek

Pasien menunjukkan ekspresi yang sesuai

13. Interaksi selama wawancara : Selama dilakukan wawancara pasien terlihat banyak melamun dan kurang memperhatikan. pasien sering diam dengan tatapan kosong apabila ditanya tentang masalahnya.

14. Persepsi : pasien merasa bahwa kejadian yang menimpa dirinya merupakan kesalahan dirinya.

15. Proses pikir

Saat dilakukan pengkajian pasien berbicara sesuai dengan parasaannya dan apa yang dirasakannya.

a. Isi pikir

1) Obsesi : tidak tampak adanya keinginan yang diulang-ulang oleh pasien 2) Phobia : pasien merasa takut akan gagal dalam suatu hubungan sehingga

pasien merasa putus asa

3) Waham : pasien tidak mengalami waham. 16. Tingkat kesadaran dan orientasi

a. Kesadaran pasien : kesadaran pasien composmetis

b. Orientasi terhadap waktu, tempat, orang : orientasi pasien baik terhadap waktu, tempat dan orang

17. Memori

Pasien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, jangka pendek dan saat ini

18. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Saat dilakukan pengkajian klien kurang konsentrasi.

19. Daya tilik diri : pasien melihat dirinya adalah orang yang belum beruntung sehingga selalu gagal dalam suatu hubungan

(14)

21. Program terapi obat yang diberikan : pasien diberikan obat-obat penenang ( diazepam 2mg 3x24 jam,anti depresan,halopenidol dll)

B. Analisa data

ANALISA DATA

No. Data fokus Diagnosa

1. Ds : keluarga yang mengantarkan mengatakan

bahwa pasien pernah mencoba untuk mengakhiri hidupnya

Do. : saat dilakukan wawancara pasien hanya diam dengan tatapan kosong

RBD

2. Ds :keluarga mengatakan pasien hanya mengurung

diri di kamar,tidak mau berinteraksi dengan lingkungan terlebih dengan keluarga

Do : pasien tampak menarik diri dari perawat dan

orang-orang yang berusaha mendekati pasien

Isolasi sosial

3. Ds : -

Do : wajah pasien tampak pucat,penampilan

tampak lusuh dan tidak terawat

Defisit parawatan diri

(15)

RENCANA KEPERAWATAN Tanggal/

jam

Diagnosa Tindakan Rasionalisasi

28/11/2010 Isolasi sosial Sp 1 pasien

1. mengidentifikasi penyebab isolasi sosial dengan pasien

2. diskusikan dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain

3.diskusikan dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain

4.mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang

5.menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian

Sp 2 pasien

1. megevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. memberikan kesempatan pada pasien untuk mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang 3. membantu pasien memasukkan

kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu

kegiatan harian

Sp 3 pasien

1. mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. memberikan kesempatan pada pasien mempraktekkan cara

Sp 1 pasien

1. Mengetahui penyebab terjadinya isos

2. Agar pasien mau membuka diri dengan lingkungan dan orang-orang disekitar pasien

3. Agar pasien tidak merasa sendiri

4. Mempermudah pasien untuk komunikasi dengan lingkungan sekitar 5. Membantu pasien

memesukkan jadwal ke dalam kegiatan harian

Sp 2 pasien

1. mengetahui apakah apsien sudah melakukan apa yang diajarkan oleh perawat

2. mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam berinteraksi dengan sekitar

3. agar pasien memasukkan kegiatan yang diajarkan dalm jadwal kegiatan harian.

Sp 3 pasien

1. mengetahui sejauh mana kemampuan pasien

(16)

berkenalan dengan 2 orang atau lebih

3. menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian

Sp 1 keluarga

1. mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2. menjelaskan pengertian, tanda dan gejala

3. menjelaskan cara merawat pasien isos.

Sp 2 keluarga

1. melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isos 2. melatih keluarga cara merawat

langsung pasien isos

Sp 3 keluarga

1. membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat

2. menjelaskan follow up pasien setelah pulang 1. berkomunikasi dengan sekitarnya 2. mempermudah pasien berinteraksi dengan orang lain

3. Agar pasien memasukkan kegitan yang diajarkan dalm kegiatan harian

Sp 1 keluarga

1. untuk mengetahui masalah yang dirasakan keluarga saat merawat pasien 2. membantu keluarga dalam

memahami tanda dan gejala

3. untuk mengetahui cara merawat pasien dengan isos

sp 2 keluarga

1. agar keluarga dapat melakukan dengan benar perawatan pada psien dengan isos

2.agar keluarga pasien terbiasa dan terlatih dalam merawat keluarganya.

Sp 3 keluarga

1. agar keluarga pasien dapat memberi obat dengan tepat pada pasien

2. agar keluarga pasien mengingat apa yang perlu dilakukan kepada pasien

(17)

29/11/2010 RBD Sp 1 pasien

1. mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien 2. mengamankan benda-benda yang

dapat membahayakan pasien 3. mengajarkan cara mengendalikan

dorongan bunuh diri

4. melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri

Sp 2 pasien

1. mengendalikan aspek positif pasien 2. mendorong pasien untuk berfikir

positif terhadap diri

3. mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga

Sp 3 pasien

1. mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien

2. menilai pola koping yang biasa dilakukan

3. mengidentifikasi pola koping yang konstruktif

4. mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif

5. menganjurkan pasien menerapkan pola koping yang konstruktif dalam kegiatan harian pasien

Sp 4 pasien

1. membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien

2. mengidentifikasi cara mencapai masa depan yang realistis 3. memberi dorongan pasien

Sp 1 pasien 1. mengetahui benda-benda yang dapat membahayakan pasien 2. menjauhkan benda-benda yang dapat membahayakan pasien 3. membantu pasien dalam

mengendalikan dorongan untuk bunuh diri

4. membantu pasien dalam mengendalikan keinginan untuk bunuh diri

sp 2 pasien

1. membantu pasien mengasah kemampuan positif yang dimilikinya 2. untuk membantu pasien

agar menghilangkan pikiran untuk bunuh diri 3. membantu pasien cara

menghargai diri sendiri

sp 3 pasien

1. mengetahui pola koping yang bisa diterapkan pada pasien

2. menilai sejauh mana pola koping yang dimiliki pasien

3. mengetahui pola kiping ya ng konstruktif

4. membantu pasien dalam memilih pola koping yang

(18)

melakukan kegitan dalam rangka meraih masa depan yang realistis

Sp 1 keluarga

1. mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2. menjelaskan pengartian, tanda dan gejala resiko bunuh diri dan jenis perilaku bunuh diri serta proses terjadinya pada pasien

3. menjalaskan cara merawat pasien dengan resiko bunuh diri

sp 2 keluarga

1. melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan resiko bunuh diri

2. melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada pasien dengan resiko bunuh diri

Sp 3 keluarga

1. membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat

2. mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau oleh keluarga

konstruktif

5. agar pasien mamasukkan kegiatanyang diajarkan dalam kegiatan harian

sp 4 pasien

1. membantu pasien membuat rencana masa depan yang realistis 2. mengetahui cara mencapai

masa depan yang realistis 3. mendukung pasien untuk

meraih masa depan yang realistis

sp 1 keluarga

1. agar perawat mengetahui masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2. membantu keluarga dalm mengenali tanda dan gejala serta proses terjadinya RBD

3. memantu keluarga pasien cara merawat pasien dengan resiko bunuh diri

sp 2 keluarga

1. agar keluarga pasien dapat melakukan perawatan pada pasien secara benar 2. agar keluarga pasien

terbiasa dan terlatih merawat keluarganya dengan RBD

(19)

sp 3 keluarga

1. agar keluarga pasien dapat memberi obat dengan tepat dan benar pada pasien

2. mempermudah keluarga dalam mencari rujukan yang tepat pada pasien 30/112010 Defisit

perawatan diri

Sp 1 pasien

1. menjelaskan pentingnya kebersihan diri

2. menjelaskan cara menjaga kebersihan diri

3. membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri 4. menganjurkan pasien memasukkan

dalam dalam jadwal kegiatan harian

Sp 2 pasien

1. mengavaluasi jadwal harian pasien 2. menjelaskan cara makan yang baik 3. membantu pasien mempraktekkan

cara makan yang baik

4. menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Sp 3 pasien

1. mengevaluasi jadwal harian pasien 2. menjelaskan cara eliminasi yang

baik

3. membantu pasien mempraktikkan cara eliminasi yang baik

4. menganjurkan pasien memasukkan jadwal dalam kegitan harian

Sp 4 pasien

Sp 1 pasien

1. mengetahui pentingnya kebersihan diri

2. Mengetahui cara menjaga kebersihan diri

3. Agar pasien mengetahui cara menjaga kebersihan diri

4. Membantu pasien memasukkan dalam jadwal harian

Sp 2 pasien

1. untuk mengetahui apakah pasien sudah melakukan apa yang sudah diajarkan oleh perawat

2. mengetahui cara makan yang baik

3. membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik

4. agar pasien memasukkan kegitan yang diajarkan oleh perawat dalam kegiatan harian

(20)

1. mengevaluasi jadwal harian pasien 2. menjelaskan cara berdandan yang

baik

3. membantu pasien mempraktekkan cara berdandan yang baik

4. menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Sp 1 keluarga

1. mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2. menjelaskan pengertian, tanda dan gejala,dan jenis defisit parawatan diri

3. menjelaskan cara merawat pasien dengan DPD

sp 2 keluarga

1. melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan DPD 2. melatih keluarga melakukan cara

merawat langsung pasien dengan DPD

Sp 3 keluarga

1. membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat

2. menjelaskan follow up pasien setelah pulang

sp 3 pasien

1. mengetahui sejauh mana pasien memahami apa yang diajarkan perawat 2. mengetahui cara eliminasi

yang baik

3. agar pasien tahu cara eliminasi yang baik 4. agar pasien memasukkan

kegiatan yang diajarkan perawat dalam kegiatan harian

sp 4 pasien

1. mengetahui sejauh mana pemahaman pasien tentang apa yang diajarkan oleh perawat 2. mengetahui cara

berdandan yang baik 3. agar pasien tahu cara berdandan yang baik 4. agar pasien memasukkan

kegiatan yang diajarkan perawat dalam kegiatan harian

sp 1 keluarga

1. mengetahui masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2. membantu keluarga dalam mengenali tanda dan gejala DPD

(21)

pasien cara merawat pasien

sp 2 keluarga

1. agar keluarga dapt melakukan dengan benar cara merawat pasien 2. agar keluarga terbiasa dan

terlatih merawat keluarganya.

Sp 3 keluarga

1. agar keluarga dapat memberi obat dengan tepat dan benar 2. agar keluarga dapat

mengingat apa yang perlu dilakukan pada pasien.

(22)

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : ny. D No.RM :098765

Umur :30 thn Ruang :cempaka

Tgl Waktu Implementasi Evaluasi Perawat

1/12/ 2011

09.00 Sp 1 pasien

1. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien

O : keluarga pasien

mengetahui benda-benda yang dapat membahayakan pasien S : Keluarga mengatakan sudah menjauhkan benda-benda yang dapat

membahayakan pasien 2. Mengamankan benda-benda

yang dapat membahayakan pasien

S : keluarga mengetahui benda-benda yang dapat membahaykan pasien O : keluarga menjauhkan benda-benda yang dapt membahayakan pasien 3. mengajarkan cara

mengendalikan dorongan bunuh diri

S :-

O : pasien tampak bisa mengendalikan dorongan bunuh dirinya

4. melatih cara mengendalikan

S :-

O : pasien tampak mulai bisa mengendalikan keinginan bunuh dirinya

A : tujuan tercapai P :intervensi dihentikan

(23)

dorongan bunuh diri RS : -

RO : pasien tampak bisa mengendalikan keinginan bunuh diri

Sp 2 pasien

1. mengendalikan aspek positif pasien

RS :-

RO : pasien tampak punya semangat

2. mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri RS :-

RO :pasien tampak bisa berfikir positif trehadap dirinya

3. mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga S : -

O : Pasien tampak bisa menghargai diri sendiri

Sp 3 pasien

1. mengidentifikasi pola koping yang bisa diterapkan pasien S : -

O : Pasien dapat menerapkan pola koping yang positif 2. menilai pola koping yang bisa

dilakukan S : -

(24)

koping yang bisa dilakukannya 3. mengidentifikasi pola koping

yang konstruktif S : -

O: pasien terlihat dapat mengidentifikasi pola koping yang konstruktif

4. mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif S : -

O : pasien dapat memilih pola koping yang konstruktif 5. menganjurkan pasien

menerapkan pola koping yang konstruktif dalam kegiatan harian pasien

S :-

O : Pasien dapat menerapkan pola koping yang konstruktif ke dalam kegiatan harian

Sp 4 pasien

1. membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien S : -

O : pasien dapat membuat rencana masa depan yang realitis

2. mengidentifikasi cara mencapai masa depan yang realistis

S : -

O : Pasien dapat mengidentifikasi cara

(25)

mencapai masa depan yang realitis

3. memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang realistis

S :-

O : pasien terlihat terdorong untuk meraih masa depannya.

(26)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energy yang dimilikinya (NANDA, 2005).

Keputusasaan mengggambarkan individu yang tidak melihat adanya kemungkinan untuk memperbaiki hidupnya dan bersih keras mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat membantunya.

Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan , orang yang putus asa tidak melihat adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak menemukan cara untuk mencapai apa yang diinginkannya. Sebalikkya orang yang tidak berdaya masih dapat menemukan alternatif atau untuk masalah tersebut, tetapi tidak mampu melakukan sesuatu untuk mewujudkannya karena kurangnya kontrol dan sumber yang tersedia.

B. Saran

1. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara komprehensif, tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh yang meliputi biopsikososialkultural.

2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari berbagai referensi tentang Asuhan keperawatan Pada pasien dengan keputusasaan. 3. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas

perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk mengatasi masalah pada pasien dengan keputusasaan.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Lynda Juall Carpenito, DIAGNOSIS KEPERAWATAN Aplikasi Pada Praktik klinis ed. 9, buku kedokteran EGC, Jakarta

NANDA NIC-NOC

Gex Ira, SEMINAR JIWA 1 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Keputusasaan, id.scribd.com

Referensi

Dokumen terkait

Faktor presipitasi merupakan faktor pencetus yang meliputi sikap persepsi merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal,

Seorang laki laki, berusia 45 tahun, dibawa oleh keluarganya ke Rumah Sakit karena merasa takut, kadang kadang seperti melihat keranda mayat didepannya, kadang

Pasien datang ke UGD Rumah Sakit Roemani Semarang dengan fraktur femur dextra 1/3 distal karena pasien mengalami kecelakaan motor, sebelum dibawa ke Rumah Sakit Roemani Semarang, 3

Stres merupakan perasaan yang paling umum dialami oleh pasien yang dirawat di rumah sakit maupun keluarganya, apalagi sakitnya karena salah satu anggota

Rumah Sakit telah menetapkan proses untuk mengatur obat - obatan yang dibawa oleh pasien/ keluarga pasien ke rumah sakit secara aman.. Pasien diperbolehkan

Pengkajian dapat dilakukan ditempat yang dipersiapkan oleh perawat bagi pasien dan anggota keluarganya, misalnya di rumah pasien, di klinik, di ruangan rumah sakit,

Mengkaji citra tubuh berisi persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai tidak disukai, biasanya klien mudah kecewa, putus asa dan menutup diri. Identitas

1 HPK1: Rumah sakit bertanggung jawab untuk memberikan proses yang mendukung hak pasien dan keluarganya selama dalam pelayanan.. 2 HPK2: Rumah sakit mendukung hak pasien dan