• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN e ISSN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN e ISSN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

AGRIEKONOMIKA

JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

ISSN 2301-9948

e ISSN 2407-6260

VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2015

AGRIEKONOMIKA, terbit dua kali dalam setahun yaitu pada April dan Oktober yang memuat naskah hasil pemikiran dan hasil penelitian bidang sosial, ekonomi dan kebijakan pertanian dalam arti umum.

Editor in Chief Ihsannudin, MP

Editor Board

Dr. Elys Fauziyah UTM Hadi Paramu, Ph.D Unej

Dr. Andri K. Sunyigono UTM Dr. Joni Murti Mulyo Aji Unej

Slamet Widodo, M.Si UTM Dr. Amzul Rifin IPB

Dr. Teti Sugiarti UTM Dr. Mohammad Arief UTM

Suadi, Ph.D UGM Subejo, Ph.D UGM

Lay Out Taufik R.D.A Nugroho

Umar Khasan Pelaksana Tata Usaha

Umar Khasan Miellyza Kusuma Putri

Mitra Bestari Agnes Quartina Pudjiastuti Universitas Tribuana

Tunggadewi Malang

Gema W. Mukti Unpad Apri Kuntariningsih Pemerhati Sosiologis

Pembangunan Pedesaan

Harisuddin UNS

Watermin Univ. Muhammadiyah

Purwokerto

Jauhari Lolit Sapi Grati

Ernoiz Antriandarti UNS S. Rusdiana Balitnak

I Ketut Arnawa Univ. Mahasaraswati Denpasar

Dedi Irwandi BPTP KALTENG Alamat Redaksi

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang 02 Kamal Bangkalan Telp. (031) 3013234 Fax. (031) 3011506 Surat elektronik: agriekonomika@gmail.com Laman: http://journal.trunojoyo.ac.id/agriekonomika

AGRIEKONOMIKA diterbitkan sejak April 2012 oleh Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura.

Redaksi mengundang segenap penulis untuk mengirim naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media maupun lembaga lain. Pedoman penulisan dapat dilihat pada bagian belakang jurnal. Naskah yang masuk akan dievaluasi oleh editor board dan blind reviewer.

(2)

VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2015

DAFTAR ISI

SOCIAL QUALITY MASYARAKAT LAHAN PASIR PANTAI PADA ASPEK SOCIAL EMPOWERMENT DI KECAMATAN PANJATAN

KABUPATEN KULONPROGO ……….1-9

Kusumaningrum, Juliman Foor Z, Dalvi Mustafa

PREFERENSI KONSUMEN BERAS BERLABEL ………10-21

Syahrir, Sitti Aida Adha Taridala, Bahari

PERKEMBANGAN KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI

KABUPATEN JEMBER ………22-36

Aryo Fajar Sunartomo

CPUE DAN TINGKAT PEMANFAATAN PERIKANAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI SEKITAR TELUK PALABUHANRATU,

KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ………...37-49

Dian Budiasih dan Dian A.N. Nurmala Dewi

PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI PENGUATAN MODAL

KELEMBAGAAN PETANI DI KAWASAN AGROPOLITAN

KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG ………...50-58

Watemin, Sulistyani Budiningsih

KAJIAN PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK PADA USAHATANI

PADI SAWAH DI SERANG BANTEN ………...59-65

Resmayeti Purba

KAJIAN IDENTIFIKASI PANGAN POKOK BERBASIS KEARIFAN

LOKAL PADA RUMAH TANGGA PRA SEJAHTERA

DI JAWA TENGAH ………66-79

Erlyna Wida R, Heru Irianto dan Choirul Anam

PENINGKATAN USAHA TERNAK DOMBA MELALUI

DIVERSIFIKASI TANAMAN PANGAN: EKONOMI PENDAPATAN

PETANI ………...80-95

S. Rusdiana dan L. Praharani

STRATEGI PENINGKATAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA

PASANG SURUT DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN

PRODUKSI BERAS DI KALIMANTAN TENGAH ………...96-105

(3)

INTENSI KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA UNIVERSITAS

TRUNOJOYO MADURA ………...106-118

Ananda Ahda Vilathuvahna dan Taufik R D A Nugroho

SUBSIDI BUNGA MODAL YANG DITERIMA RUMAH TANGGA PETERNAK SAPI BINAAN PROGRAM CSR (Corporate Social

Responsibilty) PETROCHINA JABUNG Ltd ………124-133

Ardi Novra

KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN USAHA AGRIBISNIS PADI PADA BKP5K

KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT ………..134-155

Elih Juhdi Muslihat, Azhar, Kusmiyati, Woro Indriatmi

GAMBARAN UMUM SEKTOR UNGGULAN DAN KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR (OLAH DATA

TABEL INPUT-OUTPUT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010)………156-169

Azizatun Nurhayati1, Any Suryantini2

KERAGAAN USAHATANI DAN PEMASARAN BUAH NAGA

ORGANIK ………...170-186

Kustiawati Ningsih1, Herman Felani1, Halimatus Sakdiyah2

PENGEMBANGAN PASAR LELANG FORWARDKOMODITAS BAHAN OLAH KARET (BOKAR) DI PROVINSI SUMATERA

SELATAN ………187-199

Heri Rahman

SISTEM DINAMIS RANTAI PASOK INDUSTRIALISASI GULA

BERKELANJUTAN DI PULAU MADURA ……….200-211

Akhmad Mahbubi

SEKTOR PERTANIAN MERUPAKAN SEKTOR UNGGULAN

TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI PROVINSI MALUKU ……...212-222

Esther Kembauw1, Aphrodite Milana Sahusilawane1, Lexy

Janzen Sinay2

KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KOPI ARABIKA DAN

PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI KETINGGIAN SEDANG ………...223-236

Ati Kusmiati dan Devi Yulistia Nursamsiya

TARIF BEA MASUK OPTIMAL BAGI PRODUK PERTANIAN

INDONESIA ………237-246

Dian Dwi Laksani1, Rizky Eka Putri2

PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH VARIETAS

LEMBAH PALU ……….247-259

(4)

SEKTOR PERTANIAN MERUPAKAN SEKTOR UNGGULAN

TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI PROVINSI MALUKU

Esther Kembauw1, Aphrodite Milana Sahusilawane1, Lexy Janzen Sinay2 1Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Pattimurra Ambon Indonesia

2Jurusan Matematika, Fakultas MIPA Universitas Pattimura Ambon Indonesia ekembauw@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pengembangan sektor pertanian merupakan salah satu strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang. Agroindustri sebagai subsistem agribisnis mempunyai potensi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, karena memiliki peluang pasar dan nilai tambah yang besar. Pembangunan agroindustri dapat menjadi pintu masuk proses transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri. Penelitian ini menggunakan pendekatan I-O. Tujuan penelitian ini menetapkan subsektor unggulan yang potensial untuk dikembangkan Provinsi Maluku, menganalisa sektor-sektor yang bisa memberikan efek multiplier yang besar, dan mengukur tingkat kontribusi sektor pertanian dan sektor-sektor unggulan dalam pembangunan daerah dan yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah untuk

mengembangkan daerahnya. Penentuan arah dan strategi kebijakan

pembangunan wilayah yang berbasis pada kapasitas atau potensi lokal (local spesific) wilayah harus mampu mengidentifikasi dan mengembangkan sektor-sektor unggulan selain memiliki nilai tambah dan mampu memberikan efek pengganda (multiplier effect) yang memiliki keterkaitan ke depan maupun ke belakang (linkages) terhadap sektornya sendiri dan sektor-sektor lainnya. Percepatan dan pengembangan sektor-sektor unggulan menjadi dasar untuk meningkatkan PDRB.

Kata Kunci: Input Output, sektor dan subsektor, efek multiplier

AGRICULTURE SECTOR IS LEADING SECTORS OF ECONOMIC DEVELOPMENT PROVINCE MALUKU

ABSTRACT

The development of agricultural sector is one of the key strategies to spur economic growth in the future. Agro-industry as a subsystem of agribusiness has potential as a driver of economic growth, because it has a market opportunity and a great added value. Agro-industry development can be the entrance to the structural transformation of the economy from agriculture to industry. This study uses the I-O approach. The objective of this study set seed sub-sector with the potential to be developed Maluku province, analyze the sectors that can provide a large multiplier effect, and measure the level of contribution of the agricultural sector and leading sectors in regional development and that can be done by local governments to develop the region. Determining the direction and strategy of regional development policies based on the capacity or potential local (the specific local) area should be able to identify and develop leading sectors in addition has added value and is able to give a multiplier effect (multiplier effect) which is connected to the front and to the rear (linkages) against its own sector

(5)

Agriekonomika, ISSN 2301-9948

e ISSN 2407-6260

Volume 4, Nomor 2

Oktober, 2015

and other sectors. Acceleration and development of leading sectors form the basis for increasing the GDP

Keywords: Input Output, sectors and subsectors, the multiplier effect

PENDAHULUAN

Ekonomi pertanian merupakan salah satu disiplin dalam ilmu ekonomi yang menerangkan dan mempelajari masalah-masalah pembangunan pertanian, dan diharapkan dapat memberikan alternatif-alternatif baru baik untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang timbul maupun untuk mewujudkan cita-cita bangsa, guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat petani khusunya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Peran sektor pertanian di samping sebagai sumber penghasil devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia, dan bila dilihat dari jumlah orang yang bekerja, maka sektor pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja yang pada umumnya adalah tenaga kerja tidak terdidik, tidak memiliki ketrampilan dan pemerataan pendapatan yang tidak merata. Atas kondisi ini sehingga bargaining power yang dimiliki oleh para petani kita sangat lemah, sehingga nilai jual dari produk juga sangat berpengaruh terhadap kondisi ini.

Agroindustri sebagai subsitem pertanian mempunyai potensi sebagai pendorong pertumbuhan kawasan ekonomi, karena memiliki peluang pasar yang lebih luas dan nilai tambah (value added) yang besar. Di samping itu pengembangan agroindustri dapat menjadi “pintu masuk” (entry poin) proses transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri. Kegiatan pertanian menghasilkan produk-produk yang sangat strategis bagi pemenuhan kebutuhan pokok rakyat seperti pangan, pakaian dan perumahan. Pemenuhan kebutuhan seperti pangan apabila mengandalkan dari negara lain atau impor tentu akan sangat riskan, karena dapat menimbulkan masalah yang rumit dan biaya mahal dikemudian hari (Habibie, Nono dan Wardani, 1995).

Pembangunan kawasan (regional development) secara konvesional lebih cenderung berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, dengan asumsi dasar bahwa proses pembangunan berlangsung dalam suatu keseimbangan matrik lokasi yang terdiri dari beberapa pusat pertumbuhan (growth poles) dan kawasan penyangga atau hinterland (Tjokrowinoto;1995). Konsep kawasan sebagai suatu pendekatan kebijakan baru dalam pembangunan daerah telah semakin luas digunakan di berbagai negara baik negara maju maupun negara berkembang, terutama dikaitkan dengan kesiapan suatu kawasan meningkatkan daya saingnya dalam menghadapi kawasanisasi dan globalisasi. Kawasan secara signifikan mampu untuk meningkatkan kemampuan ekonomi daerah untuk membangun kekayaan masyarakat. Kawasan juga mampu bertindak sebagai pendorong inovasi, di mana keberadaan unsur-unsur dalam kawasan diperlukan juga untuk mengubah gagasan menjadi kekayaan. (Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Bappenas 2004). Konsep, prinsip, dan instrument kebijakan di dalam model pada perencanaan ekonomi kawasan adalah konsep kutub pertumbuhan, yang pada awalnya dirumuskan oleh Perroux (1998) dengan pertumbuhan yang dirangsang oleh suatu kombinasi dari inter-industrial.

Kawasan unggulan merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai penggerak perekonomian kawasan (prime mover) yang memiliki kriteria sebagai kawasan yang cepat tumbuh, mempunyai sektor unggulan dan memiliki katerkaitan dengan kawasan sekitar (hinterland) (Royat, 1996). Penetapan suatu

(6)

daerah menjadi kawasan unggulan karena diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan suatu daerah. Ada tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi (Todaro, 2000). Pengembangan kawasan komoditi unggulan tidak lepas dari pengembangan kawasan agropolitan. Suatu kawasan agropolitan yang sudah berjalan dan berkembang mempunyai ciri-ciri:

a. Sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut memperoleh pendapatan dari kegiatan pertanian.

b. Kegiatan di kawasan tersebut sebagian besar di dominasi oleh kegiatan pertanian, termasuk didalamnya usaha industri (pengolahan) pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian, perdagangan pertanian hulu, agrowisata dan jasa pelayanan.

c. Hubungan antara kota dan daerah hinterland di kawasan agropolitan bersifat interdependensi yang harmonis, dan saling membutuhkan.

Aswandi dan Kuncoro (2002) mengatakan bahwa keterkaitan perekonomian kawasan unggulan dengan daerah sekitar sebagai salah satu kriteria penetapannya relevan dengan konsep spesialisasi. Adanya spesialisasi komoditi sesuai dengan sektor dan atau subsektor unggulan yang dimiliki masing-masing daerah, hal ini sejalan dengan pemikiran dari Samuelson dan Nordhaus (1996) bahwa masyarakat dapat lebih efektif dan efisien jika terdapat pembagian kerja, yang membagi keseluruhan proses produksi menjadi unit-unit khusus yang terspesialisasi. Dengan demikian dapat menganalisis kontribusi dari masing-masing komoditi unggulan terhadap perekonomian Provinsi Maluku. Dan dapat menganalisis angka pengganda yang dapat diciptakan oleh masing-masing komoditas unggulan dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian Maluku. Serta dapat menganalisis besarnya keterkaitan ke belakang (backward

linkages) dan ke depan (forward linkages) dari komoditas unggulan.

METODE PENELITIAN

Analisis input ouput (analisis masukan-keluaran) adalah suatu analisis atas perekonomian wilayah secara komprehensif karena melihat keterkaitan antar sektor ekonomi di wilayah tersebut secara keseluruhan. Dengan demikian, apabila terjadi perubahan tingkat produksi atas sektor tertentu, dampaknya terhadap sektor lain. Selain itu, analisis ini juga terkait dengan tingkat kemakmuran masyarakat melalui input primer (nilai tambah). Artinya, akibat perubahan tingkat produksi sektor-sektor tersebut, dapat dilihat seberapa besar kemakmuran masyarakat bertambah atau berkurang. Setiap produk pasti membutuhkan input agar produk itu dapat dihasilkan. Hasil produk dapat langsung dikonsumsi atau sebagai input untuk menghasilkan produk lain atau input untuk produk yang sama pada putaran berikutnya, misalnya bibit. Input dapat berupa output dari sektor lain yang sering disebut dengan input antara berupa bahan baku dan input primer berupa tenaga kerja, keahlian, peralatan, dan modal. Keikutsertaan faktor-faktor produksi akan mendapat imbalan yang menjadi pendapatan masyarakat sesuai dengan peran atau keterlibatannya. Hal ini menggambarkan bahwa sektor-sektor dalam perekonomian suatu wilayah saling terkait antara satu dengan yang lainnya (Tarigan, 2006).

Tabel input output merupakan matriks yang memotret kegiatan ekonomi suatu daerah atau negara pada waktu tertentu (1 tahun) dari aktivitas ekonomi yang mencatat transaksi input output yang terkait antar sektor dan pertama kali diperkenalkan oleh W Leontief (Nazara 1997, Budiharsono 2001, Muchdie 2002). Tabel input output ini mampu memperkirakan dampak pembangunan suatu

(7)

Agriekonomika, ISSN 2301-9948

e ISSN 2407-6260

Volume 4, Nomor 2

Oktober, 2015

sektor seperti pada penelitian ini pendapatan pada daerah/negara secara keseluruhan terhadap pendapatan masyarakat (Miller & Blair 1985). Tabel input output terdiri dari empat kuadran: (1) Intermediate quadrant (Kuadran I) merupakan kuadran permintaan Antara arus barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi, (2) Final demand (kuadran II atau Gross Domestic

Regional Product) yaitu transaksi permintaan akhir berasal dari output sektor

produksi maupun impor dalam berbagai penggunaan, (3) Primary input quadrant (kuadran III=nilai tambah) yaitu penggunaan input primer yang menghasilkan

product domestic regional bruto, dan (4) Primary input-final demand quadrant

(kuadran IV) yaitu transaksi langsung Antara input primer dengan permintaan akhir tanpa mekanisme transmisi (jarang digunakan).

Untuk baris :

∑ + = ∀ = 1, 2, 3 … , (1)

Dimana Xi adalah jumlah output total sektor ke-i (baris), Xij adalah

jumlah output sektor ke-i yang dibeli sektor ke-j, Fi adalah total permintaan akhir

output sektor ke-i. Untuk kolom:

∑ + + = ∀ = 1, 2, 3 … , (2)

Dimana Xj adalah jumlah output total sektor ke-j (kolom), Xij adalah

jumlah output sektor ke-i yang dijual ke sektor ke-j, Vjadalah jumlah nilai tambah

sektor ke-j, mj adalah impor sektor ke-j, i adalah j : 1, 2, 3, ... .. n.

Aliran antar sektor dapat ditransformasikan menjadi koefisien-koefisien dengan asumsi jumlah pembelian tetap.

= atau (3)

= (4)

Dengan memasukkan persamaan (4) ke dalam persamaan (1) didapat:

∑ + = ∀ = 1, 2, 3, … (5)

Dalam notasi matrik persamaan (5) dapat ditulis, sebagai berikut:

AX + F = X (6)

Hubungan dasar dari tabel input output:

(I-A)-1F = X (7)

Matriks kebalikan Leontief (I-A)-1, yaitu bagaimana kenaikan produksi dari suatu sektor akan menyebabkan berkembangnya sektor-sektor lain.

Dampak Pendapatan

Untuk melihat dampak pendapatan terhadap perekonomian Maluku berdasarkan data input output:

a. Dampak terhadap pembentukan Output (Xfid)

Xfid= (1-A )-1(fid) (8)

b. Dampak terhadap Tenaga Kerja (Lik)

Lik = e (1-A )-1(fid) (9)

(8)

l = ∑ ∑ (10) Dimana (1-A )-1 adalah matriks kebalikan leontief, e adalah matriks koefisien tenaga kerja, V adalah matriks koefisien nilai tambah, fid adalah nilai investasi sektor pertanian, Pxi adalah nilai upah dan gaji sektor i pada matriks

transaksi domestik, Vxiadalah nilai tambah bruto sektor i pada matriks transaksi

domestik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

Hasil indentifikasi sektor-sektor ekonomi Provinsi Maluku memperlihatkan beberapa sektor yang sangat berpengaruh dalam penentuan ekonomi wilayah. Sektor-sektor unggulan dapat berkembang serta mampu menggerakkan sistem perekonomian wilayah domestiknya maupun di luar wilayah tersebut. Dengan pemikiran di atas maka arah dan strategi kebijakan pembangunan Provinsi Maluku harus dikembangkan atas dasar kemampuan setiap wilayah atau pusat pengembangan dalam mengembangkan sektor-sektor unggulan berbasis local

spesific.

Berkaitan dengan pemahaman tersebut pengembangan kawasan sentra produksi Provinsi Maluku harus mampu memberi makna pada pengertian pengembangan kawasan itu sendiri. Bappeda Provinsi Maluku (1999) mendefenisikan kawasan sentra produksi sebagai wilayah yang dikembangkan atas dasar potensi wilayah tersebut yang secara geografis memiliki hubungan satu dengan lainnya sehingga secara keseluruhan dapat mempercepat akselerasi atau aksesbilitas pembangunan wilayahnya. Pengembangan kawasan sentra produksi yang didasarkan pada potensi wilayah adalah bagian dari strategi kebijakan untuk menjawab berbagai tantangan seperti, letak geografis yang jauh atau relatif terpencil dan sulit di jangkau, potensi sumberdaya yang belum tergarap dan dikelola dengan baik, kualitas sumberdaya manusia yang relatif rendah, kegiatan investasi dan produksi yang rendah serta kondisi fasilitas pelayanan atau infrastruktur sosial ekonomi yang kurang memadai. Untuk itu dengan mengidentifikasi sektor-sektor unggulan berbasis potensi lokal (local

spesific) akan mendorong percepatan pembangunan wilayah khususnya pada

wilayah-wilayah yang karakteristik geografisnya adalah wilayah kepulauan (archipelago).

Pemanfaatan kapasitas atau potensi lokal wilayah harus mampu dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan di Provinsi Maluku. Berdasarkan hasil analisis maka perlu adanya percepatan pengembangan sektor-sektor yang menjadi sektor unggulan wilayah. Berdasarkan studi tipologi kabupaten/kota, dikatakan bahwa sektor unggulan adalah sektor yang mampu menggambarkan posisi relatif sektor tersebut terhadap perekonomian wilayah maupun nasional dengan kemampuannya sebagai sektor ungggulan dan mampu mendorong percepatan pembangunan wilayah. Untuk itu percepatan pengembangan sektor unggulan harus mampu menggerakkan roda perekonomian dan mempercepat proses penciptaan pusat pertumbuhan baru (new growth poles) diwilayahnya dan tidak terpusat pada satu pusat pertumbuhan (growth pole) saja.

Secara umum dapat digambarkan struktur nilai tambah bruto dalam tabel I-O Provinsi Maluku Tahun 2007 dengan 3 pendekatan yaitu menurut produksi (sektor ekonomi), pendapatan, dan pengeluaran (konsumsi). Berdasarkan struktur perekonomian Provinsi Maluku Tahun 2007 terlihat 9 sektor ekonomi

(9)

Agriekonomika, ISSN 2301-9948

e ISSN 2407-6260

Volume 4, Nomor 2

Oktober, 2015

yang berpengaruh terhadap perekonomian wilayah. Dari kesembilan sektor ekonomi ini terlihat adanya beberapa sektor yang sangat dominan dalam struktur perekonomian Provinsi Maluku. Gambar lebih lengkap mengenai struktur PDRB menurut sektor ekonomi di Maluku dapat dilihat pada gambar 1.

Tabel 1

Struktur PDRB Menurut Sektor Ekonomi Provinsi Maluku Tahun 2007

No Uraian Sektor Nilai (Rp) Prosentase (%)

1 Pertanian 1,970,450.15 35.83

2 Pertambangan 43,532.02 0.79

3 Industri 317,873.56 5.78

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 41,671.73 0.76

5 Bangunan 86,911.23 1.58

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.304,029.24 23.71

7 Pengangkutan dan komunikasi 519,813.41 9.45

8 Bank 283,505.47 5.15

9 Jasa-jasa 932,245.41 16.95

Jumlah 5,500,032.21 100.00

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Tahun, 2007

Sumber: Input-Output Provinsi Maluku Tahun 2007 Gambar 1

Struktur PDRB Menurut Sektor Ekonomi Provinsi Maluku Tahun 2007 (%) Dampak Ekonomi I-O Maluku

Dampak ekonomi adalah suatu hasil ekonomi yang terjadi sebagai akibat proses ekonomi lainnya. Sebab akibat proses ini berdasar pada adanya keterkaitan antara satu kegiatan ekonomi dengan ekonomi lainnya. Bila terdapat kolerasi antara satu variabel atau kegiatan ekonomi dengan variabel atau kegiatan ekonomi lainnya maka hal itu menunjukkan adanya saling keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Dalam model I-O, besarnya korelasi ini sangat kuat bahkan dapat disebutkan sebagai korelasi deterministic, yaitu korelasi yang besarnya mendekati angka satu. Bila terjadi perubahan pada

Agriekonomika, ISSN 2301-9948

e ISSN 2407-6260

Volume 4, Nomor 2

Oktober, 2015

yang berpengaruh terhadap perekonomian wilayah. Dari kesembilan sektor ekonomi ini terlihat adanya beberapa sektor yang sangat dominan dalam struktur perekonomian Provinsi Maluku. Gambar lebih lengkap mengenai struktur PDRB menurut sektor ekonomi di Maluku dapat dilihat pada gambar 1.

Tabel 1

Struktur PDRB Menurut Sektor Ekonomi Provinsi Maluku Tahun 2007

No Uraian Sektor Nilai (Rp) Prosentase (%)

1 Pertanian 1,970,450.15 35.83

2 Pertambangan 43,532.02 0.79

3 Industri 317,873.56 5.78

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 41,671.73 0.76

5 Bangunan 86,911.23 1.58

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.304,029.24 23.71

7 Pengangkutan dan komunikasi 519,813.41 9.45

8 Bank 283,505.47 5.15

9 Jasa-jasa 932,245.41 16.95

Jumlah 5,500,032.21 100.00

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Tahun, 2007

Sumber: Input-Output Provinsi Maluku Tahun 2007 Gambar 1

Struktur PDRB Menurut Sektor Ekonomi Provinsi Maluku Tahun 2007 (%) Dampak Ekonomi I-O Maluku

Dampak ekonomi adalah suatu hasil ekonomi yang terjadi sebagai akibat proses ekonomi lainnya. Sebab akibat proses ini berdasar pada adanya keterkaitan antara satu kegiatan ekonomi dengan ekonomi lainnya. Bila terdapat kolerasi antara satu variabel atau kegiatan ekonomi dengan variabel atau kegiatan ekonomi lainnya maka hal itu menunjukkan adanya saling keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Dalam model I-O, besarnya korelasi ini sangat kuat bahkan dapat disebutkan sebagai korelasi deterministic, yaitu korelasi yang besarnya mendekati angka satu. Bila terjadi perubahan pada

Agriekonomika, ISSN 2301-9948

e ISSN 2407-6260

Volume 4, Nomor 2

Oktober, 2015

yang berpengaruh terhadap perekonomian wilayah. Dari kesembilan sektor ekonomi ini terlihat adanya beberapa sektor yang sangat dominan dalam struktur perekonomian Provinsi Maluku. Gambar lebih lengkap mengenai struktur PDRB menurut sektor ekonomi di Maluku dapat dilihat pada gambar 1.

Tabel 1

Struktur PDRB Menurut Sektor Ekonomi Provinsi Maluku Tahun 2007

No Uraian Sektor Nilai (Rp) Prosentase (%)

1 Pertanian 1,970,450.15 35.83

2 Pertambangan 43,532.02 0.79

3 Industri 317,873.56 5.78

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 41,671.73 0.76

5 Bangunan 86,911.23 1.58

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.304,029.24 23.71

7 Pengangkutan dan komunikasi 519,813.41 9.45

8 Bank 283,505.47 5.15

9 Jasa-jasa 932,245.41 16.95

Jumlah 5,500,032.21 100.00

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Tahun, 2007

Sumber: Input-Output Provinsi Maluku Tahun 2007 Gambar 1

Struktur PDRB Menurut Sektor Ekonomi Provinsi Maluku Tahun 2007 (%) Dampak Ekonomi I-O Maluku

Dampak ekonomi adalah suatu hasil ekonomi yang terjadi sebagai akibat proses ekonomi lainnya. Sebab akibat proses ini berdasar pada adanya keterkaitan antara satu kegiatan ekonomi dengan ekonomi lainnya. Bila terdapat kolerasi antara satu variabel atau kegiatan ekonomi dengan variabel atau kegiatan ekonomi lainnya maka hal itu menunjukkan adanya saling keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Dalam model I-O, besarnya korelasi ini sangat kuat bahkan dapat disebutkan sebagai korelasi deterministic, yaitu korelasi yang besarnya mendekati angka satu. Bila terjadi perubahan pada

(10)

satu kegiatan maka dapat dipastikan bahwa kegiatan tersebut akan mempunyai dampak terhadap kegiatan ekonomi lainnya.

Barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi di Provinsi Maluku (produk domestik), selain digunakan oleh sektor produksi dalam rangka proses (memenuhi permintaan antara) juga digunakan untuk memenuhi permintaan akhir atau konsumsi akhir. Dalam model I-O, output memiliki hubungan timbal balik dengan permintaan akhir, jumlah output yang diproduksi tergantung dari jumlah permintaan akhirnya. Dengan kata lain, kenaikan permintaan akhir akan memberikan dampak terhadap penciptaan output, nilai tambah bruto, kebutuhan impor dan penciptaan tenaga kerja.

Model analisis dampak ini sering digunakan untuk meramal output nilai tambah bruto, kebutuhan impor dan penciptaan tenaga kerja dengan catatan bahwa permintaan akhir sudah diketahui dan hasilnya sangat berguna sebagai dasar perencanaan ekonomi suatu Negara atau daerah. Untuk meningkatkan output diperlukan input, sedangkan input itu juga merupakan output dari sektor lainnya ataupun dari sektornya sendiri. Inilah hakekat dari hubungan antara sektor yang kait mengkait dalam tabel I-O. Atau dengan kata lain dapat dikatakan analisis angka pengganda (multiplier analysis) merupakan salah satu jenis analisis yang umum dilakukan untuk menilai perubahan terhadap varibel-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan variabel-variabel eksogen seperti permintaan akhir dalam suatu struktur perekonomian. Perubahan variabel eksogen (permintaan akhir) suatu sektor dalam analisis angka pengganda meliputi tiga variabel yang menjadi perhatian utama antara lain: angka pengganda penciptaan output, pendapatan dan kesempatan kerja. Dalam analisis angka pengganda biasanya digunakan dua tipe pengganda seperti: pengganda tipe I (Type I) dan pengganda tipe II (Type II).

Dari hasil perhitungan angka pengganda pendapatan maka terlihat bahwa sektor yang dapat memberikan efek maksimal terhadap peningkatan pendapatan masyarakat di Maluku adalah sektor sewa bangunan yaitu sebesar 4.0396. Adanya peningkatan pendapatan sebesar satu satuan pada orang yang bekerja pada sektor ini akan menyebabkan pembentukan pendapatan masyarakat secara keseluruhan sebesar 4.0396. Sedangkan sektor yang tidak banyak memberikan efek yang cukup, berarti kepada peningkatan pendapatan masyarakat tetapi masih termasuk dalam kelompok 10 besar adalah sektor industri minyak hewan dan nabati. Sektor ini mempunyai nilai pengganda pendapatan hanya sebesar 1.5744. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan pendapatan satu satuan pada sektor ini hanya berdampak terhadap pendapatan masyarakat di Maluku sebesar 1.5744.

(11)

Agriekonomika, ISSN 2301-9948

e ISSN 2407-6260

Volume 4, Nomor 2 Oktober, 2015 Tabel 2.

Sepuluh Sektor Pengganda Pendapatan Terbesar Menurut Sektor Ekonomi Provinsi Maluku Tahun 2007

No Kode Uraian Sektor Nilai (Juta Rp)

1 43 Bangunan 2.2993

2 35

Industri barang lain dari kayu dan hasil

hutan lainnya 2.0089

3 33 Industri kayu lapis 1.8507

4 34 Industri Penggergajian Kayu 1.8345

5 25 industri penggilingan padi 1.7446

6 54 Sewa Bangunan 1.5701

7 31 Industri kain tenun 1.5691

8 28 industri roti, biskuit dan sejenisnya 1.5539 9 27 Industri minyak hewan dan nabati 1.5496 10 30 Industri makanan dan minuman lainnya 1.5344 Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Maluku Tahun 2007. Data Diolah

Sumber: Input-Output Provinsi Maluku Tahun 2007 Data Diolah Gambar 2

Sepuluh Sektor Dengan Angka Pengganda Pendapatan Terbesar Tahun 2007

Sektor-sektor yang memberikan efek maksimal terhadap pendapatan masyarakat berdasarkan perhitungan angka pengganda pendapatan terbesar adalah: sektor bangunan (43) sebesar 2.2993 nilai ini memberi arti bahwa bila nilai pengganda pendapatan sektor bangunan sebesar 2.2993 maka sektor tersebut akan menyebabkan pembentukan pendapatan masyarakat secara keseluruhan sebesar nilai pengganda pendapatan sektor bangunan tersebut. Begitupun terhadap kesembilan sektor lainnya seperti yang terlihat pada tabel 2. Sektor-sektor yang memiliki angka pengganda pendapatan terbesar mengindikasikan bahwa, peningkatan pendapatan sebesar satu satuan pada orang yang bekerja di sektor tersebut akan menyebabkan pembentukkan pendapatan masyarakat secara keseluruhan sebesar nilai pengganda pendapatan di sektor tersebut.

Sesuai dengan hasil analisis yang dilakukan terhadap angka pengganda pendapatan menurut sektor ekonomi Provinsi Maluku terlihat beberapa sektor yang memiliki nilai pengganda pendapatan terbesar. Sektor-sektor ekonomi

1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2.0 2.1 2.2 2.3 2.4 Bangunan

Industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya Industri kayu lapis Industri Penggergajian Kayu industri penggilingan padi Sew a Bangunan Industri kain tenun industri roti, biskuit dan sejenisnya Industri minyak hew an dan nabati Industri makanan dan minuman lainnya

(12)

Provinsi Maluku yang memiliki nilai pengganda pendapatan terbesar menunjukkan bahwa bila terjadi peningkatan pendapatan sebesar satu satuan pada sektor-sektor tersebut akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat sebesar angka pengganda pendapatan pada sektor tersebut.

Hasil analisis Input-Output berdasarkan kriteria analisis struktur output, nilai tambah bruto, multiplier efek dan keterkaitan antar sektor menunjukkan bahwa pemerintah daerah Provinsi Maluku belum mampu mengidentifikasi sektor-sektor unggulan wilayahnya. Hal ini terlihat dari sektor-sektor unggulan yang diperoleh masih bersifat parsial yaitu hanya ditentukan berdasarkan pembuat atau pengambil kebijakan di daerah ini. Banyaknya sektor-sektor berbasis potensi lokal (local spesific) wilayah kepulauan yang belum dikembangkan dengan baik.

Sektor berbasis potensi lokal dimana sektor perikanan, angkutan air merupakan sektor terbesar dalam struktur output maupun nilai tambah bruto di Provinsi Maluku. Bila dilihat dari konektivitas berdasarkan analisis kriteria

multiplier effect dengan struktur output dan nilai tambah bruto maka sektor-sektor

tersebut seperti sektor perikanan, angkutan air tidak memperlihatkan adanya perubahan pengganda dari sektor-sektor tersebut (sektor unggulan berdasarkan kriteria struktur output, nilai tambah bruto) terhadap penciptaan output, pendapatan dan kesempatan kerja.

Sektor-sektor unggulan wilayah berdasarkan kriteria multiplier effect-pun tidak memperlihatkan konektivitas yang positif terhadap sektor-sektor terbesar dari struktur output dan nilai tambah bruto. Dengan demikian sektor unggulan dari analisis struktur output, nilai tambah bruto berbeda dengan sektor unggulan berdasarkan kriteria analisis multiplier effect. Bila melihat hasil penentuan sektor unggulan yang didasarkan pada kriteria di atas maka dapat dikatakan bahwa pemerintah daerah Provinsi Maluku belum mampu menentukan arah dan strategi kebijakan pengembangan perekonomian wilayah yang berbasis pada potensi lokal wilayah. Hal ini dapat dilihat dari besarnya peran pemerintah daerah Provinsi Maluku yang lebih mengutamakan pencapaian pertumbuhan ekonomi dari sektor-sektor terbesar dalam analisis multiplier effect. Biasanya pemerintah daerah lebih menggunakan kriteria angka pengganda untuk perencanaan pembangunan wilayah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Sektor-sektor terbesar berdasarkan kriteria multiplier effect tidak memperlihatkan Sektor- sektor-sektor yang berbasis pada kapasitas atau potensi lokal (local spesific) wilayah.

Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan dengan potensi lokalnya yang besar di sektor pertanian tidak memperlihatkan besarnya peran sektor-sektor ini. Umumnya sektor-sektor-sektor-sektor yang memiliki nilai pengganda terbesar adalah sektor-sektor yang bukan merupakan sektor yang berbasis potensi lokal wilayah. Dari hasil analisis multiplier effect tersebut terlihat bahwa pemerintah daerah lebih mengutamakan aspek pengganda pada output, pendapatan dan tenaga kerja sehingga diindikasikan pemerintah daerah lebih mengejar tingkat pertumbuhan ekonomi dalam menentukan perencanaan pembangunan di Provinsi Maluku.

Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan dengan berbagai kapasitas atau potensi lokal (local spesific) tentunya memiliki tujuan akhir dari proses pembangunan yang dilakukannya. Untuk itu bila pemerintah daerah ingin mencapai tujuan atau sasaran target yang ingin dicapai adalah peningkatan pendapatan masyarakat maka pemerintah daerah Provinsi Maluku harus mendorong peningkatan setiap sektor sesuai dengan nilai pengganda

(13)

Agriekonomika, ISSN 2301-9948

e ISSN 2407-6260

Volume 4, Nomor 2

Oktober, 2015

pendapatan. Sebagai pelaku lapangan (stakeholder) masyarakat dapat mengalokasikan setiap satuan pendapatan yang diperoleh supaya dapat dibelanjakan kepada output sektor-sektor yang memiliki nilai pengganda pendapatan terbesar. Dengan demikian bila pengganda pendapatan mejadi sasaran atau target maka pemerintah daerah harus mengoptimalkan peningkatan pendapatan terhadap perekonomian di Provinsi Maluku.

Dampak dari permintaan akhir terhadap penciptaan pendapatan masyarakat di Maluku ternyata menunjukkan pola sama dengan penciptaan outputnya, pengaruh penciptaan pendapatan masyarakat di Maluku ternyata sebagian besar akibat pengaruh dari konsumsi rumah tangga.

PENUTUP

Penetapan sektor prioritas harus dipandang secara komprehensif, dan tidak semata-mata hanya ditentukan berdasarkan besar nilai pengganda ekonomi saja. Keberlanjutan bahan baku, besarnya investasi, peluang pasar dan kondisi sosial ekonomi masyarakat juga menjadi faktor penting yang harus dipertimbangkan oleh pembuat kebijakan. Untuk itu sektor-sektor yang memiliki angka pengganda pendapatan terbesar mengindikasikan bahwa, peningkatan pendapatan sebesar satu satuan pada orang yang bekerja di sektor tersebut akan menyebabkan pembentukkan pendapatan masyarakat secara keseluruhan sebesar nilai pengganda pendapatan di sektor tersebut. Dan berdasarkan kriteria analisis konektivitas secara keseluruhan (struktur output, nilai tambah bruto, multiplier effect dan intersectoral linkages) diketahui bahwa sektor-sektor unggulan belum menunjukkan konektivitas diantara kriteria analisis tersebut. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya sektor unggulan yang sama di semua kriteria analisis yang berbasis spasial dan potensi lokal (local spesific) wilayah. Untuk penelitian lebih lanjut dapat dikembangkan adalah dengan topik yang sama tetapi melihat pada kesenjangan.

UCAPAN TERIMAKASIH

1. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada Dikti yang telah memberikan bantuan dana kepada kami untuk pelaksanaan Hibah Bersaing di Provinsi Maluku khususnya di Kota Ambon.

"Kegiatan Hibah Bersaing ini dibiayai dari dana DIKTI 2015. "

2. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga disampaikan kepada Lembaga Penelitian Universitas Pattimura Ambon yang akan membantu dalam penyelenggaraan penelitian yang kami lakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Aswandi, Hairul & Kuncoro, Mudrajat., 2002. Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan: Studi Empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999, Jurnal Ekonomi

& Bisnis Indonesia 11 (1).

Bappeda Provinsi Maluku. 1999. Master Plan and Action Plan Kawasan Andalan. Kerjasama Lembaga Peneliti Unpatti, Ambon.

BPS Provinsi Maluku. 2015. Tabel Input Output Provinsi Maluku Tahun 2007. Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Bappenas., 2004,

Kajian Strategis Pengembangan Kawasan Dalam Rangka Mendukung Akselerasi Peningkatan Daya saing Daerah: Studi Kasus Kelompok

(14)

Industri Rotan-Cirebon, Logam-Tegal, Batik-Pekalongan, Bappenas,

Jakarta.

Habibie, Arifien, Nono R dan Anwar Wardhani., 1995, Pengembangan Tenaga Kerja Off Farm Dalam Penyerapan Tenaga Kerja Pedesaan. Seminar

Nasional Liberalisme Ekonomi, Pemerataan dan Pengentasan

Kemiskinan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Miller RE, PD Blair. 1985. Input Output Analysis: Foundation and Extensions. Printice Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.

Muchdie. 2002. Struktur Ruang Perekonomian Indonesia: Analisis Model Input

Output Antar Daerah. Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi

Pengembangan Wilayah, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta.

Nazara S. 1997. Analisis Input Output. LPFE-UI, Jakarta.

Perroux, F. 1988 The Pole of Development’s New Place in a General Theory of

Economic Activity. In B. Higgins & D.J. Savoie (Eds), Regional Economic Development: Essay in Honour of Fransouis Perroux. Buston: Unwin

Hyman.

Royat, Sujana, 1996. Pembangunan Ekonomi Regional dan Upaya Menunjang

Pertumbuhan KAPET Dalam Kaitannya Dengan Kemitraan Antara Pemerintah, Swasta dan Masyarakat, Manajemen Usahawan Indonesia,

No.12 Tahun XXV, 14-17.

Samuelson, Paul A. dan Nordhaus, William D, 1996. Economic, McGraw Hill, Inc., New York. Makroekonomi, terjemahan oleh Haris Munandar, dkk, Erlangga, Jakarta.

Tarigan, Robinson. 2006. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. PT Bumi Aksara. Jakarta

Tjokrowinoto, Moeljarto 1995. Pengembangan Kawasan dan Pengentasan

Kemiskinan., Makalah Seminar Nasional Liberalisasi Ekonomi,

Pemerataan dan Kemiskinan, Penyelenggara Cides dan Pusat Penelitian Pembangunan Pedesaan dan Kawasan (P3KP), Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Tiara Wacana, Yogyakarta.

Todaro, M.P. 2000. Economic Development, Seventh Edition, New York, Addition Wesley Longman, Inc.

(15)

Agriekonomika, ISSN 2301-9948

e ISSN 2407-6260

Volume 4, Nomor 2 Oktober, 2015

PEDOMAN PENULISAN

AGRIEKONOMIKA

JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

ISSN 2301-9948

e ISSN 2407-6260

KETENTUAN UMUM:

1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan format yang ditentukan.

2. Penulis mengirim naskah ke alamat email agriekonomika@gmail.com.

3. Artikel yang dikirim harus dilampiri: a) surat pernyataan yang menyatakan bahwa artikel tersebut belum pernah diterbitkan atau tidak sedang diterbitkan di jurnal lain, yang dibuktikan dengan pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh penulis. b) biodata tentang jenjang pendidikan, alamat, nomor telepon, atau e-mail penulis dengan jelas.

4. Keputusan pemuatan ataupun penolakan akan diberitahukan secara tertulis melalui email.

FORMAT PENULISAN:

1.

Artikel ditulis pada kertas A4, atas 4 cm bawah 3 cm samping kiri 4 cm samping kanan 3 cm, spasi tunggal, Arial ukuran 11 Kecuali Judul Arial Ukuran 12 dengan panjang halaman 10-15 halaman.

2.

Sistematika penulisan:

 SISTEMATIKA ARTIKEL HASIL PENELITIAN: JUDUL BAHASA INDONESIA:

Ditulis dengan Bahasa Indonesia secara ringkas dan lugas huruf capital bold arial font 12, maksimal 12 kata, hindari menggunakan kata “analisis”, “pengaruh”, “studi”.

NAMA PENULIS:

ditulis tanpa gelar dan diberi nomor jika penulis lebih dari satu dan berbeda institusi

NAMA INSTITUSI: ditulis lengkap

ALAMAT SURAT ELEKTRONIK: ditulis lengkap

ABSTRAK:

Ditulis dalam bahasa Indonesia satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan. Format 1 spasi arial 11 italic

JUDUL BAHASA INGGRIS:

(16)

ABSTRACT:

Ditulis dalam bahasa inggris dalam satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan. Format 1 spasi arial 11 italic

PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka dan tujuan penelitian yang dimasukkan dalam paragraph-paragraf bukan dalam bentuk sub bab. METODE PENELITIAN

Sub bab

HASIL DAN PEMBAHASAN Sub bab

PENUTUP

Berisi simpulan dan saran (jika diperlukan) yang dibentuk dalam paragraph.

UCAPAN TERIMA KASIH

Jika diperlukan ditujukan pada peyandang dana dan pihak lain yang membantu terselesaikannya penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk yang sedapat mungkin diterbitkan 10 tahun terakhir dan diutamakan jurnal ilmiah (30-40 persen)  SISTEMATIKA ARTIKEL HASIL PEMIKIRAN/ REVIEW:

JUDUL BAHASA INDONESIA:

Ditulis dengan Bahasa Indonesia secara ringkas dan lugas huruf capital bold arial font 12, maksimal 12 kata, hindari menggunakan kata “analisis”, “pengaruh”, “studi”.

NAMA PENULIS:

ditulis tanpa gelar da diberi nomor jika penulis lebih dari satu berbeda institusi

NAMA INSTITUSI: ditulis lengkap

ALAMAT SURAT ELEKTRONIK: ditulis lengkap

ABSTRAK:

Ditulis dalam bahasa Indonesia satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan. Format 1 spasi arial 11 italic

(17)

Agriekonomika, ISSN 2301-9948

e ISSN 2407-6260

Volume 4, Nomor 2

Oktober, 2015

JUDUL BAHASA INGGRIS:

Judul dalam bahasa Inggris, huruf capital arial font 11 non bold. ABSTRACT:

Ditulis dalam dalam satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan.

PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka dan tujuan penelitian yang dimasukkan dalam paragraph-paragraf bukan dalam bentuk sub bab. METODE PENELITIAN

Sub bab

HASIL DAN PEMBAHASAN Sub bab

PENUTUP

Berisi simpulan dan saran (jika diperlukan) yang dibentuk dalam paragraph.

UCAPAN TERIMA KASIH

Jika diperlukan ditujukan pada peyandang dana dan pihak lain yang membantu terselesaikannya penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk yang sedapat mungkin diterbitkan 10 tahun terakhir dan diutamakan jurnal ilmiah (30-40 persen)

3.

Penulisan penomoran yang berupa kalimat pendek diintegrasikan dengan paragraf, contoh: Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui tingkat risiko usaha garam, (2) mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi risiko.

4.

Tabel dan gambar dapat dimasukkan dalam naskah atau pada lampiran sesudah naskah harus diberi nomor urut.

a. Tabel atau gambar harus disertai judul. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar.

b. Sumber acuan tabel atau gambar dicantumkan di bawah tabel atau gambar.

c. Garis tabel yang dimunculkan hanya pada bagian header dan garis bagian paling bawah tabel sedangkan untuk garis-garis vertikal pemisah kolom tidak dimunculkan.

d. Tabel atau gambar bisa diedit dan dalam warna hitam putih yang representatif.

(18)

Contoh penyajian tabel:

Tabel 2

Deskripsi Penguasaan Lahan Pegaraman

Kategori Luas Lahan (Ha) Jumlah Persentase (%)

< 2 35 70

2,1 - 3 11 22

> 3,1 4 8

Jumlah 50 100

Rata-rata Luas lahan petani garam 2,04 Ha

Standar deviasi 0,95 Ha

Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Contoh penyajian gambar:

Sumber: Debertin, 1986 Gambar 1

Perilaku Menerima Risiko

5.

Cara penulisan rumus, Persamaan-persamaan yang digunakan disusun pada baris terpisah dan diberi nomor secara berurutan dalam parentheses (justify) dan diletakkan pada margin kanan sejajar dengan baris tersebut. Contoh:

wt = f (yt , kt , wt-1) (1)

6.

Keterangan Rumus ditulis dalam satu paragraf tanpa menggunakan simbol sama dengan (=), masing-masing keterangan notasi rumus dipisahkan dengan koma.

Contoh:

dimana w adalah upah nominal, yt adalah produktivitas pekerja, kt adalah intensitas modal, wt-1 adalah tingkat upah periode sebelumnya.

7.

Penulisan rumus menggunakan menu “Equation”

8.

Perujukan sumber acuan di dalam teks (body text) dengan menggunakan nama akhir dan tahun. Kemudian bila merujuk pada halaman tertentu, penyebutan halaman setelah penyebutan tahun dengan dipisah titik dua. Untuk karya terjemahan dilakukan dengan cara menyebutkan nama pengarang aslinya.

Contoh:

• Hair (2007) berpendapat bahwa…

• Ellys dan Widodo (2008) menunjukkan adanya …. • Ihsannudin dkk (2007) berkesimpulan bahwa….

I3 I2 I1 U3 U2 U1 Utilitas Pendapatan

(19)

Agriekonomika, ISSN 2301-9948

e ISSN 2407-6260

Volume 4, Nomor 2

Oktober, 2015

9.

Penulisan Daftar Pustaka: a. Pustaka Primer (Jurnal)

Nama belakang, nama depan, inisial (kalau ada), tahun penerbitan, judul artikel, nama dan nomor jurnal (cetak miring), halaman jurnal, contoh: Happy, S. dan Munawar. 2005. The Role of Farmer in Indonesia. Jurnal

Akuntansi dan Keuangan Indonesia 2(1): 159-173.

b. Buku Teks

Nama belakang, nama depan, inisial (kalau ada), tahun penerbitan, judul buku (cetak miring), edisi buku, kota penerbit, dan nama penerbit. Contoh: Wiley, J. 2006. Corporate Finance.. Mc. GrowHill Los Angeles.

c. Prosiding

Nama belakang, nama depan, tahun penerbitan, judul artikel, nama prosiding (cetak miring), penerbit (cetak miring), halaman, contoh:

Rizal, Taufik. 2012. Pengaruh Bank Syariah Terhadap Produksi Jagung di Madura. Prosiding Seminar Nasional Kedaulatan Pangan Bangkalan Surabaya: 119-159.

d. Skripsi/Tesis/Disertasi

Nama belakang, nama depan, tahun, judul Skripsi/Thesis/Disertasi, sumber (cetak miring), nama penerbit, kota penerbit. Contoh:

Subari, Slamet. 2008. Analisis Alokasi lahan mangrove Kabupaten Sidoarjo. Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

e. Internet

Nama belakang, nama depan, tahun, judul, alamat e-mail (cetak miring), tanggal akses. Contoh:

Zuhriyah, Amanatuz. 2011. Produktivitas Susu Peternak Rakyat.

http://agribisnis.trunojoyo.ac.id. Diakses tanggal 27 Januari 2012.

METODE REVIEW

Artikel yang dinyatakan lolos dari screening awal akan dikirim kepada Mitra Bestari (blind review) untuk ditelaah kelayakan terbit. Adapun hasil dari blind

review adalah:

1. Artikel dapat dipublikasi tanpa revisi.

2. Artikel dapat dipublikasi dengan perbaikan format dan bahasa yang dilakukan oleh penyunting. Perbaikan cukup dilakukan pada proses penyuntingan.

3. Artikel dapat dipublikasi, tetapi penulis harus memperbaiki terlebih dahulu sesuai dengan saran penyunting.

Referensi

Dokumen terkait

Struktur ini memungkinkan BCA untuk lebih memahami siklus usaha nasabah korporasi dan membina hubungan yang lebih erat dengan nasabah-nasabah korporasi utama di

Pada tanggal 1 Januari 2009 sampai dengan tanggal 23 Januari 2009, Perusahaan melakukan pembelian kembali saham (buy back) atas saham-saham yang dimiliki oleh masyarakat

Menurut Anggraeni dan Nurlita (2013) bahwa pertumbuhan ikan erat kaitannya dengan ketersediaan protein dalam pakan, karena protein merupakan sumber energi bagi

INAKAWATI (REKONTRUKSI) AFRISAL (VITRORETINA) DINA NOVITA (INFEKSI) KENTAR (ONKOLOGI) PROF WINARTO (INFEKSI) AFRISAL (VITRORETINA) WISNU SADASIH (KATARAK) INAKAWATI (REKONSTRUKSI)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai kemampuan daun widuri ( Calotropis gigantea ) dalam menghambat pertumbuhan

Paling ideal atau sebaiknya, tunggu price retrace sampai betul2 pada garis 1st Retest (touch 1st Retest) atau sedekat mungkin, baru kita Enter Post. Setkan SL beberapa pips di

Realisasi dari proses modernisasi, secara institusional, dalam sejarah perkembangan pendidikan Islam terjadinya perubahan pada lembaga pendidikan Islam tradisional (sepert

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Variabel pendapatan asli daerah berpengaruh secara signifikan terhadap variabel