• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan antara Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbedaan antara Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

i

Perbedaan antara Perbankan Syariah dengan Perbankan

Konvensional

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Umum Pendidikan Bahasa Indonesia.

Dengan Dosen Pengampu : Asep Purwo Yudi Utomo, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh: Khikmatus Sholikhah

7211413127

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

(2)

ii KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Pendidikan Bahasa Indonesia dengan judul “Perbedaan antara Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional.”

Terselesaikannya makalah ini merupakan sesuatu yang tak lepas dari pertolongan Allah SWT, serta bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT;

2. dosen pengampu Mata Kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia; 3. orang tua yang selalu memberi motivasi dan semangat serta 4. teman-teman yang selalu memberikan dukungan.

Penulis sadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna, kesempurnaan hanya milik Allah semata. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesuksesan dalam pembuatan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan insan akademis yang cinta akan ilmu utamanya.

Semarang, November 2014

(3)

iii DAFTAR ISI

Halaman Muka ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi... iii

Bab 1 Pendahuluan ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 2 1.3 Tujuan Penulisan ... 2 Bab 2 Pembahasan ... 3 2.1 Pengertian Perbankan ... 3

2.2 Produk & Akad yang ditawarkan ... 4

2.3 Pebedaan Perbankan Syariah dengan Konvensional ... 6

Bab 3 Penutup ... 8

3.1 Simpulan ... 8

3.2 Saran ... 8

(4)

1 BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Meskipun ada 6 agama yang diakui di Indonesia akan tetapi islam menjadi agama mayoritas yang dianut. Namun demikian, sistem perekonomian di Indonesia lebih mengarah kepada sistem ekonomi kapitalis termasuk dalam dunia perbankan.

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang sangat penting dalam penyaluran dan pengelolaan dana masyarakat. Dana dari masyarakat yang diterima oleh bank akan dikelola dan disalurkan pada unit kegiatan ekonomi lainnya. Keuntungan yang dihasilkan dari unit kegiatan usaha lainnya akan dikembalikan lagi kepada masyarakat. Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Indonesia menjalankan Dual Banking System yaitu beroperasinya sistem perbankan baik secara konvensional maupun syariah sekaligus dengan tetap memisahkan pengelolaan dan pengoperasiannya.

Namun sistem perbankan syariah pada saat itu belum begitu kuat secara hukum perdata mengingat belum adanya UU yang mengatur secara jelas mengenai perbankan syariah. Dengan mulai berlakunya UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, maka Pemerintah mendukung perkembangan sistem perbankan berbasis syariah. Akan tetapi, masyarakat Indonesia masih memiliki persepsi yang keliru tentang bank syariah. (Imaniyati 2013: 44)

Atas dasar permasalahan di atas, penulis membuat makalah dengan judul “Perbedaan antara Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional” dengan tujuan untuk memberikan pemahaman lebih kepada masyarakat pada umumnya dan insan akademisi pada khususnya.

(5)

2 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka dapat diambil beberapa rumusan masalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini. Diantaranya sebagai berikut:

a) Apa pengertian Perbankan?

b) Apa saja produk yang ditawarkan oleh perbankan konvensional maupun perbankan syariah?

c) Bagaimana perbedaan antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menginformasikan dan memberikan pemahaman mengenai:

a) Memberikan informasi mengenai pengertian Perbankan.

b) Memberikan pemahaman tentang perbedaan dari Perbankan Konvensional dengan Perbankan Syariah.

c) Memberikan pemahaman mengenai produk-produk yang ditawarkan oleh Bank Syariah dengan Bank Konvensional.

(6)

3 BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perbankan

Perbankan menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank Konvensional yaitu bank yang aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya, memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu. Persentase tertentu ini biasanya ditetapkan per tahun. (Santoso & Triandaru 2006 : 153).

Sistem perbankan di Indonesia sejak tahun 1992 hingga saat ini masih menganut dual banking system dimana Bank Konvensional atau biasa disebut dengan Bank Umum dan Bank Syariah atau Bank Islam bisa berdampingan dalam menjalankan operasi usahanya. (Ali 2008: 2) ”... Bank konvensional dan Lembaga Keuangan Lainnya membuka unit usaha syariah...” Sedangkan menurut Sutedi (2009: 41) “berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008, bank umum diperbolehkan ... beroperasi secara konvensional dan syariah sekaligus, sepanjang penataan dan pengelolaannya dilakukan secara terpisah.” Dengan kata lain Bank Konvensional diperbolehkan untuk

(7)

4 membuka kantor cabang yang khusus melakukan kegiatan usaha syariah dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip syariah.

Dari pengertian di atas dapat ditarik simpulan bahwa Bank Konvensional adalah lembaga keuangan yang menjalankan kegiatan usahanya dalam menghimpun dan menyalurkan dana dengan menggunakan cara dan proses yang konvensional seperti pemberian dan pengenaan imbalan berupa bunga. Sedangkan Bank Syariah merupakan lembaga keuangan yang menjalankan unit usaha menghimpun dan menyalurkan dana dengan cara dan proses yang berdasarkan nilai islam (syariah). Dengan kata lain bank syariah merupakan suatu lembaga keuangan yang tidak mengandung bunga (riba), serta unsur-unsur ketidakjelasan atau ketidakpastian dalam operasionalnya.

2.2 Produk dan Akad Yang Ditawarkan

Perbankan Konvensional maupun Perbankan Syariah memiliki produk yang ditawarkan dalam segi pendanaan, pembiayaan serta jasa perbankan lainnya. Produk yang ditawarkan oleh Perbankan Syariah lebih mengadopsi kepada produk yang ditawarkan oleh Perbankan Konvensional hanya saja berbeda dalam pelaksaan serta proses terkait adanya akad yang digunakan dalan perbankan syariah. Jenis produk yang ditawarkan pada perbankan syariah maupun konvensional dalam segi pendanaan meliputi giro, tabungan, deposito/investasi, serta obligasi atau biasa disebut dengan sukuk pada sistem syariah. Dalam segi pembiayaan meliputi pemberian pinjaman (kredit). Produk jasa perbankan lainnya yang ditawarkan seperti jual beli valuta asing, anjak piutang, transfer, inkaso, kliring, dan lain sebagainya.

Selain itu, pada Bank Syariah terdapat pula produk seperti Pasar Modal, Reksadana Syariah, Pasar Uang dan Produk Perbankan Syariah, Asuransi dan Dana Pensiun Syariah, serta Gadai Syariah (Rahn). Produk semacam itu juga terdapat pada Bank Konvensional hanya saja tanpa ada pelekatan kata syariah dalam penyebutannya.

(8)

5 Menurut Ascarya (2011: 41), jenis akad yang diterapkan oleh bank syariah dapat dibagi ke dalam enam kelompok pola, yaitu:

1) pola titipan, meliputi wadi’ah yad amanah dan wadi’ah qardhul hasan; 2) pola pinjaman, meliputi qardh dan qardhul hasan;

3) pola bagi hasil, seperti mudharabah dan musharakah; 4) pola jual beli, seperti murabahah, salam, dan istishna;

5) pola sewa, seperti ijarah dan ijarah wa iqtina atau ijarah muntahiya bittamlik (IMBT); dan

6) pola lainnya, seperti wakalah, kafalah, hiwalah, ujr, sharf, dan rahn. Bentuk produk bank syariah dengan pola titipan (wadi’ah) berupa giro, karena giro merupakan suatu bentuk titipan dana dari masyarakat kepada suatu lembaga keuangan (bank) yang harus dijaga dan kembalikan secara utuh ketika masyarakat tersebut menghendaki. Bentuk produk dengan pola pinjaman adalah pemberian pinjaman yang lebih bersifat sosial dimana masyarakat yang meminjam dana/modal kepada bank syariah untuk keperluan usaha pada khususnya hanya diwajibkan untuk mengembalikan sebesar modal/dana yang dipinjam dan tidak diharuskan untuk membagi dana dari keuntungan yang diperoleh. Untuk pola pinjaman ini lebih ditekankan pada masyarakat yang tidak mampu. Bentuk produk dari pola bagi hasil hampir sama dengan pola pinjaman, bedanya pola bagi hasil tidak untuk bertujuan sosial sehingga masyarakat yang melakukan pinjaman dana wajib mengembalikan dana/modal beserta keuntungan/kerugian yang ditanggung dalam usaha yang dijalankan, dimana ketika usaha yang dijalankan mengalami kerugian maka kerugian tersebut akan ditanggung bersama, dan ketika mengalami keuntungan maka keuntungan tersebut akan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati antara pihak peminjam dengan pihak yang memberi pinjaman.

(9)

6 Dalam pola jual beli, barang yang akan diperjual belikan harus jelas spesifikasinya dengan pihak bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli, harga jual dari bank adalah harga beli dari pemasok ditambah dengan keuntungan dalam persentase tertentu bagi bank syariah sesuai dengan kesepakatan. Kepemilikan barang tersebut akan berpindah kepada nasabah setelah perjanjian jual beli ditandatangai dan nasabah akan membayar dengan cicilan yang besrnya sama hingga pelunasan, jika menggunakan prinsip murabahah. (Ali 2008: 30)

Sedangkan jika menggunakan prinsip salam maka pembayaran dilakukan secara tunai dan barang yang dibeli akan diserahkan dikemudian hari, dan jika menggunakan pola istishna pembayaran bisa dilakukan dengan termin yang jangka waktunya sesuai dengan kesepakatan.

Bentuk produk yang ditawarkan dengan pola sewa dalam pola konsepnya hampir sama denga pola jual beli, namun hanya ada pemindahan hak guna atas barang ataupun jasa tanpa adanya pemindahan kepemilikan. Sedangkan jika menggunakan pola sewa IMBT akan ada perjanjian menjual atau menghibahkan barang yang disewa kepada penyewa di akhir periode sewa sehingga ada pemindahan alih kepemilikan.

2.3 Perbedaan Perbankan Konvensional dengan Syariah

Terkait dengan fungsi bank yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana dari masyarakat tersebut ke masyarakat lain yang membutuhkan, terdapat praktek-praktek yang membedakan antara sistem perbankan syariah dengan sistem perbankan konvensional diantaranya sebagai berikut:

(10)

7

Perbankan Syariah Perbankan Konvensional

Tidak menggunakan sistem bunga

(riba), melainkan bagi hasil Menggunakan sistem bunga

Penentuan besarnya nisbah (proporsi pembagian) di akhir setelah ada usaha

Penentuan besarnya persentase bunga di awal karena di asumsikan usaha yang dijalankan akan selalu untung Besarnya persentase didasarkan pada

keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dijalankan

Besarnya persentase bunga didasarkan pada besarnya dana yang akan

dipinjam

Hanya menawarkan produk halal dengan cara yang halal

Tidak ada pemisahan antara yang halal dengan yang haram, sehingga

menimbulkan ketidakjelasan

Hal yang sangat menonjol dalam perbedaan antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional adalah adanya sistem bunga (riba) yang dianut oleh perbankan konvensional, sedangkan perbankan syariah menganut sistem non-riba, gharar, dan maisir.

(11)

8 BAB 3

PENUTUP 3.1 Simpulan

Berdasarkan yang telah penulis bahas di atas. Maka penulis menarik simpulan bahwa:

a) Perbankan menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

b) Produk yang ditawarkan oleh Perbankan Syariah lebih mengadopsi kepada produk yang ditawarkan oleh Perbankan Konvensional hanya saja berbeda dalam pelaksaan serta proses terkait adanya akad yang digunakan. Dalam perbankan syariah pembagian akad didasarkan pada pola tujuan dari pendanaan, pembiayaan, maupun jasa bank lainnya. c) Perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional adalah terkait

sistem yang digunakan. Pada bank konvensional menganut sistem bunga sedangkan pada bank syariah menggunakan sistem bagi hasil yang mana lebih meringankan beban nasabah.

3.2 Saran

Berdasarkan uraian di atas maka penulis menyarankan kepada pembaca agar dapat mengambil sisi positif dari pembahasan mengenai Perbedaan antara Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional, dan sisi negatif dari pembahasan di atas bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca.

(12)

9 Daftar Pustaka

Ali, Zainuddin. (Ed.) 2008. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika. Anonim. Masyarakat Ekonomi Syariah (MES). Buku Panduan Organisasi. Ascarya. 2011. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers.

Burhanuddin S. 2008. Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: UII Press

Imaniyati, Neni Sri. 2013. Perbankan Syariah Dalam Perspektif Hukum Ekonomi. Bandung: CV Mandar Maju.

Mangani, Ktut Silvanita. (Eds.) 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sutedi, Adrian. 2009. Perbankan Syariah. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Santoso, Totok Budi & Triandaru, Sigit. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.Jakarta: Salemba Empat.

Referensi

Dokumen terkait

Segala puja dan puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dalam penulisan karya tulis ilmiah ini

Berdasarkan ketentuan Pasal 105 huruf a ditegaskan yang pada intinya adalah pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun, maka hak

Berdasarkan analisis SWOT diketahui bahwa usaha budidaya Ikan Lele Dumbo di Desa Paya Pasir memiliki kekuatan memanfaatkan lahan sawit, kelemahan dalam hal tidak

Berdasarkan hasil analisis vegetasi gulma, pengamatan sebelum pengolahan tanah ditemukan 17 spesies gulma, kemudian setelah pengolahan tanah dan perlakuan umur 1, 2 dan 3

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga subjek memiliki psychological well being yang tergolong baik, hal ini ditandai dengan penerimaan diri kedua subjek yang tergolong

sama dengan 45,2% artinya bahwa penggunaan aplikasi whatsapp mampu untuk menjelaskan penyampaian informasi kepada pegawai di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

merkusii yang terdapat pada HPGD memiliki persentase akar yang terkolonisasi sebesar 70.9% (Tabel 2) yang artinya akar yang bersimbiosis dengan cendawan ektomikoriza lebih

Petugas memasukan Nomor Rekam Medis pada pencarian data bagi pasien yang membawa KIB dan jika pasien tidak membawa KIB petugas mencari data pasien dengan menggunakan nama