• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa dalam mengkaji

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa dalam mengkaji"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa dalam mengkaji sebuah karya sastra tidak bisa terlepas dari unsur struktur yang membangun karya sastra tersebut. Maka sebelum memasuki dunia penokohan lebih jauh harus dikaji terlebih dahulu melalui pendekatan struktur. Selain itu karya sastra juga dipandang sebagai fenomena psikologis, sehingga menampilkan aspek-aspek kejiwaan pada tokoh-tokoh melalui teks yang berupa drama maupun prosa. Oleh karena itu tokoh-tokoh dalam karya sastra harus dihidupkan, diberi jiwa. Pengarang baik sadar maupun tidak sadar memasukkan jiwa manusia ke dalam karyanya. Hal ini akan terlihat dalam diri tokoh cerita dan lingkungan cerita dimana cerita tersebut terjadi.

Fenomena kejiwaan sebagai proyeksi pemikiran pengarang nampak lewat perilaku tokoh-tokoh ceritanya, sehingga karya teks sastra dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. Bertitik tolak pada pemaparan tersebut, maka pada bab IV ini akan dipaparkan berbagai hasil temuan sesuai

tujuan penelitian yaitu Mendeskripsikan struktur karya sastra dalam Serat

Prabangkara karya Ki Padmasusastra; Mendeskripsikan id dalam Serat

Prabangkara karya Ki Padmasusastra; Mendeskripsikan ego dalam Serat

Prabangkara karya Ki Padmasusastra; Mendeskripsikan superego dalam Serat

(2)

commit to user

karakter yang terdapat dalam Serat Prabangkara karya Ki Padmasusastra.

Selengkapnya diidentifikasi dan diklasifikasikan pada pemaparan di bawah ini:

1. Analisis Struktur dalam Serat Prabangkara

Sebuah karya sastra yang berupa novel menampilkan penceritaan tokoh dengan menggunakan media bahasa yang didalamnya terdapat unsur-unsur pembangun karya sastra tersebut, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Dalam hal ini, kedua unsur tersebut digunakan untuk mempermudah pemahaman dan

imajinasi pembaca Serat Prabangkara. Oleh sebab itu analisis dalam novel ini

dimulai dari analisis struktur novel yang dijelaskan seperti halnya dibawah ini:

a. Tema

Dalam Serat Prabangkara penulis menyimpulkan bahwa novel

tersebut bertemakan tentang percintaan. Di dalam novel ini banyak memaparkan cerita tentang kesetiaan cinta, pengorbanan demi cinta, perjuangan demi cinta, kesengsaraan karena cinta yang sampai pada akhirnya cinta tersebut bisa saling memiliki. Tema inilah yang menjadikan novel ini menjadi sangat menarik untuk dibaca.

Diceritakan bahwa kepergian Rara Apyu masuk kedalam hutan belantara. Linangan airmata terus menemani perjalananya. Berjalan tanpa arah menuruti langkah kakinya. Sesampainya sore hari, tertahan perjalananya dibawah pohon benda kawak. Di bawah pohon tersebut terdapat sendang yang sangat jernih airnya. Berikut kutipan Sang Putri yang dapat menunjukkan tema percintaan dalam Serat Prabangkara:

(3)

Maskumambang

Dhuh pangeran dununge katresnan mami Baya tan supena

Dasine kawelas asih Angambah wana wulusan

Dasihira mung anganyam-anyam pati Lamunta panggiha

Kalawan pangeran mami Marmenggal nyawa nusula Liringira dadi ingsun tuku pati Nanging iya ora

Lamun ira gelis prapti

Ngong anti ing pinggir sendhang

Terjemahan:

Duh pangeran pelabuhan cintaku Tidaklah bermimpi

Diriku berbelas kasihan Menjamah hutan wulusan

Sayangmu hanya merangkai kematian Walaupun bertemu

Dengan pangeranku

Semoga diiringi dengan kematian Cintamu aku beli dengan kematian Namun bisa tidak

Kalau kamu cepat datang Aku tunggu dipinggir sendang

b. Tokoh dan Penokohan

Mengkaji novel dengan pendekatan psikologi sastra terhadap novel berarti memanfaatkan unsur intrinsik pada tokoh dan penokohan untuk didekati dengan pendekatan psikologi sastra. Hal inilah yang mendorong bahwa dalam mengkaji novel dengan pendekatakan psikologi sastra melalui teks harus memaparkan penokohan agar kejiwaan tokoh dapat ditemukan.

(4)

commit to user

Menurut Waluyo (2002: 164), ada hubungan yang erat antara penokohan dan perwatakan. Penokohan berhubungan dengan cara pengarang menentukan cara memilih tokoh-tokohnya serta memberi nama tokoh itu. Keduanya menyangkut diri tokoh-tokoh dalam cerita rekaan itu.

Sebuah karya sastra yang berbentuk novel menjadi menarik karena para tokoh yang diceritakan penulis disajikan dengan kehidupan yang luar bisa. Cerita inilah yang nanti akan menarik perhatian penikmat karya sastra. Penokohan menunjuk pada tokoh beserta karakter atau sifat-sifat yang dimiliki para tokoh yang digambarkan melalui dialog antar tokoh ataupun digambarkan secara langsung dengan menyebutkan sifat-sifat tokohnya ataupun dengan menyebutkan ciri-ciri fisiknya sehingga pembaca mampu mengenali tokoh cerita dengan mudah.

Serat Prabangkara menampilkan tokoh-tokoh yang berasal dari latar

belakang sosial dan budaya yang berbeda-beda. Mulai dari tokoh yang berasal dari kerajaan, abdi kerajaan, perangkat desa, rakyat jelata, dan penjahat yang mempunyai kebisaaan berdagang manusia. Di bawah ini akan diuraikan tokoh-tokoh yang mempunyai peran dalam jalannya cerita atau tokoh yang sering muncul beserta karakter berdasarkan peran dan fungsinya yang terdapat dalam Serat Prabangkara. Adapun tokoh-tokohnya adalah sebagai berikut:

1) Pangeran Adipati Prabangkara

Pangeran Adipati Prabangkara adalah tokoh utama protagonis dalam novel ini. Keberadaannya menjadi pusat penceritaan. Kisah yang dipaparkan dalam novel ini secara keseluruhan berpusat pada kehidupan Pangeran Adipati

(5)

Prabangkara, mulai masa kecil, masa-masa dewasanya sebagai seorang putra Raja, dan sampai masa puncak perjuangan cintanya hingga menikah dengan Rara Apyu.

Pangeran Adipati Prabangkara adalah putra pertama dari istri permaisuri yaitu Dewi Geniara, dan merupakan putra keseratus sekaligus yang terakhir dari Prabu Ondakara, namun sembilanpuluh sembilan saudaranya dilahirkan oleh istri selir Prabu Ondakara. Dengan demikian Pangeran Adipati Prabangkara sangat diidam-idamkan menjadi pewaris tahta kerajaan di negara Indhu. Ketika masih kecil Pangeran Adipati Prabangkara digambarkan sebagai anak yang sangat menawan dan sangat memukau. Pelukisan watak Pangeran

Adipati Prabangkara ini menggunakan metode Direct Author Analysis;

pengarang secara langsung menganalisis atau melukiskan keadaan pelaku. Nampak pada kutipan dibawah ini:

sang rajaputra sakalangkung dinama-dama, kalis ing roga walagang kados siniram ing toya gege, cinitra warnanipun sang pangeran pindha bang-bang mudhun saking ardi ruruh sêmu jatmika mêrak ati,... (H2P1)

Terjemahannya:

Sang putra raja sangat diidam-idamkan, badanya cepat tumbuh besar bagaikan disiram air kehidupan, diibaratkan wujud Sang Pangeran bagaikan matahari kemerah-merahan yang turun dari gunung dengan anggun dan sangat memikat hati.

Penggambaran lain Pangeran Adipati Prabangkara adalah ketika sudah beranjak dewasa Ia merupakan lelaki yang normal dalam hal perasaan cinta kepada lawan jenis. Tergambar ketika sudah beranjak dewasa, Ia mulai timbul rasa cinta ketika melihat kecantikan Rara Apyu. Penggambaran penokohan Pangeran Adipati Prabangkara ini oleh pengarang menggunakan metode

(6)

commit to user

Direct Author Analysis; pengarang secara langsung menganalisis atau melukiskan watak pelaku. Nampak pada kutipan dibawah ini:

...Sang pangeran saya diwasa, makatên ugi Rara Apyu saya nêdhêng birai, sang pangeran botên sagêd amênggak karsa dening karoban ing mêmanis,..(H3)

Terjemahannya:

yang semakin tumbuh rasa asmaranya, Sang pangeran tidak bisa menahan keinginan k

Pangeran Adipati Prabangkara adalah pemuda yang masih polos dalam bercinta, karena setahu Dia cara pengungkapan rasa cintanya kepada Rara Apyu hanyalah dengan cara pemberian barang, bukan dengan cara memberikan perhatian berupa perbuatan maupun perkataan. Penggambaran penokohan Pangeran Adipati Prabangkara ini oleh pengarang menggunakan

metode Conversation of Other to character; pengarang melukiskan watak

pelaku utama melalui perbincangan atau dialog dengan para pelaku lainnya. Nampak pada kutipan dibawah ini:

Kowe aja kaliru tômpa, kowe rewangku sêkolah cilik mula, bênêre kowe wis sumurup marang atèn-atènku, ênggonku ora basa marang kowe apa ora wis amratandhani yèn aku rumakêt marang kowe, lan atiku apa wis ora kalêbu ing atimu, manisku apa wis ora [o...]

[...ra] ra nyukupi yèn aku asih trêsna marang kowe.(H4P3) Terjemahannya:

Kamu jangan salah paham, kamu temanku sekolah sejak kecil, seharusnya kamu tahu tentang sifatku, caraku dengan tidak berbahasa (krama) kepadamu apakah tidak menandakan bahwa aku sudah merasa akrab denganmu, dan hatiku apakah sudah tidak masuk dalam hatimu, manis senyumku apakah tidak cukup untuk menandakan cintaku kepadamu.

(7)

Penggambaran sifat lain Pangeran Adipati Prabangkara adalah seorang yang tidak mau diatur, tidak disiplin terhadap tugas negara, dan sesekali berbohong karena ternyata setiap ayahnya menyuruh utusan untuk menengok ke rumahnya ternyata rumahnya kosong. Penggambaran penokohan Pangeran

Adipati Prabangkara ini oleh pengarang menggunakan metode Conversation

of Other to character; pengarang melukiskan watak pelaku utama melalui perbincangan atau dialog dengan para pelaku lainnya. Nampak pada kutipan dibawah ini:

...Kapriye anane kaki adipati, dene wis lawas ora milu angadêgi ana pasamuwaning pangadilaningsun, pamite lara, nanging yêktine ora, sabên ingsun utusan niliki tinêmu suwung,... (H6)

Terjemahannya:

ikut dalam pertemuan pengadilanku, pamitnya sakit, tapi ternyata tidak, setiap saya menyuruh utusanku untuk menengoknya rumahnya selalu

Penggambaran watak lain yang dimiliki Pangeran Adipati Prabangkara adalah Ia tidak mau berpisah dengan kekasihnya. Ketika diberitakan kekasihnya telah pergi meninggalkan rumah, Ia cepat bergegas mencarinya sendiri tanpa mengharap bantuan orang lain dan memang Ia tidak suka kalau dalam kepergiannya dibantu oleh orang lain karena kuwatir malah akan mengganggu perjalanannya. Ia juga orang yang mampu menenangkan hati pada orang yang merasa kebingungan. Ia juga seorang yang sangat dermawan sekaligus sangat bertanggung jawab kepada abdinya.

(8)

commit to user

Ia berusaha memberi kepercayaan kyai jurutaman bahwa putrinya pasti akan bisa ditemukan. Dengan rasa tanggung jawab dan empati yang tinggi, sebelum pergi mencari Rara Apyu Ia tidak lupa memberikan uang kepada Kyai Jurutaman untuk cadangan hidup selama kepergiannya. Ia juga menolak bantuan Kyai Jurutaman yang hendak ikut membantu dalam kepergiannya. Penggambaran penokohan Pangeran Adipati Prabangkara ini oleh pengarang

menggunakan metode Conversation of Other to character; pengarang

melukiskan watak pelaku utama melalui perbincangan atau dialog dengan para pelaku lainnya. Nampak pada kutipan dibawah ini:

Wis ta: kowe muliha bae, tak golèkane dhewe, kowe aja wara-wara, lawas enggal amêsthi bisa kêtêmu, kowe têntrêma ana ing omah, aja lunga-lunga lan aja cilik atimu, iki tampanana dhuwit limang atus ringgit gawenên sangu urip sajrone kowe daktinggal anggolèki anakmu. ...nanging mênawi kêlilan kawula nyuwun dhèrèk satindak dalêm.

Aja paman, aku arêp lumaku ijèn, yèn nganggo rewang mundhak amêmurung laku,... (H14)

Terjemahannya:

Sudahlah kamu pulang saja, tak carinya sendiri, kamu jangan bilang-bilang, lama atau cepat pasti akan ketemu, kamu tenanglah dirumah, jangan pergi-pergi dan jangan berkecil hati, ini terimalah uang limaratus ringgit gunakanlah untuk hidup selama kepergianku mencari anakmu. ...tapi kalau diperbolehkan saya berharap ikut kepergian paduka

Jangan paman, saya mau pergi sendiri, kalau bawa pembantu nanti malah mengganggu perjalananku,...

Gambaran lain tentang penokohan Pangeran Adipati Prabangkara adalah seorang yang bisa menempatkan diri. Ia mengembaraan mencari kepergian Rara Apyu pakaian selayaknya pedagang, hal itu dilakukan agar tidak tampak bahwa Ia adalah keturunan raja. Selain itu Ia juga tetap memikirkan kebutuhan hidupnya disaat jauh dari orang tua, yaitu dengan bekal berupa uang emas sekantong. Penggambaran penokohan Pangeran Adipati Prabangkara ini oleh

(9)

pengarang menggunakan metode Discussion of environment; pengarang melukiskan keadaan sekitar pelaku, sehingga pembaca dapat menyimpulkan watak pelaku tersebut. Nampak pada kutipan dibawah ini:

Kangjêng pangeran lajêng têdhak ing kamar panyêratan ngantos sawatawis dangu, rampung anggènipun nyêrat lajêng dandos ngagêm agêman cara sudagar, namung sangu arta êmas sarajud... (H15, P1) Terjemahannya:

Kanjeng Pangeran kemudian menuju kamar penulisan hingga waktu cukup lama. Selesai menulis lalu berdandan memakai pakaian ala

Gambaran lain tentang penokohan Pangeran Adipati Prabangkara adalah

Ia seorang yang sangat sakti. Ia pernah belajar ilmu penciuman kepada

gurunya. Karena ilmu tersebut, maka Pangeran Adipati Prabangkara mampu mencari Rara Apyu yang sebelumnya tidak diketahui arah perginya. Ketika Pangeran Adipati Prabangkara sudah hampir putus asa karena tidak tahu harus kemana mencari Rara Apyu. Ilmu tersebut kemudian segera Ia gunakan untuk mencari Rara Apyu. Sampai kemudian Ia mampu menemukan Rara Apyu

yang sedang berada di sebuah sendang. Penggambaran penokohan Pangeran

Adipati Prabangkara ini oleh pengarang menggunakan metode Phisical

description; pengarang menggambarkan watak pelaku cerita melalui pemerian (deskripsi) bentuk lahir atau temperamen pelaku. Nampak pada kutipan dibawah ini:

Dumugi samanten sang pangeran peteng paningalipun, wusana kantu ngantos sawatawis dangu, sareng wungu kengetan yen sariranipun nate anggeguru kalepasaning ngelmi panggandan, sareng dipun watek lajeng sumerep puruging lampahipun Rara Apyu enggal tinututan, mila lampahipun namung untap-untapan kemawon, sareng dumugi sacelaking sendhang: panggandanipun kendel mulek wonten ing ngriku. Sang rara pinanggih tumungkul sarwi mêtêk pada, luhipun carocosan, botên

(10)

commit to user

sumêrêp dhatêngipun sang pangeran, sumêrêp-sumêrêp sampun rinangkul sarta dipun arasi pungkuranipun, sang rara kagèt, nanging lajêng sumêrêp yèn ingkang raka, sang ayu apongah-pangihan katêmbèn dinêmèk ing kakung ingkang dados têlênging manah. (H26)

Terjemahanya:

Sesampainya disitu Sang Pangeran gelap pandangannya, akhirnya tertidur sampai beberapa lama. Ketika bangun teringat kalau dirinya

pernah berguru tentang ilmu penciuman. Ketika ilmu tersebut lakukan

kemudian dapat diketahui arah perginya Rara Apyu, kemudian dikejarnya. Maka larinya pun sangat kegirangan. Sesampainya didekat

sendang, penciumanya hanya berkutat ditempat tersebut. Sang putri

ditemuinya sedang duduk serta memegang kaki, air matanya bercucuran, tidak mengetahui datangnya Sang Pangeran, tau-tau sudah didekap serta diciumi punggungnya. Sang putri terkejut, namun ketika tau bahwa itu Sang Pangeran, Sang Putri kegirangan baru pertama kali desentuh oleh Pangeran yang menjadi pujaan hatinya.

Selain tersebut diatas, gambaran lain pangeran adipati prabangkara adalah seorang yang mempunyai keinginan yang kuat untuk mewujudkan keinginannya. Ia juga orang yang sangat rendah hati dan religius, karena segala sesuatu yang Ia lakukan selalu berharap akan pertolongan Allah.

Pangeran Adipati Prabangkara adalah seorang mempunyai keinginan yang kuat untuk bisa menikah dengan Rara Apyu, lalu pergi dari kerajaan untuk bisa hidup bersama dengan Rara Apyu. Nampak pada kutipan dibawah ini:

Karepku: yen kowe condhong, aku arep ambanjurake oncat saka tetekemaning wong atuwaku, kaya-kaya aku bisa urip kanthi seneng anggawa sangu kalawan pawitaning kapinteranaku, anggere sakaroron karo kowe, tinimbang aku mindeng susah sajroning kamukten ana wewenanging wong tuwaku, becik mindeng bungah sajroning kasrakat saka kaskayaku dhewe. (H28)

Terjemahanya:

Keinginanku, jika kamu mau, aku akan melanjutkan pergi dari cengkeraman orang tuaku, seakan-akan aku bisa hidup sendiri dengan

(11)

senang dengan bekal kepintaranku asalkan dapat berdua denganmu, daripada aku merasa susah didalam kemegahan orang tuaku, lebih baik merasa senang dalam kekurangan namun dari jerihpayahku sendiri.

Penggambaran penokohan Pangeran Adipati Prabangkara diatas oleh

pengarang menggunakan metode Conversation of Other to character;

pengarang melukiskan watak pelaku utama melalui perbincangan atau dialog dengan para pelaku lainnya.

2) Tokoh Protagonis (Rara Apyu)

Rara Apyu ketika masih kecil sudah tergambarkan sebagai sosok wanita yang sangat indah walaupun belum pecah kewibawaannya. Semasa kecil Rara Apyu sudah terlihat kalau kelak akan menjadi orang yang terkemuka di bumi. Wajahnya sangat cantik, tubuhnya langsing, kulitnya berwarna kuning langsat, dan mukanya bersinar bagaikan bintang. Secara fisik sosok Rara Apyu gigambarkan sebagai wanita yang sangat sempurna. Pelukisan watak Rara

Apyu ini menggunakan metode phisical description, karena pengarang

menggambarkan watak pelaku melalui pemerian (deskripsikan) bentuk lahir atau temperamen pelaku. Nampak pada kutipan dibawah ini:

...Rara Apyu, endah ing warni sanadyan dèrèng pêcah pamoripun, sampun angantawisi yèn badhe pinunjul ing bumi, cinitra warnanipun Rara Apyu, sariranipun singsêt amênjalin kuning wênês maya-maya lumêr apindha pradapaning angsoka, wadananipun mancorong pindha kartika mabangun,...(H3)

Terjemahannya:

...Rara Apyu, indah mujudnya walaupun belum pecah kewibawaannya. Sudah terlihat jika kelak akan terkemuka di Bumi. Digambarkan mujudnya Rara Apyu, tubuhnya langsing, kulitnya berwarna kuning langsat, dan mukanya bersinar bagaikan bintang yang merekah.

(12)

commit to user

Nampak juga pada kutipan tembang macapat pangkur yang dilantunkan oleh Pangeran Adipati Prabangkara. Pendeskripsian Rara Apyu ini oleh

pengarang dengan metode Conversation of Other to character; pengarang

melukiskan watak melalui perbincangan atau dialog dengan para pelaku lainnya. Kutipannya adalah sebagai berikut:

Pangkur

mungkur karênaning candra / nira Apyu tuhu punjul ing bumi / wadana lêkêr dinulu / dhasar mêntas lêlampah / kasorot ing raditya ing wanci surup / lumarap silêming tirta / gumêbyar lir sitarêsmi //

netra lir sagara muncar / kocak dening gênjoting kêdhèp aris / imba jait amalêngkung / bayu ijo rumêngga / angawêngi kadi têtali gumantung / pangarasan maya-maya / masmu rêkta dening gêtih //

waja rêntêt runtut rata / putih gilap pindha tètèsing warih / wèh kêsare kang andulu / lathi sigar ing wohan / mèngèr-mèngèr kadi gêbyaring kang banu / tumrontong madhangi jagad / wèh enggar isining bumi // rema mêmak ngendrawila / kadi sêkar bakung kasilir angin / kêkêtêp kadi [ka...]

[...di] pinatut / ngrompyoh[3] anyimbar wrêksa / athi-athi nyaluwêng ngudhuping mênur / jaja wêwêg wêlar wijang / sarira ambêngle keris // (H25-26)

Terjemahannya:

Karena senang lalu dipuji / kamu Apyu betul yang terlebih di bumi / wajah sedap dipandang / dasar elok kalau berjalan / tersorot matahari di waktu senja / beriringan dengan selamnya air / gemerlap bagaikan rembulan //

mata bagaikan gemerlap lautan / terguncang oleh ayunan kerdhip yang serasi / alis terajut berkelok / hidung terhias / melengkung bagaikan tali yang digantung / pipi samar-samar / darahmu tampak putih //

gigi parat berurutan rata / putih mengkilap bagaikan tetesan air / membuat berdebar yang melihat / bibir bagaikan buah yang terbelah / bersilauan bagaikan kilauan air / bercahaya menerangi dunia / memberi teduh seisi bumi //

rambut halus hitam mengkilat / bagaikan bunga bakung tertiup angin / tebal terlihat pantas / bergelantungan terurai / athi-athi melingkar seperti kuncup menur / dhadha kokoh melebar terang / badhan kerkelok bagaikan keris //

rambut halus terurai / bagaikan bunga bakung tersisir angin / bulu roma di sekitar dahi terlihat sangat pantas / bergrombol bagaikan ulat / athi-athi berkelok bagaikan kuncup menur / dada tambun lebar dan terang / tubuh berkelok bagaikan keris //

(13)

PenggambaranRara Ayu adalah seorang yang tidak bertipe materialistis. Ia sangat susah untuk ditaklukan hatinya. Ia tidak bisa dengan mudah ditaklukkan hatinya hanya dengan pemberian uang, pakaian, maupun materi lainnya. Pendeskripsian Rara Apyu ini oleh pengarang dengan metode Direct Author Analysis; pengarang secara langsung menganalisis atau melukiskan watak pelaku. Nampak pada kutipan di bawah ini:

...ananging Rara Apyu nyolong pêthèk, katingalipun tutut, yèktosipun kêsit, botên kenging ginagampil sarta botên kenging rinoban ing arta [ar...]

[...ta] busana, punapa pawèwèhipun sang pangeran: dipun tampik. (H3-4)

Terjemahannya:

a, terlihat menurut, namun ternyata gesit, tidak bisa dipermudah serta tidak mau diberi uang, pakaian. Apapun pemberian Sang Pangeran ditolak.

Namun demikian, Rara Apyu sebenarnya sangat mencintai Pangeran Adipati Prabangkara. Hanya saja Ia adalah tipe wanita yang tidak mau

mengungkapkan rasa cintanya dengan kata-kata. Ia lebih suka

mengungkapkan perasaannya dengan bentuk tingkah laku. Pendeskripsian

Rara Apyu ini oleh pengarang dengan metode Conversation of Other to

character; pengarang melukiskan watak melalui perbincangan atau dialog dengan para pelaku lainnya. Kutipannya adalah sebagai berikut:

Kowe aja kaliru tômpa, kowe rewangku sêkolah cilik mula, bênêre kowe wis sumurup marang atèn-atènku, ênggonku ora basa marang kowe apa ora wis amratandhani yèn aku rumakêt marang kowe, lan atiku apa wis ora kalêbu ing atimu, manisku apa wis ora [o...]

(14)

commit to user

Terjemahannya:

Kamu jangan salah paham, kamu temanku sekolah sejak kecil, seharusnya kamu tahu tentang sifatku, caraku dengan tidak berbahasa (krama) kepadamu apakah tidak menandakan bahwa aku sudah merasa akrab denganmu, dan hatiku apakah sudah tidak masuk dalam hatimu, manis senyumku apakah tidak cukup untuk menandakan cintaku kepadamu.

3) Prabu Ondakara

Dalam Serat Prabangkara, Prabu Ondakara berperan sebagai Ayah dari Pangeran Adipati Prabangkara. Ia adalah seorang raja besar di negara Indhu. Beberapa negara di sekitar telah tunduk olehnya. Prabu Ondakara adalah sosok seorang pemimpin yang baik. Ia merupakan seorang raja yang adil dan bijaksana. Pendeskripsian Prabu Ondakara ini oleh pengarang dengan metode Direct Author Analysis; pengarang secara langsung menganalisis atau melukiskan watak pelaku. Kutipannya adalah sebagai berikut:

Ing nagari Indhu wontên ingkang jumênêng nata ajêjuluk Maha Prabu Ôndakara, agêng karatonipun, pintên-pintên nagari ingkang sami suyud nungkul aris botên kalayan kagêbag ing prang, kapraban ing kawibawan dening kontaping asmanipun sang prabu, dhasar ratu agung binathara, nyakrawati ambaudhêndha. (H 2)

Terjemahannya:

Di negara Indhu ada seorang raja bernama Maha Prabu Ondakara. Besar kerajaannya. Beberapa negara tunduk tidak berani melawan, karena terlindungi oleh kewibawaan dan besarnya nama Sang Prabu. Dasar raja besar, adil dan bijaksana.

Penggambaran lain tentang watak Prabu Ondakara adalah seorang yang memegang teguh kewibawaan dan harga diri. Ia tidak ingin anaknya menikah dengan rakyat jelata, karena keturunan raja harus menikah dengan anak raja pula, atau keturunan orang yang berderajat tinggi lainnya. Pendeskripsian

(15)

character; pengarang melukiskan watak melalui perbincangan atau dialog dengan para pelaku lainnya. Kutipannya adalah sebagai berikut:

Apa durung sira surupake yèn putraning ratu ora kêna krama olèh wong cilik, kudu olèh putrining ratu, utawa olèh santana putrane wong gêdhe têdhaking karaton, awit bakal dadi sêsêmbahane wong akèh. (H. 7)

Terjemahannya:

Apakah belum kau beri tahu tahu kalau anak raja tidak boleh menikah dengan rakyat jelata. Harus mendapat anaknya raja, atau mendapat keluarga anaknya orang yang berderajat tinggi keturunan kerajaan, karena akan menjadi tempat persembahan orang banyak.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas Prabu Ondakara merupakan orang tua yang bertipe memaksakan kehendak. Ia tidak perduli terhadap perasaan orang lain. Hal ini tergambar oleh percakapan Pangeran Adipati Prabangkara dengan Patih Giripawaka yang mengungkapkan perlawanan dan kritikan terhadap orangtuanya tentang pemaksaan perjodohan tersebut. Pendeskripsian Prabu Ondakara ini oleh pengarang dengan metode Conversation of Other to character; pengarang melukiskan watak melalui perbincangan atau dialog dengan para pelaku lainnya. Kutipannya adalah sebagai berikut:

Kawula nuwun sampun botên kêkirangan anggèn kawula anyêrêp-nyêrêpakên sarta mardi piturutipun dhatêng panjênêngan dalêm, ananging tansah wangkot, namung ngagêm karsanipun piyambak mawi nyorahakên kêkajênganing tiyang botên kenging pinêksa ing liyan, sanadyan ratu botên wênang amêksa dhatêng tiyang ingkang lumuh: [lu...]

--- 7 ---

[...muh:] utawi botên ajêng, upami kalampahan karsaning ratu ingkang makatên wau, punika nyulayani kalayan pranataning agama, prasasat mêksa akèn nêdha têtêdhan ingkang dipun gigoni, mutah wontên sapangajêngan, prasasat pamalês panganiayanipun sang prabu.

(16)

commit to user

Terjemahannya:

Permisi sudah tidak kurang-kurang saya memberitahu dan membina kepadanya, namun selalu susah. Hanya menggunakan keinginannya sendiri dan berkata bahwa keinginan orang tidak bisa dipaksakan oleh orang lain. Walaupun raja tidak berwenang memaksa kepadha orang yang lemah, atau yang tidak berkeinginan. Seandainya terlaksana keinginan raja yang demikian tadi, itu menyalahi ajaran agama. Bagaikan memaksa suruh memakan makanan yang dihindari (muak). Mutah di depan, bagaikan membalas penganiayaan Sang Prabu.

4) Dewi Geniyara

Dalam Serat Prabangkara, Dewi Geniyara berperan sebagai istri

permaisuri sekaligus istri terakhir. Dari pernikahan dengan Prabu Ondakara Ia melahirkan satu putra yaitu Pangeran Adipati Prabangkara. Dewi Geniyara digambarkan sebagai seorang yang sangat taat dan menghormati suaminya. Ketaatan geniyara kepada Prabu Ondakara tergambar ketikan Ia disuruh Prabu Ondakara untuk menemui putranya dan membujuk supaya patuh kepada orangtua. Pendeskripsian Dewi Geniyara ini oleh pengarang dengan metode Conversation of Other to character; pengarang melukiskan watak melalui perbincangan atau dialog dengan para pelaku lainnya. Kutipannya adalah sebagai berikut:

Gusti, dhawuh dalêm saèstu badhe kawula lampahi kalayan pamardi ingkang ngantos putra dalêm miturut punapa parênging karsa dalêm, karosan kawula misesa dhumatêng putra dalêm, botên liya namung

saking dêrêsipun dhawahing luh kawula, bokmênawi sagêd

anyandèkakên gonjinging manahipun putra dalêm dara pangeran ingkang gumiwang dhatêng Rara Apyu. (H10)

Terjemahannya:

Gusti, perintahmu benar-benar akan saya laksanakan dengan pengajaran yang sampai putramu menuruti apa keinginanmu. kemampuan hamba memerintah kepada putramu tidak lain hanya sangat derasnya tetesan air mataku. Barangkali bisa menenangkan getaran hati putramu tuan Pangeran yang tertarik kepada Rara Apyu.

(17)

Dewi Geniyara juga digambarkan sebagai seorang ibu yang sangat sayang kepada putranya yaitu Pangeran Adipati Prabangkara. Ia sangat terpukul ketikan mengetahui bahwa putranya pergi meninggalkan kerajaan karena mencari kepergian kekasihnya. Pendeskripsian Dewi Geniyara ini oleh

pengarang dengan metode Reaction to Event; pengarang melukiskan

bagaimana reaksi pelaku terhadap peristiwa tertentu. Kutipannya adalah

sebagai berikut:

...sang pramèswari anjrit karuna sumungkêm ing pangkonipun ingkang raka sêsambat amêlas asih akèn anusulakên utawi ambelakakên pêjah sarêng lan ingkang [ing...]

--- 18 --- [...kang] putra...

Terjemahannya:

mengeluh memohon dengan belas kasihan untuk menyusul atau memilih mati bersama putranya.

Penggambaran lain tentang watak Dewi Geniyara adalah orang yang mudah trauma. Ia bingung ketika disuruh suaminya lagi untuk berbicara kepada Pangeran Adipati Prabangkara. Ia takut jika kejadian yang lalu akan terulang lagi ketika putranya tersebut disuruh untuk menikah dengan wanita selain Rara Apyu. Pendeskripsian Dewi Geniyara ini oleh pengarang dengan

metode Reaction to Event; pengarang melukiskan bagaimana reaksi pelaku

terhadap peristiwa tertentu. Kutipannya adalah sebagai berikut:

satamating pamaos: sang prabu angandika kados rantamaning panggalih kala sinewaka. Sang pramèswari anglênggêr dangu botên sagêd matur dening dèrèng angsal wêwênganing pamanggih, ngandika dhatêng ingkang putra bab palakrama taksih anji-anjinên ajrih mênawi kaputungan kados ingkang sampun,.. (H 84)

(18)

commit to user

Terjemahannya:

ang Prabu berbicara seperti urutan pemikiran tatkala di sebuah pertemuan (yang lalu). Sang permaisuri terbengong lama tidak bisa berbicara karena belum mendapat ide. Berbicara dengan putranya masih trauma, takut kalau marah lagi seperti

5) Pangeran Ondapawaka

Dalam cerita Serat Prabangkara, Pangeran Ondapawaka berperan

sebagai adik dari Prabu Ondakara. Dalam sosial kerajaan, Pangeran Ondapawaka mempunyai watak yang hampir sama dengan kehidupan punggawa kerajaan pada umumnya, yaitu bisa dengan bebas meniduri wanita yang bukan istrinya. Sifat Pangeran Ondapawaka ini tergambar ketika Ia sedang bermalam di pertaman Sriwedari, dan dalam tidurnya Ia dilayani oleh Mbok Jurutaman yang berstatus sebagai pelayan kerajaan. Pendeskripsian

Pangeran Ondapawaka ini oleh pengarang dengan metode Discussion of

environment; pengarang melukiskan keadaan sekitar pelaku, sehingga pembaca dapat menyimpulkan watak pelaku tersebut. Kutipannya adalah sebagai berikut:

...tumuntên ingkang rayi Sang Prabu Pangeran Ôndapawaka satêdhak ing patamanan sriwadari: nyare, bok jurutaman kang ngladosi wontên ing yasakambang, punika wanuhipun pangeran, sarêng sampun patutan satunggal, inggih pun Rara Apyu, sang pangeran mantun karsa,...(H3) Terjemahannya:

... lalu adik Sang Prabu Pangeran Ondapawaka turun di pertamanan

Sriwedari. Tidur. Mbok Jurutaman yang melayani di Yasakambang. Itu

kebisaaan Sang Pangeran. Setelah menghasilkan anak satu, yaitu Rara Apyu, Sang Pangeran menghentikan keinginannya.

(19)

Nampak juga pada kutipan berikut ini:

Sang prabu sampun sumêrêp yèn ingkang mancêri sariranipun Sang Pangeran Ôndapawaka, makatên ugi sumêrêp yèn ingkang

--- 61 ---

mancêri ingkang raka radèn apatih: Sang Prabu Ôndakara, dados ing kabatosan sadhèrèk nak-sanak tunggil biyung, inggih sadhèrèk tunggil biyung, kyai jurutaman punika namung ngaku-aku kemawon,... (H61-62) Terjemahannya:

Sang Prabu (Bramarkata/Rara Apyu) sudah mengetahui jika yang menjadi ayahnya adalah Sang Pangeran Ondapawaka. Begitu juga tahu jika yang menjadi ayah kakaknya adalah Sang Prabu Ondakara. Jadi secara kekeluargaan adalah saudara sepupu satu ibu, dan juga saudara seibu. Kyai Jurutaman hanya mengaku-aku saja,...

Namun demikian, Pangeran Ondapawaka ternyata tidak merasa senang bahwa Rara Apyu adalah hasil dari benihnya. Ia tidak mau secara jelas mengakui bahwa Rara Apyu adalah anaknya. Bahkan Ia tidak senang jika masa lalunya dengan Nyai Jurutaman yang menghasilkan Rara Apyu itu diungkit-ungkit lagi. Pendeskripsian Pangeran Ondapawaka ini oleh

pengarang dengan metode Conversation of Other to character; pengarang

melukiskan watak melalui perbincangan atau dialog dengan para pelaku lainnya. Kutipannya adalah sebagai berikut:

Iya, kowe kuwi ngudhak-udhak tai ana ing bathok, kuwi cikbèn apa, wong sanagara wis padha sumurup yèn anakmu wadon Rara Apyu kae: jarene anakku.

Terjemahannya:

Iya, kamu itu mengaduk-aduk tinja di tempurung kelapa, itu untuk apa? Orang satu negara sudah tahu jika anakmu perempuan Rara Apyu itu katanya anakku.

(20)

commit to user

6) Giripawaka

Dalam cerita Serat Prabangkara, Giripawaka berperan sebagai patih

kerajaan Indhu. Penggambaran tokoh Giripawaka adalah seorang patih yang dipercaya oleh raja. Ia tidak hanya menjalankan perintah yang berhubungan dengan tugas pemerintahan kerajaan saja, tapi Ia bahkan dipercaya untuk dilibatkan pada perintah intern keluarga kerajaan. Hal ini tergambar dalam kutipan dialog Prabu Ondakara ketika Giripawaka diperintah untuk menengok keadaan Pangeran Prabangkara di kediamannya karena telah lama tidak ikut pertemuan kerajaan dengan alasan sakit. Pendeskripsian Dewi Geniyara ini oleh pengarang dengan metode Conversation of Other to character; pengarang melukiskan watak melalui perbincangan atau dialog dengan para pelaku lainnya. Kutipannya adalah sebagai berikut:

Kapriye anane kaki adipati, dene wis lawas ora milu angadêgi ana pasamuwaning pangadilaningsun, pamite lara, nanging yêktine ora, sabên ingsun utusan niliki tinêmu suwung, kaya gila andêlêng marang panjênêngan ingsun.(H6)

Terjemahannya:

(patih) bagaimana keadaan putra Adipati, adapun sudah lama tidak ikut dalam pertemuan pengadilanku. Ijinnya sakit, namun ternyata tidak. setiap saya utusan untuk menengok selalu tidak pernah bertemu. Sepertinya muak melihat diriku.

Selain itu, Patih Giripawaka merupakan orang yang dipercaya untuk membimbing Pangeran Adipati Prabangkara. Oleh karena itu, Patih Giripawaka juga dijadikan sebagai sumber informasi tentang kepribadiaan Pangeran Adipati Prabangkara. Pendeskripsian Dewi Geniyara ini oleh

(21)

melukiskan watak melalui perbincangan atau dialog dengan para pelaku lainnya. Kutipannya adalah sebagai berikut:

Kawula nuwun, bawaning lare: putra dalêm gampil angampangakên [angampang...]

--- 6 ---

[...akên] katrisnan, awit sumêrêp yèn katrisnan dalêm botên sagêd ewah saking têlênging galih, dene anggènipun nilar kêwajiban agêng dening sampun wontên ingkang dipun andêlakên, para nayakaning praja sami wicaksana bèrbudi.

Terjemahannya:

Permisi, keadaannya putra paduka mudah merasakan cinta. Karena tahu kalau cintanya tidak bisa berubah dari dalamya hati. Meskipun meninggalkan kuwajiban besar karena sudah ada yang diandalkan. Para punggawa kerajaan bersikap bijaksana.

Penggambaran yang menyatakan bahwa Patih Giripawaka adalah orang yang dipercaya untuk membimbing Pangeran Adipati Prabangkara adalah ketika Patih Giripawaka memberikan saran kepada Pangeran Adipati Prabangkara agar mau menuruti perintah ayahnya, walaupun saran tersebut tidak dihiraukan oleh Pangeran Adipati Prabangkara. Pendeskripsian Dewi

Geniyara ini oleh pengarang dengan metode Conversation of Other to

character; pengarang melukiskan watak melalui perbincangan atau dialog dengan para pelaku lainnya. Kutipannya adalah sebagai berikut:

Botên liya namung awit saking pamêksa kawula saha para nayakaning praja amundhi dhawuh timbalan dalêm anantun tumuntên karsa krama, pikantuk putrining ratu ingkang timbang kaluhuranipun putra dalêm, ananging putra dalêm mrêngkang rèhing kautaman kagungan pamilih, krama pikantuk anakipun tiyang pidakpadarakan, abdi dalêm pun jurutaman ing sriwadari anama Rara Apyu. (H7)

Terjemahannya:

Tidak lain hanya karena paksaan saya dan para punggawa kerajaan menjalankan perintah paduka supaya bersedia menikah dengan putri ratu yang sesuai dengan derajat putra paduka. Tapi putra paduka menghindar

(22)

commit to user

dari jalur kebaikan dan memilih menikah mendapat anak orang rakyat jelata. Abdi paduka Jurutaman di sriwedari yang bernama Rara Apyu.

7) Mbok Jurutaman

Dalam Serat Prabangkara, Mbok Jurutaman berperan sebagai penari

kerajaan. Selain bertugas penari kerajaan, Ia juga sebagai pelayan punggawa kerajaan. Namun bentuk pelayanannya kepada punggawa kerajaan tidak hanya lahiriyah saja, namun bahkan sampai batiniyah. Mbok Jurutaman digambarkan telah melayani dua pemimpin kerajaan Indhu. Mbok Jurutaman merupakan ibu dari Rara Apyu yang dihasilkan dari hubungan tanpa status dengan Pangeran Ondapawaka. Namun setelah hubungan mereka menghasilkan anak, ternyata Pangeran Ondapawaka kemudian sudah tidak lagi mendekati Mbok Jurutaman. Pendeskripsian Mbok Jurutaman ini oleh pengarang dengan

metode Discussion of environment; pengarang melukiskan keadaan sekitar

pelaku, sehingga pembaca dapat menyimpulkan watak pelaku tersebut. Kutipannya adalah sebagai berikut:

...tumuntên ingkang rayi Sang Prabu Pangeran Ôndapawaka satêdhak ing patamanan sriwadari: nyare, bok jurutaman kang ngladosi wontên ing yasakambang, punika wanuhipun pangeran, sarêng sampun patutan satunggal, inggih pun Rara Apyu, sang pangeran mantun karsa,...(H3) Terjemahannya:

... lalu adik Sang Prabu Pangeran Ondapawaka turun di pertamanan

Sriwedari. Tidur. Mbok Jurutaman yang melayani di Yasakambang. Itu

benih Sang Pangeran. Setelah Pangeran dan Nyai Jurutaman mempunyai anak satu, yaitu Rara Apyu, Sang Pangeran menghentikan keinginannya. Selain berhubungan dengan Pangeran Ondapawaka, ternyata Mbok Jurutaman sebelumnya juga melayani Sang Prabu Ondapawaka dan menghasilkan anak Geniroga. Pendeskripsian Mbok Jurutaman ini oleh

(23)

pengarang dengan metode Direct Author Analysis; pengarang secara langsung menganalisis atau melukiskan watak pelaku. Kutipannya adalah sebagai berikut:

Ing pagêdhongan bok jurutaman punika badaya ing karaton taksih kalêbêt santananipun nata kalêrês misan, punika dipun karsakakên sang prabu, lajêng pun trimakakên dhatêng ki jurutaman mêdali Jaka Gêniroga,..(H3)

Terjemahannya:

Di gedung (kerajaan) mbok Jurutaman adalah penari kerajaan, di kerajaan masih termasuk saudara sepupu raja, ini disenangi oleh Sang Prabu (Ondakara), lalu dikasihkan kepada Ki Jurutaman yang melahirkan Jaka Geniroga...

Nampak juga pada kutipan berikut ini:

dados sang pangeran adipati: ing kabatosan kalihan Jaka Gêniroga: sadhèrèk tunggil bapa, kalihan Rara Apyu sadhèrèk nak-sanak, dene Jaka Gêniroga kalihan Rara Apyu sadhèrèk tunggil biyung. (H3)

Terjemahannya:

Jadi Sang Pangeran Adipati: secara batin bersaudara dengan Jaka Geniara yaitu saudara tunggal ayah, dengan Rara Apyu saudara sepupu, adapun Jaka Geniroga dengan Rara Apyu adalah saudara seibu.

Pendeskripsian Mbok Jurutaman ini oleh pengarang juga mendeskripsikan

dengan metode lain yaitu Conversation of Other to character; pengarang

melukiskan watak melalui perbincangan atau dialog dengan para pelaku lainnya. Kutipannya adalah sebagai berikut: Nampak juga pada kutipan berikut ini:

Sang prabu sampun sumêrêp yèn ingkang mancêri sariranipun Sang Pangeran Ôndapawaka, makatên ugi sumêrêp yèn ingkang

--- 61 ---

mancêri ingkang raka radèn apatih: Sang Prabu Ôndakara, dados ing kabatosan sadhèrèk nak-sanak tunggil biyung (Mbok Jurutaman), inggih sadhèrèk tunggil biyung (Mbok Jurutaman), kyai jurutaman punika namung ngaku-aku kemawon,... (H61-62)

(24)

commit to user

Terjemahannya:

Sang Prabu (Bramarkata/Rara Apyu) sudah mengetahui jika yang menjadi ayahnya adalah Sang Pangeran Ondapawaka. Begitu juga tahu jika yang menjadi ayah kakaknya adalah Sang Prabu Ondakara. Jadi secara kekeluargaan adalah saudara sepupu seibu, dan juga saudara seibu. Kyai Jurutaman hanya mengaku-aku saja,...

8) Ki Pedakbrama

Dalam Serat Prabangkara, Ki Pedakbrama adalah seorang Umbul atau

Kepala Desa di desa Gumantar. Penggambaran watak Ki Pedakbrama adalah seorang yang mudah curiga kepada orang lain. Hal itu Nampak ketika Ia mendapat informasi bahwa Pangeran Adipati Prabangkara membeli timun dengan satu keping uang emas. Ketidakwajaran tersebut membuat curiga Ki Pedakbrama, sehingga Ia tergugah hatinya untuk menyelidiki seluk beluk Pangeran Adipati Prabangkara. Pendeskripsian Ki Pedakbrama ini oleh

pengarang dengan metode Portrayal of thought Stream or of Conscious

Thought; pengarang melukiskan jalan pikiran pelaku atau apa yang terlintas di dalam pikiran pelaku. Kutipannya adalah sebagai berikut:

anèh têmên wong bèr budi gêlêm tuku timun sapuluh kalawan wang mas siji, iku yèn dudu benggoling kècu iya wong inggatan, apêse wong rangkat, awit anggawa wong wadon, aku wajib nindakake prakara iku kalawan rêpit, aja nganti gawe girase wong iku sarta iku bakal sumurup ing kanyataane, coba tak têmonana dhewe apa sing dadi kaniyatane. Terjemahannya:

Aneh sekali orang berhati baik mau membeli mentimun sepuluh dengan satu keping uang emas, itu kalau bukan kepala rampok ya orang yang minggat dari rumah, paling tidak ya orang kawin lari karena membawa perempuan. Karena itu saya harus mengetahui masalah ini dengan cepat, jangan sampai membuat liar orang itu dan bisa mengetahui maksud yang sebenarnya. coba kutemui sendiri apa yang menjadi niat orang itu.

(25)

Dibalik sifat kecurigaannya tersebut, Ki Pedakbrama ternyata mampu menyembunyikan rasa kecugaannya dengan cara menunjukan tuturkata dan sambutan yang manis. Ia dengan sangat sopan menyambut Pangeran Adipati Prabangkara yang hendak masuk ke desanya (Gumantar). Oleh karena itu, Pangeran Adipati Prabangkara tidak menaruh rasa curiga sedikitpun terhadap Ki Pedakbrama. Pendeskripsian Ki Pedakbrama ini oleh pengarang dengan

metode Conversation of Other to character; pengarang melukiskan watak

melalui perbincangan atau dialog dengan para pelaku lainnya. Kutipannya adalah sebagai berikut:

môngga anggèr kula aturi lajêng pinarak ing sudhung kula, kula umbulipun ing dhusun Gumantar ngriki.

--- 33 ---

Sang pangeran kagèt salêbêting galih dene sariranipun sampun misuwur ing têtiyang sadhusun anjirap sami ningali sarta sampun pinêthukakên

ing umbulipun, (H32)

Terjemahannya:

Silakan kisanak saya persilakan singgah di gubuk saya. Saya kepala desa di desa Gumantar sini.

Sang Pangeran terkejut, di dalam hati ternyata dirinya terkenal. Orang sedesa berkerumun melihat dirinya serta sudah dipertemukan dengan kepala desanya.

Selain itu Ki Pedakbrama juga digambarkan sebagai orang yang mudah berprasangka buruk terhadap orang lain. Setelah mendengar pejelasan dari Pangeran Adipati Prabangkara, Ki Pedakbrama kemudian menyimpulkan sendiri sangkaanya bahwa Pangeran Adipati Prabangkara adalah orang kawin lari, dan uangnya adalah hasil curian yang dibawa kabur. Hal itu membuat Ki Pedakbrama ingin menangkap Pangeran Adipati Prabangkara dan menyerahkannya kepada negara. Pendeskripsian Ki Pedakbrama ini oleh

(26)

commit to user

pengarang dengan metode Direct Author Analysis; pengarang secara langsung menganalisis atau melukiskan watak pelaku. Kutipannya adalah sebagai berikut:

Umbul Pêdhakbrama sarêng midhangêt pitêmbunganipun sang pangeran, sampun andugi yèn tamunipun tiyang rangkat sarta kinintên anginggatakên yatranipun tiyang sanès, anggadhahi cipta badhe nandukakên piawon, wangsulanipun botên salêrêsipun, namung angecani manah kemawon, kajêngipun: mênawi sampun kalampah

aningkah lajêng badhe kacêpêng kaaturakên ing nagari,... (H35)

Terjemahannya:

Umbul Pedakbrama setelah mendengar perkataan Sang Pangeran, sudah menduga bahwa tamunya adalah orang kawin lari serta mengira bahwa (tamunya) membawa lari uang orang lain. Ia mempunyai keinginan melakukan hal yang jelek. Jawabannya tidak jujur. Hanya untuk melegakan hati saja. Maksudnya jika sudah terlaksana (Pangeran Adipati Prabangkara) menikah lalu akan ditangkap dan diserahkan kepada negara,...

Setelah mengetahui keadaan Pangeran Adipati Prabangkara, lalu munculah niat buruk Ki Pedakbrama lainnya. Dibalik keramahannya tersebut ternyata Ia ingin menguasai harta Pangeran Adipati Prabangkara.

Pendeskripsian Ki Pedakbrama ini oleh pengarang dengan metode Direct

Author Analysis; pengarang secara langsung menganalisis atau melukiskan watak pelaku. Kutipannya adalah sebagai berikut:

...dene ingkang dipunmanah pêrlu kacêpêngipun arta mas, punika ingkang badhe dados cilakaning prakawis colong. (H35)

Terjemahannya:

... adapun yang dipikirkan adalah cara mendapatkan uang emas. Itu yang akan mengakibatkan masalah yang berkaitan dengan curi-mencuri.

(27)

9) Jaka Geniroga

Dalam Serat Prabangkara, Jaka Geniroga adalah anak Nyai Jurutaman

dari hasil hubungannya dengan Prabu Ondakara. Namun Ia dibesarkan oleh Kyai Jurutaman yang merupakan suami dari Nyai Jurutaman. Pendeskripsian

Jaka Geniroga ini oleh pengarang dengan metode Direct Author Analysis;

pengarang secara langsung menganalisis atau melukiskan watak pelaku. Kutipannya adalah sebagai berikut:

Ing pagêdhongan bok jurutaman punika badaya ing karaton taksih kalêbêt santananipun nata kalêrês misan, punika dipun karsakakên sang prabu, lajêng pun trimakakên dhatêng ki jurutaman mêdali Jaka Gêniroga,..(H3)

Terjemahannya:

Di gedung (kerajaan) mbok Jurutaman adalah penari kerajaan dan masih termasuk saudara sepupu raja, ini diinginkan Sang Prabu, lalu diberikan kepada Ki Jurutaman yang melahirkan Jaka Geniroga...

Nampak juga pada kutipan berikut ini:

dados sang pangeran adipati: ing kabatosan kalihan Jaka Gêniroga: sadhèrèk tunggil bapa, kalihan Rara Apyu sadhèrèk nak-sanak, dene Jaka Gêniroga kalihan Rara Apyu sadhèrèk tunggil biyung. (H3)

Terjemahannya:

Jadi Sang Pangeran Adipati adalah saudara dengan Jaka Geniara yaitu saudara tunggal ayah, dengan Rara Apyu adalah saudara sepupu, adapun Jaka Geniroga dengan Rara Apyu adalah saudara seibu.

Penggambaran Sifat Jaka Geniroga adalah seorang yang sayang kepada adiknya yaitu Rara Apyu. Setelah mengetahui bahwa Rara apyu pergi meninggalkan rumah, Ia pun turut mencari dengan susah payah dan tak tentu arah. Pendeskripsian Jaka Geniroga ini oleh pengarang dengan metode Direct

(28)

commit to user

Author Analysis; pengarang secara langsung menganalisis atau melukiskan watak pelaku. Kutipannya adalah sebagai berikut:

Kacariyos kados sarêng lampahipun sadhèrèkipun jalêr Rara Apyu ingkang nama Gêniroga, salolosipun sang

--- 39 ---

pangeran kalihan Rara Apyu lajêng anututi botên kantênan lurugipun sarta tanpa sêdya,... (H39-40)

Terjemahannya:

Diceritakan seperti bersama perjalanan saudara laki-laki Rara Apyu yang bernama Geniroga, setelah perginya Sang Pangeran dengan Rara Apyu lalu (Jaka Geniroga) mengejar tidak jelas arahnya dan tujuan.

Selain tersebut diatas, bukti wujud sayangnya kepada Rara Apyu, Jaka Geniora pun bersedia menemani kemanapun tujuan Rara Apyu untuk mencari Pangeran Adipati Prabangkara. Pendeskripsian Jaka Geniora ini oleh

pengarang dengan metode Conversation of Other to character; pengarang

melukiskan watak melalui perbincangan atau dialog dengan para pelaku lainnya. Kutipannya adalah sebagai berikut:

Wangsulanipun Jaka Gêniroga: wis mêsthi kowe taktutake saparanmu nganti bisane kêtêmu karo kangjêng pangeran.

Terjemahannya:

Jawaban Jaka Geniroga: sudah pasti kamu saya ikutkan kemanapun tujuanmu sampai bisa bertemu dengan Kanjeng Pangeran.

10)Juragan Mretyubeya

Dalam cerita Serat Prabangkara, penggambaran Juragan Mertyubeya

adalah orang yang pekerjaannya berdagang manusia untuk di pekerjakan.

Juragan Mertyubeya adalah orang yang membeli Pangeran Adipati Prabangkara dari orang Baduwi. Namun dalam transaksi pembelian Ia sangat tidak menaruh rasa hormat terhadap harga Pangeran Adipati Prabangkara

(29)

karena dihargai dengan sangat rendah. Sehingga hal itu membuat sakit hati prabangkara. Pendeskripsian Juragan Mertyubeya ini oleh pengarang dengan metode Direct Author Analysis; pengarang secara langsung menganalisis atau melukiskan watak pelaku; disertai metode Conversation of Other to character; pengarang melukiskan watak melalui perbincangan atau dialog dengan para

pelaku lainnya; disertai dengan metode Reaction to Event; pengarang

melukiskan bagaimana reaksi pelaku terhadap peristiwa tertentu. Kutipannya adalah sebagai berikut:

Baduwi dipun pitakèni tiyangipun tumbasan karêgèn pintên, Baduwi nêdha sadasa wang mas, juragan apianjêngèk, wangsulanipun: digawe apa rêga samono. Baduwi lajêng nyudakakên rêgi sapalih, wis ta, tukunên limang wang mas bae. Juragan taksih apianjêngèk malih. ...Kêdadosanipun ing rêmbag sang pangeran namung katumbas kalih wang mas.(H68-69)

Terjemahannya:

Baduwi ditanya bahwa orang belian dihargai berapa. Baduwi minta sepuluh uang emas. Juragan bersikap mengejek, jawab

mengejek lagi.

Penggambaran sifat Juragan Mertyubeya adalah mudah berbelas kasihan terhadap orang lain; berprasangka terhadap orang lain, terutama orang yang menurut penilaiannya bukan orang sembarangan. Oleh sebab itu Juragan Mertyubeya tidak memperlakukan Pangeran Adipati Prabangkara sebagai orang belian. Pendeskripsian Juragan Mertyubeya ini oleh pengarang dengan metode Direct Author Analysis; pengarang secara langsung menganalisis atau melukiskan watak pelaku. Nampak pada kutipan di bawah ini:

(30)

commit to user

Baduwi anawèkakên punapa ki juragan ajêng tumbas tiyang, ananging sakalangkung kêra, sang pangeran lajêng dipun têdahakên, ki juragan sumêrêp dhatêng sang pangeran sakalangkung wêlas, sarta angintên yèn dede tiyang sabarangan, katitik saking netya sarta kabagusanipun, ananging sabab punapa têka dados tiyang tumbasan,...

Terjemahannya:

Baduwi menawarkan apakah Ki Juragan mau membeli orang, namun agak kurus. Sang Pangeran lalu diberi tahu. Ki Juragan melihat Pangeran dan jatuh kasihan, serta mengira bahwa bukan orang sembarangan. Terlihat dari penampilan serta ketampanannya. Namun karena sebab apa sampai menjadi orang belian...

11)Orang Baduwi

Dalam Serat Prabangkara orang Baduwi adalah suku pedalaman yang

mempunyai sifat jahat. Penggambaran watak orang baduwi adalah mereka sering memakan dan kejam kepada sesama manusia. Pendeskripsian orang

Baduwi ini oleh pengarang dengan metode Portrayal of thought Stream or of

Conscious Thought; pengarang melukiskan jalan pikiran pelaku atau apa yang terlintas di dalam pikiran pelaku. Kutipannya adalah sebagai berikut:

sang pangeran anggraita yèn sariranipun kalêbêt ing bêbaya agêng, sampun sumêrêp cariyos wêwatêkanipun bôngsa Baduwi, manggan sarta siya-siya dhatêng sasamining tumitah, (H42)

Terjemahannya:

Sang Pangeran menyangka bahwa dirinya berada dalam bahaya besar. Sudah mengetahui cerita watak orang Baduwi, yang gemar memakan daging manusia serta kejam kepada sesama manusia.

Penggambaran selanjutnya tentang sifat buruk orang baduwi juga Nampak pada kutipan dibawah ini. Pendeskripsian orang Baduwi ini oleh pengarang dengan metode Direct Author Analysis; pengarang secara langsung menganalisis atau melukiskan watak pelaku. Kutipannya adalah sebagai berikut:

(31)

botên dangu tiyang Baduwi ngatag lênggah dhatêng sang pangeran sarta asasmita dipun jak kesah, sang pangeran botên talompe wungu saking pocongan, sarèhning sampeyanipun kêbêbêd ing mori dangu, tindakipun ragi saleoran, punika dipun kintên [ki...]

--- 42 ---

[...ntên] damêl-damêl, sang pangeran dipun dhodhog kapurih enggal (H42-43)

Terjemahannya:

Tidak lama orang Baduwi menyuruh Sang Pangeran duduk serta mengatakan akan mengajak pergi. Sang Pangeran tidak lupa bangun dari pocong, karena kakinya terikat kain mori cukup lama, jalannya agak seleoran. Itu dikira dibuat-buat. Sang Pangeran dipukul supaya lebih cepat jalannya,..

Penggambaran watak orang Baduwi selanjutnya adalah orang yang berperilaku jorok dan menjijikkan. Hal itu tergambar ketika Pangeran Adipati jijik ketika melihat orang Baduwi sedang makan. Pendeskripsian orang Baduwi ini oleh pengarang dengan metode Direct Author Analysis; pengarang secara langsung menganalisis atau melukiskan watak pelaku. Kutipannya adalah sebagai berikut:

têtiyang Baduwi lajêng sami nêdha pating kucapak, sêkul ulam panganan dipun carub dados satunggal, lajêng dipun suri puhan, dipun wênyêt kalihan pisang, blêkêtrêk kados têdha babi, sang pangeran sangêt gigu ing galih, wusana rampunging nêdha: lorodanipun dipunsukakakên dipun purih nêdha, sang pangeran botên karsa dhahar anêmah luwe, dipun pêksa namung tansah kèndêl, lajêng dipun gêbagi ngantos ngêmu rah, inggih mêksa kèndêl kemawon sarwi ambêtah-bêtahakên sakit,...(H44)

Terjemahannya:

Orang Baduwi kemudian pada makan dengan mulut berkecap. Nasi, ikan, dan makanan dicampur menjadi satu, lalu dituangi susu, dipenyet dengan pisang, belepotan seperti makanan babi. Sang Pangeran dalam hati sangat muak. Akhirnya selesai makan sisanya diberikan dan disuruh memakan (Pangeran Adipati Prabangkara), Sang Pangeran tidak mau makan dan lebih memilih lapar. Dipaksa namun tetap diam. Lalu dipukuli sampai lebam darah, tetapi tetap saja diam dan menahan sakit, hanya selalu

(32)

commit to user

c. Alur

Alur memegang peranan penting dalam cerita karena merupakan kerangka cerita. Sebuah cerita tidak akan pernah seutuhnya dimengerti tanpa adanya pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang mempertautkan alur, hubungan kausalitas, dan keberpengaruhannya. Alur atau plot mempunyai

tujuh tahapan yaitu eksposisi, inciting moment, rising action, complication,

klimaks, falling action dan denonement. Dalam Serat Prabangkara terdapat

lima episode penting yang dikisahkan oleh tokoh-tokoh sentralnya. Episode-episode tersebut terjalin dalam sebuah cerita yang baik dan menarik. Cerita diawali dari kisah Prabu Ondakara di Negara Indhu yang kehilangan putranya yang digadang-gadang menjadi raja yaitu Pangeran Adipati Prabangkara dan diakhiri dengan menikahnya Pangeran Adipati Prabangkara dengan Rara Apyu. Berdasarkan hasil analisis penelitian cerita, maka alur atau plot yang

digunakan dalam Serat Prabangkara adalah alur maju. Selanjutnya, akan

dipaparkan alur setiap episodenya.

Episode pertama dengan tokoh sentral Pangeran Adipati Prabangkara dan Rara Apyu dikisahkan dengan alur sebagai berikut:

a) Tahap Eksposisi I

Tahap eksposisi yaitu paparan awal cerita yang meliputi tahap

pengenalan tentang kejadian, latar, topik, waktu, maupun tokoh-tokoh cerita. Pada tahap ini, pengarang mengawali cerita dengan memperkenalkan situasi negara Indhu dan rajanya yang bernama Prabu Ondakara. Diceritakan bahwa Negara Indhu adalah sebuah kerajaan yang besar. Negara-negara disekelilingnya pada tunduk kepadanya. Negara Indhu dipimpin oleh Prabu

(33)

Ondakara. Ia adalah seorang raja yang luhur, mempunyai anak berjumlah seratus dan juga mempunyai banyak istri. Dari sembilanpuluh Sembilan anaknya dilahirkan dari istri selir, dan satu anak laki-laki dan merupakan yang terakhir dilahirkan oleh istri permaisurinya. Anak terakhir itu bernama Pangeran Adipati Prabangkara, yang nantinya digadang-gadang menjadi raja. Pangeran Adipati Prabangkara disekolahkan bersama teman-temannya yang di situ berbaur antara anak laki-laki dan perempuan. Setelah sekian lama disekolah Pangeran Adipati Prabangkara pun beranjak dewasa. Ia mulai timbul rasa cinta kepada teman sekolahnya yang bernama Rara Apyu yang merupakan teman di sekolahnya. Setelah sekian lama mereka akrab akhirnya mereka sepakat untuk menjalin tali cinta.

b)Tahap Inciting Moment I

Tahap inciting moment I yaitu tahap pemunculan konflik atau peristiwa

yang mulai adanya problem-problem untuk kemudian dikembangkan atau ditingkatkan. Setelah konflik tersebut dimunculkan, maka konflik akan berkembang pada tahap berikutnya. Peristiwa pada tahap ini ditandai ketika Prabu Ondakara merasa curiga kepada perilaku anaknya yaitu Pangeran Adipati Prabangkara yang telah lama meninggalkan tidak ikut dalam pertemuan jajaran pemerintahan di kerajaan.

Setelah mendengar informasi bahwa ternyata putra Sang Prabu tersebut sedang dirundung asmara dengan wanita anak penari kerajaan Indhu. Sang Prabu mulai galau, dan Ia menyuruh Patihnya untuk mengingatkan dan

(34)

commit to user

membimbing putranya tersebut agar tidak menikah dengan anak dari kalangan rakyat jelata.

c) Tahap Rising Action I

Tahap rising action I merupakan tahap peningkatan atau penanjakan

konflik. Jika terjadi suatu penanjakan konflik secara terus-menerus, maka Peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan. Tahap penanjakan konflik ini ditandai oleh peristiwa ketika Prabu Ondakara hendak menjodohkan anaknya dengan putri raja atau keluarga raja. Lalu kabar tersebut disampaikan oleh Geniraga yang merupakan kakak dari Rara Apyu, sehingga hal tersebut membuat sedih Rara Apyu. Dengan segala kegalauannya tersebut, akhirnya Ia memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah pada malam hari.

d)Tahap Complication I

Tahap complication I adalah tahap dimana konflik yang semakin ruwet.

Keruwetan yang terjadi karena pertentangan-pertentangan, benturan-benturan, masalah dan tokoh mengarah ke klimaks semakin tidak dapat dihindari. Tahap ini ditengarai ketika setelah mengetahui anaknya sudah tidak ada dirumah, lalu Ki Jurutaman segera melaporkan hal tersebut kepada Pangeran Adipati Prabangkara. Hal itu semakin menambah kebingungan Sang Pangeran. Lalu Ia memutuskan untuk menyiapkan segala kebutuhan untuk pergi mencari Rara Apyu.

Kepergian Sang Pangeran mulai dirasakan oleh pembantu kerajaan karena melihat kamarnya dalam keadaan kosong. Penbantu tersebut lalu

(35)

melaporkan kepada Sang Prabu. Kemudian Sang Prabu Ondakara dan permaisuri segera mengecek kamar Pangeran Adipati Prabangkara. Setelah mencari putranya ternyata tidak ketemu, lalu mereka menemukan surat yang memang sengaja ditinggalkan oleh Pangeran Adipati Prabangkara untuk orang tuanya. Isi surat tersebut adalah ungkapan rasa perlawan Pangeran Adipati Prabangkara terhadap keinginan ayahnya yang menginginkan putranya menikah dengan anak raja. Lalu Pangeran Adipati Prabangkara memilih meninggalkan keluarga serta tugas negara, dan lebih memilih mencari kepergian kekasihnya Rara Apyu. Setelah membaca surat tersebut, Prabu Ondakara tidak kuasa menahan tetesan air mata. Setelah mengetahui bahwa Pangeran Adipati Prabangkara ternyata benar-benar pergi dari kerajaan, lalu Sang Prameswari menangis seketika, kemudian pingsan. Lalu Sang Prabu dengan cepat mengambil inisiatif untuk turut mencari kepergian putranya. Dengan demikian suasana kerajaan menjadi tidak kondusif karena ditinggal oleh Sang Raja.

e) Tahap Klimaks I

Tahap klimaks merupakan konflik atau pertentangan-pertentangan yang

terjadi, yang diakui atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik

intensitas puncak. Dengan kata lain klimaks merupakan puncak konflik dari

keseluruhan cerita. Klimaks I ini ditandai ketika Pangeran Adipati Prabangkara mencari Rara Apyu. Setelah beberapa waktu tapi belum bisa menemukannya. Lalu Ia menggukan ilmu penciuman untuk mencari Rara Apyu. Setelah

(36)

commit to user

Apyu. Kemudian tanpa sepengetahuan Rara Apyu, dipeluklah oleh Pangeran Adipati Prabangkara dari belakang. Rara Apyu sangat terkejut namun bercampur rasa haru dan senang. Mereka lalu saling perpelukan. Itulah kontak fisik pertama selama mereka menjalin kasih.

f) Tahap Falling Action I

Tahap falling action yaitu konflik yang dibangun itu menurun karena

telah mencapai klimaks. Emosi memuncak telah berkurang, konflik yang telah

mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan. Tahap falling

action I ditandai pada saat Pangeran Adipati Prabangkara dan Rara Apyu mulai

berduaan di tepi sendang. Mereka masih diselimuti rasa kangen dan haru.

Dalam pembicaraannya mereka merencanakan untuk tidak kembali ke kerajaan, namun tetap hidup bersama dan bisa menikah. Maka mereka melanjutkan perjalanan ke suatu desa untuk mencari orang yang dapat menikahkannya.

Episode kedua, dengan tokoh sentral Pangeran Adipati Prabangkara, Rara Apyu, dan Ki Umbul Pedakbrama yang dikisahkan dengan plot sebagai berikut:

a) Tahap Inciting Moment II

Setelah tahap Inciting Moment II di atas, maka cerita bergerak lagi.

Yaitu setelah penyelesaian lalu cerita mengalami pergerakan dengan mulai adanya konflik dan problem-problem yang kemudian akan ditingkatkan. Hal ini ditandai ketika Ki Umbul Pedakbrama mendapat informasi bahwa ada orang yang membeli lima buah mentimun dengan satu keping uang emas,

(37)

yaitu Pangeran Adipati Prabangkara. Hal tersebut membuat penasaran Ki Umbul Pedakbrama, sehingga Ia mencoba menyambut kedatangan Pangeran Adipati Prabangkara di tepi sungai batas desa.

b)Tahap Rising Action II

Tahap Rising Action II, yaitu penanjakan konflik ditandai ketika Ki

Umbul Pedakbrama telah mengira bahwa Pangeran Adipati Prabangkara adalah orang yang ingin kawin lari, serta uang yang dimiliki Pangeran Adipati Prabangkara adalah uang hasil curian. Maka Ki Pedakbrama berkeinginan untuk menangkapnya dan menyerahkannya kepada kerajaan.

c) Tahap Complication II

Tahap complication II atau tahap dimana konflik yang semakin ruwet.

Pada tahap ini ditengarai ketika Rara Apyu setelah berfikir bahwa dirinya mesara bersalah terhadap kehidupan Pangeran Adipati Prabangkara, lalu karena tekanan batin yang sangat dalam akhirnya tiba-tiba Ia meninggal. Kemudian setelah mengetahui bahwa Rara Apyu meninggal, Pangeran Adipati Prabangkara sangat terkejut dan terpukul hingga dirinya tiba-tiba tidak sadarkan diri. Mengetahui hal tersebut, istri Ki Umbul Pedakbrama pun menangis tidak karuan. Namun Ki Pedakbrama justru senang, bahkan melarang istrinya untuk menangis dan Ia berkata bahwa kedua tamunya tersebut telah mati dan semua uangnya telah dititipkan kepadanya. Pangeran Adipati Prabangkara dan Rara Apyu yang masih dalam pingsan, lalu dipocong dan dihanyutkan ke sungai oleh Ki Umbul Pedakbrama. Hal itu dilakukan agar Pangeran Adipati Prabangkara menjadi benar-benar mati.

(38)

commit to user

d)Tahap Klimaks II

Tahap klimaks II atau tahap puncak konflik pada episode dua ini

ditengarai ketika Pangeran Adipati Prabangkara dan Rara Apyu dihanyutkan, lalu Rara Apyu dimakan oleh buaya. Sementara Pangeran Adipati Prabangkara masih tetap hanyut terapung di sampah.

Jaka Geniara ketika dalam perjalanan, tiba-tiba Ia melihat seekor buaya di sungai yang naik kedaratan. Lalu buaya tersebut merunduk-runduk lalu memutahkan mayat yang terpocong, setelah itu buaya tersebut kembali lagi ke sungai. Jaka Geniraga lalu mendekati mayat yang diutahkan oleh buaya tersebut. Ketika didekati ternyata tidak tercium bau mayat sama sekali. Ikat kepala pocong di lepaskan pakai tongkatnya, setelah terlepas maka terlihatlah kepala mayat tersebut. Namun betapa terkejutnya Jaka Geniraga karena pocong tersebut adalah adiknya yaitu Rara Apyu yang selama itu Ia cari. Ia mencoba menyentuh pocong tersebut, ternyata nadinya masih berdetak. Tidak lama kemudian mayat tersebut hidup kembali.

e) Tahap Falling Action II

Tahap falling action II adalah tahap penurunan plot setelah mencapai

klimaks. Pada tahap ini ditandai ketika Rara Apyu dan Jaka Geniora saling bercerita tentang kejadian yang telah dialami Rara Apyu. Setelah itu Rara Apyu memutuskan untuk mencari Pangeran Adipati Prabangkara, dan Jaka Geniora bersedia untuk menemani Rara Apyu sampai ketemu dengan Pangeran Adipati Prabangkara.

(39)

Episode ketiga, dengan tokoh sentral Rara Apyu, Jaka Geniroga, Pangeran Ondapawaka, dan Mbok Jurutaman yang dikisahkan dengan plot sebagai berikut:

a) Tahap Inciting Moment III

Setelah falling action III, ternyata alur dalam cerita tidak kemudian

turun ke tahap denovement, tapi falling action II langsung menuju tahap

inciting moment III yaitu tahap pemunculan konflik atau peristiwa yang mulai adanya problem-problem untuk kemudian dikembangkan atau ditingkatkan. Tahap ini ditandai ketika Rara Apyu dan Jaka Geniroga berada di atas gunung. Ketika Rara Apyu sedang berjalan-jalan melihat keadaan di gunung sampai dengan Ia menemukan gua. Lalu Ia memasuki Gua tersebut dan menemukan harta yang sangat banyak, peninggalan Raja Karun.

b) Tahap Rising Action III

Tahap rising action III merupakan tahap peningkatan atau penanjakan

konflik. Pada tahap ini ditandai ketika Rara Apyu berbicara kepada Geniroga bahwa Ia ingin menjadi Raja. Kemudian setelah melalui proses beberapa waktu akhirnya Rara Apyu berhasil menjadi raja bergelar Prabu Bramarkata. Lalu Ia menyuruh prajuritnya memanggil ki Pedakbrama, karena Ia ingin memperoleh informasi tentang Pangeran Adipati Prabangkara. Namun rencananya gagal karena ketika dalam perjalanan Ki Pedakbrama mati karena dimangsa oleh buaya.

Gambar

Gambar 4. Jalannya alur/ plot Sêrat Prabangkara

Referensi

Dokumen terkait

Dari deskripsi di atas memberikan kerangka bagi peneliti untuk merumuskan pokok permasalahan yang relevan dengan judul skripsi tersebut. Adapun pokok permasalahannya

Mekanisme kerja akupunktur dalam mengobati gejala penyakit yang dijelaskan menurut patofisologi pengobatan tradisional Cina sudah ketinggalan jaman dan seringkali tidak

Sedangkan Road Map Reformasi Birokrasi adalah bentuk operasional Grand design reformasi Birokrasi yang disusun 5 (lima) tahun sekali dan merupakan rinci reformasi dari satu tahapan

Halaman Pilihan Kriteria adalah halaman yang digunakan untuk memilih data kriteria yang akan dibandingkan berdasarkan keinginan user dengan cara menceklis bagian yang di inginkan

Jadi kesimpulannya adalah adanya perbedaan tidak nyata penambahan ekstrak daging buah mahkota dewa sebagai pengawet alami terhadap aroma cuko pempek selama

Melakukan berbagai bentuk latihan kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan (daya tahan, kekuatan).. Melakukan pengukuran berbagai bentuk latihan kebugaran jasmani

Setelah tahap analisis sistem lama selesai dilakukan dan mendapat kesimpulan bahwa sistem lama masih terdapat kelemahan-kelemahan, maka diperlukan pembangunan sistem

Pasal 153 ayat (6) Undang-undang Ketenagakerjaan yang memuat hak pekerja atau larangan yang tidak dapat dijadikan alasan PHK oleh pengusaha, yaitu pada pekerja