• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN STRATEGI COOPERATIVE LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MEMAHAMI AL-QUR AN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN STRATEGI COOPERATIVE LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MEMAHAMI AL-QUR AN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

16

PENERAPAN STRATEGI COOPERATIVE LEARNING DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MEMAHAMI AL-QUR’AN

Dirja Hasibuan

Dosen Pendidikan Agama Islam UNIVA Medan

Email: dirjahsb44@yahoo.co.id

Abstrak

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Untuk dapat menyesuaikan perkembangan membaca dan memahami Al-Qur’an dalam kreativitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak ditingkatkan, jalur yang tepat untuk meningkatkannya, melalui jalur pendidikan. Perkembangan yang begitu pesat, menggugah peneliti untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penerapan strategi cooperative learning dan metode drill dalam meningkatkan kemampuan membaca dan memahami Al-Qur’an. Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia melalui jalur pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam (PAI) materi Al-Qur’an, tidak terlepas dari kurikulum yang diajarkan, yang bertujuan meningkatkan mutu kualitas yang baik. Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar. Penerapan strategi pembelajaran yang inovatif dan variatif oleh guru pendidikan agama Islam diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam. Motivasi belajar tersebut sangat penting sebagai pendorong atau penggerak aktivitas belajar mereka untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Strategi pembelajaran yang inovatif maksudnya langkah-langkah yang dipilih dan diterapkan guru bersifat merubah atau mengganti strategi atau metode-metode lama yang biasa digunakan. Sedangkan variatif dimaksudkan sebagai keaneka ragaman dan ada perubahan-perubahan dalam strategi. Dalam tatanan empiris, tidak sedikit guru pendidikan agama Islam yang masih terpaku kepada strategi yang berorientasi tradisionalistis dan monoton. Orientasi tradisionalistis maksudnya guru membiarkan peserta didik menggantungkan diri pada kelompok/teman yang homogen, penekanan pada tugas dan sebagainya. Monoton maksudnya metode yang diterapkan satu macam, sistem pembelajaran satu arah misalnya dengan metode ceramah. Implikasinya peserta didik menjadi jenuh, kejenuhan ini membuat peserta didik semakin kurang memiliki perhatian dalam pembelajaran, dan akibatnya banyak peserta didik mengobrol, mengantuk, dan sebagainya. Realita di atas didukung dengan motivasi belajar peserta didik yang rendah. Motivasi belajar tersebut mengakibatkan hasil belajar yang tidak mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Perkembangan model pembelajaran dari waktu kewaktu terus mengalami perubahan. Model-model tradisional kini mulai ditinggalkan berganti dengan model yang lebih modren. Sejalan dengan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah model strategi cooperative learning atau strategi pembelajaran kooperatif. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga peserta didik mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi ini, peserta didik akan membentuk komunitas yang memungkinkan mereka untuk mencintai satu sama lain. Dalam suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan pengisolasian peserta didik, sikap dan hubungan yang negatif akan terbentuk dan mematikan semangat peserta didik. Suasana seperti ini akan menghambat pembentukan pembelajaran secara aktif. Oleh karena itu, guru/pendidik perlu menciptakan suasana belajar sedemikian rupa sehingga peserta didik bekerja sama secara bergotong-royong. Sangat banyak penelitian yang dilakukan terpisah oleh orang-orang yang berbeda dalam konteks yang berlainan mengenai penggunaan metode pembelajaran cooperative learning. Data tersebut menunjukkan bahwa suasana belajar cooperative learning menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik dari pada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah-misahkan peserta didik.

Kata Kunci: Strategi Cooperative Learning Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Dan Memahami Al-Qur’an

(2)

9 1. Pengertian Al-Qur’an

Sebelum peneliti menguraikan pembahasan tentang perlunya peserta didik mampu membaca dan memahami Al-Qur’an ada baiknya kita mengetahui pengertian Al-Qur'an.

Allah swt. menemai kitab yang diturunkannya kepada Nabi Muhammad saw, untuk disampaikan kepada ummat, dengan beberapa nama yaitu : Qur‟an, Kitāb, Al-Furqan, Aż-Żikri dan banyak lagi, tapi yang paling populer adalah Al-Qur’an dan Al-Kitab.1

Al-Qur’an menurut bahasa ialah bacaan atau yang dibaca. Al-Qur’an adalah ردصم yang diartikan dengan arti لوعفم مسا yaitu ءورقم = yang dibaca.2 Yang asal katanya dari: - ءارق

ءارقي -اءرق ةءارق انارق artinya: membaca.3 Sedangkan Al-Kitab menurut bahasa bermakna: yang ditulis. ’’Kitab” adalah ردصم yang dimaknakan dengan لوعفم مسا yaitu بوتكم: yang ditulis. Surat yang ditulis untuk orang Arab juga dengan perkataan بتكم 4 yang asal katanya dari: - اب اتك-ابتك- بتكي- بتك ةباتك artinya: menulis.5

Salah satu nama wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., adalah Al-Qur’an yang menunjukkan bahwa ia tertuang dalam bentuk tulisan yang terdiri atas huruf-huruf Arab yang menggambarkan bunyi bacaan (lafazd).

Pengertian yang paling masyhur dan banyak diikuti oleh ulama fikh, ushul fikh, ahli tata bahasa Arab dan ahli kalam adalah Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang bermu„jizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., ditulis dalam mushaf-mushaf, disampaikan secara mutawatir dan membacanya dianggap ibadah.6

Untuk memperoleh pengertian yang bernas bagi kalimat Al-Qur’an, kita harus mengambil maknanya dan memperhatikan cara Al-Qur’an sendiri mempergunakan kalimat tersebut. Di dalam surat Al-Qiyāmah: 16-18, Allah swt. berfirman:

Artinya:”Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur‟an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah

1

M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu

Al-Qur‟an (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 1. 2

Ibid.

3

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1973), h. 335.

4

Hasbi, Sejarah dan Pengantar Al-Qur‟an, h. 1. 5

Yunus, Kamus Arab-Indonesia, h. 366.

6

Ilham Khoiri R., Al-Qur‟an dan Kaligrafi Arab: Peran

Kitab suci dalam Transformasi Budaya (Jakarta:

Logos, 1999), h. 15.

mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.” (Q.S.Al-Qiyamah: 16-18)7

Al-Qur’an ditulis dengan sangat hati-hati oleh pencatat wahyu Nabi agar terpelihara dan jauh dari kemungkinan manipulasi, perubahan, penambahan dan pengurangan. Ia ditulis berdasarkan sumber-sumber yang tidak diragukan kebenarannya (mutawatir). Teks/bacaan Al-Qur’an yang ada sekarang benar-benar sesuai dengan apa yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw.8

Cara mempelajari Al-Qur’an dibagi empat tingkat 9 antara lain:

a. Tingkat mengenal huruf-hurufnya dengan baik dan membacanya dengan tepat. b. Membaikkan dan membaguskan

bacaannya, dan suruhan membaca sesuai dalam QS. Al-Muzzammil/73: 4, dan QS. Al-'Alaq: 1-5

Artinya: dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. (QS. Al-Muzzammil: 4) Artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al-'Alaq: 1-2)

c. Mempelajari maknanya (arti kata-katanya), sesuai dalam QS. Yusuf: 2 yang berbunyi: Artinya: ”Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (QS. Yusuf: 2)

2. Nilai-nilai Al-Qur’an dalam Sistim Pendidikan Agama Islam

Secara filosofis, nilai sangat terkait dengan masalah etika. Etika juga sering disebut sebagai filsafat nilai, yang mengkaji nilai-nilai moral sebagai tolak ukur tindakan dan perilaku manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Sumber-sumber etika dan moral merupakan hasil pemikiran, adat istiadat atau tradisi, idiologi bahkan dari

7 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya

(Jakarta: Departemen Agama RI, 1982), h. 999.

8

Kusmana dan Syamsuri (ed.), Pengantar Kajian

Al-Qur‟an (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 2004), h. 3. 9

Syahminan Zaini, Kewajiban Orang Beriman Terhadap

Al-Qur‟an, cet. 1 (Surabaya: Al-Ikhlas, 1982), h.

(3)

10 agama. Dalam Al-Qur’an, Allah swt. menyapa akal dan perasaan manusia, mengajarkan tauhid kepada manusia, menyucikan manusia pada hal-hal yang dapat membawa kepada kebaikan dan kemaslahatan dalam kehidupan individual dan sosial manusia, membimbing manusia pada agama luhur agar mewujudkan diri, mengembangkan kepribadian manusia, dan meningkatkan diri manusia ketarap kesempurnaan insani.10

Sedangkan dalam konteks etika dalam pendidikan dalam Islam, maka sumber etika dan nilai-nilai yang paling sahih adalah Al-Qur’an dan Hadis, yang kemudian dikembagkan oleh hasil ijtihad ulama. Nilai-nilai yang bersumber kepada adat-istiadat atau tradisi dan idiologi sangat rentan dan situasional. Sedangkan nilai-nilai Qur’ani, yaitu nilai yang bersumber kepada Al-Qur’an adalah kuat, karena ajaran Al-Qur’an bersifat mutlak dan universal. Nilai-nilai Qur’ani secara garis besar adalah nilai kebenaran (metafisis dan saintisis) dan nilai moral. Kedua nilai Qur’ani ini akan memandu manusia dalam membina kehidupan dan penghidupannya.11

Dalam upaya aktualisasi nilai-nilai Qur’ani, maka optimalisasi peran keluarga harus dilakukan, disamping memperkuat lembaga pendidikan formal. Dengan demikian, tanggung jawab akan dipikul bersama oleh guru, orangtua dan masyarakat. Di samping faktor pembiasaan dan keteladanan dalam membaca, memahami dalam pembinaan iman, taqwa dan akhlak serta pembudayaan dalam keluarga, juga lebih dapat berhasil karena adanya pemahaman dalam membaca dan penghayatan terhadap nilai Al-Qur’an yang melahirkan keyakinan, sikap, prilaku dan akhlak mulia. Tujuan yang akan dicapai adalah membentuk manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, maju dan mandiri sehingga memiliki ketahanan rohaniah yang tinggi serta mampu beradaptasi dengan dinamika perkembangan masyarakat, dengan demikian diharapkan peserta didik khususnya peserta didik SMA Negeri 1 Sibabangun Tapanuli Tengah, dapat maju serta makmur dan sejahtera dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) sebab mereka adalah generasi bangsa

10Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Al-Qur‟an: Terapi Qurani dalam Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, terj. M. Zaka Al-Farisi (Bandung: Pustaka

Setia), h. 11.

11

Aktualisasi Nilai-nilai Qur‟anī dalam Sistem Pendidikan Islam (Ciputat:

PT.Ciputat Press, 2005), h. 7.

dan basis pembangunan bangsa dimasa yang akan datang.

3. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Kejadian Manusia dan Tugasnya

a. Surat Al-Mu’minun: 12–14 tentang proses kejadian manusia,

Artinya: ”Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (QS. Al-Mu’minun: 12–14). b. Surat an-Nahl: 78 tentang proses kejadian

manusia

Artinya: ”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahal: 78). c. Surat Al-Baqarah: 30 tentang peranan

manusia sebagai khalifah

Artinya: ”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."(QS. Al-Baqarah: 30) 4. Memahami Isi Kandungan Ayat a. Proses kejadian manusia

Secara umum, Al-Qur’an memaparkan bahwa manusia diciptakan dari diri yang satu, yakni Adam as yang darinya Allah swt. menciptakan perempuan, yakni Hawa, dan dari keduanya Allah swt. memperkembang-biakkan manusia, baik laki-laki maupun perempuan.12 Bila diteliti secara cermat, dalam Al-Qur’an, akan ditemukan informasi bahwa ada dua macam proses penciptaan

12 Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami

(4)

11 manusia. Pertama, penciptaan secara primordial, yaitu berkaitan dengan penciptaan manusia pertama, yakni Adam as. Kedua, proses penciptaan seluruh manusia atau generasi yang diturunkan dari Adam as.13

Al-Qur’an menginformasikan bahwa proses penciptaan Adam a.s. berbeda dengan manusia pada umumnya. Salah satu ayat Al-Qur’an berbicara tentang penciptaan manusia pertama itu, Adam as. menunjuk al-Khaliq dengan menggunakan dhamir berbentuk tunggal, yakni Aku.14

Al-Qur’an tidak menguraikan secara rinci bagaimana proses penciptaan atau kejadian Adam as kecuali hanya menerangkan beberapa hal, yaitu: 1) bahwa Adam as. diangkat Allah swt sebagai Khalifah, 2) Adam as diciptakan dari tanah, 3) para malaikat diperintahkan untuk sujud, yakni memberikan penghormatan kepada Adam as dan 4) Allah swt. menta„limkan al-asma‟a kullah kepada Adam as.15

Berbeda dengan konteks manusia secara umum, Al-Qur’an memberikan keterangan yang lebih rinci. Keterangan ini bahkan bisa ditelusuri secara saintifik atau menurut ilmu pengetahuan ilmiah. Dalam Surat Al-Mu’minun:12-14, Allah swt. menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari inti saripati tanah yang ditransformasi menjadi air mani (ةفطن), kemudian disimpan dalam tempat yang kokoh (نيكم رارق), yakni rahim ibu. Setelah melalui proses pembuahan, air mani tersebut selanjutnya berproses menjadi darah beku (ةقلع) dan darah beku ini kemudian berproses menjadi segumpal daging (ةغضم) yang kemudian dibalut dengan tulang belulang (اماظع) dan akhirnya Allah swt. menjadikannya sebagai makhluk yang berbentuk (رخأ اقلخ). Kepada makhluk yang berbentuk inilah kemudian Allah swt. meniupkan al-ruh. Setelah al-ruh diintegrasikan kedalam al-jism atau jasad, Allah swt. memerintahkan para malaikat untuk sujud memberikan penghormatan. Demikianlah seterusnya proses penciptaan manusia yang diturunkan dari Adam as.16

5. Kemampuan membaca dan memahami Al-Qur'an 13 Ibid., h. 19. 14 Ibid. 15 Ibid., h. 21. 16 Ibid., h. 22.

Dalam hal kemampuan membaca peserta didik masing-masing kelompok di ajarkan dengan menggunakan kartu kata per ayat dijelaskan hukum-hukum bacaan seperti makhraj huruf/tajwidnya.

Di dalam membaca Al-Qur'an pertama sekali kita harus mengetahui hukum-hukum bacaan, dengan mengetahui hukum-hukum bacaan (menguasai ilmu tajwiid), akan membantu dan mempermudah dalam membaca Al-Qur'an. Di antara hukum-hukum bacaan Al-Qur'an yang dipelajari adalah sebagai berikut:

a) Izhar b) Idgam c) Iqlab d) Ikhfa17

Ketika membaca Al-Qur'an, setiap huruf harus dibunyikan sesuai dengan makhrajnya. Makhraj ditinjau dari morfologi berasal dari fi'il madi yaitu: "kharaja" yang berarti keluar, bentuk jamaknya adalah "makhrajil al-Huruf" yang berarti tempat-tempat keluar huruf. Sedangkan menurut Istilah makhraj adalah suatu nama tempat, yang padanya huruf dibentuk (diucapkan).18 Kesalahan dalam pengucapan huruf dapat menimbulkan perbedaan makna atau kesalahan, bahkan dapat menyebabkan kekafiran apabila dilakukan dengan sengaja dan benar. Untuk itu perlu dipelajari dan diketahui tempat-tempat keluar huruf, yang selanjutnya dipakai sebagai bahan latihan secara individu dengan terus menerus (secara intensif), agar tepat dan sesuai dengan yang dikehendakinya.

Menguasai ilmu tajwid akan membantu dan mempermudah dalam menghafal dan membaca Al-Qur'an. Karena, keunikan-keunikan dalam teknik membaca Al-Qur'an bisa mengekalkan didalam hati.19

Qiraah Qur'an artinya membaca Al-Qur'an. Membaca Al-Qur'an tidak sama dengan membaca buku atau kitab suci lain. Membaca Al-Qur'an adalah suatu ilmu yang mengandung seni, seni bacaan Al-Qur'an. Berbeda dengan kitab-kitab lainnya.20

Memang tujuan belajar Al-Qur'an bukan untuk berbicara dengan orang Arab, tetapi

17

M. Misbachul Munir, Pedoman Lagu-lagu Tilawatil

Qur'an dilengkapi dengan Tajwid dan Qasidah, cet.

1 (Surabaya: Apollo, 1995), h. 143.

18

Moh. Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, cet. 2 (Surabaya: Halim Jaya, 2008), h. 27.

19

Raghib as-Sirjani dan Abdurrahman Abdul Khaliq, Cara

Cerdas Hafal Al-Qur'an, cet. 1 (Solo: Aqwam,

2007), h. 77.

20 Khadijatus Shalihah, Perkembangan Seni

Baca Al-Qur'an dan Qiraat Tujuh di Indonesia, cet.

(5)

12 untuk ibadah dan syi'ar Islam. Tentu saja akan lebih baik, malah dianjurkan agar belajar Al-Qur'an dengan mempelajari artinya, sehingga apa yang dibaca dapat dipahami maknanya. Bukan hanya sekedar tahu bunyi, tetapi juga tahu arti. Ini dapat dianggap meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mutu bacaan Al-Qur'an itu. Ini juga mendorong orang mencintai dan senang membaca Al-Qur'an, di samping seni dan rasa keagamaan.

6. Perinsip-perinsip Metode Mengajar Al-Qur’an

Abd. al-Rahwan al-Nahlawi, mencoba menggali prinsip-prinsip metode mengajar Al-Qur’an. Dari hasil penggaliannya itu, ia temukan berbagai metode dalam Al-Qur’an yang dapat menggugah perasaan dalam rangka menanamkan rasa iman dan cinta kepada Allah swt., rasa nikmatnya beribadah, belajar, rasa hormat kepada guru, orangtua dan sebagainya.

Metode tersebut sebagai berikut:21 a. Metode hiwar (percakapan) percakapan

silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu topik mengarah kepada suatu tujuan.

b. Metode kisah berisi rincian yang lebih khusus seperti menjelaskan pentingnya keikhlasan dalam beramal dan mensyukuri nikmat Allah, kebanyakan yang merupakan rincian yang lebih khusus dari ajaran Islam.

c. Metode Amtśal (perumpamaan) dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat dalam bentuk amtśal dalam rangka mendidik ummatnya. Misalnya dalam surat Al-Baqarah:17, perumpamaan orang-orang kafir itu adalah seperti orang yang menyalakan api.

d. Metode keteladanan peserta didik cenderung meneladani gurunya dan menjadikanya sebagai tokoh, sebab secara psikologis anak adalah seorang peniru yang ulung.

e. Metode ‘ibrah (kejadian, pelajaran) dan mau„izah (peringatan)

f. Metode targhīb dan tarhib. Tarhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan Akhirat yang disertai bujukan. Tarhib ialah ancaman karena dosa yang dilakukan. A. Strategi Cooperative Leraning

21 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, cet. 4

(Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 216-227.

1. Pengertian Strategi Cooperative

Learning

Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu, “strategos” yang berarti keseluruhan usaha termasuk perencanaan, cara dan taktik yang digunakan militer dalam mencapai kemenangan.22

Istilah strategi dalam konteks kegiatan pembelajaran, mengandung arti ”Sebagai pola umum perbuatan guru dan peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar yang bertujuan sebagai kerangka acuan (frame of reference) untuk pemahaman yang lebih baik, yang pada gilirannya untuk dapat memilih secara tepat serta menggunakannya secara lebih efektif di dalam penciptaan sistim belajar mengajar.”23

Strategi pembelajaran itu sebagai suatu sistem yang menyeluruh yang terdiri dari sejumlah komponen yakni masukan (input), komponen proses (process) dan komponen produk (output).24

Dari berbagai pandangan di atas dapat dipahami bahwa, ditinjau dari segi konsep dan perkembangannya strategi pembelajaran merupakan: Suatu keputusan tindakan guru dengan menggunakan kecakapan dan sumber daya pendidikan yang tersedia untuk mencapai tujuan, garis besar haluan untuk bertindak dalam mengelola proses pembelajaran dalam tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien, sebagai suatu rencana yang dipersiapkan secara seksama oleh guru untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Berbagai penelitian tentang strategi pembelajaran telah memberikan kontribusi untuk pengetahuan tentang komponen-komponen pengajaran. Seorang perancang menggunakan teori pembelajaran atau komponen-komponen sebagai perinsip pengajaran.25

Sedangkan pengertian cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.26

22

Siti Halimah, Strategi Pembelajaran: Pola dan Strategi

Pengembangan dalam KTSP (Bandung: Citapustaka, 2008), h. 8.

23 Ibid. 24

Ibid., h. 9. 25

Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen

Pembelajaran (Jakarta: Quantum Teaching, 2005),

h. 158.

26 Isjoni, Cooperative Learning (Bandung:

(6)

13 Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada peserta didik, terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan peserta didik, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) materi Al-Qur’an.

Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif.27 Menurut David Johnson & Roger Johnson, cooperative learning adalah mengelompokkan peserta didik di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar peserta didik dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.28

Tujuan utama dalam penerapan strategi cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasanya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. Model pembelajaran cooperative learning dapat meraih keberhasilan dalam belajar, melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir, maupun keterampilan sosial, seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerja sama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku dalam kehidupan kelas.

Keberhasilan belajar menurut model belajar ini bukan semata-mata ditentukan oleh kemapuan individu secara utuh, melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik.29

Selain itu Muslimin Ibrahim, et al., menguraikan bahwa unsur-unsur pembelajaran kooperatif 30 adalah:

27 Ibid., h. 17. 28 Ibid. 29

Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning:

Analisis Model Pembelajaran (Jakarta: Bumi

Aksara, 2008), h. 5.

30

Ibid.

a. Peserta didik dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka ”sehidup sepenanggungan bersama.”

b. Peserta didik bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya. c. Peserta didik haruslah melihat bahwa

semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

d. Peserta didik haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

e. Peserta didik akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga dikenakan untuk semua anggota kelompok.

f. Peserta didik berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama.

g. Peserta didik akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat tiga unsur:

a. Interaksi yang positif antar peserta didik (ketergantungan, tatap muka, bekerja sama yang positif).

b. Hubungan yang kondusif (saling bertanggung jawab melaksanakan tugas). c. Tujuan bersama yakni menguasai materi

yang disajikan.

2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Hakikat model pembelajaran akan dibahas dalam beberapa bagian, yakni pembelajaran kooperatif, unsur-unsur pembelajaran kooperatif, pentingnya pembelajaran kooperatif, tinjauan pembelajaran kooperatif.

a. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar peserta didik untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.31

b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif Unsur-unsur pembelajaran kooperatif paling sedikit ada empat macam, yakni saling ketergantungan

31

Kunandar, Langkah Penelitian Tindakan Kelas:

Sebagai Pengembangan Profesi Guru (Jakarta:

(7)

14 positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, dan keterampilan menjalin hubungan antar pribadi.32

1) Saling Ketergantungan Positif

Dalam pembelajaran ini, guru menciptakan suasana mendorong agar peserta didik merasa saling membutuhkan antara sesama, dapat dicapai melalui:

a) Saling ketergantungan pencapaian tujuan.

b) Saling ketergantungan dalam menyelesaikan pekerjaan.

c) Ketergantungan bahan atau sumber untuk menyelesaikan pekerjaan. d) Saling ketergantungan peran.33 2) Interaksi Tatap Muka

Interaksi tatap muka menuntut para peserta didik dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama peserta didik, memungkinkan para peserta didik dapat saling menjadi sumber belajar, sehingga belajar dapat bervariasi dan diharapkan dapat membantu dan memudahkan peserta didik dalam mempelajari suatu materi atau konsep.34

3) Akuntabilitas Individual

Meskipun pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok, tetapi penilaian dalam rangka mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap suatu materi pelajaran dilakukan secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok yang memerlukan bantuan. Nilai kelompok dapat didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya.35

4) Keterampilan Menjalin Hubungan antar Pribadi

Melalui pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan keterampilan menjalin hubungan antar pribadi. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran kooperatif menekankan aspek-aspek: tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik orangnya, berani mempertahankan pikiran logis, tidak 32 Ibid. 33 Ibid. 34 Ibid. 35 Ibid., h. 271.

mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat positif lainnya.36

c. Pentingnya Pembelajaran Kooperatif Hasil penelitian melalui metode meta-analisis yang dilakukan oleh David Jhonson & Roger Jhonson menyebutkan, bahwa adanya berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif,37 antara lain:

1) Memudahkan peserta didik melakukan penyesuaian sosial. 2) Mengembangkan kegembiraan

belajar yang sejati.

3) Memungkinkan para peserta didik saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi.

4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.

5) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

6) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois dan egosentris.

7) Menghilangkan peserta didik dari penderitaan akibat kesendirian atau keterasingan.

8) Dapat menjadi acuan bagi perkembangan kepribadian yang sehat dan terintegrasi.

9) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.

10) Mencegah timbulnya gangguan kejiwaan.

11) Meningkatkan keyakinan terhadap ide atau gagasan sendiri.

12) Meningkatkan kemampuan berfikir kreatif.

13) Meningkatkan pandangan peserta didik terhadap guru yang bukan hanya mengajar.

14) Meningkatkan hubungan positif antara peserta didik terhadap guru dan personil sekolah.

15) Meningkatkan kesehatan psikologis peserta didik dan sikap tenggang rasa.

16) Mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan saling menjaga perasaan.

17) Menciptakan suasana belajar kooperatif bukan suatu pekerjaan mudah, tetapi diperlukan

36 Ibid. 37

(8)

15 pemahaman filosofis dan keilmuan yang cukup disertai dedikasi yang tinggi serta latihan yang serius dan terus menerus.

d. Tinjauan Umum Pembelajaran Koo-peratif

Pendekatan konstruktif dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara ekstensif, atas dasar teori bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep tersebut dengan temannya. Di dalam pembelajaran kooperatif peserta didik belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 peserta didik, dengan kemampuan yang heterogen.

Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan peserta didik, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih peserta didik meneriama perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama di dalam kelompoknya, seperti pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, peserta didik diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok adalah mencapai ketuntasan.

Perlu ditekankan kepada peserta didik bahwa mereka belum boleh mengakhiri diskusinya sebelum mereka yakin bahwa seluruh anggota timnya menyelesaikan seluruh tugas. Peserta didik diminta menjelaskan jawabannya di Lembar Kerja Siswa (LKS). Apabila seorang peserta didik memiliki pertanyaan, teman satu kelompok diminta untuk menjelaskan, sebelum menanyakkan kepada guru. Pada saat peserta didik sedang bekerja dalam kelompok, guru berkeliling di antara anggota kelompok, memberikan pujian dan mengamati bagaimana kelompok bekerja. Pembelajaran kooperatif dapat membuat peserta didik menverbalisasi

gagasan-gagasan dan dapat mendorong munculnya refleksi yang mengarah pada konsep-konsep secara aktif.

Pada saatnya, kepada peserta didik diberikan evaluasi dengan waktu yang cukup untuk menyelesaikan tes yang diberikan. Diusahakan agar peserta didik tidak bekerja sama pada saat mengikuti evaluasi, pada saat ini mereka harus menunjukkan apa yang mereka pelajari sebagai individu.

Evaluasi proses sangat dibutuhkan disini, evaluasi proses ini kadang-kadang disebut pula dengan istilah implementasi program. Menggunakan istilah proses dimaksudkan untuk memperkuat pengertian program sebagai suatu proses, evaluasi proses dianggap lebih memberi kedudukan yang sama antara dimensi program sebagai ide, rencana, hasil, dan program suatu kegiatan.38

e. Metode Pembelajaran Pendidikan Islam Orang yang bertanggung jawab melaksanakan pendidikan Islam adalah orangtua dan guru. Keberadaan guru adalah berperan sebagai manejer di dalam pengorganisasian kelas. Dalam posisi ini, guru menjadi penanggung jawab pembelajaran di dalam kelas. Sejumlah peserta didik yang mengikuti mata pelajaran sama dalam waktu yang sama dalam mencapai tujuan pembelajaran perlu diatur, diarahkan dan dipengaruhi dalam satu interaksi belajar mengajar. Karena itu, pemanfaatan sumber daya belajar harus memperhatikan tujuan, strategi dan peserta didik.

Pembelajaran efektif ialah mengajar sesuai prinsip, prosedur dan desain, sedangkan belajar aktif yang dilakukan peserta didik dengan melibatkan seluruh unsur fisik dan psikhis untuk mengoptimalkan pengembangan potensi anak. Karena itu, pembelajaran yang aktif yang efektif ialah yang memenuhi multi tujuan, multi metode, multi media atau sumber dan pengembangan diri anak. Bahkan pembelajaran efektif juga harus efisien

38

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safaruddin Abdul Jabar,

Evaluasi Program Pendidikan (Jakarta: Bumi

(9)

16 dan menyenangkan agar tercapai kompetensi dasar yang diinginkan.39 f. Langkah-langkah Pembelajaran

Koo-peratif

Terdapat langkah utama dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi peserta didik untuk belajar. Fase ini diikuti peserta didik dengan penyajian informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal. Selanjutnya peserta didik dikelompokkan kedalam tim-tim belajar.

Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat peserta didik bekerja sama menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir dari pembelajaran kooperatif, yaitu penyajian hasil akhir kerja kelompok, dan mengetes apa yang mereka pelajari, serta memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

g. Keterampilan dalam Pembelajaran Koo-peratif

Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi peserta didik juga harus mempelajari keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membagi tugas anggota kelompok selama kegiatan.

Keterampilan kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut :

1) Keterampilan Tingkat Awal

a) Menggunakan kesepakatan, yaitu menyamakan pendapat yang berguna.

b) Menghargai kontribusi, yaitu

menghargai berarti

memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan orang lain. Hal ini berarti bahwa harus selalu setuju dengan anggota lain, dapat saja kritik yang diberikan ditunjukkan terhadap ide dan tidak individu. c) Mengambil giliran dan berbagi

tugas, yaitu setiap anggota

kelompok bersedia

39

Syafaruddin, et al., Ilmu Pendidikan Islam: Melejitkan Potensi Budaya Umat (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2008), h. 118-119.

menggantikan dan bersedia mengemban tugas/ tanggung jawab tertentu dalam kelompok. d) Berada dalam kelompok, yaitu

setiap anggota tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan berlangsung.

e) Berada dalam tugas, artinya bahwa meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan. f) Mendorong partisipasi, artinya

mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.

g) Mengundang orang lain.

h) Menyelesaikan tugas pada waktunya.

i) Menghormati perbedaan individu. 2) Keterampilan Tingkat Menengah

Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara dapat diterima, mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat rangkuman, menafsirkan, mengatur dan mengorganisasi, serta mengurangi ketegangan.

3) Keterampilan Tingkat Mahir

Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, melaksanakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.

4) Lingkungan Belajar dan Sistim Manajemen

Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif peserta didik dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Guru menetapkan suatu struktur tingkat tinggi dalam pembentukan kelompok dan mendefinisikan semua prosedur, namun peserta didik diberi kebebasan dalam mengendalikan dari waktu ke waktu di dalam kelompoknya.

Agar pelajaran dengan pembelajaran kooperatif yang sukses, materi pelajaran yang lengkap harus tersedia di ruang guru atau di perpustakaan atau di pusat

(10)

17 media. Keberhasilan juga menghendaki syarat dari menjauhkan kesalahan tradisional yang berhubungan dengan kerja kelompok secara hati-hati mengelola tingkah laku peserta didik.

3. Klasifikasi Strategi Pembelajaran Adapun beberapa dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifi-kasikan strategi pembelajaran, di antaranya:

a. Berdasarkan pendekatannya, strategi pembelajaran terklasifikasi menjadi: Pendekatan expository, discovery/inquiry, konsep, cara belajar peserta didik aktif, dan pembelajaran aktif.

b. Berdasarkan konsepnya secara umum, strategi pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Konsep dasar strategi pembelajaran, sasaran kegiatan pembelajaran, belajar mengajar sebagai suatu sistem, hakekat proses belajar, entering-behavior peserta didik, pola-pola belajar peserta didik, memilih sistem

belajar mengajar,

pengorganisasian kelompok belajar, dan pengelolaan atau implementasi kegiatan belajar mengajar.40

4. Implementasi Strategi Pembelajaran dalam Sistem Penyampaian

Strategi pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan guru dan peserta didik untuk dapat menciptakan suasana belajar secara lebih menyenangkan, menarik, dan menantang, serta dapat memberikan kemudahan-kemudahan dalam belajar.

Maka sistem penyampaiannya merupakan suatu proses pembelajaran yang berupaya untuk merencanakan hal-hal sebagai berikut:

a. Merencanakan sistem pembelajaran yang lebih kondusif. b. Merencanakan metode penyampaian yang dapat menarik minat, bakat dan motivasi belajar peserta didik.

40

Halimah, Strategi Pembelajaran, h. 11-12.

c. Merencanakan prosedur dan langkah-langkah penyampaian materi pelajaran yang lebih efektif dan efisien.

d. Merencanakan usaha-usaha belajar yang harus dilakukan peserta didik.

e. Merencanakan sistem penilaian atau evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman dan perubahan tingkah laku peserta didik setelah menerima materi-materi pengajaran.

5. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Ada empat unsur dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu:

a. Adanya peserta dalam kelompok. b. Adanya aturan kelompok.

c. Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok.

d. Adanya tujuan yang harus dicapai.41

Strategi pembelajaran kooperatif (cooperative learning), merupakan strategi pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan.

Wina Sanjaya mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan peserta didik dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan.42

41

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi

Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana,

2008), h. 241.

42

(11)

18 Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).43

Strategi pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur insentif kooperatif (cooperative incentive structure), tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok.44

Jadi, hal yang menarik dari strategi cooperative learning adalah adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik, juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, penghargaan terhadap waktu, dan pertolongan pada yang lain.

6. Karakteristik dan Prinsip-prinsip Strategi Cooperative Learning a. Karakteristik Strategi Cooperative

Learning

Karakteristik strategi pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Pembelajaran Secara Tim Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap peserta didik belajar, semua harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran dari keberhasilan tim. Setiap kelompok bersifat heterogen. Artinya, kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan belajar, jenis kelamin, dan latar belakang sosial

43 Ibid. 44

Ibid., h. 243.

yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberi pengalaman, saling memberi dan menerima, sehingga diharapkan setiap anggota dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.45

2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Manajemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Demikian juga halnya pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif, misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan dan lain sebagainya. Fungsi organisasi adalah pekerjaan bersama bagi setiap anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi pelaksanaan, dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama. Fungsi kontrol, perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun non tes.46 3) Kemauan untuk Kerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses strategi cooperative learning. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu. Misalnya, yang pintar perlu membantu yang kurang pintar.47 4) Keterampilan Bekerja Sama

Kemauan untuk bekerja sama diperaktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan 45 Ibid., h. 245. 46 Ibid. 47 Ibid.

(12)

19 dalam keterampilan bekerja sama. Peserta didik perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Peserta didik perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap peserta didik dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok.48

b. Prinsip-prinsip Pembelajaran Koo-peratif

Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, yaitu:49 1) Prinsip Ketergantungan Positif

(Positive Interdepence)

Terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tak bisa menyelesaikan tugasnya, dan ini semua memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing anggota kelompok.

2) Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability)

Keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya, untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok.

3) Interaksi Tatap Muka (Face to Face Interaction)

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka dan saling memberi informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberi pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai

48

Ibid., h. 246.

49

Ibid.

setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing.

4) Partisipasi dan Komunikasi (Participation Communication) Melatih peserta didik untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi, peserta didik perlu dibekali dengan kemampuan-kemampuan

berkomunikasi. Misalnya, cara menyatakan ketidak setujuan atau cara menyanggah pendapat orang lain secara santun, tidak memojokkan.

7. Strategi Model Cooperative

Learning

Model pembelajaran perlu dipahami seorang guru agar dapat melaksanakan menerapkan strategi pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan peserta didik karena masing-masing model pembelajaran, seperti: Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI), Rotating Trio Excange, dan Gruop Resume yang memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-beda.

Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di dalam kelas. 50

a. Konsep Dasar Strategi Belajar Mengajar

Konsep dasar strategi belajar mengajar ini meliputi hal-hal:

Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku belajar.

1) Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar.

2) Norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

Strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar

(13)

20 haluan untuk bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dikaitkan dengan belajar mengajar, strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru, peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Menurut W.L. Neuman dan Cand Mogan C. Riches,51 strategi dasar setiap usaha meliputi empat masalah yaitu:

a. Pengindentifikasian dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha

tersebut, dengan

mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang memerlukannya. b. Pertimbangan dan pemilihan

pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai sasaran.

c. Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir.

d. Pertimbangan dan penetapan tolak ukuran baku yang akan digunakan untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan.

Dalam konteks pendidikan, keempat strategi dasar pembelajaran tersebut bisa di terjemahkan menjadi: a. Mengindentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku kepribadian peserta didik yang bagaimana yang diharapkan. b. Memilih sistim pendekatan belajar

mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat, efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.

d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria dan standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar, yang selanjutnya akan

51 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, cet.

2 (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 222.

dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

Dari uraian di atas tergambarlah empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman dalam penelitian tindakan kelas atau dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar supaya sesuai dengan yang diharapkan. Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana yang diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan itu. Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode atau teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Keempat, menetapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai keberhasilan tugas-tugas yang dilakukannya.

Juga dalam konteks ini, W. Gulo menyimpulkan strategi pengajaran yaitu:

a. Strategi belajar mengajar adalah rencana dan cara-cara membawakan pengajaran agar segala perinsip dasar dapat terlaksana dan segala tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif.

b. Cara-cara membawakan pengajaran itu merupakan pola dan urutan umum perbuatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar.

c. Pola dan urutan umum perbuatan guru-murid itu merupakan suatu kerangka umum kegiatan belajar mengajar yang tersusun dalam suatu rangkaian bertahap menuju tujuan yang telah ditetapkan.52

Strategi belajar-mengajar merupakan rancangan yang dasar bagi seorang guru menyampaikan pengajaran di kelas secara bertanggung jawab.

52 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Grasindo,

(14)

21 b. Sasaran Kegiatan Belajar Mengajar

Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan, tujuan itu bertahap dan berjenjang, mulai dari yang sangat operasional dan kongkrit yakni tujuan pembelajaran khusus, tujuan pembelajaran umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional sampai pada tujuan yang bersifat universal. Berbagai persoalan yang bisa dihadapi guru antara lain adalah: 1) Tujuan-tujuan apa yang ingin

dicapai.

2) Materi pelajaran apa yang perlu diberikan.

3) Metode alat mana yang harus dipakai.

4) Prosedur apa yang akan di-tempuh untuk melakukan evaluasi.

Untuk itu wajar sebagai guru dapat memahami segenap aspek pribadi anak didik seperti:

1) Kecerdasan dan bakat khusus. 2) Prestasi sejak permulaan

sekolah.

3) Perkembangan jasmani dan kesehatan.

4) Kecenderungan emosi dan karakternya.

5) Sikap dan minat belajar. 6) Cita-cita.

7) Kebiasaan belajar dan bekerja. 8) Hobbi dan penggunaan waktu

yang senggang.

9) Hubungan sosial di sekolah dan di rumah.

10) Latar belakang keluarga. 11) Lingkungan tempat tinggal. 12) Sifat-sifat khusus dan kesulitan

belajar anak didik. c. Tahapan Mengajar

Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan strategi mengajar yaitu: tahapan mengajar, penggunaan model atau pendekatan mengajar dan penggunaan prinsip mengajar.

Secara umum ada tiga pokok dalam strategi mengajar, yakni tahap permulaan (prainstruksional), tahap pengajaran (instruksional) dan tahap penilaian dan tindak lanjut.

Strategi belajar-mengajar merupakan rancangan dasar bagi seorang guru tentang seorang guru

menyampaikan dan menerapkan pengajaran dikelas secara bertanggung jawab. Strategi instruksional tidak sama dengan desain instruksional. Karena desain instruksional merupakan blue print pengajaran. Sedangkan blue print pengajaran itu baru dapat disusun setelah ditetapkan model dan bentuk pengajaran yang di kehendaki.

Perhatian adalah strategi pembelajaran yang merupakan keaktifan jiwa, untuk memperoleh hasil belajar yang baik, guru mengusahakan bahan pelajaran selalu menarik perhatian.53

Untuk sampai kepada suatu tujuan yang direncanakan, maka biasanya ada strategi yang dipilih oleh seseorang. Dalam aplikasinya, strategi adalah menjadi pola umum pengajaran yang dibuat oleh para guru. Menurut Omar Hamalik, komponen-komponen strategi belajar mengajar terdiri atas : 1) Tujuan pengajaran. 2) Materi pelajaran.

3) Metode dan teknik mengajar. 4) Peserta didik.

5) Guru/tenaga kependidikan profesional.

6) Logistik/unsur penunjang.54 Adapun belajar melalui penerimaan disebut juga proses informasi (information processing), sedangkan belajar melalui penemuan disebut belajar melalui pengalaman (experimental learning). Dari kedua sifat pembelajaran tersebut, strategi penyampaian dalam pembelajaran ada yang disebut ekspositori (melalui penerimaan), biasanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan strategi penemuan (belajar melalui pengalaman) yang menggunakan metode diskusi, kerja kelompok, dan percobaan.

Terdapat tiga masalah pokok strategi yang melatar belakangi keengganan peserta didik dalam menerima pelajaran antara lain:

53

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005), h.

118-119.

54 Omar Hamalik, Strategi Belajar Mengajar (Bandung:

(15)

22 Pertama, masalah teknik pembelajaran yang tidak menumbuhkan motivasi peserta didik. Seharusnya, proses pembelajaran dapat memacu keingintahuan peserta didik untuk membedah masalah-masalah seputar lingkungan sosialnya sekaligus dapat membentuk opini pribadi terhadap masalah-masalah tersebut.

Kedua, eksistensi guru bukan sebagai fasilitator yang membelajarkan peserta didik, melainkan pribadi yang mengajar atau menggurui peserta didik.

Jika hal ini menjadi prioritas dalam pembelajaran maka kesan negatif yang bisa mematikan kreativitas peserta didik pun timbul, bahwa guru itu adalah sumber ilmu, tetapi peserta didik itu gudangnya ilmu. Peserta didik adalah bank dan guru adalah nasabahnya. Membuat skenario pembelajaran yang mengesankan dan memacu keingintahuan peserta didik. Melatih kemampuan berpikir dan berinteraksi peserta didik secara benar sehingga peserta didik terpesona lalu berkesimpulan ”saya berpikir, maka saya ada, saya mengalaminya, maka saya bisa.”

Ketiga, penyampaian pesan pembelajaran dengan media yang kurang interaktif. Hal yang diharapkan dari peserta didik adalah merasa at home, menyenagi pelajaran, merasa membutuhkan ilmu tersebut serta dapat melaksanakan pesan pembelajaran. 8. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Prosedur pembelajaran kooperatif pada perinsipnya terdiri atas empat tahap yaitu: a. Penjelasan Materi

Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum peserta didik belajar dalam kelompok. Tujuan utama adalah pemahaman peserta didik terhadap pokok materi pelajaran.55

b. Belajar dalam Kelompok

Menurut Anita Lie, ada beberapa alasan lebih disukainya pengelompokan heterogen. Pertama, kelompok heterogen

55

Sanjaya, Strategi Pembelajaran, h. 248.

memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antara ras, agama, etnis dan gender. Ketiga, kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap orang. Melalui pembelajaran tim peserta didik didorong untuk melakukan tukar-menukar (sharing) informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan secara bersama, membandingkan jawaban mereka, dan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat.56 c. Penilaian

Penilaian dalam strategi pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes dan kuis, secara individual maupun secara kelompok.57

d. Pengakuan tim

Pengakuan tim (team recognition) adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.58

9. Hasil Pembelajaran Kooperatif

Ada banyak penelitian sudah teruji berkaitan dengan keuntungan pembelajaran kooperatif, disimpulkan bahwa pengalaman pembelajaran kooperatif, terbanding dengan kompetitif dan pembelajaran individual, memajukan prestasi belajar yang tinggi, motivasi yang lebih besar, hubungan interpersonal pelajar yang lebih positif, sikap yang lebih positif terhadap bidang pelajaran dan guru, harga diri yang lebih besar dan kesehatan psikologis, perspektif berbicara yang lebih akurat, dan keterampilan sosial yang lebih besar.

Dengan sejumlah bukti hasil penelitian yang diperoleh, bahwa kehebatan kelas karena diorientasikan ke arah pembelajaran individual dan kompetitif. Karena itu adalah positif bila guru mampu menerapkan pembelajaran kooperatif sehingga tercapai pembelajaran efektif secara aktual dilakukan oleh guru. 56 Ibid. 57 Ibid., h. 249. 58 Ibid.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah kesadaran mereka itu sendiri sehingga mereka dapat merasakan menfaat yang diperoleh dari pekerjaan yang ia lakukan dengan

Berdasarkan hasil estimasi dengan MLE 15 Bank Pembangunan Daerah (BPD) Syariah untuk mengetahui pengaruh variabel input terhadap variabel output pada tahun 2008- 2012

Hasil analisis uji T dengan sampel independen pada taraf kepercayaan 95%, data hasil penelitian penggunaan implan yang berbahan polietilen berjenis UHMWPE pada sendi

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa penyebab lebih rendahnya riap pohon di hutan rawa dibandingkan di darat adalah bukan karena masalah air, tetapi adalah

Server dan Core System (infrastruktur) kami ditempatkan di Data Center (DC) sesuai standar keamanan Internasional untuk perlindungan data dan opersional system BMT serta

Menghitung total cadangan karbon hutan didasarkan pada kandungan biomasa dan bahan organik pada lima carbon pool (biomassa atas permukaan tanah, biomassa bawah permukaan tanah,

Jika ada pekerjaan galian atau pengerukan yang dilakukan sebelum caisson, palung dan cofferdam terpasang pada tempatnya, maka setelah selesai pembuatan dasar pondasi, Kontraktor

Peningkatan kapasitas institusi merupakan suatu kegiatan sosialisasi dan advokasi untuk meningkatkan apresiasi berbagai pihak terhadap BPTP dan peningkatan mutu kinerja dan