• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang bernama Graeni dari kerajaan Medang Kamulan. Tarian ini. menggambarkan Graeni yang bersiap diri dalam menghadapi serangan dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yang bernama Graeni dari kerajaan Medang Kamulan. Tarian ini. menggambarkan Graeni yang bersiap diri dalam menghadapi serangan dari"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tari Ratu Graeni adalah sebuah tarian yang menggambarkan seorang ratu yang bernama “ Graeni “ dari kerajaan Medang Kamulan. Tarian ini menggambarkan Graeni yang bersiap diri dalam menghadapi serangan dari musuhnya yang bernama“ Prabu Gandawikalpa”. Tari Ratu Graeni termasuk kedalam tari putri dan berkarakter putri lanyap / lincah dan anggun, yang di ciptakan Tjetje Somantri sekitar tahun 1949.

Untuk melakukan pendalaman materi secara teoritis, penyaji melakukan wawancara kepada salah satu murid Tjetje, beliau adalah Irawati Durban. Penyaji berkeinginan langsung untuk mengetahui lebih dalam mengenai tari Ratu Greni karena sangat sedikit sumber tertulisnya. Dari hasil wawancara tidak jauh dari apa yang telah penyaji temukan di suber terlulis memang cukup singkat latar belakang tariannya. Menurut Irawati bahwa Ratu Greni menggambarkan ratu yang berasal dari kerajaan Medang Kamulan, yang sedang bersiap diri berlatih perang untuk menghadapi musuhnya Prabu Gandawikalpa, sedangkangkan karakter tarian yang terdapat pada Ratu Greni merupakan karakterputri lanyap. (wawancara Irawati Durban, tanggal 9 bulan september 2014)

(2)

Lain halnya dengan ungkapan dari Dedi Djamhur yang mengungkapkan bahwa, Tari Ratu Graeni menggambarkan jalmi biasa yaitu seseorang yang dianggap ratu karena kepribadian dan perilakunya yang sayang dan mengayomi pada kehidupan di masyarakat dan sering kali tampil sebagi pemimpin. Karena kepribadian graeni yang identik dengan seorang Ratu maka masyarakat setempat menyebutnya Ratu Greni. Sedangkan mengenai ungkapan selalanjutnya bahwa Graeni bersiap diri untuk berlatih perang melawan musuhnya Prabu Gandawikalpa. (wawancara Dedi Djamhur, tanggal 18 bulan februari 2014)

Dari hasil wawancara mengenai latar belakang tari Ratu Graeni, penyaji dapat menyimpulkan bahwa pada intinya tarian ini berbentuk tari tunggal dan berkarakter putri lanyap. Mengenai isi tariannya menggambarkan seorang ratu yang bersiap diri berlatih perang untuk menghadapi musuhnya prabu Gandawikalpa. Sedangkan filosofi tariannya bisa di lihat dengan kasat mata dari sinjang yang memakai buntut / samparan yang mengartikan bahwa seorang wanita atau seorang pemimpin tidak seharusnya lupa akan buntutnya. Artinya buntut di sini sebagi wanita tidak boleh melupakan tanggung jawab atau kodrat seorang wanita, yaitu mengabdi pada suami dan mengurus anak-anak. (wawancara Dedi Djamhur, tanggal 18 bulan februari 2014)

Berbicara mengenai Tari Ratu Greni tidak lepas dari sang penciptanya yaitu Tjetje Somantri. Penyaji mendapatkan sumber mengenai riwayat Raden Tjetje somantri secara singkat dari buku Tari Di Tatar Sunda1880-1990 yang menjelaskan secara singkat mengenai riwayat Raden Tjetje somantri. Raden Tjetje somantri lahir di Bandung pada tahun 1891, ibunya bernama Nyi Raden Siti

(3)

Munigar, gadis ningrat asal bandung, serta ayahnya bernama Raden Somantri seorang bangsawan Purwakarta. Tjetje somantri seorang pelopor tari kreasi Jawa Barat yang juga merupakan salah satu yang mendirikan Badan Kebudayaan Jawa Barat (BKDKB) dan Badan Kebudayan Indonesia (BKI). Begitu pula dengan perjalanan karirnya berawal sebagi penari di pendopo kabupaten dalam tayuban. Beliau sangat terkenal sebagi penari yang mengagumkan. Hampir semua jenis tarian di pelajari diantaranya tari tayub, tari wayang, tari kursus, tari topeng cirebon, tari pencak silat, tari jawa dan lain-lain. (2007: 97-99)

Perjalanan karir Tjetje sebagai seniman berawal dari seorang penari dan pengajar hingga menjadi seorang pencipta tari yang peka dan handal pada jamannya. Beliau mengemas karya-karyanya menjadi bentuk gaya tari yang mengandung ciri khas tersendiri dan di kenal sebagai karya Tjetje di sebut pula dengan tari-tarian kreasi baru. Dibawah ini adalah kutipan mengenai karir Tjetje Somantri:

Tjetje adalah murid yang pandai dan penari yang mengagumkan menurut Oemay. Tari sudah ada dalam dirinya, gerak tari apapun yang di buat Tjetje, akan tampak sangat indah. Dia kemudian menjadi guru tari yang teladan dan rajin. Sebagi seorang penata tari yang kreatif, intuisinya yang tajam dan wawasannya yang luas mengantarkannya untuk meramu aneka unsur tari untuk diolah menjadi tari sunda yang disuka oleh masyarakat.(2007:101-103)

Kesuksesan Tjetje tidak hanya merupakan kerja keras sendiri namun ia pun bekerja sama dengan Tb. Umay Martakusumah yang banyak memberikan saran tentang busana / kostum yang dipakai dalam tariannya. Selanjutnya beliau juga di bantu oleh Bapak Kayat sebagai penata gending. Sedangkan R. Barnas

(4)

Prawiradiningrat juga membantu dalam pembuatan pola lantai pada tari-tari rampak / kelompok.

Tjetje somantri adalah seseorang yang tangguh dan bertekad besar demi mencapai tujuannya hingga berbagi karya tari ciptaan Tjetje pun terlahir.Dari karya-karya tarinya yang diciptakan untuk wanita maupun pria, masyarakat menyambutnya dengan antusias dan berdampak baik di masyarakat dalam kesenian. Berikut adalah kutipan dari Endang Caturwati yang mengungkapakan bahwa, berkat keuletan Tjetje Somantri dalam berkreasi mengolah tari-tarian baru, wanita dapat tampil dalam pertunjukan-pertunjukan terhormat pada peristiwa-peristiwa penting di berbagai Kantor pemerintah dan Istana Negara Jakarta. (Endang Caturwati, 1992:2)

Trai yang di ciptakan Tjetje terlahir di masyarakat dan diajarkan di beberapa sanggar tari maupun perguruan tinggi seni dan sekolah kesenian pada jamannya. Tari yang diciptakan oleh Tjetje di antaranya ada tari tunggal putri yaitu sebagai berikut: tari Puja, tari Dewi, Tari anjasmara, tari koncaran, tari Kandagan, tari Srigati, tari Ratu Graeni, tari nayadirana. Tari putra tunggal : tari Kiprah Baladewa, tari Kiprah Gatot Kaca, tari nyamba, tari Surenggana, tari Kiprah Somantri, tari Kiprah Wibisana, tari Gambir Anom, tari pamindo, tari panji, tari Jingga Anom, tari Menak Jingga, tari Patih Ranggana, tari surenggana, tari tumenggungan, tari suranggana (patih). Tari putri kelompok: tari Sulintang, tari Kupu-kupu tari Merak, tari Golek Rineka, tari Panca Sari, tari Srenggana, dan tari-tarian nusantara. (wawancara bersama Dedi Djampur, tgal 18 bulan februari 2014)

(5)

Dari berbagai karya tari ciptaan Tjetje penyaji menggambil salah satu tari tunggal putri yaitu tari Ratu Greni. Untuk dijadikan materi tugas akhir yang sudah melewati tahap kolokium dan dinyatakan lulus. Alasan penyaji memilih sumber repertoar tari Ratu Graeni bertujuan untuk lebih mengenal dan melestariakan tarian tersebut, karya tari kreasi baru Tjetje Somantri masih dibutuhkan oleh masyarakat luas sehingga penyaji bertujuan untuk lebih mendalaminya. Dan tari Ratu Graeni menarik bagi penyaji, sekaligus dijadikan sumber garap dalam menghadapi ujian tugas akhir penyajian tari, karena tarian ini terasa begitu dinamis, berkarakter lanyap (lincah dan anggun), dan bentuk penyajiannya tunggal.

Mengingat sumber repertoar tari sebagai bahan tugas akhir harus dikembangkan hingga mencapai bentuk/gaya penyajiannya yang baru, maka penyaji melakukan pendalaman materi. Pendalaman materi yang penyaji lakukan di antaranya penyaji harus menguasai dengan baik kemampuan menari dengan tekhnik menari yang benarserta isi tarian pada tarian tersebut secara baik pula, sehingga penonton dapat menikmati sajian tari yang penyaji tampilkan. Di tunjang pula pendalaman materi secara teoritis untuk memberikan isi tarian supaya tarian tersebut dapat memberikan makna sesuai dengan tema tarian yang memberikan suritauladan kepada kita semua.

Sumber teori yang membahas mengenai Penyajian tari yang tidak lepas dari kriteria penarinya, dan seorang penari tidak hanya memperagakan gerak saja akan tetapi harus bisa menjiwainya sehingga dapat menghidupkan tarian tersebut berdasarkan gambaran dan isi tarian tertetu. Sal Murgiyanto menjelaskan dalam

(6)

bukunya yang berjudul Ketika Cahaya Merah Memudar dengan pernyataannya bahwa “seorang penari benar-benar menarikan sebuah tarian kalau ia mampu memperhatikan kepada penonton hubungan yang ada antara frase-frase atau bagian-bagian gerak yang ia lakukan sehingga nampak jelas” (1993:15). Penyaji dapat menyimpulkan bahwa dalam menciptakan gaya penyajian tari untuk memasukan unsur-unsur gerak baru, unsur itu harus di olah dan dipadukan serasi atau harmonissehingga menjadi suatu kesatuan/unity. Rasa seni yang baik harus dimiliki agar tidak terjadi karya tari yang didalamnya berupa tempelan-tempelan aplikasi yang terpisah-pisah sehingga tidak ada kesatuan/unity dari gaya, bentuk, karakter.

Mengenai ragam gerak pokok penyaji dapat menjelaskan bahwa gerak pokok adalah bentuk rangkaian gerak yang menjadi gerak utama dalam susunan gerak suatu tarian. Sedangkan ragam gerak penghubung adalah bentuk rangkaian gerak yang menjadi gerak diantara dan menjadi penghubung antara dua gerak pokok. Gerak pokok ratu graeni

a. Calik ningkat b. sembahan c. Nyawag d. Keupat maju e. Keupat mundur f. Kiprah kembang kurai g. Ngalaga

(7)

i. Mahkutaan j. Pugeran k. Ambil keris l. Nojos maju m. Nojos mundur n. Tidak tilu o. Calik ningkat p. Simpan Keris

Konsep penyajian tari Ratu Greni yang akan di tampilkan penyaji tetap sesuai dengan yang diajarkan dalam perkuliahan di STSI Bandung. Penyaji hanya akan mengembangkan koreografi tari tanpa merubah nilai esensi yang terkandung dalam tarian tersebut. Sebagai upaya pengembangan gaya penyaji yang baru, penyaji akan menggarap aspek koreografi, aspek iringan karawitan tari, aspek pengolahan pola lantai, level gerak, dan artistik penyajian tarinya.

Begitu pula dengan rias wajah yang digunakan dalam tari “Ratu Graeni” ini adalah yang berkarakter putri lanyap, yaitu sebagi berikut :

a. alis cagak putri b. papaes

c. pasu teleng pakai titik d. garis mata terbuka e. Godeg geulis

(8)

Untuk penegasansumber, penyaji mengutip salah satu buku yang berjudul Bunga Rampe yang memaparkan bahwa, tata rias secara umum merupakan perkembangan dari istilah berhias atau bersolek. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tata rias adalah usaha untuk mewujudkan dan memperkuat penampilan watak dari pesan secara visual. Sedangkan menurut fungsinya tata rias menampilkan keindahan dan kecantikan secara wajar dan tidak berlebihan. Endang Caturwati dan Sri Sujatmi (1983:4) mengemukakan, bahwa fungsi tata rias membantu mempertebal, mempertajam dan memperjelas garis-garis muka atau bahkan sebaliknya, untuk menutupi garis-garis muka yang akan ditutupi atau dihilangkan. (Dedi Rosmala dkk, 1999:139)

Bagi seorang penari, busana dan kostum merupakan benda yang tidak asing lagi dan dapat menunjang penampilan, meningkatkan atau menyamarkan keserasian badan, serta memberikan tekanan dan kontras pada komponen-komponen gerak (Dedi Rosala 1999:169). Sedangkan busana yang di gunakan dalam tari Ratu Graeni yaitu sebagi berikut :

a. apok b. sinjang lereng c. beber d. Sampur e. keris cundrik f. Andong g. gelang tangan h. kilat bahu

(9)

j. Anting k. bunga melati

Karawitan penggirin tari Ratu Graeni menggunakan seperangkat gamelan Sunda. Diantaranya ada saron satu, saron dua, demung, kenong, gambang, goong, kendang dan lain-lain.Lagu pengiring tari ”Ratu Graeni” menggunakan Bendrong berlaras pelog, satu wiletan dan menggunakan patet nem.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pemahaman penyaji terhadap repertoar tari Ratu Graeni sebagaimana telah diuraikan di atas, maka masalahnya dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana mewujudkan bentuk penyajian tari Ratu Graeni dalam gaya penyajian yang baru dengan tidak merubah nilai-nilai esensinya?

C. TUJUAN MASALAH

Adapun tujuan dari proses pengembangan ini dalam rangka ujian tugas akhir penyajian tari, yaitu:

1. Terwujudnya atau tercapainya bentuk gaya penyajian yang baru dari repertoar tari Ratu Graeni dengan tidak merubah esensi tarian yang menjadi sumbernya

D. TINJAUAN PUSTAKA

Untuk menghindari terjadinya penjiplakan karya, maka penyaji melakukan studi pustaka terhadap hasil karya penyajian tari kreasi baru karya tjetje somantri yang sudah dilakukan oleh angkatan terdahulu. Berdasarkan kegiatan studi pustaka tersebut, ditemukan beberapa skripsi karya seni penyajian tari kreasi baru

(10)

karya tjetje somantri, khususnya tari Ratu Graeni, akan tetapi pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 belum ada yang mengambil penyajian tari Ratu Graeni, hanya karya-karya tjetje yang lain seperti tari Sulintang adapun suber-sumber tersebut yaitu sebagai berikut :

1. Skripsi karya penyajian tari Kencana Wunggu karya Mira, lulus tahun 2012, Jurusan Tari STSI Bandung Tahun 2012.Konsep garap penyajian tari Kencana Wunggu menggambarkan seorang ratu yang bijaksana. Dengan gaya penyajian tari tunggal yang di garap dengan diwarnai adanya tari kelompok dengan memakai dayang-dayang sebanyak empat orang. Konsep dayang-dayang hanya digarap di bagian awal saja. Pengembangan selanjutnya lebih mengolah diri pada tekhnik menari dan pengembangan gerak tari tunggalnya. Mengenai artistik ada pengembangan dengan seting suasana di keraton. Ligting yang digunakan menjadi satu kesatuan untuk mendukung seting dan suasana saat pertunjukan.

2. Skripsi karya penyajian tari Arimbi karya penyajian April, lulus tahun 2013, Jurusan Tari STSI Bandung Tahun 2013.Konsep garap tari Arimbi menggambarkan seorang ratu yang sedang berlatih perang. Tarian ini termasuk kedalam tari tunggal, dan dikembangkan tetap dalam penyajian bentuk tari tunggal. Dalam pengembangan tari arimbi ini didalamnya lebih banyak terdapat pengembangan gerak-gerak baru dengan tidak lepas dari identitas tarian tersebut. Diawal penyajiannya ada gerak-gerak baru yang menunjukan pengembangan dari gerak tari Arimbi menggunakan

(11)

keris. Sedangkan Seting panggung, ligting dan musik pengiring tarian berpadu harmonis mengiringi tarian tersebut, sehingga tercipta karya tari arimbi dengan bentuk penyajian yang baru karya dari April.

3. Skripsi karya penyajian tari Ratu Graeni karya penyajian Fera Octafia, lulus tahun 2014, Jurusan Tari STSI Bandung.Konsep garap tari Ratu Greni gaya penyajian Fera menggambarkan graeni yang sedang bersiap diri berlatih perang. Tarian ini termasuk kedalam tari tunggal kreasi baru karya Tjetje Somantri, disini penyaji menggarapnya dengan di warnai tari kelompok dengan adanya dayang-dayang. Dari garapan tari tersebut dapat di simpulkan bahwa Fera menggarapnya dengan mengembangkan koreografi, mengembangkan musik iringan tari, dan memadatkan koreografi. Sehingga tercipta tari Ratu Graeni gaya penyajian Fera dengan tidak merubah nilai esensi tarian tersebut.

Namun demikian, untuk melakukan pengembangan wacana dari skripsi ini maka penyaji memerlukan beberapa literatur yang akan dijadikan sumber acuan, antara lain:

1. Buku yang berjudul Tari Di Tatar Sunda, karya Endang Caturwati, tahun 2007. Buku ini membahas mengenai masyarakat jawa barat serta tari menurut fungsinya dan lengap dengan klasifikasi gendre tari beserta contoh tariannya.

2. Buku yag berjudul Seni Dalam Dilema Industri, sekilas tentang perkembangan pertunjukan tari sunda, karya Endang Caturwati, tahun

(12)

2004. Pembahasan dalam buku tersebut membahas seni dan industri, selanjutnya dalam buku tersebut salah satu babnya membahas tentang tokoh pembaharu tari sunda Rd. Tjetje Somantri dan badan kesenian indonesia (BKI).

3. Buku yang berjudul Pemahaman Seni Tari Tentang Kepenarian , karya Risman Suratman, tahun 2007. Buku ini membahas ,pengetahuan tentang arti sosok penari dan bagaimana untuk menjadi penari yang baik.

4. Buku yang berjudul Sebuah Kritik: Ketika Cahaya Merah Memudar, karya Sal Murgiyanto, tahun 1993. Banyak hal yang penyaji petik dari buku ini, misalnya; bagaimana menjadi seorang penari yang baik dan bagaimana pula melakukan kritik terhadap sebuah tari.

5. Buku yang berjudul Kompilasi Istilah Tari Sunda, karya Iyus Rusliana Dkk, tahun 2009. Buku ini membahas tentang tari-tari sunda mulai dari Tari Jaipongan, Tari Keurseus, Tari Rakyat, Tari Topeng Cirebon, Tari Topeng Priangan, Tari Karya Tjetje Somantri dan Tari Wayang.

6. Buku yang berjudul Tari Sunda Tahun 1940-1965 Rd. Tjetje Somantri dan Kiprah Bki, karya Irawati Durban Ardjo, tahun 2009. Buku ini membahas tentang kiprah tjetje somantri dan Tb. Oemay Martakusuma, membahas juga karya – karya tjetje mulai dari karya tari unggulan Bki, selanjutnya ada beberapa contoh pola lantai dan sejarah bandung tempo dulu.

7. Buku yang berjudul, Tari Sunda Tahun 1880-1990 melacak jejak Tb. Oemy Martakusumah dan Rd. Tjetje Somantri, karya Irawati Durban Ardjo, tahun 2007. Buku ini membahas kehidupan kesenian di priangan,

(13)

sejarah berdirinya Bki serta tokoh-tokoh yang berperan di Bki lengkap dengan riwayat keluarganya.

E. METODE PENDEKATAN

Karya penyajian yang bersumber dari repertoar tari Kreasi Baru, tari Ratu Graeni di garap dengan pendekatan model garap gubahan tari , yang akan berdampak pada pengembangan karawitan iringan tari, koreografi tari, pengolahan pola lantai, level gerak dan artistik penyajian tari, dengan hasil yang diharapkan akan mendapatkan sajian suatu karya yang berbeda dengan tidak merubah identitas sumber tarinya.

F. RANCANGAN / SKETSA GARAP

Tari ratu graeni merupakan jenis tarian tunggal. Tari ratu graeni menggambarkan seorang Ratu yang sedang bersiap diri berlatih perang untuk melawan musuhya Prabu Ganda Wikalpa. Rancangan sketsa garap akan di lakukan pada bagian awal, tengah, dan akhir. Bagian awal akan di tambahkan gending bubuka dan musik ilusrasi serta penambahan gerak baru, bagian tengah akan ada penambahan dan pemotongan musik pada gerak peralihan tertentu, dan pada bagian akhir akan ada penambahan musik.

(14)

Berdasarkan uraian di atas, maka penyaji merancang sebuah gambaran pola penyajian baru dari repertoar tari kreasi baru tari Ratu Graeni meliputi desain koreografi, desain karawitan/musik tari, desain artistik tari (setting panggung), yaitu sebagi berikut.

1. Desain Koreografi

Pengembangan pada desain koreorgafi tari Ratu Graeni pada bagian awal akan di tambahkan gerak-gerak baru yang lebih menonjolkan karakter tarian tersebut. Setelah itu baru masuk ke koreografi gerak tari ratu graeni. Bagian tengah akan di tambahkan gerak ngolah keris dan akan terjadi pemadatan gerak pengulangan dan gerak peralihan, begitu juga bagian akir akan ada penambahan gerak. Dengan tujuan tidak merubah esensi tari ratu graeni yang terkandung didalamnya. Akan tetapi hal tersebut akan menambah kekayan tari tersebut. Seperti arah gerak dan arah hadap, level gerak, sikap gerak serta pemadatan koreografi maupun iringan karawitannya.

2. Desain Karawitan Tari

Mengenai aspek karawitan tarinya sudah pasti akan terjadi perubahan iringan seperti awal bubuka menggunakan musik overture, setelah itu masuk ke musik yang mengiringi gerak-gerak ilustrasi di awal dengan tambahan menggunakan kawihan. Setelah itu baru masuk ke gending pengiring tari ratu graeni. Bagian tengah akan terjadi penambahan iringan dan pemadatan seperti pada gerak peralihan dan pengulangan, begitu juga bagian akhir akan ada penambahan musik. Hal tersebut bertujuan agar terciptanya sajian tari ratu graeni

(15)

dengan gaya penyajian yang baru, menambah keindahan dalam penyajiannya, dengan tidak mengubah esensi yang terkandung didalamnya.

Desain Artistik Tari: 1.1.Rias-Busana

Pengertian Tata Rias secara umum merupakan perkembangan diri rias atau bersolek menurut kamus besar bahasa indonesia tata rias adalah ˝fasilitas bagi penari untuk menata rupa visualisasi tubuhnya yang sesuai dengan tarian yang disajikan. Tari ratu graeni menggunakan tata rias wajah putri lanyap. Rias yang digunakan yaitu sebagi berikut :

- Alis Cagak putri, - Papaes,

- Pasu teleng pakai titik, - Garis mata terbuka, - Godeg geulis,

- Eye shadaw mengunakan warna merah, hitam dan biru. Sedangkanbusana segala sesuatu yang di kenakan seseorang yang terdiri dari pakaian dan perlengkapannya, dan jaman sekarang dikenal dengan nama kostum. Kostum yang di pergunakan atau di kenakan dalam tari Ratu Graeni ada

- Apok - Sinjang lereng - Beber - Slempang - Sampur - Andong

(16)

- Gelang - Kilat bahu

- Makhuta Binokasri - Anting, Bunga melati - Keris.

2.2. Properti

Properti dalam tari ratu graeni menggunakan keris (kecil) cundrik,sampur dan (buntut) samparan sebagai satu kesatuan dalam busana tarinya.

2.3.Setting

Bentuk penjajian tari ratu graeni menggunakan panggung proscenium, dengan seting panggung salah satunya menggunakan level, level yang di gunakan bertujuan untuk memberikan penekanan lebih jelas adanya tempat atau tahta seorang ratu. Level yang digunakan berbentuk persegi panjang, di letakan dipanggung bagian belakang posisi tengah-tengah, dengan seting backgroun hitam dan di tengah-tengah menggunakan warna putih. Penyaji pada bagian awal pose di atas level dan melakukan gerak-gerak pengembangan, dengan diiringi musik ilustrasi dan kawihan yang memperjelas bahwa ratu graeni akan bersiap diri berlatih perang.

(17)

2.4 Lighting

Pada Lighting yang akan di gunakan untuk mendukung suasana pada tari Ratu Greni, lebih digunakan pada warna-warna tertentu.

Gambar

Gambar lighting

Referensi

Dokumen terkait