PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
Dinas Perindustrian & Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan
RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
TANJUNG API API SELUAS + 3000 Ha DI KECAMATAN BANYUASIN II,
KABUPATEN BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Daftar Gambar iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB - 1 PENDAHULUAN ... 1 - 1 1.1. Latar Belakang ... 1 - 1 1.2. Tujuan dan Manfaat ... 1 - 5 1.2.1. Tujuan ... 1 - 5 1.2.2. Manfaat ... 1 - 6 1.3. Peraturan ... 1 - 6
BAB - 2 RENCANA KEGIATAN ... 2 - 1 2.1. Identitas Pemrakarsa dan Penyusun AMDAL ... 2 - 1 2.1.1. Identitas Pemrakarsa ... 2 - 1 2.1.2. Identitas Proyek ... 2 - 1 2.1.3. Identitas Penyusun ... 2 - 2 2.2. Uraian Rencana Kegiatan ... 2 - 2 A. Kawasan Penunjang ... 2 - 3 B. Kawasan Ekonomi Khusus ... 2 - 8 C. Tahap Pra Konstruksi 2 - 8 D. Pra Rencana Tata Bangunan Kawasan Industri 2 - 13 E. Ruang Terbuka ... 2 - 15 F. Ruang Terbuka Hijau 2 - 19 G. Jaringan internal KEK 1 2 - 26 Jaringan internal KEK 2 2 – 27 H. Jaringan Perkeretaapian ... 2 – 29 I. Transportasi Air Laut ... 2 – 29 J. Jaringan Utilitas 2 – 30 K. Rencana Penyediaan Sarana Komunikasi 2 - 34
Daftar Gambar iv
L. Rencana jaringan Drainase dan Penyaluran Air Hujan 2 – 35 M. Rencana Pengelolaan Air Bersih 2 – 44 N. Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah 2 – 51 O. Rencana Pengelolaan Sampah 2 – 57 P. Penyusunan Master Plan KEK 2 – 64 Q. Rencana Kegiatan Penyebab Dampak ... 2 – 89 I. Tahap Pra Konstruksi 2 - 90 (1) Pengurusan Izin 2 - 90 (2) Sosialisasi 2 - 90 (3) Survey dan Inventarisasi lahan 2 - 91 (4) Pembebasan Lahan 2 – 92 II. Tahap Konstruksi 2 - 92 (1) Penerimaan tenaga Kerja Konstruksi 2 – 92 (2) Mobilisasi Peralatan material dan Tenaga Kerja 2 - 93 (3) Pembukaan dan Pematangan Lahan 2 - 93 (4) Pembangunan KEK dan fasilitas Pendukungnya 2 – 95 (5) Demobilisasi Peralatan, Material dan Tenaga Kerja 2- 95 III. Tahap Operasi 2 -96 (1) Penerimaan tenaga kerja 2 - 96 (2) Pengadaan bahan baku 2 - 97 (3) Opersional KEK 2 - 98 (4) Transportasi dan Logistik 2 - 99 IV. Tahap Pasca Operasi 2 - 99 2.3. Alternatif-alternatif Yang Dikaji Dalam Andal ... 2 - 100 2.4. Keterkaitan Rencana Kegiatan Dengn Kegiatan Lain
di Sekitar Rencana Kegiatan ... 2 - 100 2.5. Prediksi Jenis-jenis pabrik di blok darat dan dampaknya 2 - 100
BAB – 3 RONA LINGKUNGAN HIDUP ... 3 - 1 3.1. Lingkup Rona Lingkungan Hidup Awal ... 3 - 1 3.1.1. Lingkungan Fisik - Kimia ... 3 - 1
3.1.1.1. Iklim
3.1.1.2. kualitas udara dan tingkat kebisingan 3 - 6 3.1.1.3. Hidrologi ... 3 - 14 3.1.1.4. Morfologi ... 3 – 24 3.1.1.5. Ruang, lahan dan tanah ... 3 – 26
Daftar Gambar v 3.1.1.6. Topografi ... 3 - 32 3.1.1.7. Geologi ... 3 - 32 3.2. Komponen Biologi ... 3 - 27 3.2.1. Komunitas vegetasi ... 3 – 27 3.2.2. Komunitas satwa ... 3 – 30 3.2.3. Biota perairan ... 3 – 31 3.3. Lingkungan Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya ... 3 – 36 3.3.1. Kependudukan (Demografi) ... 3 – 43 3.3.1.1. Gambaran Umum Daerah Studi ... 3 – 43 3.3.1.2. Profil Penduduk ... 3 – 45 3.3.1.3. Tingkat Pendidikan 3 - 48 3.3.1.4. Agama dan Prasarana Ibadah 3 - 51 3.3.1.5. Angkatan Kerja 3 - 52 3.3.1.6. Jenis Pekerjaan Penduduk 3 - 52
3.3.2. Karakteristik Ekonomi ... 3 - 53 3.3.2.1. Tata Guna Lahan di daerah Studi 3 - 53 3.3.2.2. Pendapatan dan Pengeluaran masyarakat
Desa Studi 3 - 55 3.3.3. Karakteristik Budaya ... 3 – 57 3.3.3.1. Hubungan Antar masyarakat 3 – 57 3.3.3.2. Pola Preferensi dan Orientasi dalam meminta
Bantuan 3 – 59 3.3.3.3. Pola Kepemimpinan ... 3 – 59 3.3.3.4. Oraganisasi Sosial penduduk ... 3 - 60 3.3.4. Persepsi masyarakat ... 3 – 61 3.3.3.4.1. Tanggapan tentang KEK Tj Api-Api 3 – 61 3.3.3.4.2. Harapan masyarakat dengan Kegiatan
Operasional KEK Tj Api-Api 3. 62 3.4. Kesehatan Masyarakat ... 3 – 62
3.4.1. Tenaga kesehatan ... 3 – 63 3.4.2. Sarana kesehatan ... 3 – 64 3.4.3. Morbiditas ... 3 – 65 3.4.4. Sarana air bersih ... 3 – 65 3.4.5. Sarana sanitasi dasar ... 3 – 66
Daftar Gambar vi
BAB – 4 RUANG LINGKUP STUDI ... 4 - 1 4.1. Dampak Penting yang Ditelaah ... 4 - 1 4.1.1. Hasil Pelingkupan 4 - 2 1. Dampak Penurunan Kualitas udara dan bising 4 – 9 2. Dampak Penurunan kualitas air 4 - 10 3. Dampak perubahan pola drainase 4 - 11 4. Dampak gangguan vegetasi 4 - 12 5. Dampak gangguan satwa 4 - 12 6. Dampak gangguan biota air 4 - 13 7. Dampak peningkatan kesempatan kerja dan berusahan 4 – 14 8. Dampak peningkatan aksessibility wilayah 4 – 14 9. Dampak peningkatan ekonomi wilayah 4 - 14 10. Dampak konflik sosial 4 - 15 11. Dampak pola persepsi masyarakat 4 - 16 4.2. Lingkup Wilayah Studi ... 4 - 16
4.2.1. Batas Ekologi ... 4 - 16 4.2.2. Batas Sosial ... 4 - 17 4.2.3. Batas Administrasi ... 4 - 17 4.2.4. Batas Waktu Kajian ... 4 - 17
BAB – 5 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING ... 5 - 1 5.1. Analisa Perbedaan Kondisi Kualitas Lingkungan Hidup Dengan dan Tanpa Kegiatan ... 5 - 1
5.2. Penentuaan Sifat Penting Dampak ... 5 - 5 5.2.1. Tahap Pra-Konstruksi ... 5 - 7 5.2.1. Dampak Persepsi masyarakat 5 - 7 5.2.2. Dampak konflik sosial 5 - 8 5.2.2. Tahap Konstruksi ... 5 - 9 1. Dampak penurunan kualitas air 5 - 9 2. Dampak penurunan kualitas udara dan peningkatan 5 - 10 Kebisingan
3. Dampak perubahan pola drinase 5 - 11 4. Dampak gangguan vegetasi 5 - 11 5. Dampak gangguan satwa 5 - 12
Daftar Gambar vii
6. dampak gangguan biota air 5 - 13 7. Dampak peluang kerja dan berusaha 5 - 14 8. Dampak konflik sosial 5 - 15 9. Dampak aksesbilitas wilayah 5 - 16 10. Dampak peningkatan ekonomi wilayah 5 - 17 11. Dampak persepsi masyarakat 5 - 18 5.2.3. Tahap Operasi ... 5 – 19 1. Dampak penurunan kualitas air 5 - 20 2. Dampak perubahan pola drainase 5 - 21 3. Dampak gangguan biota air 5 - 21 4. dampak peningkatan kesempatan kerja dan berusaha 5 - 22 5. Dampak konflik sosial 5 - 24 6. Dampak aksesbilitas sosial 5 - 24 7. Dampak peningkatan ekonomi wilayah 5 - 25 8. Dampak persepsi masyarakat 5 - 26 5.2.4. Tahap Pasca Operasi 5 - 28 1. Dampak penurunan kualitas air 5 - 28 2. Dampak perubahan pola drainase 5 - 29 3. Dampak gangguan biota air 5 - 30 4. dampak peningkatan kesempatan kerja dan berusaha 5 - 31 5. Dampak konflik sosial 5 - 32 6. Dampak aksesbilitas sosial 5 - 33 7. Dampak peningkatan ekonomi wilayah 5- 34 8. Dampak persepsi masyarakat 5 - 35
BAB – 6 EVALUASI DAMPAK PENTING ... 6 - 1 6.1. Telaah Terhadap Dampak Penting ... 6 - 1 6.1.1. Tahap Pra Konstruksi ... 6 - 7 6.1.2. Tahap Konstruksi ... 6 - 9 1. Dampak kualitas udara dan bising
2. Dampak penurunan kualitas air 6 - 20 3. Dampak perubahan pola drainase 6 - 21 4. Dampak gangguan vegetasi 6 - 21 4. Dampak gangguan satwa 6 - 22
Daftar Gambar viii
5. Dampak peningkatan peluang kerja dan usaha 6 - 24 6. Dampak Konflik sosial 6 - 24 7. Dampak aksesbilitas wilayah 6- 25 8. Dampak persepsi masyarakat 6 - 26
6.1.3. Tahap Operasi/Pasca Konstruksi ... 6 - 22 1. Dampak penurunan kualitas air 6 - 22 2. Dampak perubahan pola drainase 6 - 24 3. Dampak gangguan biota air 6 - 24 4. Dampak gangguan kesempatan kerja dan berusahan 6 - 26 5. Dampak konflik sosial 6 - 27 6. Dampak aksesbilitas wilayah 6- 28
7. Peningkatan perekonomian wilayah 6 - 29 8. Dampak persepsi masyarakat 6 - 30
6.1.4. Tahap Pasca Operasi 6- 32 1. Dampak penurunan kualitas air 6 - 32 2. Dampak perubahan pola drainase 6 - 33 3. Dampak gangguan biota air 6 - 34 4. Dampak gangguan kesempatan kerja dan berusahan 6 - 35 5. Dampak konflik sosial 6 - 35 6. Dampak aksesbilitas wilayah 6- 37
7. Peningkatan perekonomian wilayah 6 - 39 8. Dampak persepsi masyarakat 6 - 40
6.2. Pemilihan Alternatif Terbaik ... 6 - 42 6.3. Telaahan Sebagai Dasar Pengelolaan ... 6 - 42 6.4. Rekomendasi Penilaian Kelayakan Lingkungan ... 6 – 26
DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...
Daftar Gambar ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Susunan Tim Penyusunan Dokumen ANDAL 2 - 2 Tabel 2.2. Ikhtisar Tahapan Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus ... 2 - 5 Tabel 2.3 Fungsi dan Peruntukan Kawasan KEK ... 2 - 9 Tabel 2.4 Peruntukan Industri dan luasannya di Blok KEK ... 2 - 11 Tabel 2.5 Rencana Jaringan Jalan Arteri Primer ... 2 - 19 Tabel 2.6 Rencana Jaringan Internal KEK 1 ... 2 - 26 Tabel 2.7 Lebar Minimum Trotoar Menurut Penggunaan Lahan Sekitarnya ... 2 - 27 Tabel 2.7 Rencana Jaringan Internal KEK 2 ... 2 - 27 Tabel 2.9 Kapasitas Gardu Induk Sumsel ... 2 - 34 Tabel 2.10 Proyeksi Kebutuhan Energi LIstrik Sumsel ... 2 - 34 Tabel 2.11 Karakteristik Limbah Cair dan Pengolahannya Ber-dasarkan
Kelompok Industri ... 2 - 52 Tabel 2.12 Baku Mutu Air Limbah Berdasarkan Keputusan Menteri
KLH No. Kep- 03/MENKLH/II/1991 ... 2 - 56 Tabel 2.13 Hubungan Hak dan Kewajiban antara Pemerintah Kabupaten
Dengan Badan Pengelola Kawasan 2 - 69 Tabel 2.14 Jenis-jenis Pabrik yang mungkin dialokasikan di Blok Zona
Darat dan Potensi Dampaknya 2 - 102 Tabel 3.1 Suhu Udara Minimum, Maksimum dan Rerata, Lama Penyinaran
Matahari, Kelembaban Udara, Kecepatan Angin rata-rata, Arah Angin, Curah Hujan dan Hari di Daerah Studi Tahun
2001 – 2011 ... 3 - 4 Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Dan Tingkat kebisingan
di wilayah studi ... 3 - 7 Tabel 3.3 Kriteria Kualitas Lingkugan Hidup Untuk parameter kualitas udara .... 3 - 8 Tabel 3.4 Skala kualitas lingkugan hidup untuk Parameter kualitas udara ... 3 - 8 Tabel 3.5 Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air Sungai Telang ... 3 - 17 Tabel 3.6 Kriteria Kualitas Lingkungan Hidup Untuk Kualitas Air ... 3 - 18
Daftar Gambar x
Tabel 3.7 Skala Kualitas Lingkungan Hidup Untuk Kualitas Air ... 3 - 18
Tabel 3.8 Klasifikasi Satuan Morfologi ... 3 - 25
Tabel 3.9 Hasil Analisis Sifat Kimia dan Fisika Tanah ... 3 - 29
Tabel 3.10 Kriteria Kualitas Lingkungan Hidup Untuk Parameter
Kualitas Tanah ... 3 - 29 Tabel 3.11 Skala Kualitas Lingkungan Hidup Untuk Komponen C-Organik 3 - 30 Tabel 3.12 Komposisi Vegetasi Rawa 3 - 35 Tabel 3.13 Komposisi Vegetasi Kebun 3 - 36 Tabel 3.14 Skala Kualitas Lingkungan Hidup Untuk Komponen Vegetasi
Dan Satwa 3 - 36 Tabel 3.15 Jenis-Jenis Satwa yang terdapat di Sekitar Rencana Kegiatan KEK.. 3 - 37 Tabel 3.16 Populasi Plankton di lokasi sekitar KEK ... 3 – 39
Tabel 3.17 Skala Kualitas Lingkungan Hidup Untuk Indeks Saprobiks
dan Kualitas Air ... 3 - 40 Tabel 3.18 Populasi Benthos di sekitar lokasi KEK ... 3 - 41
Tabel 3.19 Populasi Nekton di Lokasi sekitar KEK ... 3 - 42 Tabel 3.20 Luas Wilayah, Jumlah Desa dan Penduduk Menurut Kecamatan
di Kabupaten Banyuasin Tahun 2011 ... 3 - 44 Tabel 3.21 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk Menurut Desa Wilayah Studi
di Kecamatan Banyuasin II Tahun 2011 ...3 - 45 Tabel 3.22 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Ratio berdasarkan
Kecamatan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2011 ... 3 - 46 Tabel 2.23 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Kabupaten Banyuasin Tahun 2011 ... 3 - 47 Tabel 3.24 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin per Desa wilayah studi
di Kecamatan Banyuasin II Tahun 2011 ... 3 - 48 Tabel 3.25 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid SD Negeri
Di kecamatan wilayah studi Kab. Banyuasin Tahun 2011 ... 3 - 49 Tabel 3.26 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid SD Swasta
Daftar Gambar xi
Tabel 3.27 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Madrasah Ibtidaiyah
berdasarkan Kecamatan di Kab. Banyuasin Tahun 2011 ... 3 - 49 Tabel 3.28 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid SMP Negeri
Di kecamatan wilayah studi Kab. Banyuasin Tahun 2011 ... 3 - 49 Tabel 3.29 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid SMP Swasta
Di kecamatan wilayah studi Kab. Banyuasin Tahun 2011 ... 3 - 50 Tebel 3.30 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Tsanawiyah Swasta
Di kecamatan wilayah studi Kab. Banyuasin Tahun 2011 ... 3 - 50 Tabel 3.31 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid SMU Negeri
Di kecamatan wilayah studi Kab. Banyuasin Tahun 2011 ... 3 - 50 Tabel 3.32 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid SMU Swasta
Di kecamatan wilayah studi Kab. Banyuasin Tahun 2011 ... 3 - 50 Tabel 3.33 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Aliyah Swasta
Di kecamatan wilayah studi Kab. Banyuasin Tahun 2011 ... 3 - 50 Tabel 3.34 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid SMK Negeri
Di kecamatan wilayah studi Kab. Banyuasin Tahun 2011 ... 3 - 51 Tabel 3.35 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid SMK Swasta
Di kecamatan wilayah studi Kab. Banyuasin Tahun 2011 ... 3 - 51 Tabel 3.36 Jumlah Tempat Ibadah Menurut Agama di Desa Wilayah Studi
di Kecamatan Banyuasin II, Tahun 2011 ... 3 - 51 Tabel 3.37 Jumlah Luas Lahan (Ha) dan Produksi (Ton) Perkebunan Karet
Rakyat di Kec. Banyuasin II dan Kab. Banyuasin Tahun 2011 ... 3 - 54 Tabel 3.38 Jumlah Luas Lahan (Ha) dan Produksi (Ton) Perkebunan Kelapa
(Kopra) Rakyat di Kec. Banyuasin II dan Kab. Banyuasin, 2011 ... 3 - 54 Tabel 3.39 Jumlah Luas Lahan (Ha) dan Produksi (Ton) Perkebunan Kopi
Rakyat di Kec. Banyuasin II dan Kab. Banyuasin Tahun 2011 ... 3 - 54 Tabel 3.40 Jumlah Luas Lahan (Ha) dan Produksi (Ton) Perkebunan Kelapa
Sawit Rakyat di Kec.Banyuasi II dan Kab.Banyuasin Tahun 2011. 3 - 54 Tabel 3.41 Jumlah Luas Lahan (Ha) dan Produksi (Ton) Perkebunan Kakao
Rakyat di Kec. Banyuasin II dan Kab. Banyuasin Tahun 2011 ... 3 - 54 Tabek 3.42 Jumlah dan Jenis Ternak Rakyat di Kec. Banyuasin II
dan Kab. Banyuasin Tahun 2011 ... 3 – 54 Tabel 3.43 Kontribusi Sektor terhadap PDRB Kab. Banyuasin
Daftar Gambar xii
Tabel 3.44 Tingkat Kesejahteraan Penduduk di Kab. Banyuasin Tahun 2011. 3 - 57 Tabel 3.45 Jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di lokasi studi 3 - 63 Tabel 3.46 Sarana kesehatan yang terdapat di daerah studi 3 - 64 Tabel 3.47 Jenis penyakit terbanyak di kecamatan banyuasin II 3 - 65 Tabel 3.48 Sarana air bersih di wilayah studi 3 - 66 Tabel 3.49 Sarana sanitasi dasar di wilayah areal studi 3 - 67
Tabel 5.1 Klasifikasi Perkiraan Besaran Dampak 5 - 6 Tabel 5.2 Penentuan dampak penting terhadap persepsi masyarakat dari
kegiatan pembangunan KEK 5 - 8 Tabel 5.3 Penentuan dampak penting terhadap konflik sosial dari kegiatan
pembangunan KEK 5 - 9 Tabel 5.4 Penentuan dampak penting penurunan kualitas air dari kegiatan
pembangunan KEK ... 5 - 10 Tabel 5.5 Penentuan dampak penting penurunan kualitas udara dan
kebisingan dari kegiatan pembangunan KEK ... 5 - 10 Tabel5.6 Penentuan dampak penting perubahan pola drainase dari kegiatan
pembangunan KEK ... 5 - 11 Tabel 5.7 Penentuan dampak penting gangguan vegetasi dari kegiatan
pembangunan KEK ... 5 - 12 Tabel 5.8 Penentuan dampak penting ganggauan satwa dari kegiatan
pembangunan KEK ... 5 - 13 Tabel 5.9 Penentuan dampak penting gangguan biota air dari
pembangunan KEK ... 5 - 14 Tabel 5.10 Penentuan dampak penting peluang kerja dan berusaha dari kegiatan
pembangunan KEK ... 5 - 15 Tabel 5.11 Penentuan dampak penting terhadap konflik sosial dari kegiatan
pembangunan KEK ... 5 - 16 Tabel 5.12 Penentuan dampak penting aksesibilitas dari kegiatan
pembangunan KEK ... 5 - 17 Tabel 5.13 Penentuan dampak penting peningkatan ekonomi wilayah
Daftar Gambar xiii
Tabel 5.14 Penentuan dampak penting terhadap persepsi masyarakat
Kegiatan pembangunan KEK ... 5 – 19 Tabel 5.15 Penentuan dampak penting penurunan kualitas air dari kegiatan
pembangunan KEK ... 5 - 20 Tabel 5.16 Penentuan dampak penting perubahan pola drainase dari kegiatan
pembangunan KEK ... 5 - 21 Tabel 5.17 Penentuan dampak penting gangguan biota air dari
pembangunan KEK ... 5 - 22 Tabel 5.18 Penentuan dampak penting peluang kerja dan berusaha dari kegiatan
pembangunan KEK ... 5 - 23 Tabel 5.19 Penentuan dampak penting terhadap konflik sosial dari kegiatan
pembangunan KEK ... 5 – 24 Tabel 5.20 Penentuan dampak penting eksesibilitas dari kegiatan
pembangunan KEK ... 5 - 25 Tabel 5.21 Penentuan dampak penting terhadap peningkatan ekonomi wilayah
kegiatan pembangunan KEK ... 5 - 26 Tabel 5. 22 Penentuan dampak penting terhadap persepsi masyarakat dari
Pembangunan KEK 5 - 27 Tabel 5.23. Penentuan dampak penting penurunan kualitas air dari kegiatan
Pembangunan KEK 5 - 29 Tabel 5.24 Penentuan dampak penting perubahan pola drainase dari
Kegiatan pembangunan KEK 5 - 30 Tabel 5.25 Penentuan Dampak Penting gangguan Biota Air dari kegiatan
Pembangunan KEK 5 - 31 Tabel 5.26 Penentuan Dampak Penting Peluang Kerja dan Berusaha
Dari Kegiatan Pembangunan KEK 5 - 32 Tabel 5.27 Penentuan Dampak Penting Konflik Sosial dari Kegiatan
Pembangunan KEK 5 - 33 Tabel 5.28 Penentuan Dampak Penting Aksesbilitas Wilayah dari
Daftar Gambar xiv
Tabel 5.29 Penentuan Dampak Penting Peningkatan Ekonomi Wilayah
Dari kegiatan Pembangunan KEK 5 - 35 Tabel 5.30 Penentuan Dampak Penting terhadap Persepsi masyarakat dari
Kegiatan Pembangunan KEK 5 - 36 Tabel 5.31 Matriks Sederhana Prakiraan Dampak Penting 5 - 37 Tabel 6.1 Klasifikasi prakiraan besaran dampak untuk satu komponen
lingkungan hidup ... 6 - 7 Tabel 6.2 Evalusi dampak penting terhadap persepsi negatif masyarakat dari
kegiatan pembangunan KEK ... 6 - 8 Tabel 6.3 Penentuan dampak penting penurunan kualitas udara dan bising dari
kegiatan pembangunan KEK ... 6 - 11 Tabel 6.4 Penentuan dampak penting Perubahan Pola Drainase dari kegiatan
Pembangunan KEK ... 6 - 13 Tabel 6.5 Penentuan dampak penting gangguan vegetasi dari kegiatan
pembangunan KEK ... 6 - 15 Tabel 6.6 Penentuan dampak penting gangguan satwa dari kegiatan
pembangunan KEK ... 6 - 16 Tabel 6.7 Penentuan dampak penting gangguan biota air dari kegiatan
pembangunan KEK ... 6 - 17
Tabel 6.8 Penentuan dampak penting kesempatan kerja dan berusaha dari
kegiatan pembangunan KEK ... 6 - 18 Tabel 6.9 Penentuan dampak penting konflik sosial dari kegiatan
pembangunan KEK ... 6 - 19 Tabel 6.10 Penentuan dampak penting aksesibilitas wilayah dari kegiatan
pembangunan KEK ... 6 - 20 Tabel 6.11 Penentuan dampak penting terhadap persepsi masyarakat dari
Kegiatan pembangunan KEK ... 6 - 22 Tabel 6.12 Penentuan dampak penting penurunan kualitas air dari kegiatan
Daftar Gambar xv
Tabel 6.13 Penentuan dampak penting Perubahan Pola Drainase dari kegiatan
pembangunan KEK ... 6 - 24 Tabel 6.14 Penentuan dampak penting gangguan biota air dari kegiatan
pembangunan KEK ... 6 - 25 Tabel 6.15 Penentuan dampak penting kesempatan kerja dan berusaha dari
kegiatan pembangunan KEK ... 6 - 27 Tabel 6.16 Penentuan dampak penting konflik sosial dari kegiatan
pembangunan KEK ... 6 - 28 Tabel 6.17 Penentuan dampak penting aksesibilitas wilayah dari kegiatan
pembangunan KEK ... 6 - 29 Tabel 6.18 Penentuan dampak penting terhadap Peningkatan Perekonomian
Wilayah kegiatan pembangunan KEK ... 6 - 30 Tabel 6.19 Penentuan Dampak Penting terhadap Persepsi Masyartakat
Dari Kegiatan pembangunan KEK 6 - 31 Tabel 6.20 Penentuan Dampak Penting Penurunan Kualitas Air
Dari kegiatan Pembangunan KEK 6 - 33 Tabel 6.21 Penentuan Dampak Penting Perubahan Pola Drainase dari
Kegiatan Pembangunan KEK 6 - 34 Tabel 6.22 Penentuan Dampak Penting Gangguan biota air
Dari Kegiatan Pembangunan KEK 6 - 35 Tabel 6.23 Penentuan Dampak Penting Kesempatan kerja dan Berusaha
Dari kegiatan pembangunan KEK 6 - 36 Tabel 6.24 Penentuan Dampak Penting Konflik Sosial dari kegiatan
Pembangunan KEK 6 - 37 Tabel 6.25 Penentuan Dampak Penting aksesbilitas wilayah dari
Kegiatan Pembangunan KEK 6 - 39 Tabel 6.26 Penentuan Dampak Penting Peningkatan Perekonomian Wilayah
Daftar Gambar xvi
Tabel 6.27 Penentuan Dampak Penting Persepsi masyarakat dari kegiatan
Pembangunan KEK 6 - 41 Tabel 6.28 Matrik Sederhana Evaluasi Dampak-dampak Penting Rencana
Daftar Gambar xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Alur pikir RDTR Kawasan Penyangga Kawasan Ekonomi Khusus Muara Sungsang (Sumber: RDTR Kawasan
Penyangga, Bappeda, 2006) ... 2 - 4 Gambar 2.2. Peta Konsep Usulan Awal Site Plan Blok Zona Darat ... 2 -12 Gambar 2.3. Potongan melintang Jalan Arteri Primer sebagai Jaringan Internal
KEK Blok Zona Darat ... 2 - 17 Gambar 2.4. Jalur Tanaman Tepi Jalan Penyerapan Polusi Udara ... 2 - 21 Gambar 2.5. Jalur Tanaman Tepi Penyerapan Kebisingan ... 2 - 22 Gambar 2.6. Jalur Tanaman Tepi Pemecah Angin ... 2 - 23 Gambar 2.7. Jalur Tanaman Tepi Pembatas Pandang ... 2 - 24 Gambar 2.8. Jalur Tanaman Pada Median Jalan Penahan Silau Lampu Kendaraan 2 - 25 Gambar 2.9. Pola Tanaman Pada Daerah Konservasi ... 2 - 25 Gambar 2.10. Peta Sistem Transportasi Rencana Jalur Rel Kereta Api Kawasan
Ekonomi Khusus Tanjung Api Api ... 2 - 30 Gambar 2.11. Peta Rencana Jaringan Listrik dan Telepon di KEK Tanjung Api Api .. 2 - 37 Gambar 2.12. Pembangunan Drainase Berwawasan Lingkungan ... 2 - 38 Gambar 2.13. Perencanaan Drainase Sistem Timbunan ... 2 - 39 Gambar 2.14. Perencanaan Drainase Sistem Polder ... 2 - 39 Gambar 2.15. Potongan A-A (Polder) ……… 2 - 41 Gambar 2.16. Peta Rencana Jaringan Drainase KEK Tanjung Api-api ... 2 - 43 Gambar 2.17. Bagan alir penyaluran pelayanan air bersih ………. 2 - 47 Gambar 2.18. Proses Sistem Pengolahan Air Minum ... 2 - 47 Gambar 2.19. Pengolahan Air Asin Sistem Reverse Osmosis (Osmosis Balik) ... 2 - 50 Gambar 2.20. Peta Rencana Jaringan Air Bersih KEK Tanjunga Api Api ………. 2 - 51 Gambar 2.21. Diagram Unit-Unit Pengolahan di Instalasi Pengolahan Air Limbah
Industri Terpadu ... 2 - 54 Gambar 2.22. Prosedur Identifikasi Limbah B3 di Indonesia ... 2 - 55 Gambar 2.23. Proses Pengomposan Sampah ... 2 - 60 Gambar 2.24. Prototipe Pengangkutan Sampah ... 2 - 61 Gambar 2.25. Peta Rencana Persampahan Kawasan Tanjung Api Api ... 2 - 63
Daftar Gambar xviii
Gambar 2.26. Peta Rencana Persampahan KEK Darat Tanjung Api Api ... 2 - 64 Gambar 2.27. Struktur Organisasi Badan Pengelola KEK Tj. Api-api ... 2 - 76 Gambar 2.28. Lingkup Kegiatan Pengendalian Pembangunan KEK ... 2 - 81 Gambar 3.1. Windrose dan Kecepatan Angin di Daerah Studi ... 3 - 3 Gambar 3.2. Pola Pasang Surut Aliran Sungai Telang Tanggal 19 Nopembar 2012
(atas) dan bulan Nopember 2012 (bawah) ... 3 - 15 Gambar 4.1. Bagan Alir Identifikasi Dampak Kawasan Ekonomi Khusus
Tj Api-Api.(tahap Pra Konstruksi) ... 4 - 4 Gambar 4.2. Bagan Alir Identifikasi Dampak Kawasan Ekonomi Khusus
Tj Api-Api.(Tahap Konstruksi) ... 4 - 5
Gambar 4.3. Bagan Alir Identifikasi Dampak Kawasan Ekonomi Khusus
Tj Api-Api.(Tahap Operasi) ... 4 - 6
Gambar 4.4. Bagan Alir Identifikasi Dampak Kawasan Ekonomi Khusus
Tj Api-Api.(Tahap Pasca Operasi) ... 4 - 7 Gambar 4.5. Bagan Alir Pelingkupan Rencana Pembangunan Kawasan
Ekonomi Khusus Tj. Api-Api ... 4 - 8 Gambar 4.6. Peta Batas-Batas Wilayah Wilayah Studi ANDAL Kawasan
` Bab 1 – Pendahuluan 1 – 1 1.1. Latar Belakang
Secara umum, pembangunan ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat sehingga berdampak luas bagi perekonomian nasional dan regional. Dampak yang sangat dirasakan adalah semakin selektifnya persaingan di sektor industri, sehingga diperlukan sebuah langkah yang tepat untuk membangun sektor industri terpadu agar mampu berkembang dalam pangsa pasar dan sekaligus menjadikannya sebagai motor penggerak perkembangan perekonomian nasional dan regional. Pemerintah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan menjawab tantangan tersebut dengan langkah merencanakan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009. KEK sebagai fungsi perekonomian yaitu kawasan yang terpadu terhadap kegiatan perdagangan dan jasa industri, industri pertambangan dan energi transportasi maritim dan perikanan, dan pos dan telekomunikasi, pariwisata dan bidang lain. Untuk mencapai tujuan tersebut maka sektor pembangunan kawasan ekonomi khusus harus memiliki daya saing yang tinggi, yaitu daya saing karena kuatnya struktur, tingginya peningkatan nilai tambah dan produktivitas disepanjang rantai nilai produksi, serta adanya dukungan dari seluruh sumber daya produktif yang dimiliki daerah yang akan dikembangkan sebagai kawasan ekonomi khusus. Peningkatan daya saing kawasan ekonomi khusus yang secara berkelanjutan dapat membentuk landasan ekonomi yang kuat seperti stabilitas ekonomi makro, iklim
`
Bab 1 – Pendahuluan 1 – 2
usaha dan investasi yang sehat. Salah satu nilai kompetitif di Sumatera Selatan adalah ketersedian bahan baku seperti crude palm oil (CPO), karet, pulp dan tenaga kerja yang handal. Sebagai tambahan penunjang infrastruktur adalah telah dicanangkannya kawasan industri di bagian hulu dari rencana kawasan ekonomi khusus.
Program yang dapat menjawab semua strategi penunjang pembangunan pelabuhan samudra adalah pengembangan kawasan ekonomi khusus. Hal ini dikarenakan kawasan industri tersebut dapat berperan sebagai agen percepatan pembangunan industri regional (persebaran industri), menstimulasi aglomerasi industri, penyediaan fasilitas untuk aktifitas industri yang dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi investor dan menjadi media promosi bagi pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan.
Oleh karena itu, perkembangan kawasan ekonomi khusus ini tidak semudah yang diharapkan. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan potensi geografis yang strategis yang berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan daya saing internasional. Oleh karena diperlukan adanya komitmen dan kebijakan dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah agar minat dari investor untuk berinvestasi pada kawasan ekonomi khusus yang telah disediakan.
Sejak tahun 1970, pembangunan kawasan industri yang telah dimulai, pada umumnya belum ada yang mengkhususkan kepada jenis industri tertentu yang saling memiliki keterkaitan. Sementara itu pada kenyataannya di beberapa negara Asia seperti Jepang, Cina, Korea Selatan dan Taiwan telah terbukti bahwa kawasan industri yang memiliki kekhususan dalam menampung industri-industri yang sejenis dapat memperlihatkan kemajuan yang pesat. Kenyataan memperlihatkan bahwa hasil pembangunan selama ini masih dirasakan belum cukup mamadai untuk mengatasi kesenjangan kesejahteraan di berbagai wilayah dan kelompok masyarakat. Ketersedian sumberdaya alam yang melimpah belum bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa didukung oleh iklim berusaha
`
Bab 1 – Pendahuluan 1 – 3
yang baik, ketersediaan infrastruktur yang efisien serta sumberdaya manusia yang memadai. Untuk mengatasi kesenjangan dan mempercepat pembangunan perekonomian daerah, terutama dalam hal mendorong penyebaran industri ke daerah-daerah, maka Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan telah tepat merencanakan pengembangan kawasan ekonomi khusus yang berbasis pada kompetensi daerah.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, maka Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan berinisiatif untuk mengembangkan kawasan ekonomi khusus yang berbasis pada kompetensi daerah sehingga setiap kawasan ekonomi khusus daerah memiliki karakter yang khusus dalam hal menampung jenis-jenis industri yang sesuai dengan potensi sumberdaya alam seperti karet, CPO, pulp, dan kelapa. Area kawasan ekonomi khusus yang akan dikembangkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan adalah seluas 3000 ha. Lokasi tersebut terletak di Desa Teluk Payo, Desa Muara Sungsang, Desa Sungsang 1 dan Desa Marga Sungsang, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.
Usaha untuk mencapai fungsi Kawasan Ekonomi Khusus yang ramah lingkungan bisa dilakukan pada lokasi, desain dan kontruksi yang tepat serta keadaan sekitar yang mendukung. Pemenuhan fungsi ini dikenal sebagai prinsip membangun yang kental dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Suatu pembangunan yang mampu meningkatkan kesejahteraan saat ini, mempertimbangkan keberlanjutan masa depan dengan tetap mempertahankan fungsi lahan agar tetap langgeng dan lestari.
Dengan demikian, keseimbangan tiap unsur dalam fungsi dan potensi lingkungan menjadi kewajiban semua pihak untuk dipertahan-kan agar dampak yang terjadi tidak menghambat keberlanjutan pembangunan.
Hal ini yang menjadi concern Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sumatera Selatan dalam rencananya membangun Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api di Desa Teluk Payo, Desa Muara Sungsang, Desa Sungsang 1 dan Desa Marga Sungsang, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten
`
Bab 1 – Pendahuluan 1 – 4
Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Dan sekaligus untuk memenuhi ketentuan dalam dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan dibawahnya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan, serta Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Jenis-Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).
Pengejawantahannya adalah rencana kegiatan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api di Desa Teluk Payo, Desa Muara Sungsang, Desa Sungsang 1 dan Desa Marga Sungsang, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan segera dilengkapi dengan Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
Penyusunan dokumen AMDAL ini mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Dokumen AMDAL yang disusun terdiri dari:
1. Kerangka Acuan ANDAL merupakan dokumen yang berisikan ruang lingkup studi yang diperoleh berdasarkan hasil pelingkupan dan menjadi acuan dalam studi tentang lingkup dan kedalaman studi ANDAL yang akan dilakukan.
2. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) merupakan dokumen yang berisikan analisis atau telaah yang cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting yang akan terjadi dari rencana kegiatan, rona lingkungan hidup awal, prakiraan dan evaluasi dampak penting.
3. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) merupakan dokumen yang berisikan rencana penanganan dampak penting terhadap lingkungan hidup sebagai akibat dari rencana kegiatan, memuat upaya mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak penting yang bersifat negatif dan meningkatkan dampak positif.
4. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) merupakan dokumen yang berisi rencana pemantauan lingkungan hidup yang terkena dampak penting dari rencana kegiatan, sebagai indikator untuk mengevaluasi penaatan
`
Bab 1 – Pendahuluan 1 – 5
(compliance), kecenderungan (trendline) dan tingkat kritis (critical level) dari suatu pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan.
1.2. Tujuan dan Manfaat 1.2.1. Tujuan Kegiatan
Tujuan dari rencana usaha dan/atau kegiatan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api ini adalah:
a. Mempercepat pembangunan perekonomian daerah melalui pengembangan kawasan ekonomi khusus yang berbasis kompetensi daerah.
b. Menunjang dan memfasilitasi pembangunan pelabuhan Tanjung Api-api.
c. Sebagai acuan untuk mengkoordinasikan, mengintegrasikan dan melaksana-kan program pemanfaatan ruang yang dilaksanamelaksana-kan baik oleh pemerintah, swasta dan masyarakat secara lebih operasional dan tegas khususnya yang berkaitan dengan kegiatan industri terpadu.
d. Sebagai landasan operasional pelaksanaan program pemanfaatan ruang kawasan yang berkaitan dengan pemberian dan rekomendasi ijin pemanfaatan dan pengendalian ruang untuk industri, pemukiman, dan perdagangan.
e. Sebagai landasan dalam mendorong pemanfaatan ruang kawasan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan produktif dengan tetap memperhatikan aspek-aspek pelestarian lingkungan hidup.
f. Sebagai acuan dalam pengalokasian sarana dan prasarana penunjang kawasan industri dan perdagangan seperti jalan, saluran drainase, listrik, telekomunikasi, air bersih, instalansi pengolahan air limbah (IPAL), ruang terbuka hijau, perbankan, kantor pos dan sebagainya.
1.2.2. Manfaat Kegiatan
Manfaat dari rencana usaha dan/atau kegiatan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api, antara lain:
a. Menyusun strategi dan kebijakan dalam rangka pengembangan KEK yang berbasis pada kompetensi daerah di Kabupaten Banyuasin
`
Bab 1 – Pendahuluan 1 – 6
b. Sebagai arahan dalam hal penentuan kawasan industri yang sesuai dengan potensi sumberdaya daerah yang berwawasan lingkungan.
c. Membuka lapangan kerja bagi masyarakat khususnya masyarakat yang ada di sekitar Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
d. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
1.3. Peraturan
Penyusunan Dokumen AMDAL kegiatan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api didasarkan pada peraturan dan perundangan-undangan antara lain :
No Peraturan Alasan Penggunaan
Undang-Undang
1 Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Agraria
Sebagai landasan untuk penguasahan dan pembebasan lahan
2 Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Sebagai pedoman pelaksanaan keselamatan kerja bagi tenaga kerja di Perusahaan
3 Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan
Sebagai pedoman pelaksanaan Penerimaan dan Pemanfaatan tenaga kerja di Perusahaan 4 Undang-Undang No. 5 Tahun 1984
tentang Perindustrian
Sebagai acuan dengan ke-giatan perindustrian
5 Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990, Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
Sebagai acuan untuk per-lindungan keanekaragam-an hayati & ekosistemnya.
6 Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1992, Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
Sebagai pedoman bagi perlindungan tenaga kerja pada tahap konstruksi, operasi dan pasca operasi
7 Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2000 tentang Pembentukan Serikat
Pekerja/Serikat Buruh
Sebagai acuan dalam pembentukan organisasi pekerja di Perusahaan
8 Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten
Banyuasin
Sebagai landasan yuridis keberadaan Pemerintah Kabupaten Banyuasin se-bagai daerah otonomi
9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Sebagai acuan tentang ketenagakerjaan di perusahaan
`
Bab 1 – Pendahuluan 1 – 7
tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
ketenagakerjaan antara pihak pemrakarsa dengan tenaga kerja
11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Berkaitan dengan Pem-bangunan Kawasan Eko-nomi Khusus Tanjung Api-Api
12 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007, Tentang Penataan Ruang
Sebagai acuan kegiatan penggunaan dan peman-faatan lahan untuk lokasi Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Sebagai pedoman untuk pemantauan dampak teru-tama pada daerah lalu lintas dan angkutan jalan yang dilalui sebagai sarana pembawa material Pem-bangunan Kawasan Eko-nomi Khusus Tanjung Api-Api
14 Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009, Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sebagai acuan untuk dam-pak lingkungan yang akan terjadi akibat kegiatan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
15 Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Sebagai acuan untuk dam-pak lingkungan yang akan terjadi akibat kegiatan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
16 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Sebagai acuan untuk dam-pak lingkungan yang akan terjadi akibat kegiatan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
Peraturan Pemerintah
1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi
Dampak lingkungan yang akan terjadi akibat kegiatan Pem-bangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api teru-tama pada tahap operasi dan pasca operasi yang akan meng-hasilkan limbah B3 berupa oli bekas dan reagent kimia
2 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999, tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Sebagai acuan dampak ling-kungan yang akan terjadi akibat kegiatan Pembangunan Kawa-san Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api terutama pada tahap operasi dan pasca operasi yang akan menghasilkan limbah B3 berupa oli bekas dan reagent
`
Bab 1 – Pendahuluan 1 – 8
kimia.
Peraturan Pemerintah
3 Peraturan Pemerintah Republik Indone-sia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
Sebagai acuan dampak ling-kungan yang akan terjadi akibat kegiatan Pembangunan Kawa-san Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api terutama pada tahap operasi dan pasca operasi yang berhubungan dengan kualitas udara
4 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Pemetaan Ruang Wilayah
Sebagai pedoman pembuatan peta dalam Dokumen KA-ANDAL Pembangunan Kawa-san Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
5 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Sebagai pedoman penentuan baku mutu lingkungan pada tahap prakonstruksi, konstruk-si dan operasi yang akan menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
6 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Sebagai pedoman penentuan baku mutu lingkungan pada tahap prakonstruksi, konstruk-si dan operasi yang akan menghasilkan limbah cair dan menimbulkan penurunan kua-litas air permukaan. 7 Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun
2004, tentang Penatagunaan Tanah
Sebagai pedoman pemanfaat-an lahan yang benar kegiatan Pembangunan KEK Tanjung Api-Api
8 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom
Prosedur perizinan dalam Pembangunan Pembangunan KEKTanjung Api-Api
9 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Penggunaan dan pemanfaatan lahan untuk lokasi kegiatan Pembangunan KEK Tanjung Api-api
10 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan
Penggunaan dan pemanfaat-an lahan untuk lokasi kegiatan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
11 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi
Berkaitan dengan dampak lingkungan yang akan terjadi akibat kegiatan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api baik pada tahap konstruksi, operasi dan pasca operasi
12 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
Berkaitan dengan dampak lingkungan yang akan terjadi akibat kegiatan Pembangunan Kawasan
`
Bab 1 – Pendahuluan 1 – 9
Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api baik pada tahap konstruksi, operasi dan pasca operasi
Keputusan Presiden
1 Peraturan Presiden RI Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional Dibidang Pertanahan
Sebagai acuan tata cara pengadaan tanah untuk lokasi kegiatan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api 2 Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
Sebagai pedoman perizinan/ legalitas dalam penggunaan lahan untuk Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api 3 Keputusan Presiden RI Nomor 04 Tahun
1980 tentang Wajib Lapor Lowongan Pekerjaan
Sebagai acuan penerimaan tenaga kerja pada tahap konstruksi, operasi dan pasca operasi 4 Keputusan Presiden RI No. 23 Tahun
1990, tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Sebagai pedoman pengawas-an dan pelaporan dampak lingkungan yang akan terjadi akibat kegiatan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api baik pada tahap konstruksi, operasi dan pasca operasi.
5 Keputusan Presiden RI Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
Acuan tata cara pengadaan tanah untuk lokasi kegiatan
Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api serta sarana prasarana penunjang. 6 Keputusan Presiden No. 33 Tahun 1991
tentang Penggunaan Tanah Bagi Kawasan Industri
Berkaitan dengan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
7 Keputusan Presiden No. 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri
Berkaitan dengan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
8 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Berkaitan dengan instansi pe-nanggungjawab pengelolaan lingkungan dalam Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
Peraturan dan Keputusan Menteri
1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut
Sebagai acuan dalam sertifikasi atau izin-izin penggunaan alat-alat berat
2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina K3 dan Tata Cara Penunjukan Ahli K3
Sebagai acuan pembentukan organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan 3 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
416/PERMENKES/1990 tentang Syarat– Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih
Sebagai acuan penentuan baku mutu kualitas air bersih
pe-`
Bab 1 – Pendahuluan 1 – 10
3/Men/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecela-kaan Tenaga Kerja
ngembangan Pembangkit
Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api terhadap tenaga kerja
5 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2006 tentang Program Menuju Indonesia Hijau
Sebagai acuan agar tetap
memelihara Ruang Terbuka Hijau (RTH)
6 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006 tentang pedoman Penyusunan Amdal.
Berkaitan dengan tata cara penyusunan dokumen AMDAL kegiatan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api termasuk yang diwajibkan untuk itu.
7 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 01 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau.
Sebagai acuan dalam pengaturan ruang terbuka hijau dalam kawasan industri dan kantor
8 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 15/MEN/VII/2008 tentang Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Di Tempat Kerja
Sebagai acuan dalam pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan
9 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2009 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL
Pedoman Penilaian Dokumen AMDAL
10 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri
Sebagai acuan dalam pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan
11 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 09/MEN/VI/2010 tentang Petugas Pesawat Angkat dan Angkut
Sebagai acuan dalam sertifikasi atau izin-izin operator alat-alat berat
12 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Jenis Usaha atau Kegiatan yang Wajib
Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Sebagai pedoman dalam pe-napisan kegiatan yang wajib menyusun dokumen AMDAL dan kegiatan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api berdasarkan dasar hukum ini wajib menyusun Dokumen AMDAL. 13 Keputusan Menteri Negara Kependudukan
Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor KEP/30/MENKLH/7/1992 tentang Panduan Pelingkupan Untuk Penyusunan KA-Andal
Pelaksanaan pelingkupan da-lam proses penyusunan dokumen AMDAL Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api 14 Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Republik Indonesia Nomor 45/MENLH/11/1996 tentang Program Langit Biru
Berkaitan dengan penggunaan teknologi yang tidak menimbulkan pencemaran udara dalam kegiatan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
15 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan
Tolok ukur dampak terhadap kebisingan yang telah dilakukan pengelolaan pada kegiatan konstruksi, operasi, dan pasca
`
Bab 1 – Pendahuluan 1 – 11
operasi 16 Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Republik Indonesia No.49 Tahun 1996 tentang baku mutu tingkat getaran
Berkaitan dengan mobilitas peralatan dalam rangka Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
17 Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.
KEP-02/MENKLH/1/ 1998, tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan
Sebagai pedoman metode analisis data rona awal ling-kungan pada prakiraan dan evaluasi dampak besar dan penting serta sebagai tolok ukur pada kegiatan penge-lolaan dan pemantauan ling-kungan terutama untuk kom-ponen fisik kimia lingkungan.
18 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 5 Tahun 2000, tentang Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan di Lahan Basah.
Sebagai pedoman dalam pe-nyusunan dokumen AMDAL kegiatan Pembangunan yang terletak di lahan Basah.
19 Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 76/kpts-II//2001 tentang Penunjukkan Kawasan Hutan dan Perairan di Wilayah Provinsi Sumsel seluas + 4.416.837 Ha.
Sebagai pedoman untuk penentuan batas-batas studi andal dan kegiatan lain di sekitarnya
20 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
Pedoman penulisan dampak kesehatan lingkungan dalam proses penyusunan dokumen AMDAL Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api 21 Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup RI No. 45 Tahun 2005, tentang Penyusunan Laporan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
Sebagai pedoman dalam pe-nyusunan dan pelaksanaan
RKL-RPL dalam kegiatan
Pembangunan Kawasan Eko-nomi Khusus Tanjung Api-Api
22 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI no. 5 tahun 2012 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Berkaitan dengan kewajiban pemrakarsa untuk menyusun dokumen Amdal
Keputusan Kepala Bapedal
1 Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun
Pendekatan pengelolaan ling-kungan untuk penyimpanan limbah yang tergolong Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 2 Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor
02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen Limbah B3
Berkaitan dengan pendekatan pengelolaan lingkungan untuk limbah kegiatan yang tergolong sebagai Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
3 Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 03/BAPEDAL/09/1995 tentang
Persya-Berkaitan dengan pendekatan pengelolaan lingkungan untuk
`
Bab 1 – Pendahuluan 1 – 12
ratan Teknis Pengelolaan Limbah B3 limbah kegiatan yang ter-golong sebagai Bahan Ber-bahaya dan Beracun (B3).
4 Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 04/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil
Pengolahan, Persyaratan Lokasi bekas Pengolahan, dan Lokasi Bekas
Penimbunan Limbah B3
Berkaitan dengan pendekatan pengelolaan lingkungan untuk limbah kegiatan yang tergo-long sebagai Bahan Berba-haya dan Beracun (B3).
5 Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah B3
Pendekatan pengelolaan ling-kungan untuk limbah kegiatan yang tergolong sebagai Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). 6 Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 255
Tahun 1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan
Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas
Pendekatan pengelolaan ling-kungan untuk limbah kegiatan yang tergolong minyak pelu-mas bekas terutama dari ke-giatan maintenance peralatan berat yang dibutuhkan.
7 Keputusan Kepala Bapedal Nomor 299/II/1996, tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan AMDAL
Metode penggumpulan dan analisis data komponen sosial ekonomi dan sosial budaya dalam dokumen AMDAL.
8 Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 8 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Kewajiban pelaksanaan sosia-lisasi AMDAL yang harus dila-kukan sebelum penyusun-an dokumen AMDAL dilakukan dengan tujuan untuk menam-pung aspirasi masyarakat yg berkembang di daerah studi. 9 Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 056
tahun 1994, tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting
Sebagai acuan dalam penen-tuan kriteria yang digunakan untuk menentukan dampak besar dan dampak penting pada bagian evaluasi dampak.
10 Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 9 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Metode format penyusunan dokumen AMDAL.
Peraturan Daerah / Keputusan Gubernur Provinsi Sumsel 1 Peraturan Gubernur No. 15 Tahun 2005
Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak dan Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor
Tolok ukur dampak emisi gas buang dari kenderaan per-alatan berat yang digunakan dalam tahap konstruksi, operasi dan pasca operasi Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
2 Peraturan Gubernur Sumatera Selatan No. 16 Tahun 2005 Tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air Sungai
Tolok ukur dampak terhadap badan air di wilayah studi akibat kegiatan konstruksi, operasi dan pasca operasi kegiatan
`
Bab 1 – Pendahuluan 1 – 13
Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
3 Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 17 Tahun 2005 Tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Tingkat
Kebisingan
Tolok ukur dampak terhadap kualitas udara dan tingkat kebisingan di wilayah studi akibat kegiatan konstruksi, operasi dan pasca operasi Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
4 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan No. 14 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi Sumatera Selatan
Pemanfaatan ruang untuk ke-giatan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
5 Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pedoman Tarif Nilai ganti Kerugian Atas Pemakaian Tanah dan Pembebasan Tanam Tumbuh, Bangunan di Atasnya Akibat Operasi, Eksplorasi, Eksploitasi BUMN, BUMD dan Perusahaan Swasta Lainnya
Pedoman Tarif Nilai ganti Kerugian Atas Pemakaian Tanah dan Pembebasan Tanam Tumbuh, Bangunan di Atasnya Akibat Operasi, Eksplorasi, Eksploitasi BUMN, BUMD dan Perusahaan Swasta Lainnya 6 Peraturan Gubernur Sumatera Selatan No.
8 Tahun 2012 tentang Baku Mutu Limbah Cair (BMLC) Bagi Kegiatan Industri, Hotel, Rumah Sakit, Domestik dan Pertambangan
Tolok ukur dampak terhadap limbah cair yang telah dilaku-kan pengelolaan dan boleh dialirkan ke lingkungan pada kegiatan konstruksi, operasi dan pasca operasi Kawasan Ekonomi Khusus Tj. Api-Api
7 Surat Keputusan Gubernur Tingkat I
Sumatera Selatan No. 522.5/3317/XI/ 1990 tanggal 18 Maret 1990 Tentang Kewajiban Melakukan AMDAL
Kewajiban pihak pemrakarsa untuk menyusun Dokumen AMDAL sebelum kegiatan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api dilakukan.
Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin 1 Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin
Nomor 15 Tahun 2005 jo Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan dan Pembuangan Limbah Cair
Sebagai pedoman tentang pembuangan limbah cair
2 Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin No. 8 Tahun 2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin;
Sebagai pedoman dalam penyusunan Dokumen AMDAL Kegiatan Pembangunan Kawa-san Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
3 Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 15 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Banyuasin
Berkaitan dengan kegiatan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
4 Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin No. 9 Tahun 2009 tentang Penempatan dan Pemasangan Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan serta Alat Pemberi Isyarat
Berkaitan dengan kegiatan Pembangunan Kawasan Eko-nomi Khusus Tanjung Api-Api
`
Bab 1 – Pendahuluan 1 – 14
Lalu Lintas dalam Kabupaten Banyuasin; 5 Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Urusan dibidang
Ketenaga listrikan di Kabupaten Banyuasin
Berkaitan dengan kegiatan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
6 Peraturan Bupati Nomor 699 Tahun 2009 tentang Izin Tempat Penyimpanan
Sementara Limbah B3 di Kabupaten Banyuasin
Sebagai pedoman Pengelolaan Limbah B3 pada Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 1
2.1. Identitas Pemrakarsa dan Penyusun Dokumen 2.1.1. Identitas Pemrakarsa
a. Nama Pemrakarsa : Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Sumatera Selatan
b. Alamat Pemrakarsa : Jalan Kapten A. Rivai No 23 Palembang 30129
c. Telepon/Fax : 0711-310447, 35408, 350302/0711-35048,
350302 , telex 27139
d. Penanggung Jawab : H. Nasrun Umar
e. Jabatan : Kepala Dinas
2.1.2. Identitas Kegiatan
a. Jenis Usaha/Kegiatan : Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
b. Lokasi Kegiatan : Desa Teluk Payo, Desa Muara Sungsang, Desa Sungsang 1 dan Desa Marga
Sungsang, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan
Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 2
2.1.3. Identitas Penyusun
a. Penanggung Jawab : PT. INDOLESTARI MAKMUR
b. Penanggung Jawab : Ir. Sri Endah Suwarni c. Penyusun Dokumen Andal
Tabel 2.1. Susunan Tim Penyusun Dokumen Andal
Nama Jabatan Sertifikat, Bidang Keahlian
1. Drs. Agus Purwoko, MSc Ketua Tim No. Reg K.031.02.11.042.000403 Ahli Biologi Lingkungan
2. Ir. Khairani Anggota
Tim
No. Reg A.019.09.032.000447 Bidang Fisik-Kimia
3. Rully Armanto, SE., MSi Anggota
Tim
No. Reg A.031.02.11.052.000405 Ahli Sosial Ekonomi
4. Dr.Ir. Dedik Budianta, MS Anggota Tim
No. Reg K.1.02.10.008.000199 Bidang Fisik-Kimia
5. Ir. A. Taufik Arief, MSc Tim Ahli Ahli Fisik-Kimia, Sertifikat AMDAL Penyusun
6. M. Teguh Mustafa, S.Sos.,MSi Tim Ahli Ahli Sosial Budaya Sertifikat AMDAL Penyusun
7. Ir. Burlian Hasani, MP Tim Ahli Ahli Ruang, Tanah & Lahan Sertifikat AMDAL A
8. Agus Lestari Yuwono, ST., MT Tim Ahli Ahli Hidrologi
9. Drs. Arwinsyah Arka, SKM Tim Ahli Ahli Kesehatan Masyarakat Sertifikat ADKL
10. Yantoreli, SP Asisten Kualitas Tanah
Sertifikat AMDAL Penyusun
11. Toni Suprianto, ST Asisten Fisik-Kimia
2.2. Uraian Rencana Kegiatan
Untuk mempermudah dan pemahaman yang mendalam tentang rencana pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), berikut diuraikan rencana detail pembangunan KEK. Selanjutnya setelah uraian tersebut lengkap, disusun pengelompokan jenis kegiatan berdasarkan tahapan yang diperlukan dalam penyusunan dokumen dielaborasikan guna penentuan dampak-dampak dan pengelolaan serta pemantauan lingkungan hidup.
Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 3
A. Kawasan Penunjang
Kabupaten Banyuasin merupakan Kabupaten yang relatif baru akan tetapi telah melangkah maju dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya. Kawasan Tanjung Api-Api sebagai salah satu wilayah Kabupaten Banyuasin merupakan kawasan strategis sebagai sumberdaya alam yang potensial untuk kawasan pelabuhan samudra.
Oleh karena itu, pembangunannya telah diprogramkan guna mengangkat dan meningkatkan sumberdaya Kabupaten Banyuasin sebagai Kabupaten yang mampu mengembangkan dirinya sendiri, melalui Kawasan Tanjung Api-api sebagai titik tumbuh pembangunan terutama sektor perekonomian dan lapangan kerja baru. Ditetapkannya Kawasan Tanjung Api-api dengan Pelabuhan Samudra dan semua fasitas penunjangnya diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lokal yang mampu menumbuh kembangkan berbagai sektor pembangunan dan pelayanan regional, jalur Timur Sumatra Selatan, maupun Kabupaten Banyuasin pada khususnya (Gambar 2.1).
Pengaruh dari Pembangunan Kawasan Tanjung Api-api dengan fasilitas pelabuhan samudra dan semua fasilitas penunjangnya akan berpengaruh positif terhadap laju pertum-buhan pembangunan pada berbagai sektor di wilayah Kabupaten Banyuasin, tetapi juga akan menimbulkan pengaruh negatif yang harus segera dapat diidentifikasi guna mengantisipasi agar pengaruh negatif tersebut dapat ditekan dan bahkan dihindari. Jalan Raya Tanjung Api-Api merupakan jalan utama dari kota Palembang menuju titik tumbuh Kawasan Tanjung Api-Api melalui wilayah Kabupaten Banyuasin. Wilayah ini merupakan suatu kawasan yang bersinggungan langsung dengan kota Palembang. Oleh karena itu kawasan ini akan menjadi arah tumpuan limpasan perkembangan dari perkembangan kota Palembang maupun menunjang Kawasan Tanjung Api-Api. Oleh karena itu Kawasan Ekonomi Khusus yang dilalui oleh jalan raya Tanjung Api-api dipersiapkan menjadi kawasan penyangga kawasan Tanjung Api-api.
Tumpuan limpasan transportasi tersebut akan berpengaruh langsung pada perkembangan dan pertumbuhan berbagai lini kegiatan yang akan menyebabkan
Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 4
pergeseran dan perubahan penggunaan lahan. Situasi ini harus segera diantisipasi untuk mengindari segala permasalahan penggunaan lahan dan tata ruang, melalui suatu upaya penataan ruang perkotaan dalam skala Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan. Dengan demikian Kasawan Ekonomi Khusus yang ada di Jalan Raya Tanjung Api-Api merupakan kawasan penyangga Tanjung Api-Api.
Gambar 2.1. Alur pikir RDTR Kawasan Penyangga Kawasan Ekonomi Khusus Muara Sungsang (Sumber: RDTR Kawasan Penyangga, Bappeda, 2006)
B. Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-api
Secara umum pengembangan kawasan ekonomi khusus dapat dikelompokan menjadi tiga tahapan kegiatan yakni: pra konstruksi (perencanaan kawasan), konstruksi (pembangunan kawasan), dan operasi (pemeliharaan kawasan). Adapun ringkasan aktivitas pengembangan yang termasuk dalam
Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 5
ketiga tahapan tersebut disajikan pada Tabel 2.2. Uraian terperinci dari setiap tahapan kegiatan tersebut dikemukakan pada sub bab berikutnya. Uraian tahapan kegiatan ini diintisarikan dari dokumen Aglomerasi Kawasan Industri Kabupaten Banyuasin (Bappeda Banyuasin, 2007 dan studi kelayakan KEK, 2011).
Tabel 2.2. Ikhtisar Tahapan Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus
Tahapan Aktivitas Pengembangan
Pra Konstruksi (Perencanaan
Kawasan)
I. Penyusunan Aglomerasi Kawasan Ekonomi Khusus Kabupaten Banyuasin.
Dokumen Aglomerasi berisikan tahap kegiatan berikut: 1.1. Pra Desain Pengembangan Kawasan Industri
a. Zona/kawasan Reklamasi yang merupakan kawasan reklamasi terdiri dari 1 blok peruntukan.
b. Zona/kawasan Darat yang merupakan kawasan Banyuasin Valley terdiri dari 8 (delapan) blok peruntukan.
Fungsi dari masing-masing blok peruntukan yang terdapat di dalam Kawasan KEK tersebut adalah:
a. Kawasan Reklamasi:
- Peruntukkan industri batu bara dan pupuk. b. Kawasan Darat :
- Peruntukan Industri karet;
- Peruntukan Industri minyak dan lemak nabati;
- Peruntukan Industri olahan minyak dan lemak nabati; - Peruntukan Industri semen;
- Peruntukan Industri pupuk kimia; - Peruntukan Industri kimia;
- Peruntukan Industri kayu dan gabus;
1.2. Pra Rencana Tata Bangunan Kawasan Ekonomi Khusus 1.2.1. Sasaran Penataan
Sasaran penataan bangunan kawasan ekonomi khusus adalah menciptakan kawasan ekonomi khusus yang tertata, asri, dan manusiawi dengan pengaturan wujud bangunan industri dan fasiliatas pendukungnya untuk menghindarkan kejadian kecelakaan akibat pembangunan dan konstruksi/struktur bangunan yang kurang kuat di kawasan, menciptakan suasana yang menarik melalui penataan bangunan dan lingkungannya serta menciptakan image/citra tersendiri pada kawasan ekonomi khusus.
1.2.2. Acuan Perancangan
a. Penataan bangunan dan lingkungan harus memenuhi ketentuan wujud bangunan dan intensitas pemanfaatan
Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 6
Tahapan Aktivitas Pengembangan
lahan di kawasan.
b. Struktur dan konstruksi bangunan harus kokoh, kuat, dan tahan terhadap gempa.
c. Pemilihan bahan bangunan mempertimbangkan kondisi angin, letak bangunan dan sifat bahan bangunan.
d. Pembangunan baru mengikuti karakter alami kawasan dan menyatu dengan penataan vegetasi.
e. Bentuk dan warna bangunan disesuaikan dengan keadaan lingkungan sekelilingnya.
f. Tampak bangunan didominasi oleh pemakaian bidang transparan yang memadai misalnya dengan tampilan elemen teras/beranda, balkon, pintu, dan jendela.
g. Pembangunan sedapat mungkin tidak mengubah kontur melainkan mengikuti kontur secara alam.
1.2.3. Ruang Terbuka Hijau
Penataan ruang terbuka hijau (RTH) dimaksudkan untuk memberikan ruang bersantai yang nyaman (teduh dan sejuk), membantu mengurangi polusi udara, polusi suara dan panas terik matahari di kawasan pergudangan, sebagai pengarah ke suatu tempat serta menciptakan image tersendiri pada kawasan.
1.2.4. Jaringan Utilitas
Sasaran penataan jaringan utilitas adalah untuk mewujudkan lingkungan yang tertata dan aman dari banjir.
1.2.5. Pra Desain Kawasan Industri
a. Kapling sangat besar dengan luas kapling 20.000 m2. b. Kapling besar dengan luas kapling 10.000 m2.
c. Kapling sedang dengan luas kapling 5.000 m2. d. Kapling kecil dengan luas kapling 2.500 m2.
II. Penyusunan Master Plan Kawasan Ekonomi Khusus Konstruksi
(Pembangu-nan Kawasan)
I. Pembentukan Badan Pengelola Kawasan Industri (Estate
Management)
a. Peran badan pengelola adalah mengelola kawasan berdasarkan kebijakan dan koordinasi dengan pemerintah kabupaten.
b. Mengusahakan terselenggaranya kerjasama yang baik antara pemerintah kabupaten, pengelola kawasan, para
Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 7
Tahapan Aktivitas Pengembangan
penghuni serta pihak lain yang terkait di dalam kawasan. Tugas administratif dan teknis konstruksi dilakukan oleh Badan
Pengelola
II. Tugas Administratif Konstruksi
Menyusun pedoman dan peraturan pengembangan dan pengelolaan kawasan atau estate management guideline (EMGL).
III. Tugas Teknis Konstruksi 3.1. Perizinan
Permohonan SP3L (Surat Persetujuan Prinsip Pembebasan Lahan) kepada pemerintah kabupaten. Permohonan SIPPT (Surat Ijin Peruntukan dan
Penggunaan Tanah) kepada pemerintah untuk membebaskan kawasan sebagai areal kerja.
Penetapan/pengesahan Rencana Induk Kawasan (Master Plan) dari kawasan yang akan dibangun dan dikelola.
Penetapan/pengesahan rancang bangun kota (Urban
Design Guideline) dari kawasan yang akan dibangun
dan dikelola.
3.2. Pembangunan Kawasan
Pembebasan dan penguasaan tanah.
Pematangan bidang tanah kawasan dan penyiapan prasarana, drainase, utilitas, dan fasilitas umum.
Penyiapan blok/sub blok/kapling siap bangun.
Pembangunan sarana teknis dan penunjang meliputi: Jalan utama (lebar 10 m dan ROW 33 m), Jalan madya (lebar 7 m dan ROW 18 m), Kabel listrik, Kabel telkom, Pipa air bersih, Sistem drainase, Kolam penampung limbah cair terpadu, Kantor Pos pembantu, Bank, Poliklinik, Unit Pemadam Kebakaran, Bengkel peralatan pabrik, Jasa pemeliharaan dan rancang bangun, Fasilitas training, Fasilitas perbelanjaan, Pergudangan, Pelabuhan, Sarana olahraga (golf, tenis, dll).
Operasional (Pemelihara-an Kawas(Pemelihara-an)
Pemeliharaan kawasan ekonomi khusus dilakukan oleh Badan Pengelola
I. Tugas Administratif Pemeliharaan
Pengelolaan sistem keamanan, ketertiban masyarakat dan umum untuk menciptakan suasana yang aman, nyaman, dan tertib bagi penghuni dan pengunjung.
Penyediaan jasa dalam rangka mempermudah pelaksanaan layanan administrasi pemerintahan
Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 8
Tahapan Aktivitas Pengembangan
termasuk pelayanan pengurusan perizinan yang diperlukan oleh pengguna kawasan dan pembayaran retribusi atau pajak.
Kegiatan pemasaran dan pemanfaatan blok-blok bangunan serta pelaksanaan pembangunan, pengoperasian, dan perawatan lingkungan, bangunan, prasarana, utilitas, dan sarana umum lingkungan.
Koordinasi dalam pengaturan lalu lintas, dan pengaturan sistem perparkiran.
Pengelolaan kawasan yang dilakukan berdasarkan fungsi pelayanan oleh pengelola kawasan dengan pertimbangan ekonomi dan sosial.
II. Tugas Teknis Pemeliharaan
Pemeliharaan prasarana jalan kendaraan, setapak/gang/trotoar/ pedestrian, jembatan, dan tempat parkir.
Pemeliharaan saluran pembuangan air limbah dan kolam oksidasi.
Pemeliharaan sistem pengolahan limbah cair dan saluran pembuangan air hujan: saluran tertutup dan saluran terbuka.
Pemeliharaan utilitas: jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan gas, jaringan telepon, terminal angkutan umum, pembuangan sampah, dan pemadam kebakaran.
Pemeliharaan fasilitas umum dan fasilitas sosial: poliklinik, warung/toko, pelayanan umum, peribadatan, taman/ruang terbuka hijau/rekreasi, sarana olahraga dan lapangan terbuka, serta keamanan dan ketertiban.
Sumber : Studi Kelayakan KEK (2011).
Berdasarkan studi literatur dan kajian Fisibiliti Studi, rencana kegiatan pembangunan KEK diuraikan dalam paragraf di bawah ini. Untuk kebutuhan dan penyederhanaan studi Andal, diskripsi rencana kegiatan diuraikan secara umum setelah uraian detail dari studi literatur.
C. Tahap Pra Konstruksi (Perencanaan Kawasan Khusus)
(1) Penyusunan Dokumen Aglomerasi Kawasan Ekonomi Khusus Kabupaten Banyuasin
Rencana penggunaan lahan di wilayah perencanaan erat kaitan-nya dengan fungsi dan peranan yang telah ditetapkan, yaitu sebagai kawasan industri