Executive Summary
PELUANG
INVESTASI
DI
KABUPATEN
RAJA
AMPAT:
MEMBANGUN
KAWASAN
RESORT
RAJA
AMPAT
Pengenalan Kabupaten Raja Ampat
Kabupaten Raja Ampat merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Papua Barat yang relatif masih baru. Kabupaten Raja Ampat merupakan daerah kepulauan yang membentang di area seluas 46.108 km2, wilayah lautnya menguasai 87% luas areal ini. Kepulauan ini berada di bagian paling Barat pulau induk Papua, secara geografis berposisi pada koordinat 2°25’ Lintang Utara – 04°25’ Lintang Selatan dan 130° – 132°55’ Bujur Timur.
Kabupaten Raja Ampat merupakan daerah gugus pulau kecil yang memiliki 4 pulau yang relatif besar, yaitu: Pulau Waigeo, Pulau Batanta, Pulau Salawati, dan Pulau Misool. Jumlah seluruh pulau di kabupaten ini kurang lebih sebanyak 1800 pulau.
Kekayaan Alam Kabupaten Raja Ampat
Kabupaten atau Kepulauan Raja Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan objek wisata, terutama wisata bahari (penyelaman). Perairan Raja Ampat menurut berbagai sumber, merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik dunia untuk diving site. Kawasannya dikenal dengan nama "Coral Triangle Area", yang merupakan “jantung” keanekaragaman terumbu karang dunia dengan segala biota yang berasosiasi di dalamnya. Kawasan ini diidentifikasi memiliki keragaman hayati tinggi dari aspek ikan, moluska, jenis dan kondisi karang. Bahkan diakui sebagai nomor satu untuk kelengkapan flora dan fauna bawah air pada saat ini dan sering disebut juga sebagai “surga para penyelam”.
Di Kepulauan Raja Ampat juga dapat ditemukan beberapa spesies unik saat menyelam seperti pigmy seahorse atau kuda laut mini, wobbegong, dan manta ray. Juga ada ikan endemic Raja Ampat yaitu eviota raja sejenis ikan gobbie, kumpulan ikan tuna, snapper, giant travellies, ikan barakuda, penyu, dan ikan dugong atau duyung.
Di Kepulauan Raja Ampat juga cocok untuk melakukan drift dive, yaitu menyelam mengikuti arus kencang dengan air yang sangat jernih sambil menerobos kumpulan ikan. Tempat ini cocok juga untuk wreck dive, karena di sana kita dapat menjumpai pesawat karam bekas
peninggalan Perang Dunia II seperti di Pulau Wai dan masih banyak lagi situs yang belum pernah terjamah dan lebih menantang di tempat ini.
Selain flora terestrial, daratan pulau‐pulau kecil Raja Ampat yang berkarakter bahari dihuni oleh beragam jenis fauna endemik yang tidak ditemukan di bagian dunia lain contohnya Cenderawasih Merah, Cenderawasih Botak, Kakatua Raja, Maleo Waigeo, Bandikut, Kuskus Bertotol, Oposum Bergaris, Tikus Pohon, dan binatang unik lainnya.
Peluang Investasi Membangun Kawasan Resort
Memahami kekayaan alam Kabupaten atau Kepulauan Raja Ampat, maka peluang investasi
yang diusulkan kepada calon investor adalah membangun fasilitas‐fasilitas untuk
menunjang potensi pariwisata, yaitu dengan membangun kawasan resort Raja Ampat.
Investasi ini direncanakan akan memanfaatkan luas areal sekitar 100 ha yang akan
dikembangkan menjadi: Equestrian seluas 8,2 ha yang terdiri dari equestrian center (5,4 ha) dan padang rumput (2,8 ha), hotel (9,0 ha), spa (1,3 ha), sport complex seluas (3 ha), residen/villa seluas 42,20 ha, commercial area seluas 1,8 ha, bangunan prasarana, dan jalur hijau. Kebutuhan dana investasi diperkirakan sebesar Rp 121 milyar yang akan digunakan dalam 5 tahap pembangunan. Analisis cost‐benefit yang dilakukan terhadap usulan peluang investasi ini menghasilkan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 69,78% yang lebih besar dari tingkat suku bunga 20% per‐tahun yang diasumsikan khusus terjadi di Kabupaten Raja Ampat. Sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pariwisata di Raja Ampat antara lain adalah bandara yang memfasilitasi rute penerbangan Sorong – Raja Ampat. Beberapa perusahaan maskapai penerbangan Bali Air, Susi Air, Merpati Nusantara Airlines (MNA), dan Sriwijaya Air serta pesawat milik PT. PAS dengan jenis Bolgow‐105 sudah mengisi jalur penerbangan ini. Transportasi laut juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mencapai Raja Ampat seperti kapal laut KM Bukit Siguntang, KM Tatamailau, dan PT. Pelni.
A.
GAMBARAN
WILAYAH
A.1 Aspek Geografis dan Administrasi
Terletak di provinsi Papua Barat, Raja Ampat merupakan daerah kepulauan yang membentang di area seluas 46.108 km2, wilayah lautnya menguasai 87% luas area. Kepulauan ini berada di bagian paling barat pulau induk Papua, secara geografis berposisi pada koordinat 2°25’ Lintang Utara – 04°25’ Lintang Selatan dan 130° – 132°55’ Bujur Timur. Wilayahnya secara administratif memiliki batas sebagai berikut:
Utara : Republik Federal Palau dan Samudera Pasifik Selatan : Kabupaten Seram Utara (Propinsi Maluku) Timur : Kota Sorong (Kabupaten Sorong)
Barat : Kabupaten Halmahera Tengah (Provinsi Maluku Utara)
Raja Ampat merupakan daerah gugus pulau kecil yang memiliki 4 pulau yang relatif besar, yaitu: Pulau Waigeo, Pulau Batanta, Pulau Salawati, dan Pulau Misool. Jumlah seluruh pulau di kabupaten ini kurang lebih sebanyak 1800 pulau dan hanya 35 pulau yang berpenghuni. Sebagai wilayah kepulauan, Kabupaten Raja Ampat tidak memiliki air tanah tawar, kecuali di pulau‐pulau besar. Di Pulau Waigeo terdapat sungai‐sungai yang cukup besar, yaitu Sungai Bayon dengan panjang sekitar 4 km dan di Pulau Misool bagian barat terdapat Sungai Kamtabai.
Kabupaten Raja Ampat merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Papua Barat yang relatif masih baru dibentuk melalui Undang‐Undang nomor 26 tahun 2003 dan resmi menjadi daerah otonom pada tanggal 12 April 2003, hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong. Kabupaten Raja Ampat terbagi menjadi 24 kecamatan. Secara rinci luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Raja Ampat tersaji sebagai berikut:
Tabel A‐1 Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Raja Ampat
No. Kecamatan Luas Wilayah Jumlah
Desa km2 Persen (%) 1 Misool Selatan 619,445 7,71 5 2 Misool Barat 268,206 3,34 5 3 Misool 420,853 5,24 5 4 Kofiau 845,065 10,52 5 5 Misool Timur 532,341 6,63 6 6 Kep. Sembilan 163,665 2,04 4 7 Salawati Utara 240,946 3,00 6
No. Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Desa km2 Persen (%) 8 Salawati Tengah 160,631 2,00 7 9 Salawati Barat 133,859 1,67 4 10 Batanta Selatan 205,250 2,55 4 11 Batanta Utara 250,861 3,12 4 12 Waigeo Selatan 310,763 3,87 5 13 Kota Waisai 54,841 0,68 4 14 Teluk Mayalibit 106,808 1,33 4 15 Tiplol Mayalibit 167,059 2,08 6 16 Meosmansar 224,081 2,79 9 17 Waigeo Barat 1.669,843 20,78 5
18 Kep. Waigeo Barat 939,287 11,69 6
19 Waigeo Utara 95,150 1,18 6 20 Warwabomi 61,672 0,77 4 21 Supnin 63,434 0,79 4 22 Kep. Ayau 135,613 1,69 4 23 Ayau 203,419 2,53 5 24 Waigeo Timur 161,349 2,01 4
Kabupaten ini memiliki topografi yang beragam. Pada umumnya topografi didominasi oleh wilayah perbukitan dengan ketinggian mencapai 100 – 300 m di atas permukaan laut yang masih ditutupi oleh hutan alami.
Kabupaten Raja Ampat bagian utara yaitu Pulau Waigeo dan sebagian Pulau Batanta didominasi oleh pegunungan, sedangkan pada bagian tengah terutama Pulau Salawati memiliki daerah datar yang cukup luas. Pada bagian selatan, yaitu Pulau Misool sebagian besar merupakan pegunungan, namun pada bagian tengah terdapat daerah datar. Gambaran umum karakteristik topografi pada masing‐ masing 4 (empat) pulau besar: Pulau Waigeo: umumnya memiliki topografi bergunung, berbukit pada poros hingga ke
daerah pesisir yang terdiri atas pasir dan karang batu. Pulau ini dikelilingi oleh pulau‐ pulau kecil terutama di bagian barat dan selatan. Dasar perairan laut bervariasi antara berkarang dan berpasir.
Pulau Batanta: sebagian besar topografi terdiri dari pegunungan dan perbukitan yang memanjang dari bagian tengah sampai ke bagian pesisir, sehingga di daerah pesisir jarang ditemukan pasir putih.
Pulau Salawati: pada bagian tengah terdapat dataran yang dikelilingi oleh gunung dan perbukitan yang membujur ke semua arah hingga daerah pesisir. Pulau ini dikelilingi oleh pulau‐pulau kecil pada bagian selatan dan timur.
Pulau Misool: pada bagian tengah terdapat dataran dan pegunungan, serta bukit‐bukit berbatuan di daerah pesisir pada bagian barat dan bagian selatan Pulau Misool.
A.2 Kondisi Fisik
A.2.1 Morfologi, Iklim dan Curah Hujan
Wilayah Raja Ampat mempunyai ketinggian yang tidak memungkinkan terjadinya salju. Hutan Lahan Kering Primer Dataran Rendah mendominasi penutup lahan di Raja Ampat, yaitu lebih dari separuh luas keseluruhan Wilayah Raja Ampat yaitu mencapai 1,17 juta hektar atau 53,5%. Hutan Lahan Kering Sekunder Dataran Rendah meliputi luas 378,23 ribu hektar atau 17.308% dari luas keseluruhan.
Suhu udara minimum di Kabupaten Raja Ampat sekitar 24,40° C dan suhu udara maksimum sekitar 31,20° C. Sedangkan suhu air laut rata‐rata berkisar antara 22 – 30° C. Curah hujan tercatat 3025,9 milimeter. Setiap bulan selalu ada hujan. Banyaknya hari hujan setiap bulan antara 12 – 29 hari. Kelembaban udara rata‐rata tercatat 85%. Rata‐rata kecepatan angin adalah 7 knot.
A.2.2 Geologi dan Jenis Tanah
Berdasarkan tatanan geologi, Kepulauan Salawati dan Batanta yang terdiri atas batuan sedimen tersier tengah dan breksi. Pulau Misool yang terletak di ujung barat daya paparan Benua Papua atau timur laut Parit Seram, memiliki batuan klastik mesozoikum yang lebih banyak berasal dari utara daripada di selatan.
Kondisi geologi Kabupaten Raja Ampat didominasi oleh formasi batuan kapur yang terbentuk pada masa kuarter. Batuan metamorf yang terdapat di Raja Ampat adalah batuan malihan ligu, sedangkan batuan beku terdapat di batuan Gunung Batanta dan batuan Gunung Dore.
Wilayah Kabupaten Raja Ampat pada umumnya memiliki jenis tanah dystropepts yang mendominasi Pulau Waigeo, Pulau Batanta, dan Pulau Salawati. Kedalaman efektif tanah di Distrik Misool dan Distrik Waigeo Selatan berkisar antara 0 – 25 cm, sedangkan di Pulau Salawati, Waigeo Utara, dan Waigeo Selatan berkisar antara 50 – 100 cm.
A.2.3 Flora
Tidak ada pulau di kepulauan Raja Ampat yang memiliki ketinggian lebih dari 1.000 meter. Maka banyak dijumpai tanaman pada ketinggian yang lebih rendah daripada yang
umumnya tumbuh di daratan pulau besar. Umumnya, hutan dataran rendah di kepulauan Raja Ampat memiliki karakteristik Malesian, tetapi tidak didominasi oleh tanaman dipterocarps yang umumnya terdapat di wilayah barat Indonesia. Pulau Waigeo memiliki formasi hutan dataran rendah yang terpadat, dengan jenis dominan Exocarpus Latifolius dan Nagela Wallichiana.
Exocarpus latifolius Nagela wallichiana
A.2.4 Fauna
Selain flora terestrial, daratan pulau‐pulau kecil Raja Ampat yang berkarakter bahari dihuni oleh beragam jenis fauna endemik yang tidak ditemukan di bagian dunia lain contohnya cenderawasih merah, cenderawasih botak, kakatua raja, maleo waigeo, bandikut, kuskus bertotol, oposum bergaris, tikus pohon, dan binatang unik lainnya.
Kakatua Raja Maleo Waigeo Bandikut Oposum Bergaris Kuskus Bertotol Tikus Pohon
A.2.5 Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang merupakan potensi sumberdaya pesisir dan laut yang menonjol di Kepulauan Raja Ampat, terutama di sekitar gugusan pulau kecil. Kepulauan Raja Ampat terletak di wilayah Coral Triangle yang merupakan “jantung” keanekaragaman terumbu karang dunia dengan segala biota yang berasosiasi di dalamnya, seperti beragam jenis ikan karang, moluska, dan krustasea.
Sekitar 60% terumbu karang Raja Ampat dalam kondisi baik dan sangat baik. Terdapat sekitar 553 jenis karang keras, termasuk 13 jenis endemik (sekitar 75% dari jumlah jenis karang di dunia), lebih dari 1427 jenis ikan karang, ikan duyung, 5 jenis penyu, berbagai jenis hiu seperti wobbegong dan kalabia, berbagai jenis kuda laut dan ikan pari, 15 jenis ikan paus dan lumba‐lumba, serta 60 jenis udang karang. Ditambah dengan 699 jenis hewan lunak (jenis moluska) yang terdiri atas 530 siput‐siputan (gastropoda), 159 kerang‐kerangan (bivalva), 2 scaphopoda, 5 cumi‐cumian (cephalopoda), dan 3 chi‐ton. Hal ini menjadikan kepulauan Raja Ampat sebagai kawasan pulau‐pulau kecil yang memiliki keanekaragaman hayati laut yang luar biasa besar dan berproduktivitas tinggi secara ekonomi.
Terumbu Karang Hiu Wobbegong
Hiu Kalabia Manta Ray
Ekosistem terumbu karang di Kepulauan Raja Ampat terajut pada paparan dangkal di hampir semua pulau‐pulau kecil, dengan penyebaran terbesar dijumpai di Distrik Waigeo Barat, Waigeo Selatan, Ayau, Samate, dan Misool Timur Selatan.
Pada beberapa bagian terdapat gosong (sand backs) yang juga memiliki terumbu karang di sekelilingnya. Tipe terumbu yang terdapat di Kepulauan Raja Ampat umumnya berupa karang tepi (fringing reef) dengan kemiringan yang cukup curam. Selain itu terdapat juga tipe terumbu cincin (atol) dan terumbu penghalang (barrier reef). Atol di Raja Ampat terdapat di Kepulauan Ayau dan Kepulauan Asia.
Pada beragam tipe ekosistem terumbu karang di kepulauan Raja Ampat terdapat enam jenis ikan yang dikategorikan jenis endemik:
1. Hemiscyllium freycineti. Spesies ini relatif umum untuk hamparan karang yang dangkal, dan terutama terlihat pada malam.
2. Pseudochromis. Spesies ini umumnya terlihat di dasar‐dasar pecahan batu pada bagian dasar lereng‐lereng yang curam di kedalaman sekitar 18 hingga 20 m. Umumnya terlihat menyendiri atau berpasangan.
3. Apogon leptofasciatus. Spesies ini dideskripsikan berdasarkan tiga spesimen dan hanya
sekitar 15 individu terlihat pada kedalaman antara 12 – 15 m.
4. Apogon oxygrammus. Spesies ini merupakan jenis ikan cardinal yang jarang. Ditemukan di kedalaman 45 – 50 m di Pulau Pef, sebelah ujung barat Pulau Gam.
5. Meiacanthus Crinitus. Spesies ini umumnya hidup di karang‐karang yang ternaungi dengan karang hidup yang melimpah pada kedalaman 1 – 20 meter.
6. Eviota Raja. Ikan gobi yang sangat kecil dan melayang‐layang di perairan‐tengah ini merupakan jenis yang umum di perairan yang ternaungi dengan pertumbuhan karang yang kaya. Sangat mirip dengan E. bifasciata, suatu spesies sympatrik yang tersebar melintasi Nusantara Indo – Australia.
A.2.6 Mangrove
Sebaran mangrove di Kabupaten Raja Ampat terdapat di wilayah pantai Pulau Waigeo Barat, Waigeo Selatan, Batanta, pantai timur Pulau Salawati, pantai selatan Pulau Kofiau, Pulau Babi, serta pantai timur dan barat Pulau Misool. Ekosistem mangrove Raja Ampat didominasi oleh famili Rhizophoraceae, Sonneratiaceae, dan Avicenniaceae. Pulau Salawati
merupakan pulau yang memiliki sebaran mangrove terbesar, diikuti oleh Pulau Waigeo, Misool, dan Batanta.
Pada ekosistem mangrove kepulauan Raja Ampat ditemukan berasosiasi beberapa jenis biota ekonomis penting dari kelompok krustasea dan moluska, di antaranya udang, kepiting Bakau, rajungan, ikan blodok, ikan belanak, ikan bandeng, dan beragam kerang.
Kepiting Bakau Rajungan Ikan Blodok
Ikan Belanak Ikan Bandeng
A.2.7 Padang Lamun
Lamun adalah tumbuhan berbunga yang telah beradaptasi sepenuhnya di bawah permukaan laut. Lamun membentuk padang di dasar laut yang masih terjangkau oleh cahaya matahari dan sering terdapat di antara ekosistem mangrove dan terumbu karang. Padang lamun ini merupakan habitat bagi bermacam‐ macam jenis ikan kecil dan udang, serta menjadi grazing ground bagi penyu laut, duyung, dan bulu babi. Fungsi lainnya adalah dapat menstabilkan dasar laut dengan sistem perakaran lamun yang saling menyilang dan sebagai perangkap sedimen.
Padang lamun tersebar di hampir seluruh Kepulauan Raja Ampat, terutama di sekitar Waigeo, Kofiau, Batanta, Ayau, dan Gam, dan umumnya berasosiasi dengan terumbu karang di daerah pasang surut dan rataan terumbu karang yang dangkal.
Padang Lamun
A.3 Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Jumlah penduduk Kabupaten Raja Ampat mencapai 60.000 jiwa. Penduduk aslinya terdiri dari lebih dari 10 suku adat. Suku adat ini ada yang telah mendiami wilayah kepulauan Raja Ampat maupun yang berimigrasi dari wilayah kepulauan lain di sekitar Raja Ampat. Ada 12 suku yang saat ini mendiami kepulauan Raja Ampat, yaitu:
1. Suku Wawiyai (Wauyai) 2. Suku Kawe
3. Suku Laganyan 4. Suku Ambel (‐Waren) 5. Suku Batanta 6. Suku Tepin
7. Suku Fiat, Domu, Waili, dan Butli 8. Suku Moi (Moi‐Maya)
9. Suku Matbat 10. Suku Misool 11. Suku Biga 12. Suku Biak
Masyarakat suku adat kabupaten Raja Ampat memiliki rasa kekerabatan yang kuat satu sama lain. Banyak suku dan kelompok adat yang masih merasa dirinya berasal dari satu garis keturunan. Ciri‐ciri kehidupan masyarakat adat kabupaten Raja Ampat adalah:
1. Hidup berkelompok dalam sebuah suku dan tiap‐tiap suku berpencar satu sama lain.
2. Hidupnya bergantung kepada hasil alam dan sering berpindah, kecuali yang sudah mengenal budaya modern.
3. Tali persaudaraan yang kuat antar suku. 4. Menganut garis keturunan ayah dan ibu. 5. Memiliki kepercayaan magis dan tata cara adat.
Kehidupan masyarakat Kepulauan Raja Ampat pada umumnya adalah nelayan tradisional yang berdiam di kampung‐kampung kecil yang letaknya berjauhan dan berbeda pulau. Mereka adalah masyarakat yang ramah menerima tamu dari luar, apalagi kalau kita membawa oleh‐oleh buat mereka berupa pinang ataupun permen. Barang ini menjadi semacam “pipa perdamaian indian” di Raja Ampat. Acara ngobrol dengan makan pinang disebut juga “para‐para pinang” sering kali bergiliran satu sama lain saling melempar mob (istilah di Papua untuk cerita‐cerita lucu).
Jumlah penduduk Kabupaten Raja Ampat pada tahun 2011 tercatat 43.435 jiwa. Sekitar 53,28% dari total penduduk adalah laki‐laki, sisanya 46,72% perempuan. Dilihat dari struktur umurnya, komposisi penduduk Kabupaten Raja Ampat tergolong penduduk muda. Persentase penduduk pada kelompok umur muda lebih besar daripada kelompok umur tua. Pada kelompok umur 0 – 4 tahun tercatat 14,47% penduduk sedangkan pada kelompok umur 75 tahun atau lebih tercatat 0,39%.
Sebagai penduduk yang mendiami wilayah kepulauan yang sebagian besar wilayahnya adalah perairan laut, maka sumber mata pencaharian utama mayoritas masyarakat Raja Ampat adalah dengan mengolah berbagai sumber daya alam yang berasal dari laut seperti nelayan, pembuat ikan asin, pencari rumput laut, atau sebagai penyedia jasa transportasi laut antar pulau.
A.3.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit satu jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah). Berikut tabel jumlah tenaga kerja di atas usia 15 tahun ke atas.
Tabel A‐2 Penduduk Berusia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Jenis Kegiatan Utama
Jenis Kegiatan Utama 2011 Jumlah
Laki‐Laki Perempuan
1. Penduduk Usia Kerja / (15 +) 15.147 13.146 28.293
a. Angkatan Kerja 13.000 7.480 20.480
i. Bekerja 12.431 6.916 19.347
ii. Pengangguran Terbuka 569 564 1.133
b. Bukan Angkatan Kerja 2.147 5.666 7.813
i. Sekolah 1.680 1.350 3.030
ii. Mengurus Rumah Tangga 30 4.050 4.080
iii. Lainnya 437 266 703
2. TPAK/LFPR (%) 85,83 56,90 72,39
3. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 4,38 7,54 5,53
Sumber: BPS Propinsi Papua Barat (diolah dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional)
A.4 Kondisi Sarana dan Prasarana
A.4.1 Transportasi Udara
Sekarang ada bandara di Raja Ampat dengan rute penerbangan Sorong – Raja Ampat. Namun dengan panjang bandara 1200 m dan lebar landasan pacu 20 m, maka hanya pesawat kecil dan sedang yang bisa mendarat di sana.
Prasarana perhubungan udara utama di Provinsi Papua Barat adalah Lapangan Terbang Rendani di Manokwari, Domine Edward Osok dan Jefman di Sorong, Torea di Fak‐Fak, dan Tarum di Kaimana. Lapangan terbang ini selain didarati oleh pesawat penerbangan perintis jenis Twin Otter juga dapat didarati pesawat jenis Fokker dan Boeing. Sedangkan di Kabupaten Teluk Bintuni, Teluk Wondama, dan Sorong Selatan hanya bisa didarati oleh pesawat jenis tertentu seperti Twin Otter.
Saat ini setidaknya terdapat beberapa perusahaan maskapai penerbangan Bali Air, Susi Air, Merpati Nusantara Airlines (MNA), dan Sriwijaya Air. Selain beberapa maskapai penerbangan tersebut, terdapat juga pesawat yang tidak terjadwal yakni milik PT. PAS dengan jenis Bolgow‐105.
Hampir setiap hari ada jadwal penerbangan yang melayani beberapa ibukota kabupaten. Kabupaten yang telah terlayani oleh penerbangan komersial antara lain adalah Kabupaten Manokwari, Sorong, Fak‐Fak, dan Kaimana.
A.4.2 Transportasi air
Untuk menjangkau Kabupaten Raja Ampat terlebih dahulu harus ke Kota Sorong, kemudian dilanjutkan dengan transportasi laut dari Pelabuhan Rakyat di Sorong menuju Pelabuhan Waisai di Raja Ampat. Ada banyak kapal yang berlabuh di Pelabuhan.
Transportasi laut mempunyai peranan sangat penting pada perekonomian Papua Barat, terutama Kabupaten Raja Ampat. Hal ini terlihat dari sebagian besar mobilitas orang dan barang, baik yang masuk maupun yang keluar dari wilayah Papua Barat, masih menggunakan transportasi laut. Begitu juga dengan sebagian besar mobilitas orang dan barang di wilayah Papua Barat, baik antar kabupaten maupun antar distrik.
Beberapa jenis kapal penumpang yang singgah di pelabuhan di beberapa kabupaten di Provinsi Papua Barat selain KM Bukit Siguntang dan KM Tatamailau, dan kapal PT. Pelni yang melayari Pantai Selatan Papua. Selain itu terdapat beberapa jenis kapal barang yang memuat bahan kebutuhan pokok, speedboat, dan longboat untuk menjangkau wilayah‐ wilayah terpencil, serta kapal nelayan.
A.4.3 Transportasi Darat
Pada umumnya kabupaten induk mempunyai tingkat aksesibilitas yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan kabupaten pemekaran yang baru dibentuk seperti Raja Ampat dan Teluk Wondama. Kabupaten Raja Ampat hanya bisa dijangkau melalui transportasi laut. Kondisi transportasi darat untuk menghubungkan antar wilayah masih sangat minim, kondisinya juga masih sangat memprihatinkan.
A.4.4 Sumber Energi
Terdapat Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Waisai, ibukota Kabupaten Raja Ampat. Setelah dibangunnya PLTD, investasi dan perputaran ekonomi di Waisai berkembang sangat pesat. Sedangkan pemenuhan kebutuhan kebutuhan listrik di pulau lainnya masih menggunakan genset. Hanya terdapat satu tempat pengisian bahan bakar/pom bensin di Raja Ampat, yaitu terletak 400 m dari pelabuhan dan pusat kota.
B.
PROFIL
PEREKONOMIAN
WILAYAH
B.1 Struktur Perekonomian Tabel B‐1 PDRB Kabupaten Raja Ampat SEKTOR TAHUN 2011 2010 2009 2008 RUPIAH (JUTA) % RUPIAH (JUTA) % RUPIAH (JUTA) % RUPIAH (JUTA) % Pertanian 196.038 69,58 186.489 70,78 179.007 72,51 173.643 74,32 Pertambangan 1.32 0,47 1.299 0,49 1.249 0,51 1.189 0,51 Industri Pengolahan 1.399 0,50 1.286 0,49 1.156 0,47 1.088 0,47
Listrik dan Air Bersih 242 0,09 228 0,09 207 0,08 170 0,07
Bangunan 26.983 9,58 23.117 8,77 19.381 7,85 15.485 6,63
Perdagangan, Hotel, dan
Restoran 15.749 5,59 14.597 5,54 13.42 5,44 12.61 5,40 Angkutan/Komunikasi 8.506 3,02 7.838 2,97 6.942 2,81 6.124 2,62 Bank/Keu/Perum 1.201 0,43 1.072 0,41 933 0,38 760 0,33 Jasa 30.288 10,75 27.553 10,46 24.577 9,96 22.573 9,66 TOTAL 281.725 100 263.48 100 246.872 100 233.642 100
B.2 Kegiatan Perekonomian Sektor Unggulan
B.2.1 Pariwisata
Kepulauan Raja Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan objek wisata, terutama wisata bahari (penyelaman). Perairan Raja Ampat menurut berbagai sumber, merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia. Kawasannya dikenal dengan nama "Coral Triangle Area", yaitu kawasan perairan laut yang diidentifikasi memiliki keragaman hayati tinggi dari aspek ikan, moluska, dan berbagai jenis karang. Bahkan diakui sebagai nomor satu untuk kelengkapan flora dan fauna bawah air pada saat ini dan sering disebut juga sebagai “surga para penyelam”.
Berdasarkan data dari Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) mencapai 6.178 orang di tahun 2011. Angka ini meningkat dibanding tahun 2007 hanya sebesar 1.118 orang.
Pada tahun 2002, The Nature Conservancy (TNC) dan Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI mengadakan suatu penelitian ilmiah untuk memperoleh data dan informasi tentang ekosistem laut, daerah bakau dan hutan Kepulauan Raja Ampat. Survei ini menunjukkan bahwa terdapat sejumlah 537 jenis karang, yang sungguh menakjubkan karena mewakili sekitar 75% jenis karang yang ada di dunia. Ditemukan pula 828 jenis ikan dan diperkirakan
jumlah keseluruhan jenis ikan di daerah ini 1.074. Di darat, penelitian ini menemukan berbagai tumbuhan hutan, tumbuhan endemik, dan tumbuhan di batuan kapur serta pantai peneluran ribuan penyu. Selain itu ada beberapa kawasan terumbu karang yang masih sangat baik kondisinya dengan persentasi penutupan karang hidup hingga 90% yaitu Selat Dampier (Selat antara Pulau Waigeo dan Pulau Balanta), Kepulauan Kofiau, Kepulauan Misool Timur Selatan, dan Kepulauan Wayag. Di beberapa tempat ada keunikan tersendiri seperti di Kampung Saondarek, ketika pasang surut terendah, bisa disaksikan hamparan terumbu karang tanpa menyelam dan dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut masih bisa hidup walaupun di udara terbuka dan terkena matahari langsung.
Di Kepulauan Raja Ampat juga dapat ditemukan beberapa spesies unik saat menyelam seperti pigmy seahorse atau kuda laut mini, wobbegong dan manta ray. Juga ada ikan endemik Raja Ampat yaitu eviota raja sejenis ikan gobbie. Jika menyelam di Cape Kri atau Chiken Reef, kita akan dikelilingi ribuan ikan seperti kumpulan ikan tuna, snapper, dan giant travellies. Tetapi yang paling menegangkan jika kita dikelilingi ikan barakuda. Kadang juga terlihat hiu karang dan apabila beruntung melihat penyu sedang diam memakan sponge atau berenang serta ada juga dugong atau duyung. Di Kepulauan Raja Ampat juga cocok untuk melakukan drift dive, yaitu menyelam mengikuti arus kencang dengan air yang sangat jernih sambil menerobos kumpulan ikan. Cocok juga untuk wreck dive karena disana kita dapat menjumpai pesawat karam bekas peninggalan Perang Dunia II seperti di Pulau Wai, dan masih banyak lagi situs yang belum pernah terjamah dan lebih menantang di Kepulauan Raja Ampat ini.
Sekali pun kebayakan wisatawan yang data ke Raja Ampat saat ini adalah para penyelam, sebenarnya lokasi ini menarik juga bagi turis non‐penyelam karena memiliki pantai‐pantai berpasir putih yang sangat indah dan gugusan pulau‐pulau mempesona dan flora‐fauna unik endemik seperti cendrawasih merah, cendrawasih wilson, maleo waigeo, beranekaragam burung kakatua, dan nuri, kuskus waigeo serta beragam jenis anggrek.
Dilihat dari segi sosial ekonomi ada beberapa biota laut, yaitu ikan dan biota laut lainnya, yang diketahui mempunyai potensi tertentu dan dapat dimanfaatkan. Ikan‐ikan ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok ikan yang mempunyai arti untuk dikonsumsi (ikan target), kelompok ikan yang memberikan indikasi tentang kondisi terumbu karang
(ikan indikator), dan kelompok ikan yang umumnya merupakan bagian dari ekosistem terumbu (ikan utama).
B.2.2 Perikanan
A. Perikanan Tangkap
Sektor perikanan merupakan salah satu andalan kegiatan perekonomian di Kabupaten Raja Ampat, baik perikanan tangkap maupun budidaya. Komoditas unggulan perikanan tangkap di daerah ini, antara lain ikan tuna, cakalang tenggiri, kerapu, napoleon, kakap merah, teripang, udang, dan lobster. Daerah penangkapan ikan kerapu dan napoleon terdapat di perairan Waigeo Barat, Waigeo Selatan, Kepulauan Ayau, Batanta, Kofiau, dan Misool; lobster di perairan Waigeo, Misool, dan Kofiau; cumi‐cumi di perairan Waigeo Selatan dan Misool; teripang dan ikan tenggiri hampir di seluruh perairan Kabupaten Raja Ampat. Selain untuk pemasaran lokal, hasil tangkapan nelayan di Raja Ampat berupa teripang, rumput laut, cumi‐cumi kering dan ikan teri kering dipasarkan ke daerah Makassar, Surabaya, dan Jakarta, sedangkan lobster banyak dipasarkan ke Bali. Meskipun penduduk di Kabupaten Raja Ampat mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan, namun potensi perikanan yang begitu besar masih belum dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat.
B. Perikanan Budidaya
Komoditas unggulan perikanan budidaya di Kabupaten Raja Ampat adalah rumput laut dan mutiara. Budidaya mutiara menjadi primadona masa depan bagi Raja Ampat. Saat ini terdapat enam perusahaan yang mengembangkan budidaya mutiara secara modern sejak tahun 1990, tiga di antaranya merupakan penanaman modal asing (PMA) dan sisanya penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Lokasi budidaya mutiara ini terdapat di Distrik Misool (1 perusahaan), Waigeo Barat (2 perusahaan), Waigeo Selatan (2 perusahaan) dan Batanta (1 perusahaan). Selain dijual ke pasar domestik, seperti Makassar, Surabaya, Jakarta, dan Medan, produksi mutiara yang mencapai ribuan ton pertahun ini diekspor ke Jepang, Singapura, dan Thailand. Namun demikian, kegiatan budidaya mutiara ini masih belum melibatkan penduduk asli.
Sementara itu budidaya rumput laut dilakukan oleh masyarakat, terutama jenis Euchema cottoni. Budidaya rumput laut ini terdapat di Distrik Kepulauan Ayau (Pulau Ayau), Distrik Waigeo Selatan (Pulau Friwen dan Pulau Arborek), dan di Distrik Waigeo Barat (Pulau Fam). B.2.3 Industri Pengolahan Hasil Perikanan
Industri pengolahan hasil perikanan juga terdapat di Kabupaten Raja Ampat meskipun masih bersifat tradisionil/skala rumah tangga, yaitu berupa pengasinan dan pengolahan rumput laut.
C.
PELUANG
INVESTASI
C.1 Sektor Unggulan
Metode Location Quitionet digunakan untuk mengindentifikasi sektor unggulan potensi perekonomian Kabupaten Raja Ampat. Analisis LQ menunjukkan potensi dari tempat terkait dengan kondisi kekayaan yang ada di wilayah tersebut.
Tabel C‐1 Perhitungan LQ Lapangan Usaha di Kabupaten Raja Ampat Tahun 2012
No. Lapangan Usaha Nilai PDRB LQ
Raja Ampat Papua Barat
1 Pertanian Agriculture 1.963.769 4.976.708,57 0.04
2 Pertambangan dan Penggalian 2.837.931,6 2.615.421,89 0.10
3 IndustriPengolahan 139.858 18.689.731,89 0.08
4 Litrik dan Air Minum 241,86 110.622,75 0.02
5 Bangunan Konstruksi 2.698.256 2.483.291,41 1.08
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1.574.930 2.349.080,27 0.67
7 Pengangkutan dan Komunikasi 850.649 1.701.266,32 0.50
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Perusahaan
120.081 661.906,16 0.18
9 Jasa‐Jasa 3.028.773 2.582.426,45 1.17
Jumlah 8.894.790 36.170.454
Sumber: Hasil analisis dan Raja Ampat Dalam Angka 2012
Berdasarkan hasil perhitungan LQ Kabupaten Raja Ampat, sektor unggulan daerah ini adalah sektor jasa diikuti bangunan konstruksi, perdagangan, hotel, dan restoran di mana memiliki LQ>1 yang merupakan syarat utama menjadi sektor unggulan.
C.2 Laju Pertumbuhan
Dalam kurun waktu tahun 2008 – 2011 kondisi perekonomian Raja Ampat dapat dikatakan stabil dan selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hal ini jelas terlihat dari pertumbuhan ekonomi dari ‐1,23% pada tahun 2008 menjadi 3,70% pada tahun 2011.
Pada tahun 2011, pertumbuhan tertinggi sebesar 16,72% dicapai oleh sektor bangunan kemudian diikuti oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 12,04%. Pertumbuhan di sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan didorong oleh pertumbuhan subsektor lembaga keuangan bukan bank akibat mulai dibukanya kantor cabang Pegadaian di Raja Ampat. Sementara pertumbuhan terendah dicapai oleh sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,68%.
Tabel C‐2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha (%) 2008 – 2011
Lapangan Usaha 2008 2009 2010* 2011**
Pertanian 1,85 3,09 4,18 5,12
Pertambangan dan Penggalian ‐ 5,46 ‐1,13 ‐1,18 0,68
Industri Pengolahan 5,12 6,29 11,22 8,75
Listrik dan Air Bersih 21,87 21,93 9,86 6,25
Konstruksi 9,04 25,16 19,28 16,72
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 21,02 6,43 8,77 7,89
Pengangkutan dan Komunukasi 16,23 13,35 12,91 8,53
Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Perusahaan 42,04 22,69 14,92 12,04
Jasa‐Jasa 11,91 8,88 12,11 9,92
PDRB ‐1,23 1,90 2,49 3,70
Sumber: Raja Ampat Dalam Angka 2012
C.3 Peluang Investasi Pembanguan Kawasan Resort
Realitas wilayah Kabupaten Raja Ampat memberikan konsekuensi betapa besar potensi dan
keanekaragaman hayati pesisir dan laut kepulauan yang mempesona sebagai asset
prospektif bagi pengembangan pariwisata.
Kekayaan dan keanekaragaman hayati pesisir dan laut kepulauan Raja Ampat ditandai
dengan beragamnya ekosistem yang ada di wilayah tersebut, seperti ekosistem terumbu
karang, ekosistem lamun, ekosistem mangrove, ekosistem pantai berpasir dan sebagainya.
Bahkan keindahan panorama bawah lautnya dengan hamparan terumbu karang yang
eksotik sangat terkenal di dunia. Semua ini memberi peluang bagi pengembangan
pariwisata, khususnya pariwisata pulau‐pulau kecil dan bahari berbasis ekosistem.
Tabel C‐3 Potensi dan Peluang Investasi Pariwisata di Kabupaten Raja Ampat
No. Distrik/Wilayah Potensi Wisata Investasi Wisata
1 Waigeo Utara
Suling Tambur, Goa PD II,
panorama bawah laut, tarian
tradisional
Atraksi budaya, penyewaan kapal
dan alat selam, serta pondok wisata
2 Waigeo Selatan
Selam dan snorkeling, Pulau
Karst, Goa Tengkorak, situs
sejarah, bird watching, tarian,
anyaman, pantai pasir putih,
perkampungan tradisional,
kerajinan patung, Kesenian Wor
Resort, penyewaan kapal dan alat
selam, pondok wisata, atraksi
budaya, toko souvenir (anyaman dan patung)
3 Waigeo Barat Selam dan Pulau‐Pulau Karst Penyewaan kapal, alat selam, dan
pondok wisata
4 Batanta
Selam (bangkai pesawat & ikan
pari), bird watching, tarian, air
terjun dan lintas alam
Penyewaan kapal dan alat selam,
atraksi budaya, penyewaan alat
lintas alam, pondok wisata
5 Kofiau Selam & snorkeling, keindahan
alam daratan.
Pondok wisata, serta penyewaan kapal
dan alat selam
6 Misool Goa, Pulau Karst, selam &
snorkeling
Resort, penyewaan kapal, dan alat
7 Kep. Ayau
Pantai pasir putih, pulau pasir,
penangkapan cacing laut,
peneluran burung dan penyu
hijau, dayung tradisional
Pondok wisata, atraksi budaya, dan
penyewaan kapal
8 Waigeo Timur Tarian & suling tambur, Hantu
Laut Atraksi budaya dan pondok wisata
9 Teluk Mayalibit
Penangkapan ikan tradisional,
Goa Tengkorak, gunung,
bangkai pesawat
Pondok wisata, penyewaan kapal
dan alat selam, serta penyewaan alat
lintas alam
C.3.1 Peluang Pasar
Wilayah Kabupaten Raja Ampat yang berada di jantung segitiga karang dunia (coral
triangle), merupakan pusat keanekaragaman hayati laut tropis terkaya di dunia pada saat
ini. Dengan sekitar 456 jenis karang (jumlah ini lebih dari separuh jumlah jenis karang di
dunia) dan sekitar 828 jenis ikan karang, serta ditaburi pulau‐pulau karang yang indah,
menjadikan wilayah ini bernilai pelestarian alam yang sangat tinggi sebagai daya tarik
wisata. Belum lagi wilayah terrestrial kepulauannya yang ditumbuhi oleh berbagai flora
unik, dan dihuni oleh beragam satwa endemik (seperti kuskus berbintik, kakatua jambul
kuning, bayan, katak, dan ular) telah menambah nilai konservasi kawasan sebagai daerah
tujuan ekowisata. Semua ini tentunya harus dikelola secara terpadu dan berkesinambungan
bagi sebesar‐besarnya manfaat daerah dan masyarakat Raja Ampat dan Papua khususnya,
serta masyarakat Indonesia dan dunia umumnya.
C.3.2 Jumlah dan Pertumbuhan Wisatawan
Dari tahun ke tahun, sejak tahun 2008 hingga 2012 terjadi peningkatan wisatawan yang datang ke Kabupaten Raja Ampat dapat dilihat pada Tabel C.4
Tabel C‐4 Jumlah Kunjungan Wisatawan No. Tahun Jumlah Pengunjung Total International Tourists Local Tourists 1 2008 2,366 279 2,645 2 2009 2,872 338 3,210 3 2010 3,858 652 4,510 4 2011 5,159 1,246 6,405 5 2012 6,037 1,717 7,754
Sumber : BPS Kabupaten Raja Ampat 2013
Tabel C‐5 Jenis Usaha Wisata Di Raja Ampat
No. Jenis Usaha Tahun Pertumbuhan Usaha Keterangan
2009 2010 2011 2012 2013
1 Resort/Dive Center 7 7 9 9 9 2012 ada 3 resort masih
dalam pembangunan 2 Diving Club 3 Hotel/Penginapan 6 8 9 11 11 4 Cottage 2 2 2 2 2 5 Homestay 4 8 9 12 12 6 Restoran 2 2 2 7 Rumah makan 5 7 7
8 Liveaboard 37 40 40 40 40 Dibatasi hanya 40 Kapal Tiap
Tahunnya
9 Tour Travel 1 1 1
10 Night Club
11 Industri Kreatif ‐ ‐ 3 6 6
12 Sanggar Seni
Sumber : BPS Kabupaten Raja Ampat 2013
C.3.3 Obyek Dan Daya Tarik Wisata
Sektor pariwisata memiliki prospek pengembangan tersendiri bagi kegiatan perekonomian
Raja Ampat. Keunikan dan keindahan panorama alam ditambah dengan keanekaragaman
sumberdaya perikanan dan kelautan yang tinggi, terutama ekosistem terumbu karang
merupakan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan luar negeri. Bahkan di daerah tersebut
menjadi lokasi penelitian para pakar biota laut dunia. Jenis potensi pariwisata bahari yang
utama di wilayah gugus pulau kecil Raja Ampat adalah wisata panorama alam seperti pasir
putih, gua, beting karang, serta wisata diving.
Tabel C‐6 Tempat Lokasi Obyek dan Daya Tarik Wisata
No. Distrik Desa/kampung/Lokasi Objek Wisata Atraksi Wisata
1 Waigeo Utara Kapadiri Air Terjun Lam‐Lam Air terjun
2 Waigeo Timur Urbinasopen Pantai Wayam dan
Pulau Mamiayef
Pantai pasir putih, berenang,
snorkeling, atraksi bola api
3 Meosmanswar Arborek
Manta Point Menyelam, snorkeling,
souvenir, wisata budaya
Yenbuba Pulau Ransiwor, Cape
Kri, South Kri Menyelam dan snorkeling
Yen Waufnor
Burung Cendrawasih Wisata budaya dan
pengintaian burung
Sawandarek Pantai Pasir Putih,
memberi makan ikan
dan Kayaking
Bebek laut, memberi makan
ikan, snorkeling, wisata
budaya, telaga, kayaking
Sawinggrai
Burung Cendrawasih
Mengintai cendrawasih
merah, wisata budaya,
souvenir, memberi makan
ikan
4 Waigeo
Selatan
Kabui
Selat Kabui Limestone, flora, goa
No. Distrik Desa/kampung/Lokasi Objek Wisata Atraksi Wisata
Friwen Meos Kun (kelelawar/
paniki), Pulau
Kerupyar
Snorkeling, menyelam,
pantai pasir putih
Wawiyai
Kali Raja Wisata budaya dan situs
sejarah
Waisai Tembok Waisai, Pulau
Saonek Mondey,
Pantai Waiwo
Wisata olahraga, jet ski,
kayak, snorkeling, menyelam
4 Waigeo Barat Salio Taman Laut
Kepulauan Wayag
Wisata alam, menyelam,
kayak
Pulau Sayang Mengintai peneluran Penyu
Meos Manggara Pantai Yeben
Pantai pasir putih, berenang,
snorkeling, wisata olahraga
memancing Saukabu Pulau Painemo (archipleago), Pantai Saukubu Tracking/hiking di gugusan
Pulau Painemo, pantai pasir
putih, berenang, snorkeling
Pam
Meos Andau besar &
kecil, Nafsi, Pulau
Manaru, Enus
Menyelam, pantai pasir
putih, snorkeling, wisata
lintas alam
Mutus Mutus Kecil, Efkabu
Pantai pasir putih, berenang,
snorkeling, wisata olahraga
memancing
Meos Manggara Meos War
Pantai pasir putih, berenang,
snorkeling, wisata olah aga
memancing
Manyaifun Efmas
Pantai pasir putih, berenang,
snorkeling, wisata olahraga
memancing Gag Pantai Tuturuga, Saukris, Sumkali Indah, Puncak Bendera Tujuh
Wisata lintas alam
5 Mayalibit Waifol Gunung Nok Pemandangan Alam,
Kalitoko Pulau Tengkorak, Batu
Kelamin, Kuburan Tua
Wisata budaya, wisata alam,
Wisata sejarah purbakala
Mumes Tempat Duduk Raja Wisata budaya sejarah
purbakala
Beo Kupu ‐ Kupu Wisata lintas alam
7 Misool Selatan Kepulauan Batbitiem
Batbitiem Wisata menyelam dan
wisata alam
Tomolol Wisata Gua Tomolol, wisata
lintas alam, wisata budaya
wayelbatam Wisata menyelam dan
wisata alam
gamta Wisata sejarah
kapatcool Wisata pengamatan Ikan
Paus
8 Kofiau Tolobi Pulau Mangi‐mangi HIking, menyelam
Pulau Gebe kecil,
Tolobi
Menyelam, snorkeling,
wisata lintas alam.
Deer Kampung Deer Menyelam
Pulau Boo Kecil Pengamatan burung
9 Samate Wailebet
Burung cendrawasih Wisata pengintaian Burung
No. Distrik Desa/kampung/Lokasi Objek Wisata Atraksi Wisata
terjun
Arefi Pulau Way (Pesawat
Perang PD II),
Peninggalan Rumah
Pendeta Alm. Yan
Mamoribo
Wisata budaya, menyelam
(bangkai Pesawat Tempur
PD II), snorkeling
Jefman
Pulau Matan Wisata menyelam dan pantai
pasir putih
Sumber : BPS Kabupaten Raja Ampat 2013
Daerah pengembangan pariwisata adalah di Pulau Kofiau, Misool, Waigeo Selatan dan
Barat, serta Kepulauan Ayau. Namun demikian sejak tahun 1995 hingga sekarang baru
terdapat 1 lokasi yang dikelola oleh PT. Papua Diving, khusus untuk wisata bahari dan wisata
alam, yaitu di wilayah Distrik Waigeo Selatan, Waigeo Barat dan Teluk Mayalibit.
C.3.4 Kelayakan Investasi
Jenis potensi pariwisata bahari yang utama di wilayah gugus pulau kecil Raja Ampat adalah
wisata panorama alam, seperti pasir putih, gua, betingbeting karang, serta wisata diving.
Dari potensi pariwisata yang terdapat di Kabupaten Raja Ampat ini, maka dicoba melakukan
perhitungan kelayakan investasi bisnis properti berupa kawasan resort.
Untuk menggairahkan kembali perekonomian nasional, terutama untuk meningkat PDRB Kabupaten Raja Ampat, tidak ada cara lain kecuali mengundang investor baru bahkan kalau perlu investor asing masuk karena hampir semua kegiatan pembangunan saat ini sudah dibiayai lembaga keuangan internasional, begitu juga di sektor properti.
Asumsi Kelayakan investasi
Dalam masterplan luas areal +/‐ 100 ha areal yang akan dikembangkan dibuat pembagian areal, yakni:
1. Equestrian seluas 8,2 ha terdiri equestrian center (5,4 ha) dan padang rumput (2,8 ha) 2. Hotel (9,0 ha), spa (1,3 ha), sport complex seluas (3 ha)
3. Residen/villa seluas 42,20 ha 4. Commercial area seluas 1,8 ha 5. Bangunan prasarana
Rencana pembangunan:
1. Dibangun sendiri: infrastruktur berupa jalan, saluran, listrik, air, telepon, taman, danau, dan lainnya.
2. Dengan investor lain: hotel dan spa
Dalam menganalisis data‐data menggunakan analisis sebagai berikut:
1. Cash in Flow ; dari hasil perhitungan didapatkan hasil penjualan villa (penerima kas): Tahap I Tanah Rp 11.037.060.000 Bangunan Rp 7.854.000.000 Tahap II Tanah Rp 16.752,258.000 Bangunan Rp 10.708.500.000 Tahap III Tanah Rp 28.275.642.000 Bangunan Rp 14.092.650.000 Tahap IV Tanah Rp 38.950.227.000 Bangunan Rp 12.760.000.000 Tahap V Tanah Rp 37.031.742.000 Bangunan Rp 13.310.000.000
Total : Rp 190.772.079.000 (Total cash in flow)
2. Cash out Flow ; perhitungan cash out flow ini menggunakan asumsi sebagai berikut: a. Harga pembelian tanah Rp30.000/m
b. Site Preparation Rp 2.000/m
c. Biaya konstruksi untuk pembangunan villa, bangunan prasarana dan fasilitas rata‐ rata naik 10% pertahun dikarenakan tingkat inflasi.
Biaya konstruksi villa : tahap I = Rp 550.000/m, tahap II = Rp 600.000/m, tahap III = Rp 660.000/m, tahap IV = Rp 730.000/m, tahap V = Rp 800.000/m
Hasil perhitungan biaya berdasarkan asumsi‐asumsi tersebut, maka didapat:
Deskripsi Jumlah (Rp)
Total biaya konstruksi villa 48.563.000.000
Total biaya konstruksi bangunan prasarana 13.358.455.000
Total biaya konstruksi fasilitas 7.001.350.000
Total biaya expenses 6.924.300.000
Total biaya overhead costs 3.379.200.000
Total biaya permits 1.250.000.000
Total biaya design fee 1.800.000.000
Total biaya bank interes (20% p.a untuk 36 bulan) 5.390.000.000
Total biaya insurance 170.000.000
Total biaya equipment 1.055.550.000
Total biaya lain‐lain 601.895.000
Total 121.493.750.000
1. Project cash flow adalah aliran kas yang diharapkan baik masuk maupun keluar menunjukan posiitif. Project cash flow menunjukan Rp 35.202.956.100 yang artinya proyek tersebut layak dilaksanakan.
2. Analisa NPV adalah cash flow yang didiskontokan atas dasar rate of return yang diinginkan adalah 20% sehingga diperoleh NPV Rp 14.848.189.000 yang artinya proyek tersebit layak dilaksanakan.
3. Analisa IRR menggunakan dasara discounted cash flow, yaitu tingkat Bunga yang akan menjadi nilai sekarang dari project cash flow = pengeluaran modal. Berdasarkan hasil perhitungan, didapat IRR adalah 69,78% > 20% yang artinya proyek layak dilaksanakan. 4. Analisa profitability index menunjkan perbandingan antara penerima (benefit) dengan
biaya modal. dengan anggapan investasi awal = 0, sehingga profitability index/ratio = ∞ >>> 1.
5. Analisa modified IRR; dengan tingkat bunga pendanaan 20% dan tingkat bunga re‐ investasi 15%, maka didapatkan MIRR = 33,42.
6. Analisa COC berdasarkan perhitungan didapat 25,76%
Berdasarkan hasil perhitungan asumsi kelayakan investasi ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Project Value : Rp 190.772.079.000 2. Project Net Profit : Rp 35.202.956.100
3. NPV = Rp 14.848.189.000 (NPV yang diperoleh adalah NPV positif, hal ini menunjukkan bahwa perhitungan investasi ini layak untuk dijalankan.
4. IRR : 69,38% yang diperoleh adalah IRR > Discount rate (69,38% > 20%), hal ini menunjukan perhitungan investasi ini layak untuk dijalankan.
5. MIRR > cost of capital, bearti dapat diinvestasikan lagi.
Dengan demikian perhitungan proyek ini adalah menguntungkan dan mempunyai prospek yang cukup bagus. Dan dari analisi yang paling baik adalah analisa NPV yang juga memperhatikan rate of return atau cost of capital yang diinginkan selain time of money.