• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bidang Administrasi Perekonomian Negara yang Penting a. Administrasi Moneter

Dalam dokumen 7. Buku Ilmu Administrasi Negara (Halaman 156-160)

C. Administrasi Perekonomian Negara

6. Bidang Administrasi Perekonomian Negara yang Penting a. Administrasi Moneter

Suatu bidang atau bagian yang sangat penting masa kini dari administrasi perekonomian negara adalah administrasi moneter. Tujuan dari administrasi moneter adalah mengendalikan keadaan moneter negara sesuai dengan strategi dan policy moneter yang ditetapkan oleh pemerintah

berdasarkan usul atau rekomendasi dari Dewan Ekonomi Keuangan dan Industri sehingga uang rupiah terkendalikan dengan efektif dan baik.

Sesuai dengan yang pernah diuraikan oleh pakar ekonomi moneter John Maynard Keynes (1883 -1946), administrasi moneter memerlukan kepahaman mekanisme dan hukum pemerintahan, kepahaman akan keadaan masyarakat (dipertegas oleh Schumpeter), kepahaman akan mekanisme ekonomi negara, serta disiplin tugas yang teguh pada pejabat- pejabat yang memegang pimpinan (pejabat lini dan staf) operasional di segala bidang perekonomian negara. John Maynard Keynes adalah sarjana public administration by training, bekerja di lingkungan Departemen Keuangan di India pada zaman penjajahan, dan berguru pada pakar ekonomi Inggris di Cambridge Alfred Marshall.

Di Asia Tenggara, Thailand, dan Singapura adalah yang paling berhasil dalam mengendalikan nilai uangnya. Antara 1970 hingga sekarang, nilai Bath terhadap US Dolar berkisar antara 19-25 per Dolar, sedangkan dalam periode yang sama, nilai Rupiah terhadap US Dolar berkembang dari Rpl50,- pada tahun 1970 menjadi Rpl.775,-(Mei 1989) per dolar.

Dengan nilai uang rupiah yang tidak stabil, gerak ekonomi (consumption, savings, investments, dan employment) otomatis ikut tidak stabil dan membingungkan semua pihak.

Di sinilah, letak pentingnya administrasi moneter yang memerlukan pejabat-pejabat pimpinan (lini + staf) yang terdidik, terlatih, dan berpengalaman dalam bidang moneter.

Untuk itu, diperlukan kepahaman akan ekonomi sosial, ekonomi moneter, ekonomi dan teknik perdagangan, hukum administrasi, ekonomi, dan perdagangan nasional dan internasional, administrasi negara, administrasi niaga, dan sosiologi ekonomi secara pokok-pokoknya.

Administrasi moneter sehari-hari dipimpin oleh Menteri Keuangan dan melibatkan di dalam pimpinan lininya, terutama Direktur Jenderal Moneter, Gubernur Bank Sentral, Direktur Jenderal Anggaran, Direktur Jenderal Pajak, Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Menteri Perdagangan, Direktur

Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Direktur Jenderal Politik dan Direktur Jenderal Hubungan Ekonomi Luar Negeri, Departemen Luar Negeri.

Menurut pengalaman saya yang hanya sedikit sewaktu ikut bertugas di Sekretariat Dewan Moneter banyak sarana policy yang harus dipergunakan oleh pemerintah untuk menjaga nilai uang Rupiah, antara lain dengan mengendalikan peredaran uang, menjaga keserasian dalam arus uang, dan mengendalikan pengeluaran uang negara, yang semuanya memerlukan disiplin pelaksanaan pada pejabat-pejabat administrasi moneter yang bersangkutan, di antaranya sebagai berikut.

1. Pengetatan pengeluaran negara, perlu mengurangi budget yang telah disetujui undang-undang, misalnya dengan membatalkan rencana pembelian yang dianggap belum urgent menunda proyek yang belum mendesak, menunda penerimaan pegawai negeri baru, dan sebagainya.

2. Dengan kontraksi uang, misalnya menyedot uang yang beredar melalui penjualan dolar oleh Bank Sentral, menjual surat-surat berharga yang dikeluarkan Pemerintah atau Bank Sentral, melepaskan stockpile jagung impor, kedelai impor, gula impor, dan sebagainya.

3. Menyesuaikan bunga diskonto Bank Sentral.

4. Menyesuaikan kurs rupiah terhadap mata uang asing tertentu.

5. Mengadakan gerakan savings (tabungan), baik tabungan perseorangan, social savings, maupun public savings.

6. Meningkatkan penagihan pajak, impor-ekspor, cukai dan retribusi.

7. Menaikkan atau menambah berbagai macam cukai, tarif, dan sebagainya.

8. Memfleksibelkan (flexibility), memperketat atau memper- longgar pemberian kredit bank.

Semua sasaran dan sarana policy moneter yang ditetapkan oleh para pakar ekonomi, pelaksanaannya sangat bergantung pada efektivitas aparatur administrasi keuangan negara pada umumnya dan administrasi moneter pada khususnya.

b. Administrasi Perdagangan

Administrasi perdagangan merupakan bagian kedua dari administrasi perekonomian negara yang sangat penting di samping administrasi moneter.

Administrasi perdagangan dipimpin oleh Menteri Perdagangan dan melibatkan banyak pejabat lini dan staf dari departemen dan administrasi yang lain.

Banyak peraturan, strategi, dan policy perdagangan harus ditetapkan oleh Pemerintah Pusat (Presiden) karena jangkauannya sangat luas, walaupun usulan pokoknya harus datang dari Menteri Perdagangan, yang di atas kertas bertanggung jawab atas keseluruhan jalannya perdagangan Republik Indonesia.

Oleh sebab itu, staf inti Departemen Perdagangan yang harus melakukan berbagai studi dan research lapangan (bersama-sama dengan departemen dan instansi lain) untuk keperluan penyusunan dan perumusan peraturan, strategi, rencana, program dan policy perdagangan Republik Indonesia harus benar-benar tangguh, tidak hanya dalam arti teoretis, konseptual, serta berwawasan luas, tetapi juga harus mempunyai pengalaman operasional di berbagai wilayah, dan harus cukup matang, baik dari segi administrasi, kebudayaan dagang (yang berbeda-beda menurut wilayah dan pusat dagang), hukum, ekonomi, maupun teknik perdagangan.

Disiplin yang ketat terhadap sistem, peraturan, strategi, dan policy perdagangan Republik Indonesia harus terdapat pada semua pejabat instansi-instansi, baik dari dalam Departemen Perdagangan maupun di luar Departemen Perdagangan, yaitu sebagai berikut.

1. Departemen Keuangan, terutama Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dan Direktorat Jenderal Moneter.

2. Bank Sentral (Bank Indonesia) beserta semua Bank Umum dan Bank Devisa yang menangani transaksi-transaksi perdagangan.

3. Departemen Dalam Negeri, terutama pemerintah- pemerintah Daerah beserta aparaturnya yang menangani urusan perdagangan.

4. Departemen Pertanian dengan aparaturnya, semua balai pengujian barang-barang dagangan, BUMN-nya, badan penyelenggara karantina hewan, tanaman, buah-buahan, dan sebagainya.

5. Departemen Perhubungan dengan aparaturnya, semua angkutan pergudangan, pelabuhan-pelabuhan dan armada-armada darat, laut, dan udaranya, perkereta- apian, dan sebagainya.

6. Departemen Pariwisata, Pos Giro dan Telekomunikasi, dengan semua aparaturnya, BUMN-nya yang harus tanggap di dalam menyediakan fasilitas-fasilitas untuk memperlancar perdagangan (pos, giro, telepon, teleks, telefaks, mobilofon).

7. Departemen Penerangan dengan aparaturnya yang harus gesit di dalam memberikan fasilitas pada perdagangan (teleteks pusat informasi 24 jam, televisi, radio, surat kabar, buletin, dan sebagainya).

8. Departemen Perindustrian dengan aparaturnya dan balai- balai penelitian bahan-bahan dan pengujian barang.

9. Departemen Pertambangan dengan aparaturnya, BUMN, dan balai-balai penelitiannya (logam mulia, batubara, dan sebagainya).

10. Departemen Kesehatan dengan aparaturnya, semua balai pengujian mutu barang dagangan, dan penerbitan sertifikat layak konsumsi bagi makanan dan obat-obatan, dan sebagainya.

11. Departemen Pekerjaan Umum dengan aparaturnya, termasuk yang melakukan segala kalkulasi, rekayasa serta penentuan ukuran-ukuran (norma-norma) jembatan- jembatan, pelabuhan-pelabuhan dan dermaga-dermaga, serta jalan-jalan lalu lintas niaga yang memenuhi syarat- syarat bagi lalu lintas perdagangan modern nasional dan internasional.

12. Departemen Luar Negeri, dengan Direktorat Jenderal Hubungan Ekonomi Luar Negeri dan kedutaan-kedutaan besarnya di luar negeri.

13. Departemen Kehakiman beserta aparaturnya, terutama yang menyangkut Hukum Perdata, Hukum Dagang, Hukum Internasional, dan Notariat.

14. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan beserta aparaturnya, yang harus menyelenggarakan berbagai program dan kurikulum untuk mendukung sistem dan kebijaksanaan perdagangan.

15. Departemen Tenaga Kerja beserta aparaturnya, yang harus mengatur dan menyelenggarakan berbagai macam Latihan Kerja yang sesuai dengan sistem dan strategi perdagangan.

16. Kamar-kamar Dagang Indonesia dan Asosiasi-asosiasi Perusahaan.

Administrasi Perdagangan berjalan bergandengan dengan:

a. Administrasi Moneter, b. Administrasi Perhubungan,

c. Administrasi Telekomunikasi, Administrasi Pos dan Giro, d. Administrasi Kepariwisataan,

e. Administrasi Perindustrian, f. Administrasi Pertanian,

g. Administrasi Pekerjaan Umum, h. Administrasi Kesehatan Rakyat, i. Administrasi Ketenagakerjaan, j. Administrasi Perkoperasian, k. Administrasi Ketransmigrasian, l. Administrasi Perasuransian Sosial, m. Administrasi Kehakiman,

n. Administrasi Kepolisian.

Strategi dan policy perdagangan pemerintah berdampak luas karena masyarakat dan negara modern mana pun mati- hidupnya di Perdagangan.

Konselir Jerman Barat, Profesor Erhard (1963-1966) pernah menegaskan bahwa “Politik is um Geld zu verdienen, und nicht um Geld zu verlieren”. Dengan perkataan lain, politik Negara

dan Pemerintah adalah untuk memperkaya rakyat, bangsa dan negara, tidak untuk kehilangan harta kekayaan, dan hal ini hanya bisa melalui perdagangan yang sehat.

Demikianlah, tujuan utama dari administrasi perdagangan adalah mengembangkan, mengatur, dan menegakkan serta memelihara kondisi dan praktik-praktik perdagangan yang sehat, baik dari segi ekonomi, hukum, maupun etika.

Sarana-sarana policy perdagangan yang paling banyak dipergunakan oleh pemerintah, antara lain sebagai berikut.

1. Wajib daftar secara teratur bagi semua badan usaha atau perusahaan.

Di negara-negara bekas jajahan Inggris selalu ada Biro Registrar untuk Companies, yang bertugas dan wajib memelihara daftar terperinci mengenai badan usaha atau perusahaan mana pun. Sertifikat yang diterbitkan oleh Biro Registrar ini bersifat otentik dan dipergunakan bagi semua urusan memerlukan ketegasan yuridis. Sistem wajib daftar ini menggantikan sistem perizinan, kecuali bagi usaha- usaha perdagangan yang dianggap strategis bagi kehidupan negara tetap diatur secara izin khusus.

2. Sistem perizinan oleh pejabat-pejabat tertentu dengan wewenang yang dirumus secara jelas dan tegas. Sistem perizinan ini di banyak negara maju sudah longgar pelaksanaannya (umumnya disebut deregulasi) untuk mencegah campur tangan pejabat pemerintah yang berlebihan.

3. Sistem pencegahan persaingan tidak sehat. Walaupun di dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan berbagai undang-undang lainnya terdapat ketentuan- ketentuan ke arah itu, di dalam praktik, perlu ada prosedur-prosedur administratif yang memungkinkan para pejabat pemerintah untuk bertindak cepat.

4. Pemberian rangsangan kepada usaha-usaha perdagangan yang dianggap kurang diminati dan dikembangkan, padahal dinilai sangat penting atau vital bagi kepentingan negara atau masyarakat umum.

5. Undang-undang, monopoli, dan trust. Tindakan ini diadakan untuk mencegah adanya semacam terorisme di bidang per- dagangan oleh pihak-pihak kuat modal.

6. Pungutan atas komoditas tertentu untuk memberi bantuan kepada komoditas lain. Sarana policy ini banyak dipergunakan untuk mengurangi laba atas suatu komoditas tertentu yang berlebihan. Hasil pungutan dipergunakan untuk memberikan subsidi kepada produksi komoditas lain yang dianggap vital, tetapi sedang menghadapi kekurangan modal.

Pelaksanaan policy-policy perdagangan modern memerlukan loyalitas kepada pemerintah dan disiplin yang teguh pada para pejabat administrasi perdagangan di semua departemen, instansi, dan daerah jika hendak berhasil baik.

c. Administrasi Perlalulintasan

Administrasi perlalulintasan di Indonesia sangat sukar penyelenggaraannya karena berada di tangan lima menteri/

pemimpin departemen, yakni:

1. Menteri Pekerjaan Umum, 2. Menteri Perhubungan,

3. Menteri Pariwisata, Pos & Giro, dan Telekomunikasi, 4. Menteri Dalam Negeri,

5. Menteri Pertambangan dan Energi.

Ada enam arus lalu-lintas yang harus dikembangkan oleh Negara modern, yaitu:

1. Lalu lintas Barang dan Hewan, 2. Lalu lintas Orang,

3. Lalu lintas Uang, 4. Lalu lintas Informasi, 5. Lalu lintas Energi, 6. Lalu lintas Air Bersih.

Penyediaan prasarana, country lay-out planning, dan pembangunan serta pemasangan jaringan-jaringan alur keenam macam lalu-lintas tersebut harus dilakukan secara bersama dan terkoordinasi di antara kelima departemen

tersebut di atas, baik untuk penghematan biaya pembangunan, waktu, dan biaya pemeliharaan instalasi, maupun untuk menghindari berbagai gangguan bagi pemerintahan dan masyarakat.

Pada tahun 70-an, saya pernah mengajukan adanya Dewan Perlalulintasan Nasional (National Traffic Engineering Board) dengan tugas:

1. merencanakan strategi dan tata-ruang (country lay-out) perlalulintasan nasional yang dimasukkan ke dalam berbagai undang-undang dan Repelita,

2. memonitor policy-policy dan perizinan yang dikeluarkan oleh berbagai Departemen dan Instansi di bidang perlalulintasan serta melaporkannya kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat,

3. memberi advis dan konsultasi kepada departemen dan instansi yang terlibat di dalam perlalulintasan, terutama di dalam pembuatan berbagai peraturan perundang- undangan dan proyek-proyek,

4. merencanakan dan mengawasi bentuk serta penempatan rambu-rambu lalu-lintas darat, air, laut dan udara,

5. mengembangkan berbagai teknologi perlalulintasan yang diperlukan oleh negara agar tidak tertinggal dengan perkembangan dunia internasional.

Dewan Perlalulintasan Nasional ini terdiri atas Dewan Pimpinan Tetap dengan anggota-anggota yang dipilih dari pejabat-pejabat yang ahli dan berpengalaman diambil dari berbagai departemen, lembaga, dan instansi yang bersangkutan, termasuk Kepolisian Republik Indonesia (Perwira Tinggi Kepolisian Lalu Lintas).

Di atas Dewan Pimpinan Tetap dapat dibentuk Dewan Pembina yang terdiri atas menteri-menteri yang bersangkutan dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia.

Dengan demikian, Dewan Pimpinan Tetap yang melaksanakan keputusan Dewan Pembina Dewan Perlalulintasan Nasional tersebut dapat berfungsi sebagai direksi atau Administrate Perlalulintasan Negara.

Dalam dokumen 7. Buku Ilmu Administrasi Negara (Halaman 156-160)