• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedudukan Tanah Virtual dalam Klasifikasi Hukum Benda

Dalam dokumen MUHAMAD IZAZI NURJAMAN TESIS (3) (Halaman 153-159)

ةرجاىف

B. Kedudukan Tanah Virtual dalam Klasifikasi Hukum Benda

129

40 (1) Undang-undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta (UU Hak Cipta) dipaparkan mengenai ciptaan yang dilindungi, salah satunya adalah pada huruf p yaitu berupa kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer maupun media lainnya. 202 Sedangkan program komputer berdasarkan Pasal 1 (9) UU Hak Cipta dimaknai sebagai seperangkat instruksi yang diekspresikan dalam bentuk bahasa, kode, skema, atau dalam bentuk apapun yang ditujukan agar komputer bekerja melakukan fungsi tertentu atau untuk mencapai hasil tertentu.203

Berdasarkan definisi di atas, bahwa program komputer merupakan seperangkat instruksi yang dapat membuat komputer melakukan fungsi tertentu atau mencapai hasil manfaat tertentu. Sehingga apabila dihubungkan dengan tanah virtual di metaverse sebagai aset digital dalam kategori real estate virtual, maka tanah virtual tersebut tidak akan ada atau tidak dapat diakses kebermanfaatannya tanpa program komputer. Dengan adanya kesinambungan antara program komputer dengan tanah virtual sebagai real estate virtual di metaverse, apabila merujuk pada Pasal 40 (1) huruf p UU Hak Cipta di atas, maka kompilasi data (berupa kode unik kepemilikan tanah virtual dalam bentuk NFT) yang dapat dibaca oleh program komputer merupakan bagian dari objek Hak Cipta yang dilindungi undang-undang. Sedangkan kedudukan hak cipta sebagaimana pasal 16 (1) UU Hak Cipta disebutkan sebagai

202 Pasal 40 (1) Huruf S Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

203 Pasal 1 (9) Huruf S Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

131

benda bergerak tidak berwujud atau disebut sebagai aset tidak berwujud (intangible assets.204

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 90 tahun 2019 tentang Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Nomor 14 Tentang Akuntansi Aset Tidak Berwujud (PMK Nomor 90 Tahun 2019) menyatakan bahwa suatu aset dapat dikatakan sebagai ATB apabila memenuhi beberapa kriteria, antara lain: dapat diidentifikasi, dikendalikan oleh entitas dan memiliki potensi manfaat di masa yang akan datang.205 Kriteria pertama untuk kedudukan aset sebagai ATB adalah dapat diidentifikasi, maksudnya adalah sebagai berikut:

a). Dapat dipisahkan, artinya suatu aset memungkinkan untuk dipisahkan atau dibedakan secara jelas dari aset-aset yang lain pada suatu entitas. Oleh karena itu, aset ini dapat dipisahkan atau dibedakan dengan aset yang lain, maka ATB dapat dijual, dipindahtangankan, diberikan lisensi, disewakan, ditukarkan, baik secara individual maupun secara bersama-sama.

b). Timbul dari kesepakatan yang mengikat, seperti hak perjanjian dan hak hukum lainnya, tanpa memperhatikan apakah hak tersebut dapat dipindahtangankan atau dipisahkan dari entitas atau hak dan kewajiban lainnya. 206

204 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta.

205Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 90 tahun 2019 tentang Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Nomor 14 Tentang Akuntansi Aset Tidak Berwujud

206 PMK Nomor 90 Tahun 2019 tentang Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Nomor 14 Tentang Akuntansi Aset Tidak Berwujud.

Kriteria kedua untuk kedudukan aset sebagai ATB adalah dapat dikendalikan.

Pengendalian ini dilakukan oleh entitas dalam rangka memperoleh manfaat ekonomi di masa yang akan datang dari aset yang dimiliki serta dapat membatasi pihak lain untuk mendapatkan manfaat dari aset tersebut. secara umum, pengendalian aset ini dibuktikan dengan dokumen kepemilikan aset yang diterbitkan oleh lembaga berwenang sehingga memiliki kekuatan hukum. Adapun dokumen tersebut bukan merupakan prasyarat wajib yang harus dipenuhi oleh entitas. Karena memungkinkan adanya cara lain yang digunakan oleh entitas untuk mengendalikan aset tersebut.

Adapun kriteria ketiga untuk kedudukan suatu aset dapat dikatakan sebagai ATB adalah memiliki manfaat ekonomi di masa yang akan datang. Artinya, suatu aset tersebut mampu memberikan manfaat ekonomi berupa pendapatan yang diperoleh dari mekanisme perjanjian berupa penjualan barang atau jasa, penghematan biaya atau efisiensi, dan hasil lainnya seperti pendapatan dari penyewaan, pemberian lisensi, atau manfaat lainnya yang diperoleh dari pemanfaatan ATB.

133

Tabel 7. Kedudukan Tanah Virtual

Tanah Virtual (Real Estate Virtual di

Metaverse)

NFT (Bukti Kepemilikan Berupa

Kode Unik)

Kompilasi Data yang Dapat Dibaca oleh Program Komputer

Hak Cipta

Benda Bergerak Tak Berwujud

Diidentifikasi Dikendalikan Manfaat Ekonomi di Masa Depan

Tanah Virtual masuk dalam kriteria ATB yang dimaksud, karena tanah virtual dapat dipisahkan dari aset lain yang berbentuk NFT, yaitu masuk dalam kategori real estate virtual. Sehingga pemisahan tersebut tanah virtual dapat teridentifikasi sebagai ATB. Selain itu juga, tanah virtual dapat dikendalikan oleh pemiliknya melalui NFT sebagai bukti kepemilikan berupa kode unik yang tidak dapat diduplikasi. Sehingga pihak lain tidak dapat menggunakan kepemilikan secara sepihak melainkan harus mendapatkan izin dari pihak yang memilikinya. Adapun untuk kriteria yang ketiga adalah tanah virtual mampu memberikan manfaat ekonomi di masa yang akan datang.

Hal itu dapat dilihat dari pemindahan kepemilikan aset melalui adanya proses

transaksi jual beli. Sehingga ketika seseorang membeli kavling tanah virtual di metaverse untuk dijadikan aset bisnis (penyewaan atau jual beli real estate virtual), maka tanah virtual tersebut akan memiliki manfaat ekonomi di masa yang akan datang.

Adapun mengingat tanah virtual merupakan aset digital yang dapat dibaca atau diakses kebermanfaatannya oleh program komputer (perpaduan software dan hardware) dari susunan kode-kode elektronik, maka yang dilindungi dari tanah virtual tersebut adalah susunan kode-kode elektronik tersebut. Apabila ditemukan tanah virtual lain yang jika diidentifikasi kode elektroniknya memiliki kesamaan maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi pelanggaran hak cipta dari susunan kode unik sebagai bukti kepemilikan dari tanah virtual tersebut.

Dengan demikian, berdasarkan hukum benda kedudukan tanah virtual sebagai real estate virtual di metaverse merupakan bagian dari benda bergerak tidak berwujud dalam bentuk aset digital. Sedangkan aset digital merupakan aset tidak berwujud (intangible assets) yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk menggunakannya (right to use). Selain itu juga, aset digital berisikan data untuk menggambarkan suatu kepemilikan atau hak.207

207 Alexander Sugiharto, dkk. NFT dan Metaverse: Blockchain, Dunia Virtual dan Regulasi…63.

135

C. Kedudukan Aset Tidak Berwujud Sebagai Objek Akad Transaksi Jual beli

Dalam dokumen MUHAMAD IZAZI NURJAMAN TESIS (3) (Halaman 153-159)