• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Gizi Seimbang a. Definisi

Dalam dokumen Proposal Skripsi Nuraa BAB I-III & lampiran (Halaman 53-82)

A. Definisi Konsep 1. Konsep Balita

5. Konsep Gizi Seimbang a. Definisi

4) Ibu sebagai pembimbing anak.

Ibu bertugas untuk membimbing dan mendidik anak sejak lahir hingga dewasa. Hal ini yang kemudian disebut sebagai ibu merupakan madrasah pertama bagi anak, karena sejak lahir sang anak memiliki keterikatan kuat dengan ibu yang selalu siaga disamping anaknya untuk mendukung tumbuh kembang anak.

5) Ibu sebagai pelaksana kegiatan agama.

Dimana seorang ibu dihormati, disanalah Tuhan memberikan ridhoNya. Tetapi jika ibu tidak dihargai, maka celakalah anak.

5. Konsep Gizi Seimbang

Indonesia (KBBI), gizi juga diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari berbagai aktivitas kimia dan fisiologis yang mengubah komponen dalam bahan makanan menjadi zat-zat yang dapat digunakan oleh tubuh dalam proses metabolisme. (Purba et al., 2021 hal 11)

Gizi seimbang merujuk pada pola konsumsi harian yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, denggan memperhatikan prinsip keberagaman pangan, aktivitas fisik, kebersihan makanan, serta pencapaian berat badan ideal atau status gizi yang baik. Pemenuhan gizi yang optimal sangat penting di seluruh tahap daur kehidupan, khususnya selama periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang dikenal sebagai masa krusial bagi pertumbuhan dan perkembangan anak (golden peroid). Kekurangan gizi pada fase ini dapat menimbulkan dampak jangka panjang yang signifikan dan sulit untuk diperbaiki dikemudian hari (Selvi et al., 2021). Tubuh manusia memerlukan zat gizi untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan dalam menunjang aktivitas fisik sehari-hari. Zat gizi berperan penting sebagai sumber energi, mendukung prose pertumbuhan dan perkembangan, memperbaiki jaringgan tubuh yang rusak serta berfungsi sebagai zat pembangun, pengatur dan pelindung tubuh dari berbagai penyakit guna memenuhi kebutuhan fisiologis secara menyeluruh.

(Supardi et al., 2023 hal 1)

b. Kategori Status Gizi

Menurut (Purba et al., 2021 hal 14) terdapat perbedaan komposisi tubuh serta karakteristik postur antara anak-anak dan individu dewasa, maka penilaian status gizi pada anak memerlukan standar pengukuran yang berbeda. Standar khusus tersebut dikenal sebagai standar antropometri anak, yang digunakan untuk mmenginterpretasikan status gizi anak secara lebih akurat dan sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya, hal ini disahkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan no 2 tahun 2020 (Kemenkes RI, 2020). Dalam penilaian antropometri pada anak, parameter utama yang digunakan meliputi berat badan, tinggi badan dan usia. Terdapat 4 indeks antopometri yang digunakan untuk mengevaluasi status gizi anak, dimana masing-masing indeks memiliki indikator yang berbeda. Indikator status gizi ini berfungsi sebagai alat untuk menggambarkan kondisi gizi individu secara objektif. Indikator status gizi bisa dilihat dari:

1) Berat badan terhadap umur (BB/U)

Berat badan diukur menggunakan timbangan dan dianggap sebagai parameter yang bersifat labil karena nilainya dapat berubah-ubah dalam waktu singkat. Oleh sebab itu, berat badan lebih tepat digunakan untuk mencerminkan status gizi seseorang pada saat pengukuran dilakukan. Parameter ini merepresentasikan massa tubuh yang sifatnya dinamis dan dapat mengalami fluktuasi sesuai dengan kondisi fisiologis dan asupan gizi individu.

Kelebihan dari penggunaan indeks berat badan menurut umur (BB/U) antara lain :

a) Interpretasi hasil pengukuran berat badan relatif mudah difahami oleh masyarakat umum, dengan ketersediaan alat ukur yang beragam dan mudah diakses.

b) Proses pengukuran berat badan bersifat praktis dan tidak memerlukan waktu yang lama.

c) Indeks ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi gangguan gizi baik yang bersifat akut maupun kronis.

d) Bebrat badan merupakan parameter yang sangat responsif terhadap perubahan status gizi, sehingga lebih akurat dalam mencerminkan kondisi gizi terkini.

e) Indeks BB/U juga digunakan dalam penilaian status gizi lebih, seperti kegemukan (overweight).

Kelemahan dari penggunaan indeks berat badan menurut umur (BB/U) antara lain :

a) Berat badan mencerminkan massa tubuh secara keseluruhan, namun ada beberapa kondisi seperti asites atau edema dapat mempengaruhi akurasi hasil pengukuran, karena penumpukan cairan tersebut dapat menyebabkan berat badan yang tidak mencerminkan status gizi sebenarnya.

b) Pengukuran BB/U butuh data umur yang akurat, terutama untuk anak di bawah usia lima tahun.

c) Penentuan usia yang akurat seringkali menjadi kendala dalam penilaian antropometri, khususnya karena standar antropometri anak menggunakan usia dalam stuan bulan. Ketidaktepatan dalam mengetahui usia anak dapat berdampak pada validitas hasil penilaian status gizi. Permasalahan ini umumnya terjadi di wilayah pedesaan yang terpencil atau masih memegang sistem tradisional dimana pencatatan administrasi kependudukan belumberjalan optimal. Selain itu faktor jumlah anggota keluarga yang besar juga dapat mempengaruhi akurasi informasi, kkarena ibu cenderung lupa tanggal dan bulan kelahiran anak terutama jika memiliki lebih dari 2 orang anak.

d) Proses pengukuran berat badan dapat mengalami kendala teknis seperti kesulitan dalam memperoleh hasil yang akurat akibat gangguan dari faktor eksternal misalnya pakaian yang dikenakan anak atau gerakan anak yang tidak tenang saat proses penimbangan berlangsung. Hal ini berpotensi menibulkan kesalahan dalam hasil pengukuran.

e) Pengukuran berat badan juga kerap menghadapi kendala yang bersumber dari faktor sosial dan budaya setempat. Dalam beberapa komunitas terdapat anggapan bahwa menimbang anak menyerupai perlakuan terhadap barang dagangan sehingga orang tua enggan atau menolak anaknya untuk ditimbang. Persepsi budaya semacam

ini dapat menghambat pelaksanaan pemantauan status gizi secara optimal.

Tabel 2.3 Kategori dan Indikator Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U (Kemenkes RI, 2020)

Kategori Status Gizi Indikator (Z-Score) BB sangat kurang (severely underweight) Kurang dari -3 SD

BB kurang (underweight) Antara -3SD s.d kurang dari-2 SD

BB normal Antara - 2SD s.d +1 SD

Risiko BB lebih Lebih dari +1 SD

(Purba et al., 2021 hal 15)

2) Panjang/Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U)

Menurut (Purba et al., 2021 hal 16-17) indeks panjang/tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U) mencerminkan pertumbuhan kerangka dan status gizi jangka panjang anak karena tinggi badan anak akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia, indeks ini kurang sensitif dalam mendeteksi kekurangan gizi dalam jangka pendek.

Defisiensi gizi yang mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan biasanya terdeteksi dalam periode waktu yang relatif lama.

Kelebihan indeks panjang/tinggi badan menurut umur PB/U atau TB/U antara lain :

a) Dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai status gizi jangka panjang atau masa lampau.

b) Alat pengukuran pannjang badan/tinggi badan dapat disesuaikan, dibuat secara mandiri dengan biaya rendah serta mudah diperoleh.

Kelemahan indeks panjang/tinggi badan menurut umur PB/U atau TB/U antara lain :

a) Tinggi badan tidak mengalami peningkatan secara cepat meskipun bersifat dinamis dan perubahan penurunan tinggi badan pada anak pada dasarnya tidak mungkin terjadi.

b) Pengukuran tinggi badan atau panjang badan dapat menghadapi kendala teknis terutama karena posisi anak harus berdiri tegak (untuk tinggi badan) atau dalam posisi lurus sempurna (untuk panjang badan). Hal ini sering kali sulit dilakukan, sehingga diperlukan bantuan untuk memastikan anak dapat mempertahankan posisi yang benar selama pengukuran. Selain itu, anak yang menangis atau rewel akibat ketakutan selama proses pengukuran juga dapat menjadi faktor penghambat dalam memperoleh data yang akurat.

c) Ketepatan umur sulit didapat, sama seperti kelemahan dalam pengukuran indeks BB/U.

Pengukuran panjang badan (PB) dilakukan pada anak berusia 0 hingga 2 tahun, sedangkan tinggi badan (TB) di gunakan pada anak yang berusia diatas 2 tahun. Instrumen yang digunakan untuk mengukur PB adalah length board, sedangkan TB diukur menggunakan alat microtoise.

Tabel 2. 3 Kategori dan Indikator Status Gizi Berdasarkan Indeks PB/U atau TB/U (Kemenkes RI, 2020)

Kategori Status Gizi Indikator (Z-Score) Sangat pendek (severely stunted) Kurang dari -3 SD

Pendek (stunted) Antara -3SD s.d kurang dari -2 SD

Normal Antara - 2SD s.d +3 SD

Tinggi Lebih dari +1 SD

3) Indikator berat badan berdasarkan panjang atau tinggi badan (BB menurut (BB/PB atau BB/TB)

Menurut (Purba et al., 2021 hal 18) dalam kondisi normal, berat badan (BB) akan meningkat seiring dengan pertumbuhan panjang atau tinggi badan. Menurut Supariasa et.al (2017), rasio BB terhadap PB atau TB merupakan indikator yang efektif dalam mengevaluasi status gizi. Indikator ini juga bermanfaat untuk mengidentifikasi permasalahan gizi yang bersifat akut.

Kelebihan indeks BB/PB atau BB/TB: u

a) Hanya menggunakan data PB/TB dan BB, tidak membutuhkan data umur. Tidak masalah bila terdapat kendala untuk mengetahui ketepatan umur anak

b) Digunakan untuk membedakan antara proporsi tubuh yang kelebihan berat badan, normal dan kurus.

Kelemahan indeks BB/PB atau BB/TB:

a) Indeks ini tidak dapat menentukan apakah seorang anak tergolong pendek, memiliki tinggi badan yang sesuai atau mengalami kelebihan tinggi badan berdasarkan usianya. Hal ini disebabkan oleh tidak digunakannya informasi usia anak dalam proses penilaian.

b) Indeks ini memerlukan 2 jenis alat ukur, yaitu alat ukur untuk mengukur panjang atau tinggi badan (PB/TB) serta timbangan untuk mengukur berat badan (BB).

c) Karena melibatkan 2 jenis pengukuran yaitu panjang/tinggi badan dan berat badan, maka waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penilaian relatif lebih lama.

d) Pelaksanaan pengukuran ini memerlukan keterlibatan minimal 2 orang petugas untuk memastikan ketepatan dan keamanan selama proses pengukuran.

Tabel 2. 3 Kategori dan Indikator Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/PB atau BB/TB (Kemenkes RI, 2020)

Kategori Status Gizi Indikator (Z-Score) Gizi buruk (severely wasted) Kurang dari -3 SD

Gizi kurang (wasted) Antara -3SD s.d kurang dari -2 SD

Gizi baik (normal) Antara - 2SD s.d +1 SD Berisiko gizi lebih (possible risk of

overweight)

Lebih dari +1 SD s.d +2 SD

Gizi lebih (overweight) Lebih dari + 2 SD s.d +3 SD

Obesitas (obese) Lebih dari +3 SD

4) Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)

Indeks ini digunakan dengan membandingkan antara BB dan TB/PB. Terdapat dua kategori IMT/U, yaitu untuk usia 0-60 bulan dan usia 5-18 tahun. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu indeks antropometri yang umum digunakan untuk menggambarkan proporsi antara berat badan pada orang dewasa. IMT sering dimanfaatkan dalam penilaian status kegemukan individu, serta digunakan sebagai indikator risiko dalam mengidentifikasi perkembangan atau prevalensi berbagai masalah kesehatan. Selain itu, IMT juga berperan penting dalam perumusan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat.

Tabel 2. 3 Kategori dan Indikator Status Gizi berdasarkan Indeks IMT/U untuk Usia 0-60 Bulan (Kemenkes RI, 2020)

Kategori Status Gizi Indikator (Z-Score) Gizi buruk (severely wasted); Kurang dari -3 SD

Gizi kurang (wasted); Antara -3SD s.d kurang dari - 2 SD Gizi baik (normal); Antara - 2SD s.d +1 SD

Berisiko gizi lebih (possible risk of overweight)

Lebih dari +1 SD s.d +2 SD

Gizi lebih (overweight); Lebih dari + 2 SD s.d +3 SD

Obesitas (obese) Lebih dari +3 SD

Tabel 2. 3 Kategori dan Indikator Status Gizi Berdasarkan Indeks IMT /U untuk Usia 5-18 Tahun (Kemenkes RI, 2020)

Kategori Status Gizi Indikator (Z-Score) Gizi buruk (severely thinness); Kurang dari -3 SD

Gizi kurang (thinness); Antara -3 SD s.d kurang dari - 2 SD Gizi baik (normal); Antara -2 SD s.d +1 SD

Gizi lebih (overweight); Antara +1 SD s.d +2 SD

Obesitas (obese) Lebih dari +2 SD

Pada tahun 1993, World Health Organization (WHO) membentuk kelompok konsultasi ahli yang bertugas menyusun klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT). Hasil kerja kelompok ini dipublikasikan dalam bentuk laporan teknis pada tahun 1995, yang menetapkan 4 kategori IMT, yaitu berat badan kurang, berat badan normal, kelebihan berat badan dan obesitas.

Seseorang dikategorikan kurus apabila memiliki IMT dalam rentang 15 hingga 19,9, dikatakan memiliki berat badan normal jika IMT berada antara 20 hingga 24.9, mengalami kegemukan apabila IMT berkisar antara 25 hingga 29.9 dan tergolong obesitas apabila IMT berada dikisaran 30 hingga 35 atau lebih. Klasifikasi ini terus mengalami pembaruan dan penyesuaian seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan. (Purba et al., 2021 hal 19-20)

c. Gizi yang dibutuhkan oleh tubuh

Menurut (Supardi et al., 2023 hal 2-6) gizi yang dibutuhkan oleh tubuh diantaranya :

1) Zat Gizi Makro a) Karbohidrat

Karbohidrat berperan sebagai sumber energi utama bagi tubuh. Senyawa ini tersusun dari unsur-unsur kimia berupa Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Struktur utama dari karbohidrat yakni monosakarida yang bisa tergabung menjadi disakarida serta polisakarida.

Fungsi karbohidrat yaitu;

(1) Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi dimana setiap 1 gram karbohidrat menghasilkan energi sebesar 4 kalori.

(2) Karbohidrat memberikan cita rasa yang manis pada makanan.

(3) Karbohidrat berperan dalam menghemat penggunaan protein sebagai sumber energi. Apabila asupan karbohidrat dalam makanan tidak mencukupi tubuh akan memanfaatkan protein untuk memenuhi kebutuhan energi.

(4) Karbohidrat berperan sebagai pengatur dalam metabolisme lemak.

(5) Karbohidrat berperan dalam memperlancar proses defekasi dengan cara mengatur peristaltik usus serta membantu pembentukan feses.

Menurut Almatsier (2009) karbohidrat memiliki beberapa fungsi utama antara lain :

(1) Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi utama yang mendukung aktivitas fisik dan pergerakan tubuh.

(2) Karbohidrat berperan dalam pembentukan cadangan energi yang disimpan dalam tubuh.

(3) Karbohidrat dapat menimbulkan rasa kenyang karena kandungan serat seperti selulosa yang memiliki volume besar dan memperlambat pengosongan lambung.

b) Protein

Istilah protein berasal dari bahasa Yunani proteios yang berarti ‘utama’ atau ‘pertama’. Protein merupakan makromolekul kompleks yang menyusun lebih dari setengah bagian komponen sel, serta memainkan peran penting dalam struktur dan fungsi seluler. Protein menjadi penentu ukuran dan struktur sel, sebagai komponen utama sistem komunikasi antar sel serta menjadi katalis dari berbagai reaksi biokimia pada sel. Oleh karena itu, sebagian besar penelitian dalam bidang biokimia berfokus pada protein terutama yang berkaitan dengan hormon, antibodi dan enzim.

Protein merupakan salah satu biomolekul makro yang esensial selain polisakarida, lipid dan asam nukleat yang berperan sebagai komponen utama penyusun organisme hidup. Adapun fungsi- fungsi protein antara lain sebagai berikut:

(1) Protein berperan sebagai komponen utama dalam pembentukan enzim, hormon serta berfungsi sebagai molekul pengangkut berbagai zat gizi dalam tubuh.

(2) Protein berperan dalam menjaga keseimbangan asam-basa tubuh melalui mekisne penyangga (buffer), yang mempertahankan pH tubuh dalam kisaran normal.

(3) Protein berfungsi dalam mendukung proses pertumbuhan serta berperan penting dalam perbaikan dan pemeliharaan jaringan maupun sel tubuh.

(4) Protein terlibat dalam pembentukan struktur-struktur esensial tubuh serta sintesis berbagai hormon yang berperan dalam pengaturan fungsi fisiologis.

(5) Protein berperan dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh melalui mekanisme osmotik, terutama melalui tekanan onkotik yang dihasilkan oleh protei plasma seperti albumin.

(6) Protein berfungsi untuk membantu mempertahankan kestabilan pH tubuh sehingga kondisi fisiologis tetap optimal.

(7) Protein berfungsi untuk sistem kekebalan tubuh melalui pembentukan antibodi (imunoglobin) yang berperan dalam mengenali atau menetralisir zat asing seperti bakteri dan virus.

(8) Protein berfungsi sebagai molekul transport, mengikat dan membawa berbagai zat penitng seperti oksigen, livid, vitamin dan mineral ke seluruh tubuh.

(9) Protein dapat dimetabolisme sebagai sumber energi serta menghasilkan kalori

c) Lemak

Lemak merupakan senyawa organik yang tersusun atas dasar unsur Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O) dengan struktur kimia yang menyerupai karbohidrat. Namun, lemak mengandung proporsi oksigen yang lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih tinggi yaitu sekitar 9.3 perkilo kalori pergram hampir 2 kali lipat dibandingkan energi yang diasilkan oleh karbohidrat. Adapun fungsi utama lemak adalah sebagai berikut:

(1) Menjadi sumber energi yang paling padat.

(2) Sebagai sumber asam lemak esensial, asam linoleat serta linolinat.

(3) Lemak berperan dalam transportasi dan penerapan vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E dan K, sehingga memaksimalkan ketersediaan hayati vitamin-vitamin tersebut.

(4) Lemak menyediakan energi yang cukup sehingga dapat mengurangi pemanfaatan protein sebagai sumber energi, memungkinkan protein menjalankan fungsi utama dalam sintesis dan pemeliharaan jaringan tubuh.

(5) Memberikan rasa kenyang dan meningkatkan palatabilitas (terasa enak) makanan.

(6) Berperan sebagai pelumas dan mendukung proses ekskresi lemak membantu melicinkan saluran pencecrnaan.

(7) Mengatur suhu tubuh dan mengurangi kehilangan panas terutama kondisi lingkungan yang dingin.

(8) Jaringan lemak berfungsi sebagai bantalan pelindung bagi organ-organ vital seperti jantung, hati dan ginjal serta membantu menjaga posisi anatomis organ tersebut dan melindungi dari benturan atau cedera fisik.

d. Zat Gizi Mikro 1) Vitamin

a) Definisi Vitamin

Vitamin merupakan mikronutrien yang terkandung dalam makanan dan berperan penting dalam memengaruhi status kesehatan individu. Defisiensi asupan vitamin pada masa balita berpotensi meningkatkan resiko terjadinya penyakit kronis pada uusia dewasa. Kekurangan mikonutrien menjadi masalah utama di dunia serta lebih dari 2 miliar orang diprediksi menderita kekurangan vitamin dan mineral.

Vitamin merupakan senyawa organik kompleks yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang relatif kecil. Meskipun dalam jumlah yang minimal, vitamin memiliki peran kursial dalam mendukung proses pertumbuhan. Selain itu, vitamin berfungsi

dalam pemeliharaan kesehatan serta sebagai komponen penting dalam berbagai proses metabolisme tubuh.

b) Jenis-jenis vitamin

Vitamin diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu :

(1) Vitamin yang larut dalam lemak meliputi vitamin A, D, E dan K.

(2) Vitamin yang larut dalam air terdiri atas vitamin B kompleks yang mencakup vitamin B1, B2, B3, B5, B6, B7, B9 dan B12 serta vitamin C.

2) Mineral

a) Definisi Mineral

Mineral merupakan komponen esensial yang berperan sebagai faktor bagi berbagai enzim yang terlibat dalam proses metabolisme. Selain itu mineral berperan dalam pemeliharaan berbagai fungsi fisiologis tubuh. Sebagai unsur kimia yang tidak dapat diuraikan atau dihancurkan mineral memiliki sifat yang stabil. Kandungan mineral dalam bahan pangan umumnya diukur dan dinyatakan dalam betuk residu yang dikenal dengan istilah abu. Istilah ini dipakai sebab mineral menjadi produk sisa setelah makanan itu dihancurkan pada suhu yang tinggi ataupun pada proses degradasi bahan kimia. Dalam tubuh manusia, mineral menyumbang sekitar 4% dari total berat badan pada individu dewasa.

b) Fungsi mineral

(1) Mendukung fungsi normal otot, jantung dan sistem saraf.

(2) Berperan dalam pengaturan tekanan osmotik dan keseimbangan cairan tubuh.

(3) Berfungsi sebagai komponen penting dalam sintesis dan aktivasi enzim.

(4) Berperan dalam pemeliharaan sttruktur dan kekuatan tulang.

(5) Membantu mmengatur kontraksi otot dan transmisi impuls saraf.

(6) Berperan dalampembentukan struktur tubuh, termasuk jaringan lunak dan jarngan keras.

(7) Mendukung proses pembentukan dan fungsi sistem imun.

(8) Memelihara serta mengatur keseimbangan cairan tubuh dan keseimbangan asam-basa dalam darah.

(9) Menyusun komponen utama kerangka tubuh, jaringan otot serta struktur gigi.

(10) Bertindak sebagai aktivator dalam berbagai fungsi enzimatik dan aktivitas hormonal.

c) Jenis Mineral (1) Kalsium (2) Fosfor (3) Kalium (4) Sodium

(5) Zat besi (6) Magnesium

e. Kebutuhan Gizi Makro dan Mikro pada anak.

Asupan makanan yang optimal untuk anak tidak hanya ditentukan oleh kuantitas, tetapi juga harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan zat gizi makro dan mikro secara seimbang. Selain itu, aspek higienitas dan snaitasi dalam proses penyediaan dan pemberian makanan juga harus dijaga dengan ketat agar dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal. Kebutuhan gizi pada anak dan balita dapat dirujuk berdasarkan standar Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang diatur dalam Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 28 tahun 2019. (Purba et al., 2021 hal 30)

Tabel 2. 3 Angka Kecukupan Gizi Untuk Anak 0-9 Tahun (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019)

Kelompok usia Energi (kkal)

Protein (gram)

Lemak (gram)

Karbohidrat (gram)

0-5 bulan 550 9 31 59

6-11 bulan 800 15 35 105

1-3 tahun 1350 20 45 215

4-6 tahun 1400 25 50 220

7-9 tahun 1650 40 55 250

f. Jenis Penilaian Status Gizi

Menurut (Supardi et al., 2023 hal 8) penilaian status gizi dilakukan melalui 2 pendekatan utama yaitu metode penilaian status gizi secara langsung dan metode penilaian status gizi secara tidak langsung.

1) Penilaian status gizi secara langsung mencakup beberapa metode, antara lain :

a) Penilaian secara klinis.

b) Penilaian secara biokimia.

c) Penilaian secara biofisik.

d) Penilaian secara antropometri.

2) Penilaian status gizi secara tidak langsung meliputi beberapa metode yaitu :

a) Survei konsumsi makanan.

b) Pengukuran faktor ekologi.

c) Analisis statistik vital.

g. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gizi

Menurut (Supardi et al., 2023 hal 8) malnutrisi merupakan kontributor sigifikan terhadap tingkat mportalitas dan morbiditas pada anak-anak. Keadaan gizi buruk pada anak tidak hanya berdampak pada individu tetapi juga memengaruhi perkembangan ekonomi suatu negara.

Status gizi balita dianggap sebagai indikator kursial yang mencecrminkan konndisi ekonomi serta tingkat kesehatan suatu negara. Mkhize dan sibandana (2020) mengemukakan babbhwa salah satu faktor yang memengaruhi status gizi adalah lokasi tempat tinggal, terutama perbedaan antara daerah perkotaan dan lainnya. Faktor-faktor yang memengaruhi status gizi individu secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok yaitu :

1) Faktor eksternal yaitu:

a) Pendapatan b) Pendidikan c) Pekerjaan

d) Sosial dan Budaya 2) Faktor internal meliputi :

a) Usia individu.

b) Kondisi fisik atau kesehatan seseorang.

c) Adanya infeksi atau penyakit.

h. Angka Kecukupan Gizi Pada Balita

Menurut (Supardi et al., 2023 hal 33-40) bayi di bawah lima tahun (balita) didefinisikan sebagai anak dengan rentang usia 12 hingga 59 bulan (1 sampai 5 tahun) menurut kementrian kesehatan Republik Indonesia (2014). Berdasarkan peraturan mentri kesehatan Republik Indonesia nomor 28 tahun 2019, Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk balita dibagi menjadi 2 kelompok usia yairu 1-3 tahun dan 4-6 tahun.

1) Angka Kecukupan Gizi (AKG) anak usia 0-5 bulan

Menurut peraturan mentri kesehatan Republik Indonesia nomor 28 tahun 2019, kebutuhan gizi bayi berusia 0-5 bulan ditetapkan sebagai berikut : kebutuhan energi sebesar 550 kilo kalori/hari, kebutuhan protein sebesar 9 gram dan kebutuhan lemak sebanyak 31 gram. Selain itu, kebutuhan asam lemak esensial terdiri atas 0,5 gram omega-3 dan 4,4 gram omega-6. Adapun kebutuhan karbohidrat

Dalam dokumen Proposal Skripsi Nuraa BAB I-III & lampiran (Halaman 53-82)

Dokumen terkait