• Tidak ada hasil yang ditemukan

Media Dan Konstruksi Realitas Politik

Dalam dokumen DEVI PERMATA SARI-FDK (Halaman 37-43)

BAB VI: PENUTUP

B. Media Dan Konstruksi Realitas Politik

25

merupakan kegiatan yang mengaitkan teks- percakapan, tulisan, atau gambar, sedangkan dialetik merupakan penggunaan dialog sebagai pendekatan agar subjek yang diteliti dapat ditelaah pemikiran dan membandingkannya dengan cara berpikir peneliti sehingga harmonitas komunikasi dan interaksi dapat dicapai dengan maksimal.17

Dalam pandangan kritis media mempunyai kepentingan ekonomi, politik, dan ideologi dalam mengkonstruksi realitas dan isu, termasuk politik.

Artinya, ketika menjalankan fungsinya, media massa tidak begitu saja memberitakan realitas atau isu-isu, termasuk realitas dan isu politik. Media massa sarat dengan kepentingan politik. Biasanya nuansa politis tersebut menampilkan dua kelompok tertentu yang dominan. Konflik-konflik semacam itu akan muncul di media massa berdasarkan persepsi mereka terhadap media yang bersangkutan terhadap realitas, latar belakang, dan ideologi media, serta wartawan dalam meliput berita tersebut.

Media memang memiliki kekuasaan untuk mencapai beberapa efek. Media memang melindungi atau mengemukakan kepentingan orang-orang yang memiliki kekuasaan ekonomi atau politik yang lebih besar dalam masyarakat mereka sendiri. Liputan politik memiliki dimensi pembentukan opini publik (public opinion), media menggunakan kekuatannya untuk membentuk opini publik sehingga mampu untuk mempengaruhi kebijakan negara.20

Ada dua penyebab mengapa komunikasi politik yang melibatkan media massa memiliki ciri khas

20 Budianto Heri, Kontestasi Politik Dalam Ruang Media, (Jakarta:

PRENADAMEDIA GROUP: 2019), h 15

27

membentuk opini publik. Pertama, dilihat dari luasnya jangkauan media dalam menyebarkan berbagai pesan dan pembicaraan politik beserta fungsinya masing- masing. Karena lingkup pengaruhnya, penggunaan media oleh aktor politik untuk menyebarkan wacana politik dapat menimbulkan berbagai manfaat politik, mulai dari perolehan materi, peningkatan status, identitas, hingga penyebaran informasi terutama pencapaian tujuan politik. Jelas media massa dapat menjadi alat bantu yang ampuh. Kedua dari aspek

“campur tangan” media dalam menyajikan realitas politik melalui suatu proses yang kita sebut proses konstruksi realitas.21Komunikasi politik ialah sebuah proses dimana kegiatan tersebut berlangsung secara berkala.Terdapat lima unsur proses komunikasi politik diantaranya: (1) Aktor, (2) Pesan, (3) Saluran, (4) Konteks, (5) Pengaruh.22

Aktor merupakan pihak yang terlibat dalam proses penyampaian pesan seperti kelompok, individu, organisasi, lembaga, dan pemerintah. Unsur selanjutnya ialah pesan. Komunikasi dapat diartikan sebagai komunikasi politik apabila pesan yang dipertukarkan antar partisipan memberikan efek

21 Henry Subiakto & Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi (Jakarta: PRENADAMEDIA, 2014)

22 Pawito, Komunikasi Politik, Media Massa dan Kampanye Pemilihan (Yogyakarta & Bandung: Jalansutra, 2009)

kepada perkembangan politik. Dalam unsur saluran komunikasi politik, media massa sangatlah berperan sebagai saluran komunikasi politik. Konteks dalam proses komunikasi politik merupakan keadaan dan kecenderungan yang meliputi proses komunikasi politik dengan segala aturan serta nilai dan norma.

Terakhir unsur pengaruh, efek ini berupa perubahan situasi, atau tidak terjadi perubahan, atau perubahan situasi yang lebih buruk.

Komunikasi politik merupakan komunikasi yang mempunyai pengaruh aktual dan potensial mengenai fungsi dari pernyataan politik atau entitas politik lainnya. Komunikasi politik sangatlah beragam, saluran komunikasi politik merupakan alat atau sarana yang memudahkan penyampaian pesan politik.

Saluran komunikasi tidak hanya mencakup alat atau sarana seperti mesin cetak, radio, televisi tetapi yang penting adalah manusia itu sendiri. Oleh karena itu, manusia sebagai aktor politik memanfaatkan media massa untuk menyebarluaskan pembicaraan- pembicaraan politik dengan harapan capaian tujuan politiknya lebih besar daripada melalui saluran komunikasi politik lainnya.23

23 Ejoernal ilmu komunikasi, volume 2 Nomor 3,2014: 347-356

29

Dalam komunikasi politik konstruksi realitas oleh media massa menjadi sangat khas, sebab cara sebuah media mengkonstruksi suatu peristiwa politik akan memberi citra tertentu mengenai sebuah realitas politik, yang bagi para aktor dan partai politik citra ini sangat penting demi kepentingan politiknya masing- masing.24

Berbagai bentuk kejadian yang dipublikasikan kepada masyarakat luas tentu saja melalui tahapan- tahapan, mulai dari pemilahan atas peristiwa, penyuntingan, pengeditan sehingga menjadi sebuah berita. Proses produksi berita merupakan proses seleksi dimana setelah berita masuk ke tangan redaktur, kemudian akan diselesaikan lagi dan diedit dengan cara menekankan bagian mana yang perlu dikurangi dan bagian mana yang perlu dikurangi.

Berita pada dasarnya dibentuk melalui proses aktif dari sipembuat berita.

Dalam wacana akademis konsep politik media dapat dipahami setidaknya dalam tiga frame analisis pertama, politik media sebagai kebijakan negara.

Politik media sebagai kebijakan negara menempatkan posisi negara begitu kuat, dalam perspektif ini politik media merupakan keseluruhan kebijakan yang

24 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa, (Jakarta:

Granit, 2004)

melibatkan seluruh unsur-unsur dari sistem politik (partai, parlemen, pemerintah) yang berlangsung ataupun tidak langsung mempengaruhi produksi, distribusi, dan konsumsi (penerimaan) isi informasi dalam masyarakat. Kedua, politik media sebagai sistem jaringan perilaku antar aktor. Secara umum politik media dalam konteks ini dipahami sebagai jaringan hubungan antara aktor politik ataupun ekonomi yang berkepentingan terhadap proses pengembangan wacana dalam sebuah tema tertentu.

Ketiga, politik media sebagai konvergensi ekonomi- politik cenderung bersifat sangat normatif karena dalam kenyataannya politik penyiaran dan politik telekomunikasi dianalisis terpisah karena dua kebijakan ini memiliki tujuan yang melibatkan institusi serta aktor-aktor yang berbeda.25

Dalam pandangan konstruksionis, berita itu ibaratkan sebuah drama ia bukan menggambarkan realitas melainkan potret dari arena pertarungan antara berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa.

Proses pemaknaan selalu melibatkan nilai-nilai tertentu sehingga mustahil berita merupakan pencerminan dari realitas. Realitas yang sama bisa jadi menghasilkan berita yang berbeda. Perbedaan antara realitas yang sesungguhnya dan berita tidak dianggap

25 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 4, Nomor 1, Juni 2007

31

salah, tetapi sebagai suatu kewajaran.26 Salah satu teknik yang digunakan dalam konstruksi realitas media adalah framing.

Dalam dokumen DEVI PERMATA SARI-FDK (Halaman 37-43)

Dokumen terkait