• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH PERKEMBANGAN ADMINISTRASI PUBLIK Sejarah perkembangan administrasi publik pada dasarnya dapat

Dalam dokumen Gabungan Teori Administrasi Publik2 (Halaman 34-40)

SEJARAH PERKEMBANGAN ADMINISTRASI PUBLIK

A. SEJARAH PERKEMBANGAN ADMINISTRASI PUBLIK Sejarah perkembangan administrasi publik pada dasarnya dapat

menggunakan pengalaman sektor swasta sebagaimana disarankan setelah tahun 1901. Dalam terbitan kedua White menjelaskan tentang Era Administrasi, Jeffersonian yang merupakan titik awal yang melahirkan ide dan praktik aliran Federalisme White kemudian menjelaskan dalam terbitan ketiga tentang "Jacksonian" menekankan pentingnya pemerintahan negara bagian dan lokal, dan mulai merosotnya moralitas di dalam pemberian pelayanan publik, dan diversifikasi struktur birokrasi untuk disesuaikan dengan meningkat- nya besaran pemerintahan. Dalam terbitan keempat White memusatkan perhatiannya pada dua isu administratif yang paling besar saat itu yaitu isu tentang bagaimana mempertahankan kepresidenan dan isu tentang reformasi pelayanan publik.

Meskipun tentang sejarah administrasi publik sangat terbatas, namun hal ini bukan berarti bahwa administrasi publik pada jaman dulu kurang berperan atau tidak diterapkan. Akal sehat kita menunjukkan kepada kita, bahwa fungsi administrasi publik sudah ada sejak dulu kala dan hal ini dapat dilihat dari bagaimana raja-raja mempertahankan kekuasaannya dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Dapatkah raja-raja jaman dulu termasuk raja-raja di Indonesia mengelola pemerintahannya atau memimpin prajuritnya tanpa suatu sistem administrasi tertentu? Banyaknya dan bagaimana kompleksnya fungsi-fungsi manajemen dan administrasi yang harus diterapkan oleh pendiri Candi Borobudur di Jawa Tengah. Tentu saja pekerjaan yang kompleks sifatnya apalagi melibatkan publik dalam suatu pembagian kerja secara horizontal dan vertikal dengan metode dan teknik tertentu, pasti menggunakan sistem administrasi atau manajemen yang kompleks. Oleh karena itu, cukup beralasan kalau disiplin administrasi publik seringkali disebut sebagai disiplin yang amat sangat tua. Untuk Indonesia, mulai peninggalan sejarah dan budaya harus diakui pernah maju dalam bidang tersebut.

Secara jelas disiplin ini mulai diajarkan sekitar tahun 1950-an pada berbagai perguruan tinggi di Indonesia ketika modernisasi sebagai bagian dari doktrin pembangunan bagi negara-negara berkembang disebarluaskan administrasi publik yang telah berkembang pesat di Amerika serikat kemudian diinstitusionalkan di Indonesia dalam bentuk bantuan teknis sebagai wujud dari komitmen

negara maju terhadap negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia.

Kemudian Siagian (2004:18), menjelaskan perkembangan Administrasi ditinjau dari segi penahapan sejak lahirnya hingga sekarang telah melewati empat tahap yaitu sebagai berikut.

Tahap Survival (1886-1930). Pada tahap survival dapat dikatakan sebagai masa lahirnya ilmu administrasi karena pada masa itulah gerakan manajemen ilmiah dimulai Fredericks Wilson Taylor dalam jangka waktu yang cukup panjang inilah para ahli yang menspesialisasikan dirinya dalam bidang administrasi dan manaje- men. Memperjuangkan diakuinya administrasi dan manajemen sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan.

Tahap Konsolidasi dan Penyempurnaan (1930-1945).

Tahap ini disebut konsolidasi dan penyempurnaan karena dalam jangka waktu inilah prinsip-prinsip, rumus-rumus, dalil-dalil ilmu administrasi dan manajemen lebih disempurnakan sehingga kebenarannya tidak dapat dibantah lagi. Dalam jangka waktu ini pulalah gelar-gelar kesarjanaan dalam ilmu administrasi negara dan niaga mulai banyak diberikan oleh berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Tahap Human Ralations (1945-1959). Tahap ini disebut tahap human relation karena setelah terciptanya prinsip-prinsip, rumus-rumus, dan dalil-dalil yang sudah teruji kebenarannya, perhatian para informal apa yang perlu diciptakan, dibina dan dikembangkan oleh dan antar manusia pada semua tingkatan organisasi demi terlaksananya kegiatan yang harus dilaksanakan dalam suasana yang intim dan harmonis.

Tahap Behaviouralisme (1959-hingga sekarang).

Pengertian terhadap semakin pentingnya peranan manusia dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan, mengakibatkan para ahli dan sarjana dan memusatkan penyelidikannya pada masalah manusia. Akan tetapi, hakekatnya pada tahap terakhir ini sorotan perhatian bukan lagi manusianya sendiri sebagai mahkluk hidup yang mempunyai martabat, kepribadian, tujuan, cita-cita, serta keinginan yang khas, tetapi sudah meningkat pada penyelidikan tentang perilaku manusia dalam kehidupan berorganisasi dan apa alasan- alasan mengapa manusia itu berperilaku demikian. Jika tindak-tanduk

itu merugikan organisasi diselidiki pula bagaimana caranya agar tindakan yang merugikan itu dapat diubah menjadi tindakan yang menguntungkan organisasi. Jika sebaliknya tindak-tanduk itu menguntungkan organisasi diselidiki pula cara-cara yang dapat ditempuh untuk lebih meningkatkan kegiatan yang demikian demi tercapainya tujuan organisasi yang lebih efisien, ekonomis dan efektif. Dugaan Siagian, adalah setelah tahap behaviouralisme ini berakhir ilmu administrasi dan manajemen akan memasuki tahap matematika. Dugaan ini didasarkan kepada observasi yang diteliti serta gejala yang telah terlihat sebagai akibat dari ditemukannya alat- alat modern (sebagai hasil perkembangan teknologi yang amat pesat) yang sekarangpun sudah banyak dipergunakan oleh organisasi modern dalam berbagai aspek kegiatannya seperti komputer dalam pengolahan data (Automatic data Processing atau elektronik data processing) Sondang berpendapat bahwa di masa-masa yang akan datang akan semakin banyak tugas organisasi yang akan diambil alih oleh mesin-mesin terutama kegiatan-kegiatan yang bersifat rutin dan mekanistik. Meskipun demikian perlu ditekankan bahwa peranan manusia dalam proses administrasi dan manajemen menurut pendapat Sondang, tidak akan berkurang. Hanya sifat yang mungkin akan berubah. Fungsi-fungsi seperti pengambilan keputusan dan banyak kegiatan lainnya masih dan selamanya hanya akan dapat dijalankan oleh manusia. Perkembangan administrasi publik di Indonesia dapat dilihat dari tulisan Haryono Sudriamunawar (2002:5-8). Beliau mengklasifikasikan perkembangan administrasi publik ke dalam tiga masa yaitu:

1. Masa Penjajahan Belanda

Selama tiga setengah abad Indonesia di jajah Belanda, selama itu pula administrasi hanya dikenal sebagai ilmu pengetahuan. Pada masa ini administrasi diartikan secara sempit yaitu sebagai pekerjaan yang berhubungan dengan ketatausahaan dalam bahasa Belanda dikenal istilah “Administrasi”. Oleh karena itu, administrasi secara nyata berupa pengarsipan, ekspedisi, pengetikan, surat menyurat, registrasi dan herregistrasi yang kesemuanya bersifat tulis menulis yang dalam bahasa Inggeris dikenal dengan istilah “Clerical Work”.

Masa penjajahan Belanda yang tidak setenang abad sekarang,

nampaknya cukup mempengaruhi bahasa Indonesia mengenai pengetahuan administrasi secara sempit. Sampai sekarang banyak bangsa Indonesia yang belum memahami apa hakekat administrasi secara luas. Hal ini nampak jelas dalam kegiatan sehari-hari terutama yang berhubungan dengan birokrat, umpamanya untuk mengambil KTP dimohon membayar uang administrasi terlebih dahulu. Pada masa ini administrasi negara sebagai suatu disiplin ilmu belum begitu dikenal. Di Perguruan Tinggi mata kuliah administrasi negara masih digabung dengan ilmu administrasi pemerintahan dan sebagainya.

2. Masa Penjajahan Jepang

Dalam masa penjajahan Jepang yang berlangsung cukup singkat tidak begitu nampak mempengaruhi budaya bangsa atau pemerintahan. Begitu juga ilmu administrasi penerapan secara optimal belum terpikirkan. Meskipun demikian ada beberapa hal yang perlu dicatat pada masa itu berupa dibentuknya rukun-rukun kampung. Rukun kampung “Asatjo” dibagi menjadi beberapa rukun tetangga “Kumitjo”. Hal seperti ini membekas sampai sekarang menjadi istilah RW dan RT dalam sistem administrasi Negara Indonesia.

Selain hal tersebut di atas pada masa penjajahan Jepang dalam sistem pemerintahan di mulai dengan memperkenalkan organisasi pertahanan Sipil atau dalam bahasa Jepang disebut “Sie Nen Dan”.

Begitu juga kursus-kursus ketataprajaan mulai dirintis meskipun dengan persyaratan peserta kursus sangat ketat dan sepenuhnya untuk kepentingan penjajahan semata-mata.

3. Masa Kemerdekaan

Pada masa kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 ditandai dengan dibukanya beberapa Perguruan Tinggi di Jakarta dan Yogyakarta. Pada masa itu ilmu administrasi ataupun administrasi negara belum mendapat tempat yang baik sebagai disiplin ilmu.

Dengan demikian ilmu administrasi dan administrasi negara masih merupakan bagian dari mata kuliah yang dianggap pokok pada waktu itu antara lain ilmu pemerintahan dan ilmu hukum.

Pada awalnya Fakultas Sosial Politik merupakan ilmu adminis- trasi negara merupakan bagian dari ilmu politik. Pada awal tahun lima

puluhan di Indonesia pandangan ilmu administrasi termasuk bagian dari ilmu politik mulai ditinggalkan dan pandangan mulai tertuju kepada ilmu administrasi negara sebagai suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Dengan demikian usaha yang dilakukan oleh perguruan Tinggi ini mulai meluas yaitu dimulai dengan berdirinya Sekolah Tinggi Pamong Praja di Malang yang semula bernama Kursus Dinas (KDC) yang kemudian berkembang menjadi Institut Ilmu Pemerintahan (IIP).

Begitu juga di Ujung Pandang sekarang Makassar tercatat sebagai historis tempat lahirnya administrasi negara di Indonesia yang dipelopori oleh Mr. Tjia Kok Tjiang dengan mendirikan Perguruan Tinggi Tata Praja.

Universitas Gajah Mada yang disingkat UGM dengan Fakultas Sosial dan Politik khsususnya jurusan Usaha Negara secara nyata merupakan Perguruan Tinggi yang mulai membina dan mengem- bangkan pemikiran baru ilmu administrasi negara merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri dengan dosen yang dikenal pada waktu itu bernama Garth Jones. Dengan dasar itulah Bintoro Tjokroamidjojo, Menyebutkan bahwa “Peletakan batu pertama Ilmu Administrasi negara di Indonesia dilakukan antara tahun 1951 sampai dengan 1955.

Pada tahun 1951-1955 Inilah pengertian administrasi maupun administrasi publik berkembang dalam arti yang modern dengan tokohnya antara lain: Woodrow Wilson, Dimock & Dimock, Jhon M.

Pfiffner, Herbert Simon dan Bintoro Tjokroamidjoyo.

Perkembangan lebih lanjut bagi Administrasi negara di Indonesia adalah didirikannya Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN-RI) pada tanggal 5 Mei 1957 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1957. Kemudian disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1971. Seperti halnya di Amerika dan Perancis tempat lahirnya ilmu administrasi dan administrasi negara para pelopornya adalah orang teknik seperti Taylor dan Fayol. Orang teknik di Indonesia yang dijadikan pelopor Administrasi Negara adalah Ir. Djuanda yang pada waktu itu sebagai Perdana Menteri, beliaulah yang merintis berdirinya Lembaga Administrasi Negara di Indonesia dengan dukungan Mr. Sumarman

yang pada waktu itu Menteri dalam Negeri dan mengangkat Direktur LAN-RI yang pertama (1958) yaitu Prajudi Atmosudirdjo.

Dalam dokumen Gabungan Teori Administrasi Publik2 (Halaman 34-40)