• Tidak ada hasil yang ditemukan

Valanga nigricornis

Dalam dokumen MAKALAH HTPI KEL 1 AKASIA (1) (Halaman 43-51)

Pengendalian hama kutu putih Ferrisia virgata dapat dilakukan secara hayati dengan menggunakan musuh alaminya yaitu predator dari famili Cocclinellidae antara lain Curinus coerulus dan Coccinella repanda. Kutu putih juga mempunyai benyak jenis musuh alami, diantaranya tawon parasitoid, kumbang kubah, lalat jala dan jamur .Pengendalian hama kutu putih dengan menggunakan pestisida nabati ekstrak mimba mampu mengendalikan hama Ferrisia virgata dengan tingkat kematian 29,89% sampai 86,90% (Indriati dan Khaerati, 2008).

Pengendalian hama kutu putih juga dapat dilakukan dengan sistem pengendalian hama terpadu yaitu dengan melakukan survai dan monitoring, manipulasi silvikultur, pengendalian secara mekanik serta pengendalian dengan menggunakan pestisida non kimiawi (Anggraeni et al, 2010). (Dwi Arini)

menebal atau mengeras. Sayap belakang berupa membran dan melebar dengan vena-vena yang teratur (Jumar, 2000)

Ukuran tubuh belalang berkisar antara 0,5 cm-30 cm. Belalang terdiri dari tiga ruas yakni bagian depan (protoraks), bagian tengah (mesotoraks) dan bagian belakang (metatoraks). Dan pada masing-masing toraks terdapat sepasang kaki yang terdiri dari coxa, trochanter, femur, tibia, dan tarsus. Abdomen belalang terdiri dari 11 ruas. Pada alat genital betina dijumpai ovipositor yang berfungsi sebagai alat untuk meletakkan telur dimana pada belalang ovipositornya bentuknya bervariasi ada yang pendek, panjang dan berbentuk seperti pedang (Budiman, 2003).

V. nigricornis hidup diberbagai habitat antaranya pohon, semak belukar, rumput-rumputan, seresah, tempat lembab (semi akuatik), dan di sawah atau permukaan tanah. Belalang mengalami perubahan bentuk morfologi selama perkembangannya metamorphose sederhana (hemimetabola) atau melalui tiga fase perkembangan yakni fase telur, nimfah, dan dewasa. Perkembangan secara perlahan, pradewasa sesudah telur disebut nimfah dimana bentuknya mirip dengan dewasa tetapi organ tubuhnya masih berukuran kecil, sayap belum berkembang dan organ bagian dalam juga belum berkembang. Telur akan diletakkan oleh induknya pada tempat yang aman bagi telur dan perkembangan nimfahnya (Budiman, 2003).

Perkembangan daur hidup belalang berawal dari fase telur, nimfa, dan imago. Nimfa dan imago merupakan stadia yang aktif merusak pertanaman.

Kedua stadia ini memiliki habitat tempat tinggal yang sama. Imago betina meletakkan telur di dalam tanah yang selanjutnya akan menetas pada saat keadaan

tanah cukup lembab.biasanya belalang betina meletakkan telurnya sekitar 1-2 inci di dalam tanah menggunakan ovipositor pada ujung perutnya. Belalang betina akan bertelur setiap interval 3-4 hari hingga sampai semua telur di keluarkan.

Belalang betina dapat menghasilkan ratusan butir selama bertelur. Telur dapat bertahan berbulan-bulan jika keadaan tanah tak kunjung lembab Selanjutnya telur belalang akan menetas menjadi limfa, dengan tampilan belalang versi mini tanpa sayap dan organ reproduksi. Limfa belalang yang baru menetas biasanya berwarna putih, namun setelah terkena oleh sinar matahari warna khas yang dimiliki belalang akan segera muncul (Dewantara, 2017).

Sruktur Morfologi Belalang (Ririn, 2014)

V. nigricornis memiliki dua pasang sayap, sayap depan lebih sempit dari pada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina.

Seyap belakang menembus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat dibawah sayap depan (Prakoso bagas, 2017).

Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) ata facet, sepasang antena, serta tiga buah mata sederhana (occceli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum.

Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen). Mulutnya bertipe penggit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandi bula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya (Prakoso bagas, 2017).

V. nigricornis memiliki metamorfosis tidak sempurna (hemimetabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur-nimfa-dewasa (imago), memiliki bentuk tubuh panjang dan tungkai (femur) membesar yang beradaptasi untuk meloncat, antena berbentuk benang. Hidup pada berbagai habitat diaantaranya pada kanopi atau tajuk pohon belukar (Prakoso bagas, 2017).

Serangan belalang (Valanga nigricornis) menyebabkan daun tampak berlubang lubang, pertumbuhan tanaman menjadi terhambat karena proses fotosintesis terganggu. Hama belalang menyerang hampir tiap bibit tanaman, dengan tingkat kerusakan yang ditimbulkan dari ringan (1‐2 daun) sampai berat (semua daun). Pengendalian populasi hama ini dapat menggunakan ekstrak daun dan biji nimba (Azadirachta indica). Pengujian ekstrak ini terhadap hambatan makan belalang, menunjukkan adanya kenaikan sejalan dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak nimba (Dahelmi, 2008).

(Eka Putri Shiyyami)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, I, Lelana, N.E dan W. Darwiati 2010, Hama penyakit dan gulma hutan tanaman. Sintesa Hasil Penelitian Hama Penyakit dan Gulma Hutan Tanaman, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Aprilia. 2011. Studi Pustaka Hama Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Atmadja, W. R. 2003. Status Helopeltis sp. sebagai hama pada beberapa tanaman Perkebunan dan pengendaliannya. Jurnal Litbang Pertanian. 22(2): 57-63.

Balakrishnan, M. M., P. K. Vinodkumar dan C. B. Prakasan. 1989. Impact of the predator Eupelmus sp. (hymenoptera: eupelmidae) on the incidence of Xylosandrus compactus. J. Coffee Res. 19: 88–90.

Borror, D.J., Charles, A.T., Norman, F.J., 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga.

Gajah Mada University Press.Yogyakarta. Hal.729-816.

Budiman, Arie. 2003. Serangga nasional gunung halimun jawa bagian barat.

Bogor: BCP-CIJA.

Cardona, E. V., C. S. Light., dan M. P. Subang. 2007. Life History Of Common Cutworm, Spodoptera Litura Fabricius (Noctuidae ; Lepidoptera) In Benguet. Progress Report. BSU Research InHouse Review.

Dahelmi.2008.  Pengaruh  Ekstrak  Nimba  (Azadirachta  Indica  A.  Juss)  terhadap  Aktivitas  Makan  Belalang  Valanga  Nigricornis  Burm.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Darwiati, W dan I. Anggraeni. 2018. Serangan boktor (Xystrocera festiva Pascoe) dan karat tumorn (Uromycladium tepperianum (Sacc.) McAlpine) pada sengon (Falcataria mollucana(Miq.) diperkebunan teh ciater. Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa. 8(2): 59-69.

Darwiati, W dan Suhaeriyah. 2009. Potensi cendawan Beauveria bassiana isolat bogor terhadap mortalitas larva penggerek batang sengon (Xystrocera festiva) pascoe di laboratorium. Jurnal penelitian hutan tanaman.

6(3):187-199.

Darwiati, W. 2012. Pestisida Nabati untuk Pengendalian dan Pencegahan Hama Hutan Tanaman. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Pro duktivitas Hutan Kampus Balit bang Kehutanan. Mitra Hutan Tanaman.

Vol.7 No.1, April 2012, 1-9.

Dewantara, Neil. 2017. Efektivitas Beauveria Bassiana (Bals.) Vuillemin Sebagai Pengendali Hama Belalang Kayu (Valanga Nigricornis Burm.) Yogyakarta. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Distant, W.L. 1904. Rhynchota (Heteroptera). The Fauna of British India, Including Ceylon and Burma, Taylor, and Francis. Red Lion Court-Fleet Street. London.

Erli, Wardenaar, E., & Muflihati. (2015). Uji aktivitas minyak atsiri daun salam (Syzigium polyanthum Walp) terhadap rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgr). Jurnal Hutan Lestari. 3 (2).

Faqih, Azmi A. 2015. Pengenalan ordo Orthoptera (Valanga nigricornis). Jurnal praktikum. Universitas Islam Sumatera Utara, Medan.

Greco, E. B dan M. G. Wright. 2013. Dispersion and sequential sampling plan for Xylosandrus compactus (coleoptera: curculionidae) infesting hawaii coffee plantations. Environ. Entomol. 42: 277–282.

Greco, E. B dan M. G. Wright. 2015. Ecology, biology, and management of Xylosandrus compactus (coleoptera: curculionidae: scolytinae) with emphasis on coffee in hawaii. Journal of Integrated Pest Management.

6(1): 1-8.

Hadiyanto, C. 2001. Pengaruh Perbedaan Kekerabatan terhadap Produksi Benih dan Viabilitas Benih dari Kebun Benih Klonal Acacia mangium Willd. Di Parungpanjang. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Handru, A.. Herwina dan Dahelmi. 2012. Jenis-jenis Rayap (Isoptera) di Kawasan Hutan Bukit Tengah Pulau dan Areal Perkebunan Kelapa Sawit, Solok Selatan. Jurnal Universitas Andalas. 1 (1): 69-77.

Hara, A. H. 1977. Biology and rearing of the black twig borer, Xylosandrus compactus (eichhoff) in Hawaii. Master thesis. University of Hawaii.

Honolulu.

Hardi, T.W. 1998. Mengenal Lebih Dekat Hama Boktor, Xystrocera festiva. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

Harjaka, T., A. Wibawa, F.X. Wagiman dan M.W. Hidayat. 2011. Patogenesitas Metarhizium anisopliae terhadap larva Lepidiota stigma. Prosiding Seminar Nasional Pestisida Nabati IV. Jakarta.

Hasan, M. D. K. 2017. Jumlah Kasta Reproduktif Nasutitermes matangensis (Isoptera: Termitidae) Di Pulau Sebesi-Lampung. Skripsi. Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Institut Agama Islam Negeri. Raden Intan Lampung: Lampung.

Hastuti, D. Rusmana, P. Hasan. 2020. Uji efektifitas larutan pestisida nabati rimpang lengkuas, daun serai, dan daun babadotan pada pengendalian hama penghisap buah (Helopeltis sp.) tanaman kakao. Jurnal. Agroekotek.

7(2): 97-105.

Husaeni, E. 2001. Hama Hutan Tanaman. Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.

Indriati, G dan Khaerati 2008, Pengendalian serangga vektor Ferrisia virgata pada tanaman lada dengan pestisida nabati, Buletin RISTRI 1 (2): 101-104.

Intari, S. dan Natawiria, D. 2011. Hama Uret pada Persemaian dan Tegakan Muda Tanaman Akasia. Laporan LPH No. 167. Bogor.

Jones, V. P dan M. W. Johnson. 1996. Management of black twig borer on coffee.

GACC Termination report, p. 6.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Kalshoven, L. G. E. 1981. The Pests of Crops in Indonesian. Ichtiar Baruvan Hoeve. Jakarta.

Kalshoven, L.G.E. 1981, The pests of crops in Indonesia, van der Laan, PA (trans.

and rev.), PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta.

Krisnawati, H., M. Kallio, dan M. Kanninen. 2011. Acacia mangium Willd:

Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas. CIFOR. Bogor.

Mangold, J. R., R. C. Wilkinson dab D. E. Short. 1977. Chlorpyrifos sprays for control of Xylosandrus compactus in flowering dogwood. J. Econ.

Entomol. 70: 789–790.

Mannakkara, A dan R.M.D. Alawathugoda. 2005. Black twig borer Xylosandrus compactus (eichhoff) (coleoptera: scolytidae) damage for for-est tree species. Sri Lanka For. 28: 65–75.

Marwoto dan Suharsono. 2008. Strategi dan Komponen Teknologi Pengendalian Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabricius) pada Tanaman Kedelai. Jurnal Litbang Pertanian. 27 (4): 131-136.

Maryani, Y. dan Cucu, D. 2019. Buku Saku Hama dan Penyakit Tanaman Kakao.

Direktorat Jendral Perkebunan. Jakarta.

Muhlison, Wildan., Triwidodo, Hermanu., dan Pudjianto. 2016. Hama Tanaman Belimbing di Wilayah Kabupaten Blitar Jawa Timur. Jurnal HPT Tropika.

Vol. 16 (2): 175-183.

Nandika, D., Rismayadi, Y., dan Diba, F. 2015. Rayap Biologi dan Pengendaliannya edisi 2. Muhammadiyah University Press. Surakarta.

Ngoan, N. D., R. C. Wilkinson., D. E. Short., C.S. Moses dan J. R. Mangold.

1976. Biology of an introduced ambrosia beetle, Xylosandrus compactus, in Florida. Ann. Entomol. Soc. Am. 69: 872–876.

Nuraeni, Yeni., Anggraeni, Illa., dan Nuroniah, Hani Siti. 2010. Keanekaragamn Serangga yang Berpotensi Hama pada Tanaman Kehutanan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan.

Prakoso Bagas. 2017. Biodiversitas Belalang (Acrididae: ordo Orthoptera) pada Agroekosistem (zea mays I.) dan Ekosistem Hutan Tanaman di kebun Raya Baturaden, Banyumas. Jurnal biosver . Vol 34.

Prayogo, C. dan N. Arfarita. 2022. Pemulihan Biodiversitas dan Ekonomi.

Tunggal Mandiri. Malang.

Prayogo, Y., W. Tengkano, dan Marwoto,. 2005. Prospek Cendawan Entomopatogen Metarhiziumani sopliae Untuk Mengendalikan Larva

Grayak Spodoptera litura Pada Kedelai Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbi-umbian, Jurnal Litbang Pertanian. 24(1).

Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat 2001, Musuh alami hama dan penyakit jambu mete, Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Bina Produksi Perkebunan. Departemen Perkebunan. Jakarta.

Retnowati, E. 1988. Beberapa Catatan Tentang Acacia mangium Jenis Potensial Untuk Hutan Industri. Balitbang Kehutanan. Jakarta.

Ridwan, A., A. Gassa, T. Abdullah. 2020. Aolikasi Dolichoderus sp. unuk pengendalian Helopeltis spp. pada tanaman kakao. J. Agroplantae. 9(1):

14-21.

Rovaienin, O. 1980. Mealybugs. in: vektors of pland pathogens, Eds. K.F.

Harris & K. Maramorosch. Academic Press. New York. P.15-38.

Rustam, F. 2003. Menilik Rehabilitas Lahan Akasia Kesempatan Usaha yang Menggiurkan. Kanisius. Yogyakarta.

Sacita, A. S. dan M. Naim. 2021. Tingkat serangan hama Helopeltis spp. dan penggerek buah kakao (PBK) pada beberapa dosis pemupukan tanaman kakao. Jurnal Pertanian Berkelanjutan. 9(3): 202-207.

Saragih, D.M. 2009. Serangan Uret dan Pengendaliannya pada Tanaman Eucalyptus hybrid dan Acacia manguium di Hutan Tanaman PT. Toba Pulp Lestari Sektor Sumantera Utara. Skripsi (Tidak dipublikasikan).Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Setiawan, D. H dan A. Andoko. 2005. Petunjuk Lengkap Budi Daya.

Karet.Agromedia Pustaka, Jakarta.

Setyawan, M. 2022. Tips Praktis Budidaya Tanaman Tebu. CV. Andi Offset.

Yogyakarta.

Sreedharan, K., M. M. Balakrishnan dan P. K. Bhat. 1992. Callimerus sp.

(coleoptera; cleridae), a predator of the shothole borer, Xylosandrus compactus (Eichh.). J. Coffee Res. 22: 139–142.

Subandrijo, S. H., Istdijoso dan Suwarso. 1992. Pengendalian Serangga Hama Tembakau Besuki Oogst. Badan Penelitian dan Pengembangan Tembakau danTanaman Serat. Malang.

Sucahyono, M. P., A. Gofur, R. Rustam, D. Salbiah. Identifikasi, intensitas dan presentase serangan hama Helopeltis sp. (Hemiptera: Miridae) pada Acacia mangium willd. J. Agrotek Trop. 2(1): 28-32.

Sudarmo, Hamdani dan D. Prijono. 1992. Keefektivan Ekstrak Sederhana Aglaiaodorata Terhadap Ulat Krop Kubis (Crocidolomiabi notalis).

Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah Pemanfaatan Pestisida Nabati, Pusat Penelitiandan Pengembangan Tanaman Perkebunan.

Surachman, Ikro Fajar, Indriyanto, dan Agus M. Hariri. 2014. Inventarisasi Hama Persemaian di Hutan Tanaman Rakyat Desa Ngambur Kecamatan

Dalam dokumen MAKALAH HTPI KEL 1 AKASIA (1) (Halaman 43-51)

Dokumen terkait