ARTIKEL PENELITIAN Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret2012-September2012, Vol. 6, No.2
KOMUNIKASI INTERPERSONAL PETUGAS KESEHATAN DALAM KEGIATAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MUARA SIBERUT KABUPATEN MENTAWAI
EviEster Ilutagaol*, HelfiAgustin**
ABSIRAK
Posyandu memiliki peranpentingdalammemonitorkesehatan masyarakatterutamaanakbalitadan ibuhamil.
Kegagalan petugas dalam membangun komunikasi yang efektif dengan penggunajasa posyandu dapat berdampak buruk terhadap keberadaan posyandu. Kader danpetugaskesehatan PuskesmasMuaraSiberut di KepulauanMentawai sering kesulitanmengajak masyarakatagarrajindatangke posyandu, sehingga pencapaian program (cakupan D/S) cenderung mengalami penurunan. Penelitian ini bertujuanuntuk mendeskripsikan komunikasi interpersonaltenaga kesehatandalam kegiatanposyandu.Penelitian bersifat kualitatif, informan adalah ibu pengunjung posyandu,kader, petugas kesehatanpenanggungjawabwilayah posyandudantokoh masyarakat.Pengumpulan datadenganmetodewawancaramendalam,FGDdanobservasi partisipan.Analisis datadilakukandengan menggunakananalisiscontent.Hasilpenelitian adalah komunikasi interpersonaltenaga kesehatandengan pengunjung posyandu tidak berjalan denganbaik,ditandai denganpersepsinegatifterhadap komunikasipetugas,komunikasi tidakmemberi dampakyang baik untukmasyarakat,gaya komunikasisatuarah, sertainteraksimenjadihambatankomunikasi. Dinas Kesehatanperlu mengadakanpelatihankomunikasi untuk tenagakesehatan. Tenagakesehatandan kaderdisarankanuntukmemperbaiki sikap, menggunakanbahasa yang bersahabat dalam melakukan komunikasi dengan klien. Tokoh masyarakat diharapkan ikut aktif dalam mengawasiperkembanganposyandu.
Katakunci: komunikasiinterpersonal,persepsi, interaksi,posyandu ABSTRACT
Posyanduhasimportantroleinmonitorhealthcommunity especially child under five yearandwoman pregnant. Thefailure ofhealthprovider indevelopingeffectivecommunicationwithuserscanadverselyaffect theexistenceofposyandu.HealthproviderandcadreatMuaraSiberutintheMentawaiIslandsareoftendifficult toinviteuserstocometoposyandu,sothe achievementofthe programindicated bythe scopeof D/Strendto
decrease. This study aimedtodescribe theinterpersonalcommunicationofhealthprovider inposyandu. The study isqualitative, informant ismother who has childunder5 years(posyandu users), volunteers, health providerthat responsible for posyandu and community leaders. Collecting data by in-depth interviews, FGD and participant observation.Dataareanalyzed by usingcontentanalysis. The results showedthatinterpersonal communication healthproviderandusers are notgoingwell,characterized bynegativeperceptionsofthecommunicationsofficer, communications donotgive agood impacttousers, thestyle ofone-way communication,andthere are any barriersof interaction.Health officer needsto conductcommunicationstraining for healthproviders. Health providersandvolunteersareadvisedtoimprovetheattitude, speakwith all modestytothe client. Community leadersareexpectedtoparticipateactively inoverseeingthedevelopment ofposyandu.
Keyword :interpersonalcommunication,perceptions,interaction, posyandu.
Pendahuluan
Kepuasan pasien/klien merupakanelemen penting dalam kualitas pelayanan kesehatan masyarakat.Parasuraman (1991) dalam
Rangkuti'
mengidentifikasi beberapa dimensi pokok kualitas jasa yang mengutamakan kepuasan pelanggan diantaranya adalah sarana komunikasi, empathy, kesopanan dan daya tanggap/akses untuk memberikanpelayanankepada pelanggandengan cepat. Salah satu bentuk upaya kesehatan yang berupaya untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah menumbuhkembangkanposyandu yang bertujuan memberi kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatandasar,utamanya untukmempercepatpenurunanangka kematian ibu danbayi sesuaidengantarget
MDGs2.
Pelaksanaan posyandu dalam bentuk pemberdayaan masyarakat didasarkan atas nilai- nilai tradisi gotong royong yang telah mengakar dalamkehidupan masyarakat menuju kemandirian dan keswadayaan masyarakat. Posyandu sebagai garda terdepan dan terdekat dengan masyarakat memilikiperanpentingdalam memonitor kesehatan masyarakat terutama anak balita dan ibu hamil.
Namunmunculnyakasusgiziburukdan tingginya angka kurang gizi pada ibu hamil tentu menjadi pertanyaan besar atas kinerja posyandu yang seharusnya menjadi garda terdepan dan terdekat dengan masyarakat dapat mendeteksi kasus
tersebut3.
Masih sering terdengar berbagai keluhan terhadap layanan kesehatan termasuk posyandu.
Sikap tidak ramah,kaku,cerewet,kurangsenyum adalah sebagian gambaran klien yang masih melekat terhadap penyelenggara posyandu yang membuktikanbahwa pelayananyangdiberikandi posyandubelum memberi kepuasanyang optimal bagiklienposyandu.Padahaltingkahlaku dan gaya komunikasi tenagakesehatan dapat menghasilkan implikasi yang penting bagi masyarakat. Orang cenderung menunjukkan kepuasan lebih besar pada tenaga kesehatan yang memberikan mereka kesempatan berbicara, memberikan waktu untuk mendengarkan, memberikan penjelasan tentang penyakit dan pengobatan yang harus dilakukan,
serta menunjukkan kepedulian, dibandingkan tenagakesehatan yang berlakusebaliknya. Semakin besar kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat, cenderung dilanjutkan dengan pertemuan- pertemuanyangberlangsung rutindengan tenaga kesehatan. Kepuasan itu juga ditunjukkan pada kepatuhannya terhadap anjuran dan saran dari tenaga
kesehatan4.
JurnalKesehatanMasyarakat, Maret2012-September 2012,Vol. 6, No.2
Puskesmas Muara Siberutmerupakansalah satupuskesmasdiKepulauanMentawai, terdiri dari 10 desa dan 53 dusun. Secara geografis lokasi puskesmas sulit dijangkau masyarakat karena daerahMentawai adalah daerahkepulauan.Karena itu, sejak tahun 1999 Puskesmas Muara Siberut menjadikan UKBM sebagai program unggulan puskesmas5.
Sejaktahun2007terjadipenurunanjumlah posyandukarenaadanyapenggabunganposyandu yang dilakukan atas kesepakatan desa dan puskesmasakibat dari penurunan angkakelahiran.
Namun penggabungan posyandu tidak membuat jumlah kunjungan posyandu meningkat karena balita yang datang ke posyandu tetap saja tidak sesuai target. Jika pada tahun 2007 cakupan D/S 53%, pada tahun 2008 menjadi 44,
4%6.
Hal ini menunjukkan menurunnya tingkat partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan di posyandu. Kader posyandu dan tenaga kesehatan sering kesulitan mengajak masyarakat agar rajin datang ke posyandu.Alasan yang seringdilontarkan adalah sibuk kerja,lelah, tidaksempat,lupajadwal posyandu dan mempunyaipengalamanyangkurang menyenangkan karena pernah mendapat teguran dengan bahasa yang kurang baik dari tenaga kesehatan. PKK sebagai penanggungjawab posyandu juga kurang memberi peran terhadap peningkatan kinerja posyandu, disamping itu komunikasi antara kader posyandu dan petugas kesehatan sebagai penanggungjawab wilayah posyandutidakberjalandengan baik.Berdasarkan wawancara terhadap 8 orang ibu balita pada 4 posyandu di wilayah kerja Puskesmas Muara Siberut, 2 orang ibu menyebutkan alasan karena tenaga kesehatan sering tidak datang pada saat jadwal posyandu, 5 orang ibumenyebutkan malas datangkeposyandukarenasikaptenagakesehatan yang kurang bersahabat terutama dalam berkomunikasi.Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan gaya komunikasi interpersonal petugas kesehatan dengan masyarakat dan kader, mengetahui persepsi klien, kader dan tokoh masyarakat terhadap komunikasi interpersonal petugas kesehatan serta hambatan dan efektifitas komunikasi dalam kegiatan optimalisasi kegiatan posyandudi KabupatenMentawai.
Metode
Penelitian menggunakan desain studi deskriptif dengan pendekatankualitatif.Lokasidi Desa Puro, Maileppet, Muntei dan Katurei di wilayahkerja PuskesmasMuaraSiberutKecamatan
JurnalKesehatanMasyarakat,Maret2012-September2012, Vol. 6, No.2
Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai pada bulan Oktober 2009. Informan penelitian adalah pengunjung posyandu yang mendapat pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan sebagai penanggungjawab wilayah posyandu, kader posyandu dan tokoh masyarakat dalam hal ini diwakilkan oleh Kaur PemberdayaanMasyarakat Desa (PMD) yang ditetapkan secara purposive sampling. Adapunkriteria informan adalahintensif menyatu dengan kegiatan posyandu enam bulan terakhir pada lokasi penelitian dan bersedia diwawancarai.
Teknik Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan metode observasi partisipan, dimana peneliti mengamati berlangsungnya kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu, wawancara mendalamuntukinformanpengunjung posyandu, tenaga kesehatan sebagai penanggungjawab wilayah posyandu dan tokoh masyarakat serta FocusGroup Discussion (FGD) untuk informan kader posyandu. Informasi yang hendak digali adalah cara tenaga kesehatan berkomunikasi dengan pengunjung posyandu dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Pengolahan dan analisis data menggunakan analisis isi(contentanalysis).
Hasil Dan Pembahasan
PosyanduRosmawar (DesaPuro).
Jumlah sasaran posyandu 115 balita, sementara hasil rekapitulasi laporan posyandu triwulan kedua jumlah kunjungan posyandu hanya 20,5 %daritarget dinas kesehatan sebesar 43,5 %.
Rosmawarmempunyai lima orangkaderyang telah aktif selama dua tahun. Posyandu dilaksanakan tanggal 13 setiap bulanbertempat di rumahketua posyandu, dimulaijam
1300WIB.
Sebelumjambuka posyandu para kader mempersiapkan segala keperluan pelaksanaan posyandu seperti mempersiapkan meja, timbangan, tempat tidur periksadan makanantambahansementarapetugas kesehatan mempersiapkan keperluan imunisasi.Pengunjungposyandudatangketempatpelayanan tidak serentak, namun datang satu persatu dan langsung mendapat pelayanan. Kader posyandu memberitahukan agar ibu yang sudah menerima pelayanan menunggu pemberian penyuluhan kesehatan, namun karena terlalu lama akhirnya pengunjung posyandu banyakyangmeninggalkan tempatpelayanansebelum kegiatan berakhir.Pada saat kegiatan posyandu,petugas kesehatanhanya duduk di tempat pelayanan imunisasi, walaupun saat itu bayiyang diimunisasi hanya 4 orangdan terkesantidak akrab denganmasyarakat.
PosyanduTeratai(DesaMaillepet).
Jumlah sasaran posyandu 256 balita, dengan 24 % kunjunganposyandu padatriwulan kedua. Mempunyai enam orang kaderyang telah aktif selama enam tahun. Kegiatan posyandu dilaksanakan tanggal 10setiap bulan, dimulaijam 9°°WIB. Pengunjung posyandudatang ke tempat pelayanansecaraserentak dansangat teraturdalam menunggu pemberian pelayanan. Kegiatan posyandudilaksanakanolehkader karena petugas kesehatan jarang datang, sementara imunisasi dilaksanakan di polindes. Dalam memberikan pelayanan kesehatan tampak kader sangat ramah dansabarmelayani masyarakat.
PosyanduKenanga (Desa Muntei).
Jumlahsasaranposyandu285balitadengan hasilkunjungan posyandutriwulan kedua 33,2 %.
Mempunyai lima orang kader yang telah aktif selama 5-15 tahun. Posyandu dilaksanakan hari Seninminggukedua setiapbulan,bertempatdalam ruanganpolindes dimulaijam9™WIB.Pengunjung posyandudatanglebihawaldari kaderdanpetugas kesehatan. Suasanatempatpelayanantidakrapidan selama kegiatan berlangsung petugas kesehatan sering membentak kaderdanpengunjung posyandu karena ribut dantidak bisadiatur.
Posyandu Maranata(DesaKaturei).
Jumlahsasaranposyandu265 balita dengan jumlah kunjunganposyandupada triwulankedua22
%. Mempunyailima orang kader yang telahaktif selama lima tahun. Posyandu dilaksanakan hari Rabu minggu kedua setiap bulan, bertempat di kantor kepala desa, dimulai jam
9°°
WIB.Pengunjung posyandu datang satu persatu dan langsung mendapat pelayanan. Penyuluhan kesehatandilakukan peroranganoleh kaderdanbila ibu balita ingin konsultasi dengan bidan dipersilahkan menunggu sampai pelayanan imunisasi selesai. Selama kegiatan posyandu berlangsung tidak tampak petugas kesehatan melakukan interaksi baik dengan kader maupun pengunjungposyandu.
KarateristikInforman
Informanutamadalampenelitian ini adalah delapan orang pengunjung posyandu yang rutin membawa balitanya ke posyandu selama enam bulan.Umur informanantara22 tahunsampai 34 tahun,pendidikan informan tertinggi adalahSIdan terendahSD.
Puskesmas Muara Siberut menempatkan satuorangtenagakesehatandi setiapdesa,sekaligus
menjadi penanggungjawab wilayah posyandu.
Informan berjumlah 4 orang yang menjadi penanggungjawab wilayah posyandu di lokasi penelitianyaitudari desa Puro,Mailepet, Muntei dan Katurei. Pendidikan tertinggi informan2 orang dariSPK, 1orangdariD1dan1orang dari D3
Kader posyandu merupakan anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakankegiatanposyandu, dan bekerja secara sukarela. Rata-rata setiap posyandu mempunyai 5 orang kader yang aktif dalam kegiatan posyandu lebih dari 2 tahun.
Pengumpulan data melalui FGD,penelitimemilih2 orangkadertiap posyandu dan sepakat menentukan jadwal dantempatdilakukannyawawancara.Umur informan kader posyandu antara 29-45 tahun, pendidikanterendahSDdantertinggiD3.
Tokoh masyarakat berperan dalam memberikandukungan kebijakan,saranadan dana untuk penyelenggaraan posyandu. Untuk kepentinganpenelitian informantokoh masyarakat berasal dari Kaur PemberdayaanMasyarakat dan Desa (PMD)dari masing-masing lokasi penelitian.
Dua orang laki-lakidan dua lainnya perempuan.
Umur informantokoh masyarakatantara 37-48 tahun. Pendidikanterendah SLTAdan tertinggiS1. Gaya Komunikasi Petugas Kesehatan
Informan memberikan jawaban yang beragam terhadap gaya komunikasi petugas kesehatan di posyandu. Menurut pengunjung posyandu,petugas kesehataniritbicaradan tidak berbasa-basi. Sedangkanyanglainnyaberpendapat petugas tidak berkomunikasi kalau masyarakat tidak bertanya. Sikap petugas kesehatan tidak merespon saat masyarakat memberikan pendapat danmemposisikanmasyarakat agarhanya menjadi pendengarpadawaktukonseling.
"si ibu kalau bicara maunya kita dengarkan saja...kalaukitatanyalagidijawab coba duluyang sayabilangtadi(ibuA,PosyanduRosmawar)
Tidakjauh berbeda dengan informasi dari pengunjung posyandu, menurut kader posyandu, petugas kesehatan tidak suka masyarakat ikut memberikan pendapat ketika berlangsungnya komunikasi, dan petugas hanya berbicara seperlunyadengan masyarakat.Menurutkadersaat memberikan pelayanan imunisasi petugas jarang melakukan komunikasi dengan pengunjung posyandu. Kader lainnya menyebutkan apabila petugaskesehatansudahbosan mendengar keluhan pengunjung posyandu yang tetap sama, maka
selanjutnyapetugaskesehatan akan memberi alasan untuk datang berkonsultasi ke polindes. Menurut pengunjung posyandu, petugas kesehatan hampir selalu melontarkan kata-kata kasar dan bentakan setiapkalikegiatan posyandu berlangsung.Namun kader biasanya memberi pengertian pada masyarakat bahwa petugas kesehatan bukanlah orang asli sepertimereka dan mereka mempunyai gaya bahasa yang berbeda sehingga akhirnya masyarakat dapat memahami gaya berbicara petugaskesehatan.
Sementara ketika dikonfirmasi dengan petugaskesehatan, merekaberkomunikasi seperti biasa ketika sehari-haribergaul denganteman,dan memberi jawaban sesuai dengan tugas mereka.
Informan petugas kesehatan berpendapat bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan tidak semuaharusdikomunikasikandengan masyarakat karenaadabeberapahal yangsulitdimengertioleh masyarakat.
Dari observasi, dalam kegiatanposyandu petugas kesehatan hanya duduk pada meja lima menunggu pengunjung membawa bayi untuk diimunisasi. Petugas jarang melakukan interaksi dengan masyarakat, tampaknyapetugaskesehatan hanya menunggu masyarakat menyampaikan keluhan atau masalah kesehatan yang mereka hadapi. Saat memberikan nasehat kepada masyarakat,petugaskesehatantidak menggunakan bahasapersuasifyangdapatmengajakmasyarakat kearah yanglebih baik.Suasanabisingyang timbul karena anak balita yang menangis,berteriak, dan suara ibu yang membujuk anaknya, tampaknya menimbulkan ketidaknyamananpetugaskesehatan terutama pada saat konseling, sehingga petugas kesehatanmembentak pengunjungposyandu agar dapattenang.
Informan pengunjung posyandu memberikan gambaran tentang gaya komunikasi petugas kesehatan di posyandu sebagai gaya komunikasi satu arah. Informan berpendapat petugaskesehatandominanmenguasai komunikasi yangberlangsungantara masyarakat danpetugas.
Petugastidakmemberikesempatan masyarakat ikut berperan dalam mengatasi danmenemukan solusi untukmengatasimasalah kesehatan yang dialami.
Nasehat dan pendapat petugas merupakan jalan keluaryangharusdipatuhi olehmasyarakat.
Halinisesuaidengan hasil penelitianAlven (2008) yangdimuatdalammajalah informasidan referensi promosi kesehatan bahwa dalam memberikan konseling di posyandu, petugas kesehatan dominan menguasai pembicaraan dan tidak memberikan kesempatan masyarakat untuk
Jurnal KesehatanMasyarakat,Maret2012-September2012, Vol. 6, No.2
memberikanpendapat sehubungan dengankondisi kesehatan mereka. Menurut Alven (2008) menurunnya peran posyandu di wilayah Jakarta Timur disebabkan sikap dan pelayanan petugas kesehatan yang bertugas di posyandu terutama dalamhalkomunikasi. Sikaptidakramah dankaku, kurangsenyum,cerewetadalah sebagiangambaran yang diberikan masyarakat di tempat
pelayanan4.
Sedangkan menurut Hidayat (2008) menurunnya peran posyandu di JawaTengah disebabkankarena tidak adanya komunikasi yang efektif antara petugas kesehatan dengan pengguna jasa
posyandu6.
Gaya komunikasi satu arah lebih memusatkan perhatian kepada pengirimanpesan.
Parakomunikatorsatuarah tersebuttidak khawatir dengan pandangan negatiforanglain, tetapi justru berusaha menggunakankewenangandankekuasaan untuk memaksa oranglain mematuhipandangan-
pandangannya7.
Mendengarkan adalah cara untuk memastikan bahwa seseorang berkomunikasi denganlengkap untukmencapai pengertian yang samalewat dialog. Pengertianyangsamainiadalah inti dari komunikasi. Mendengarkandengan baik amat penting. Terdapat lima tipe pendengar yaitu apresiator, pemberi empati,orang yang memahami, orang yang membedakan dan evaluator. Petugas seharusnya dapat menyatukan semua tipe pendengar untuk benar-benar menerima pesan secarautuh(Adams,2006)8.Menurut Mulyana (2008)", gaya komunikasi didefmisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu. Gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan responatautanggapantertentudalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksuddaripengirimdanharapandaripenerima.
Tenaga kesehatan seharusnya tidak bersikap menggurui terhadap masyarakat, tetapi berbincang pada tingkat yang sama dan dapat mengkomunikasikan penghargaan danrasahormat pada perbedaan pandangan. Pada dasarnya komunikasi antara masyarakat dengan petugas kesehatan mempunyai tujuan agar antara tenaga kesehatan dan kliendapatsaling bertukarpikiran, membantumenyelesaikan masalah yang dihadapi klien, membantu membuat keputusan dan dapat melakukantindakan yang sesuaidengan kehidupan klien.Mendengarkanmerupakan alat yangpaling penting bagi petugas dan klien untuk menerima pesan secarautuhsatusamalain.
Persepsi Terhadap Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan
Hasil penelitian menemukan informan pengunjungposyandu, kader dan tokohmasyarakat menyatakan persepsi yang negatif terhadap komunikasi petugas kesehatan di posyandu.
Persepsi yang negatif ditandai dengan ungkapan informan yangmenyatakanbahwa petugas sering berbicara kasar. Hanya satu informan yang memberipendapatyang berbeda dari informan lain, menyatakan bahwa komunikasi petugas dengan masyarakattidakada masalah.
"eeh...ibutukalaungomongkasarei...(kutnalektai sasareu)...diapernah bilangkaneikamuperempuan mentawai pintar lah sedikit ngurus anak...kasarkan... "(ibitB. PosyanduRosmawar)
"...kalau ditempat saya, saya aha ibu tu baik...
masyarakatsaja yangtidakdengar..." (TR, kader PosyanduRosmawar)
Diam dan kurangnya basa-basi petugas kesehatandipersepsikanolehinformanmasyarakat sebagai sikap sombong. Sikap petugas kesehatan yangtidakmeresponsaatmasyarakat memberikan pendapat dan memposisikan masyarakat hanya menjadi pendengar pada waktu konseling dipersepsikan sebagai orang yang pendapatnya tidak boleh dibantah. Bahkan ada informan berpendapat, pengalamanyangcukup lamaberada ditengah masyarakat belum menjadi jaminan petugas kesehatan dapat berkomunikasi dengan masyarakat. Petugas tidak menggunakan bahasa yangdapat mengajak masyarakat untuk hidup sehat, walaupun itu merupakan tugas utama petugas kesehatandidesa.
Secara umum persepsi kader terhadap komunikasi petugas kesehatan sama dengan jawaban informanpengunjung posyandu. Namun seorang informanmemberipendapatyangberbeda, walaupun pernah berbicaradengan kasar,petugas kesehatanyangbertugas di desanya jauh lebih baik dibanding petugas kesehatan sebelumnya. Setiap kegiatan posyandutetap ia memberikan konseling kepada masyarakat dengan menggunakan bahasa persuasif dan inimenurutnyaberpengaruh terhadap meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakanpelayananposyandu.
Temuan penelitian initidak jauh berbeda dengantemuanAlven (2008) di posyanduwilayah Jakarta Timur bahwa petugas kesehatan sering berbicara kasar sehingga menyinggung perasaan saat melakukan komunikasi dengan
klien4.
Hasilpenelitian Sugianto(2010)di UnitPelaksanaTeknis (UPT) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Caringin Bandung, tentang tanggapan pasien terhadap komunikasi antarpersonal tenaga kesehatan saat memberikankonseling, iklim saat konseling serta waktu yang diberikan tenaga kesehatan saat koseling dirasakan sesuai harapan pasiendanpasienmenilai pesantenagakesehatan di dalam menyampaikan informasi cukup jelas dan sesuaikebutuhanpasien10.
MenurutRakhmat(2003)"persepsiadalah:
pandangan personal/klienterhadap suatukejadian.
Persepsi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal. Persepsi dipengaruhi oleh pengalaman, motivasi dan kepribadian. Dalam komunikasi interpersonal, kepribadian seseorang sangat penting. Kalau kita menyukai seseorang, akan cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengannya, positif.
Sebaliknya, kalaukitatidakmenyukainya,kita akan melihatsegalanyasecaranegatif.Dengan demikian bisadimengerti orang yang memilikikepribadian yang menarikbagioranglainakanmempermudah memberikan pendapat dan sikapnya pada orang tersebut demikian sebaliknya. Jika orang saling menyukai ia akan mengembangkan komunikasi yang menyenangkan dan efektif. Orang akan merasa senang dan nyamanjika berada di antara orang-orang yangdisukai. Sebaliknyaakan merasa tegangdan resah bila berada diantaraorang-orang yang tidak disukaisertainginmengakhirinya.
Persepsi negatif yang sudah terbentuk terhadappetugaskesehatan adalah:kasar, berbicara dengan bahasayang tidakbersahabat.Halinitentu
saja membuat jarak antaramasyarakat dantenaga kesehatan. Sementara dalam profesi kesehatan, komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan metode utama dalam
mengimplementasikan promosi kesehatan. Untuk itu tenaga kesehatan memerlukan kemampuan khusus yang mencakup keterampilan, intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku "caring" dalam berkomunikasi dengan klien. Timbulnya persepsi negatif masyarakat terhadapgayakomunikasipetugaskesehatansering membuat gagalnyapesankesehatanmenghasilkan perubahanperilakumasyarakat.
Efektifitas Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan
Informan pengunjung posyandu mengungkapkan bahwa ketika berkomunikasi dengan petugas kesehatan mereka merasa diintervensi dan tidak diberi kesempatan untuk
Jurnal Kesehatan Masyarakat,Maret2012-September 2012, Vol. 6,No.2
mengungkapkan apa yang telah mereka lakukan sehubungan dengankesehatan mereka.Pengunjung posyandu merasa apa yang disampaikan oleh petugaskesehatan sudahpernah dilaksanakan oleh informan tapi tidak menampakkan hasilyangbaik bagi kesehatan anaknya, sementara informan mengharapkan petugasmemberi jalan keluar dari permasalahan yang dihadapinya. Informan lain memberi pendapat bahwa komunikasi dengan petugas memberikan hasil yang positif untuk kesehatan anaknya, walaupun saat memberikan informasitersebut petugaskesehatantetapdengan bahasa yang tidakbersahabat, tapiinformanmerasa bahwayangdisampaikanpetugasadalahhal yang penting untuk kesehatan. Informan menginginkan adanyakerjasamadalammencarijalan keluar dari setiap masalahkesehatanyangmerekahadapi.
Hasil FGDdengan kader memberij awaban yang sama dengan pengunjung posyandu. Kader menyatakan sebaiknya informasi yang diberikan petugas haruslah disesuaikan dengan kondisi masyarakat Mentawai, karena kadang - kadang pesankesehatanyangdisampaikanpetugasterlalu berlebihan sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat, akibatnya pesan kesehatan tersebut tidak membawa manfaat bagi kesehatan masyarakat.
....karenatidak adajawabanyangbenar-benarkan akhirnya tidak membawa perubahan sama
anak..."(JR,kader PosyanduRosmawar)
Sementarapetugaskesehatan berpendapat bahwa ketika memberikan konseling kesehatan, masyarakat tidak memberikan respon yang positif.
Nasehat yang diberikan tidak dilaksanakan klien sehingga masalah kesehatan yang dihadapi klien tidak membawaperubahan.Petugas kesehatanjuga berpendapatmasyarakatsangattergantung dengan bantuanpemerintah.Masalahyangsering muncul di posyanduadalah gizi anak yang tidak mencukupi sehingga berat badan anak tidak naik. Untuk menyelesaikan masalahnya tersebut, masyarakat berpendapat bahwa pemerintah harus membantu masyarakat dalam hal pemenuhan gizi anak.
masyarakatmenginginkansemuadiberikangratis, dibantu pemerintahdan tidak maumengusahakan sendiri walaupun itu untuk anaknya. Masalah- masalah di atas membuat salah satu informan petugas kesehatan apatis dan mengungkapkan kekesalannya:
"eeeeh kalausayasudah bosan kasihsaranuntuk mereka...dilaksanakansyukur tak didengarjuga tak apa-apa...yang rugijugabukan kita"(DS,petugas
Jurnal ICesehatanMasyarakat,Maret2012-September 2012,Vol. 6, No.2
PosyanduRosmawar)
Kesimpulanyangdapat diambil dari hasil wawancara dengan informan pengunjung posyandu, kader dan petugas kesehatan, bahwa ketikamelakukan komunikasipetugas tampaknya kurang memahami kondisi masyarakat. Petugas juga mengabaikan halyangdianggap kecil ketika melakukan komunikasi dengan masyarakat seperti gesture, kontakmatadanekspresi wajah.
Menurut Anwar (2002)12, kontak mata, ekspresi wajahdanposturtubuhadalah tiga hal yang harus dipertimbangkan untuk melakukan komunikasi yang efektif. Perasaan senang ketika melakukankomunikasi akan tercermin dari wajah, karena wajah merupakan cermin kepribadian individual.Ekspresi wajah mengungkapkanpikiran yang sedang melintas pada diriseseorang. Semua emosi dan berbagai macam tingkah manusia diekspresikan dalam emosi yang berbeda yang tergambar di wajah. Jadi saat melakukan komunikasi tunjukkan ekspresibahwakomunikator tertarikdengan bahanpembicaraanklien.
Titik tolak dari komunikasi interpersonal adalah saling memberikan pengertianantaratenaga kesehatan dan klien melalui hubungan tenaga kesehatandan klienakanmemberidampak terhadap peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit,sertapemulihan kesehatan.
Pengertian efektifdalam komunikasiinterpersonal adalah adanyaperubahan sikap (attitude change).
Agar proses pelayanan kesehatan berlangsung efektif, tenaga kesehatan harus terampil berkomunikasi interpersonal terapeutik dengan
klien13.
Pelayanan kesehatan tidak hanya berorientasi teknik pengobatan, tetapi juga terampil dalam berkomunikasi. Pelayananyangberorientasi pada komunikasi sangat membantu klien dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi dan dapat menumbuhkanrasapercaya diri danharapan untuk melakukan tindakan sesuai dengan kehidupannya. Namun ketika melakukan komunikasi,petugastampaknya kurang memahami kondisi masyarakat, sehingga tujuan akhir komunikasi tidak tercapai. Konseling yang diberikan petugas tampaknya tidak memberikan dampak positifuntukklien.Informan kader menyatakan petugas menggunakan kewenangan mereka sebagai orang yang memberikan pesan kesehatan kepada masyarakat tapi dilain pihak petugas tidak menyadari bahwa cara demikian tidak akan membawa pengaruhyang baik untuk masyarakat.
Sebagai upaya sistematik untuk mempengaruhi praktik kesehatan yang bertujuan meningkatkan
statuskesehatan masyarakat,komunikasikesehatan jugamensyaratkanadanyasistem-sistem penunjang yang mengakar pada kearifan tradisi masyarakat lokal. Denganmemahamiberagamcarakomunikasi masyarakat sesuai dengan tradisi danbudayanya, petugas kesehatan diharapkan dapat mengembangkan model komunikasi kesehatan untuk menghadapi masalah ibu pengunjung posyandu14.
Hambatan Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan
Semua informan menjawabbahwahambatan dalam berkomunikasi adalah hambatan interaksi.
Hambatan yang terjadi telah berlangsung cukup lama sehingga membuat jarak antara klien, kader dan petugas kesehatan. Tampaknya pihak-pihak yang terlibatkomunikasi membiarkanhaliniterjadi danakhirnyasalingmenyalahkan,
"coba ibutu bisajadi teman, senangkan. Jangan seperti skarang...sepertiadabatasannya..."(ibuB, PosyanduRosmawar)
Ketika peneliti mengajukan pertanyaan harapan informan terhadap komunikasi petugas kesehatan, informan menjawab saling pengertian, lebih ramah, dan suka bergaul. Informan pengunjung posyandu menyatakan bahwa mereka sangat membutuhkan tenaga kesehatan ditempat mereka karena jauhnya lokasi puskesmas dari tempat tinggal mereka dan berharap adanya pengertian dari tenaga kesehatan dalam memberikanpelayanankesehatan.
Demikian juga tanggapan kader bahwa komunikasi itu haruslah memberi dampak yang menyenangkan untuk klienkarena bagaimanapun dalam hal ini tenaga kesehatan sebagai pelayan masyarakatyang harusmembentukperilaku sehat sehingga membawa perubahan pada tingkah-laku masyarakat. Informan menyatakan saling pengertian sangat dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan komunikasi.Harapankader,petugas kesehatandapatlebihdekatdenganmasyarakatagar masyarakat bebasmenceritakan masalahkesehatan mereka.
"maunya ibu lebih pengertian, ramah... pada masyarakat...kan tidak semuanya dapat mengerti dengancepat..."(TR,kader PosyanduRosmawar)
Wawancara yangdilakukan terhadap tokoh masyarakat memberikan gambaran bahwa mereka sangat berharap petugas kesehatan tetap berada didesa mereka untuk memberikan pelayanan
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret2012-September2012, Vol. 6, No.2
kesehatan. Informan menyatakan masyarakat sangatmembutuhkankehadiranpetugaskesehatan untuk itu dibutuhkan saling pengertian antara masyarakat dan petugas kesehatan. Tokoh masyarakat menganggap komunikasi yang tidak berjalandengan baik sekarangini karenatidak ada saling pengertian antara masyarakat dan tenaga kesehatan.Karenaitusangatperluadanyapelatihan komunikasiuntuktenagakesehatandankader.
"saya rasa perlu pimpinan puskesmas mengusulkan ke dinas kesehatansupayadiadakan pelatihan...itucara orangbergaul,caramasukke
masyarakat..."(ibuR)
Menurut Cangasara (2006)15, interaksi, kultur/budaya dankerangka berfikir adalah tiga hal yang menjadi hambatan dalam berkomunikasi.
Diantaraketiganya,interaksimerupakankuncidari semuakehidupansosial. Olehkarenatanpainteraksi tidak akan mungkin adakehidupanbersama. Hasil penelitian menunjukkanbahwahambatan interaksi merupakanrintanganyangdominan terjadi ketika melakukankomunikasi. Interaksi yang dimaksud disini adalah interaksi antara individu dengan individu, interaksi antara individu dengan kelompok dan interaksi antara kelompok dengan kelompok. Hasil interaksi yang negatif akan mengarah padasuatupertentanganyang berakibat burukataumerugikan.
Halinisesuai denganpernyataaninfonnan pengunjungposyandubahwa akibatpetugassering berbicara kasar,marahdan sukamenyalahkan maka informan akan menjaga jarak dengan petugas.
Rintangan interaksi ini tentu akan berpengaruh terhadap pencapaian kinerja posyandu, dimana peneliti menemukan cakupan D/Stidak mencapai target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan KepulauanMentawai.
Informankadermenyatakan hal yangsama bahwapetugaskesehatanharusmembangun sikap pengertian, ramah, sikap bergaul dengan masyarakat agar memudahkan masyarakat dalam menerima infonnasikesehatan.
Informan tokoh masyarakat menyatakan perlunya petugas kesehatan dibekali dengan pelatihan sebelum ditugaskan ke daerah agar memudahkan petugas dalam memahami masyarakat. Halinisangatpenting dilakukan karena pada dasamya hasil akhir dari suatu komunikasi adalah perubahan sikap dari masyarakat, namun apabila rintangan negatif sudahmuncul makadapat dipastikanakanmengarah padasuatupertentangan.
Apabila sering terjadi kesalahpahaman dalam penerimaanpesan maka akan berakibatbesar pada pelayanan kesehatan baikdarisisimutupelayanan, kepuasan terhadap pelayanan serta kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan akan berkurang bahkan mungkin klienakanlarikepada pelayanan lain yang dapat memberikankepuasan bagikonsumennya1
Semua informanmenyatakan harapanyang samaterhadap komunikasipetugaskesehatanyaitu saling pengertian. Pengertianyangdimaksud oleh informan pengunjungposyandu, kader dan tokoh masyarakat adalah petugas memahami kondisi masyarakat, sikap terbuka dan saling menghargai untuk mengembangkan kualitas hubungan interpersonal. Salah satu bentuk langkah yang bijaksanadalammeeningkatkan kualitas pelayanan
menurut Taufik adalah dengan meningkatkan kemampuankomunikasi bagitenagakesehatan13.
Kesimpulan dan Saran
Gaya komunikasi petugas kesehatan di posyandumenghasilkan persepsiyangnegatif dari informan pengunjung posyandu, kader posyandu dan tokoh masyarakat. Interaksi merupakan hambatan komunikasi petugas kesehatan dengan kliendalam kegiatanpelayanan diposyandu.Semua informan sepakat bahwa kegagalan komunikasi tidak akanmemberi pengaruhterhadap perubahan perilaku masyarakat sehingga tidak akan berdampak baik terhadapmasyarakat.
Untuk peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, diharapkan Dinas Kesehatan dapat membekali petugas kesehatan yang akan ditempatkan di suatu wilayah dengan informasi tentang kebiasaan, adat istiadat dan budaya masyarakat setempat dan kemudian secara rutin mengadakan pelatihan komunikasi untuk tenaga kesehatan. PimpinanPuskesmas Siberutdiharapkan dapat lebihmeningkatkan pengawasan danevaluasi terhadap petugas kesehatan saat memberikan pelayanankesehatankepadamasyarakat terutama dalamkegiatanposyandusertameningkatkan kerja sama lintas sektor dengan aparat desa dalam meningkatkan kinerja posyandu. Kepada tokoh masyarakatdiharapkanikutaktifdalammengawasi perkembanganposyandu dan memberikanmasukan dan informasi kepada puskesmas tentang pelaksanaan kegiatan posyandu. Sedangkan kepada tenaga kesehatan diharapkan dapat memperbaiki sikap, dan menggunakan bahasa yang bersahabat dalam melakukankomunikasidengan klien.
Jurnal Kesehatan Masyarakat,Maret2012-September2012,Vol.6, No.2
Daftar Pustaka 1. Rangkuti, Freddy. Measuring Customer 9.
Satisfaction. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.P.17-19,2003
2. Syafrawati, Pencapaian tujuan MDGs 10.
Bidang Kesehatan di Indonesia, Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol.Ol/no.Ol/Sep 2006-Maret2007 p.1-4.
3. Adisasmito, Wiku. Sistim Kesehatan. Raja Grafmdo Perkasa. Jakarta.p. 191-193,2007
4. Alven. Komunikasi Interpersonal di 11.
Posyandu. Interaksi Majalah Informasidan
ReferensiPromosiKesehatan, Edisi52008, 12.
p.14-17,2008
5. Laporan Dinas Kesehatan Kab. Mentawai
tahun2008. 13.
6. Hidayat, Sugeng. Posyandu, Riwayatmu Kini. Majalah Informasi dan Referensi
PromosiKesehatan, 12 (5),2008 14.
7. Ewless, Linda & Simnett, Ina, Promosi Kesehatan Petunjuk Praktis, Yogyakarta:
GadjahMada UniversityPress, 1994
8. Adams, Bob.Memahamisegalanyatentang 15.
kepemimpinan.Batam.KarismaPublishing Group,2006
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008
Sugianto, Dadang.TanggapanPasiententang Komunikasi Antarpersonal Tenaga Kesehatan melalui Konseling di UPT PuskesmasCaringin Bandung. Skripsi Prodi IlmuKomunikasi, konsentrasiHumas,FISIP Univ.KomputerIndonesia.Bandung,2010 Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi.
Bandung. RemajaRosdakarya,1999
Anwar, A. Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar. RajaGrafindo Perkasa. Jakarta, 2002
Taufik, M. Prinsip-Prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan.
Infomedika.Jakarta,2007
Goenawan, Danny M. Flu Burung dan Komunikasi Kesehatan. Kompas, 20 Maret 2006 Posted 14Agustus 2008, cit.3 Januari 2012.
Cangasara, H. PengantarIlmu Komunikasi.
RajaGrafindo Perkasa. Jakarta, 2006