KONSTRUKSI PEMBERITAAN KONTROVERSI PILKADA 2020 DI ERA PANDEMI COVID-19 PADA
MEDIA ONLINE Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Oleh:
Devi Permata Sari NIM: 11160510000224
PROGRAM STUDI JURNALISTIK
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA 2022/1443 H
ii
PILKADA 2020 DI ERA PANDEMI COVID-19 PADA MEDIA ONLINE
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Devi Permata Sari NIM : 11160510000224
Pembimbing:
Dr. Bintan Humeira, M.Si NIP : 19771105 200112 2 002
PROGRAM STUDI JURNALISTIK
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2022/1443 H
iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
iv Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Devi Permata Sari NIM : 11160510000224
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Konstruksi Pemberitaan Kontroversi Pilkada 2020 di Era Pandemi Covid-19 Pada Media Online adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk keperluan seperlunya.
Jakarta, 02 Februari 2022
Devi Permata Sari
v ABSTRAK
Devi Permata Sari, Konstruksi Pemberitaan Kontroversi Pilkada 2020 di Era Pandemi Covid-19 Pada Media Online
Pilkada di tengah pandemi merupakan situasi yang sangat istimewa namun kontradiktif. Media berperan dalam dua situasi penting secara bersamaan, yaitu situasi politik yang berkaitan dengan pemilihan kepala daerah dan situasi pandemi virus covid- 19 sebagai situasi krisis kesehatan. Media detik.com dan kompas.com merupakan media online yang aktif memberitakan Pilkada di era pandemi covid-19. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan bagaimana detik.com dan kompas.com membingkai pemberitaan Pilkada 2020 di era pandemi covid-19.
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Adapun metode analisis yang digunakan adalah model analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Model framing tersebut menggunakan empat struktur dalam membedah teks yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.
Riset ini menggunakan perspektif teori media dan konstruksi sosial atas realitas sosial yang mengatakan bahwa realitas sosial adalah hasil konstruksi. Dalam konteks ini, media membangun realitas sosial tentang pilkada di masa pandemi melalui strategi teks mereka untuk mengarahkan khalayak pada pandangan tertentu tentang realitas.
Dari hasil penelitian ini menemukan kesimpulan bahwa detik.com dan kompas.com tampak mengambil posisi berbeda dalam pembingkaian isu pilkada di era pandemi covid-19. Detik tampak menunjukkan pembingkaian yang cenderung mendukung pelaksanaan Pilkada, sebaliknya kompas menunjukkan frame yang menolak.
Kata Kunci: Pilkada 2020, Kontroversi, Pro Kontra, Covid-19, Framing, Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, Detik.com, Kompas.com
vi
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam tak lupa penulis junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini merupakan konstribusi yang penulis lakukan sebagai mahasiswa Program Studi Jurnalistik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos). Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang berpartisipasi serta mendukung penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, M.A, sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D, Wakil Dekan 1 Bidang Akademik, Dr. Siti Napsiah, S.Ag, BSW, MSW, Wakil Dekan II Bidang Administrasi, Dr. Sihabudin Noor, M.Ag, serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Cecep Castrawijaya, M.A.
3. Kholis Ridho M.Si sebagai ketua Program Studi Jurnalistik, serta Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA sebagai Sekretaris Program Studi Jurnalistik.
vii
4. Dosen Pembimbing Dr. Bintan Humeira, M.Si yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
5. Seluruh dosen pengajar serta staff akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberi ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.
6. Media daring detik.com dan kompas.com yang artikelnya penulis gunakan dalam skripsi ini.
7. Kedua orangtua penulis, Ibu Imas Mas’ah dan Bapak Warmo, yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan doa untuk kelancaran perkuliahan serta dalam proses penyelesaian skripsi.
8. Saudara kandung penulis, Azizi Zuliana dan Hinin Wasilah yang selalu memberi semangat dan bantuan dalam bentuk apapun sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
9. Team Zenawa Almutaqin, Lia Kurniawati, Gita Andini, dan Sipa Paujiah yang selalu mengingatkan penulis untuk mengerjakan revisian sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Terima kasih kepada Dulur Alifia Dwi Ramandhita, Mia Reva Uktiana, Mega Bintang, Nurul Khotimah, Siti Mardianah, Tasya Awliya, Egih Supendi, M. Fachrureza, Muhammad Nurasan, Yudhistira Wicaksono yang selalu mendukung dan memberikan semangat dan tawa selama kuliah dan penyelesaian skripsi.
viii
revisian dan yang setia mendengarkan keluh kesah penulis.
12. Terima kasih kepada Denny Alldy Yusuf yang selalu memberikan semangat dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
13. Teman-teman Jurnalistik A, B, dan C angkatan 2016 terima kasih atas waktu yang telah dihabiskan bersama di masa perkuliahan.
14. Last but not least, I wanna thank me, for believing in me, for doing all this hard work, for having no days off, for never quitting, for just being me at all times.
Peneliti menyadari karya ilmiah ini berpotensi memiliki kekurangan, baik dari segi penulisan, tata bahasa, analisis, dan lainnya. Namun, peneliti berharap karya ilmiah ini dapat berkontribusi dalam bidang Ilmu Jurnalistik.
Bogor, 24 Januari 2022
Devi Permata Sari
ix DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah dan Batasan Masalah ... 8
C.Tujuan Penelitian ... 8
D.Manfaat Penelitian ... 9
E. Pemilihan Objek Penelitian ... 9
F. Metodologi Penelitian ... 11
G.Tinjauan Pustaka ... 15
H.Sistematika Penulisan ... 19
BAB II LANDASAN TEORI ... 21
A.Media Dan Konstruksi Sosial Atas Realitas ... 21
B.Media Dan Konstruksi Realitas Politik... 25
C.Pembingkaian Media (Framing) ... 31
D. Model Framing ... 33
E. Media Dalam Situasi Krisis ... 37
x
B.Kompas.com ... 46
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS ... 52
Hasil Temuan dan Analisis Teks Berita Detik.com dan Kompas.com ... 52
1. Analisis Teks Berita Detik.com dan Kompas.com Edisi 21 September 2020 ... 52
2. Analisis Teks Berita Detik.com dan Kompas.com Edisi 25 September 2020 & 30 September 2020 ... 71
BAB V PEMBAHASAN ... 92
A. Analisis teks detik.com & kompas.com edisi 21 September 2020 ... 92
B.Analisis teks detik.com & kompas.com edisi 25 September & 30 September ... 96
C.Interpretasi ... 103
BAB VI PENUTUP ... 108
A.Kesimpulan ... 108
B.Saran ... 109
DAFTAR PUSTAKA ... 110
LAMPIRAN ... 113
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Struktur Framing ... 34
Tabel 4.1 Headline Detik.com dan Kompas.com ... 52
Tabel 4.2 Lead Detik.com dan Kompas.com ... 54
Tabel 4.3 Latar Detik.com dan Kompas.com ... 55
Tabel 4.4 Kutipan Detik.com dan Kompas.com ... 57
Tabel 4.5 Pernyataan Detik.com dan Kompas.com ... 58
Tabel 4.6 Penutup Detik.com dan Kompas.com ... 60
Tabel 4.7 Skrip berita Detik.com dan Kompas.com ... 62
Tabel 4.8 Detail Detik.com dan Kompas.com ... 64
Tabel 4.9 Koherensi Detik.com dan Kompas.com ... 66
Tabel 4.10 Kata Ganti Detik.com dan Kompas.com ... 68
Tabel 4.11 Leksison Detik.com dan Kompas.com ... 69
Tabel 4.12 Grafis Detik.com dan Kompas.com ... 70
Tabel 4.13 Headline Detik.com dan Kompas.com ... 71
Tabel 4.14 Lead Detik.com dan Kompas.com ... 72
Tabel 4.15 Latar Informasi Detik.com dan Kompas.com ... 73
Tabel 4.16 Kutipan Detik.com dan Kompas.com ... 74
Tabel 4.17 Pernyataan Detik.com dan Kompas.com ... 78
Tabel 4.18 Penutupan Detik.com dan Kompas.com ... 79
Tabel 4.19 Skrip berita Detik.com dan Kompas.com ... 81
xii
Tabel 4.22 Kata Ganti Detik.com dan Kompas.com ... 87
Tabel 4.23 Leksison Detik.com dan Kompas.com ... 89
Tabel 4.24 Grafis Detik.com dan Kompas.com ... 90
Tabel 5.1 Perbedaan Frame Detik.com dan Kompas.com ... 98
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pilkada (Pemilihan Kepada Daerah) tahun 2020 dilaksanakan di tengah kondisi pandemi. Kendati demikian, pemerintah bersikeras untuk tetap melaksanakan pilkada meski pandemi belum usai.
Presiden Joko Widodo menegaskan tahapan pelaksanaan pilkada serentak 2020 di 270 wilayah akan tetap dilaksanakan. Pemungutan suara pilkada serentak digelar 9 Desember 2020. Jika berkaca pada kondisi, hal tersebut sangat dilematis mengingat pandemi masih belum berakhir, sebagian pihak menilai pilkada serentak akan membuka potensi terjadinya penularan virus di tengah masyarakat.
Keputusan pelaksanaan pilkada pun tetap dijalankan di tengah banyaknya kritik dari sejumlah kalangan, meskipun usulan penundaan pilkada tetap disuarakan oleh berbagai elemen masyarakat. Pasalnya, hingga saat ini jumlah pasien covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda penurunan yang signifikan.
Masyarakat khawatir akan munculnya kluster baru saat pemilu berlangsung.
Pilkada yang digelar saat pandemi menuai kontroversi. Dua kelompok Muslim terbesar di Indonesia NU dan Muhammadiyah mendesak pemerintah untuk menunda pemilu dan memprioritaskan keselamatan masyarakat di tengah pandemi covid-19. Jusuf Kalla, Mantan Wakil Presiden dan Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) mengatakan hal yang sama, ia mengatakan “Pilkada serentak 2020 sangat berpotensi menjadi kluster baru penularan covid-19 sehingga pelaksanaannya perlu ditunda. Ia menambahkan pada tahapan pendaftaran calon kepala daerah sudah banyak tercipta kerumunan yang dikhawatirkan menjadi klaster penularan covid- 19. Hal itu diperparah dengan terpaparnya sejumlah bakal calon kepala daerah dan penyelenggara pemilu di tingkat daerah hingga nasional.” 1
Usulan penundaan pilkada nyatanya sulit terealisasikan, Pemerintah bersikeras untuk tetap melanjutkan pilkada dengan dalih menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Menko Polhukam Mahfud MD menyatakan penundaan pilkada dirasa tidak memungkinkan terjadi, pasalnya hal tersebut membutuhkan UU dan Perpu yang tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, selain itu penundaan pilkada akan
1 https://nasional.kompas.com/read/2020/09/21/12574601/jusuf-kalla-jika- pilkada-membuat-rakyat-sakit-untuk-apa-disegerakan diakses pada 31 Januari 2021
3
berdampak pada sejumlah pejabat Plt dibeberapa Pemerintah Daerah yang tidak memungkinkan mereka membuat kebijakan strategis.
Pilkada di tengah pandemi merupakan situasi yang sangat istimewa namun kontradiktif, oleh sebab itu jangan sampai dengan alasan menegakkan nilai-nilai demokrasi malah menjadi pertaruhan kesehatan masyarakat, karena sejatinya demokrasi itu untuk kebaikan dan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan demokrasi itu penting, namun kesehatan dan keamanan masyarakat pun penting. Dalam kontestasi pilkada media massa berfungsi sebagai alat komunikasi dan seharusnya menjadi sarana nilai-nilai kebenaran agar masyarakat dapat menilai dan melihat secara apa adanya. Media diharapkan untuk tidak memunculkan kesan yang terlalu menilai atau keberpihakan dalam tahapan pilkada. Media bisa saja memihak salah satu kubu yang bertentangan tersebut atau bersikap netral.
Namun selalu saja ada kelompok-kelompok yang dominan dalam pemberitaan dari segi wawancara, pendapat, kutipan, hingga pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.
Pemberitaan mengenai pilkada di tengah virus covid-19 menjadi agenda pembicaraan masyarakat, semakin hangat dan ramai topik mengenai pemberitaan tersebut pada akhirnya akan membentuk opini publik di masyarakat. Banyak pro dan kontra terkait pilkada yang
akan digelar. Peristiwa politik selalu dijadikan sebagai bahan pemberitaan untuk menarik perhatian media massa. Liputan politik seringkali lebih rumit daripada liputan bidang lain. Pemberitaan politik memiliki dimensi pembentuk opini publik dalam proses pembentukan opini publik. Media massa pada umumnya melakukan tiga kegiatan dalam waktu yang bersamaan, pertama menggunakan simbol politik, kedua menerapkan strategi pengemasan, dan ketiga memainkan peran agenda media.2
Media memiliki kebijakan editorialnya sendiri, yang menjadi dasar bagi organisasi media massa untuk mempertimbangkan pemberitaan atau penyiaran berita.
Kebijakan editorial memberikan pertimbangan penting terhadap peristiwa serta reaksi terhadapnya. Ideologi, ekonomi, masyarakat, budaya, dan agama berada di balik pemberitaan yang ditulis oleh media.3
Pada 30 September 2020, Kompas.com menuliskan berita dengan judul “KPU Tak Tutup Mata Dengan Usulan Penundaan, Tetapi Inginkan Pilkada Tetap Dilanjutkan” dalam berita tersebut dituliskan pernyataan Plh Ketua KPU RI Ilham Saputra yang mengatakan dengan jelas mengaku pihaknya tak menutup mata dengan desakan sejumlah pihak yang
2 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa, (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2004), h. 2
3 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat: Kalam Indonesia,2005)
5
meminta penundaan pilkada 2020. Namun besarnya energi dan anggaran yang sudah dikeluarkan, KPU ingin tahapan pilkada tetap berjalan.4
Setiap media dalam proses menyusun fakta atau berita tentu saja akan menekankan pembaca pada sebuah makna dan pemberitaan khusus sesuai kepentingan media. Dalam pembingkaian berita, detik.com dan kompas.com memiliki strategi pembingkaian realitas merujuk pada apa yang menjadi kepentingan media. Salah satu strategi pembingkaian yang dilakukan oleh media meliputi penekanan fakta yang berbeda dan penggunaan teks dalam mendeskripsikan realitas. Perbedaan dalam strategi salah satunya dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang media, dari aspek ideologi, nilai, relasi kuasa pada aspek kepemilikan media, dan sebagainya.
Seluruh aspek yang melekat pada media sebagai sebuah entitas bisnis, ditambah konteks sosial, tentu akan mempengaruhi bagaimana media membingkai realitas. Demikian juga yang terjadi pada masa pandemi covid ini. Era pandemi berbarengan dengan rencana pilkada sebagai sebuah praktek politik, tentu menarik untuk dikaji. Tentu, praktik politik dalam era
4 https://nasional.kompas.com/read/2020/09/30/17325801/kpu-tak-tutup-mata- dengan-usul-penundaan-tetapi-ingin-pilkada-tetap?page=all diakses pada 31 Januari 2021
pandemi ini menjadi unik jika dilihat dari bagaimana media membingkai realitas unik ini.
Keunikan pada realitas ini terletak pada situasi politik (pilkada) yang berlangsung pada saat dimana seluruh dunia, termasuk di Indonesia mengambil kebijakan lockdown atau pembatasan mobilitas sosial sebagai langkah mengatasi resiko penularan dan meningkatkan angka kematian. Untuk itu, penelitian ini ingin melihat secara lebih jelas bagaimana media membingkai situasi politik di era pandemi ini. Apakah media lebih mengutamakan realitas kesehatan sebagai isu utama atau justru menjadikan mempolitisasi isu pendemi untuk kepentingan kelompok tertentu yang mendukung atau menolak pilkada di masa pandemic covid.
Peneliti mencoba mencari tahu apakah ada orientasi politik yang berbeda diperlihatkan oleh media terhadap fakta politik. Orientasi politik ini tentu tergambar pada cara melihat yang berbeda terhadap realitas yang dijadikan berita. Cara melihat yang berbeda ini berpengaruh terhadap hasil akhir konstruksi realitas atau wacana yang dibangun dari kenyataan yang sama.
Selain itu riset ini menjadi penting untuk melihat bagaimana media berperan dalam dua situasi penting secara bersamaan, yaitu situasi politik yang berkaitan dengan pemilihan kepala daerah dan situasi pandemi virus covid-19 yang bisa dikatakan sebagai situasi
7
krisis kesehatan. Dua hal tersebut tentu saja menjadi konteks penting bagaimana strategi pemberitaan media dalam menyikapi situasi politik dikala pandemi covid- 19 yang membawa persoalan signifikan dalam aspek ekonomi dan sosial. Masyarakat berada dalam kondisi yang lebih sensitif secara psikososial dengan meningkatnya pengangguran akibat PHK, kebijakan pembatasan sosial berskala besar mikro hingga makro yang turut mengancam banyak bisnis dan usaha masyarakat sehingga mengakibatkan bangkrut dan tutup. Belum lagi ditambah dengan ancaman kematian yang tinggi dari infeksi virus yang secara statistik menunjukkan angka ratusan ribu kematian dalam waktu yang singkat.
Penyelenggaraan pilkada di tengah pandemi covid- 19 ini kemudian menghadirkan kontroversi yang cukup besar dalam pembicaraan publik, demikian juga di dalam pemberitaan media. Untuk mengetahui kontruksi mengenai pemberitaan pilkada 2020 di tengah pandemi covid-19 peneliti menggunakan teori konstruksi realitas media massa dan analisis framing dengan model Zhongdang Pan dan Kosicki. Peneliti memilih menggunakan model analisis framing Zhongdang Pan dan Kosicki karena metode ini merupakan salah satu model yang paling populer dan banyak dipakai untuk menganalisa sebuah media dalam mengkontruksi suatu teks berita.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Konstruksi Pemberitaan Kontroversi PILKADA 2020 di Era Pandemi Covid-19 Pada Media Online”
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah
Bagaimana detik.com dan kompas.com mengonstruksi pemberitaan kontroversi pilkada 2020 di era pandemi Covid-19??
2. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti hanya melihat persoalan pembingkaian dari strategi teks yang digunakan. Peneliti tidak melakukan analisis pada aspek produksi teks melalui wawancara dengan pembuat teks.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas dan rumusan masalah yang telah peneliti jelaskan maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi strategi teks yang digunakan oleh detik.com dan kompas.com dalam membingkai isu pilkada di era pandemi.
2. Menunjukkan perbedaan bingkai yang digunakan oleh detik.com dan kompas.com dalam menyajikan realitas tentang pilkada di era pandemi.
9
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat akademik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam disiplin ilmu komunikasi, khususnya dalam penelitian analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, selain itu diharapkan khalayak khususnya mahasiswa dapat memahami realitas yang ada dalam sebuah berita yang dikemas oleh media serta berbagai kontruksi didalamnya.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan dalam menambah sumber informasi yang dapat memberikan manfaat bagi para praktisi. Selain itu, sebagai wacana pemikiran dan referensi tambahan untuk memperdalam teori dan menjadi bahan pustaka bagi kajian komunikasi, khususnya untuk memperkaya jurnalisme. Selain itu, jurnalis dan mahasiswa diharapkan mampu memahami dan mengembangkan keterampilan tentang konstruksi sebuah media dalam menyebarkan informasi.
E. Pemilihan Objek Penelitian
Penulis memilih media online detik.com dan kompas.com sebagai objek penelitian karena media online tersebut terlihat memiliki sudut pandang sendiri dalam memberitakan pilkada di tengah pandemi, selain
itu media online tersebut aktif mengangkat pemberitaan mengenai pilkada. Dari kedua media tersebut, peneliti memilih artikel tertentu sebagai objek analisis yaitu artikel tanggal 21 September 2020 berjudul “Beredar Surat Penundaan Pilkada 2020, Komisi II: Masih Tetap 9 Desember”, “Jusuf Kalla: Jika Pilkada Membuat Rakyat Sakit, Untuk Apa Disegerakan?” artikel 25 September 2020 berjudul “Pilkada Didesak Ditunda, KPU: Sudah Banyak Energi Anggaran Dikeluarkan”
dan 25 September 2020, berjudul “Pilkada 2020 Mulai Berdampak Pada Penambahan Kasus Covid-19”
Menurut www.alexa.com pada September 2020 detik.com dan kompas.com berada diantara 50 situs web yang paling banyak dikunjungi oleh pengguna internet di Indonesia. Dalam kategori ini kompas.com dan detik.com berada di urutan kelima dan keenam dengan jumlah total Sites Linking In sebanyak 30,770 dan detik.com sebanyak 32,136.5 Peringkat yang tinggi dari kedua portal tersebut menunjukkan bahwa kedua portal tersebut paling banyak dikunjungi oleh masyarakat.
Detik.com merupakan portal berita online di bawah naungan perusahaan PT. Agracom (Agranet Multicitra Sibercom). Detik.com memiliki slogan “kenapa tunggu besok kalau detik ini juga anda sudah tahu
5 Top Sites in Indonesia https://www.alexa.com/topsites/countries/ID diakses pada 13 Oktober 2020
11
informasi”. Kompas.com merupakan media nasional di bawah naungan Kompas Gramedia Group.
Kompas.com mempunyai tagline “Jernih Melihat Dunia”. Kompas.com ingin memposisikan diri sebagai media yang selalu menyajikan informasi dalam perspektif yang objektif, utuh, independen, tidak bias oleh kepentingan politik, ekonomi, dan kekuasaan.6
Dalam pemilihan sample berita ini penulis menggunakan Teknik sampling purposive. Margono menyatakan dalam pengambilan sample pemilihan subjek didasarkan pada sifat-sifat tertentu yang diduga berkaitan erat dengan sifat-sifat populasi yang telah diketahui sebelumnya.7 Dalam hal ini penulis memilih berita dengan aspek kesesuaian judul dan isi berita.
F. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian
penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis merupakan paradigma yang terbentuk dari hasil konstruksi yang memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural tapi terbentuk dari hasil konstruksi.8 Paradigma ini melihat ilmu sosial sebagai analisis sistematis dari perilaku yang bermakna dalam
6 https://inside.kompas.com/about-us diakses pada tanggal 16 Oktober 2020
7 Mamik, Metodologi Kualitatif, (Jawa Timur: ZifatamaPublishing, 2015), h.53
8 Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Indeks,2008)
masyarakat, dengan pengamatan langsung dan rinci dari aktor sosial yang menciptakan dan memelihara atau mengelola dunia sosialnya.
Dalam konteks penelitian ini, peneliti melihat bahwa realitas tentang pilkada di era pandemi yang dibingkai oleh detik.com dan kompas.com memiliki perbedaan. Ada kecenderungan bahwa pembingkaian kedua media terbentuk sebagai hasil konstruksi media atas realitas. Dengan kata lain, realitas pilkada di era pandemi bukan realitas yang tampil begitu saja, apa adanya di ruang media, namun sebagai hasil konstruksi.
2. Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan paradigma dan permasalahan yang dipilih dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian deskriptif yang cenderung menggabungkan analisis dengan pendekatan induktif.9Creswell menjelaskan bahwa metode kualitatif adalah metode menyusun pernyataan pengetahuan berdasarkan sudut pandang yang konstruktif (misalnya, makna dari pengalaman pribadi, nilai-nilai sosial, dan sejarah, yang bertujuan untuk menetapkan teori atau model pengetahuan tertentu) atau berdasarkan perspektif partisipatori (misalnya: orientasi terhadap politik, isu,
9 Rukin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Sulawesi Selatan: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia, 2019)
13
kolaborasi, atau perubahan), atau keduanya.10 Penelitian kualitatif dapat mendeskripsikan peristiwa atau realitas sosial dari sudut pandang subjek, bukan dari sudut pandang peneliti sebagai pengamat.
Metode Kualitatif bertujuan untuk menggali dan memahami secara deskriptif pengalaman, tingkahlaku, pemikiran, motivasi, tindakan dan perilaku objek penelitian melalui penggunaan berbagai metode ilmiah dan berupa bentuk latar belakang khusus.11
3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Analisis ini dibagi menjadi empat struktur utama, yaitu: struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik dan struktur retoris. Penulis menganalisis berita tentang pilkada selama pandemi Covid-19 tahun 2020 di portal berita detik.com dan kompas.com, kemudian penulis menarik hasil analisisnya. Hasil penelitian ini bersifat deskriptif dan menguraikan bagaimana portal berita detik.com dan kompas.com menyusun realitas berita.
4. Teknik Pengumpulan Data
Riset ini menggunakan metode pengumpulan data berupa dokumentasi. Dokumentasi merupakan
10 Ajat Rukajat, Pendekatan Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:
DEEPUBLISH,2018)
11 Lexy, J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2006)
instrumen yang sering digunakan dalam berbagai metode pengumpulan data yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang mendukung analisis isi dan interpretasi data.12Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti buku yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dan mendukung penelitian yang diperoleh penulis melalui internet, kepustakaan, selain itu peneliti mengumpulkan teks berita dengan meneliti teks berita yang berhubungan dengan Pilkada 2020 di era pandemi covid-19 pada media online detik.com edisi 21 september yang berjudul Beredar Surat Penundaan Pilkada 2020, Komisi II : Masih Tetap 9 Desember.
Kompas edisi 21 september berjudul Jusuf Kalla: Jika Pilkada Membuat Rakyat Sakit, Untuk Apa Disegerakan? Detik.com edisi 25 September berjudul Pilkada Didesak Ditunda, KPU: Sudah Banyak Energi Anggaran Dikeluarkan. Kompas.com edisi 30 September berjudul Pilkada 2020 Mulai Berdampak Pada Penambahan Kasus Covid-19.
5. Teknik Analisis Data
John Creswell mendefinisikan penelitian sebagai suatu proses bertahap yang dimulai dengan mengidentifikasi masalah atau isu yang akan diteliti, kemudian diikuti dengan mengkaji bahan bacaan atau
12 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:
Kencana,2006)
15
literatur, kemudian menentukan dan memperjelas tujuan penelitian, setelah itu dilanjutkan dengan pengumpulan data dan analisis data.
Analisis berarti mengolah data, mengorganisasikan data, memecahkan dalam satuan-satuan kecil, dan mencari pola dan tema yang sama. Data dapat dianalisis menggunakan langkah-langkah berikut:13 1. Membaca data yang diperoleh beberapa kali sambil
mengurangi informasi tumpang tindih atau berulang-ulang.
2. Melihat arti atau pentingnya data yang diperoleh.
3. Mengklarifikasi atau mengkode data yang mirip atau cocok dengan data lain.
4. Carilah pola atau tema yang menghubungkan pikiran seseorang satu sama lain.
5. Mengkonstruksikan kerangka kerja untuk mendapatkan esensi dari apa yang ingin disampaikan oleh data.
G. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul penelitian, penulis mereview dan mereferensikan beberapa penelitian yang pernah dilakukan. Analisis yang penulis gunakan merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu dan buku-buku yang membahas tentang analisis framing
13 Cony R Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya, (Jakarta : PT Grasindo,2010) hal 122-123
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kesamaan dan plagiat. Penulis menemukan beberapa skripsi yang dapat dijadikan referensi diantaranya sebagai berikut:
1. Skripsi berjudul “Analisis Framing Pemberitaan Pengesahan Peraturan Presiden (PERPES) Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) di Detik.com dan Republika Online” Karya : Ahmad Muhajirin, Mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini membahas tentang framing yang dilakukan detik.com dan Republika Online terhadap pemberitaan mengenai pengesahan perpes nomor 20 tahun 2018 tentang penggunaan TKA.
Hasilnya detik.com mengkonstruksi kebijakan yang termuat pada Perpes Nomor 20 Tahun 2018 lebih responsif terhadap perkembangan zaman termasuk dengan munculnya jenis-jenis pekerjaan baru. Framing yang ditonjolkan detik.com yaitu pemaparan mengenai kemudahan dalam Perpes TKA lebih kepada penyederhanaan aspek prosedur, birokrasi, dan mekanisme perizinan tanpa menghilangkan syarat kualitatif TKA. Sedangkan Republika online mengkonstruksi Perpes Nomor 20 Tahun 2018 sebagai kebijakan yang bermasalah karena bertentangan dengan undang-undang ketenagakerjaan. Republika Online menonjolkan
17
pada aspek bahwa kebijakan dalam Perpes TKA pada akhirnya tetap berujung pada kemudahan bagi tenaga kerja asing sehingga persepsi yang terlihat bahwa pengesahan Perpes TKA bukan solusi terbaik karena tidak memihak kepada tenaga kerja lokal.
2. Skripsi berjudul “Framing Pemberitaan Dugaan Penistaan Agama oleh Sukmawati Soekarnoputri (Analisis Komparasi Pada Media Online Republika.co.id dan Kompas.com”
Karya: Hazhiyah Rif’at Fathaniyah, Mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Peneliti membahas framing yang dilakukan oleh Republika.co.id dan Kompas.com terkait pemberitaan dugaan penistaan agama oleh Sukmawati Sukarnoputri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Republika Online dan Kompas.com menggunakan format yang berbeda dalam postingan mereka tentang dugaan penistaan agama oleh Sukmawati Sukarnoputri. Dalam pemberitaannya, Republika.Online mendesak Sukhmawati untuk bertanggung jawab karena melanggar pasal 156a KUHP tentang penodaan agama. Framing yang dilakukan Kompas.com cenderung berimbang karena menampilkan berita dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Skripsi judul “Kontruksi Isu Pemberitaan
Perempuan Berpolitik Di Republik Online”
Karya: Neneng Haryani, Mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti ini membahas tentang Kontruksi Isu Pemberitaan Perempuan Berpolitik Di Republik Online.
Hasilnya menunjukan bahwa Republika Online dalam tiga pemberitaan yang diteliti yakni pada 07 januari, 25 Februari, dan 04 Maret 2018 Republika Online terlihat mendukung gerakan perempuan untuk terjun ke dunia politik. Namun, setelah diteliti menggunakan Framing pan dan kosicki yang melihat struktur teks melalui penggunaan lead, kalimat dan lainnya dapat dilihat bahwa ada kecenderungan secara tidak langsung Republika Online menganggap bahwa penyebab perempuan sulit untuk ikut andil dalam politik adalah karena perempuan itu sendiri.
3. Skripsi judul “Pembingkaian Berita Salah Penanganan Oleh Lembaga Pengamanan Negara Terhadap Kelompok Anarko Sindikalisme Pada Hari Buruh 2019 Di tempo.co” Karya: Bintang Raya Hanzari, Mahasiswa Jurnalistik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti ini membahas Pembingkaian berita Terhadap Kelompok Anarko Sindikalisme Pada Hari Buruh 2019 Di tempo.co.
Hasilnya menunjukkan secara garis besar tempo.co
19
mendukung segala bentuk gerakan dan perjuangan yang dilakukan anarko sindikalisme.
H. Sistematika Penulisan BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORI
Pada bab ini peneliti akan membahas gambaran umum mengenai Pemilihan umum, Pilkada, konstruksi sosial media massa, media massa, peran media massa, media online, berita, analisis framing, dan analisis framing Zhongdang pan dan Kosicki.
BAB III: GAMBARAN UMUM
Pada bab ini peneliti membahas tentang gambaran umum profil dari sejarah berdirinya Detik.com dan Kompas.com.
BAB IV: TEMUAN DAN ANALISIS
Pada bab ini peneliti menguraikan hasil temuan dan analisis yang berisi pemberitaan kontroversi pilkada 2020 di era pandemi covid-19 pada media online detik.com dan kompas.com. Temuan penelitian menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan
dan Gerald M. Kosicki dengan melihat pada unsur sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.
BAB V: PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti menjelaskan analisis data dari hasil temuan yang sudah dibahas pada bab empat.
BAB VI: PENUTUP
Pada bab ini peneliti akan membahas dua hal yakni kesimpulan dan saran.
21 BAB II LANDASAN TEORI
A. Media Dan Konstruksi Sosial Atas Realitas
Dalam proses sosial, individu manusia dianggap sebagai pencipta realitas sosial yang relatif bebas dalam dunia sosialnya sendiri. Dalam penjelasan paradigma konstruktivis, realitas merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu.14 Realitas sosial tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya kehadiran individu, realitas sosial memiliki makna secara subyektif oleh individu lain sehingga menetapkan realitas secara objektif.
Menurut Berger realitas tidak terbentuk secara alami dan tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh tuhan, melainkan dibentuk dan dikonstruksi. Dalam mengkonstruksi sebuah realitas media banyak faktor yang mendukung dalam mengkonstruksi media tersebut. Diantaranya adalah faktor ekonomi, politik, ideologi. Menurut Berger dan Luckmann, konstruksi sosial tidak dilakukan dalam ruang hampa, namun sarat dengan kepentingan-kepentingan.
Salah satu faktor yang membentuk realitas sosial adalah media. Peran media dalam membentuk realitas sangatlah penting karena mampu menampilkan sebuah
14 Burhan Bugin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2008), h.11
cara dalam memandang realitas.15 Berger dan Luckman menilai proses konstruksi melalui interaksi sosial yang dialektis dari tiga bentuk realitas, yakni symbolic reality, objective reality, dan subjective reality. Dalam konteks kontruksi realitas media, Berger dan Luckman tidak secara spesifik bicara tentang ini, namun pendangan teori konstruksi sosial atas realitas menegaskan bahwa realita merupakan hasil konstruksi, bukan hadir begitu saja. Demikian juga realita yang disajikan oleh media melalui pemberitaannya. Secara khusus tentang kontruksi realitas sosial oleh media massa dijelaskan oleh Bungin dalam gambar berikut dibawah ini:
Gambar 2.1
Proses Konstruksi Sosial Oleh Media Massa (Bungin, 2006; 208)
15 Jurnal Academica Fisip Untad Vol.03 No. 02 Oktober 2011
23
Dari gambar 2.1 diatas menunjukkan bahwa proses konstruksi sosial media massa berlangsung dalam beberapa tahap:
1. Tahapan menyiapkan materi konstruksi
Pada tahap menyiapkan materi konstruksi, tiga hal dalam tahapan ini yakni keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum.
2. Tahapan sebaran konstruksi
Tahap sebaran konstruksi, dasar/prinsip dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai kepada khalayak secara tepat berdasarkan agenda media, sesuatu yang dipandang penting oleh media menjadi penting pula bagi pemeriksa atau pembaca.
3. Tahap pembentukan konstruksi
Tahap pembentukan konstruksi realitas, pembentukan struktur realitas ada tiga tahap, yaitu:
(1) konstruksi realitas pembenaran; (2) kesediaan konstruksi oleh media massa; (3) sebagai pilihan konsumtif.
4. Tahap konfirmasi.
Tahap konfirmasi adalah tahapan dimana media massa dan khalayak memberikan argumen dan
pertanggungjawaban untuk memilih terlibat dalam pembentukan konstruksi.
Menurut Bungin ada dua model konstruksi realitas media massa, yaitu model analog dan refleksi realitas.
Model analog muncul dan dibangun secara rasional dan dramatis dalam berbagai peristiwa. Dari hal tersebut masyarakat menerima realitas yang dikonstruksi media massa dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat, tetapi realitas yang dikonstruksi oleh media massa bukan realitas sebenarnya. Sedangkan model refleksi dibangun dari refleksi yang pernah terjadi dalam masyarakat.16
Dilihat dari paradigma konstruktivisme, fakta merupakan konstruksi dan realitas. Kebenaran suatu fakta bersifat relatif, berlaku sesuai konteks tertentu.
Dalam menilai media, pandangan konstruktivisme mempunyai posisi yang berbeda dibandingkan dengan positivisme. Pendekatan konstruktivisme memiliki karakteristik penting pertama, pendekatan ini menekankan pada politik pemaknaan dan proses penciptaan realitas. Kedua, pendekatan ini memperlakukan aktivitas komunikatif sebagai proses yang dinamis.
Paradigma konstruktivisme melibatkan dua aspek yakni hermeunetik dan dialetik. Hermenuetik
16 Jurnal Orasi : Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Volume 11, No.1, Juli 2020
25
merupakan kegiatan yang mengaitkan teks- percakapan, tulisan, atau gambar, sedangkan dialetik merupakan penggunaan dialog sebagai pendekatan agar subjek yang diteliti dapat ditelaah pemikiran dan membandingkannya dengan cara berpikir peneliti sehingga harmonitas komunikasi dan interaksi dapat dicapai dengan maksimal.17
B. Media Dan Konstruksi Realitas Politik
Media massa merupakan alat utama dalam proses komunikasi massa. Media merupakan faktor pendorong proses politik yang sedang berjalan, sebagai medium medialah yang mengantarkan informasi kepada seluruh lapisan masyarakat. Media adalah sarana penyebaran informasi yang dapat menyebarkan informasi, sarana komunikasi dan penyebaran informasi dalam skala besar, dan dapat diakses secara luas oleh masyarakat.18 Media massa adalah sarana terbesar dan terpenting untuk transmisi informasi secara langsung dan simultan. Masyarakat dapat membedakan tiga jenis media yaitu media cetak, media elektronik, dan media online.19
17 Neuman, William Lawrence, Social Research Methods: qualitative and quantitative Approaches (Pearson Education, 2003)
18 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Prenada Media Group,2006) h,72
19 Bill Kovach & Tom Rosenstiel, Sembilan Elemen Jurnalisme, (Depok:
Pantau,2003), h.38-39
Dalam pandangan kritis media mempunyai kepentingan ekonomi, politik, dan ideologi dalam mengkonstruksi realitas dan isu, termasuk politik.
Artinya, ketika menjalankan fungsinya, media massa tidak begitu saja memberitakan realitas atau isu-isu, termasuk realitas dan isu politik. Media massa sarat dengan kepentingan politik. Biasanya nuansa politis tersebut menampilkan dua kelompok tertentu yang dominan. Konflik-konflik semacam itu akan muncul di media massa berdasarkan persepsi mereka terhadap media yang bersangkutan terhadap realitas, latar belakang, dan ideologi media, serta wartawan dalam meliput berita tersebut.
Media memang memiliki kekuasaan untuk mencapai beberapa efek. Media memang melindungi atau mengemukakan kepentingan orang-orang yang memiliki kekuasaan ekonomi atau politik yang lebih besar dalam masyarakat mereka sendiri. Liputan politik memiliki dimensi pembentukan opini publik (public opinion), media menggunakan kekuatannya untuk membentuk opini publik sehingga mampu untuk mempengaruhi kebijakan negara.20
Ada dua penyebab mengapa komunikasi politik yang melibatkan media massa memiliki ciri khas
20 Budianto Heri, Kontestasi Politik Dalam Ruang Media, (Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP: 2019), h 15
27
membentuk opini publik. Pertama, dilihat dari luasnya jangkauan media dalam menyebarkan berbagai pesan dan pembicaraan politik beserta fungsinya masing- masing. Karena lingkup pengaruhnya, penggunaan media oleh aktor politik untuk menyebarkan wacana politik dapat menimbulkan berbagai manfaat politik, mulai dari perolehan materi, peningkatan status, identitas, hingga penyebaran informasi terutama pencapaian tujuan politik. Jelas media massa dapat menjadi alat bantu yang ampuh. Kedua dari aspek
“campur tangan” media dalam menyajikan realitas politik melalui suatu proses yang kita sebut proses konstruksi realitas.21Komunikasi politik ialah sebuah proses dimana kegiatan tersebut berlangsung secara berkala.Terdapat lima unsur proses komunikasi politik diantaranya: (1) Aktor, (2) Pesan, (3) Saluran, (4) Konteks, (5) Pengaruh.22
Aktor merupakan pihak yang terlibat dalam proses penyampaian pesan seperti kelompok, individu, organisasi, lembaga, dan pemerintah. Unsur selanjutnya ialah pesan. Komunikasi dapat diartikan sebagai komunikasi politik apabila pesan yang dipertukarkan antar partisipan memberikan efek
21 Henry Subiakto & Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi (Jakarta: PRENADAMEDIA, 2014)
22 Pawito, Komunikasi Politik, Media Massa dan Kampanye Pemilihan (Yogyakarta & Bandung: Jalansutra, 2009)
kepada perkembangan politik. Dalam unsur saluran komunikasi politik, media massa sangatlah berperan sebagai saluran komunikasi politik. Konteks dalam proses komunikasi politik merupakan keadaan dan kecenderungan yang meliputi proses komunikasi politik dengan segala aturan serta nilai dan norma.
Terakhir unsur pengaruh, efek ini berupa perubahan situasi, atau tidak terjadi perubahan, atau perubahan situasi yang lebih buruk.
Komunikasi politik merupakan komunikasi yang mempunyai pengaruh aktual dan potensial mengenai fungsi dari pernyataan politik atau entitas politik lainnya. Komunikasi politik sangatlah beragam, saluran komunikasi politik merupakan alat atau sarana yang memudahkan penyampaian pesan politik.
Saluran komunikasi tidak hanya mencakup alat atau sarana seperti mesin cetak, radio, televisi tetapi yang penting adalah manusia itu sendiri. Oleh karena itu, manusia sebagai aktor politik memanfaatkan media massa untuk menyebarluaskan pembicaraan- pembicaraan politik dengan harapan capaian tujuan politiknya lebih besar daripada melalui saluran komunikasi politik lainnya.23
23 Ejoernal ilmu komunikasi, volume 2 Nomor 3,2014: 347-356
29
Dalam komunikasi politik konstruksi realitas oleh media massa menjadi sangat khas, sebab cara sebuah media mengkonstruksi suatu peristiwa politik akan memberi citra tertentu mengenai sebuah realitas politik, yang bagi para aktor dan partai politik citra ini sangat penting demi kepentingan politiknya masing- masing.24
Berbagai bentuk kejadian yang dipublikasikan kepada masyarakat luas tentu saja melalui tahapan- tahapan, mulai dari pemilahan atas peristiwa, penyuntingan, pengeditan sehingga menjadi sebuah berita. Proses produksi berita merupakan proses seleksi dimana setelah berita masuk ke tangan redaktur, kemudian akan diselesaikan lagi dan diedit dengan cara menekankan bagian mana yang perlu dikurangi dan bagian mana yang perlu dikurangi.
Berita pada dasarnya dibentuk melalui proses aktif dari sipembuat berita.
Dalam wacana akademis konsep politik media dapat dipahami setidaknya dalam tiga frame analisis pertama, politik media sebagai kebijakan negara.
Politik media sebagai kebijakan negara menempatkan posisi negara begitu kuat, dalam perspektif ini politik media merupakan keseluruhan kebijakan yang
24 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa, (Jakarta:
Granit, 2004)
melibatkan seluruh unsur-unsur dari sistem politik (partai, parlemen, pemerintah) yang berlangsung ataupun tidak langsung mempengaruhi produksi, distribusi, dan konsumsi (penerimaan) isi informasi dalam masyarakat. Kedua, politik media sebagai sistem jaringan perilaku antar aktor. Secara umum politik media dalam konteks ini dipahami sebagai jaringan hubungan antara aktor politik ataupun ekonomi yang berkepentingan terhadap proses pengembangan wacana dalam sebuah tema tertentu.
Ketiga, politik media sebagai konvergensi ekonomi- politik cenderung bersifat sangat normatif karena dalam kenyataannya politik penyiaran dan politik telekomunikasi dianalisis terpisah karena dua kebijakan ini memiliki tujuan yang melibatkan institusi serta aktor-aktor yang berbeda.25
Dalam pandangan konstruksionis, berita itu ibaratkan sebuah drama ia bukan menggambarkan realitas melainkan potret dari arena pertarungan antara berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa.
Proses pemaknaan selalu melibatkan nilai-nilai tertentu sehingga mustahil berita merupakan pencerminan dari realitas. Realitas yang sama bisa jadi menghasilkan berita yang berbeda. Perbedaan antara realitas yang sesungguhnya dan berita tidak dianggap
25 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 4, Nomor 1, Juni 2007
31
salah, tetapi sebagai suatu kewajaran.26 Salah satu teknik yang digunakan dalam konstruksi realitas media adalah framing.
C. Pembingkaian Media (Framing)
Dalam perspektif komunikasi, analisis framing digunakan untuk membedah dan mengetahui cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta.
Dengan kata lain framing merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui bagaimana opini atau sudut pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita.
Framing adalah analisis teks yang berada dalam paradigma penelitian konstruksionis yang digunakan untuk mengetahui bagaimana realitas dikonstruksi oleh media.27Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan tautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, menarik, berarti atau diingat, dan menjelaskan dari perspektif audiens.28
26 Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta:LkiS Yogyakarta,2011)
27 Eriyanto, Analisis Framing. Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta:LkiS Yogyakarta,2011), h.3
28 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: Rosdakarya, 2012) h,162
Shanto Iyengar menetapkan dua model bingkai media khususnya dalam pemberitaan sosial politik diantaranya:29
1. Bingkai episodik, yaitu peristiwa yang tidak melibatkan dengan permasalahan lainnya, hanya fokus terhadap permasalahan tunggal.
2. Bingkai tematik, yaitu peristiwa yang digambarkan sebagai permasalahan umum, yang menjadi fokus berita adalah penyebab masalah.
Penggunaan bingkai episodik dan tematik mempunyai dampak yang berbeda meski pemberitaannya sama. Bingkai episodik membuat khalayak cenderung mengartikan masalah terjadi karena kesalahan individu. Sebaliknya, bingkai tematik mendorong khalayak untuk melihat suatu peristiwa sebagai bagian dari problematika lebih besar dan sistematis.
Dengan menggunakan analisis framing peneliti berusaha mengerti dan menafsirkan makna dari suatu teks dengan cara menguraikan bagaimana media bercerita dan membingkai peristiwa. Hal ini dikarenakan cara bercerita yang diperlihatkan media dalam produk media massa dapat mempengaruhi hasil
29 Shanto,Iyengar, (1991). Is anyone responsible? How television frames political issues. Chicago: University of Chicago Press.
33
dari konstruksi realitas.30 Dalam proses penelitian salah satu model framing yang peneliti gunakan ialah analisis framing Zhongdang pan dan Gerald M.
Kosicki.
D. Model Framing
Dalam analisis framing terdapat empat model analisis yang umum digunakan antara lain, Model Murray Edelman, Robert N. Entman, William A.
Gamson dan Andre Modigliani, Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Analis framing Zhangdong Pan dan Gerald M. Kosicki merupakan salah satu model framing yang paling terkenal dan banyak digunakan.
Analisis framing yang diperkenalkan merupakan pendekatan untuk menganalisis teks suatu media.31 Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki membagi teknik pembingkaian menjadi empat kelompok struktural utama yaitu: sintaksis, skrip, subjek, dan retorika. Keempat struktur ini mengungkapkan kecenderungan wartawan untuk memahami peristiwa dan menginterpretasikan apa yang mereka pahami dalam bentuk berita. Pendekatan ini secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut.32
30 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Pranada Media Group,2006)
31 Eriyanto, Analisis Framing: konstruksi, Ideologi, Dan Politik Media, (Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara,2012) h.289
32 Eriyanto, Analisis Framing: konstruksi, Ideologi, Dan Politik Media, (Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara,2012) h. 295
Tabel 2.1 Struktur Framing STRUKTUR PERANGK
AT
FRAMING
UNIT YANG DIAMATI
Sintaksis Cara Wartawan Menyusun Fakta
Skema Berita
Headline, lead, latar informasi, kutipan, sumber, pernyataan, penutup.
Skrip
Cara Wartawan Mengisahkan Fakta
Kelengkapan Berita
5W+1H
Tematik Cara Wartawan Menulis Fakta
Detail Koheresi Bentuk Kalimat Kata Ganti
Paragraf, Proporsisi kalimat,
Hubungan Antar Kalimat
Retoris
CaraWartawan Menekankan Fakta
Lekison Grafis Metafora
Kata, Idiom, Gambar/
foto, Grafik
Keempat kerangka struktural di atas membentuk tema-tema yang menghubungkan unsur-unsur semantik narasi berita ke dalam koherensi global.
35
Berikut rincian empat struktur framing yang dijelaskan Eriyanto dalam bukunya “Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media”.
1. Sintaksis
Sintaksis adalah susunan kata atau frasa dalam sebuah kalimat. Sintaksis mengacu pada bagaimana reporter mengatur peristiwa menjadi artikel berita.
sintaksis dapat diamati di bagan berita seperti headline, lead, latar informasi, sumber, penutup.
2. Skrip
Skrip merupakan salah satu strategi jurnalis dalam mengemas berita. Bagaimana memahami suatu peristiwa dengan membangun bagian-bagian tertentu.
Bentuk umum dari struktur skrip adalah pola 5W+1H tentang siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana.33 5W+1H merupakan penanda framing yang penting, kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh jurnalis untuk dilaporkan
3. Tematik
Tematik menunjukkan bagaimana fakta ditulis, dan bagaimana sumber ditempatkan dan didokumentasikan dalam bentuk kalimat dalam teks berita. Struktur tematik memiliki beberapa elemen
33 Eriyanto, Analisis Framing: Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LkiS Group,2012) h.299
seperti detail, koherensi, bentuk kalimat, dan kata ganti.
4. Retoris
Retoris menggambarkan pilihan kata untuk menekankan makna yang ingin disampaikan oleh jurnalis. Wartawan menggunakan perangkat retoris untuk membuat gambar dan meningkatkan kesadaran dengan cara tertentu untuk menunjukkan bahwa apa yang dilaporkan adalah benar.34 Struktur retorika yang digunakan wartawan memiliki beberapa unsur:
leksison, grafis, dan metafora.
Dalam model analisis framing Zhongdang Pan dan Kosicki terdapat dua konsep framing yang saling berkaitan. Kedua konsep ini berlaku untuk mencari tahu bagaimana peristiwa disusun dan bagaimana berita tentangnya dihasilkan, diantaranya:35
1. Konsepsi Psikologis, konsep ini menekankan bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Konsep ini melihat bingkai sebagai masalah internal pikiran seseorang.
2. konsepsi sosiologis, Pembingkaian dipahami sebagai proses di mana seorang individu
34 Eriyanto, Analisis Framing: Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LkiS Group,2012) h.304
35 Eriyanto, Analisis Framing: Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LkiS Group,2012) h.252
37
mengartikulasikan, mengatur, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk memahami realitas diri mereka sendiri dan di luar diri mereka sendiri. Konsep ini memandang bingkai dari segi lingkungan sosial yang dikonstruksi seseorang.
E. Media Dalam Situasi Krisis
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia krisis adalah keadaan yang berbahaya (dalam menderita sakit) parah sekali, keadaan yang genting/kemelut, keadaan suram (tentang ekonomi, moral dan sebagainya).36Media saat ini tengah berhadapan dengan situasi krisis di mana pandemi covid-19 yang belum usai. Situasi krisis ini berdampak pada arus informasi yang luar biasa, sistem komunikasi kehilangan keseimbangan, sistem komunikasi antara komunikasi antarpribadi dan komunikasi media, serta ketertarikan masyarakat pada media massa mengalami lonjakan besar.
Virus covid-19 ini telah menjadi krisis kesehatan diseluruh dunia, krisis kesehatan ini akan dapat berkembang menjadi krisis ekonomi, krisis sosial dan keamanan, berpotensi juga memicu krisis politik, oleh karenanya krisis ini harus dapat ditindaklanjuti segera.
Komunikasi adalah bagian penting dari manajemen
36 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/krisis
krisis, melalui komunikasi yang terstruktur dan terencana informasi dikumpulkan, kemudian di proses menjadi sebuah pengetahuan dan disampaikan dengan cara yang tepat dan baik kepada seluruh pemangku kepentingan.37
Dalam menghadapi krisis diperlukan seorang juru bicara yang kredibel, dapat menyampaikan pesan dengan jelas, mempunyai pengetahuan mengenai krisis yang terjadi dan pandai berkomunikasi. Selain itu seorang juru bicara yang ditunjuk harus merujuk kepada tiga kerangka dasar yang sangat penting antara lain: (1) penentuan waktu, seorang juru bicara harus menjadi yang pertama melaporkan krisis bermanfaat bagi organisasi; (2) fokus terhadap korban, menekankan pentingnya korban dalam pesan krisis publik, dan (3) menghindari kesalahan informasi yang diberikan dan secara agresif memerangi informasi yang tidak akurat.38
Salah satu upaya pemerintah untuk memberikan informasi yang tersedia bagi masyarakat adalah melalui komunikasi krisis. Komunikasi krisis mengacu pada bagaimana organisasi, bisnis, dan individu menangani aspek komunikasi manajemen krisis.
37 Jurnal komunikasi krisis pemerintah Indonesia menghadapi pandemic covid- 19, Vol.15, No.1 September 2020
38 Jurnal Syntax Admiration, Vol.5 No.1 September 2020
39
Tujuan komunikasi krisis adalah untuk melindungi dan membela organisasi yang reputasinya dipertanyakan publik.39
Peran media di masa krisis diperlukan untuk membentuk opini publik dan mempengaruhi apa yang seharusnys dilakukan oleh publik. Media sangat dibutuhkan masyarakat untuk menghilangkan kepanikan dan stress, sehingga masyarakat akan memanfaatkan media sosial secara maksimal untuk mendapatkan informasi dari pemerintah dan masyarakat dapat membantu dan berperan serta dalam mempercepat penanggulangan krisis yang terjadi.
Tipe-tipe krisis berdasarkan waktu diantaranya:
1. Immediate Crisis, krisis yang bersifat sementara. Tipe ini paling ditakuti oleh pelaku bisnis, karena ketika terjadi krisis tidak ada tanda-tanda krisis dan terjadi secara tiba-tiba.
Perusahaan juga tidak punya waktu untuk membuat rencana penelitian. Jenis krisis ini terjadi karena bencana yang mempengaruhi bisnis. Misalnya gempa bumi, kebakaran, dan serangan bom. Jenis krisis ini benar-benar membutuhkan konsensus sebelumnya dari manajemen senior. Hal ini dilakukan untuk
39 Jurnal Profesional FIS UNIVED Vol.7 No.1 Juni 2020
membuat rencana umum, sehingga manajemen tidak akan bingung jika terjadi krisis seperti itu dan setidaknya tahu bagaimana cara menghadapi jenis krisis seperti ini.
2. Emerging Crisis, krisis baru muncul. Jenis krisis ini membutuhkan seorang ahli PR untuk menyelidiki krisis terlebih dahulu sebelum masalah meledak dan merugikan bisnis atau organisasi. Contoh dari jenis krisis ini adalah rendahnya semangat karyawan dalam bekerja, terjadinya pelecehan seksual di tempat kerja, penyalahgunaan jabatan dan lain sebagainya.
3. Sustained Crisis, krisis bertahan. Jenis krisis ini adalah krisis yang sudah lama berlalu, tetapi masih muncul dalam kurun berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Meskipun manajemen perusahaan memecahkan masalah dengan sebaik mungkin. Contoh dari jenis krisis ini adalah spekulasi atau rumor tentang perusahaan yang menyebarluaskan dari mulut ke mulut, lalu disebarluaskan oleh media massa, sehingga hal ini tidak dapat terkontrol oleh para praktisi PR.40
40 Jurnal Profesional FIS UNIVED Krisis komunikasi pada masa pandemic covid-19, Vol. 7 No.1 Juni 2020
41
Pada dasarnya krisis dapat terjadi dimana saja dan pada konteks apa saja. Narayana Mahendra Prastya dalam jurnalnya “Komunikasi Krisis di Era New Media dan Social Media” menyatakan bahwa dasar dari komunikasi krisis adalah memberikan respon dengan segera begitu krisis terjadi, dengan pesan yang terbuka dan jujur kepada para pemangku kepentingan baik itu yang terpengaruh secara langsung atau tidak langsung. Tujuan komunikasi krisis ialah untuk melindungi dan membela organisasi yang menghadapi tantangan publik untuk reputasinya. Milar & Heath berpendapat bahwa dalam situasi krisis berita bisa menyebar begitu cepat yang berpotensi melumpuhkan jajaran manajemen sebelum mereka bisa mengontrol situasi dengan efektif. Untuk menjaga citra positif, sebuah korporasi harus menciptakan langkah yang cepat dan efektif saat menghadapi problem apapun, sebab krisis dapat merusak citra paling positif dari sebuah organisasi yang sudah mapan sekalipun.41
Kasus covid-19 yang terjadi saat ini merupakan immediete crisis, dimana penyebaran virus yang menular terhadap manusia yang dimulai dari china sangat sulit untuk dikontrol, sehingga menyebabkan seluruh negara di dunia tidak siap untuk
41 Mahendra Narayana Prasetya, Komunikasi Krisis Di era New Media dan Media Sosial, Jurnal Komunikasi Volume 6 No.1 UGM: Yogyakarta
menghadapinya dan pada akhirnya menyebabkan kematian yang sangat besar. Bukan hanya presiden tetapi seluruh kepala daerah ikut berperan dalam membuat kebijakan masing-masing di daerah pimpinannya agar masyarakat terhindar dari penyebaran virus covid-19.
43 BAB III
GAMBARAN UMUM A. Detik.com
1. Sejarah Umum
Detik.com merupakan salah satu media online terpopuler di Indonesia. Detik.com mengedepankan berita-berita baru (breaking news), situs berita detik.com adalah produk media yang dibuat oleh PT Agranet Multicitra Siberkom (Agarakom). Pendiri PT Agarakom terdiri dari empat orang, diantaranya ialah Budiono Darsono, Abdul Rahman, Didi Nugrahadi, dan Yayan Sopyan pada Oktober 1995 (disahkan Januari 1996). Detik.com siap diakses pada 30 Mei 1998, namun mulai online pada 9 Juli dan ditetapkan sebagai hari lahir detik.com. Awalnya detik.com hanya terfokus pada berita politik, ekonomi, dan teknologi informasi saja namun setelah situasi politik reda dan ekonomi mulai membaik detik.com memutuskan untuk memasukkan berita hiburan dan olahraga.
Pada tanggal 3 Agustus 2011, detik.com resmi menjadi bagian dari PT. Trans Corporation yang merupakan salah satu anak perusahan CT Crop. Chairul Tanjung sebagai pemilik CT Crop membeli detik.com secara total dengan nilai US$ 60 Juta atau Rp 521-540 Milar. Detik.com membagi berita sesuai dengan kategorinya yaitu; detikNews, detikFood, detikHot,
detik-Net, detikSport, detikHealth, detikTV, dll. Pada saat itu detik.com bukanlah media online satu-satunya karena sebelumnya sudah ada media online seperti Republika.co.id, Kompas.co.id, dan Tempo yang merupakan perpindahan versi cetak dan online. Para pendiri detik.com tidak lagi menggunakan karakteristik media cetak harian, mingguan, dan bulanan, namun per detik.42
2. Visi & Misi Detik.com a. Visi
Menjadi tujuan utama orang Indonesia untuk mengedepankan konten dan layanan digital, baik melalui internet maupun selular/mobile.
b. Misi
a. Memiliki komitmen tinggi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan.
b. Memberikan kesejahteraan kepada karyawan dan menjadi tempat yang baik untuk berkarier.
c. Memberikan hasil optimal yang berkesinambungan bagi pemegang saham.43 3. Struktur
Direktur Konten: Alfito Deannova Ginting
42 Sejarah detik.com,
https://www.google.com/search?q=sejarah+detik.com&rlz=1C1NHXL_idID8 19ID819&oq=sejarah+detik.com&aqs=chrome..69i57j0i22i30l5.7007j0j7&so urceid=chrome&ie=UTF-8 diakses pada 16 Maret 2021
43 Dokumen Resmi Detik.com
45
Dewan Redaksi: Alfito Deannova Ginting, Ardhi Suryadhi, Elvan Dany Sutrisno, Odillia Winneke, Sudrajat, Fajar Pratama, Fakih Fahmi
Pimpinan Redaksi / Penanggung Jawab: Alfito Deannova Ginting
Wakil Pimpinan Redaksi : Ardhi Suryadhi, Elvan Dany Sutrisno
4. Nilai-Nilai Perusahaan a. Cepat & Akurat b. Kreatif & Inovatif c. Integritas
d. Kerjasama e. Independen
Gambar 1.1 Logo Ikon Detik.com
Gambar 1.2 Logo Detik.com
B. Kompas.com 1. Sejarah Umum
Kompas.com pertama kali hadir di internet pada tanggal 14 september 1995 dengan nama Kompas online. Kompas.com merupakan salah satu pionir media online di Indonesia. Diawal tahun 1996 alamat Kompas online berubah menjadi www.kompas.com.
Sejak itu, Kompas lebih fokus pada pengembangan konten, desain, dan strategi pemasaran. Dengan alamat baru, Kompas Online semakin populer dan menjadi salah satu portal berita terpercaya di Indonesia. Sejak munculnya Internet di Indonesia pada tahun 1990-an, popularitas Internet di kalangan masyarakat Indonesia terus meningkat.
Melihat potensi dunia digital y