BAB II
GEOLOGI REGIONAL CIANJUR
2.1 GEOLOGI REGIONAL
Secara umum kondisi geologi regional Sub DAS Cibeet dan sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 2.1. PETA GEOLOGI CIANJUR dan SEKITARNYA, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT, yang diambil dari Peta Geologi Lembar Cianjur, Jawa Barat, Sekala 1 : 100.000, oleh : Sudjatmiko 1972.
Gambar 2.1. Peta Geologi Regional Daerah Cibeet dan Sekitarnya
2.1.1 Fisiografi
Zona ini membentang mulai dari Rangkasbitung melalui Bogor, Purwakarta, Subang, Sumedang, Kuningan dan Manjalengka. Daerah ini merupakan perbukitan lipatan yang terbentuk dari batuan sedimen tersier laut dalam membentuk suatu Antiklonorium, di beberapa tempat mengalami patahan yang diperkirakan pada zaman Pliosen-Plistosen sezaman dengan terbentuknya patahan Lembang dan pengankatan Pegunungan Selatan. Zona Bogor sekarang terlihat sebagai daerah yang berbukit-bukit rendah di sebagian tempat secara sporadis terdapat-bukit-bukit dengan batuan keras yang dinamakan vulkanik neck atau sebagai batuan intrusi seperti Gunung Parang dan Gunung Sanggabuwana di Plered Purwakarta, Gunung Kromong dan Gunung Buligir sekitar Majalengka. Batas antara zona Bogor dengan zona Bandung adalah Gunung Ciremai (3.078 meter) di Kuningan dan Gunung Tampomas (1.684 meter) di Sumedang. Dari peta fisiografis pada Gambar 2.2, letak lokasi pekerjaan termasuk ke dalam wilayah Jawa Barat bagian tengah sehingga daerah penelitian termasuk ke dalam zona Bogor.
Gambar 2.2. Fisiografi Jawa Barat dan Sekitarnya.
Daerah Aliran Sungai (DAS) S. Cibeet termasuk didalam Geologi Regional Lembar Cianjur, dan merupakan di tengah Provinsi Jawa Barat. Secara Fisiografi daerah ini merupakan bagian Selatan dari Kabupaten Bogor.
Geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi 2 (duat) satuan geomorfologi, yaitu: Satuan Geomorfologi Dataran Bergelombang Struktural dan Satuan Geomorfologi Dataral Fluvial. Pola aliran sungai yang berkembang adalah pola aliran sungai Sub Dendritik dan rektangular, dengan jentera geomorfik secara umum adalah dewasa.
Morfologi Dataran Alluvial ini berupa dataran sungai dibangun oleh Endapan alluvial (Qa) yang tersusun oleh pasir dan lempung yang membentuk delta, pola torehan sungainya rectangular, sungai utamanya bermeander. Dataran Alluvial ini merupakan endapan material yang tertransport dari Gunung Api dibagian Selatan atau hulu DAS Cimanuk maupun bukit-bukit di sebelah timur kabupaten Bogor.
2.1.2 Stratigrafi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Cianjur, Jawa Barat, Sekala 1 : 100.000, oleh : Sudjatmiko 1972, tatanan stratigrafi Sub DAS Cibeet, dimulai dari Formasi dan satuan batuan tertua adalah sebagai berikut ;
1. Formasi Jatiluhur (Mdm)
Formasi Jatiluhur terdiri dari batulempung dan batupasir gampingan, berwarna kelabu tua, getas, menyerpih, setempat karbonatan mengandung nodul batulempung, agak keras.
Formasi Jatiluhur yang ketebalannya melebihi 1000 m di daerah penelitian ini disusun oleh percampuran batuan sedimen silisiklastik dan batugamping, yang diendapkan pada lingkungan slope–shelf system (Abdurrokhim & Ito, 2013), yang diinterpretasikan sebagai hasil dari single relative sea level cycle. Diskusi detail mengenai litofasies dan asosiasi fasies juga dapat dibaca di paper tersebut. Umur batuan yang berkisar antara N12–N16 (planktonic foraminiferal zones) dengan durasi waktu sekitar 3.7 juta tahun, yang kemudian dapat diklasifikasikan dalam orde 3 menurut Vail et al. (1991).
Sekalipun batas bawah dari Formasi Jatiluhur tidak tersingkap, namun jelas bahwa suksesi ini memperlihatkan pendangkangan ke atas (shallowing upward) pada interval bagian bwah sampai tengah, yang kemudian ditutupi oleh suksesi yang lebih dalam pada bagian atasnya, yang ditafsirkan sebagai respon dari turun dan naiknya permukaan laut relatif.
Bagian bawah–bagian tengah dari Formasi Jatiluhur Formation dicirikan dengan progradasi endapan-endapan yang didominasi oleh batulanau pada lingkungan slope & shelf-margin, sementara di bagian atasnya dicirikan dengan suksesi transgresif
2. Formasi Subang (Msc)
Formasi ini menindih secara tidak selaras diatas formasi Jatiluhur terdiri atas batupasir, batulempung, batugamping pasiran. Batulempung kelabu kecoklatan sampai kehitaman, setempat gampingan, mengandung sedikit Mollusca. Batupasir berupa sisipan dalam batulempung, berwarna kelabu sampai kekuningan, berbutir halus-kasar, menyudut tanggung sampai membulat. Batugamping pasiran berupa sisipan dalam batulempung, berwarna putih kelabu, agak keras, mengandung foraminifera, kumpulan fosil ini berumur miosen atas, zona N17 dengan zona pengendapan sub litoral-batial.
3. Alluvium Tua (Qos)
Alluvium tua terdiri dari batupasir konglomeratan, batupasir, dan batulanau. Berwarna kelabu-kemerahan, fragmen konglomeratan terdiri dari pecahan andesit, basalt, batuapung, kuarsa berbentuk menyudut tanggung, berukuran 2-10cm, tersemen oleh batupasir tufan, Terdapat perlapisan struktur silang siur. Batupasir berwarna kelabu-kecoklatan, berbutir sedang-kasar, terpilah buruk, menyudut tanggung-membulat tanggung, memperlihatkan struktur bersusun.
Batulanau berwarna kelabu-kekuningan, memperlihatkan struktur sejajar.
Umur endapan ini diperkirakan Plistosen.
4. Endapan Alluvium (Qa).
Terdiri dari kerikil, pasir kerakal dan lanau dengan tebal 1-3 meter yang merupakan endapan sungai. Tersingkap di lembah kali Pengkol dan sekitarnya serta di sepanjang kali Bodri yang merupakan sungai dengan stadia tua dan sepanjang aliran kali Putih.
Gambar 2.3. Urutan stratigrafi Cenozoic di Cekungan Bogor dan Cekungan Jawa Barat Utara (paling kiri) dimodifikasi dari Sujanto and Sumantri (1977),
Martodjojo (2003), Suyono et al.(2005).
2.1.3 Struktur Dan Tektonika
Pulau Jawa merupakan salah satu daerah tektonik aktif yang berada di Kawasan Indonesia, hal ini disebabkan oleh aktifitas tumbukan dari dua lempeng yaitu Lempeng Samudra Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia.
Lempeng Samudra tersebut menunjam terhadap Lempeng Benua sehingga menyebabkan adanya fenomena fenomena geologi seperti aktifitas vulkanisme dan struktur-struktur geologi.
Wilayah Jawa Barat termasuk salah satu wilayah yang memiliki kerawanan bencana tinggi, kondisi ini dipengaruhi oleh tatanan geologi yang kompleks sehingga rawan dengan bencana geologi. Secara umum kerangka tektonik Jawa Barat dapat dibagi menjadi 5 (lima) wilayah tektonik yaitu: Busur Sunda,
Sesar Sumatera, Kelurusan Sunda, Cimandiri – Bogor – Jakarta dan Purwakarta – Baribis – Citaduy (Soehaimi, 1998).
Geologi Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Pulau Jawa yang memiliki daya tarik tersendiri. Aktifitas geologi yang telah berlangsung selama berjuta- juta tahun lalu di wila-yah ini menghasil-kan berbagai jenis batuan mulai dari batuan sedimen, ba-tuan beku (ekstrusif dan intrusif) dan batuan metamorfik dengan umur yang beragam.
Struktur geologi yang berkembang di Jawa Barat pada dasarnya dipengaruhi oleh aktivitas tumbukan Lempeng Indo-Auastralia yang menunjam di bawah Lempeng Erasia (Hamilton, 1979). Akibat dari adanya aktivitas tumbukan lempeng ini menghasilkan elemen tektonik utama di Jawa Barat berupa palung, busur luar non volka-nik, cekungan depan busur, jalur magmatisma, cekungan belakang busur dan Paparan Sunda (Katili, 1973). Sebagian gambaran masing-masing elemen tektonik pada saat ini, dari selatan ke utara, adalah sebagai berikut :
Palung (Trench) berada di selatan Pulau Jawa. Di daerah ini Lempeng Samudra Hindia Australia menyusup ke bawah Lempeng Asia.
1. Busur luar non volkanic terdiri atas batuan melange yang terse-sarkan secara intensif. Terletak di bawah permukaan laut di selatan Pulau Jawa.
2. Cekungan Depan Busur (Outer arc basin) yang terletak antara Busur luar non volkanik dengan Pulau Jawa. Di daerah ini terbentuk lapisan sedimen terdiri atas bahan volkanik dan sedimen asal volka-nik dengan batugamping terumbu.
3. Busur Magmatik dijumpai di daratan Pulau Jawa, membentang relatif barat-timur.
4. Cekungan Belakang Busur (Back arc basin) posisinya berada diantara Jalur magmatik dengan Paparan Sunda.
5. Paparan Sunda merupakan inti benua, terdiri atas batuan sedi-men dan kristalin yang telah termalihkan.
Struktur Pulau Jawa telah banyak dipelajari oleh para peneliti sebelum ini baik berdasarkan data foto udara, penelitian lapangan, citra satelit, data magnetik, data gaya berat maupun data seismik.
Berdasarkan berbagai macam pe-nelitian itu serta data dari pemboran migas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya di pulau Jawa ada 3 (tiga) arah kelurusan struktur yang domi-nan. Masing-masing ketiga pola struk-tur tersebut adalah Pola Meratus, Pola Sunda dan Pola Jawa.
Peristiwa tektonik didaerah studi dikirakan dimulai sejak Miosen, dimana daerah studi masih merupakan cekungan dangkal yang padanya diendapkan Formasi Jatiluhur, dari hasil denudasi batuan yang lebih tua. Pada Mio-Pliosen daerah ini mengalami pengangkatan dan terlipat, termasuk Formasi Subang.
Selama Pleistosen daerah studi diendapkan Alluvium tua yang secara tidak selaras diatas Formasi Subang, serta diikuti oleh kegiatan gunungapi ditandai dengan diendapkannya batupasir, batupasir konglomeratan, dan batupasir tufan, serta batulempung dari zona pantai.
Semenjak Recent, kegiatan gunungapi didaerah studi menurun, dan menghasilkan endapan alluvial terdiri dari kerikil, kerakal, pasir, lanau- lempung 1-3m yang merupakan endapan sungai. Tersingkap di sepanjang aliran Sungai.
Gambar 2.4. Tektonik dan Struktur Jawa Barat.
Gambar 2.5. Zona Bogor kaitannya dengan sedimentasi dan tektonik yang berkembang