LEMBAR KERJA TEKNISI AKUNTANSI AHLI
M.692000.015.02 - Menyajikan Informasi Kinerja Keuangan Dan Bisnis
1. Analisis laporan keuangan dengan menggunakan analisis horizontal
31 Desember 2014 (Rp.)
31 Desember 2013 (Rp.)
Peningkatan/penurunan
Selisih (Rp.)
Persentase (%) Persediaan Rp 28.400.000 Rp 25.000.000 Rp 3.400.000 13,6%
Piutang Usaha Rp 16.200.000 Rp 13.000.000 Rp 3.200.000 24,6%
Total Aset Rp 44.600.000 Rp 38.000.000 Rp 6.600.000 17,4%
Perhitungan :
a. Metode Horizontal 1) Persediaan :
Perubahan Persediaan = Persediaan Tahun 2014 - Persediaan Tahun 2013 Perubahan Persediaan = Rp. 28.400.000 - Rp. 25.000.000
Perubahan Persediaan = Rp. 3.400.000
Persentase Perubahan Persediaan = (Perubahan Persediaan / Persediaan Tahun 2013) x 100%
Persentase Perubahan Persediaan = (Rp. 3.400.000 / Rp. 25.000.000) x 100%
Persentase Perubahan Persediaan = 13.6%
2) Piutang Usaha :
Perubahan Piutang Usaha = Piutang Usaha Tahun 2014 - Piutang Usaha Tahun 2013 Perubahan Piutang Usaha = Rp. 16.200.000 - Rp. 13.000.000
Perubahan Piutang Usaha = Rp. 3.200.000
Persentase Perubahan Piutang Usaha = (Perubahan Piutang Usaha / Piutang Usaha Tahun 2013) x 100%
Persentase Perubahan Piutang Usaha = (Rp. 3.200.000 / Rp. 13.000.000) x 100%
Persentase Perubahan Piutang Usaha = 24.6%
3) Total Aset :
Perubahan Total Aset = Total Aset Tahun 2014 - Total Aset Tahun 2013 Perubahan Total Aset = Rp. 44.600.000 - Rp. 38.000.000
Perubahan Total Aset = Rp. 6.600.000
Persentase Perubahan Total Aset = (Perubahan Total Aset / Total Aset Tahun 2013) x 100%
Persentase Perubahan Total Aset = (Rp. 6.600.000 / Rp. 38.000.000) x 100%
Persentase Perubahan Total Aset = 17.4%
Dengan demikian, hasil analisis horizontal untuk persediaan, piutang usaha, dan total aset masing-masing presentasenya adalah 13.6%, 24.6%, dan 17.4%.
Analisis horizontal memberikan informasi tentang perubahan nilai (selisih) dan persentase antara dua periode.
2. Analisis laporan keuangan dengan menggunakan analisis Vertikal
31 Desember 2014 31 Desember 2013 Increase/Decrease
Jumlah (Rp.)
Persentase
(%) Jumlah (Rp.)
Persentase
(%) Amount Percentage
Persediaan Rp 28.400.000 63,7% Rp 25.000.000 65,8%
Rp
3.400.000 51,6%
Piutang
Usaha Rp16.200.000 36,3% Rp 13.000.000 34,2%
Rp
3.200.000 48,5%
Total Aset Rp 44.600.000 100% Rp 38.000.000 100%
Rp
6.600.000 100%
Perhitungan : b. Metode Vertikal :
1) Persediaan:
Proporsi Persediaan Tahun 2014 = (Persediaan Tahun 2014 / Total Aset Tahun 2014) x 100%
Proporsi Persediaan Tahun 2014 = (Rp. 28.400.000 / Rp. 44.600.000) x 100%
Proporsi Persediaan Tahun 2014 = 63.7%
Proporsi Persediaan Tahun 2013 = (Persediaan Tahun 2013 / Total Aset Tahun 2013) x 100%
Proporsi Persediaan Tahun 2013 = (Rp. 25.000.000 / Rp. 38.000.000) x 100%
Proporsi Persediaan Tahun 2013 = 65.8%
2) Piutang Usaha:
Proporsi Piutang Usaha Tahun 2014 = (Piutang Usaha Tahun 2014 / Total Aset Tahun 2014) x 100%
Proporsi Piutang Usaha Tahun 2014 = (Rp. 16.200.000 / Rp. 44.600.000) x 100%
Proporsi Piutang Usaha Tahun 2014 = 36.3%
Proporsi Piutang Usaha Tahun 2013 = (Piutang Usaha Tahun 2013 / Total Aset Tahun 2013) x 100%
Proporsi Piutang Usaha Tahun 2013 = (Rp. 13.000.000 / Rp. 38.000.000) x 100%
Proporsi Piutang Usaha Tahun 2013 = 34.2%
3) Increase/decrease persediaan
Perubahan persediaan = (Persediaan tahun 2014 – Persediaan tahun 2013) Perubahan persediaan = Rp 28.400.000 – Rp 25.000.000
Perubahan persediaan = Rp 3.400.000
Perubahan presentase = (Amount / Selisih Total asset) x 100%
Perubahan presentase = (Rp 3.400.000 / Rp 6.600.000) X 100%
Perubahan presentase = 51,6%
4) Increase/decrease piutang usaha
Perubahan persediaan = (Piutang usaha tahun 2014 – Piutang usaha tahun 2013) Perubahan persediaan = Rp 16.200.000 – Rp 13.000.000
Perubahan persediaan = Rp 3.200.000
Perubahan presentase = (Amount / Selisih Total asset) x 100%
Perubahan presentase = (Rp 3.200.000 / Rp 6.600.000) X 100%
Perubahan presentase = 48,5%
Dengan demikian, hasil analisis vertikal untuk persediaan dan piutang usaha pada tahun 2014 adalah 63.7%, 36.3%, dan 100%, sedangkan pada tahun 2013 adalah 65.8%, 34.2%, dan 100%. Dengan peningkatan/penurunan presentasenya yaitu 51.6%, 48.5%, dan 100%. Analisis vertikal memberikan informasi tentang proporsi masing-masing akun dalam laporan posisi keuangan terhadap total aset pada setiap tahunnya.
M.692000.017.02 - Menyajikan Informasi Akuntansi Manajemen
Berikut ini disampaikan tabel alternatif membuat atau membeli (Pembelian 25.000 unit)
Membuat Membeli Perbedaan
Unit Biaya
(Rp) Jumlah Unit Biaya
(Rp) Jumlah
Bahan baku 8.000 25.000 Rp 200.000.000 0 Rp 200.000.000
Biaya tenaga kerja
langsung 10.000 25.000 Rp 250.000.000
0 Rp 200.000.000 Biaya overhead
pabrik variabel 3.000 25.000 Rp 75.000.000
0 Rp 75.000.000
Biaya tetap: 0 0
Biaya gaji tetap Rp 60.000.000 0 Rp 60.000.000
Harga Pembelian
Komponen 25.000 24.000 Rp 600.000.000
Jumlah Rp 585.000.000 Rp 600.000.000 Rp 15.000.000
Analisis :
a) Membuat atau Membeli
Untuk menentukan pilihan yang lebih baik antara membuat atau membeli, kita perlu membandingkan total biaya yang terlibat dalam kedua alternatif tersebut.
Biaya Membeli dari PT. Cakrawala:
Total Biaya Membeli = Jumlah Unit x Harga Beli per Unit = 25.000 unit x Rp 24.000
= Rp 600.000.000
Biaya Membuat Sendiri:
Total Biaya Produksi = Jumlah Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Pabrik Variabel + Biaya Tetap
= Rp 200.000.000 + Rp 250.000.000 + Rp 75.000.000 + (Rp 60.000.000 + Rp 40.000.000) = Rp 625.000.000
b) Jenis dan Jumlah Biaya yang Relevan dalam Pemilihan Keputusan
Jumlah Biaya Variabel = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Pabrik Variabel
= Rp 200.000.000 + Rp 250.000.000 + Rp 75.000.000 = Rp 525.000.000
Keputusan :
a) Membuat atau Membeli
Dari perhitungan di atas, bahwa total biaya untuk membeli komponen dari PT.
Cakrawala Rp 600.000.000 lebih rendah dibandingkan dengan biaya produksi sendiri Rp 625.000.000. Oleh karena itu, jika melihat aspek biaya saja, keputusan yang lebih baik adalah dengan membeli komponen dari PT. Cakrawala.
b) Jenis dan Jumlah Biaya yang Relevan dalam Pemilihan Keputusan
Jenis biaya yang relevan dalam pemilihan keputusan membuat atau membeli adalah biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang berubah seiring dengan perubahan volume produksi. Dalam kasus ini, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel adalah biaya-biaya yang relevan.
c) Rekomendasi untuk Dasar Pemilihan Keputusan
Berdasarkan analisis biaya, disarankan untuk membeli komponen dari PT.
Cakrawala karena total biaya yang lebih rendah. Namun, dalam pengambilan keputusan, perlu juga dipertimbangkan faktor - faktor lainnya seperti kualitas, waktu pengiriman, dan keandalan pemasok dari PT. Cakrawala. Jika kualitas dan keandalan pemasok dari PT. Cakrawala bagus dan dapat dipertahankan, serta waktu pengiriman tidak menyulitkan proses produksi PT. Selaras, maka membeli dari PT. Cakrawala adalah pilihan yang lebih menguntungkan secara finansial.
Pembelian 15.000 unit
Membuat Membeli Perbedaan
Unit Biaya
(Rp) Jumlah Unit Biaya
(Rp) Jumlah (Rp)
Bahan baku 8.000 15.000 Rp
120.000.000
Rp
120.000.000 Biaya tenaga
kerja langsung 10.000 15.000 Rp
150.000.000
Rp
150.000.000 Biaya
overhead pabrik variabel
3.000 15.000 Rp 45.000.000 Rp 45.000.000
Biaya tetap:
Biaya gaji
tetap Rp 60.000.000 Rp 60.000.000
Harga Pembelian Komponen
15.000 24.000 Rp
360.000.000 Rp
360.000.000
Jumlah Rp
375.000.000
Rp
360.000.000 Rp 15.000.000
Analisis:
a) Rekomendasi jika Volume Pembelian Menurun menjadi 15.000 Unit
Jika volume pembelian menurun menjadi 15.000 unit, maka analisis biaya harus dihitung kembali untuk kedua alternatif.
Biaya Membeli dari PT. Cakrawala :
Total Biaya Membeli = Jumlah Unit x Harga Beli per Unit
= 15.000 unit x Rp24.000 = Rp 360.000.000
Biaya Membuat Sendiri :
Total Biaya Produksi = Jumlah Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Pabrik Variabel + Biaya Tetap
= Rp 120.000.000 + Rp 150.000.000 + Rp 45.000.000 + (Rp 60.000.000 + Rp 40.000.000) = Rp 415.000.000
Keputusan:
a) Rekomendasi jika Volume Pembelian Menurun menjadi 15.000 Unit
Dalam kasus perubahan volume pembelian menjadi 15.000 unit, biaya produksi sendiri Rp 415.000.000 lebih tinggi daripada biaya membeli dari PT. Cakrawala Rp 360.000.000. Pada volume pembelian yang lebih rendah ini, keputusan yang lebih baik adalah dengan membeli dari PT. Cakrawala.
M.692000.018.02 - Menyiapkan Anggaran Perusahaan
Anggaran kebutuhan material per triwulan tahun 2020
Triwulan
Produksi
(Unit) SUR Jumlah (Kg)
I 10,000 2 20000
II 8000 2 16000
III 6000 2 12000
IV 4000 2 8000
Jumlah 56000
Jumlah kebutuhan material tahun 2020 sebanyak 56.000 Kg
Anggaran pembelian material tahun 2020
Kebutuhan material 56000kg Persediaan akhir 6000kg
Jumlah 62000kg
Persediaan awal 8000kg Pembelian material 54000kg
Setiap kali pembelian = 54000kg 4
= 13,500kg
Anggaran biaya pembelian material Pembelian
ke Kuantitas Harga / kg
(Rp) Jumlah (Rp)
1 13,500 2.200 29.700.000
2 13,500 2.300 31.050.000
3 13,500 2.400 32.400.000
4 13,500 2.500 33.750.000
Jumlah 126.900.000
Jumlah biaya pembelian material sebesar Rp 126.900.000
Penilaian persediaan dengan metode FIFO
Anggaran biaya pembelian material (56.000 kg ) 126.900.000 Nilai Persediaan awal (8.000 kg x Rp 2.000) 16.000.000 Jumlah
142.900.000 Nilai Persediaan akhir (6.000 kg x Rp 2.500) 15.000.000 Anggaran penggunaan material 127.900.000
Skenario (M.692000.021.02 - Memelihara Sistem Informasi Akuntansi 1. Flowchart
Daftar pembelian
Departemen pembelian ( 1).
Menggunakan formulir daftar permintaan yang telah diberi nomor
sebelumnya dari departemen pemohon. 2). Mengajukan pesanana
pembelian ke pemasok. 3).
menyimpan salinan pesanan pembelian.)
Departemen penerimaan barang ( 1). Menerima barang
dari pemasok. 2). Memeriksa pengiriman dan melakukan pemeriksaan kuantitas barang.
3). Menyiapkan laporan penerimaan barang sama dengan jumlah yang diterima.) Bagian pembelian ( 1).
Menyimpan salinan lembar penerimaan barang secara permanen berdasarkan nomor.)
Bagian hutang dagang ( 1).Membandingkan tagihan dengan pesanan pembelian, formulir daftar permintaan, dan
laporan penerimaan barang.)
Petugas pemrosesan data ( 1).
Memproses paket voucher dan menghasilkan catatan
pembayaran kas. 2).
Menyiapkan cek dan mengembalikannya ke bagian
hutang dagang.)
Supervisor hutang dagang ( 1). Mengkaji ulang paket voucher. 2). Memberikan inisial sebagai tanda persetujuan untuk
pembayaran. 3) Menandatangani tanggal
pembayaran. ) Bagian penerimaan dan
pengiriman surat ( 1).
Mengirimkan cek yang telah di tandatangani oleh supervisor hutang dagang ke pemasok.)
2. Potensi Kelemahan Pengendalian Internal dalam Prosedur yang Ada Saat Ini:
Tidak adanya pemeriksaan dan persetujuan yang memadai pada setiap tahap proses, sehingga dapat menyebabkan kesalahan atau kecurangan yang tidak terdeteksi.
Tidak adanya pemisahan tugas yang jelas antara departemen pembelian,
penerimaan barang, dan bagian hutang dagang, yang dapat menyebabkan risiko konflik kepentingan dan pengawasan yang kurang efektif.
Tidak adanya mekanisme verifikasi yang efisien untuk memastikan kesesuaian antara pesanan pembelian, formulir daftar permintaan, laporan penerimaan barang, dan tagihan, sehingga dapat menyebabkan kesalahan pembayaran atau kehilangan data.
Tidak adanya sistem pencatatan dan pengawasan yang memadai terhadap
persediaan dan penggunaan material, yang dapat menyebabkan risiko kekurangan atau kelebihan persediaan.
Tidak adanya prosedur yang jelas untuk menangani barang yang dikembalikan ke pemasok, sehingga dapat menyebabkan kebingungan dalam pencatatan transaksi dan pengaruh terhadap laporan keuangan.
Modifikasi Sistem untuk Mendukung Rekomendasi :
Menetapkan mekanisme pemeriksaan dan persetujuan yang ketat pada setiap tahap proses pembelian, penerimaan barang, dan pembayaran. Hal ini akan memastikan keabsahan dan akurasi data serta mencegah potensi kecurangan.
Memisahkan tugas dengan jelas antara departemen yang terlibat dalam proses pembelian, penerimaan barang, dan pembayaran. Ini akan meminimalkan risiko konflik kepentingan dan memastikan pengawasan yang lebih efektif atas aktivitas masing-masing departemen.
Menerapkan sistem verifikasi yang efisien untuk memastikan kesesuaian antara pesanan pembelian, formulir daftar permintaan, laporan penerimaan barang, dan
tagihan. Hal ini akan membantu dalam mendeteksi kesalahan atau ketidaksesuaian sebelum pembayaran dilakukan.
Menerapkan sistem pencatatan dan pengawasan yang lebih baik terhadap persediaan dan penggunaan material. Ini akan membantu dalam mengelola
persediaan dengan lebih efisien dan menghindari risiko kekurangan atau kelebihan persediaan.