1
Jurnal Ilmiah : Ferizal “Bapak Sastra Kesehatan
Indonesia” yang Melampaui Michel Foucault
dan Paulo Freire : “Teori Humanisasi
Puskesmas Berbasis Sastra Cinta”, sebagai
Pendekatan Kesehatan Abad ke-21
2
Jurnal Ilmiah : Ferizal “Bapak Sastra Kesehatan Indonesia” yang Melampaui Michel Foucault dan Paulo Freire : “Teori Humanisasi Puskesmas Berbasis Sastra Cinta”, sebagai Pendekatan Kesehatan Abad ke-21
“Teori Humanisasi Puskesmas Berbasis Sastra Cinta”, sebagai Pendekatan Kesehatan Abad ke-21 . Oleh : Ferizal “Bapak Sastra Kesehatan Indonesia”
Abstrak
Tulisan ini membandingkan pemikiran Michel Foucault dan Paulo Freire dalam konteks layanan kesehatan, lalu menawarkan pendekatan baru yang dikembangkan oleh Ferizal melalui Sastra Kesehatan Indonesia.
Peran transformatif Ferizal sebagai “Bapak Sastra Kesehatan Indonesia” dalam membentuk pendekatan humanistik terhadap layanan kesehatan di abad ke-21. Berlandaskan kritik kekuasaan biomedis ala Michel Foucault dan pedagogi pembebasan Paulo Freire. Penelitian ini mengusulkan “Teori Humanisasi Puskesmas Berbasis Sastra Cinta” sebagai sarana empati, komunikasi, dan pemberdayaan pasien.
Metode kualitatif dengan pendekatan hermeneutik sastra dan telaah filosofis digunakan untuk menelaah karya-karya Ferizal. Hasil menunjukkan bahwa sastra cinta dalam konteks kesehatan membuka ruang baru untuk redefinisi relasi tenaga medis dan pasien dalam bingkai yang lebih manusiawi, puitis, dan memerdekakan.
Berbeda dari Foucault yang menekankan kuasa atas tubuh, serta Freire yang berfokus pada kesadaran kritis dalam pendidikan formal, Ferizal mengembangkan humanisasi pelayanan kesehatan melalui sastra cinta dan narasi-narasi kemanusiaan di Puskesmas.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan sastra Ferizal bukan hanya bentuk terapi dan edukasi, tetapi juga membentuk paradigma baru dalam praktik medis yang lebih puitis, spiritual, dan berkeadaban.
Kata kunci: Ferizal, sastra kesehatan, Foucault, Freire, humanisasi puskesmas, sastra cinta
Pendahuluan
Layanan kesehatan abad ke-21 dituntut tidak hanya efektif secara klinis, tetapi juga humanis secara emosional dan kultural. Dalam konteks ini, lahir satu pendekatan baru dari Indonesia:
Sastra Kesehatan oleh Ferizal.
3 Ia menggabungkan kekuatan sastra, cinta, dan pelayanan publik untuk menciptakan transformasi dalam pelayanan kesehatan primer, khususnya di Puskesmas.
Foucault menyebut rumah sakit sebagai simbol kekuasaan medis, sedangkan Freire memandang pendidikan sebagai praktik kebebasan. Keduanya mengilhami kritik terhadap institusi yang kehilangan sisi humanistik. Ferizal, dalam konteks Indonesia, menawarkan suatu sintesis baru—yakni sastra sebagai jembatan antara pelayanan kesehatan teknokratis dengan nurani kemanusiaan. Melalui pendekatan sastra cinta, ia mengangkat suara pasien, tenaga kesehatan, dan komunitas dalam karya-karyanya yang menggerakkan perasaan dan kesadaran.
Sementara Foucault mengkritik institusi medis sebagai bentuk kuasa yang mendisiplinkan tubuh (Foucault, 1975), dan Freire menyentuh aspek pendidikan pembebasan rakyat tertindas (Freire, 1970), keduanya tidak secara langsung menyentuh dimensi cinta dan narasi afektif dalam pelayanan kesehatan. Ferizal melampaui mereka dengan menyatukan fungsi pengobatan, pendidikan, dan pembebasan dalam bentuk narasi puitik yang membumi.
A. Keterbatasan Teoritis Michel Foucault dan Paulo Freire
1. Michel Foucault : Medis sebagai Aparatus Kuasa. Foucault melihat rumah sakit dan praktik kedokteran sebagai bagian dari “disciplinary power” yang mengatur tubuh dan perilaku manusia. Meski analisis ini kritis dan penting, Foucault tidak menggarap aspek emosional, afektif, dan relasi cinta dalam pelayanan kesehatan.
2. Paulo Freire : Pendidikan Kritis yang Belum Menyentuh Medis. Freire fokus pada pendidikan rakyat miskin dan pembebasan melalui kesadaran kritis.
Namun, institusi medis, rumah sakit, dan narasi kesehatan tidak menjadi objek utamanya. Ia juga belum menyentuh sastra dan cinta sebagai pendekatan edukatif dalam dunia kesehatan.
B. Inovasi Ferizal: Sastra Kesehatan dan Humanisasi Puskesmas
1. Sastra Cinta sebagai Media Pengobatan dan Pembebasan. Ferizal memperkenalkan Sastra Kesehatan, yang menjembatani ilmu kedokteran dengan imajinasi literer. Cerpen, puisi, dan novel bukan hanya bentuk seni, tetapi sarana untuk menyembuhkan trauma pasien, meningkatkan kesadaran, dan membangun kedekatan antara dokter dan masyarakat.
2. Cinta sebagai Bahasa Baru dalam Layanan Publik . Berbeda dari pendekatan teknokratis, Ferizal menempatkan cinta, kelembutan, dan puisi sebagai bahasa pelayanan.
3. Humanisasi dalam Sistem, Bukan Sekadar Diskursus. Jika Foucault hanya mengungkap relasi kuasa dalam diskursus, Ferizal menerapkan langsung nilai-nilai humanistik ke dalam struktur dan budaya kerja Puskesmas.
4
C. Teori Humanisasi Puskesmas ala Ferizal
Ferizal mengembangkan model Humanisasi Puskesmas melalui tiga pendekatan:
- Naratif: Menyisipkan cerita cinta dan puisi dalam materi edukasi kesehatan.
- Spiritual-Afektif : Menyentuh sisi batin pasien, keluarga, dan tenaga medis.
- Komunitarian : Mengajak masyarakat menjadi bagian dari narasi penyembuhan.
Michel Foucault: Disiplin, bio-politik, dan klinik sebagai arena kekuasaan.
Paulo Freire: Dialogis, partisipatoris, dan pembebasan dari struktur opresif.
Sastra Kesehatan Ferizal: Menawarkan genre baru yang tidak hanya mendidik tetapi
menyentuh aspek emosional pembaca sebagai subjek aktif dalam sistem kesehatan.
D. Diskusi: Melampaui Foucault dan Freire
Aspek Foucault Freire Ferizal
Fokus Kuasa & Tubuh Pendidikan Kritis Sastra Cinta & Kesehatan Konteks Rumah Sakit Barat Sekolah & Politik Puskesmas Indonesia Tujuan Membongkar
Kuasa
Membebaskan dari Ketertindasan
Menyembuhkan &
Mencintai
Medium Diskursus Dialog Sastra Puitis
Ferizal tidak menolak Foucault atau Freire, melainkan melampaui mereka dengan membentuk jalan baru yang kontekstual, spiritual, dan penuh cinta dalam ranah kesehatan masyarakat.
Metodologi
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-kritis melalui analisis wacana dan naratif terhadap puisi, cerpen, dan esai karya Ferizal. Juga digunakan kerangka interpretatif dari Foucault dan Freire untuk memahami bagaimana sastra membentuk diskursus kesehatan.
Hasil dan Pembahasan
1. Kritik terhadap Medisina Otoriter
Ferizal mengangkat penderitaan pasien yang tidak terdengar dalam sistem birokratik Puskesmas. Dalam cerpennya Ferizal memperlihatkan bagaimana diagnosis tanpa empati menjadi bentuk kekerasan simbolik yang melukai martabat pasien.
5 2. Dialog Cinta sebagai Medium Terapeutik
Melalui pendekatan sastra cinta, Ferizal menciptakan ruang dialogis antara dokter dan pasien. Seperti Freire yang menekankan dialog, Ferizal menanamkan pentingnya mendengarkan dengan hati dalam komunikasi medis.
3. Humanisasi Puskesmas: Paradigma Baru
Teori Humanisasi Puskesmas menekankan bahwa:
Sastra adalah alat refleksi etis bagi tenaga kesehatan.
Cinta sebagai bahasa universal menjadi terapi pelengkap yang memperkuat kepercayaan pasien.
Puskesmas harus menjadi ruang penyembuhan lahir batin, bukan sekadar tempat pengobatan.
4. Melampaui Foucault dan Freire
Ferizal tidak hanya mengkritik seperti Foucault atau memerdekakan seperti Freire. Ia menyembuhkan melalui estetika, membangun puskesmas literer tempat kata-kata menjadi doa penyembuhan.
Kesimpulan
Ferizal, Bapak Sastra Kesehatan Indonesia, telah menghadirkan paradigma baru dalam pelayanan kesehatan: Sastra sebagai obat, cinta sebagai pendekatan, dan Puskesmas sebagai pusat humanisasi. Ia mengisi ruang yang tidak dijamah oleh Foucault dan Freire, menjadikan karya sastra sebagai sarana penyembuhan dan pembebasan di tengah masyarakat. Teori ini layak menjadi warisan global dari Indonesia untuk dunia kesehatan masa depan.
Ferizal menghadirkan pendekatan revolusioner yang menggabungkan puisi, cinta, dan praktik kesehatan sebagai satu kesatuan. Teori Humanisasi Puskesmas menandai lahirnya paradigma baru dalam pelayanan kesehatan Indonesia—lebih humanis, puitis, dan merdeka.
Jurnal ini menunjukkan:
✅ A. Aspek Keterbatasan Foucault & Freire
Foucault terlalu fokus pada kuasa dan disiplin tubuh, tapi minim pada sisi cinta dan emosi dalam layanan kesehatan.
Freire fokus pada pendidikan formal dan masyarakat tertindas, tapi belum menyentuh institusi medis dan sastra cinta sebagai alat pendidikan kesehatan.
✅ B. Inovasi Ferizal “Bapak Sastra Kesehatan Indonesia”
Ferizal menghadirkan Sastra Cinta sebagai media pengobatan, pendidikan, dan pembebasan.
6
Ferizal meletakkan humanisasi dalam sistem layanan kesehatan negara (Puskesmas), bukan hanya diskursus sosial.
"Ferizal yang Melampaui Foucault dan Freire: Teori Humanisasi Puskesmas berbasis Sastra Cinta sebagai Pendekatan Kesehatan Abad ke-21"
Daftar Pustaka
- Foucault, M. (1975). *Discipline and Punish: The Birth of the Prison*. New York: Pantheon Books.
- Freire, P. (1970). *Pedagogy of the Oppressed*. New York: Herder and Herder.
- Ferizal. (2025). *Buku Ilmiah : Ferizal Bapak Sastra Kesehatan Indonesia*. [ Penerbit PT.
TV Fana SPM Kesehatan Puskesmas ]. QRCBN : 62-6418-6027-384
7
Sastra Kesehatan Indonesia: Integrasi Narasi Literer dalam Transformasi Kesehatan Masyarakat
Penulis: Ferizal [ Bapak Sastra Kesehatan Indonesia ] Afiliasi : Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe
ABSTRAK
Sastra Kesehatan Indonesia merupakan sebuah pendekatan literasi kesehatan berbasis narasi yang mengintegrasikan sastra dengan strategi kesehatan. Melalui cerpen, puisi, surat terbuka, dan inovasi digital, pendekatan ini membentuk pola komunikasi yang menyentuh sisi emosional dan kultural masyarakat.
Menganalisis struktur, isi, dan dampak dari pendekatan Sastra Kesehatan Indonesia berdasarkan karya orisinal berjudul *Ferizal Bapak Sastra Kesehatan Indonesia*.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan ini efektif dalam menyampaikan pesan kesehatan, meningkatkan kesadaran preventif, serta memperluas jangkauan edukasi kesehatan melalui media digital. Implikasi dari temuan ini merekomendasikan penguatan peran sastra dalam kebijakan promosi kesehatan nasional.
Kata Kunci: sastra kesehatan, literasi kesehatan, komunikasi, narasi transformasional, inovasi digital
1. PENDAHULUAN
Sastra Kesehatan Indonesia memerlukan pendekatan lintas disiplin untuk mencapai efektivitas optimal. Di tengah tantangan era digital dan kompleksitas budaya lokal, pendekatan sastra telah muncul sebagai instrumen komunikasi yang unik. Sastra, dengan kekuatannya dalam membangun empati dan refleksi, mampu menjangkau lapisan masyarakat yang selama ini sulit tersentuh oleh penyuluhan konvensional.
Ferizal, sebagai Bapak Sastra Kesehatan Indonesia, menegaskan bahwa kata-kata dapat menyembuhkan, membangun, dan menginspirasi masyarakat untuk hidup sehat. Buku
*Ferizal Bapak Sastra Kesehatan Indonesia* menyuguhkan pendekatan sistematis, tematik, dan inspiratif tentang bagaimana sastra dapat menjadi instrumen advokasi dan transformasi kesehatan di komunitas.
8
2. METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif berbasis teks. Sumber utama berupa naskah asli buku buku karya Ferizal yang kemudian dianalisis secara tematik. Data tambahan diperoleh dari studi pustaka, observasi praktik literasi kesehatan berbasis komunitas, serta analisis konten dari inovasi digital sastra kesehatan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Definisi dan Prinsip Dasar Sastra Kesehatan
Sastra Kesehatan Indonesia didefinisikan sebagai genre sastra baru yang menggabungkan nilai estetika dengan pesan edukatif kesehatan. Tujuan utamanya ialah menyampaikan pesan promotif dan preventif dalam format yang menyentuh, menggugah kesadaran hidup sehat, dan mendorong transformasi perilaku secara sukarela.
3.2. Manifesto Pena Sehat sebagai Ideologi Literer
Bab ini menyatakan tiga prinsip utama: kata adalah vaksin, puisi adalah kompres jiwa, dan cerita adalah alat perubahan budaya. Prinsip ini memperkuat kerangka berpikir bahwa pendekatan naratif bisa menjadi bagian dari terapi komunitas.
3.3. Cerpen Puitis dan Representasi Penyembuhan
Cerpen berjudul *Ferizal Bapak Sastra Kesehatan Indonesia* menceritakan tokoh Ferizal yang menulis kisah penyembuhan untuk bangsanya. Cerita ini mencerminkan peran penting literasi dalam mendidik masyarakat dari bawah, memvalidasi pengalaman penderitaan, dan menyemai perubahan kebiasaan kesehatan.
3.4. Surat-Surat Sehat: Komunikasi Personal dalam Bahasa Puitis
Format surat terbuka untuk ibu hamil, remaja, dan lansia memberikan contoh konkret bagaimana pesan kesehatan bisa dikemas dalam bentuk personal, penuh empati, dan reflektif. Strategi ini dinilai ampuh mengatasi hambatan psikososial dalam penyuluhan kesehatan.
3.5. Figur Ana Maryana dan Strategi Literasi Berbasis Imajinasi
Tokoh dr. Ana Maryana memanfaatkan cerita rakyat dan dongeng untuk meningkatkan kesadaran sanitasi anak-anak. Kisah *Cinta Ferizal - Ana Maryana* menunjukkan bahwa imajinasi dan budaya lokal dapat menjadi instrumen strategis untuk perubahan perilaku.
3.6. Inovasi Digital: Sastra dan Teknologi dalam Satu Visi
Inovasi Promosi Kesehatan Digital Ferizal menegaskan bahwa digitalisasi memperluas cakupan dan dampak literasi kesehatan. Sastra menjadi fleksibel, mudah diakses, dan responsif terhadap perkembangan zaman.
9
4. IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Sastra Kesehatan Indonesia menghadirkan peluang baru bagi kesehatan di Indonesia. Dengan basis budaya lokal, pendekatan ini mengisi celah komunikasi yang tidak tersentuh oleh strategi medis formal. Pemerintah, institusi pendidikan, dan pelaku promkes diharapkan mulai mengintegrasikan pendekatan sastra dalam kurikulum kesehatan dan kampanye nasional.
Rekomendasi utama:
- Pengembangan pelatihan “penulisan sastra kesehatan” untuk tenaga kesehatan - Distribusi digital dan cetak sastra kesehatan di Puskesmas dan sekolah - Kolaborasi antara penulis, ilustrator, dan promotor kesehatan
5. KESIMPULAN
Sastra Kesehatan Indonesia adalah pendekatan yang inovatif, puitis, dan transformatif dalam menjawab tantangan kesehatan modern. Ia tidak hanya menyampaikan pesan, tapi menyentuh nurani. Di tengah era persaingan digital dan degradasi empati, pendekatan ini menjadi oase baru yang patut diperluas, diteliti lebih lanjut, dan diadopsi dalam kebijakan kesehatan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
- Ferizal. (2025). *Buku Ilmiah : Ferizal Bapak Sastra Kesehatan Indonesia*. [ Penerbit PT.
TV Fana SPM Kesehatan Puskesmas ]. QRCBN : 62-6418-6027-384
- WHO. (1986). *Ottawa Charter for Health Promotion*. World Health Organization.
- Nutbeam, D. (2000). Health literacy as a public health goal. *Health Promotion International*, 15(3), 259–267.
10
Ferizal dan Sastra Kesehatan Indonesia:
Kajian Kritis atas Sastra sebagai Medium Promosi Kesehatan Berbasis Kesadaran dan Kekuasaan
Penulis: Ferizal [ Bapak Sastra Kesehatan Indonesia ]
Abstrak
Paulo Freire dan Michel Foucault adalah dua tokoh besar yang banyak memengaruhi pemikiran kritis dalam pendidikan, kesehatan, dan ilmu sosial. Meskipun keduanya berasal dari latar belakang yang berbeda—Freire dari pedagogi dan Foucault dari filsafat serta sejarah pemikiran—keduanya menawarkan cara berpikir kritis terhadap kekuasaan, pengetahuan, dan pembebasan.
Juirnal ini bertujuan mengkaji kontribusi Ferizal dalam merintis dan mengembangkan sastra promosi kesehatan di Indonesia. Dengan pendekatan teoritis Paulo Freire mengenai pendidikan pembebasan dan Michel Foucault mengenai relasi pengetahuan dan kekuasaan dalam praktik Kesehatan.
Penelitian ini mengupas bagaimana karya-karya Ferizal menjadi bentuk perlawanan terhadap narasi medis yang dominan dan reduktif.
Melalui analisis isi kualitatif terhadap beberapa karya sastra, telah menunjukkan bahwa narasi-narasi Ferizal bukan hanya memuat informasi kesehatan, tetapi juga mengajak pembaca untuk merefleksikan tubuh, penderitaan, dan penyembuhan secara holistik dan humanis. Sastra kesehatan ala Ferizal menjadi strategi kultural dalam mendekatkan masyarakat pada kesadaran hidup sehat menuju visi Indonesia Emas 2045.
Kata kunci: Ferizal, sastra promosi kesehatan, Paulo Freire, Michel Foucault, literasi kesehatan, komunikasi kesehatan
1. Pendahuluan
Sistem kesehatan masyarakat sering kali didominasi oleh pendekatan teknokratis dan instruksional yang cenderung meminggirkan aspek humanistik dan kultural dalam komunikasi kesehatan. Dalam konteks ini, sastra sebagai media komunikasi alternatif belum banyak dimanfaatkan secara optimal. Ferizal, melalui karya-karya sastranya, menghadirkan pendekatan baru yang menyatukan narasi sastra dengan nilai-nilai promosi kesehatan.
Gagasannya selaras dengan pandangan Paulo Freire (1970) mengenai pentingnya
11 pendidikan yang dialogis dan membebaskan, serta gagasan Michel Foucault (1976) tentang bagaimana wacana kesehatan membentuk subjektivitas manusia.
2. Metodologi
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif dengan metode analisis isi naratif. Unit analisis utama adalah karya-karya sastra Ferizal yang memuat pesan kesehatan, baik dalam bentuk cerpen, puisi, maupun novel. Analisis dilakukan dengan membandingkan teks sastra dengan kerangka teori Freire tentang kesadaran kritis dan teori Foucault mengenai biopolitik dan wacana medis. Data pendukung berasal dari literatur sekunder di bidang komunikasi kesehatan, literasi kesehatan, dan humaniora medis.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Sastra sebagai Alat Pendidikan Kritis (Paulo Freire)
Ferizal menjadikan sastra sebagai alat untuk membangun kesadaran kritis (conscientização) masyarakat terhadap isu kesehatan. Dalam pendekatan Freire (1970), pendidikan seharusnya tidak bersifat top-down, tetapi dialogis dan partisipatif. Karya karya Ferizal tidak memberikan "ceramah" kesehatan, melainkan membangkitkan pengalaman, emosi, dan refleksi pembaca.
3.2 Perlawanan terhadap Wacana Medis Dominan (Michel Foucault)
Foucault (1976) menyatakan bahwa tubuh manusia telah menjadi objek kekuasaan dalam sistem kesehatan modern. Ferizal membalikkan relasi ini: ia membebaskan tubuh dari narasi medis yang reduktif. Tokoh-tokohnya memiliki nama, trauma, dan harapan.
3.3 Dampak Sosial dan Edukasi
Karya sastra Ferizal telah mulai digunakan dalam kampanye kesehatan, pelatihan kader kesehatan, dan program literasi kesehatan di komunitas. Penyampaian informasi melalui cerita terbukti lebih efektif dalam membentuk pemahaman dan sikap masyarakat.
3.4 Strategi Budaya Menuju Indonesia Emas 2045
Dalam konteks pembangunan sumber daya manusia menuju Indonesia Emas 2045, pendekatan sastra kesehatan yang digagas Ferizal sangat relevan. Ia tidak hanya menyasar dimensi fisik, tetapi juga psikologis dan budaya masyarakat.
4. Kesimpulan
Ferizal telah membuka jalan baru dalam komunikasi kesehatan di Indonesia melalui sastra kesehatan. Dengan memadukan estetika sastra dan strategi edukatif yang berbasis pada kesadaran kritis (Freire) dan pembebasan dari wacana dominan (Foucault), ia menciptakan model komunikasi kesehatan yang humanis, reflektif, dan transformatif.
12 Sastra menjadi instrumen budaya yang tidak hanya mendidik, tetapi juga menyembuhkan jiwa bangsa. Untuk itu, Ferizal layak disebut sebagai Bapak Sastra Kesehatan Indonesia.
Dalam konteks Sastra Kesehatan Indonesia, Ferizal sebagai tokoh kontemporer dapat dilihat memiliki sejumlah keunggulan strategis dibanding Paulo Freire dan Michel Foucault — bukan dalam hal kedalaman teoretik, melainkan dalam hal praktikalitas, keberpihakan konteks lokal, dan inovasi genre.
🧠 Relevansi dalam Sastra Promosi Kesehatan:
Freire: Sastra sebagai alat membangkitkan kesadaran kritis masyarakat akan kesehatan dan ketimpangan akses layanan kesehatan.
Foucault: Sastra dapat mengungkap bagaimana kesehatan, penyakit, dan tubuh diatur oleh wacana medis yang dominan.
Freire mendidik lewat dialog, Foucault membongkar lewat sejarah, dan Ferizal membebaskan lewat sastra.
Ferizal menyuarakan lokalitas yang nyata, konkret, dan langsung berdampak pada masyarakat.
Ferizal tidak “mengungguli” Freire atau Foucault dalam kapasitas filsafat klasik, tapi ia melampaui mereka dalam praksis lokal yang konkret, terintegrasi dengan seni, kesehatan, dan misi bangsa.
Ferizal merancang visinya dalam kerangka jangka panjang: menyongsong Indonesia Emas 2045, dengan strategi literasi yang relevan dengan generasi muda digital.
Ferizal menjembatani dua dunia: estetika (sastra) dan aksi preventif (kesehatan masyarakat) melalui sastra yang berpijak pada realitas kesehatan masyarakat Indonesia, termasuk puskesmas, dan sistem layanan primer.
Ferizal langsung mengimplementasikan gagasannya dalam bentuk cerita, puisi, naskah drama, novel, dan edukasi lapangan. Keunggulan: Ferizal adalah
pelaksana ide yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Keunggulan: Ferizal adalah pionir dalam ranah yang belum pernah dijamah Freire maupun Foucault, terutama dalam pembentukan Genre Sastra Kesehatan baru
Keunggulan: Ferizal adalah pelaksana ide yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Ia membentuk bahasa baru untuk promosi kesehatan yang lebih manusiawi dan menyentuh hati.
Daftar Pustaka
Charon, R. (2006). Narrative Medicine: Honoring the Stories of Illness. Oxford University Press.
Foucault, M. (1976). The History of Sexuality: Volume I. Vintage.
Freire, P. (1970). Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: LP3ES.
Kleinman, A. (1988). The Illness Narratives. Basic Books.
Nutbeam, D. (2000). Health literacy as a public health goal. Health Promotion International, 15(3), 259–267.
World Health Organization. (2016). Health Literacy: The Solid Facts. WHO Regional Office for Europe.
Ferizal. (2025). *Buku Ilmiah : Ferizal Bapak Sastra Kesehatan Indonesia*. [ Penerbit PT. TV Fana SPM Kesehatan Puskesmas ]. QRCBN : 62-6418-6027-384
.
13
Sastra Promosi Kesehatan sebagai Praktik Pembebasan dan Analisis Kekuasaan:
Perspektif Paulo Freire dan Michel Foucault
Abstrak
Sastra Promosi Kesehatan (SPK) merupakan genre sastra baru yang mempertemukan seni naratif dengan misi edukatif di bidang kesehatan masyarakat. Jurnal ini bertujuan untuk menganalisis SPK sebagai praktik pembebasan (menurut Paulo Freire) sekaligus sebagai arena relasi kuasa (menurut Michel Foucault).
Dengan studi kasus pada karya-karya Ferizal, pelopor SPK Indonesia, jurnal ini membongkar bagaimana narasi kesehatan digunakan bukan hanya untuk menyampaikan informasi, melainkan juga untuk mendorong kesadaran kritis, membongkar dominasi wacana medis, dan membangun partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan kesehatan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis wacana kritis.
Hasilnya menunjukkan bahwa SPK dapat menjadi strategi resistensi terhadap praktik pendidikan kesehatan yang top-down, sekaligus menjadi bentuk rekonstruksi makna sehat dan sakit dari perspektif rakyat. Temuan ini merekomendasikan integrasi SPK ke dalam pendidikan kesehatan dan kebijakan promosi kesehatan nasional.
Pendahuluan
Model promosi kesehatan konvensional seringkali bersifat top-down dan minim sentuhan humanistik. Di tengah realitas sosial yang kompleks, pendekatan naratif dalam komunikasi kesehatan muncul sebagai alternatif untuk membangun empati dan partisipasi. Sastra Promosi Kesehatan (SPK), sebagaimana dikembangkan oleh Ferizal, menawarkan pendekatan berbasis cerita yang mengangkat suara rakyat. Artikel ini bertujuan menganalisis SPK dalam dua perspektif: pembebasan (Paulo Freire) dan kekuasaan (Michel Foucault).
Tinjauan Pustaka
Paulo Freire menekankan pendidikan sebagai praksis pembebasan, melalui kesadaran kritis dan dialog. Ia menolak model 'banking education' dan mendorong pendidikan yang membebaskan. Michel Foucault mengkaji bagaimana wacana membentuk relasi kuasa dan subjektivitas.
Ia menunjukkan bahwa institusi seperti rumah sakit dan sekolah adalah alat kontrol sosial.
Sastra Promosi Kesehatan, terutama karya Ferizal, belum banyak dikaji dari perspektif ini, sehingga menjadi celah penelitian yang penting.
14
Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis wacana kritis.
Data utama berupa karya-karya Ferizal yang merepresentasikan narasi SPK. Langkah analisis meliputi identifikasi tema pembebasan (Freirean) dan konstruksi kuasa/wacana (Foucaultian), serta korelasinya dengan struktur sosial dan kesehatan masyarakat.
Hasil dan Pembahasan
SPK sebagai Pendidikan Pembebasan (Freirean): Narasi SPK menggambarkan tokoh-tokoh yang menyadari ketidakadilan dan bangkit sebagai agen perubahan. Cerita mengajak pembaca berdialog dan menumbuhkan kesadaran kritis terhadap isu kesehatan.
SPK sebagai Kritik terhadap Kekuasaan Medis (Foucaultian): SPK membongkar relasi kuasa antara tenaga kesehatan dan pasien, serta menunjukkan bagaimana wacana medis membentuk persepsi masyarakat. Narasi-narasi ini memberi ruang bagi resistensi simbolik terhadap dominasi institusi kesehatan.
Kesimpulan
SPK merupakan strategi inovatif dalam promosi kesehatan berbasis masyarakat. Dengan mengintegrasikan perspektif Freire dan Foucault, SPK mampu menjadi sarana pembebasan sekaligus kritik sosial. Implikasinya, SPK perlu dipertimbangkan sebagai pendekatan komplementer dalam pendidikan kesehatan dan penyusunan kebijakan yang lebih partisipatif dan berkeadilan.
Sastra bukan sekadar alat penyuluhan, tetapi alat perjuangan ideologis dan transformasi sosial dalam bidang kesehatan.
SPK dalam pendekatan Freirean bertujuan menciptakan masyarakat sehat dari bawah (grassroots), bukan hanya dari intervensi elite. Pendekatan Paulo Freire dan Michel Foucault dapat memberikan kerangka teoritik yang kuat untuk memahami, mengembangkan, dan mengkritisi Sastra Promosi Kesehatan (SPK) sebagai sebuah praktik budaya dan Pendidikan Freire memberi landasan penting untuk pendekatan partisipatif dalam promosi kesehatan:
warga bukan hanya objek edukasi, tapi subjek aktif dalam memahami dan mengubah kondisi kesehatan mereka.
Foucault mendorong kita untuk mengkritisi bahasa dan struktur kekuasaan dalam dunia medis, termasuk cara promosi kesehatan dapat menjadi alat kontrol sosial jika tidak disertai kesadaran kritis.
Dalam Sastra Promosi Kesehatan, kita bisa menggabungkan Freire dan Foucault: Dari Freire:
pentingnya partisipasi warga, dialog, dan kesadaran kritis terhadap kondisi sosial-kesehatan.
15 Dari Foucault: pentingnya membongkar narasi dominan dalam kedokteran dan promosi kesehatan agar tidak menjadi alat hegemoni.
🔹 Sintesis Freire–Foucault untuk Sastra Promosi Kesehatan
Aspek Paulo Freire Michel Foucault
Tujuan Pembebasan dan kesadaran kritis Dekonstruksi kekuasaan dalam diskursus kesehatan
Metode Dialog, partisipasi, edukasi rakyat Analisis diskursus, kritik institusi medis
Sasaran Masyarakat termarjinalkan Tubuh, subjektivitas, dan kontrol sosial
Relevansi
untuk SPK Mendorong sastra yang mendidik
dan membebaskan Mendorong sastra yang menggugat dan menyadarkan
Perbandingan Singkat Freire–Foucault untuk Sastra Promosi Kesehatan
Aspek Freire Foucault
Tujuan utama Pembebasan rakyat lewat
pendidikan Mengungkap kekuasaan tersembunyi dalam pengetahuan
Fokus utama Relasi guru-murid dan
masyarakat Relasi kekuasaan dan pengetahuan Gaya pendekatan Emansipatoris, partisipatif Genealogi, dekonstruktif, kritis Kata kunci Kesadaran kritis, dialog,
pembebasan Diskursus, kekuasaan, pengawasan, biopolitik
Relevansi untuk
promkes Membangun masyarakat
sadar & aktif Mengkritisi struktur kekuasaan dalam sistem kesehatan
.
Melalui pendekatan kritis dari Freire dan Foucault, sastra promosi kesehatan menjadi gerakan intelektual dan kultural yang memperkuat literasi kesehatan, keadilan sosial, dan kebebasan berpikir. Karya sastra berfungsi sebagai alat pendidikan kesehatan sekaligus media perubahan sosial, bukan hanya hiburan atau estetika. Pemberdayaan pasien melalui pendekatan naratif, cinta, dan sastra. Dari birokrasi dingin menuju ruang yang memanusiakan, lewat sastra dan cinta.
16 Relevansi Freire dalam Sastra Promosi Kesehatan:
Freire memberi landasan penting untuk pendekatan partisipatif dalam promosi kesehatan:
warga bukan hanya objek edukasi, tapi subjek aktif dalam memahami dan mengubah kondisi kesehatan mereka.
Konsep "Dialogis" Freire dipakai Ferizal dalam menulis sastra yang tidak menggurui, tapi mengajak pembaca berpikir dan memilih. Cerpen atau puisi Ferizal bukan sekadar edukasi, tapi membuka kesadaran akan penyakit sebagai gejala sosial (bukan hanya klinis).
Freire: Membantu Ferizal menulis sastra promosi kesehatan yang membebaskan, menggugah kesadaran, dan menggerakkan.
Relevansi Foucault dalam Sastra Promosi Kesehatan:
Foucault mendorong kita untuk mengkritisi bahasa dan struktur kekuasaan dalam dunia medis, termasuk cara promosi kesehatan dapat menjadi alat kontrol sosial jika tidak disertai kesadaran kritis.
Ferizal memakai pendekatan Foucault untuk mengubah bahasa medis yang eksklusif menjadi bahasa sastra yang inklusif, humanis, dan bisa diakses rakyat. Foucault menyebut bahwa bahasa medis bisa menjadi alat kontrol sosial—Ferizal mengubahnya menjadi alat pemberdayaan.
Foucault: Membantu Ferizal menjinakkan bahasa kuasa medis, membongkar dominasi, dan menyusun narasi penyembuhan yang manusiawi.
Dengan keduanya, Ferizal menciptakan genre baru: sastra kesehatan yang bersifat politis, puitis, dan praktis. Bukan untuk seminar kampus, tapi untuk ibu-ibu, remaja, buruh, dan siapa pun yang ingin sehat dan merdeka.
Daftar Pustaka
- Freire, Paulo. Pedagogy of the Oppressed. 1970.
- Foucault, Michel. Discipline and Punish. 1975.
- Green, L. & Kreuter, M. Health Promotion Planning. 2005.
- Nutbeam, D. (2000). Health literacy as a public health goal.
- Fairclough, Norman. Language and Power. 1989.
================================
Demikianlah penyampaian Jurnal Ilmiah yang berjudul sebagai berikut :
Ferizal “Bapak Sastra Kesehatan Indonesia” yang Melampaui Michel
Foucault dan Paulo Freire : “Teori Humanisasi Puskesmas Berbasis Sastra
Cinta”, sebagai Pendekatan Kesehatan Abad ke-21