PEMBELAJARAN APRESIASI SENI UNTUK MELESTARIKAN BUDAYA LOKAL
Rifka Sopia1, Warli Haryana2 Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Apresiasi seni adalah kegiatan penilaian atau penghargaan terhadap sebuah karya seni yang dilakukan oleh penonton atau penikmat karya seni. Budaya lokal adalah nilai-nilai lokal yang menghasilkan sebuah karya yang diperoleh melalui proses belajar oleh manusia. Seni dan kebudayaan memiliki hubungan yang saling mempengaruhi satu sarna lain, Kebudayaan mempengaruhi pandangan terhadap suatu karya seni. Sebaliknya seni juga dapat mempengaruhi suatu kebudayaan sehingga memiliki nilai seni yang tinggi. Pembelajaran apresiasi seni dapat menjadi edukasi yang bertujuan untuk memelihara dan melestarikan budaya lokal.
Kata Kunci : Apresiasi seni, Budaya lokal, Pembelajaran
ABSTRACT
Art appreciation is an activity of evaluating or appreciating a work of art by spectators or connoisseurs of works of art. Local culture is local values that produce a work that is obtained through a process of learning by humans. Art and culture have a relationship that influences one another. Culture influences the view of a work of art. Conversely art can also influence a culture so that it has high artistic value. Art appreciation learning can be education that aims to maintain and preserve local culture.
Keywords: Art appreciation, Local culture, Learning
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang memiliki ragam seni dan budaya yang tersebar di setiap daerahnya. Budaya lokal merupakan nilai-nilai lokal hasil budi daya masyarakat suatu daerah yang terbantuk secara alami dan diperoleh melalui proses belajar dari waktu ke waktu. Budaya lokal tersebut bisa berupa hasil seni, tradisi, pola pikir, atau hukum adat. Budaya-budaya lokal yang ada di Indonesia selanjutnya menjadi warisan budaya bagi bangsa Indonesia. Kebudayaan tidak lepas dari nilai-nilai seni di dalamnya. Seni dan budaya memiliki hubungan yang timbal balik dan saling memengaruhi satu sama lain. Kebudayaan mempengaruhi pandangan terhadap suatu karya seni, sebaliknya seni juga dapat mempengaruhi suatu kebudayaan di dalamnya. Seni dan Budaya merupakan warisan dari nenek moyang yang wajib dilestarikan oleh semua generasi. Pelestarian seni dan budaya sangat diperlukan dan harus dilakukan terus menerus untuk mempertahankan nilai-nilai
seni dan budaya, seni tradisional, serta menyesuaikan dalam kondisi yang semakin berkembang, pelestarian ini juga berlaku untuk semua kalangan generasi.
Di era serba teknologi seperti sekarang telah membawa perubahan terhadap masyarakat indonesia terutama di kalangan anak muda. Pengaruh tersebut berupa berubahnya gaya hidup masyarakat hingga lunturnya rasa cinta seni dan budaya Nusantara. Oleh karena itu, sebagai usaha dalam meningkatkan rasa cinta budaya lokal perlu adanya apresiasi masyarakat terhadap kearifan lokal yang tidak akan lepas dari peran sebuah lembaga pendidikan.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptifkualitatif dengan metode studi kasus.
Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan atau menghasilkan keadaan sesuai dengan fakta dan apa adanya (Nawawi dan Martini, 1996 : 73). Pemilihan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus berdasarkan tujuan untuk memperoleh deskripsi secara utuh dan realistis tentang peranan pembelajaran apresiasi seni dalam membantu untuk melestarikan budaya lokal.
PEMBAHASAN
Pembelajaran adalah proses yang sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam individu Pribadi (2009:10). Dapat di simpulkan bahwa pemnelajaran adalah adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan seni adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan agar menguasai kemampuan berkesenian sesuai dengan peran yang harus dimainkannya (Soehardjo, 2012 : 13). Pendekatan pendidikan melalui seni amat penting dan jelas peranannya dapat diamati pada jenjang pendidikan dasar dan pra-sekolah. Seni dan kebudayaan memiliki hubungan yang saling mempengaruhi satu sarna lain. Begitu pula dengan Budaya dan pendidikan tidak dapat terpisahkan. Koentjaningrat (Nay, 2018) mengartikan kata kebudayaan atau dalam bahasa Inggris culture, berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi dapat diartikan sebagai budi atau akal. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. Sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut. Jadi kebudayaan secara keseluruhan adalah hasil usaha manusia untuk mencukupi semua
kebutuhan hidupnya. budaya merupakan hal-hal yang berkaitan dengan akal yang dilakukan oleh manusia dan diwariskan dari generasi ke generasi sehingga membentuk suatu kebiasaan. Seni dan budaya dalam pendidikan bisa mengembangkan potensi anak didik agar tidak hanya cerdas secara intelektual akan tetapi juga mempunyai akhlak dan moral yang baik.
Pendidikan sebagai transformasi budaya diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Di salam pendidikan sebagai kegiatan pewaris budaya lokal, pembekalan pembelajaran apresiasi seni terhadap peserta didik menjadi dasar utama agar kebudayaan tidak hilang dan terlupakan. Tujuan apresiasi seni budaya adalah untuk mengenalkan atau publikasi karya atau produk budaya lain agar lebih bisa dinikmati oleh khalayak atau masyarakat luas. Selain itu, hal itu juga bermaksud supaya nilai dalam seni atau budaya bisa tersampaikan. apresiasi seni budaya diharapkan dapat meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap seni dan budaya itu sendiri. Selain itu, juga agar bisa menciptakan penilaian, memberi empati, dan memperoleh hiburan serta wawasan mengenai seni dan budaya. Menjadikan masyarakat atau siswa 'melek seni' sehingga dapat menerima seni sebagaimana mestinya. Kompetensi apresiasi berkaitan dengan kemampuanmerasakan fenomena keindahan dan seni, menikmati, menghayati, danmenghargai nilai-nilainya, baik dari segi bentuk maupun isi (pesan seni).Tujuannya agar peseta didik menyadari kontribusi seniman dan peran seni ditengah masyarakat,sehingga berempati dan hormat pada profesi seniman dandunia kesenian.
Disamping pembelajaran apresiasi seni juga diperlukan pembelajaran berbasis kearifan lokal.
Pembelajaran berbasis kearifan lokal merupakan kebijakan yang dapat dirumuskan oleh lembaga pendidikan. Melalui pendidikan berbasis kearifan lokal, keragaman potensi suatu daerah dapat dikembangkan, sehingga anak-anak di suatu daerah dapat memahami budaya dan nilai-nilai daerah tersebut. Konsep pembelajaran berbasis kearifan lokal ialah pembelajaran dengan kekayaan setempat/suatu daerah berupa pengetahuan, kepercayaan, norma, adat istiadat, kebudayaan, wawasan dan sebagainya yang merupakan warisan dan dilestarikan sebagai sebuah identitas serta pedoman dalam mengajarkan kita untuk bertindak secara tepat dalam kehidupan.
Fungsi apresiasi seni menurut Bandi Sobandi, setidaknya terdapat tiga fungsi apresiasi seni, yaitu:
1. Meningkatkan dan memupuk rasa cinta seseorang terhadap bangsa sendiri sekaligus terhadap sesama manusia.
2. Penikmatan, penilaian, empati, dan hiburan yang berkaitan erat dengan kesehatan mental.
3. Mempertahankan kebudayaan Indonesia.
Pembelajaran Apresiasi dilakukan dengan pendekatan Learning about Art:pembelajaran apresiasi seni diajarkan untuk melatih kemampuan merasakanfenomena seni dan estetik peserta didik.Untuk mencapai kompetensi ini,pesertadidik pada awalnya dihadapkan langsung dengan karya seni rupa murni,desain,dan kria.Para pendidik seni perlu memfasilitasi proses pembelajaran
denganmenyediakan karya seni rupa murmi (lukisan,grafis,patung),karya desain (poster,cover buku,desain tekstil),atau karya-karya seni kriya (ukiran,relief,hiasan)untuk dipajang di depan kelas, sebagai bahan diskusi. Melalui metodebrainstroming secara bergantian peserta didik diminta memberikan tanggapan danperasaannya terhadap karya yang dijadikan sebagai objek apresiasi.
Untukmemperkaya pengalaman estetik maka aktivitas apresiasi dapat dielaborasidengan pengalaman merasakan langsung praktik berkarya seni.Dengan aktivitasitu maka sense of beauty peserta didik akan berkembang,sehingga mereka dapatmenganalisis dan menilai mana karya seni yang kurang baik,baik,dan yangterbaik.
Proses pembelajaran apresiasi seni, dapat dilakukan melalui metode danpendekatan seperti dikemukakan oleh (Sahman, 1993: 153;Soedarso,1990:83-84) yaitu sebagai berikut:
a. Pendekatan aplikatif: Pendekatan ini dilakukan melalui proses penciptaanseni secara langsung.Hal ini sejalan dengan doktrin Dewey "learning bydoing".
b. Pendekatan Historis:Ditempuh melalui pengenalan sejarah seni.Penciptaandemi penciptaan,peristiwa demi peristiwa yang masing-masing memilikiproblema sendiri, dibicarakan dan dibahas secara urut.
c. Pendekatan problematik: Menyoroti masalah serta liku-liku seni sebagaisarana untuk dapat menikmatinya secara semestinya,kemudian deretanproblem-problem senilah yang harus dibahas satu persatu.
KESIMPULAN
Indonesia sebagai negara yang memiliki ragam seni dan budaya yang tersebar di setiap daerahnya. Pelestarian seni dan budaya sangat diperlukan dan harus dilakukan terus menerus untuk mempertahankan nilai-nilai seni dan budaya, seni tradisional, serta menyesuaikan dalam kondisi yang semakin berkembang, pelestarian ini juga berlaku untuk semua kalangan generasi.
Pembelajaran apresiasi seni terhadap budaya lokal sebagai usaha dalam meningkatkan rasa cinta budaya lokal, dan pembelajaran apresiasi seni tidak akan lepas dari peran sebuah lembaga pendidikan, yang bertujuan untuk memelihara dan melestarikan budaya lokal bagi generasi yang akan datang sebagai penerus bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, D. (2013). SEBAGAI BENTUK UPAYA PELESTARIAN BUDAYA LOKAL.
Cahyono, H. (n.d.). Urgensi pendidikan multikultural sebagai upaya meningkatkan apresiasi siswa terhadap kearifan budaya lokal. 15–29.
Dasar, D. I. S. (2016). PEMBELAJARAN SENI BUDAYA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DALAM yang baik kepada siswa yang akan diajarkan selain itu memilih tarian yang mempunyai nilai pendidikan , agar siswa mampu menyerap pelajaran seni tari dengan baik dan mampu
menerapkan pesan yang terkandung dalam tarian-tarian tersebut hal ini sesuai dengan prinsip khusus yang berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan . Dalam proses pembelajaran seni tari guru dituntut untuk membaca kondisi siswa yang beragam agar guru mengetahui apakah siswa suka dengan pendidikan seni tari atau tidak , jika tidak semua siswa menyukai seni tari maka guru bisa mengkolaborasikan berbagai seni tapi tujuannya tetap kepada seni tari hal ini sesuai dengan prinsip khusus. 2(1), 17–26.
MENINGKATKAN APRESIASI SISWA TERHADAP BUDAYA LOKAL Oleh : PENDAHULUAN Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini telah memungkinkan masyarakat dunia hidup dalam era informasi global . Proses penyebaran komunikasi dan informasi yang cepat , menyebabkan keberadaan teknologi komunikasi dan informasi menjadi bersifat mutlak . Globalisasi dalam proses keberadaannya mempunyai kemampuan bahkan pengaruh untuk menggeser sistem sosial , budaya bahkan identitas suatu bangsa . Adanya pergeseran ini dapat terlihat bagaimana gaya hidup atau lifestyle dari Koentjaraningrat mengatakan bahwa
“ kebudayaan adalah keseluruhan sistem , gagasan , tindakan , dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik demi manusia dengan belajar ” ( 1986 : 80 ).
Kebudayaan diperoleh dari proses belajar yang dilakukan manusia dalam kehidupan masyarakat . Kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal . Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan , tindakan , dan hasil karya manusia untuk memenuhi kebutuhan dengan cara belajar , yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat . Adanya kebudayaan merupakan suatu usaha manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari , disamping diciptakan sebagai alat untuk mempertahankan dan sekaligus mencapai kesempurnaan hidup manusia . Proses kebudayaan dalam globalitas yang dicirikan oleh diferensiasi dan homogenitas memang tidak dapat disanggah eksistensinya .
Proses homogenisasi kultural lebih cepat terbentuk dalam ranah budaya kontemporer . Budaya dominan tersebut dihasilkan melalui proses sepihak yang mencerminkan homogenisasi selera , dan dipasarkan lewat media massa sebagai komoditas dagang yang punya nilai ekonomis dalam sistem kapitalisme global . Pola-pola perkembangan yang kontradiktif tampak mewarnai
perubahan sosial dan kultural . (n.d.). 42–59.