• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBUATAN MELAWAN HUKUM ATAS HILANGNYA KENDARAAN MILIK KONSUMEN YANG MENJADI TANGGUNG JAWAB PENGUSAHA PARKIR

N/A
N/A
ilham hadi

Academic year: 2023

Membagikan "PERBUATAN MELAWAN HUKUM ATAS HILANGNYA KENDARAAN MILIK KONSUMEN YANG MENJADI TANGGUNG JAWAB PENGUSAHA PARKIR"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

Judul Skripsi : TINDAKAN HUKUM ATAS KEHILANGAN KENDARAAN MILIK KONSUMEN YANG MENJADI TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR PARKIR (STUDI KASUS PASAR GLUGUR RANTAUPRAPAT) Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum. , Fakultas Hukum Universitas Labuhanbatu, merupakan hasil tulisan penulis sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjadi sumber informasi bagi pembaca khususnya kalangan akademisi Universitas Labuhanbatu mengenai delik kehilangan kendaraan milik konsumen yang menjadi tanggung jawab operator parkir (studi kasus pasar Glugur Rantauprapat) . Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

Penyelesaian skripsi ini diawali dengan penyusunan dan pembelaan di hadapan para penguji, sehingga mengakhiri masa studi penulis di Fakultas Hukum Universitas Labuhanbatu.

METODE PENELITIAN

PEMBAHASAN

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang Masalah
  • Identifikasi Masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Sistematika Penelitian

Pengelola parkir seringkali berdalih tidak mau bertanggung jawab atas hilangnya kendaraan dan/atau barang akibat klausul pengalihan tanggung jawab yang baku. 1 Memberikan informasi kepada pembaca tentang hubungan hukum pengguna jasa parkir dan pengelola parkir serta mencari formulirnya. 2 Menjadi bahan referensi bacaan untuk menambah pengetahuan masyarakat Labuhanbatu untuk mempelajari hubungan hukum antara pengguna jasa parkir dengan pengelola parkir serta mengetahui bentuk tanggung jawab atas kehilangan kendaraan yang dilakukan pengelola parkir.

1. Untuk menambah pengetahuan penulis mengenai syarat-syarat hukum bagi pengguna jasa parkir dan juru parkir serta mengetahui apa saja pertanggungjawaban atas kehilangan kendaraan yang dilakukan oleh juru parkir.

PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan hasil dari penelitian yang membahas

PENUTUP

Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Dan Perjanjian Baku

  • Pengertian dan unsur-unsur perjanjian
  • Syarat-syarat sahnya perjanjian
  • Asas-asas perjanjian
  • Perjanjian dengan klausula baku

Suatu perjanjian menjadi sah apabila memenuhi 4 syarat sahnya suatu perjanjian yang diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata yaitu. Artinya suatu perjanjian yang tidak sesuai dengan perjanjian dapat diakhiri dengan mengajukan permohonan pembubaran perjanjian kepada pengadilan. Perjanjian yang demikian disebut perjanjian baku atau perjanjian baku atau perjanjian masuk.9 Perjanjian baku disebut juga perjanjian baku, dalam bahasa Inggris disebut kontrak baku, perjanjian baku.

10 Abdulkadir Muhammad, 1992. Perjanjian Baku dalam Praktek Perusahaan Dagang, Cetakan Pertama (Bandung: Citra Adtya Bakti,), hal.

Tinjauan Umum Tentang Perbuatan Melawan Hukum

  • Pengertian Perbuatan Melawan Hukum
  • Unsur-unsur Perbuatan Melawan Hukum
  • Hal-hal yang Dapat Dikatakan Perbuatan Melawan Hukum

Perbuatan salah dalam hal ini adalah apabila perbuatan seseorang melanggar hak orang lain, bertentangan dengan kewajiban hukum pembuatnya, bertentangan dengan kesusilaan, dan bertentangan dengan kesusilaan yang berlaku dalam masyarakat. Terlebih lagi, orang yang melakukan perbuatan melawan hukum harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, karena orang yang tidak mengetahui perbuatannya tidak perlu membayar ganti rugi. Hoge Raad telah berulang kali memutuskan bahwa pasal 1246-1248 KUH Perdata tidak dapat diterapkan secara langsung terhadap kerugian yang disebabkan oleh perbuatan melawan hukum, namun penerapan analoginya diperbolehkan.

Secara umum diterima bahwa pelaku perbuatan salah harus mengganti bukan hanya kerugian yang sebenarnya dideritanya, tetapi juga keuntungan yang seharusnya diperoleh;

Tinjauan Umum Tentang Undang-undang Konsumen

  • Pengertian Konsumen
  • Hak-Hak Konsumen
  • Klausul Eksonerasi
  • Penempatan Fasilitas Parkir
  • Status Parkir
  • Penentuan Kebutuhan Parkir
  • Satuan Ruang Parkir (SRP)

Lahirnya undang-undang no. 8 Tahun 1999, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999, No. 42 tentang Perlindungan Konsumen merupakan langkah maju yang sangat penting dalam pengembangan peraturan perundang-undangan perlindungan konsumen di Indonesia karena merupakan undang-undang yang telah lama ditunggu-tunggu. waktu. Namun demikian bukan berarti sebelumnya belum ada undang-undang yang melindungi konsumen, karena penjelasan umum UU Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa dua puluh (20) undang-undang sebelumnya telah melindungi konsumen.14 Dengan lahirnya UU Perlindungan Konsumen yang didahului oleh sebelumnya itu, beberapa undang-undang yang materinya melindungi kepentingan konsumen. Artinya, UU Perlindungan Konsumen bukanlah awal dari perkembangan perlindungan konsumen, dan bukan pula akhir dari perlindungan konsumen, karena undang-undang sendiri telah mengamanatkan pembentukan peraturan daerah dari beberapa pasal undang-undang.

Diharapkan dengan lahirnya Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang mendorong terbentuknya lembaga swadaya masyarakat untuk perlindungan konsumen, mampu menempatkan konsumen pada posisi yang selayaknya, yakni seimbang, bahkan lebih kuat dibandingkan produsen. karena pada hakekatnya secara berkelompok, konsumen merupakan elemen yang sangat penting dalam masyarakat, namun pada kenyataannya konsumen selalu cenderung bertindak secara mandiri. Dengan munculnya organisasi konsumen atau lembaga swadaya masyarakat untuk perlindungan konsumen, diharapkan semakin mempercepat pemberdayaan konsumen karena organisasi konsumen tersebut dapat berupa organisasi jasa, organisasi pendidikan, organisasi penelitian, organisasi pengujian, maupun organisasi aksi. YLKI), namun terbukanya kemungkinan dibentuknya lembaga perlindungan konsumen non pemerintah ini, akan semakin mempercepat proses pemberdayaan konsumen.

Definisi “konsumen” yang berbeda dikemukakan baik dalam RUU Perlindungan Konsumen, sebagai upaya pembentukan UU Perlindungan Konsumen, maupun dalam UU. 18 Di bawah ini adalah pendapat para ahli dan menurut hukum Republik Indonesia mengenai pengertian konsumen. Pengertian konsumen dalam UUPK lebih luas dibandingkan dengan pengertian konsumen dalam kedua undang-undang perlindungan konsumen tersebut sebelumnya, karena dalam UUPK juga memuat pemanfaatan barang untuk kepentingan makhluk hidup lain. Merujuk pada latar belakang dan fokus penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini termasuk dalam penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris atau penelitian hukum sosiologi merupakan penelitian hukum yang menerima data dari sumber data primer 29 Dalam penelitian hukum empiris yang menjadi fokus kajiannya adalah berfungsinya hukum dalam masyarakat.Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi hukum.

Penelitian Hukum Empiris merupakan suatu metode penelitian hukum yang menggunakan fakta-fakta empiris yang diambil dari perilaku manusia, baik perilaku verbal yang diperoleh dari wawancara maupun perilaku aktual yang dilakukan melalui observasi langsung. Penulis menggunakan metode penelitian yaitu metode pendekatan hukum empiris, penelitian ini disebut juga penelitian hukum sosiologi tentang efektivitas hukum yaitu penelitian ini merupakan penelitian yang membahas tentang bagaimana fungsi hukum dalam masyarakat. dan deskriptif33 yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat suatu individu.

Tempat dan Waktu Penelitian .1 Tempat Penelitian

  • Waktu Penelitian

Bahan dan Alat Penelitian

Data tersier adalah data yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap data primer dan sekunder, misalnya kamus bahasa Indonesia, kamus hukum, kamus bahasa Inggris, ensiklopedia dan lain-lain.

Cara Kerja

Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan melihat dokumen, dapat berupa peraturan dan keputusan tertulis, gambar atau karya monumental yang berkaitan dengan topik yang dibahas.

Analisis Data

Hubungan Hukum Bagi Pengguna Jasa Parkir DanPengelola Parkir

Pengelola parkir dapat perorangan, kelompok atau badan hukum. Pemilik gedung atau pengelola yang mempunyai tempat parkir akan bekerja sama dengan pengelola parkir. Apalagi fungsi pengelola parkir adalah menciptakan ketertiban dan keamanan pada area parkir, oleh karena itu konsumen membayar biaya parkir bukan untuk menyewa tempat parkir, melainkan untuk memperoleh keamanan atas kendaraannya. Namun selama ini banyak pengelola parkir yang menolak bertanggung jawab jika ada kendaraan atau barang konsumsi yang hilang di area parkir yang dikelolanya karena beralasan bahwa parkir merupakan perjanjian sewa tanah dan hanya menyewakan lahan untuk parkir.

Selain itu, pengelola parkir selalu menjaga klausul baku pengalihan tanggung jawab atas tiket parkir. Hubungan hukum antara pengelola parkir dengan konsumen pemilik kendaraan merupakan perjanjian penitipan barang secara aman, karena memenuhi unsur ketentuan Pasal 1694 KUH Perdata 48. Pengelola parkir menerima barang yaitu kendaraan dari konsumen, kemudian pengelola parkir akan menyimpan kendaraannya dan mengembalikannya ke kondisi semula.

Karena kontrak jaminan merupakan kontrak nyata, maka kontrak baru tercipta pada saat konsumen menerima tiket parkir dan menyerahkan (memarkir) kendaraannya kepada operator tempat parkir di tempat parkirnya. Akad parkir merupakan tempat penyimpanan nyata dan tempat penyimpanan sukarela49, karena para pihak yaitu pengelola tempat parkir dan konsumen sepakat secara timbal balik yaitu konsumen menyanggupi untuk menitipkan barang (kendaraan) miliknya untuk diparkir oleh pengelola tempat parkir di tempat parkir. banyak. dimiliki oleh penyelenggara parkir dan membayar biaya penyimpanan atau jasa parkir. Selain itu, operator parkir setuju untuk menerima kendaraan konsumen untuk parkir di tempat parkir milik operator parkir.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1706 KUH Perdata, pengelola parkir wajib merawat kendaraannya, memelihara (mengawasi) seperti merawat kendaraannya sendiri, dan di samping itu, menurut ketentuan Pasal 1714 KUHPerdata Kodenya, pengelola parkir wajib mengembalikan kendaraannya dalam kondisi seperti saat kendaraan diserahkan kepada pengelola parkir untuk diparkir (dapat diandalkan). Hubungan hukum antara penyelenggara parkir dengan pengguna parkir sebagai konsumen juga dapat didasarkan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang mengelompokkan standar perlindungan konsumen (hukum substantif) menjadi dua kelompok, yaitu:50.

Bentuk Pertanggungjawaban Atas Hilangnya Kendaraan Oleh Pengelola Parkir

Ketentuan tegas tertuang dalam Pasal 19 ayat 1 UUPK yang menyatakan bahwa “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen yang diakibatkan oleh konsumsi barang dan/atau jasa yang diproduksi atau diperdagangkan. Sekalipun jasa itu bukan dibuat oleh dirinya sendiri, melainkan dalam kaitannya dengan konsumen, tidak berarti ia dapat melepaskan tanggung jawabnya dan/atau Selain tanggung jawabnya terhadap konsumen, penyelenggara parkir juga bertanggung jawab untuk mematuhi standar yang berlaku dalam pelayanan parkir dan/atau melaksanakan peraturan pemerintah sebagai tolok ukur untuk mencapai tujuan tersebut. memberikan upaya terbaik dan menjaga kualitas pelayanannya.

Sehingga apabila terjadi kehilangan atau kerusakan terhadap kendaraan dan/atau barang yang berada di dalam kendaraan konsumen pada saat diparkir di tempat parkir yang dikelola oleh pengelola parkir, maka pengelola parkirlah yang bertanggung jawab. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat konsumsi barang dan/atau jasa yang diproduksi atau diperdagangkan; dan Kompensasi dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau barang. Jika ada perjanjian pelayanan parkir, maka pengelola parkir bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas hilangnya kendaraan yang diparkir.

Pasal ini menjelaskan bahwa hubungan yang timbul antara petugas parkir dengan konsumen adalah hubungan sewa guna usaha. Berbeda dengan perjanjian penitipan, pengelola parkir memikul tanggung jawab penuh dalam hal ini. Klausul Baku dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pada Pasal 1 Ayat 10, klausul baku adalah semua peraturan atau ketentuan serta syarat-syarat yang dibuat dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat. dan harus dipenuhi oleh konsumen.

Penjelasan pengertian di atas mengenai klausul baku dapat berupa klausul baku yang dituangkan dalam bentuk suatu dokumen dan/atau perjanjian. Jika kita melihat pada Putusan Mahkamah Agung Nomor 2157 K/Pdt/2010 dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang mengatur tanggung jawab pelaku usaha pada Pasal 19, maka pelaku usaha memang bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerugian yang ditimbulkan. kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat konsumsi barang dan/atau jasa yang diproduksi atau diperdagangkan. Dari undang-undang tersebut terlihat bahwa pelaku usaha dalam hal ini pengelola parkir mempunyai tanggung jawab memberikan ganti rugi kepada konsumen jasa parkir yang mengalami kerugian akibat hilangnya kendaraan di tempat parkir.

Oleh karena itu, belum jelas bentuk tanggung jawab atas hilangnya kendaraan oleh pengelola parkir di kawasan Pasar Glugur, siapa yang akan bertanggung jawab.

Kesimpulan

Hal tersebut dapat dilakukan dalam bentuk pemberian tilang kepada pemilik kendaraan, petugas parkir yang bersih, dan juga tidak boleh ada egoisme antar masyarakat atau kelompok yang berebut tempat parkir yang dapat menimbulkan keributan.

Saran

Jurnal

Peraturan Perundang-Undangan Kitab Undang-undang Hukum Perdata

DOKUMENTASI FOTO

DOKUMENTASI SURAT-SURAT

DAFTAR PERTANYAAN

Dinas Perhubungan Kabupaten Labuhanbatu

Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Labuhanbatu

  • Identitas Diri
  • Identitas Orang Tua
  • Pendidikan Formal

Apakah ada kewenangan dan tanggung jawab Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Labuhanbatu dalam pengelolaan parkir di Pasar Glugur?

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai ketentuan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang mengatur bahwa pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan atau

c) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, BAB VI Pasal 23 ayat yang mengatur tentang Pelaku usaha

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana ketentuan yang mengatur fungsi pesawat udara negara berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009

11 Selain itu, dalam Pasal 146 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan dinyatakan bahwa pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita

Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang selanjutnya disingkat menjadi UUPK menegaskan bahwa “segala upaya