• Tidak ada hasil yang ditemukan

Syifa Adira Mariana 1307621017 MAKALAH METODELOGI PENELITIAN DAN STATISTIKA

N/A
N/A
Syifa Adira Mariana

Academic year: 2025

Membagikan "Syifa Adira Mariana 1307621017 MAKALAH METODELOGI PENELITIAN DAN STATISTIKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH METODELOGI PENELITIAN DAN STATISTIKA PERKEMBANGAN SAINS PENEMUAN PLASTIK

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodelogi Penelitian dan Statistika

Disusun oleh:

Syifa Adira Mariana 1307621017 Kimia B 2025

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Setia Budi, M.Sc

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2025

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...2

BAB I PENDAHULUAN...3

1.1 Latar Belakang...3

BAB II PEMBAHASAN...5

2.1 Penemuan Awal Plastik... 5

2.2 Revolusi Plastik di Pertengahan Abad ke-20...7

2.3 Era Plastik Modern... 8

REFERENSI...10

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Plastik merupakan material yang memiliki karakteristik fleksibel dan mudah dibentuk. Sejak tahun 1980-an, plastik dikategorikan sebagai polimer yang terdiri dari banyak rantai molekul. Salah satu contoh polimer alami adalah selulosa, yang berasal dari tumbuhan, serta atom-atom karbon yang terdapat dalam bahan bakar fosil, yang memberikan sifat kuat, ringan, dan fleksibel pada polimer sintetik.

Polimer sintetik atau buatan mulai diproduksi pada abad ke-19.

Sebelumnya, industri banyak mengandalkan bahan kayu. Meskipun kayu mudah dibentuk dan ringan, kekuatannya yang rendah serta kecenderungan untuk lapuk menyebabkan penghabisan sumber daya kayu, yang berdampak pada penurunan ketersediaan oksigen dan pelestarian lingkungan. Polimer sintetis atau plastik diciptakan pada tahun 1800-an dengan tujuan untuk menggantikan penggunaan bahan-bahan seperti kertas, logam, batu, tulang, dan tanduk, yang sulit diperoleh dan diproses. Para ilmuwan berupaya menciptakan alternatif material yang dapat diproduksi secara massal, ringan, kuat, tahan lama, murah, dan tidak sepenuhnya bergantung pada sumber daya alam.

Perkembangan polimer sintetik memicu revolusi plastik dalam dunia industri.

Meskipun banyak didorong oleh faktor ekonomi dan praktis, plastik, yang kini menjadi tantangan tersendiri, awalnya diciptakan sebagai solusi untuk menjaga ketersediaan sumber daya alam di bumi. Inovasi plastik memberikan angin segar dalam proses pengemasan, berkat bobotnya yang ringan, biaya yang rendah, kemudahan dalam perolehan, dan efisiensi dalam penggunaannya. Revolusi plastik pada masa itu sangat mendukung aktivitas sehari-hari manusia.

Salah satu jenis plastik yang banyak digunakan dalam industri pengemasan adalah polyethylene atau polythene. Selain itu, polyethylene juga digunakan untuk berbagai produk seperti perabotan, mainan, kemasan, dan lain-lain.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Penemuan Awal Plastik a. Tahun 1830an

Charles Goodyear menciptakan proses vulkanisasi untuk menghasilkan karet yang elastis dan kuat, yang menjadi cikal bakal kombinasi polimer. Eduard Simon menciptakan Polystyrene dari resin pohon Liquidambar orientalis. Polistirena (yang mudah pecah) ditemukan pada tahun 1830. Polistiren adalah jenis plastik termoplastik yang paling ekonomis dan bermanfaat, memiliki sifat jernih, keras, halus, dan mengkilap. Plastik ini tersedia dalam berbagai warna dan tidak reaktif secara kimia. Busa polistirena sering digunakan untuk membuat gelas dan wadah makanan, serta dalam peralatan medis, mainan, alat olahraga, sikat gigi, dan lain- lain. (Bastian, et al. 2023).

b. Tahun 1846

Penemuan dan pembuatan plastik pertama kali dilaporkan oleh Dr. Montgomerie pada tahun 1843, yang dilakukan oleh penduduk Malaya dengan cara memanaskan getah karet, membentuknya dengan tangan, dan menjadikannya sebagai gagang pisau. Pada tahun 1845, J. Peluoze berhasil mensintesis selulosa nitrat. Cetakan plastik pertama dipatenkan oleh J.L. Baldwin pada 11 Februari 1862, yang dikenal sebagai cetakan untuk membuat kotak daguerreotype. Cetakan ini kemudian digunakan secara luas untuk membentuk bahan plastik yang terbuat dari campuran getah karet dan berbagai bahan pengisi, humektan, dan pemplastik.

Plastik sintetis mulai dikembangkan pada tahun 1846 oleh Schonbein dari Jerman, yang memodifikasi selulosa dari kayu dan tumbuhan dengan asam nitrat untuk menghasilkan plastik semi-sintesis. (Bastian, et al. 2023).

c. Tahun 1955

Di Inggris, plastik pertama kali diciptakan pada tahun 1855. Alexander Parkes adalah orang yang pertama kali memperkenalkan plastik ini dengan cara mencampurkan proksilin, yang merupakan bentuk selulosa yang sebagian

(5)

dinitratkan, dengan alkohol dan champor. Hasil dari campuran ini adalah bahan yang lentur dan transparan, yang dinamakan parkesin. Parkes mengklaim bahwa temuannya ini memiliki sifat yang mirip dengan karet, tetapi dengan biaya yang lebih rendah. Ia juga menemukan bahwa parkesin dapat dibuat transparan dan dibentuk dalam berbagai bentuk. Sayangnya, inovasi ini tidak dapat dipasarkan secara luas karena tingginya biaya bahan baku yang digunakan. (Bastian, et al.

2023).

d. Tahun 1869

Pada akhir abad ke-19, ketika permintaan akan bola biliar meningkat, banyak gajah dibunuh untuk diambil gadingnya sebagai bahan baku bola biliar. Pada tahun 1866, seorang Amerika bernama John Wesley Hyatt menemukan bahwa seluloid dapat dibentuk menjadi bahan yang keras. Ia kemudian membuat bola biliar dari bahan ini sebagai pengganti gading gajah. Namun, karena bahan tersebut terlalu rapuh, bola biliar ini mudah pecah saat saling berbenturan. (Bastian, et al. 2023).

e. Tahun 1891

Rayon, sebuah modifikasi dari selulosa, pertama kali dikembangkan pada tahun 1891 di Paris. Saat itu, penemunya mencari cara untuk menciptakan sutera buatan manusia dengan mengamati ulat sutera. Namun, ada masalah dengan rayon yang ditemukan, yaitu sifatnya yang sangat mudah terbakar. Masalah ini kemudian dapat diatasi oleh Charles Topham. (Bastian, et al. 2023).

f. Tahun 1900-an

Bahan sintetis pertama yang dibuat oleh manusia ditemukan pada tahun 1900-an, ketika seorang ahli kimia asal New York bernama Leo Baekeland mengembangkan resin cair yang dinamakan bakelite. Material baru ini tidak mudah terbakar, tidak meleleh, dan tidak larut dalam asam cuka. Dengan demikian, setelah bahan ini terbentuk, ia tidak dapat diubah. Bakelite dapat dicampurkan dengan berbagai material lainnya, seperti kayu lunak. Tak lama setelah itu, berbagai barang mulai diproduksi dari bakelite, termasuk senjata dan mesin ringan untuk keperluan perang, serta digunakan dalam rumah tangga, misalnya sebagai bahan isolasi listrik.

(Baekeland, L. 1907).

(6)

2.2 Revolusi Plastik di Pertengahan Abad ke-20 a. Tahun 1930-an

Wallace Carruthers menciptakan Nylon yang merupakan campuran senyawa adipic acid dan diaminohexane monomers. Nylon mudah ditarik sehingga menjadi benang yang kuat, ringan, kuat, dan tahan lama. (Carothers, W. 1935).

b. Tahun 1931

Perusahaan IG Farben memproduksi polistiren di Ludwigshafen, Pada awalnya akan dijadikan pengganti seng diecast kemudian menghasilkan polistiren dalam bentuk pelet.

c. Tahun 1933

Pada tahun 1933, Ralph Wiley, seorang peneliti di perusahaan kimia Dow, secara tidak sengaja menemukan jenis plastik lain yang dikenal sebagai polyvinylidene chloride, atau lebih dikenal dengan sebutan saran. Saran pertama kali digunakan untuk peralatan militer, tetapi kemudian ditemukan bahwa bahan ini sangat cocok untuk digunakan sebagai pembungkus makanan. Saran dapat menempel pada hampir semua perabotan seperti mangkuk, piring, panci, dan bahkan pada lapisan saran itu sendiri. Oleh karena itu, saran sering digunakan untuk menyimpan makanan agar kesegarannya tetap terjaga. Plastik ini memiliki sifat keras, kuat, tahan terhadap bahan kimia, dan tersedia dalam berbagai warna. Jenis plastik ini dapat diproduksi dalam bentuk yang keras hingga kaku. Banyak barang yang sebelumnya dibuat dari karet kini diproduksi menggunakan PVC. Penggunaan PVC terutama untuk membuat jas hujan, kantong kemasan, isolator kabel listrik, ubin lantai, piringan hitam, serat, dan kulit imitasi untuk dompet serta pembalut kabel.

d. Polyethylene tahun 1933

Polietilen adalah jenis bahan termoplastik yang memiliki kekuatan tinggi dan dapat diproduksi dalam berbagai tingkat kekakuan, mulai dari yang fleksibel hingga yang kaku. Terdapat dua kategori polietilen, yaitu polietilen densitas rendah (LDPE) dan polietilen densitas tinggi (HDPE). Polietilen densitas rendah memiliki sifat yang

(7)

lebih lentur dan kuat, dan sering digunakan untuk membuat kantong kemasan, tas, botol, serta dalam industri konstruksi dan lainnya.

Sementara itu, polietilen densitas tinggi memiliki karakteristik yang lebih keras, kurang transparan, dan mampu menahan suhu hingga 100°C. Kombinasi antara polietilen densitas rendah dan polietilen densitas tinggi dapat dimanfaatkan sebagai pengganti karat, mainan anak-anak, dan berbagai aplikasi lainnya.

Pada tahun 1938, seorang ahli kimia bernama Roy Plunkett menemukan teflon, yang kini banyak digunakan untuk melapisi peralatan memasak agar tidak lengket.

Di tahun yang sama, dua ahli kimia organik, E. W. Fawcett dan R.O. Gibson, yang bekerja di Imperial Chemical Industries Research Laboratory, menemukan polietilen. Penemuan ini memberikan dampak yang signifikan bagi dunia, karena bahan ini ringan dan tipis. Selama Perang Dunia II, polietilen digunakan sebagai pelindung untuk kabel bawah air dan sebagai isolasi untuk radar. Polietilen densitas rendah, yang relatif lentur dan kuat, digunakan untuk berbagai produk seperti kantong kemasan, tas, dan botol, sedangkan polietilen densitas tinggi lebih keras, kurang transparan, dan tahan panas hingga 100°C. Campuran kedua jenis polietilen ini juga dapat digunakan sebagai pengganti karat dan mainan anak-anak.

e. Polipropilen tahun 1954

Polipropilen memiliki sifat yang sangat kaku, dengan berat jenis yang rendah, serta tahan terhadap bahan kimia, asam, basa, dan panas, serta tidak mudah retak. Plastik polipropilen digunakan dalam pembuatan berbagai produk, termasuk alat-alat medis, komponen mesin cuci, bagian mobil, kemasan tekstil, botol, permadani, tali plastik, dan bahan untuk karung.

2.3 Era Plastik Modern a. Tahun 1960-1970

Pada tahun 1960-an, plastik sekali pakai mulai mendominasi pasar. Produk seperti kantong plastik, botol, dan wadah makanan menjadi sangat populer. Namun, penggunaan plastik sekali pakai juga mulai menimbulkan masalah lingkungan yang serius. (Thompson, R. C., et al. 2009).

(8)

b. Inovasi dalam Daur Ulang

Seiring meningkatnya kesadaran akan dampak lingkungan dari plastik, penelitian dan pengembangan dalam daur ulang plastik mulai dilakukan. Teknologi baru memungkinkan plastik daur ulang untuk digunakan kembali dalam produk baru, mengurangi limbah dan dampak lingkungan. (Hopewell, J., et al. 2009).

(9)

REFERENSI

Baekeland, L. (1907). A New Synthetic Resin. Journal of Industrial and Engineering Chemistry.

Carothers, W. (1935). The Synthesis of Polyamides. Journal of the American Chemical Society.

Hopewell, J. e. (2009). Plastic recycling: challenges and opportunities.

Philosophical Transactions of the Royal Society B.

Kumar. (2010). Advances in Polymer Processing. Polymer Science and Technology.

Thompson, R. C. (2009). Plastics, the environment and human health:

current consensus and future trends. Philosophical Transactions of the Royal Society .

Referensi

Dokumen terkait