Aktivitas-aktivitasbelajar dalam oral activities adalah menanyakan materi yang belum dipahami teman/guru, menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan teman/guru, terlibat melakukan diskusi kelompok, dan merespon/menjawab pertanyaan teman/guru. Deskripsi masing-masing aktivitas adalah sebagai berikut: (1) Menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan teman/guru, merupakan aktivitas terendah dan tidak terlalu sering dilakukan siswa. Hal ini dikarenakan ketika guru menyuruh siswa untuk menjelaskan kembali atas materi yang telah disampaikan, siswa cenderung enggan melakukannya dan saling menunjuk siswa yang lain, hanya beberapa siswa saja yang mau menjelaskannya dan berani maju ke depan kelas. Berdasarkan data wawancara pada salah satu subjek penelitian diperoleh keterangan bahwa alur siswa dalam menjelaskan materi dimulai dari siswa berkemampuan tinggi menjelaskan kepada siswa sedang, selanjutnya siswa sedang menjelaskan kepada siswa rendah. Menurutnya dalam segi bahasa penyampaian penjelasan materi yang disampaikan oleh siswa tinggi cenderung lebih mudah dipahami oleh siswa sedang daripada oleh siswa rendah. Dalam keterangan lain bahwa siswa berkemampaun sedang mau berusaha menjelaskan materi ke temannya yang berkemampuan rendah. Tetapi jika hal yang ditanyakannya pada materi yang belum dipahaminya, maka siswa tersebut bertanya kepada siswa berkemampuan tinggi, setelah paham kemudian dijelaskan lagi ke siswa berkemampuan rendah.
berdampak pada meningkatnya aktivitasbelajar IPA. Peningkatan aktivitasbelajar IPA di setiap siklus menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran CLIS dalam kegiatan pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitasbelajar IPA. Penerapan model pembelajaran CLIS pada siklus II melibatkan peran aktif siswa untuk mengontruksi pengetahuannya sendiri dan terlibat langsung selama proses pembelajaran. Kemudian penerapan model CLIS pada proses pembelajaran mengutamakan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki siswa bukan hasil dari mengingat seperangkat fakta- fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri melalui kegiatan praktikum. Karena siswa mengontruksi pengetahuannya sendiri dan melakukan kegiatan praktikum, sehingga menimbulkan pengalaman nyata bagi siswa sehingga belajar menjadi bermakna dan mudah dipahami. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk bertukar gagasan melalui kegiatan diskusi saat mengeksplorasi pengetahuan awal dan melakukan percobaan. Menurut Arends (Trianto, 2011: 117) pembelajaran diskusi mempunyai arti suatu situasi dimana guru dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain saling bertukar pendapat secara lisan, saling berbagi gagasan dan pendapat
Menurut Triandita dalam (riwayat@telkom.net, 2010), keaktifan siswa dalam pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa yang dapat melibatkan kemampaun maksimal mereka. Aktivitasbelajar siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang mengarah pada peningkatan hasil belajar siswa. Jadi, siswa yang aktif dalam pembelajaran akan semakin banyak menyerap materi, sehingga kemungkinan siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik menjadi lebih tinggi. Kemudian antara aktivitasbelajar siswa dengan hasil belajar siswa bisa berpengaruh, dan hendaknya diteliti terlebih dahulu apakah pengaruh yang dimaksud searah atau berlawanan arah. Pada penelitian ini diharapkan pengaruhnya searah, yaitu makin aktif siswa maka makin tinggi hasil belajar yang diperoleh.
mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan. Dari pengertian-pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitasbelajar merupakan suatu proses kegiatan belajar siswa yang menimbulkan perubahan-perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Sedangkan belajar aktif merupakan suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor.
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data aktivitasbelajar dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Aktivitasbelajar siswa yang yang diamati menyangkut 4 aspek, yaitu kegiatan visual, kegiatan lisan, kegiatan menulis dan kegiatan motorik. Data aktivitasbelajar diperoleh dari hasil observasi selama proses pembelajaran, sedangkan untuk data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa diperoleh dari hasil tes akhir siklus. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah setidaknya pada kegiatan visual siswa yang mencapai kategori aktivitas tinggi mencapai 80% dari jumlah siswa di kelas, pada kegiatan lisan siswa yang mencapai kategori aktivitas tinggi mencapai 60% dari jumlah siswa di kelas, pada kegiatan menulis siswa yang mencapai kategori aktivitas tinggi mencapai 75% dari jumlah siswa di kelas, , pada kegiatan motorik siswa yang mencapai kategori aktivitas tinggi mencapai 70% dari jumlah siswa di kelas dan setidaknya 70% dari jumlah total siswa mencapai skor kemampuan pemecahan lebih dari atau sama dengan 7 untuk setiap soal. Dimana skor tersebut diperoleh dari 2 skor maksimal untuk tahap memahami masalah, 4 skor maksimal untuk tahap merencanakan penyelesaian, dan minimal 1 skor untuk tahap melaksanakan rencana penyelesaian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitasbelajar IPA melalui model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada siswa kelas V SD Negeri Jaten I Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian ini bertempat di SD Negeri Jaten I Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penerima tindakan adalah siswa kelas V SD Negeri Jaten I sedangkan pemberi tindakan adalah peneliti. Objek dalam penelitian adalah model pembelajaran Children Learning In Science dan aktivitasbelajar IPA. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan secara analisis kualitatif Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitasbelajar siswa dalam pembelajaran IPA, hal ini dapat dilihat dari peningkatan indikator-indikator aktivitasbelajar IPA yaitu : (1) antusias siswa mendengarkan penjelasan guru meningkat dari 54,2% menjadi 100%, (2) siswa berani mengemukakan ide/gagasan meningkat dari 12,5% menjadi 70,8%, (3) siswa mengajukan pertanyaan meningkat dari 20,8% menjadi 70,8%, (4) siswa yang melakukan percobaan meningkat dari 12,5% menjadi 91,6%, (5) siswa menyelesaikan tugas/mengerjakan soal meningkat dari 58,3% menjadi 87,5%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) dapat meningkatkan aktivitasbelajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri Jaten I Selogiri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitasbelajar siswa dalam mengikuti pelajaran di SMP Negeri 2 Kandangan adalah siswa memiliki aktivitasbelajar seperti mengerjakan tugas guru, mendengarkan penjelasan guru, mencatat hal-hal penting dalam pelajaran, selain itu ditemukan juga bahwa siswa menunjukkan aktivitasbelajar seperti berbicara ketika guru menjelaskan dan keluar masuk kelas. Adapun, peranan guru bimbingan dan konseling terhadap aktivitasbelajar siswa dalam mengikuti pelajaran di SMP Negeri 2 Kandangan adalah dengan memberikan bimbingan baik secara individu, kelompok maupun klasikal.
Selama sesi konseling kelompok, konselor menekankan pada positif behavior, yakni bagaimana agar siswa dapat mengontrol diri sendiri agar tidak selalu ingin menggunakan smartphone selama tidak dibutuhkan dalam aktivitasbelajar dalam kelas. Dalam hal ini konselor mengajarkan coping skill pada siswa. Coping skill yang diajarkan berupaself-talk dan self-evaluation meliputi: (1) memposisikan prioritas antara pelajaran dan smartphone; (2) menimbang secara rasional kerugian yang didapatkan diri sendiri jika menggunakan smartphone dalam kelas; (3) menilai perilaku lampau mengenai apa yang terjadi pada diri sendiri saat menggunakan smartphone selama pembelajaran berlangsung; dan (4) membuat komitmen pada diri sendiri agar tidak menggunakan smartphone kembali saat pelajaran berlangsung.
Kondisi belajar dibedakan menjadi dua, yang berasal dari sumber yang berbeda yaitu kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal belajar adalah keterampilan prasyarat dan fase-fase pegolahan informasi. Sedangkan kondisi eksternal adalah cara pembelajaran.Kedua kondisi ini, baik internal maupun eksternal saling berinteraksi untuk menghasilkan belajar pada siswa. Dikelas kondisi belajar eksternal berupa strategi pembelajaran yang ditentukan oleh guru untuk membelajarkan siswa. Kapan siswa dapat dikatakan belajar melalui kegiatan pembelajaran dari pengajar (guru) ?. Siswa dikatakan dikatakan belajar melalui kegiatan pembelajaran dari guru jika belajar yang terjadi adalah lebuh besar dari pada yang terjadi bila guru tidak melakukan kegiatan sama sekali. Dengan demikian dapat dipastikan proses pembelajaran sesungghnya terjadi bila ada kegiatan yang dilakukan oleh
Pembelajaran dengan tipe Teams Games Tournament ini mengutamakan adanya kerjasama dalam kelompok-kelompok kecil dalam mempelajari materi pelajaran sehingga memungkinkan siswa mempunyai kesempatan yang besar untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang mengalami kesulitan belajar cenderung lebih berani bertanya kepada teman-temannya dibanding kepada guru. Bahkan adapula siswa yang justru belajar lebih giat karena harus mengajar temannya. Dalam kondisi ini memungkinkan prestasi belajar siswa akan semakin meningkat.
Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa hasil belajar mata pelajaran IPS terpadu masih tergolong rendah, hal ini diketahui bahwa dari 308 siswa sejumlah 179 siswa (-%) mendapatkan nilai kurang dari KKM. Adapun kriteria yang dijadikan pedoman adalah standar ketuntasan nilai mata pelajaran Ekonomi yang telah ditetapkan sebesar 75. Dengan demikian, Tabel 1 telah menunjukkan bahwa hasil belajar yang diperoleh oleh siswa di SMA AL-KAUTSAR Bandar Lampung masih tergolong rendah. Menurut Djamarah (2002: 128) apabila persentasi siswa tuntas belajar kurang dari 65%, maka persentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas X SMA AL-KAUTSAR Bandar Lampung Tahun Pelajaran
Masalah yang sangat menonjol yang dihadapi oleh pendidikan matematika adalah pada umumnya hasil belajar para siswa yang belum memuaskan. Hal itu disebabkan karena selama ini proses pembelajaran matematika yang ditemui masih secara konvensional seperti ekspositori, drill, atau bahkan ceramah. Proses ini hanya menekankan pada penyampaian tekstual semata dari pada mengembangkan kemampuan belajar dan membangun individu, sehingga sering kali dijumpai kecenderungan siswa yang kurang berminat untuk belajar. Akibatnya siswa lebih banyak pasif dan kurang terlibat dalam proses belajar mengajar. Kondisi seperti ini tidak akan menumbuhkembangkan aspek kemampuan dan aktivitas siswa seperti yang diharapkan. Menurut Eggen dan Kauchak (Sunaryo, 2004), siswa belajar secara efektif bila siswa secara aktif terlibat dalam pengorganisasian dan penemuan pertalian-pertalian (relationships) dalam informasi yang dihadapi. Aktivitas siswa ini menghasilkan kemampuan belajar dan peningkatan kemampuan pengetahuan serta pengembangan ketrampilan berpikir (thinking skills).
Aktivitasbelajar adalah serangkaian kegiatan fisik dan mental yang dilakukan adanya perubahan dalam dirinya, yaitu penambahan pengetahuan yang bersifat permanen. Dalam kegiatan belajar antara aktivitas fisik dan mental harus saling terkait agar diperoleh aktivitasbelajar yang optimal. Untuk memperoleh hasil belajar yang baik maka aktivitas fisik dan mental harus terkoordinasi dengan baik. Semakin baik aktivitas yang dilakukan oleh siswa maka siswa akan semakin memahami dan meguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa akan memperoleh hasil belajar yang maksimal. Tetapi jika siswa kurang dalam dalam melakukan aktivitas belajarnya maka hasil belajar yang diperoleh siswa kurang maksimal. Dengan demikian, aktivitasbelajar yang kurang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Aktivitas dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dan lebih baik menggunakan model otentik dengan penilaian konvensional. Hasil belajar diukur dari nilai posttest. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Aktivitas dan hasil siswa yang lebih tinggi antara kelas yang menggunakan model penilaian otentik dengan model penilaian konvensional. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VII di SMA Utama 2 Bandar Lampung sedangkan sampelnya adalah siswa kelas X1 dan X4 semester ganjil SMA Utama 2 Bandar Lampung, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling. Variabel terdiri dari dua variabel bebas dan dua variabel terikat, penilaian otentik (X1), Penilaian Konvensional (X2), Aktivitas (Y 1 ), dan hasil belajar (Y 2 ). Uji beda menggunakan uji
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil proses interaksi individu dengan individu lain maupun individu dengan lingkungan, perubahan yang dimaksud adalah meliputi perubahan jasmani dan rohani yang berupa perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor). Proses belajar yang bermakna adalah proses belajar yang melibatkan berbagai aktvitas para siswa. Dengan demikian dalam proses belajar diperlukan interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa yang lain maupun siswa dengan lingkungannya. Interaksi yang baik perlu diciptakan agar siswa dapat melakukan berbagai aktivitasbelajar dengan efektif. Keaktifan siswa merupakan salah satu prinsip utama dalam proses pembelajaran. Belajar adalah berbuat, oleh karena itu tidak ada belajar tanpa aktivitas.Pengalaman belajar hanya dapat diperoleh jika siswa aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Seorang guru dapat menyajikan dan menyediakan bahan pelajaran, tapi siswalah yang mengolah dan mencernanya sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang.
Setelah kalian dapat memahami gerakan guling belakang melalui aktivitasbelajar sebelumunya, maka aktivitasbelajar selanjutnya adalah kalian dapat merancang sebuah rangkain gerak guling belakang yang baik dan benar sesuai dengan tahapan-tahapan gerakan guling belakang. Cobalah kalian lakukan aktivitasbelajar berikut ini:
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah memilih model pembelajaran yang tepat yang nantinya akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif selama aktivitas pembelajaran di kelas sedang berlangsung serta memberikan motivasi yang tinggi kepada siswa agar lebih fokus dan lebih giat untuk mempelajari pembelajaran yang disampaikan guru. Penerapan model pembelajaraan kooperatif dengan tipe TS-TS ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk permasalahan yang terjadi di SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Model pembelajaran ini, secara langsung melibatkan aktivitas siswa. Model pembelajaran ini, mengajak siswa untuk melakukan pembelajaran yang berbeda dengan berdiskusi perkelompok dan kemudian saling bertamu ke kelompok lain untuk mendapatkan informasi lebih dan kemudian didiskusikan kembali dengan kelompok awalnya mengenai informasi yang didapatnya. Hal ini tentu saja akan menjadikan antusiasme siswa mengenai pembelajaran akuntansi menjadi maksimal. Antusias yang maksimal menandakan bahwa siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi sehingga tentu saja akan mengakibatkan aktivitasbelajar siswa tersebut meningkat.
pengujian komparatif menyatakan bahwaterdapatperbedaanhasil belajar yang signifikan antara mahasiswa yang bekerja dengan mahasiswa tidak bekerja. Maka dari itu, dapat dipastikan bahwa aktivitasbelajar sangat mendukung dalam pencapaian hasil belajar. Semakin sering mahasiswa melakukan aktivitasbelajar maka hasil belajar yang diperoleh semakin baik dan sebaliknya.Maka disarankan kepada seluruh mahasiswa lebih memperhatikan aktivitasbelajar, carabelajar secara optimal, lebih berinisiatif serta mengatur waktu dengan baik untuk meningkatkan hasil belajar dan dapat menyelesaikan studi tepat waktu.
Winkel mengartikan motivasi belajar pada dasarnya perlu memahami pengertian “motif” terlebih dahulu (Hastuti, 2006). Motif adalah daya penggerak di dalam subyek (siswa) untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan. Motif merupakan suatu kondisi internal, yang disebut disposisi atau kesiapsiagaan. Sehingga dapat disimpulkan motivasi itu pada dasarnya adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif pada saat-saat ada kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan yang sangat dirasakan atau dihayati. Jadi motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak di dalam diri subyek (siswa) yang menimbulkan aktivitasbelajar, yang menjamin kelangsungan dari aktivitasbelajar itu, yang memberikan arah pada aktivitasbelajar itu, maka tujuan yang dikehendaki oleh subyek (siswa) tersebut tercapai. Dikatakan “keseluruhan”, karena biasanya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan seseorang untuk belajar. Motivasi belajar merupakan faktor psikis, yang bersifat non- intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal gairah (semangat) belajar. Seseorang yang bermotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
Seperti yang kita ketahuai akhir-akhir ini setiap pelajar banyak yang belum mengetahui dan mengerti apa itu motivasi, padahal motivasi itu memiliki peran yang sangat penting untuk mewujudkan cita-cita, wawasan, aspirasi, impian, keinginan, keperluan ataupun suatu hal yang ingin dicapai, suatu penggerak atau pengarah seseorang dalam mewujudkan cita-citanya dan dalam tindakan baik negative ataupun positif. Motivasi merupakan satu penggerak dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai suatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Oleh karena itu, motivasi sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Mengapa demikian? Karena dengan adanya motivasi dapat memici siswa/anak didik semangat dalam melakukan aktivitasbelajar.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan aktivitasbelajar, prestasi belajar aspek kognitif, dan prestasi belajar aspek afektif antara siswa yang diajar menggunakan media laboratorium riil dan virtuil pada pembelajaran materi larutan elektrolit dan non-elektrolit dengan model Learning Cycle 5E. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen. Populasi adalah seluruh siswa kelas X SMA Islam I Surakarta tahun pelajaran 2013/2014. Sampel adalah siswa kelas X sebanyak dua kelas, yang diambil dengan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data prestasi belajar kognitif menggunakan tes objektif, prestasi belajar afektif dan aktivitasbelajar menggunakan angket dan lembar observasi. Teknik analisis data menggunakan analisis variansi satu jalur multivariat. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal berikut : tidak ada perbedaan (1) aktivitasbelajar , (2) prestasi belajar aspek kognitif, (3) prestasi belajar aspek afektif, (4) aktivitasbelajar, prestasi belajar aspek kognitif dan afektif antara siswa yang diajar menggunakan model Learning Cycle 5E dilengkapi media laboratorium riil dengan virtuil pada pembelajaran materi larutan elektrolit dan non- elektrolit .