Pendidikan merupakan pendewasaan peserta didik agar dapat mengembangakan bakat, potensi dan ketrampilan yang dimilikinya dalam menjalani kehidupan. Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anakdidik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Pendidikan menjadi penting jika selalu diupayakan oleh manusia- manusia berpotensi yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negara. Pada setiap kegiatan pendidikan kita jumpai berbagai macam permasalahan karena mengikuti perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang melahirkan masalah sosial dan tuntutan kebutuhan yang baru. Sehingga pendidikan bertugas menjawab tantangan-tantangan dan memecahkan masalah tersebut. Program pendidikan yang ada dituntut untuk selalu menjadi sumber yang tepat dalam rangka menjawab problematika pendidikan sehingga anakdidik mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Abstrak: Motivasi belajar dapat dipandang sebagai pusat proses belajar mengajar. Bagaimanapun baiknya seorang guru dalam mentransferkan mata pelajaran, jika motivasi belajar anakdidik diabaikan, maka proses belajar mengajar itu tidak akan menghasilkan tujuan akhir yang baik. Anakdidik datang ke sekolah hanya untuk mendengarkan, namun pengetahuan yang diberikan guru tak melekat di otaknya. Bertitik tolak pada hal tersebut, dapat dinyatakan betapa pentingnya melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan motivasi belajar anakdidik. Sehingga mereka datang ke sekolah tidak hanya mendengarkan dan melihat, tetapi juga mengerti lantas mencatat pengetahuan yang diterima dari guru. Dalam usaha meningkatkan motivasi belajar anakdidik, guru hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor yang erat hubungannya dengan motivasi itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain : perangsang (stimulus), minat, taraf intelegensi serta lingkungan. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, usaha untuk meningkatkan motivasi belajar anakdidik akan lebih cepat berhasil. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar itu antara lain : membangkitkan minat siswa, memberi ganjaran dan hukuman, memberi contoh yang positif, merangsang pencapaian tujuan, memperjelas tujuan yang hendak dicapai, menciptakan situasi persaingan, memadukan motif-motif kuat yang sudah ada, memberitahukan hasil yang dicapai anakdidik dalam belajar serta memberikan bimbingan karier kepada anakdidik secara kontinu.
Dalam bahasa Arab dikenal tiga istilah yang swering digunakan untuk menunjukkan pada anakdidik kita. Tiga hal tersebut adalah murid yang secara harfiah berarti orang yang menginginkan atau membutuhkan sesuatu : tilmidz (jamaknya) talamidz yang bertati murid, dan thalibal ilmi yang menuntut ilmu, pelajar, atau mahasiswa. Ketiga istilah tersebut seluruhnya mengacu kepada seseorang yang tengah menempuh pendidikan. Perbedaanya hanay terletak pada penggunaannya. Pada sekolah yang tingkatannya rendah sepertoi Sekolah Dasar (SD) digunakan istilah murid dan tilmidz sedangkan pada sekolah yang tingkatannya lebih tinggi seperti SLP, SLA, dan Perguruan Tinggi digunakan istilah thalib al-ilm.
Faktor yang terkait dengan keberhasilan sekolah karena itu akan diprioritaskan (misalnya, instruksi yang efektif dan pengelolaan kelas), tetapi tujuan seperti meningkatkan dukungan dan pembelajaran berkelanjutan struktur guru juga akan menjadi lebih sentral. Studi-studi menunjukkan fokus pada pengajaran yang efektif dan manajemen kelas sebagai prediktor kuat keberhasilan anak-anak di masa depan.Demikian pula, rekan-rekan anak-anak memiliki pengaruh penting pada pendidikan siswa, dengan program-program seperti kelas tutor teman sebaya menunjukkan efek yang kuat pada pembelajaran dan perilaku anak-anak. Norma sebaya untuk prestasi dan perilaku merupakan target yang relevan perubahan dengan literatur yang muncul pada strategi yang efektif untuk menyelaraskan pengaruh akademik kelas dan tujuan perilaku.
Membantu kesulitan peserta didik dengan cara memperhatikan proses dan hasil belajarnya. Dalam proses belajar terdapat beberap unsur antara lain yaitu penggunaan metode untuk mennyampaikan materi kepada para siswa. Metode yang menarik yaitu dengan gambar dan tulisan warna-warni akan menarik siswa untuk mencatat dan mempelajari materi yang telah disampaikan..
jasmani yang teratur, maka organ tubuh pun akan bekerja sebagaimana mestinya sesuai dengan fungsinya, hal ini akan berpengaruh terhadap kesehatan baik jasmani maupun rohani; (2) pembentukan prestasi dengan ditanamkannya pembentukan prestasi diharapkan dapat mengembangkannya serta dapat mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi baik bagi dirinya sendiri maupun bagi kelompok dilingkungannya; (3) pembentukan social melalui pendidikan jasmani anak akan mendapatkan bimbingan pergaulan hidup yang sesuai dengan norma dan ketentuan dengan unsur-unsur sosial; (4) keseimbangan mental, di mana pemupukan terhadap kestabilan emosi anak akan diperoleh secara efektif melalui pengalaman langsung dalam dunia kenyataan, karena mereka terjun langsung di lapangan dalam suasana yang penuh rangsangan; (5) meningkatkan kecepatan proses berpikir di mana dalam pendidikan jasmani anak dituntut untuk memiliki daya
Peneliti melaksanakan kegiatan perencanaan ini pada hari Rabu, tanggal 6 April 2011 di TK Aisyiyah Kertonatan. Saat itu, peneliti berusaha melakukan perbaikan sistem pembelajaran guna meningkatkan kecerdasan linguistik khususnya kemampuan berbicara anakdidik kelas B.1 pada TK tersebut. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan hal-hal yang dibutuhkan saat tindakan dilaksanakan nanti, diantaranya peneliti mengajukan indikator-indikator keberhasilan peningkatan kecerdasan linguistik khususnya kemampuan berbicara anakdidik yang telah peneliti susun sebelumnya. Peneliti menyusun dan mendiskusikan SBP dengan guru mitra kolaboratif. Adapun kegiatan pada siklus I adalah bermain peran ‘makan malam bersama di rumah’.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Dengan adanya tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan bagi anakdidik, yaitu; anakdidik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu; (1) anakdidik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama; (2) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; (3) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; (4) anakdidik mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; (5) anakdidik mampu lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain; dan (6) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan. 49
Dengan cerita guru dapat menyampaikan pesan positif langsung kepada anakdidik. Cerita merupakan sarana komunikasi penyalur pesan yang akan ditiru dan ditinggalkan oleh anak. Sehingga dengan cerita sikap perilaku anak dapat dikendalikan dan dipantau oleh guru.
Kemudian Hurlock kemudian menjelaskan bahwa adanya konsistensi dalam penerapan peraturan mengandung makna bahwa dalam peraturan perlu adanya tingkat keseragaman atau stabilitas; dan konsistensi tidak sama dengan ketetapan yang berarti tidak ada perubahan, sebaliknya konsistensi dalam peraturan cenderung mengarah pada kesamaan. 25 Konsistensi Juga harus menjadi ciri semua aspek disiplin apakah itu peraturan, pemberian hukuman maupun pemberian penghargaan; sebagai contoh : bila anak/anakdidik pada suatu hari diberi hukuman karena suatu kesalahan dan pada hari yang lain tidak dihukum karena melakukan tindakan yang sama, maka anak/anakdidik tidak akan mengetahui mana tindakan yang benar dan mana yang salah; dan bila pada hari ini anak/anakdidik diberi penghargaan karena perilaku yang baik dan pada hari yang lain tidak, maka nilai pendorong dan penghargaan akan hilang. Sebagaimana telah di kemukakan di atas, bahwa fungsi dan konsistensi adalah sebagai alat pendidikan, alat motivasi yang kuat dan mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan orang yang membuat peraturan. Suatu peraturan, bila diterapkan secara konsisten, maka akan memudahkan anak/mahasiswa untuk belajar, mengerti, mengingat dan pada akhirnya dapat menerimanya sebagai suatu kebiasaan. Sebagaimana di kemukakan oleh Markum bahwa melalui penanaman kebiasaan mematuhi peraturan baik di rumah atau di kampus maka kedisiplinan dapat ditanamkan, karena sebenarnya kedisiplinan merupakan produk dan suatu kebiasaan. 26 Konsistensi sebagai alat motivasi yang kuat, yaitu bila anak/mahasiswa menyadari bahwa penghargaan selalu
Menurut Amir Dein Indrakusuma mengatakan, dalam memberikan hukuman harus memiliki syarat-syarat, yaitu: (1) pemberian hukuman harus tetap berada dalam jalinan cinta kasih. Hukuman bukan ingin menyakiti anak, atau melampiaskan dendam, tetapi demi kepentingan kebagian dan masa depan anak, (2) pemberian hukuman harus didasarkan kepada alasan keharusan, atau sudah tidak ada alat pendidikan lain yang akan digunakan, (3) pemberian hukuman harus memberikan kesan dalam hati anak yang mendorong anak kepada kesadaran dan keinsyafan, artinya bukan kesan negatif seperti ptus asa, rasa rendah diri dan kehilangan harapan, (4) pemberian hukuman memberikan keinsyafan dan penyesalan dalam diri anak. Dengan hukuman anak merasa insyaf dan berjanji dalam dirinya untuktidak mengulangi kesalahan lagi, (5) pemberian hukuman diikuti dengan keampunan yang disertai harapan dan pemberian kepercayaan. Itu artinya setelah hukuman anak diberikan kepercayaan bahwa ia mampu berbuat baik sesuai dengan harapan bersama. 65
Sistem diartikan sebagai kesatuan elemen-elemen yang saling berkaitan dalam mencapai suatu tujuan meliputi input (masukan), proses, dan output (keluaran). Sistem dalam pendidikan dimaksudkan untuk memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk mengembangakan bakat yang dimiliki peserta didik dengan memperhatikan isi pendidikan, kualitas pendidik, sistem pengawasan dan ukuran evaluasinya (Suparlan Suhartono, 2008 : 125-126).
6. Kewarganegaraan : ……………………………………… 7. Anak Keberapa : ……………………………………… 8. Jumlah Saudara Kandung : ……………………………………… 9. Jumlah Saudara Tiri : ……………………………………… 10. Jumlah Saudara Angkat : ……………………………………… 11. Anak Yatim / Piatu / Yatim Piatu*) : ……………………………………… 12. Bahasa Sehari-hari Di Rumah : ……………………………………… 13. Golongan Darah : ……………………………………… 14. Penyakit Yang Pernah Di Derita : ……………………………………… : ……………………………………… 15. Imunisasi Yang Pernah Di Terima : ……………………………………… : ……………………………………… 16. Ciri-ciri Khusus : ……………………………………… : ………………………………………
Paper ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengertian anak di Lembaga Pemasyarakatan, Sistem Perlindungan Hukum bagi Anak di Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia, dan Sistem Perlindungan Hukum bagi Anak di Lembaga Pemasyarakatan dalam Perspektif Konvensi Hak-hak Anak. Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah kajian deskriptif-normatif tentang hak-hak dan sistem perlindungan anak dalam berbagai undang-undang. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah metode telaah dokumen terhadap berbagai pasal yang ada di dalam berbagai undang-undang. Hasil telaah dokumen tersebut selanjutnya dianalisis dengan analisis deskriptif-evaluatif dengan mengkomparasikan antara yang normatif dengan realitas. Paper ini menemukan tiga hal. Pertama, anak adalah amanah Allah yang diberikan kepada orang tuanya, agar dipersiapkan menjadi hamba Allah yang mengabdi kepada-Nya dan menjadi khalifah dimuka bumi untuk menjaga kesejahteraannya. Karena itu perlu adanya perlindungan hukum bagi keamanan dan kesejahteraan tumbuh kembangnya. Kedua, anak yang tinggal di LAPAS dan menjadi anakdidik pemasyarakatan atau warga binaan pemasyarakatan mereka mendapatkan perlindungan hukum. Ketiga, Sistem Perlindungan hukum bagi Anak di LAPAS yang termuat dalam UU No. 36 Th. 1999 tentang HAM, UU No. 12 Th. 1995 tentang Pemasyarakatan, UU No. 23 Th. 2002 tentang Perlindungan Anak bila ditinjau dari perspektif Konvensi Internasional Hak-hak Anak khususnya artikel 37-40, masih ada hak-hak anak di LAPAS yang belum terpenuhi dan perlu upaya yang sungguh-sungguh untuk pemenuhannya.